1
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWAKELAS XI IPS SMA NEGERI 10 BOMBANAMELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI POKOK SUMBER DAYA ALAM Haliza1Ramli2 1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
Abstrak :Masalah yang diteliti adalah: 1) aktivitas belajar Geografi siswa, 2)aktivitas mengajar guru, 3 peningkatan hasil belajar. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 10 Bombana yang terdaftar pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017, yang berjumlah 21 orang.Data dari penelitian ini adalah aktivitas mengajar guru dan aktivitas Belajar siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan hasil belajar siswa yang diukur melalui tes siklus.Analisis data yang dilakukan adalah statistic deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share menunjukkan peningkatan yang sangat efektif pada aktivitas belajar siswa yakni skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 2,5 kemudian pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan rata-rata aktivitas siswa pada siklus kedua mencapai 3,12. 2) aktivitas mengajar guru yakni skor rata-rata aktivitas mengajar guru pada siklus I 2,5 kemudian pada sikluskedua mencapai 3,21 3) Hasil belajar geografi siswa Pada siklus I siswa yang tuntas 12 (57%) dan tidak tuntas 9 (43%) dengan rata-rata 66 pada siklus kedua meningkat menjadi 17 (80%) siswa yang tuntas dan 4(20%) siswa dinyatakan tidak tuntas dengan rata-rata 76. Kata kunci:
Model Pembelajaran, Proses, Hasil Belajar
PENDAHULUAN Keberhasilan program pendidikan melalui proses pembelajaran disekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta factor lingkungan. Apabila factorfaktor tersebut terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses pembelajaran terutama mata pelajaran Geografi, yang akan menunjang hasil belajar yang maksimal yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah antara lain dengan perbaikan mutu pembelajaran. Pembelajaran disekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 10 Bombana kelas XI IPS, guru cendrung menggunakan metode penugasan kepada siswa, pemberian LKS dan penggunaan media power point kepada siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru khususnya
Haliza, Ramli
2
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
pemberian tugas, siswa sering kali jenuh atau kurang aktif dalam proses pembelajaran dan bergantung kepada teman-temannya untuk mengerjakan tugas terlebih dahulu dan tidak jarang guru menemukan sebagian siswa mengerjakan tugas pada saat jam pelajaran akan dimulai. Begitupun juga dengan pemberian LKS kepada siswa yang dilakukan dengan kelompokkelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa.dalam proses pembelajaran ini siswa dalam kelompok kurang aktif dan saling mengharap jawaban dari LKS tersebut dijawab oleh siswa yang aktif saja dalam hal ini siswa yang dipandang lebih didalam kelompok atau kelas. Dibandingkan dengan metode penugasan dan pemberian LKS dengan menggunakan media power point, siswa dalam proses pembelajaran lebih tenang dan lebih memperhatikan guru yang menjelaskan medianya didepan kelas. Namun yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media power point ini siswa siswa lebih asyik memperhatikan guru dan medianya dan melupakan untuk menulis hal-hal penting yang disampaikan oleh guru saat pemberian materi. Mengenai metode yang digunakan oleh guru diSMA Negeri 10 Bombana kelas XI IPS, terdapat kendala yang dihadapi oleh guru diantaranya siswa merasa jenuh, sebagian malas mengerjakan tugas, bergantung kepada temannya, rebut dalam proses mengerjakan LKS, cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru. Hal ini merupakan masalah yang harus diatasi oleh guru dengan melakukan tindakan pada pembelajaran yakni menggunakan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan potensinya serta mengutamakan kerja sama antara siswa yang satu dengan yang lainya. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran inibelum pernah digunakan oleh guru mata pelajaran geografi dikelas dikarenakan guru belum terfikir dengan model pembelajaran ini, selain itu guru merasa nyaman dan merasa tidak bosan dengan metode yang digunakannya secara bergantian.Dengan belum diterapkannya model pembelajaran tersebut peneliti memiliki kesempatan untuk memperkenalkan model pemberajaran tersebut kepada guru, siswa dan sekolah. Ada dua pertimbangan dipilihnya model pembelajaran ini untuk di terapkan pada siswa kelas XI IPS. Pertama, model pembelajaran ini memungkinkan siswa kerja sama. Hal ini karena siswa berpasangan sehingga mereka saling membantu untuk mencari informasi tentang materi yang diberikan oleh guru.Kedua, siswa dapat saling memberikan pengetahuan dan berinteraksi. Mereka dapat bertukar pengetahuan karena tidak semua siswa memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Berdasarkan data ulangan harian semester ganjil 2015/2016 siswa materi Sumber daya alam pada Tahun Ajaran 2015/2016 dari 24 orang siswa hanya 10 orang , atau 41,6% siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sedangkan 14 orang atau 58,4% memperoleh nilai dibawah 70. Hal ini belum mencapai standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan disekolah yaitu 70. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) diharapkan guru dapat
Haliza, Ramli
3
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran dikelas dan dapat mengoptimalkan aktivitas belajar siswa sehingga pada akhirnya hasil belajar juga akan meningkat. Menurut Sabri (Musfiqon, 2012: 3) belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Sejalan dengan itu Surya dalam (Rusman, 2012: 85) mengatakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Sementara itu Sadiman (Musfiqon, 2012: 3) mengatakan belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi sampai keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada dirinya.Perubahan tingkah laku tersebut baik perubahan yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun yang menyangkut nilai dan sikap.Sedangkan menurut Ernest dalam (Sri Anita W, 2009: 2.4) mengatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan belajar tersebut tidak berdasarkan naluri tetapi melalui proses latihan.
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007: 24). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efesian dan efektif (Rusman, 2010: 3). Komara (2004: 29) pembelajaran adalah interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat berjalan dengan baik. Jihad dan Haris (2012: 11) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi serta terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dan siswa antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Nasution dalam (Aunurrahman, 2009: 29) hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu yang belajar.Dpat pula diartikan bahwa
Haliza, Ramli
4
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
hasil belajar adalah hasil yang dicapai akibat perubahan-perubahan karena usaha sadar baik rohani maupun jasmani.Perubahan tingkah laku yang terjadi dapat dan diperoleh siswa setelah mengikuti atau mengalami suatu program pembelajaran. Menurut Anita (2009: 31) keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa factor.Factor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu factor dari dalam diri siswa sendiri dan factor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa antara lain kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, dan kesehatan setra kebiasaan siswa. salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukan merupakan kebutuhan untuk dirinya. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang, gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Usaha kerja sama masing-masing anggota kelompok mengakibatkan manfaat timbal balik sedemikian rupa sehingga semua anggota kelompok memperoleh
prestasi, kegagalan maupun keberhasilan ditanggung bersama. Siswa mengetahui bahwa prestasi yang dicapai disebabkan oleh dirinya dan anggota kelompoknya, siswa merasakan kebanggaan atau atas prestasinya bersama anggota kelompoknya. Menurut Drs. Daryanto (20014: 35) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi social dengan teman sebayanya, memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memepelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumbel bagi temannya yang lain. Model pembelajaran kooperatif dibatasi sebagai lingkungan belajar dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas-tugas akedemik. Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menekan keaktifan siswa dalam kelompok kecil, mempelajari materi pembelajaran dan mengerjakan tugas. Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran, karena terkadang siswa lebih paham akan hal yang disampaikan oleh temannya dari pada guru serta bahasa yang digunakan kadang lebih mudah
Haliza, Ramli
5
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
dipahami oleh siswa lainnya. Tujuan dibentuknya kelompok koperatif adalah memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam kegiatan belajar. Kelompok siswa tersebut harus saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompoknya.Dengan demikian model pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar bekerja dalam kelompok. Slavin (dalam Nur Asma, 2006: 11) mendefinisikan tentang model pembelajaran koperatif adalah mengandung arti bahwa dalam belajar koperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu atau kelompok. Sementara itu Newman (dalam Nur Asma, 2006: 11) defenisi pendekatan kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerjasama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka. Drs Daryanto (2014: 35) Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran koperatif sebagai salah satu model pembelajaran alternative dan merupakan perbaikan dari pembelajaran klasikal bertujuan untuk : (a) Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah secara rasional. (b) Mengembangkan semagat social dan semangat gotong royong dalam kehidupan.(c) Mendinamiskan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa dirinya bagian dari kelompok yang bertanggung jawab. (d) Mengembangkan
kemampuan-kemampuan kepemimpinan pada setiap anak. Menurut Drs. Daryanto (2014: 38) Model pembelajaran koperatif Think Pair Share pertama kali diperkenalkan oleh Frank Lyman. Model pembelajaran koperatif Think Pair Share merupakan tipe yang sangat sederhana dengan banyak keuntungan karena dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pembentukan pengetahuan oleh siswa. Dengan menggunakan suatu prosedur, para siswa belajar dari siswa yang lain dan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya dalam situasi non kompetisi sebelum mengungkapkannya didepan kelas. Anita Lie (2004: 57) mengungkapkan: dengan model pembelajaran klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasinya untuk seluruh kelas, model pembelajaran koperatif Think Pair Share ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi ini kepada orang lain. Model pembelajaran koperatif Think Pair Share ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Hal tersebut ditegaskan kembali Lyman (dalam Jones, 2002: 1) Model pembelajaran koperatif Think Pair Share membantu para siswa mengembangkan pemahaman konsep dan materi pelajaran, mengembangkan kemampuan untuk berbagi informasi dan menarik kesimpulan, serta mengembangkan kemampuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai dari suatu materi pelajaran. Forgaty dan Robin (1996: 1) memperkuat pendapat Lyman di atas. Adapun kelebihan dan kekurangan koperatif tipe Think Pair
Haliza, Ramli
6
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Share dalam artikel arif Fadholi Wahid Assayafi’I (2009)sebagai berikut: Kelebihan Think Pair Share (TPS) yaitu: (1) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. (2) Meningkatkan partisifasi siswa dalam pembelajaran.(a) Interaksi lebih mudah dan cepat membentuk kelompok.(b) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan didepan kelas.(c) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.(d)Siswa secara langsung dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.(e)Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi didalam kelas.(d)Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah memahami materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta memperesentasikan sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.(e)Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. (f)Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan kelemahan Think Pair Share (TPS) yaitu: (a)Lebih sedikit ide yang muncul. (b)Menggantungkan pada pasangan (c) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimunitor.(d)Membutuhkan kordinasi secara bersamaan dari berbagai
aktivitas.(e) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas. (f) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa yang tidak mempunyai pasangan. Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya. Berdasarkan sifatnya jenisjenis sumber daya alam yang harus kita ketahui ada 2. Berikut adalah penjelasan jenis-jenis sumber daya alam berdasarkan sifatnya : (a) Sumber Daya Alam yang dapat diperbaharui, Yaitu Sumber daya alam yang tidak akan pernah habis, karena kemampuan yang dimiliki alam yang mampu melakukan pembaharuan terhadap sumber daya tersebut dalam waktu yang relatif cepat. Contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharuai adalah hewan, tumbuhtumbuhan, udara, air, sinar matahari, dan mikroorganisme lainnya. Akan tetapi jika sumber daya tersebut dipergunakan secara berlebihan, maka besar kemungkinan sumber daya alam tersebut dapat mengalami kepunahan dan kita harus memiliki cara melestarikan flora dan fauna. Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui Ini merupakan sumber daya alam yang memiliki jumlah yang terbatas.
Haliza, Ramli
7
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Hal ini disebabkan karena proses pembentukannya membutuhkan waktu yang lebih lama daripada proses pemanfaatannya, yaitu bisa memakan puluhan hingga jutaan tahun lamanya yang bergantung juga pada pengaruh letak astronomis sehingga jika digunakan secara terus menerus, kekayaan alam ini akan cepat habis. Contoh dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah bahanbahan galian atau barang tambang. Berdasarkan jenisnya sumber daya alam yang harus kita ketahui ada 2. Berikut adalah penjelasan sumber daya alam berdasarkan jenisnya.(a) Sumber Daya Alam Hayati (Biotik) Yaitu sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup atau yang berhubungan dengan ruang publik untuk kehidupan makhluk hidup yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan. (b) Sumber Daya Alam non hayati (abiotik)Yaitu sumber daya alam yang berasal dari benda-benda mati. Persebaran sumber daya alam yang dapat diperbaharui. (a) Sumber Daya Alam Hayati. Sumber daya alam hayati terdiri dari sumber daya alam hewani dan nabati. Sumber daya sedimen tersebar di darat dan laut atau perairan. (b)Sumber Daya Alam Nabati. Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Dianugerahi tanah yang subur sehingga tumbuhan dapat tumbuh dengan sempurna di wilayah Indonesia. Wilayah flora di indonesia meliputi Hutan Tropis, Hutan Musim, Stepa, dan Sabana. Persebaran sumber daya Alam yang tidak dapat diperbaharui. (a) Minyak bumi berasal dari mikroplankton yang terdapat di danaudanau, teluk-teluk, rawa-rawa dan lautlaut dangkal. Sesudah mati mikroplankton berjatuhan dan
mengendap di dasar laut kemudian bercampur dengan sedimen. Akibat tekanan lapisan-lapisan atas dan pengaruh panas magma, dan terjadilah proses destilasi hingga terjadi minyak bumi kasar. (b) Gas alam merupakan campuran beberapa hidrokarbon dengan kadar karbon kecil yang digunakan sebagai bahan bakar. Ada dua macam gas alam cair yang diperdagangkan, yaitu LNG ( liquefied natural gas ) dan LPG ( liquefied petroleum gas). (c) Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang tertimbun hingga berada dalam lapisan batu-batuan sediment yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut juga inkolent yang terbagi menjadi dua, yaitu prose biokimia dan proses metamorfosis. Sumber daya alam perlu dilestarikan supaya dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Bila sumber daya alam rusak atau musnah kehidupan bisa terganggu. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diusahakan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam (1) Berdasarkan prinsip berwawasan lingkungan dan berkesinambungan. (a)Penghijauan dan reboisasi (b)Pengembangan daerah aliran sungai (c)Pengelolaan air limbah (d) Penertiban pembuangan sampah. (2) Berdasarkan prinsip mengurangi.Dalam mengambil sumber daya alam sebaiknya jangan diambil semuanya, tetapi berprinsip mengurangi saja. Pengambilan yang dihabiskan akan merusak lingkungan dan mengganggu ekosistem lingkungan. (3) Berdasarkan prinsip daur ulang. Proses daur ulang adalah pengolahan kembali suatu massa atau bahan-bahan bekas dalam bentuk sampah kering yang tidak mempunyai nilai ekonomi menjadi barang yang berguna bagi kehidupan manusia.
Haliza, Ramli
8
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar pada prinsip ekoefisiensi.Artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisien dalam memikirkan kelanjutan SDM.Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan pada terwujudnya keberadaan sumber daya alam untuk mendukung kesejahteraan manusia.Maka prioritas utama pengelolaan adalah upaya pelestarian lingkungan. Pemanfaatan SDA Nabati adalah (a) Dimanfaatkan sebagai sumber daya pangan seperti padi, jagung, ubi dan sebagainya (b)Dimanfaatkan sebagai sumber sandang (c) Beberapa jenis tanaman dapat dimanfaatkan sebagai minyak atsiri seperti kayu putih, sereh, kenanga, cengkeh. (d) Dimanfaatkan sebagai tanaman hias seperti anggrek. (e) Dimanfaatkan sebagai bahan baku mebel seperti meranti, rotan, bambu. (f) Dimanfaatkan sebagai bahan obatobatan kencur, jahe, kunyit. (g) Dimanfaatkan sebagai keperluan industry. Pemanfaatan SDA Hewani adalah (a) Dimanfaatkan sebagai sumber daya pangan seperti daging sapi, daging kambing. (b) Dimanfaatkan sebagai sumber kerajinan tangan seperti lokan, dirangkai menjadi perhiasan. (c)Dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai budaya manusia dan nilai kehidupan, seperti bentuk kapal selam diadopsi dari cara ikan menyelam, bentuk pesawat dari bentuk burung. Pemanfaatan SDA Barang Tambang, Usaha pemanfaatan pertambangan dan bahan galian dalam pembangunan Indonesia adalah sebagai berikut, (a) Sebagai pemenuh kebutuhan SDA barang tambang dan galian dalam negeri (b)Menambah pendapatan negara karena barang tambang dapat diekspor keluar negeri (c) Memperluas lapangan
kerja(d) Memajukan bidang transportasi dan komunikasi (f) Memajukan industri dalam negeri. Adapun upaya dalam pembangunan berkelanjutan sebagai berikut, (a) Menyatukan presepsi tentang pelestarian (b) Menggunakan SDA secara efisien dan tidak membahayakan biosfer (c)Melanjutkan dan mengamankan penggunaan SDA (d) Mengembangkan dan menerapkan teknologi maju untuk mendukung pengelolaan dan pengembangan lingkungan (f)Mendukung program ekonomi baru yang memiliki strategi berkelanjutan dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan. Penelitian ini dilakukan oleh Rosdiati tahun 2012 dengan judul meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Pembelajaran Koperatif tipe Think Pair Share siswa kelas IV SD Negeri 3 Kendari Barat.Menyimpulkan bahwa pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Kafarun (2012: 49), dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Koperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan keputusan bersama kelas IV SDN Poasia menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi terhadap materi Sumber daya alam, yang disebabkan oleh pola mengajar guru yang masih mengarah pada model pembelajaran walaupun guru telah menggunakan
Haliza, Ramli
9
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
metode penugasan, pemberian tugas dan penggunaanmedia dalam pembelajaran namun keterlibatan siswa masih kurang, selain itu dalam proses pembelajaran guru kurang mengaitkan antara konsep materi yang diajarkan dengan konteks keseharian siswa dilingkungannya sehingga berpengaruh pada penguasaan materi yang kurang atau tergolong rendah. Untuk mengatasi permasalahan diatas maka perlu adanya model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.Pembelajaran Think Pair Share sangat membantu siswa untuk lebih aktif di kelas dalam berdiskusi, memahami materi, dan merumuskan kembali materi yang sudah dipahami. Selain itu dengan pembelajaranThink Pair Share membantu guru mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan siswa sehingga siswa akan mudah memahami materi yang diajarkan dan berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: Untuk aktivitas belajar siswa.Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Sharemaka aktivitas belajar siswa dapat meningkat serendah rendahnya 3. Untuk aktivitas mengajar guru.Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share maka aktivitas mengajar guru dapat meningkat serendah rendahnya
Untuk hasil belajar geografi siswa.Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share maka persentase ketuntasan belajar siswa meningkat serendah rendahnya 80%. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 yang bertempat di kelasXI IPSSMA Negeri 10 Bombana. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 10 Bombana yang terdaftar pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 21 orang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas XI IPS dikarenakan pada kelas tersebut memiliki masalah terhadap hasil belajar. Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah: (a) Faktor siswa: untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mempelajari Geografi khususnya pada materipokok Sumber daya alam. (b) Faktor guru: yang diamati adalah bagaimana guru mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) Desain model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri atas 4 (empat) tahap, yakni: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan Refleksi. Secara rinci penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Pada tahap perencanaan kegiatan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Merencanakan penerapan model pembelajaran Think Pair Share dalam proses pembelajaran geografi. (b)Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan penerapan model pembelajaran Think
Haliza, Ramli
10
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Pair Share dan materi pembelajaran. (c)Membuat lembar kerja siswa (LKS) (d) Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share. (e) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. (d) Membuat format observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. (f) Menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa siklus I beserta kunci jawabannya. Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Sharesesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tindakan atau perlakuan kepada subyek penelitian adalah sebagai berikut: (a) Menerapkan model pembelajaran Think Pair Share yang mengacu pada skenario pembelajaran. (b) Siswa diberikan suatu permasalahan menyangkut materi pembelajaran. (c) Siswa mendengarkan penjelasan singkat tentang materi yang dipelajari. (d) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang). (e) Siswa berdiskusi membahas masalah yang telah diberikan. (f) Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok. (g) Masingmasing kelompok melaporkan hasil diskusi. Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan pembelajaran Think Pair share yang telah dirancang sebelumnya. Pengamatan dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas: (a)Melakukan observasi terhadap aktitiftas guru dan aktivitas siswa dengan memakai format observasi yang telah disiapkan. (b) Mengevaluasi hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan siswa tentang materi yang diajarkan dengan menggunakan tes hasil belajar. Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran berdasarkan hasil yang didapatkan pada tahap observasi untuk meninjau apakah kegiatan pembelajaran telah efektif serta apakah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap ini peneliti mencari kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan dan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Instrumen penelitian ini terdiri atas tiga jenis, yaitu: (a) Lembar observasi Guruyang digunakan untuk memperoleh data aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. (b) Lembar observasi aktivitas siswa yang digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa. Untuk Tes digunakan adalah esaites yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, tes ini bertujuan untuk menganlisis peningkatan hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan kelas ini dipandang berhasil apabila sudah memenuhi indikator keberhasilan tindakan yaitu:(1) Segi Proses, Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasi jika : (a)Rata-rata aktivitas siswa telah memperoleh nilai minimal 3,0 (b) Rata-rata aktivitas guru telah memperoleh nilai minimal 3,0. (2) Segi Hasil, (a) Secara individu,jika hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS yang menjadi subjek penelitian telah mencapai ketuntasan belajar minimal 70 sesuai KKM yang ditentukan sekolah. (b) Secara klasikal, jika jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar adalah minimal 80%.
Haliza, Ramli
11
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Sumber data penelitian adalah guru dan siswa yang meliputi: (a) hasil observasi aktivitas belajar siswa; (b) hasil observasi aktivitas mengajar guru; dan (c) hasil belajar siswa. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif.Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (a) Data mengenai aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi dengan cara memberikan skor pada aspek aktivitas yang dilakukan untuk siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. (b) Data mengenai hasil belajar Geografi diambil dengan menggunakan tes hasil belajar (tes siklus) dengan bentuk tes berupa tes essay yang mencakup semua indikator pembelajaran pada siklus I serta siklus II. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai aktivitas siswa serta kemampuan guru selama proses pembelajaran berlangsung, sedangkan analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menyajikan persentase aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, persentase aktivitas siswa dan presentase ketuntasan hasil belajar siswa. (b) Menghitung hasil belajar siswa secara individual Dalam menentukan nilai hasil belajar siswa rentang nilai yang digunakan untuk tes uraian dalam penelitian ini adalah 0 sampai 100 dengan rumus: 100
(Usman dan Setiawati, 2001) Dengan: Xi = Nilai yang diperoleh siswa ke-i Spi = Skor yang diperoleh siswa ke-i Sm = Skor maksimum yang mungkin dicapai (skor ideal) (b) Menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan rumus : ∑
(Nana Sudjana, 2015) Dengan: = nilai rata – rata yang diperoleh siswa Xi = Jumlah nilai yang diperoleh siswa keseluruhan n = jumlah siswa secara keseluruhan (c) Menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal Presentase jumlah siswa yang hasil belajarnya sudah tuntas, dengan menggunakan rumus: ∑ 100% % Keterangan : ∑ =Jumlah Siswa yang tuntas belajar N= Jumlah Siswa secara keseluruhan ( Nana Sudjana, 2015) (d)Mengklasifikasikan rata-rata aktivitas siswa dan guru dalam kategori sebagai berikut: 1 ≤ Xi < 2 : Kategori kurang 2 ≤ Xi < 3 : Kategori cukup 3 ≤ Xi < 4 : Kategori Baik Xi = 4 : Kategori sangat baik (Susetyo, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Observasi Aktivitas Belajar Siswa Data mengenai hasil aktivitas siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Haliza, Ramli
12
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
10Bombana selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pada materi pokok sumber daya alam diperolah dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Untuk mengetahui ketercapaian indikator dalam lembar observasi aktivitas siswa diberikan skor keterlaksanaan untuk setiap aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran yang dimulai dengan Skor 1 sampai 4. Dari hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama menujukkan jumlah skor total yang diperoleh siswa 38 skor dengan rata-rata aktivitas siswa mencapai 2,37 sedangkan pada tabel 4.2 observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan kedua jumlah skor total yang diperoleh siswa 42 atau rata-rata aktivitas siswa mencapai 2,62. Selain itu rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan kedua mencapai 2,5 dan belum mencapai indikator keberhasilan sehingga dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada siklus kedua pertemuan pertama jumlah skor total yang diperoleh siswa 45 dengan rata-rata 2,81 sedangkan pada siklus kedua pertemuan kedua aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 3,31. Jadi untuk skor rata-rata antara siklus II pertemuan pertama dan kedua mencapai 3,12 dan telah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Observasi Aktivitas Mengajar Guru Observasi aktifitas mengajar guru dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada mata pelajaran geografi diobservasi dengan memberikan skor 1 sampai 4 terhadap keterlaksanaan aktifitas mengajar guru.
Dari hasil observasi aktivitas mengajar guru siklus I pertemuan pertama menujukkan jumlah skor aktivitas yang yang diperoleh guru 38 skor dengan rata-rata aktivitas guru mencapai 2,37 sedangkan pada observasi aktivitas mengajar guru siklus I pertemuan kedua jumlah skor total yang diperoleh siswa 42 atau rata-rata aktivitas guru mencapai 2,62. Selain itu rata-rata aktivitas guru pada pertemuan pertama dan kedua mencapai 2,5 dan belum mencapai indikator keberhasilan sehingga dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada siklus kedua aktivitas mengajar guru siklus II pertemuan pertama jumlah skor total yang diperoleh guru 47 dengan rata-rata 2,93 sedangkan pada siklus kedua pertemuan kedua aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 3,37. Jadi untuk skor rata-rata antara siklus II pertemuan pertama dan kedua mencapai 3,21 dan telah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dihentikan. Data Hasil Belajar Siswa Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran Geografi dalam 4 kali pertemuan, kemudian dilaksanakan evaluasi atau tes hasil belajar siswa tindakan siklus I berupa tes tertulis dengan bentuk soal essay test. Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Dari data hasil tes sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.3 pada siklus I tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dalam 4 kali pertemuan masih tergolong rendah karena belum
Haliza, Ramli
13
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
memenuhi standar ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yakni 70.Berdasarkan data hasil belajar siklus I tersebut terlihat bahwa dari 21 jumlah siswa, sebanyak 12 orang atau 57% yang telah memenuhi kriteria ketuntasan, dengan nilai rata-rata hasil belajar sebesar 66. Sedangkan untuk nilai maximum pada siklus pertama 85 dan untuk nilai minimumnya 45. Pada akhir proses pembelajaran siklus II, pada pertemuan selanjutnya dilakukan tes dalam bentuk tes tertulis.Data hasil belajar siswa pada siklus II mencapai 80% dimana sebanyak 17 dari 21 siswa sudah dinyatakan tuntas, siswa didalam kelas telah memperoleh nilai ≥70, sehingga indikator dalam penelitian ini telah tercapai dimana indikator ketuntasan dalam penelitian ini yaitu jika 80% siswa telah mencapai nilai 70, sedangkan untuk nilai maximum siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan, pada siklus II nilai maximum mencapai 95 dan untuk nilai minimumnya menjadi 60. Dengan ketercapaian ketuntasan siswa pada siklus II dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, sehingga penelitian ini dihentikan, maka pada siklus II ini kegiatan dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pembahasan Observasi aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan permasalahan pertama tentang bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada siswa kelas XI IPSdiajar dengan model pembelajaran koperatif tipe Thinks Pair Share, dapat dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan pada setiap siklus baik siklus I maupun siklus II yang menunjukan peningkatan kearah yang lebih baik, dimana rata-rata aktivitas
siswa dapat dilihat pada Tabel 4.5. Peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tersebut menunjukan bahwa adanya minat dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share. Pada siklus I berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa menunjukan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,5. Pada siklus I ada beberapa aktivitas siswa yang masih tergolong kurang dimana siswa didalam proses pembelajaran khususnya dalam kegiatan diskusi kurang berperan aktif yaitu siswa dalam kelompok kurang saling bertanya dengan anggota kelompoknya untuk memecahkan pesoalan yang diberikan oleh guru, dalam proses pembelajaran juga siswa kurang berani mengemukakan pendapat mereka dan juga tidak berani menanggapi pekerjaan temannya serta menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ditemukan ada beberapa aktivitas siswa yang masih belum terlaksana dengan baik dan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Olehnya itu dilakukan perbaikan, peneliti bersama observer mencari solusi untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi siswa pada siklus pertama dan diperbaiki pada siklus berikutnya. Adapun hal-hal yang harus diperbaki guru pada siklus berikutnya yaitu guru harus mendorong siswa didalam proses pembelajaran khususnya dalam kegiatan diskusi berperan aktif, guru juga harus mendorong siswa dalam kelompok untuk aktif dalam memecahkan pesoalan yang diberikan oleh guru, kemudian guru dalam proses pembelajaran mendorong siswa agar berani mengemukakan pendapat mereka
Haliza, Ramli
14
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
dan juga berani menanggapi pekerjaan temannya serta menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pada siklus II dari hasil analisis deskriptif terhadap skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari aktivitas siswa siklus I. dimana skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus IIsebesar 3,12. peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share membawa dampak yang posistifbagi aktifitas siswa dan telah mencapai indicator yaitu rata-rata aktivitas siswa 3,00 sedangkan aktivitas siswa yang dicapai dalam penelitian ini 3,12.
Observasi Aktivitas Megajar Guru Berdasarkan permasalahan kedua yaitu bagaimana gambaran aktivitas mengajar guru dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, dapat dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan aktivitas mengajar guru pada setiap siklus baik siklus I maupun siklus II yang menunjukan peningkatan kearah yang lebih baik, dimana rata-rata aktivitas mengajar guru dapat dilihat pada Tabel 4.10. Pada siklus I berdasarkan analisis deskriptif aktivitas Guru menunjukan skor rata-rata aktivitas guru sebesar 2,5dimana aktivitas guru pada siklus I yang masih rendah berdasarkan hasil refleksi diantaranya adalah: guru kurang memberikan pemahaman kepada siswa mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran, guru jarang memberikan motivasi kepada siswa, Guru kurang memberikan gambaran untuk mengatasi persoalan, guru kurang membimbing siswa dalam proses diskusi. Adapun refleksi yang
dilakukan guru yaitu guru mencari solusi agar kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus berikutnya, olehnya itu guru memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya agar indikator dalam penelitian ini dapat tercapai. Berdasarkan hasil refleksi terhadap aktivitas guru, dengan mengetahui kekurangan-kekurangan pada siklus I, guru memperbaiki proses pembelajaran yang sesuai denganmodel pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, sehingga diharapkan pada pertemuan selanjutnya diperoleh peningkatan aktivitas guru pada siklus selanjutnya. Adapun hal-hal yang harus diperbaiki guru pada siklus berikutnya yaitu guru memberikan pemahaman kepada siswa mengenai langkahlangkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran agar siswa lebih memahami dengan mudah proses pembelajaran yang diterapkan guru, guru juga harus memberikan motivasi kepada siswa agar siswa senang dalam proses pembelajaran, Guru juga memberikan gambaran untuk mengatasi persoalan agar siswa tidak kesulitan dalam belajar dan membimbing siswa bekerja dalam kelompok. Pada siklus II aktivitas mengajarguru menunjukkan peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus II skor rata-rata aktivitas guru memperoleh nilai sebesar 3,21. Hasil analisis dan pengamatan pada siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru dengan model pembelajaran kooperatif tipe ThinkPair Share. Dengan meningkatnya aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan rata-rata aktivitas mengajar guru meningkat maka penelitian ini dihentikan karena sudah mencapai
Haliza, Ramli
15
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
indikator yaitu rata-rata aktivitas guru 3,00 sedangkan aktivitas guru yang dicapai dalam penelitian ini 3,19. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I, perolehan nilai siswa berdasarkan ketuntasan belajar hanya mencapai 57% atau terdiri dari 12 orang didalam kelas telah dinyatakan tuntas dan memperoleh nilai minimal ≥70. Sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 43% atau 9 orang didalam kelas belum memperoleh KKM yang ditentukan oleh sekolah yakni 70. Dari hasil evaluasi tindakan Siklus II menujukkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan dari siklus I. Hasil yang diperoleh dari tes siklus II ini menujukkan ketuntasan belajar yang mencapai 80 atau sebanyak 17 dari 21 siswa memperoleh nilai ≥70 sedangkan persentase siswa yang tidak tuntas berkurang menjadi 20% atau hanya 4 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II, maka penelitian ini dihentikan karena indikator keberhasilan dalam penelitian ini sudah tercapai yaitu minimal 75% siswa memperoleh nilai ≥70 sesuai dengan KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 70. Sedangkan untuk nila maximum dan minimum untuk setiap siklusnya juga mengalami peningkatan pada siklus pertama nilai maximum yang diperoleh siswa 85 sedangkan pada siklus kedua meningkat menjadi 95 begitu pula dengan nilai minimum siswa, pada siklus pertama nilai minimum yang diperoleh siswa 45 kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 60. Adanya peningkatan yang signifikan pada siklus II baik menyangkut aktivitas mengajar guru maupun aktivitas siswa, rata-rata hasil
belajar dan ketuntasan belajar, menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II dapat dihentikan karena indikator keberhasilan yang ditentukan telah tercapai. Hal ini menujukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran Geografi hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. KESIMPULAN Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menunjukkan peningkatan yang sangat efektif pada aktivitas belajar siswa yakni skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus pertama 2,5 kemudian pada siklus kedua mengalami peningkatan yang signifikan capaian rata-rata aktivitas siswa pada siklus kedua mencapai 3,12Keterlaksanaan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share membawa dampak positif bagi hasil belajar siswa. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menunjukkan peningkatan yang sangat efektif pada aktivitas mengajar guru yakni skor rata-rata aktivitas mengajar guru pada siklus pertama 2,5 kemudian pada siklus kedua mengalami peningkatan yang signifikan capaian rata-rata aktivitas siswa pada siklus kedua mencapai 3,21Keterlaksanaan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share membawa dampak positif bagi hasil belajar siswa. Hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMAN 10 Bombana dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes tindakan siklus I yakni siswa yang
Haliza, Ramli
16
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
mencapai nilai ≥70 berjumlah 12 orang atau persentase siswa yang tuntas mencapai 57% dengan nilai rata-rata 66 meningkat pada siklus II yakni ketuntasan belajar sebesar 80% atau siswa yang memperoleh nilai ≥70 berjumlah 17 orang dengan nilai ratarata 76. Sehingga dapat disimpukan bahwa siswa didalam kelas sudah mencapai KKM sekolah yakni 70,00 dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 80% setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model Pembelajaran dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Usman, M. U., Setiawati, L. 2001. Evaluasi Pembelajaran.Jakarta:
DATAR PUSTAKA Anita Sri, W , Dkk . 2009. Strategi pembelajaran.Jakarta.Universita s Terbuka Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Koperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional. Aunurrahman.2010. Belajar pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Daryanto, Drs. 2014.Pendekatan pembelajaran Saintifik kurikulum 20013. Yogyakarta: Gava Media Fadholi. 2009. (http://ariffadholi.com/2009/10/ kelebihan-kekurangan-Tps-html) (diakses 28 Juli 2016) Jihad, A & Haris, A. 2012.Evaluasi pembelajaran: Yogjakarta: Multi presindo Komara, Ending. 2014. Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Bumi Aksara Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Musfiqon.2012 .Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi Pustakakarya Sudjana, Nana. 2015. Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar.
Haliza, Ramli