KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS) DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/ ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
Disusun Oleh : CITRA FITRIA SUCI INGE NALISSA MUHAMMAD MALIK GINTING NITA ALVITASARI NURUL UTAMI MARZA RINI ANDRIANI SARAGIH TENGKU AL AQSA KHAN WALYU AL IMRAN WAHYU WANDIRA YAYANG MAHARDIKA PUTRI
71170891020 71160891791 71160891987 71160891818 71170891201 71170891219 71170891370 71160891029 71170891319 71170891028
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN 2019
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keselamatan, keamanan, dan kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi
kelangsungan hidup
manusia. Setiap manusia dapat
mempertahankan kehidupannya dan memenuhi setiap kebutuhan hidupnya bila manusia tersebut berada dalam kondisi yang sehat, selamat, dan aman. Begitu juga dengan kelangsungan hidup untuk sebuah perusahaan maupun industri yang ditunjang oleh faktor keselamatan, keamanan, dan kesehatan pekerjanya. Kondisi pekerja yang baik dan merasa aman dengan pekerjaannya akan mempengaruhi produktivitas perusahaan atau industri tersebut. Pekerja yang sehat akan memberikan hasil yang maksimal dalam pekerjaannya dibandingkan dengan pekerja yang sakit. Oleh karenanya, keselamatan, keamanan, dan kesehatan pekerja harus diperhatikan bagi setiap pemilik usaha. Dengan memberikan jaminan atas keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja, setiap pekerja akan merasa bahwa dirinya memiliki jaminan atas semua resiko yang diakibatkan oleh pekerjaannya dan dapat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan. Jaminan ini dapat berupa penyediaan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan, atau berupa penataaan ruang kerja yang tepat. Setiap perusahaan atau industri pasti memilki standar keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerjanya sendiri – sendiri. Namun terkadang prosedur K3 yang telah diupayakan oleh pemilik perusahaan atau industri tersebut seringkali diabaikan oleh pekerjanya. Banyak perusahaan maupun industri pangan yang melalaikan Undang-Undang keselamatan kerja padahal kita tahu bahwa undang-undang ini telah lama disahkan yaitu sekitar tahun 1970. Undang-undang mengenai K3 ini, amatlah penting disosialisasikan di lingkungan perusahaan / badan industry lainnya. Hal ini dikarenakan untuk memicu penerapan K3 dalam industry yang bisa berdampak pada hasil produksi dan keselamatan tenaga kerja.
2
Para pekerja banyak yang masih belum menyadari pentingnya mengikuti prosedur keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja. Padahal sebenarnya jika mengikuti prosedur K3 yang telah disediakan oleh perusahaan atau industri akan dapat meminimalisir resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan uraian di atas, kami terdorong untuk melakukan observasi terhadap penerapan K3 dalam sebuah industri, khususnya industri pangan pembuatan empek-empek. Industri pangan pembuatan empek-empek perlu diimbangi
juga
dengan
perlindungan
kesehatan
para
pekerja.
Dengan
meningkatnya kesehatan para pekerja, maka dapat meningkatkan produktivitas empek-empek yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan landasan diatas maka timbul pemikiran dan keinginan untuk mensurvei kesehatan keselamatan dan keamanan kerja pada sektor usaha yaitu industri pangan pembuatan empek-empek. Selain itu survei ini juga merupakan salah satu kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
1.3 Tujuan Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya
potensial luka bakar terhadap karyawan di industri pangan pembuatan
empek-empek.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran di sekitar tempat kerja termasuk masyarakat dan lingkungan pekerjaannya. Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi upaya pemilik usaha dalam memberikan jaminan dan alat-alat pelindung diri untuk menyehatkan dan mengurangi risiko sakit pada pekerjanya. Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Keselamatan kerja adalah upaya agar pekerja selamat di tempat kerjanya sehingga terhindar dari kecelakaan termasuk untuk menyelamatkan peralatan serta hasil produksinya. Ruang lingkup keselamatan kerja meliputi upaya pemilik usaha dalam memberikan sosialisasi tentang hal-hal yang diperbolehkan untuk dipakai dalam bekerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Keamanan kerja adalah upaya agar pekerja merasa tentram dan aman di tempat kerjanya. Ruang lingkup kemanan kerja meliputi upaya pemilik usaha dalam memberikan ruang kerja dan peralatan kerja yang tepat. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril. a. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material seperti : 1. Baju kerja 2. Helm
4
3. Sarung tangan 4. Sepatu b. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial seperti: 1. Buku petunjuk penggunan alat 2. Rambu-rambu dan isyarat bahaya 3. Himbauan-himbauan 4. Petugas keamanan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya. Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2.2 Bahaya Kecelakaan Kerja Bahaya adalah sumber potensial kerusakan atau kerugian yang berupa situasi yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian. Sedangkan risiko adalah kemunginan dan konsekuensi terjadinya luka atau sakit. Bahaya dapat diklasifikasikan menurut jenisnya, yakni : 1. Bahaya Fisik Bahaya fisik adalah jenis bahaya yang dapat dirasakan melalui lima indra, yakni indra penciuman, peraba, perasa, penglihatan, dan pendengaran seperti kebisingan, vibrasi, dan temperatur. 2. Bahaya Kimia
5
Bahaya kimia adalah jenis bahaya yang ditimbulkan akibat bahan-bahan yang mengandung material atau senyawa kimia seperti
korosif, oksidasi,
karsigonetas, ledakan, dll. 3. Bahaya Biologi Bahaya biologi adalah jenis bahaya yang disebabkan oleh makhluk hidup, seperti virus, jamur, bakteri. 4. Bahaya Ergonomi Bahaya ergonomi adalah jenis bahaya yang disebabkan faktor lingkungan, baik dari segi tata letak maupun sumber daya manusianya. 5. Bahaya Psikologi Bahaya psikologi adalah jenis bahaya yang disebabkan oleh keadaan psikologis atau mental seseorang, seperti stress kerja,lelah berpikir, dan beban kerja. Adapun bahaya di tempat kerja dapat dibagi menjadi 4 kategori yakni : Tabel 2.1 Bahaya Kecelakaan Kerja Kategori
Jenis Bahaya Mesin tanpa alat pelindung atau pengaman, penggunaan peralatan yang tidak tepat, peralatan yang desain maupun kondisinya tidak baik, peralatan yang mempunyai bagian yang tajam, peralatan dengan hubungan
Mesin dan Peralatan
listrik yang salah. Lantai licin, tidak rata, kotor, ketidakrapian, ketidakbersihan,
jalan
keluar
terhalang,
kebisingan yang mengganggu, penerangan yang tidak memadai, kualitas udara dan ventilasi yang buruk, berdebu, berasap atau Lingkungan Kerja Fisik
berbau.
6
Kelelahan, stress, kurang berpengalaman, semangat kerja, pelecehan, diskriminasi, pertambahan jam kerja tanpa istirahat yang cukup, posisi kerja, dan cara mengangkat barang yang tidak benar, gerakan pindah Pekerja dan Tugasnya
yang berulang. Kurangnya kebijakan dan prosedur mengenai K3, pelatihan, jadwal pelatihan yang tidak
Organisasi
sesuai.
2.3 Kesehatan Tenaga Kerja Ada beberapa bahaya dan risiko yang diakibatkan oleh pekerjaan pembuatan mpek-mpek, diantaranya : Tabel 2.2 Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri Pangan Pembuatan Mpek-mpek NO
Proses Produksi
Potensi Bahaya Kecelakaan
1
Proses Pencucian
Dalam proses ini ikan dicuci dan dibersihkan
Daging Ikan
untuk menghilangkan kotoran berupa darah dan kotoran lain yang dapat menimbulkan bau dan warna yang tidak disukai pada proses akhir, kemudian ikan di fillet agar lebih mudah untuk proses
selanjutnya.
Pekerja
mungkin
saja
terkena pisau, duri-duri ikan yang tajam. Posisi kerja yang tidak benar akan menimbulkan nyeri otot dan punggung. Area kerja yang licin dapat menimbulkan bahaya seperti jatuh terpeleset. 2
Proses Pencampuran
Dalam proses ini dilakukan penggabungan dari bahan-bahan tersebut dengan porsi yang tepat sesuai resep yang digunakan. Pencampuran ini
7
dilakukan terpisah-pisah dalam wadah besar dan diaduk menggunakan alat bantu mixer. Bahaya potensial
yang
bisa
terjadi
berupa
nyeri
pinggang akibat terlalu lama duduk, nyeri bahu akibat banyaknya bahan yang akan diaduk, dan konslet arus listrik dari mixer. 3
Proses
Pencetakan Proses ini meliputi pembetukan empek-empek
atau Pembentukan
sesuai jenis pempek yang akan dibuat. Bahaya potensial
yang
bisa
terjadi
berupa
nyeri
punggung akibat terlalu lama membungkuk, nyeri pinggang akibat terlalu lama duduk dan kesemutan akibat terlalu lama duduk/jongkok. 4
Proses pemasakan
Proses
ini
terdiri
dari
perebusan
dan
pengukusan. Setelah selesai dicetak sesuai jenisnya, kemudian di rebus dengan cetakannya sampai mengembang, selanjutnya direndam di air biasa untuk melepaskan pempek dari cetakannya, kemudian pempek dikukus dalam panci besar selama ±20 menit. Potensial bahaya kerja yang bisa terjadi berupa terkena ledakan akibat bocornya tabung gas, terkena air panas dari dalam kuali, akibatnya kulit bisa terkena luka bakar bahkan melepuh. 5
Proses Packing
Packing adalah tahap terakhir dari proses ini, pempek yang sudah masak, siap dipacking dalam kemasan plastik bening yang isinya sesuai permintaan konsumen dan diberi juga kuah cuka sesuai banyaknya mpek-mpek.
8
Namun para pekerja tidak perlu khawatir akan risiko dan bahaya tersebut. Tingkat terjadinya risiko dan bahaya bisa diminimalisir bahkan dihilangkan bila para pekerja mengikuti prosedur K3 dan menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan. Dan para pekerja pun dapat bekerja dengan nyaman dan sehat.
2.4 Luka Bakar Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun bencana alam. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai sistem tubuh. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas baik kontak secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab luka bakar tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Peneyabab luka bakar lainnya adalah pejanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan dan menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam kejadian ini. Kecelakaan industry juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar. Berdasarkan catatan WHO luka bakar menyebabkan 195.000 kematian/ tahun di seluruh dunia terutama di negara miskin dan berkembang. Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian pun ternyata menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar lebih tinggi dri wilayah lainnya, dimna 27% nya berkontribusi menyebabkan kematian di seluruh dunia, dan hampir 70% nya merupakan penyebab kematian di Asia
9
Tenggara. Luka bakar terutama terjadi di rumah dan di tempat kerja yang seharusnya bisa dicegah sebelum terjadi. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008), prevalensi luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Kepulauan Riau (3,8%). Sedangkan di Indonesia sejak digulirkan program pemerintah tentang konversi minyak tanah ke tabung gas elpiji 3 kg, kasus luka bakar terus meningkat, data MKI (Masyarakat Konsumen Indonesia) ledakan tabung gas 3 kg selama Januari 2008 sampai Mei 2010 sebanyak 14.950 kasus kebakaran terjadi di Jawa Timur. Data Prevalensi kasus luka bakar di Jawa Timur sekitar 0,7% (Riskesdes, 2013: 102). Sedangkan di Ponorogo pada bulan Januari sampai bulan November 2014 terdapat 22 kasus kebakaran namun tidak ada korban jiwa ataupun korban yang luka, penyebab kebakaran berasal dari kebocoran gas LPG, konsleting listrik, dan minyak tanah yang tersulut korek api. Pada industri besar di sektor pertambangan memiliki risiko tinggi, misalnya di pertambangan minyak dan gas bumi. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di pertambangan, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan lainnya menyebabkan industri migas memiliki potensi bahaya yang tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja. Di Indonesia, khususnya di sektor minyak dan gas bumi setiap pekerja disyaratkan untuk melakukan kajian resiko sebelum suatu kegiatan atau fasilitas perminyakan di bangun dan dioperasikan, seperti melakukan identifikasi bahaya yang ada disetiap aktivitas kerja, dan kemudian melakukan analisa dan evaluasi. Sebesar dan sekecil apapun potensi bahaya yang terjadi adalah tergantung pada kondisi keselamatan kerja, seperti kondisi mesin, peralatan, lingkungan kerja, dan bahan berbahaya lainnya. Oleh sebab itu, selain melakukan pengawasan terhadap pekerja, perlu juga adanya identifikasi dan evaluasi terhadap potensi bahaya di tempat kerja, dengan melakukan pengawasan terhadap mesin – mesin, peralatan kerja dan bahan berbahaya lainnya. Pada industri pangan pembuatan mpek-mpek yang kami survei terdapat beberapa resiko yang bisa menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja berupa luka
10
bakar. Seperti yang kami dapatkan di lapangan, para pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap (tidak menggunakan sarung tangan) saat melakukan penggorengan mpek-mpek, di lingkungan kerja pegawai terdapat banyak tabung gas LPG yang tidak disimpan di tempat terpisah dari ruangan pembuatan mpek-mpek yang dapat memicu terjadinya ledakan sewaktuwaktu, posisi gas LPG yang sangat berdekatan dengan kuali penggorengan yang seharusnya jarak minimal antara keduanya 1 meter, terdapat resiko terjadinya konslet listrik yang dapat menimbulkan kebakaran, dll.
11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation Procedure) wajib dilakukan. Penyebab luka bakar tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Sebesar dan sekecil apapun potensi bahaya yang terjadi adalah tergantung pada kondisi keselamatan kerja, seperti kondisi mesin, peralatan, lingkungan kerja, dan bahan berbahaya lainnya. Oleh sebab itu, selain melakukan pengawasan terhadap pekerja, perlu juga adanya identifikasi dan evaluasi terhadap potensi bahaya di tempat kerja, dengan melakukan pengawasan terhadap mesin – mesin, peralatan kerja dan bahan berbahaya lainnya. Pada industri pangan pembuatan mpek-mpek yang kami survei terdapat beberapa resiko yang bisa menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja berupa luka bakar. Seperti yang kami dapatkan di lapangan, para pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap (tidak menggunakan sarung tangan) saat melakukan penggorengan mpek-mpek, di lingkungan kerja pegawai terdapat banyak tabung gas LPG yang tidak disimpan di tempat terpisah dari ruangan pembuatan mpek-mpek yang dapat memicu terjadinya ledakan sewaktuwaktu, posisi gas LPG yang sangat berdekatan dengan kuali penggorengan yang seharusnya jarak minimal antara keduanya 1 meter, terdapat resiko terjadinya konslet listrik yang dapat menimbulkan kebakaran, dll
12
Dokumentasi Lokasi: Industri Pangan Pembuatan Mpek-mpek, di Garu IIB Medan Amplas
13