224833338-referat-trikiasis-mata.docx

  • Uploaded by: Ery Lione Nanulaitta
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 224833338-referat-trikiasis-mata.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,131
  • Pages: 20
Mata Berair dan Terasa Mengganjal Ery Lione Nanulaitta 102014052 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Duri Kepa, Jakarta Barat 11510 Telp : (021) 5694-2061 Email: [email protected]

PENDAHULUAN Trikiasis merupakan suatu kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola mata. Trikiasis dapat timbul akibat proses sikatrik apapun. Di negaranegara berkembang, trakoma merupakan penyebab penting dan trikiasis merupakan penyebab kebutaan terkait dengan trakoma. Walaupun tidak ada data pasti tentang angka kejadian gangguan penglihatan ataupun kebutaan akibat trikiasis terkait dengan kasus trakoma di Indonesia, namun dengan berhasilnya Program Kesehatan Masyarakat dalam mengontrol infeksi trakoma dan defisiensi vitamin A maka secara tidak langsung terjadi penurunan kebutaan karena penyakit tersebut.1,2,3,4

Gambar 1. Trakomatous trikiasis

1

Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Palpebra juga menyediakan elemen kimia penting pada lapisan air mata prekorneal, dan membantu mendistribusikan lapisan ini ke seluruh permukaan bola mata. Selama fase mengedip, kelopak mata mendorong air mata ke kantus medial dan masuk ke dalam sistem drainase pungtum lakrimal. Bulu mata yang ada di sepanjang tepi kelopak mata membersihkan partikel-partikel dari depan mata, dan pergerakan konstan serta refleks kelopak mata mencegah kornea dari trauma ataupun cahaya yang menyilaukan.1,2,3 Komplikasi trikiasis yang perlu diwaspadai adalah terjadinya ulkus kornea. Pada ulkus kornea yang progresif, dapat terjadi infiltrasi sel radang dan limfosit sehingga akhirnya terbentuk jaringan parut atau sikatrik sehingga memberikan kekeruhan pada kornea. Terapi dapat berupa epilasi bulu mata yang mengalami trikiasis. Rekurensi dapat diatasi dengan krioterapi atau elektrolisis.1 Pembahasan A.

ANATOMI

Gambar 2. Gross Anatomi Palpebra2

2

Palpebra terdiri dari bagian orbita dan bagian tarsal yang dipisahkan oleh sulcus palpebra. Palpebra superior dan inferior bertemu pada kantus lateral dan medial. Ketika mata terbuka, palpebra superior menutupi 1/6 bagian ornea dan palpebra inferior hanya menutupi bola mata sampai batas limbus saja. Ruang elips antara kedua palpebra yang dibuka disebut fissura palpebra. Normalnya fissura palpebra berukuran 10-11 mm vertikal dan 28-30 horizontal. Margo palpebra terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh punctum lacrimalis, di medial disebut bagian lacrimalis dan dilateral disebut bagian siliaris. Bagian lacrimalis berbentuk bulat dan tidak ditumbuhi bulu mata serta tidak memiliki kelenjar. Bagian siliaris, terdiri dari margo anterior, margo posterior, dan lamellae yang memisahkan kedua bagian tersebut.2 Dari anterior ke posterior, secara berurutan palpebra terdiri dari beberapa lapisan, yaitu2 : 1.

Kulit Kulit merupakan lapisan anterior dengan jaringan subkutaneous. Palpebra memiliki kulit yang tipis ± 1 mm dan tidak memiliki lemak subkutan. Kulit disini sangat halus dan mempunyai rambut vellus halus dengan kelenjar sebaseanya, juga terdapat sejumlah kelenjar keringat.

2. Jaringan areolar subkutis Dibawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat meluas pada edema masif atau dapat berisi darah 3. Lapisan otot lurik Terdiri dari M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Otot ini meliputi tiga bagian : mata, palpebra, dan lacrimal. Otot ini berfungsi dalam proses menutup mata dan dipersarafi oleh cabang zygomaticum dari N. Fasialis. Itulah sebabnya, pada paralisis N. Fasialis dapat terjadi Lagopthalmus yang dapat berkomplikasi menjadi keratitis.

Selain itu, pada palpebra superior juga terdapat M. Levator Palpebra superior. Otot ini terletak pada apex bola mata dan berinsersi pada tiga bagian yaitu pada kulit palpebra, permukaan anterior tarsus, dan pada

3

fornix konjungtiva superior. Otot ini berfungsi untuk mengangkat palpebra (membuka mata) dan dipersarafi oleh cabang N. Oculomotius. 4. Jaringan areolar submuskular Jaringan areolar submuskular adalah suatu jaringan ikat longgar. Saraf dan pembuluh darah terdapat pada bagian ini. Sehingga, untuk kepentingan anestesi palpebra, obat di injeksikan pada bagian ini. 5. Jaringan fibrous Jaringan fibrous ini terbagi menjadi dua, yaitu : a. Tarsus Tarsus merupakan jaringan ikat fibrous panjangnya ± 25 mm, yang dihubungkan pada tepian orbita oleh tendo-tendo kanthus medialis dan lateralis. Didalamnya terdapat kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas) yang membentuk “oily layer” dari air mata.

b. Septum orbita Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. Septum merupakan sawar penting antara palpebra dan orbita. 6. Lapisan otot polos

Terdiri dari M. Muller yang terletak jauh ke dalam septum orbita pada kedua palpebra. Pada palpebra superior, otot ini berasal dari serat M. levator palpebra superior dan pada palpebra inferior berasal dari perpanjangan M. Rectus inferior; berinsersi pada tepi tarsus. 7. Konjungtiva Bagian konjungtiva yang melapisi paalpebra disebut konjungtiva palpebra. Terdiri dari tiga bagian : marginal, tarsal dan orbital. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel Goblet yang dapat menghasilkan musin.

4

Gambar 3. Struktur palpebra superior2

Gambar 4 . Tarsus dan septum orbita2

Margo Palpebra Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, margo palpebra bagian siliaris, terdiri dari margo anterior, margo posterior, dan lamellae yang memisahkan bagian tersebut. Lamellae palpebra dibagi menjadi dua oleh garis kelabu (grey line) menjadi lamellae anterior dan lamellae posterior. Grey line merupakan perbatasan antara kulit dengan konjungtiva tarsal. Pemisahan kelopak mata pada prosedur operasi dilakukan pada garis ini.2,3

5

a) Lamellae anterior 1. Bulu mata Bulu mata tumbuh dari tepian palpebra dan arah pertumbuhannya menjauhi tarsus. 2. Glandula Zeis Kelenjar ini adalah modifikasi kelenjar sebasea yang bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. 3. Glandula Moll Kelenjar ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata atau pada folikel rambut pada dasar bulu mata.

b) Lamellae posterior Lamellae palpebra posterior atau tarsus berkontak dengan bola mata, dan pada bagian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar meibom. Kelenjar meibom memproduksi sekret (sebasea) yang berfungsi sebagai lapisan lapisan film air mata. Vaskularisasi Pasokan darah ke palpebra datang dari arteri lakrimalis dan oftalmika melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medial. Anastomosis antara arteri palpebra lateralis dan medialis membentuk arcade tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar submuskular. Drainase vena dari plexus post trasal palpebra mengalir ke dalam vena oftalmika dan plexus pre tarsal mengalir ke dalam vena subkutaneus. Pembuluh limfe dari segmen lateral palpebra berjalan ke dalam nodus preauricular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam limfonodus submandibular.2 Innervasi Persarafan motorik palpebra berasal dari cabang N. Fasialis (mempersarafi M. Orbicularis oculi), N. Oculomotor ( mempersarafi M. Levator palpebra superior), dan serabut saraf simpatis (mempersarafi M. Muller). Persarafan sensoris palpebra berasal dari cabang pertama dan kedua dari N. Trigeminus

6

(N.V). Nervus lakrimalis, supraorbitalis, supratrokhlearis, infratrokhlearis dan nasalis eksterna kecil adalah cabang-cabang dari divisi oftalmika (pertama) dari N. Trigeminus. Nervus infraorbitalis, zigomaticofacialis, zigomaticotemporalis merupakan cabang-cabang dari divisi maksilaris (kedua) N. Trigeminus.2 B.

FISIOLOGI 1. Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior Pelpebra merupakan jaringan yang mudah digerakkan yang terletak di depan bola mata. Palpebra berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. 1,2,3 2. Mensekresi lapisan lemak dari lapisan air mata Pada palpebra terdapat glandula meibom atau glandula tarsal pada stroma tarsal tersusun secara vertikal. Terdapat sekitaar 30-40 kelenjar pada palpebra superior dan sekitar 20-30 pada palpebra inferior. Kelenjar ini adalah modifikasi dari kelenjar sebasea. Duktus glandula meibom ini terdapat pada margo palpebra dan berfungsi untuk mensekresikan lipid untuk membentuk lapisan terluar film air mata di depan kornea. Saat palpebra menutup, film air mata akan tersebar ke konjungtiva dan kornea.2 3. Berperan dalam sistem drainase lakrimal Ketika mata menutup oleh kerja M.orbicularis oculi, sakkus lakrimalis melebar dan tekanan negatif mengisap air mata masuk ke dalam sakkus lakrimalis. Ketika mata terbuka, terjadi tekanan positif pada sakkus lakrimalis, hal inilah yang menyebabkan air mata bergerak turun menuju duktus nasolakrimalis. Proses ini disebut pompa lakrimal (lacrimal pump)

Working diagnosis Trikiasis A.

DEFINISI

7

Trikiasis adalah suatu keadaan dimana bulu mata tumbuh mengarah pada bola mata yang akan menggosok kornea atau konjungtiva. Bulu mata dapat tumbuh dalam posisi yang abnormal sementara palpebra tetap pada posisi normal. Pertumbuhan bulu mata ke arah bola mata yang disertai dengan keadaan melipatnya margo palpebra ke arah dalam (entropion) disebut pseudotrikiasis.1-3, 5-7

Gambar 5. Bulu mata dengan trikiasis2

B.

INSIDENSI Trikiasis termasuk kelainan pada palpebra yang jarang berdiri sendiri. Biasanya terjadi bersama penyakit lain seperti trakoma, sikatrisial pemfigoid, entropion, dan trauma lainnya yang mengenai palpebra. Trakoma merupakan penyebab terpenting terjadinya trikiasis. Terdapat ± 50 negara yang termasuk negara endemik trakoma. Negara-negara tersebut tersebar di benua afrika, timur tengah, asia tenggara, india, dan amerika selatan. Laporan terbaru WHO pada tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat ± 40 juta orang menderita trakoma, 8.2 juta orang diantaranya menderita trikiasis dan 1.3 juta orang menderita kebutaan sebagai komplikasinya.8 Di Indonesia sendiri, walaupun tidak ada data pasti tentang angka kejadian gangguan penglihatan ataupun kebutaan akibat trikiasis terkait dengan kasus trakoma, namun dengan berhasilnya Program Kesehatan Masyarakat dalam mengontrol infeksi trakoma dan defisiensi vitamin A 8

maka secara tidak langsung terjadi penurunan angka kebutaan karena penyakit tersebut.4 C.

ETIOLOGI DAN PATOMEKANISME Trikiasis sering kali berasal dari inflamasi atau jaringan sikatrik palpebra yang terbentuk setelah menjalani operasi palpebra, trauma, kalazion, atau blepharitis ulseratif. Kelainan ini juga dihubungkan dengan penyakit sikatrik kronik seperti sikatrisial pemphigoid, penyakit infeksi seperti trakoma serta sindrom steven johnson. Proses inflamasi tersebut akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut atau sikatrik. Sikatrik yang terbentuk pada bagian lamella posterior palpebra, menyebabkan posisi silia mata tumbuh mengarah ke bola mata. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab trikiasis2,3,9 : 1.

Trakoma Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang

disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi lebih banyak ditemukan pada orang muda dan anakanak.1 Infeksi Chlamydia trachomatis ini menyebabkan reaksi inflamasi yang predominan limfositik dan infiltrat monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam folikel. Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang kronik dan menyebabkan terbentuknya suatu jaringan parut pada konjungtiva tarsus superior sehingga mengakibatkan perubahan bentuk pada tarsus yang selanjutnya dapat mengubah bentuk palpebra superior berupa membaliknya bulu mata ke arah bola mata (trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropion) sehingga bulu mata terus-menerus menggesek kornea.1,2,4

9

Gambar 6. Palpebra superior: tampak trakoma dengan jaringan sikatrik2

Gambar 7. Palpebra superior : Trakomaatous trikiasis2

2.

Blefaritis ulseratif Merupakan peradangan margo palpebra dengan tukak akibat infeksi

staphylococcus.

Pada

blefaritis

olseratif

terdapat

krusta

berwarna

kekuningan, serta skuama yang kering dan keras, yang bila keduanya diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Penyakit ini sangat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam sehingga merusak follikel rambut mengakibatkan rontok (madarosis), dan apabila ulkus telah menyembuh akan membentuk jaringan parut atau sikatrik. Sikatrik ini akan menimbulkan tarikan sehingga menyebabkan bulu mata tumbuh mengarah ke bola mata (trikiasis).2

10

Gambar 8. Blefaritis ulseratif. Tampak krusta dan eritema pada margo palpebra 3

Gambar 9. Tampak madarosis pada bagian lateral palpebra inferior3

3.

Hordeolum eksterna Hordeolum eksterna adalah inflamasi supuratif akut yang terjadi

pada glandula Zeis atau Moll.2

Gambar 10. Hodeolum eksterna palpebra superior2

Dapat disebabkan oleh kebiasaan menggaruk mata dan hidung, blafaritis kronik dan diabetes mellitus. Dapat juga disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus. Hordeolum eksterna terbagi menjadi dua stadium yaitu stadium sellulitis dan stadium abses. Pada stadium selulitis hanya didapatkan tanda-tanda inflamasi seperti gambaran edema yang berbatas 11

tegas, kemerahan dan teraba keras. Sedangkan pada stadium abses, telah tampak gambaran pus pada margo palpebra yang dapat mempengaruhi bulu mata.2 4.

Konjungtivitis membranous Konjungtivitis membranous adalah suatu penyakit inflamasi yang

terjadi pada konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi Corynebacterium diphtheriae, ditandai dengan terbentuknya membran pada konjungtiva.2

Gambar 11. Konjungtivitis membranous2

Saat ini, penyakit ini sudah sangat jarang dijumpai oleh karena menurunnya angka kejadian difteri. Hal ini disebabkan karena immunisasi difteri berjalan sangat efektif. Corynebacterium diphtheriae menyebabkan inflamasi hebat pada konjungtiva dan menyebbkan deposisi eksudat fibrin pada permukaan dan bagian yang lebih dalam pada konjungtiva sehingga akhirnya

terbentukmembran.

Membran

biasanya

terbentuk

pada

konjungtiva palpebra. Pengelupasan membran dihubungkan dengan adanya nekrosis koagulatif. Akhirnya penyembuhan berlangsung dengan terbentuknya jaringan granulasi. Penyakit ini terbagi menjadi tiga stadium yaitu stadium infiltrasi, supurasi, dan sikatrisasi. Pada stadium sikatrisasi, permukaan konjungtiva yang telah tertutup oleh jaringan granulasi mengalami epitelisasi. Penyembuhan luka terjadi melalui pembentukan jaringan parut atau sikatrik yang dapat menyebabkan terjadinya trikiasis dan xerosis konjungtiva.2 5.

Sikatrisial pemphigoid

12

Sikatrik Okuler Pemphigoid (SOP) atau mucous membrane pemphigoid adalah kelainan autoimun kronik yang ditandai dengan adanya bullae pada konjungtiva. SOP merupakan kelainan yang bersifat bilateral, mengenai kedua mata dan lebih sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Gejalanya dapat berupa rasa nyeri dan sensai benda asing pada mata disertai kotoran mata. Salah satu tanda SOP adalah simblefaron, yaitu adhesi antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Hal ini menunjukkan terjadinya proses pembentukan sikatrik subepitelial yang progresif. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya trikiasis apabila terbentuk sikatrik yang tebal. Trikiasis ini dapat menyebabkan keratinisasi pada permukaan kornea dan konjungtiva.10

Gambar 12 . Sikatriasial pemphigoid11

6.

Entropion Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi

atau margo palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan 'trichiasis' dimana bulu mata yang biasanya mengarah keluar kini menggosok pada permukaan mata.2,3 Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya entropion involusional lebih sering ditemukan pada orangtua. Entropion lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion involusional biasanya ditemukan lebih sering pada palpebra inferior sedangkan entropion sikatrik lebih sering pada palpebra superior dan paling sering didahului oleh trakhoma.2,3

13

Gambar 13. Sikatrikal entropion2

7.

Distikiasis Distikiasis adalah terdapatnya pertumbuhan bulu mata abnormal atau

terdapatnya duplikasi bulu mata daerah tempat keluarnya saluran meibom. Berbentuk lebih halus, tipis dan pendek dibanding bulu mata normal.1

Gambar 14. Distikiasis3

Dapat tumbuh ke dalam sehingga mengakibatkan bulu mata menusuk ke jaringan bola mata atau trikiasis. Bersifat kongenital dominan. Biasanya disertai kelainan kongenital lainnya.1

D.

GAMBARAN KLINIS Pada trikiasis, posisi tepi palpebra dapat normal, atau jika tidak, dapat dihubungkan dengan entropion. Bulu mata yang melengkung ke dalam menyebabkan pasien mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata kronik. Abrasi kornea, injeksi konjungtiva, fotofobia,

14

dan lakrimasi merupakan gambaran yang sering ditemukan. Pada kasus yang lebih berat dapat ditemukan ulkus kornea.1,2,3,9 E.

DIAGNOSIS 1.

Anamnesis Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat penyakit sebelumnya yang pernah diderita oleh pasien. Misalnya12 : a. Apakah pasien pernah menderita infeksi mata berat atau pernah berada di negara endemik trakoma seperti di Afrika dan negaranegara timur tengah? b. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit autoimmune seperti pemphigoid sikatrik? c. Apakah ada riwayat mengalami sindrom steven johnson sebelumnya? d. Apakah ada riwayat trauma pada mata? e. Apakah pasien pernah menjalani operasi mata sebelumnya? Pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata kronik. Apabila lebih berat hingga menimbulkan ulkus kornea , maka akan timbul keluhan mata merah, sakit pada mata, fotofobia, dan penglihatan menurun.1,2,3

2.

Pemeriksaan fisis a. Inspeksi Pada pemeriksaan inspeksi dengan menggunakan slit lamp didapatkan satu atau lebih silia tumbuh ke arah kornea atau konjungtiva

bulbi.

Refleks

blefarospasme,

kongestif

konjungtiva, dan fotofobia dapat terjadi apabila kornea telah mengalami abrasi. Tanda dan gejala penyakit penyerta seperti trakoma, blefaritis, dan lain-lain, dapat ditemukan.1,2

15

Gambar 15. Trikiasis pada palpebra inferior9

b. Eversi kelopak mata Eversi kelopak dilakukan dengan mata pasien melihat jauh ke bawah. Pasien diminta jangan mencoba memejamkan mata. Tarsus ditarik ke arah orbita. Pada konjungtiva dapat dicari adanya folikel, perdarahan, sikatriks dan kemungkinan benda asing. c. Fluoresein Fluoresin adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari gelombang biru akan memberikan gelombang hijau. Kertas fluoresein yang dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologik diletakkan pada sakus konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudia kertas ini diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea. Defek kornea terlihat berwarna hijau karena pada bagian defek tersebut bersifat basa. Pada keadaan ini disebut uji fluoresein positif. Pemeriksaan ini dipakai untuk melihat terdapatnya defek epitel kornea akibat gesekan dari silia bulu mata yang mengalami trikiasis.1 F.

KOMPLIKASI 1.

Keratitis

16

Suatu kondisi dimana kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Bila ini berlanjut terus dapat mengakibatkan terjadinya ulserasi kornea, kemudian sembuh dengan sikatrik kornea.1,2 Jaringan parut yang terbentuk dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan ulkus kornea menetap.1,2 2.

Vaskularisasi kornea

Gambar 16. Trikiasis dengan vaskularisasi kornea 2

G.

PENATALAKSANAAN Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, epilasi mekanik dapat menangani sementara. Pertumbuhan baru biasanya dalam tiga hingga empat minggu. Penanganan permanen merusak folikel bulu mata yang terlibat. Hal ini dilakukan dengan elektrolisis atau cryotherapy.2,3,5,6,7

17

Gambar 17. Elektrolisis. Sebuah jarum di insersikan ke dalam folikel rambut dengan bantuan slit lamp atau dengan mikroskop.13

Kekurangan metode elektrolisis yaitu sulitnya menempatkan jarum tepat pada folikel rambut yang akan dirusak sehingga berisiko untuk menyebabkan kerusakan mukosa dan struktur sekitarnya yang akhirnya akan menyebabkan terbentuknya sikatrik yang lebih luas dan trikiasis yang lebih hebat.2,7 Jika melibatkan area tepi palpebra yang lebih luas, dapat dilakukan bedah beku atau cryotherapy yaitu suatu teknik pengrusakan folikel rambut dengan menggunakan suhu yang sangat dingin (nitrogen oksida). Folikel silia bulu mata sensitif terhadap dingin dan dapat rusak pada temperatur 20ᵒC hingga -30ᵒC. Ablasi laser dari folikel bulu mata juga dilaporkan bermanfaat. Pada kebanyakan kasus, penatalaksanan ulang penting selama beberapa sesi untuk mengeliminasi seluruh bulu mata yang terlibat. Jika entropion ditemukan, tepi palpebra sebaiknya dikoreksi sebagai tambahan untuk menghilangkan bulu mata yang terlibat. Bila hampir semua bulu mata mengalami trikiasis, maka koreksi bedah ddapat dianjurkan. Prosedur bedah yang dilakukan sama dengan prosedur yang dilakukan pada entropion sikatrik, salah satunya yaitu dengan teknik modifikasi Ketssey’s .

2,3,5,-7,9

18

Gambar 18. Cryotherapy11

Pada teknis modifikasi ketssey’s (Transposition of tarsoconjunctival wedge), sebuah insisi horizontal dibuat sepanjang sulkus subtarsalis, (2-3 mm diatas margo palpebra) termasuk konjungtiva dan tarsal plate. Bagian terbawah dari tarsal plate di tempel pada margo kelopak mata. Penjahitan matras dilakukan setelah pemotongan bagian atas dari tarsal plate dan jahitan tersebut timbul pada kulit 1 mm di atas margo kelopak mata.2

Gambar 19. Teknik modifikasi Ketssey’s2

19

Terapi medikamentosa dengan menggunakan kloramphenikol ointment dapat membantu mencegah terjadinya kerusakan kornea. Pada trachomatous trichiasis, dapat pula digunakan doxycycline sebagai terapi untuk mencegah terjadinya proses sikatrisasi yang lebih luas sehingga secara tidak langsung mencegah terjadinya trikiasis.5,8 H.

PROGNOSIS Trikiasis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan

pengobatannya tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya.

KESIMPULAN Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola mata. Trikiasis biasanya terjadi akibat inflamasi atau terbentuknya sikatrik pada palpebra setelah operasi palpebra, trauma, kalasion, atau blefaris ulseratif. Trikiasis sering dikaitkan dengan penyakit sikatriks kronik seperti pemphigoid ocular, trakoma, dan sindrom Steven Johnson. Pasien mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata kronik. Abrasi kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mucus, dan reflex epifora merupakan gambaran yang sering ditemukan. Tanda dan gejala penyakit penyebab seperti trakoma, blefaritis, dan lain-lain dapat pula ditemukan. Pemeriksaan yang diperlukan untunk menegakkan diagnosis trikiasis yaitu dengan anamnesis mengenai gejala dan riwayat penyakit penyebab, pemeriksaan fisis dengan cara inspeksi yang dibantu dengan slitlamp, serta dapat pula dengan uji floresein apabila dicurigai telah terjadi aberasi atau ulkus kornea. Penanganan trikiasis dapat berupa epilasi, elektrolisis, atau cryotherapy.

20

More Documents from "Ery Lione Nanulaitta"