24025_24025_putri Faeryza Zakiiah Vaksinnnn.docx

  • Uploaded by: Medhy Ugi Pratiwi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 24025_24025_putri Faeryza Zakiiah Vaksinnnn.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,341
  • Pages: 16
Makassar, 4 Desember 2018 TUGAS BAHASA INDONESIA “Pemanfaatan Vaksin dalam Masyarakat”

Dr. Siti Rahmawati, S.S, M.Pd

DISUSUN OLEH NAMA

: Putri Faeryza Zakiiah

STAMBUK

: 11020180029

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2018

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Pemanfaatan Vaksin dalam Masyarakat”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Karya Tulis ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga karya ilmiah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa kesehatan.

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari guru biologi yang sangat bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai bioteknologi dengan materi yang lebih dikhususkan lagi yaitu mengenai “Vaksin”. Sehubungan dengan makalah ini, deskripsi mengenai segala sesuatu yang dapat berhubungan dengan vaksin dapat kami paparkan secara ringkas dalam latar belakang makalah ini. Istilah '' vaksin '' berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah Vaksin berasal dari bahasa latinvacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner (17491823).Jenner menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada manusia yang pernah tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang mendukung teorinya. Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak ilmuwan vaksinasi cacar mulai meluas di London untuk kemudian menyebar di Inggris, seluruh Eropa, dan dunia. Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit akibat gigitan tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies (VAR). Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati. Salah satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi. Vaksinasi sangat membantu untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll. Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk menghilangkan hampir semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang tubuhdan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari

serangan penyakit. Tubuh manusia yang terinfeksi akan “mempelajari” bagaimana merespon terhadap virus tertentu di masa depan, sehingga infeksi tunggal, terutama dari virus yang relatif jinak, biasanya mengajarkan tubuh bagaimana cara untuk merespon invasi tambahan dari virus yang sama. Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari risiko efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain. B.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah: 1.

Bagaimanakah sejarah vaksin?

2.

Bagaimana proses pembuatan vaksin?

3.

Vaksin apa yang diberikan manusia?

4.

Apakah manfaat vaksin dalam masyarakat ?

BAB II PEMBAHASAN A.

Sejarah Vaksin Vaksin menerobos dunia modern pertama kali pada tahun 1796, ketika

Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris, meneliti seorang pekerja harian yang terkena penyakit cacar, dengan diimunisasi dengan cacar sapi ringan.

Dia

mengambil beberapa cairan dari luka penderita cacar sapi dan menggoreskan di permukaan lengan anak berusia 8 tahun. Empat pulah delapan (48) hari kemudian Jenner memberi nama “vaksin” (bahasa latin dari Sapi). Terobosan baru lainnya datang pada akhir abad 19, ketika Louis Pasteur seorang ahli kimia dari Perancis, mengembangkan tehnik kimia untuk mengisolasi virus dan melemahkannya, yang efeknya dapat dipakai sebagai vaksin. Sebelum vaksinasi memancing kontroversi. Pasteur pertama kali mencatat, memasukkan vaksin rabies ke tubuh manusia yang mendapat protes keras oleh ahli jiwa dan masyarakat. Upaya untuk menggalakkan imunisasi di Inggris yang menurun pada abad tersebut merupakan kenyataan pahit akibat dari penentangan/protes terhadap imunisasi. Meskipun Inggris menghadapi resiko serius terhadap penyakit Tipus yang mewabah di medan perang Boer (Afrika Selatan). Pada perubahan jaman ini, peneliti lainnya telah mengembangkan vaksin yang tidak aktif untuk melawan Tipus, wabah Rabies dan Kolera. Pada pertengahan tahun 1920-an, vaksin telah dikembangkan untuk melawan Dipteri (penyakit yang sering menyebabakan kematian pada anak-anak) dan Pertusis. Dua tim ahli dipimpin oleh Jonas Salk and Albert Sabin mengembangkan vaksin Polio. Vaksin untuk mencegah Polio, digunakan untuk membunuh virus, dipatenkan pada tahun 1954 dan digunakan untuk kampanye imunisasi. Kurang dari enam tahun, kasus Polio menurun 90%. Tetapi vaksin Salk tidak melengkapi imunisasi secara menyeluruh untuk semua jenis virus Polio. Pada tahun 1961, Sabin telah mengembangkan vaksin oral yang bekerja secara aktif (hidup) berupa virus yang telah dilemahkan, untuk menggantikan imunisasi dengan suntik jenis Salk di Amerika Serikat. Pada tahun 1960-an, vaksin

digunakan secara rutin dan tidak menyebabkan kontroversi pada masyarakat dan paramedis, dan vaksin virus aktif (hidup) telah dikembangkan untuk Campak (1963), Rubella/ campak Jerman (1966) dan penyakit Gondong (1968). Bahaya Serangan DPT (Mary H. Cooper, 1995). Pada awal tahun 1980-an, wabah infeksi yang membunuh ratusan anak-anak tiap tahun telah mencemaskan orang tua. Sebagian kecil orang tua merasa anaknya menderita akibat vaksin yang diberikan tidak aman bagi anak mereka terutama DPT. Di antara mereka adalah anggota National Vaccine Information Center (NVIC) Pada tahun 1982. Fisher dan para ibu menemukan kelompok pembela yang tergabung dalam NVIC dan meyakinkan konggres untuk menyediakan vaksin DPT yang aman. Pada tahun 1991, Fisher mendokumentasikan perkembangan vaksin DPT dalam “A Shot in the Dark” (menyerang dalam kegelapan), dan menerangkan bagaimana lebih banyak racun pertusis menyebabkan banyak masalah, dan mengapa diamankan dan tidak dipasarkan secara luas di Amerika Serikat. Tidak tahu secara pasti mengapa pemerintah Amerika Serikat menarik vaksin

DPT

dari

pasaran

pada

tahun

1996

dan

merekomendasikan

dokter menutup vaksin jenis DTaP. Hanya 6-7 persen dari vaksin pertusis di Amerika Serikat masih mengandung DPT. Tetapi itu telah digunakan secara luas di masyarakat dunia ketiga (negara berkembang). Pada masa pemerintahan Clinton telah diijinkan untuk memperpanjang program vaksinasi untuk masyarakat miskin dan merekomendasikan ijin baru untuk memperbaiki tingkat vaksinasi. Sejak tahun 1994, program vaksinasi telah dijalankan dalam pemerintahan untuk anak-anak miskin secara Cuma-Cuma.

B. Proses Pembuatan Vaksin Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis,

dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala produksi. Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik.Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin.Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezerakan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezerberada di luar suhu yang seharusnya. Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam“pabrik sel” sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk berkembang biak. Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak. Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH.pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap. Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa

pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu tripsin.Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan dan pertumbuhan sel. Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan “manik-manik,” partikel mikroskopis dimana virus dapat menempelkan diri.Penggunaan “manik-manik” memberi virus daerah yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.

C. Vaksin yang Diberikan Pada Manusia Di Indonesia, vaksin hepatitis B, polio, BCG, DTP dan campak merupakan imunisasi

wajib.

Sedangkan

sisanya

merupakan

vaksinasi

yang

direkomendasikan. Berikut ini adalah jenis-jenis vaksin yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam program imunisasi, di antaranya: 1. Hepatitis B Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi hati berbahaya yang disebabkan oleh virus melalui cairan tubuh dan darah. Pemberian vaksin hepatitis B bisa dilakukan pertama kali pada anak setelah kelahirannya. Selanjutnya vaksin ini bisa kembali diberikan pada saat anak berusia satu bulan dan pemberian ketiga di kisaran usia 3-6 bulan. Efek samping vaksin hepatitis B yang tergolong umum adalah demam dan rasa lelah pada anak. Sedangkan efek samping yang jarang terjadi adalah gatalgatal, kulit menjadi kemerahan, dan pembengkakan pada wajah. 2. Polio Polio merupakan penyakit virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan, sesak napas, dan terkadang kematian. Pemberian vaksin polio harus dilakukan dalam satu rangkaian, yaitu pada saat anak baru dilahirkan dan pada saat anak

berusia dua, empat, serta enam bulan. Vaksin ini selanjutnya bisa diberikan kembali di usia satu setengah tahun, dan yang terakhir di usia lima tahun. Efek samping vaksin polio yang paling umum adalah demam dan kehilangan nafsu makan, sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah reaksi alergi berupa gatal, kulit kemerahan, wajah membengkak hingga susah bernapas atau menelan. 3. BCG Vaksin BCG diberikan untuk mencegah penyakit tuberkulosis atau yang lebih dikenal sebagai TBC. Penyakit ini merupakan penyakit serius yang dapat ditularkan melalui hubungan dekat dengan orang yang terinfeksi TB, seperti hidup di rumah yang sama. Pemberian vaksin BCG hanya dilakukan satu kali, yaitu pada saat anak baru dilahirkan hingga berusia dua bulan. Efek samping vaksin BCG yang paling umum adalah munculnya benjolan bekas suntik pada kulit, sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah reaksi alergi. 4. DTP Vaksin DTP merupakan jenis vaksin gabungan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Pertusis lebih dikenal dengan sebutan batuk rejan. Difteri merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan sesak napas, radang paru-paru, hingga masalah pada jantung dan kematian. Sedangkan tetanus merupakan penyakit kejang dan kaku otot yang sama mematikannya. Dan yang terakhir adalah batuk rejan atau pertusis, yaitu penyakit batuk parah yang dapat mengganggu pernapasan. Sama seperti difteri, batuk rejan juga dapat menyebabkan radang paru-paru, kerusakan otak, bahkan kematian. Pemberian vaksin DTP harus dilakukan lima kali, yaitu pada saat anak berusia: Dua bulan Empat bulan Enam bulan Satu setengah tahun

Lima tahun Vaksin DTP tidak dilisensikan untuk anak-anak usia di atas tujuh tahun, remaja, atau dewasa. Namun vaksin sejenis yang disebut Tdap bisa diberikan pada usia 12 tahun. Efek samping vaksin DTP yang tergolong umum adalah rasa nyeri, demam, dan mual. Efek samping yang jarang terjadi adalah kejang-kejang. 5. Campak Campak adalah penyakit virus yang menyebabkan demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, radang mata, dan ruam. Vaksin campak diberikan tiga kali yaitu pada saat anak berusia sembilan bulan, dua tahun, dan enam tahun. 6. MMR Selain vaksin campak biasa, ada pilihan alternatif yaitu vaksin MMR yang merupakan vaksin kombinasi. Vaksin ini merupakan gabungan antara vaksin campak, gondong, dan campak Jerman. Gondong merupakan penyakit virus yang menyebabkan terjadinya pembengkakan kelenjar parotis di bawah telinga. Gejala lain dari gondong adalah demam, nyeri sendi, dan sakit kepala. Campak Jerman merupakan penyakit virus yang dapat menyebabkan nyeri sendi, pilek, demam, pembengkakan kelenjar di sekitar kepala dan leher, serta munculnya ruam berwarna merah pada kulit. Pemberian vaksin MMR dilakukan dua kali, yaitu saat anak berusia satu tahun tiga bulan dan saat anak berusia 15-18 bulan dengan minimal jarak 6 bulan dengan pemberian vaksin campak. Pemberian kedua diberikan saat anak berusia 6 tahun. Sebagai patokan, imunisasi campak diberikan dua kali atau MMR dua kali. Efek samping vaksin MMR yang paling umum adalah demam dan efek samping yang jarang terjadi adalah sakit kepala, ruam berwarna ungu pada kulit, muntah, nyeri pada tangan atau kaki, dan leher kaku. Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah isu autisme akibat pemberian vaksin MMR. Isu tersebut sama sekali tidak benar. Hingga kini tidak ditemukan kaitan yang kuat antara imunisasi MMR dengan autisme.

7. Hib Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi mematikan yang disebabkan oleh bakteri haemophilus influenza tipe B. Beberapa kondisi parah yang dapat disebabkan virus Hib adalah meningitis (radang selaput otak), pneumonia (radang paru-paru), septic arthritis (radang sendi), dan pericarditis (radang kantong jantung). Pemberian vaksin Hib harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak berusia dua bulan, empat bulan, enam bulan, dan 18 bulan. Efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksin Hib adalah reaksi alergi berupa kemerahan dan gatal. 8. Pneumokokus Vaksin pneumokokus (PCV) diberikan untuk mencegah penyakit pneumonia,

meningitis,

dan

septikemia

yang

disebabkan

oleh

bakteri

Streptococcus pneumoniae. Pemberian vaksin ini harus dilakukan secara berangkai, yaitu saat anak berusia dua, empat, dan enam bulan. Selanjutnya pemberian vaksin dapat kembali dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan. Efek samping vaksin PCV yang bisa terjadi adalah pembengkakan dan warna kemerahan pada bagian yang disuntik, serta diikuti dengan demam ringan.

D. Manfaat Vaksin Dalam Masyarakat Berikut ini beberapa manfaat vaksin di masyarakat, diantaranya adalah : Mencegah Penyebaran Penyakit Tidak hanya melindungi tubuh dari serangan penyakit serius, pemberian vaksin juga dapat membantu mencegah penyebaran penyakit. Contohnya, kasus

kematian

pada

bayi

dan

anak-anak

akibat

wabah

penyakit campak dan pertusis (batuk rejan) yang pernah menggemparkan dunia, karena saat itu belum terdapat vaksin untuk kedua penyakit tersebut. Melindungi dari Resiko Kematian dan Cacat

Pemberian vaksin terbukti dapat menurunkan risiko terkena berbagai penyakit yang dapat mengakibatkan kematian maupun kecacatan. Beberapa contoh di antaranya adalah pemberian vaksin cacar pada usia anak-anak dapat membantu mencegah mereka terjangkit cacar di kemudian hari. Begitupun dengan pemberian vaksin campak dan rubella yang dapat membantu menurunkan risiko penularan virus tersebut dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya maupun kepada bayi yang baru lahir, secara drastis.

Dapat Menyelamatkan Hidup Anak-anak Dengan adanya kemajuan di bidang ilmu kedokteran, dapat memberikan dampak yang positif bagi anak-anak kita, dimana mereka dapat terlindung dari berbagai jenis penyakityang bisa menyerang mereka kapan saja. Kita tahu bahwa usia kana-kanak merupakan usia yang rentan terhadap serangan berbagai macam penyakit, karena diusia tersebut mereka belum memiliki sistem kekebalan tubuh sekuat orang-orang dewasa. Namun dengan kemajuan ilmu di bidang kedokteran tersebut, beberapa penyakit

yang

dapat

membuat

mereka

cidera

atau

bahkan

dapat

mengakibatkan kematian pada usia anak-anak dapat dikurangi prosentasenya, yaitu dengan jalan memberikan mereka vaksin yang bekerja dengan aman dan efektif di dalam tubuh. Salah satu contoh kasus yang pernah terjadi adalah wabah polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian ya bagi penderita di tiap harinya. Kasus tersebut terjadi hampir diseluruh negaranegara di dunia ini. Dengan pemberian vaksin polio, laporan tentang akibat penyakit tersebut menurun dengan drastis. Vaksin Sangat Aman dan Juga Efektif Pemberian vaksin pada anak-anak akan dapat menimbulkan ketidaknyaman bagi mereka, seperti dengan timbulnya rasa nyeri baik itu di bagian yang terkena suntikan vaksin maupun anggota tubuh yang lain, serta juga dapat menimbulkan ruam pada kulit yang terkena suntikan. Namun tentu saja hal itu hanya berlangsung untuk sementara waktu saja.

Kasus timbulnya alergi pasca pemberian vaksin sangat jarang terjadi. Hal tersebut tentu saja tak sebanding dengan apabila mereka merasakan sakit akibat serangan suatu penyakit berbahaya dan mematikan.

Manfaat

pencegahan dengan mendapatkan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin dirasakan oleh anak-anak tersebut. Vaksin Dapat Membantu Mencegah Penularan Suatu Penyakit pada Orang Lain. Beberapa tahun yang lalu banyak sekali kita dengar mengenai kasus kematian pada bayi dan anak-anak yang diakibatkan oleh serangan penyakit campak maupun pertusis (batuk rejan). Hal tersebut kebanyakan terjadi pada bayi maupun anak-anak yang belum sempat mendapatkan vaksin. Hal tersebut mungkin saja dikarenakan oleh beberapa kondisi seperti terjadinya alergi yang cukup parah, sistem kekebalan tubuh yang lemah, karena kondisi kesehatan seperti leukemia, maupun karena adanya alasan lain. Untuk itu, bagi bayi maupun anak-anak yang berpotensi untuk mendapatkan vaksin, sebaiknya mereka mendapatkan vaksinasi, yaitu melalui

prosedur

imunisasi lengkap. Hal ini tidak hanya melindungi mereka, tetapi juga dapat membantu mencegah penyebaran penyakit pada mereka sendiri maupun pada orang lain. Dapat Menghemat Waktu dan Biaya Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan pemberian vaksin dapat membantu anak-anak terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan cacat yang berkepanjangan, dimana hal tersebut tentu saja akan merugikan baik dari segi waktu maupun dari segi materi hanya untuk melakukan tindakan perawatan dan pengobatan yang bisa terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Dengan memberikan vaksin pencehan penyakit sejak dini pada anak-anak, merupakan suatu investasi yang menguntungkan bagi kita, dimana pemborosan terhadap waktu dan materi dapat lebih diminimalkan. Pemberian vaksin merupakan suatu program pemerintah, dimana hal tersebut bisa didapatkan dengan gratis tanpa biaya apapun. Selain itu dampak yang bisa dirasakan adalah anak-anak dapat terhindar dari seangan berbagai penyakit berbahaya nantinya.

Dapat Melindungi Generasi Berikutnya. Dengan pemberian vaksin telah terbukti dapat menurunkan resiko terhadap berbagai jenis penyakit yang dapat berdampak pada kematian maupun cacat yang berkepanjangan bagi anak-anak generasi masa depan. Beberapa contoh diantaranya adalah pemberian vaksinasi cacar pada usia anak-anak dapat membantu menyelamatkan mereka dari serangan cacar di masa depan. Contoh lainnya adalah pemberian vaksin campak, dapat membantu menurunkan resiko penularan virus tersebut dari seorang wanita hamil kepada janin yang dikandungnya maupun bagi bayi yang baru lahir secara drastis. Untuk itu sangat penting bagi bayi atau anak-anak untuk dapat segera mendapatkan vaksinasi secara lengkap dan benar guna pencegahan terserangnya berbagai jenis penyakit berbahaya di masa depan.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang menyebabkan

penyakit,

tetapi

antigen

dalam

vaksin

adalah dalam

keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh

terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi. B. Saran 1. Untuk mendapatkan vaksin yang efektif hendaknya, para praktisi kesehatan yang melakukan vaksinasi mematuhi petunjuk penggunaan vaksin agar efek baik dari vaksin tersebut didapatkan dan efek samping dikurangi. 2. Dalam memvaksinasi para praktisi kesehatan tersebut sebaiknya juga melakukan konseling kepada para ibu dari bayi yang diimunisasi tentang efek yang mungkin timbul dari imunisasi serta menjelaskan bagimana cara menanggulanginya agar para ibu tersebut tetap melakukan vaksinasi sehingga cakupan imunisasi tinggi.

Biografi Penulis

Putri Faeryza Zakiiah

Lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan pada 04 Mei 2000 adalah seorang mahasiswi jurusan kedokteran. Ia berasal dari Pinrang yang sekarang sedang menempuh pendidikan S1 di Fakkultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI). Anak terlahir dari 3 bersaudara ini lulusan dari SMA Negeri 1 Pinrang, Sulawesi Selatan. Awalnya ia menempuh pendidikan TK di TK Al-Ikhlas selama 2 tahun, kemudian melanjutkannya di SDN 161 Pinrang, kemudian menempuh tingkat yang lebih tinggi di SMP Negeri 1 Pinrang.

Related Documents


More Documents from "Medhy Ugi Pratiwi"