228328022-kematian-janin-ppt.ppt

  • Uploaded by: Lestari Chye Pouedan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 228328022-kematian-janin-ppt.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 1,988
  • Pages: 31
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

REFERAT INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD) Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Diajukan Kepada : Pembimbing : dr. Hary Purwoko,SpOG,K-FER Disusun Oleh : Agustina Tiaradita 1220221142

Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa PERIODE 12 AGUSTUS-20 OKTOBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang sosial dan ekonomi mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap angka kematian bayi. Pengaruh demikian tidak seberapa tampak pada angka kematian perinatal. Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan mencolok sedangkan angka kematian perinatal keseluruhan telah jatuh cukup dalam beberapa dekade terakhir , kematian janin belum menurun secepat bagian neonatal (Zhang J , 1992). Penyebab-penyebab tertentu dari kematian janin ( IUFD ) , termasuk sifilis , isoimunisasi Rh , toksemia , dan diabetes , telah menunjukkan penurunan yang signifikan selama beberapa dekade terakhir (Fretts RC, 2001)

Kematian janin ini sulit untuk dicegah karena penyebab belum teridentifikasi. Bahkan dalam kasus-kasus di mana penyebab kematian dapat ditentukan , kurangnya keseragaman dalam pengumpulan data dan klasifikasi penyebab kematian janin telah membuat perbandingan dan pelaporan yang akurat sulit untuk didapat. ( Petitti, 1987; Fretts, 1997; Kochenour, 1987)

Negara-negara Barat telah berhasil menurunkan angka kematian maternal dan kini angka kematian perinatal digunakan sebagai ukuran untuk meilai kualitas pengawasan antenatal. Dalam hubungan ini, maka pada pengawasan antenatal hal-hal yang bersangkutan dengan keadaan janin dalam uterus mendapat banyak perhatian.

Angka kematian perinatal di rumah sakitrumah sakit pada umumnya berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000. Perbaikan angka kematian perinatal dapat dicapai dengan pemberian pengawasan antenatal untuk semua wanita hamil dan dengan menemukan dan memperbaiki faktor-faktor yang memperngaruhi keselamatan janin dan neonatus.

I.2. Perumusan Masalah • Apa yang dimaksud dengan kematian janin (IUFD) ? • Apa penyebab terjadinya kematian janin (IUFD) ? • Bagaimana menegakkan diagnosis kematian janin (IUFD) ? • Apa komplikasi dari kematian janin (IUFD) ? • Bagaimana pengelolaan dari kematian janin (IUFD) ? • Bagaimana pencegahan dari kematian janin (IUFD) ? • Bagaimana penatalaksanaan dari kematian janin (IUFD) ?

I.3. Maksud dan Tujuan • Mengetahui definisi dari kematian janin (IUFD). • Mengetahui penyebab terjadinya kematian janin (IUFD). • Mengetahui diagnosis dari kematian janin (IUFD). • Mengetahui komplikasi dari kematian janin (IUFD) • Mengetahui pengelolaan dari kematian janin (IUFD) • Mengetahui pencegahan dari kematian janin (IUFD) • Mengetahui penatalaksanaan dari kematian janin (IUFD)

I.4. Manfaat Manfaat teoritis • Referat ini diharapakan dapat menjadi salah satu informasi bagi tenaga kesehatan dan mahasiswa kedokteran, kebidanan, dan keperawatan tentang IUFD. Manfaat praktis • Diharapakan dapat menjadi pengalaman dan menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang IUFD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

• Menurut WHO and The American Collage of Obstetricians and Gynecologist yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winknjosastro H, 2009)

Definisi

• Kematian janin ialah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernapas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, atau pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Winknjosastro H, 2007)

Kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu: (Winknjosastro H, 2007) Golongan I: kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh;

Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu; Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late fetal death); Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.

Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal atau kelainan patologik dari plasenta (Winknjosastro H, 2009) Faktor maternal antara lain adalah Post term (>42 minggu), diabetes melitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklampsia, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu. Penyebab dari maternal (5-10%) adalah antibodi antifosfolipid, diabetes, hipertensi, trauma, persalinan abnormal, sepsis, asidosis, hipoksia, ruptura uteri, kehamilan posterm serta obat-obatan.

Faktor fetal antara lain adalah

Faktor plasenta antara lain adalah

• Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, infeksi. Penyebab yang berasal dari fetal (sekitar 25%40%) dapat berupa anomali kromosomal, dan infeksi baik yang berasal dari bakteri, virus maupun protozoa.

• Penyebab yang berasal dari plasenta (25%35%)yaitu berupa abruptio plasenta, perdarahan fetalmaternal, insufisiensi plasenta, asfiksia intrapartum, plasenta previa, dan korioamnionitis, Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa

Selain ketiga kategori tersebut, terdapat penyebab yang tidak dapat dijelaskan ( 25%-35%) (Cunningham GF, 2007)

Diagnosis

• Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasound, dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin (Winknjosastro H, 2009)

Diagnosis

• Pada anamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat pada tinggi fundus uteri menurun, berat badan ibu menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil (Winknjosastro H, 2009)

Dengan Doppler tidak dapat didengar adanya bunyi jantung janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG, tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan. Dengan foto radiologik setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (gejala spalding), tulang belakang hiperefleksi, edema sekitar tulang kepala; tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. Pemeriksaan Hcg urin menjadi negatif setelah beberapa hari kematian janin (Winknjosastro H, 2009) Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya.

Anamnesa

• Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat berkurang • Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. • Wanita belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.

Inspeksi

• Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus • Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu • Terhentinya perubahan payudara

Palpasi

• Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tidak teraba gerakan-gerakan janin • Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

Auskultasi

• Baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan denyut jantung janin • Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan

Rontgen foto abdomen • Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin (Robert sign) • Tanda nojoks : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin • Tanda spalding : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin • Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak • Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat. • Kepala janin terkulai

These ultrasound images of the fetal skull reveal overlap of the bones of the calvarium following fetal demise. This is known as the Spalding sign and is diagnostic of intrauterine fetal death. Images courtesy Dr. Ravi Kadasne, UAE.

http://www.ultrasound-images.com/fetusgeneral.htm

Grade Maserasi pada IUFD : • Grade 0 (durasi < 8 jam)  kulit kemerahan ‘setengah matang’. • Grade I (durasi > 8 jam)  kulit terdapat bullae dan mulai mengelupas. • Grade II (durasi 2-7 hari)  kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di Rongga toraks dan abdomen • Grade III (durasi >8 hari)  hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, Mungkin terjadi mumifikasi

Komplikasi

Komplikasi

• Gangguan psikologis ibu dan keluargs • Infeksi, apabila ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat kecil, namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh mikroorganisme pembentuk gas seperti Clostridium welchii.

• Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu, dapat terjadi defibrinasi akibat silent Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC). Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari tromboplastin yang dilepaskan dari plasenta dan desidua yang mati ke dalam sirkulasi maternal. • .Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post partum.

Pengelolaan

Pengelolaan

• Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu kadar fibrinogen menurun dengan kecenderungan terjadinya koagulopati. Masalah menjadi rumit bila kematian jannin terjadi pada salah satu dari bayi kembar (Winknjosastro H, 2009)

• Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan tanda vital ibu; dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan dan gula darah. Diberikan KIE pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian janin; rencana tindakan; dukungan mental emosional pada penderita dankeluarga, yakinkan bahwa kemungkinan lahir pervaginam (Winknjosastro H, 2009)

Pencegahan Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidakbergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemeli dengan twin to twin transfusion pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anatomosis (Winknjosastro H, 2009)

Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis, ditanyakan aktivitas gerakan janin pada ibu hamil, bilamencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokografi.

Penatalaksanaan

• Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu, umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi persalinan dengan oksitosin maupun misoprostol. Tindakan perabdominam bila janin letak lintang. Induksi persalinan dapat dikombinasi oksitosin + misoprostol. Hati-hati pada induksi dengan uterus pascaseksio sesarea ataupun miomektomi, bahayanya terjadi ruptura uteri.

• Pada kematian janin 24-28 minggu dapat digunakan, misoprostol secara vaginal (50-100 μg tiap 4-6 jam) dan induksi oksitosin. Pada kehamilan di atas 28 minggu dosis misoprostol Penatalaksanaan 25 μg pervaginam/6jam.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

• Setelah bayi lahir dilakukan ritual keagamaan merawat mayat bayi bersama keluarga. Idealnya pemeriksaan otopsi atau patologi plasenta akan membantu mengungkap penyebab kematian janin.

• Metode terminasi lainnya berupa embriotomi. Embriotomi adalah suatu persalinan buatan dengan cara merusak atau memotong bagian-bagian tubuh janin agar dapat lahir pervaginam, tanpa melukai ibu. Embriotomi diindikasikan kepada janin mati dimana ibu dalam keadaaan bahaya ataupun janin mati yang tak mungkin lahir pervaginam (Winknjosastro H, 2007)

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan • Kematian janin dalam kandungan ( Intra Uterine Fetal Death ) berkaitan erat dengan angka kematian perinatal karena angka kematian perinatal ini merupakan parameter dini keadaan pelayanan kesehatan dan mencerminkan kemajuan sosial ekonomi suatu negara. • Diagnosis kematian janin dalam kandungan dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. • Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial baik dari faktor fetal, maternal, plasenta maupun dengan 25 % – 35 % kasuss tidak diketahui penyebabnya.

• Pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur dan efektif juga pengetahuan ibu tentang kesejahteraan janinnya dapat digunakan untuk mendeteksi dini penurunan kesejahteraan janin yang berakibat pada IUFD dan komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat dihindari. • Usaha mengakhiri kehamilan pada IUFD dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada ibu. • IUFD sangat mempengaruhi pasien secara emosional, sehingga dibutuhkan dukungan moril dari keluarga maupun dokter yang menanganinya.

Saran Diharapkan dibuatnya referat ini adalah: • Pembaca mengerti bagaimana kematian janin bisa terjadi. • Pembaca bisa lebih mewaspadai jika ditemukan adanya tanda dan gejala klinis seperti yang telah disebutkan di atas..

Daftar Pustaka • • • • • • •

• •



Cunningham GF. Fetal Death in Williams Obstetrics 22st Edition. 2007. McGraw Hill. USA. Fretts, R, Usher R. Causes of fetal death in women of advanced maternal age. Obstetr Gynecol 1997; 89: 40–5. Fretts RC. Maternal age and fetal loss. Older women have increased risk of unexplained fetal death, Br Med J 2001; 322 (7283): 430. http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/kematian-janin-dalam-kandungan.html Kochenour, N. Other causes of fetal death. Clin Obstet Gynecol 1987; 30: 312–9. Petitti, D. The epidemiology of fetal death. Clin Obstet Gynecol 1987; 30: 253–8. Winknjosastro H. Kematian Perinatal Dalam Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Kesembilan. 2007. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI : Jakarta. Winknjosastro H. Kematian Janin Dalam Ilmu Kebidanan Edisi Keempat Cetakan Kedua. 2009. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI : Jakarta Winknjosastro H. Embriotomi Dalam Ilmu Bedah Kebidanan Edisi Pertama Cetakan Ketujuh. 2007. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI : Jakarta Zhang J, Cai W. Risk factors with antepartum fetal death. Early Hum Dev 1992; 28: 193– 200.

Terimakasih 

More Documents from "Lestari Chye Pouedan"