Nilai :
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (Stoikiometri)
Oleh:
Nama
: Ahmad Fadhlul Kamal
NPM
: 240310180026
Hari, Tanggal
: Jumat, 29 Maret 2019
Shift/Waktu
: I/07.30 - 09.30
Asisten
: 1. Atika Zakira
240310170029
2. Irsyad Fauzi Adiyaksa
240310170043
3. Nabilla Vynka Fakhira
240310170016
LABORATORIUM PENDIDIKAN 1 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJAJARAN 2019
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Stoikiometri merupakan cabang dari ilmu kimia yang berkaitan dengan
hubungan kuantitatif dari antar zat atau senyawa yang bereaksi. Dalam stoikiometri ada beberapa hal yang dapat di periksa diantaranya volume, massa, jumlah partikel, dan juga suhu. Dalam suatu reaksi kimia diantara senyawa yang direaksikan terdapat reaktan pembatas dan reaktan yang tersisa, dapat dikatakan sebuah reaktan itu adalah reaktan pembatas apabila reaktan tersebut habis terlebih dahulu apabila direaksikan, dalam hal ini dapat ditentukan reaktan pembatas melalui jumlah mol yang lebih sedikit sedangkan jumlah mol yang lebih banyak menjadi reaktan sisa. Praktikan pada praktikumum kali ini merupakan mahasiswa Teknologi Industri Pertanian, oleh karena itu materi stoikiometri ini harus bisa dikuasai oleh praktikan karena materi ini merupakan modal penting bagi praktikan untuk menerapkannya baik didunia pendidikan maupun didunia industri nantinya.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum Tujuan umum dari dilaksanakannya praktikum ini adalah praktikan dapat
mengetahui, memahami, dan mengamati reaksi stoikiometri yang terjadi. 1.2.2
Tujuan Instruksional Khusus Adapun tujuan instruksional khusus diantara lain: 1. Mahasiswa mampu menentukan titik maksimum dan minimum dalam stoikiometri. 2. Mahasiswa mampu mempelajari reaksi stoikiometri dan nonstokiometri.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Stoikiometri Reaksi kimia berada dekat dengan kehidupan kita sebagai contoh : makanan
yang kita konsumsi setelah dicerna berubah menjadi tenaga dan pati dalam daun disintetis dari CO2 dan H2 O oleh pengaruh sinar matahari. Jadi dapat dikatakan stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Chang, 2003). Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat dalam reaksi (Syukri, 1999). Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel atom, ion, dan molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi (Achmad, 1986). Menurut (Mahrudin, 2011) dalam (Faizatya, n.d.) Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran (Petrucci, 1989)
METODELOGI
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
1. Beker glass 2. Botol reagen 3. Bulb 4. Labu ukur 5. Pipet tetes 6. Pipet ukur 7. Rak Tabung 8. Spatula 9. Tabung Reaksi 10. Termometer 3.1.2
Bahan
1. Aquades 2. Larutan CuSO4 1 M 3. Larutan HCl 1 M 4. Larutan NaOH 1 M 5. Tisu 3.1.3
Instrumen
1. Neraca analitik 2. Ruang asam
3.2
Prosedur
3.2.1
Sistem NaOH-HCl
1. Disiapkan larutan NaOH 1 M dan HCl 1 M 2. Larutan NaOH dan HCl diambil dan dipindahkan ke beker glass yang berbeda, pastikan ketika pengambilan larutan menggunakan pipet yang berbeda. 3. Suhu larutan diukur dengan termometer untuk menentukan suhu awal
4. Larutan NaOH dan HCl dituangkan kedalam tabung reaksi 5. Larutan yang telah dicampur dikocok hingga homogen 6. Ukur suhu campuran dari kedua larutan dan amati perubahannya 3.2.2
Sistem NaOH-CuS๐๐
1. Disiapkan larutan NaOH 1 M dan CuSO4 1 M 2. Larutan NaOH dan CuSO4 diambil dan dipindahkan ke beker glass yang berbeda, pastikan ketika pengambilan larutan menggunakan pipet yang berbeda 3. Suhu larutan diukur dengan termometer untuk menentukan suhu awal 4. Larutan NaOH dan CuSO4 dituangkan kedalam tabung reaksi 5. Larutan yang telah dicampur dikocok hingga homogen di ruang asam 6. Ukur suhu campuran dari kedua larutan dan amati perubahannya
HASIL PENGAMATAN
4.1
Larutan NaOH-HCl
Kelompok
Volume NaOH
Volume HCl
TA
TC
โT
1
2 ml
6 ml
23,5หC
27หC
3,5หC
2
3 ml
5 ml
23,5หC
26หC
2,5หC
3
4 ml
4 ml
23,5หC
27หC
3,5หC
4
5 ml
3 ml
23,5หC
25หC
1,5หC
5
6 ml
2 ml
23,5หC
28หC
4,5หC
Dimana : TA adalah suhu awal rata rata daru kedua larutan. Tc adalah suhu dari kedua larutan setelah direaksikan โT adalah selisih dari suhu campuran dengan suhu rata rata dari kedua larutan.
NaOH-HCl 30 29
Temperatur (หC)
28 27 26
28 27
27 26 25
25 24 23 22
NaOH 2ml - NaOH 3 ml - NaOH 4 ml - NaOH 5 ml - NaOH 6 ml HCl 6 ml HCl 5 ml HCl 4 ml HCl 3 ml HCl 2 ml
Suhu tertinggi (Tmaks) berada pada campuran NaOH 6 ml dengan HCl 2 ml Suhu terendah (Tmin) berada pada campuran NaOH 5 ml dengan HCl 3 ml
4.2
Larutan NaOH- CuS๐๐
Kelompok
Volume NaOH
Volume CuSO4
TA
TC
โT
1
2 ml
6 ml
23,75หC
26หC
2,25หC
2
3 ml
5 ml
23,75หC
26หC
2,25หC
3
4 ml
4 ml
23,75หC
29หC
5,25หC
4
5 ml
3 ml
23,75หC
27หC
3,25หC
5
6 ml
2 ml
23,75หC
28หC
4,25หC
Dimana : TA adalah suhu awal rata rata daru kedua larutan. Tc adalah suhu dari kedua larutan setelah direaksikan โT adalah selisih dari suhu campuran dengan suhu rata rata dari kedua larutan.
NaOH-CuSO4 30
29
Temperatur (หC)
29
28
28 27
27 26
26
NaOH 2ml CuSO4 6 ml
NaOH 3 ml CuSO4 5 ml
26 25 24
NaOH 4 ml CuSO4 4 ml
NaOH 5 ml CuSO4 3 ml
NaOH 6 ml CuSO4 2 ml
Suhu tertinggi (Tmaks) berada pada campuran NaOH 4 ml dengan CuSO4 4 ml. Suhu terendah (Tmin) berada pada campuran NaOH 1 ml dengan CuSO4 6 ml dan campuran NaOH 2 ml dengan CuSO4 5 ml.
PEMBAHASAN
Praktikum yang dilaksanakan kali ini membahas tentang Stoikiometri. Praktikum kali ini untuk mengetahui reaksi dari campuran larutan dimana mengalami perubahan yang bisa diamati. Setelah melakukan praktikum dengan melakukan berbagai prosedur yang telah disampaikan pada Modul Praktikum Kimia Industri (Bunyamin dkk., 2017) praktikan mengamati hasil percobaan yang terjadi dari setiap campuran larutan, setiap masing masing kelompok melakukan percobaan dengan volume yang berbeda dan memasukkan data pada tabel yang diberikan, setiap praktikan harus memberikan pembahasannya masing masing, berikut penjelasannya:
5.1
Preparasi Setiap perwakilan kelompok diwajibkan untuk melakukan preparasi
terlebih dahulu untuk mempersiapkan bahan yang nanti akan digunakan untuk praktikum. Bahan yang dipersiapkan ada preparasi adalah larutan NaOH 1 M, CuSO4 1 M, dan HCl 1 M. Menentukan bahan yang dilarutlkan dalam pembuatan NaOH 1 M dalam 100 ml pelarut dapat memasukan rumus M=
๐๐๐ ๐ ๐ (๐๐) 1000 ร ๐๐ ๐ฃ๐๐๐ข๐๐ (๐๐) 1M=
๐๐๐ ๐ ๐ 1000 ร 40 100
Massa = 4 gram Dari hasil perhitungan diatas, dibutuhkan 4 gr NaOH untuk membuat larutan dengan molaritas 1 M. ambil bahan NaOH dengan menggunakan spatula dan timbang pada neraca analitik, pastikan display pada neraca analitik menunjukkan tanda 0,000 nanum pada saat preparasi, praktikan kesulitan untuk memastikan neraca analitik menunjukkan 0,000 karena kaca penutup sekitar neraca memiliki celah yang lumayan besar sehingga mengganggu perhitungan. NaOH memiliki sifat panas saat dilarutkan dengan aquades sehingga ketika dilarutkan harus berada pada baskom yang telah diberi air untuk mencegah gelas beker pecah saat NaOH
dilarutkan. Untuk memastikan jumlah larutan, larutan dipindahkan ke labu ukur 100 ml tambahkan aquades hingga garis pembatas dan homogenkan. Ketika larutan telah jadi simpan larutan dalam botol reagen dan diberi label dengan keterangan nama larutan, Molaritas, pembuat dan tanggal pembuatan. Menentukan bahan yang dibutuhkan untuk membuat larutan CuSO4 1 M pada 50 ml pelarut dapat didapat dengan memasukkan rumus. M=
๐๐๐ ๐ ๐ (๐๐) 1000 ร ๐๐ ๐ฃ๐๐๐ข๐๐ (๐๐)
1M=
๐๐๐ ๐ ๐ (๐๐) 1000 ร 160 50
Massa = 8 ๐๐๐๐ Dari hasil perhitungan diatas, untuk membuat CuSO4 1 M dibutuhkan 8 gram CuSO4 sama seperti saat melarutkan NaOH. Larutan CuSO4 juga ditimbang menggunakan neraca analitk dan dilarutkan digelas beker, untuk memastikan volume pelarut larutan dipindahkan ke labu ukur 50 ml pastikan CuSO4 dipindahkan seluruhnya dengan mangairkan aquades didinding beker glaas saat dipindahkan tambahkan aquades hingga garis pada gelas beker dan homogenkan. Ketika larutan telah jadi simpan larutan dalam botol reagen dan beri label keterangan nama larutan, Molaritas, pembuat dan tanggal pembuatan. Membuat larutan HCl dilakukan hal yang sama seperti pembuatan larutan sebelumnya namun untuk pembuatan HCl menggunakan bahan dari larutan HCl lainnya jadi harus dicari terlebih dahulu volume dan molaritas dari larutan yang tepat, untuk memastikan molaritas larutan yang akan diencerkan dengan persamaan ๐=
๐ ร10 ร % ๐๐๐ ๐ ๐ ๐๐
. untuk mendapat volume yang tepat untuk 1 M HCl dapat
memasukkan persamaan ๐1 ๐1 = ๐2 ๐2 . Pastikan ketika membuat larutan HCl harus dilakukan diruang asam.
5.2
Pembahasan dari Hasil Pengamatan Kelompok 1 โ 5 memiliki tugas mencampur kedua larutan dan mengukur
suhu dari kedua larutan tersebut, dan kelompok 6 bertugas untuk mengukur suhu rata rata awal dari kedua larutan.
Kelompok 6 mengukur suhu awal dari NaOH, HCl, dan CuSO4 yang diamati didapat hasilnya suhu NaOH 23,5 หC, suhu HCl 23,5 หC, dan CuSO4 24 หC. dengan demikian suhu dari campuran NaOH-HCl adalah 23,5 หC dan suhu awal dari NaOH- CuSO4 adalah 23,75 หC. Kelompok 1 mencampur larutan NaOH 2 ml dengan HCl 6 ml dan NaOH 2 ml dengan CuSO4 6 ml. dari hasil pengamatan kelompok 1 didapat bahwa campuran NaOH- HCl memiliki suhu 27 โ dan campuran bening. Sedangkan campuran NaOH-CuSO4 26 โ dan memiliki endapan sedikit berwarna biru muda dan cairan berwarna biru. Kelompok 2 mencampur larutan NaOH 3 ml dengan HCl 5 ml dan NaOH 3 ml dengan CuSO4 5 ml. dari hasil pengamatan kelompok 2 didapat bahwa campuran NaOH- HCl memilliki suhu 26 โ dan campuran bening. Sedangkan campuran NaOH-CuSO4 26 โ dan memiliki endapan lebih banyak dari percobaan kelompok 1 endapan berwarna biru muda dan cairan berwarna biru. Kelompok 3 mencampur larutan NaOH 4 ml dengan HCl 4 ml dan NaOH 4 ml dengan CuSO4 4 ml. dari hasil pengamatan kelompok 3 didapat bahwa campuran NaOH- HCl memilliki suhu 27 โ dan campuran bening. Sedangkan campuran NaOH-CuSO4 29 โ dan campuran dari larutan keruh. Kelompok 4 mencampur larutan NaOH 5 ml dengan HCl 3 ml dan NaOH 5ml dengan CuSO4 3 ml. dari hasil pengamatan kelompok 4 didapat bahwa campuran NaOH- HCl memilliki suhu 25 โ dan campuran bening. Sedangkan campuran NaOH-CuSO4 27 โ dan memiliki endapan tinggi berwarna hitam/gelap dan air terlihat bening. Kelompok 5 mencampur larutan NaOH 6 ml dengan HCl 2 ml dan NaOH 6ml dengan CuSO4 2 ml. dari hasil pengamatan kelompok 5 didapat bahwa campuran NaOH- HCl memilliki suhu 28 โ dan campuran bening. Sedangkan campuran NaOH-CuSO4 28 โ dan memiliki endapan yang turun kebawah berwarna hitam/gelap dan air terlihat bening. Suhu dari kedua larutan pada saat diamati sangat beragam dan bervariasi. Jadi sulit dalam menganalisis pengaruh suhu terhadap larutan. Namun demikian dapat diasumsikan terjadi beberapa kesalahan dalam melakukan pengamatan saat
praktium diantaranya saat pengukuran suhu termometer menyentuh dinding tabung reaksi sehingga suhu yang terukur dipengaruhi suhu dari dinding tabung reaksi. 5.2.1
NaOH-๐๐ฎ๐๐๐ 2NaOH + CuSO4 โ Na2 SO4 + Cu(OH)2 Endapan yang terbentuk pada campuran NaOH-CuSO4 dipengaruhi dari
volume tiap tiap larutan, semakin tinggi volume NaOH dan semakin rendah volume CuSO4 endapan semakin pekat, berawal dari percobaan kelompok 1 dan 2 didapati campuran terlihat ada endapan namun air disekitarnya berwarna biru juga hal itu dikarenakan NaOH menjadi larutan pembatas dan terdapat CuSO4 sebagai larutan sisa hal itu yang membuat warna endapan terlihat biru. Pada percobaan kelompok 3 didapati endapan tidak terlihat namun campuran terlihat keruh dan campuran terlihat warna biru muda sepenuhnya hal ini dikarenakan jumlah volume dari NaOH dan CuSO4 sama, meskipun volume dari kedua larutan masih terdapat larutan pembatas dan sisa, larutan NaOH menjadi larutan pembatas dan terdapat sisa dari CuSO4 yang tersebar di campuran larutan. Pada percobaan kelompok 4 endapan mulai terlihat hitam/gelap dan air terlihat bening dan endapan banyak menutupi air. Pada percobaan kelompok 5 endapan juga terlihat gelap/hitam dan endapan mengendap di dasar campuran tidak menutupi air seperti percobaan kelompok 4, dan air yang terlihat berwarna bening hal ini dikarenakan CuSO4 menjadi larutan pembatas dan NaOH menjadi larutan sisa. oleh karena itu 5.2.2
NaOH-HCl NaOH + HCl โ NaCl + H2 O Larutan NaOH-HCl tidak didapati endapan dikarenakan reaksi dari Basa
Kuat + Asam Kuat โ Garam + Air dan tidak didapati perbedaan koefisien sehingga tinggat mol nya sama sehingga saat dilarutkan larutan dari kedua reaktan terlarut sempurna. Terlihat bening ketika pengamatan dikarenakan garam yang terbentuk dapat larut pada air. Pada campuran dari larutan NaOH-HCl terdapat sistem stoikiometri pada reaksi NaOH 4 ml dan HCl 4 ml karena kedua larutan tercampur sempurna dan tidak ada larutan pembatas dan larutan sisa.
PENUTUP
6.1
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
pembahasan
praktikan
dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Praktikan dapat mengetahui sistem stoikiometri dari pengamatan terhadap endapan dan perubahan suhu dari pencampuran dua larutan yang diujikan. 2. Pencampuran dua larutan yang berbeda dengan molaritas yang sama dapat mengakibatkan perubahan suhu pada larutan tersebut. 3. Volume mempengaruhi pencampuran antar dua larutan, dibuktkan dengan ada atau tidaknya endapan pada campuran dan perbedaan suhu. 4. Sistem stoikiometri terjadi jika kedua larutan yang dicampur bereaksi sempurna dan tidak memiliki larutan sisa. 6.2
Saran Penulis memberikan saran bagi praktikum selanjutnya sebagai berikut: 1. Seharusnya praktikan membaca dengan seksama prosedur praktikum yang akan dilakukan sehingga dapat memahami dengan benar apa yang harus dilakukan ketika praktikum. 2. Seharusnya praktikan yang melakukan preparasi menyampaikan segala informasi yang didapat kepada anggota kelompoknya
DAFTAR PUSTAKA Achmad, H. 1986. Buku materi pokok kimia Iโฏ: KIMA 4110/3SKS/Modul 1-9. Diambil dari http://onesearch.id/Record/IOS4813.INLIS000000000001647 Bunyamin, A., Si, M., Nurliasari, D., Si, M., Nawawi, M., Pt, S., โฆ Padjadjaran, U. 2017. Modul praktikum kimia dasar industri. Chang, R. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Diambil
dari
https://www.google.com/books?hl=en&lr=&id=jW2fTDlu0z0C&oi=fnd&pg =PR7&dq=instrumen+lab&ots=SQEX7PGZ0e&sig=u3e7aSeSajGa5wUyBI prvQArPs4 Faizatya, R. A. (n.d.). STOIKIOMETRI. Petrucci, R. H. 1989. Kimia dasarโฏ: prinsip dan terapan modern jilid 2 / Ralph H. Petrucci;
alih
bahasa
Suminar
Achmadi.
Diambil
dari
http://onesearch.id/Record/IOS2862.UNMAL000000000013548 Syukri.
1999.
Kimia
Dasar
1.
Bandung:
https://pubs.acs.org/doi/pdf/10.1021/ac9621581
ITB.
Diambil
dari
LAMPIRAN
Gambar 1. Pengambilan larutan
Gambar 2. Penimbangan NaOH
CuSO4 1 M
dengan menggunakan neraca analitik
Gambar 3. NaOH dimasukkan ke
Gambar 4. NaOH-CuSO4
tabung reaksi untuk di homogenkan
dihomogenkan diruang asam
Gambar 5. Suhu campuran NaOHCuSO4 diukur
Gambar 6. Campuran NaOH 5 mlCuSO4 3 ml
Gambar 7. Campuran NaOH 2 ml dan Gambar 8. Campuran NaOH 4 ml CuSO4 6 ml
dan CuSO4 4 ml
Gambar 9. Campuran NaOH 4 ml dan Gambar 10. Campuran NaOH 3ml CuSO4 4 ml
dan HCl 5 ml
Gambar 11. Campuran NaOH 4 ml
Gambar 12. Campuran NaOH 6 ml
dan HCl 4 ml
dan HCl 2 ml