LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN CRITICAL LIMB ISKEMIK POST OP AMPUTASI DAN TROMBEKTOMI DI RUANGAN GENERAL INTENSIVE CARE UNIT WING A RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Profesi Ners Angkatan 36 Bagian Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Disusun oleh : Yulian Mutiara Agustin 220112170079
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN 36 BAGIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2019
I. PENGKAJIAN AWAL A. Identitas Klien 1. Nama
: Tn. A
2. Tempat Tanggal lahir
: bandung, 08-08-1960
3. Usia
: 58 tahun
4. Jenis Kelamin
: perempuan
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: jalan adi anterium
7. PendidikanTerakhir
:
8. Status Marital
: Menikah
9. No. RM
: 0001750125
10. Diagnosis
: critical limb iskemik
11. Tanggal Masuk RS
: 09 maret 2019
12. Tanggal Pengkajian
: 21 maret 2019
B. Riwatayat Kesehatan 1. Keluhan utama Klien mengalami penurunan kesadaran 2. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E :4 M : 2 V:T, (somnolen), klien menggunakan alat bantu nafas dengan ventilator dengan mode simv pc, dan oksigen 10 liter per menit, frekuensi nafas 13-31 x/mnt dengan saturasi oksigen 98-100 %., Fi02 60 %, peep 5 3. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien sebelumnya menderita stroke 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak terkaji. 5. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi - Kebutuhan cairan Dewasa (30 - 50 ml/kgBB/hari) Kebutuhan Cairan = 30 ml x 48 kg = 1440 ml/hari
- IWL Perhari (10 - 15 cc/BB/hari) IWL = 10 cc x 48 kg/24 = 20 cc/hari - Balance Cairan (-789,8) – (+1273,2)/ 8 jam Kebutuhan gizi dihitung menggunakan rumus Harris Benedict (Basal Energi Expenditu/BEE. BEE Pr = 655 + (9,6 BB) + (1,7 TB) –(4,7U) BEE Lk = 66 + ( 13,5 BB) + (5 TB) –(6,8 U) TEE = BEE x Faktor Aktivitas x Faktor Stress Kebutuhan Kalori BEE pr = 655 + (9,6 x 48 kg) + (1,7 x 150 cm) – (4,7 x 58 tahun) = 1093,2 kcal TEE = 1093,2 kcal x 1,2 x 1,2 = 1574 kcal/hari Hitungan dari bagian Gizi RSHS Kebutuhan Kalori = 30 kcal/kg BB/hari = 30 kcal x 48 kg = 1440 kcal/hari Komposisi dari bagian Gizi RSHS Kebutuhan karbohidrat/hari (50%) → 1 gr karbohidrat = 4 kalori 50% x kcal = 720 kalori Kebutuhan protein/hari → 2 gr/kgBB 2 gr x 48 kg = 96gr
C. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran
: GCS: E: 4 M:2 V: T
2. Keadaan umum
: klien tirah baring, somnolen
3. TTV
: TD: 130/69 mmHg, N: 112x/menit,
RR:29x/menit, S: 36,9 C 4. Antropometri BB saat ini
: 48 kg
TB
: 150 cm
IMT = BB(kg)/ TB (m)2 = 48/ 1,52= 21,3 kg/m2 (normal) 5. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler Konjuctiva (sedikit anemis), Akral (dingin), Turgor (lambat), CRT (< 2 detik), Allen test (normal/ normal), Bunyi jantung (s1 dan s2 lemah) terdengar suara s3 di ICS3, tidak ada peningkatan vena jugularis, nadi teraba lemah, tekanan darah 130/69, nadi 112 x/mnt,terdapat suata murmur. b. Sistem Respirasi sekret (+),terpasang ETT dengan ventilator mode simv pc dengan oksigen 10 liter per menit, frekuensi nafas 29x/mnt, ketika di perkusi sonor, saat di auskultasi suara nafas tidak terdengar,. c.
Sistem Gastrointestinal Makan diit susu sesuai intruksi dari gizi , Sklera (tidak ikterik), Mukosa oral (lembab), Lidah (tidak dapat di kaji), Reflek menelan (-), Refleks mengunyah (-), Muntah (-), , BAB menggunakan popok (frekuensi BAB 2 kali/hari)konsistensi encer , Bising usus (13 x/menit, aktif)
d. Sistem Neurologi Kesadaran somnolen , GCS (E4 M3 Vt), Pupil (isokor 2mm/2mm, respon terhadap cahaya +/+), nervus optikus lapang pandang (-), nervus okulomotor klien mampu engangkak kelopak mata secara maksimal, gerakan mata (-), vervus olfatorius (tidak dapat di kaji ) dapat membedakan bau, tokhelearis (-) mamapu menggerakan mata ke bawah dan ke dalam, trigeminus (-) mampu mengunyah dan ada sensasi pada wajah saat di berikan tissu,fasialis (tidak dapat di kaji ), hipoglosus (tidak dapat di kaji). e. Sistem Muskuloskeletal Tampak penurunan kekuatan otot atas 1/1, bawah 1/1, edema dan lesi pada kedua ekstremitas ada. Tampak luka dekubitus di kaki sebelah kanan dan kaki sebelah kiri di amputasi sampai femur, pulsasi pada arteri pemoral lemah, ekstremitas bawah sebelah kanan tampak bengkak f. Pengkajian urogenital
Genitalia (tidak terdapat lesi, kondisi genitalia bersih), terpasang Dower Catheter ukuran 16, BAK selama 8 jam pemantauan (jam 14.00 tanggal 14/03/2019 s/d jam 21.00) BAK 40-90 cc/jam (urine bag), warna kuning jernih. Dower Catheter dipasang pada tanggal 16 November 2019. g. Sistem Integumen Warna kulit (sawo matang, normal), Kulit kepala dan rambut (berkeringat), Integritas kulit (tdk utuh ) tampak luka dekubitus pada kaki kanan dan kiri , Contusion/bruise/lebam (+) kaki kanan , , Luka (+) pada kedua ekstremitas , benjolan (-), Suhu (hangat), Luka dekubitus (+). Skrining resiko decubitus: Aspek Persepsi Sensori Kelembapan Aktivitas Mobilisasi Status Nutrisi Friksi/ Gesekan
1 Keterbatasan penuh
2 Sangat terbatas
3 Keterbatasan ringan
Lembab terus menerus Di tempat tidur
Sangat lembab
Tidak dapat bergerak Sangat buruk Bermasalah
Pergerakan sangat terbatas Tidak adekuat Potensi bermasalah
Kadang-kadang lembab Kadang-kadang berjalan Keterbatasan ringan
Diatas kursi
Adekuat Tidak ada masalah
4 Tidak ada keterbatasan Tidak ada lembab Sering berjalan Tidak ada keterbatasan Baik sekali
Total skor < 10 = risiko sangat tinggi 15- 18 = berisiko 10 -12 = risiko tinggi ≥19 = risiko rendah / tidak berisiko 13 – 14 = risiko sedang *Lakukan implementasi pencegahan sesuai dengan kategori risiko Definisi resiko :
Lembar observasi Tanggal
Nadi
suhu
Dan jam 21-03-19
Tekanan
respirasi
SP02
13-43
98-100
20-43
98-100
21-30
100
darah 84-112
36,9 -38,6 105-178/62-
14.00-
109
21.00 22-03-19
97-116
14.00-
37,7 –
167-178/101-
38,6
109
37,1 –
151-168/81-
21.00 23-03-19
75-85
Skor 1 3 1 1 3 2 11
21.00-
37,3
95
07.00
D. Pemeriksaan Penunjang (21 maret 2019) Natrium
138
135-145
normal
Kalium
3,9
3,5 – 5,1
normal
Klorida
110
98-109
tinggi
Kalsium ion
4,53
4,5 – 5,6
normal
Magnesium
1,7
1,8-2,4
rendah
PH
7,425
7,35-7,42
normal
pCO2
26,8
35,0 -45,0
rendah
HC03
17,7
22-26
rendah
Be ecf
4.0
positif
E. Terapi Saat Ini No
Pemberian Terapi
1. 1 Fondafanux 45 mg 1x1 .
Fungsi Obat ini berperan dalam menurunkan kemampuan darah untuk membeku dengan cara
menghambat
aktivitas
faktor
pembekuan darah jenis Xa, sehingga mencegah terjadinya penggmpalan darah.
2. 2 Atropostatin 20 mg 2x 1 .
Atorvastatin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida, serta meningkatkan jumlah kolesterol baik (HDL) di dalam darah. Jika kolesterol dalam darah tetap terjaga dalam nilai normal, maka akan menurunkan risiko stroke dan serangan jantung. Atorvastatin menurunkan jumlah kolesterol dalam tubuh dengan cara menghambat enzim yang bertugas memproduksi kolesterol di hati.
No
Pemberian Terapi
Fungsi Dengan demikian, jumlah kolesterol jahat dalam
darah
akan
turun,
sehingga
menurunkan risiko kolesterol menempel serta menyumbat pada pembuluh darah arteri (aterosklerosis). 3. 3 Aspelet 81 mg 1x1 .
aspilet adalah untuk mencegah adanya penyumbatan
pembuluh
darah
pada
penderita penyakit kantung, stroke, dan infark. Hal ini dikarenakan kandungan asetosal yang terdapat pada obat aspilet berfungsi sebagai pengencer darah. Selain itu, manfaat aspilet adalah untuk mengatasi gangguan pembekuan darah. Orang-orang yang memiliki gangguan pembekuan
darah
dengan
kondisi
trombosit melekat dengan kepingan darah akan
memliki
agregasi
platelet
atau
penyumbatan saluran peredaran darah.
4. 5 Paracetamol 1 gram .
Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam). meredakan
Obat rasa
ini
dipakai
untuk
sakit
ringan
hingga
menengah, serta menurunkan demam. Paracetamol mengurangi rasa sakit dengan cara menurunkan produksi zat dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur
yang dilepaskan tubuh
sebagai reaksi terhadap kerusakan jaringan atau infeksi, yang memicu terjadinya
No
Pemberian Terapi
Fungsi peradangan, demam, dan rasa nyeri. Paracetamol
menghalangi
produksi
prostaglandin, sehingga rasa sakit dan demam berkurang. 5. 6 Clopidogrel 75 mg .
Clopidogrel berfungsi
merupakan untuk
obat
mencegah
yang
trombosit
(platelet) saling menempel yang berisiko membentuk gumpalan darah. Gumpalan darah yang terbentuk di pembuluh darah arteri dapat memicu terjadinya trombosis arteri, seperti serangan jantung dan stroke. 6.
Amiodaron 400 mg 1x1
Amiodarone adalah obat antiaritmia yang bermanfaat untuk mengatasi irama jantung yang
tidak
menggunakan
teratur.Pengobatan amiodarone
merupakan
langkah lanjutan apabila antiaritmia lain tidak
memberikan
perkembangan. Amiodarone
bekerja
dengan menghambat signal listrik tertentu di jantung yang menyebabkan irama jantung menjadi tidak normal. Dengan menggunakan amiodarone, denyut jantung penderita
aritmia
diharapkan
menjadi
teratur. 7.
Ceftriaxone 1 gram
Ceftriaxone adalah obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan
bakteri
atau
membunuh
bakteri dalam tubuh. 8.
Nitrokaf 2,5 mg
merupakan obat yang digunakan untuk membantu
mengobati
angina
(nyeri
No
Pemberian Terapi
Fungsi mendadak di dada), gagal jantung dan operasi jantung. NITROKAF RETARD juga digunakan untuk membantu merileks kan pembuluh darah dan mempertahankan aliran darah ke jantung dan meringankan gejala
angina
dan
gagal
jantung.
NITROKAF RETARD juga membantu mengurangi
gejala
angina
dan
gagal
jantung.memperlebar pembuluh darah dan membantu meningkatkan kerja jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. NITROKAF RETARD bekerja dengan memperlebar
pembuluh
darah
dan
membantu meningkatkan kerja jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. 9.
Omeprazole 40 mg
Omeprazole adalah obat yang mampu menurunkan kadar asam yang diproduksi di dalam lambung. Obat golongan pompa proton ini digunakan untuk mengobati beberapa
kondisi,
yaitu
nyeri
hati, gastroesophageal
ulu reflux
disease (GERD), dan tukak lambung akibat infeksi
bakteri H.
pylori.
Selain
itu,
omeprazole juga dapat digunakan untuk mengobati sindrom Zollinger-Ellison. 10. New diatab 2 tablet
obat untuk mengatasi diare akibat penyakit divertikular.
Obat
mengatasi
diare
mengendalikan
new
diatab
dengan
konsistensi
tinja
bisa cara di
ileostomi dan kolostomi. Penggunaan obat new diatab termasuk ke dalam terapi
No
Pemberian Terapi
Fungsi adsorben dan obat pembentuk massa tinja.
F. Analisa Data Data DS : DO : TD: 130/69 mmHg, N: 112x/menit, RR:29x/menit, S: 36,9 C - GCS E : 4 M : 3, V:T (somnolen ) - Saturasi O2 98100 - Klien terpasang ventilator mode SIMV PC dengan fi02 60 %, peep 5 Klien terdapat diagnosa tambahan woff parkinson white sindrom
Etiologi WPW
Terdapat jalur listrik tambahan di dekat bundle his
Impuls dari SA node ke AV node tidak dapat di perlambat
Nadi menjadi cepat dan meningkat
Otot jantung lelah dan menjadi lemah
Darah yang di pompa ke ventrikel sedikit
Proses difusi terganggu
Darah yang di bawa ke atrium kiri dan ventrikel kiri kembali ke paru-paru
Penumpukan cairan di alveoli Dan terjadi hipoksia di otak
Masalah Gangguan ventilasi
Data
Etiologi
Masalah
Komplain paru terganggu
Gangguan ventilasi
DS : DO : TD: 130/69 mmHg, N: 112x/menit, RR:29x/menit, S: 36,9 C - Saturasi O2 98-100 Terdapat luka dekubitus di kedua ektremitas Warna kulit ekstremitas kanan kebiruan dan pucat - akral dingin
Faktor pencetus hipertensi dan DM
Gangguan perfusi jaringan perifer
TD meningkat viskositas darah meningkat
Kekakuan pembuluh darah
Arterioklerosis
Penyempitan lumen pembuluh darah
Ruptuk plak dan emboli
Menyumbat pembuh darah
Aliran darah dan o2 turun ke arteri pedis
Iskemik
Gangguan perfusi jaringan perifer
DS :
Terpasang ETT
Ketidakefektifan
Data DO : - fx RR 31 x/mnt - Terdapat suara gargling - Klien terpasang ETT - Terdapat sekret
Etiologi
Masalah bersihan jalan nafas
Tubuh menganggap benda asing
Kelenjar saliva terangsang dan mengeluarkan sekret sebagai proses perlindungan
Penumpukan sekret di laring
DS : DO : - luka amputasi di kaki sebelah kiri - Tampak luka di kaki sebelah kanan - Luka tampak bewarna hitam kebiruan dengan terdapat cairan
Kekakuan pembuluh darah
Arterioklerosis
Penyempitan lumen pembuluh darah
Ruptuk plak dan emboli
Menyumbat pembuh darah
Aliran darah dan o2 turun ke arteri pedis
Iskemik
Kematian sel
Gangren
Kerusakan integritas kulit
G. Daftar Prioritas Masalah Keperawatan
1. gangguan ventilasi berhubungan dengan penumpukan cairan di alveoli 2. gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai O2 ke arteri pedis
3. ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret
4. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iskemik
H. Intervensi Keperawatan Dx
Perencanaan Tujuan
1.
Intervensi
setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi
diharapkan
perbaikan
neurologis
dan
status tanda-
tanda vital dalam batas normal.
Rasional
1. Kaji tanda-tanda perfusi jaringan yang menurun.
penyebab yang berbeda. Evaluasi memberikan
2. Kaji kemungkinan faktor penyebab yang terkait
dengan
aliran
darah
arterial
sementara terganggu. 3. Periksa
status
dasar untuk perbandingan di masa depan. 2. Beberapa contoh termasuk sindrom kompartemen, pemalsuan cor, emboli, kateter arteri di dalam
mental;
Lakukan
pemeriksaan neurologis.
tempat tinggal, posisi, trombus, dan vasospasme. Deteksi dini sumber memudahkan manajemen
4. angkat kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat
yang cepat dan efektif. 3. Tinjau tren di tingkat kesadaran (LOC) dan
5. Evaluasi reaksi motorik terhadap perintah sederhana,
1. Kelompok tanda dan gejala tertentu terjadi dengan
perhatikan
gerakan
kemungkinan peningkatan ICP dan membantu
yang
dalam menentukan kerusakan lokasi, tingkat dan
bertujuan dan tanpa tujuan. Tempelkan
pengembangan / resolusi atau kerusakan sistem
gerakan anggota tubuh dan catat sisi kanan
saraf pusat (SSP).
dan kiri secara terpisah. 6. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
4. Ini mendorong arus keluar vena dari otak dan membantu mengurangi tekanan.
Dx
Perencanaan Tujuan
Intervensi 7. Kaji tanda-tanda vital
Rasional 5. Mengukur keseluruhan kesadaran dan kapasitas untuk bereaksi terhadap rangsangan luar, dan paling baik menandakan kondisi kesadaran pada pasien yang matanya tertutup karena trauma atau siapa yang bersifat aphasic. Kesadaran dan gerakan tak sadar digabungkan jika pasien dapat memegang dan melepaskan tangan penguji atau memegang dua jari pada perintah. Gerakan tujuan dapat terdiri dari meringis atau menarik diri dari rangsangan yang menyakitkan. Gerakan lain (posturing dan fleksi abnormal ekstremitas) biasanya menentukan kerusakan kortikal yang menyebar. Tidak adanya gerakan spontan di satu sisi tubuh menandakan kerusakan pada saluran motor di belahan otak yang berlawanan. 6. Pemberian beberapa obat yang dapat memperbaiki sumbatan di pembuluh darah arteri seperti aspilet,
Dx
Perencanaan Tujuan
Intervensi
Rasional atrovostatin,
dan
fondafanus
yang
dapat
menghambat pembekuan darah sebagai penyebab emboli . 7. Frekuensi nafas , tekanan darah, saturasi oksigen, nadi yang normal dapat menunjukan perbaikan perfusi jaringan serebral 2.
Setelah
dilakukan
posisi.
1. Pasien yang lebih tua lebih rentan terhadap
tindakan keperawatan di
Dengan lembut memposisikan ulang
tetes tekanan seperti itu dengan perubahan
harapkan
pasien dari posisi telentang hingga
posisi.
masalah
gangguan perfusi jaringan perifer
dapat
teratasi
dengan kriteri tanda-tanda vital dalam batas normal
1. Bantu
posisi
dengan
duduk
mengurangi
perubahan
/
berdiri
dapat
risiko
perubahan
obat
Antiplatelet
BP
ortostatik. 2. Kolaborasi
/
antikoagulan
3. O2 ini beredar hemoglobin dan menambah efisiensi darah yang mencapai jaringan iskemik. 4. gejala obstruksi arteri yang bisa mengakibatkan hilangnya anggota badan jika tidak segera
3. Berikan terapi oksigen seperlunya 4. .
2. mengurangi viskositas dan koagulasi darah.
Pantau
pulsa
perifer.
Periksa
kehilangan
pulsa
dengan
daerah
dibalik. 5. Trombosis
dengan
pembentukan
bekuan
Dx
Perencanaan Tujuan
Intervensi
Rasional
kebiru-biruan, ungu, atau hitam dan
biasanya
sangat sakit.
pembengkakan
5. Amati tanda-tanda trombosis vena
pertama
kali
kaki
terdeteksi yang
sebagai
terlibat
dan
kemudian sebagai nyeri.
dalam, termasuk rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan di betis dan paha, dan kemerahan
pada
ekstremitas
yang
terlibat.
3.
Setelah diberikan askep, diharapkan bersihan jalan nafas klien kembali efektif dengan kriteria hasil:
1. Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
membantu dalam menetukan intervensi yang akan
2. Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi otot supraclavicular dan interkostal
pernapasan dalam batas normal (16-
4. Monitor
pola
napas
:
diberikan. 2. menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang terjadi dan menetukan intervensi yang akan
3. Monitor suara napas tambahan 1. Frekuensi
1. Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan
diberikan bradypnea,
3. suara napas tambahan dapat menjadi indikator
tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul,
gangguan kepatenan jalan napas yang tentunya
napas cheyne-stokes, apnea, napas biot’s
akan berpengaruh terhadap kecukupan pertukaran
Dx
Perencanaan Tujuan
Intervensi
20x/mnt) 2. Irama
dan pola ataxic pernapasn
normal
mampu
mengeluarkan secara
ada
akumulasi sputum
4. mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola napas klien untuk memenuhi
posisi
yang
nyaman
untuk
mengurangi dispnea. 7. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai keperluan. 8. Anjurkan asupan cairan adekuat.
efektif 5. Tidak
5. Auskultasi bunyi nafas tambahan; ronchi,
6. Berikan
pernapasan normal
sputum
udara.
wheezing.
3. Kedalaman
4. Klien
Rasional
kebutuhan oksigen tubuh. 5. Adanya
bunyi
ronchi
menandakan
terdapat
penumpukan sekret atau sekret berlebih di jalan nafas. 6. posisi
memaksimalkan
ekspansi
paru
dan
9. Ajarkan batuk efektif
menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal
10. Kolaborasi pemberian oksigen
membuka area atelektasis dan meningkatkan
11. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai
gerakan sekret ke jalan nafas besar untuk
indikasi. 12. Putuskan kapan dibutuhkan oral dan/atau trakea suction
dikeluarkan. 7. Mencegah obstruksi atau aspirasi. Penghisapan dapat
diperlukan
bia
klien
tak
mampu
mengeluarkan sekret sendiri. 8. Mengoptimalkan
keseimbangan
cairan
dan
membantu mengencerkan sekret sehingga mudah
Dx
Perencanaan Tujuan
Intervensi
Rasional dikeluarkan 9. Fisioterapi dada/ back massage dapat membantu menjatuhkan secret yang ada dijalan nafas. 10. Meringankan
kerja
paru
untuk
memenuhi
kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. 11. Broncodilator
meningkatkan
ukuran
lumen
percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. 12. Putuskan kapan dibutuhkan oral dan/atau trakea suction 4.
setelah dilakukan asuhan keperawatan mencegah
selama terjadinya
kerusakan pada kulit dan jaringan didalamnya 1.
Tidak terdapat
1. Dengan menempatkan klien pada tempat 1. Tempatkan klien pada tempat tidur terapi 2. Evaluasi
tidur terapi dapat mengurangi penekanan pada bagian seperti kepala dan pantat
adanya
luka
pada
ektremitas 3. Memonitoring kulit yang memerah
2. Dengan ektremitas
evaluasi dapat
terjadinya luka
adanya
luka
mengurangi
pada resiko
Dx
Perencanaan Tujuan
Intervensi
penekanan 2.
dan terjadi kerusakan
merah adanya
kelainan pada status nutrisi (pada skala
adanya
kelainan pada kekuatan otot Tidak
menunjukkan kelainan persendian
4. Memijat
disekitar
mempengaruhi
area atau
yang
dan
terjadi
kerusakan
untuk
mengurangi resiko dekubitus
dapat
menimbulkan luka
Tidak
menunjukkan
4.
3. Dengan memonitoring area kulit yang
Tidak
menunjukkan
3.
Rasional
adanya pada
5. Menjaga linen agar tetap bersih,
4. Dengan memassage disekitar area yang
kering, dan tidak mengkerut
mempengaruhi akan mengurangi terjadinya
6. Mobilisasi klien setiap 2 jam
kemerahan dan untuk melancarkan aliran
7. Memakaikan emolien pada area
darah disekitar area
yang beresiko
5. Dengan menjaga linen agar tetap bersih, kering, dan tidak mengkerut agar tidak ada pada penekanan beberapa bagian kulit 6. Dengan
memobilisasi
klien
dapat
emolien
dapat
mengurangi penekanan 7. Dengan
menggunakan
melembabkan daerah yang kering
I. Implementasi Keperawatan Tanggal
Jam
21/03/2019
14.00 – 21.00
Implementasi & Respon
Paraf
1. obserbasi tanda tanda vital :
Yulian
Respon : nadi :84-112 , suhu : 36,9 -38,6 TD : 105-178/62-109, RR :
13-43
SPO2 : 98-100 5. Mengubah posisi klien : Respon : posisi kepala naik 30 derajat 6. Kolaborasi pemberian obat : Respon : aspilet 80 mg , atrovostatin 20 mg, fondafanux SC (2,5 mg), paracetamol 1 gram , clopidogrel 75 mg. 7. Memberikan diit makanan lewat NGT Respon : masuk 156 cc x 2 = 212 cc 8. Memberi bantalan pada kedua ekstremitas respon : tungkai dan sikut di ganjal dengan bantal 9. Melakukan close suction Respon : RR 20 x/mnt, gargling hilang, sekret berwarna kuning 10. Memposisikan pasien miring kira dan kanan setiap 2 jam 11. Respon : klien tidur dengan posisi miring kanan 12. Mnegkaji GCS Respon E : 4, V : T, M : 3
22/03/2019
14.00 – 21.00
1. obserbasi tanda tanda vital :
Yulian
Respon : nadi : 97-116 suhu : 37,7 – 38,6 TD : 167-178/101-109 20-43 spo2 : 98-100
RR :
Tanggal
Jam
Implementasi & Respon
Paraf
2. Mengubah posisi klien : Respon : posisi kepala naik 30 derajat 3. Kolaborasi pemberian obat : Respon :amiodaron 400 mg, atrovostatin 20 mg, fondafanux SC (2,5 mg), paracetamol 1 gram , clopidogrel 75 mg, nebu 0,9 % 3 cc, mikrokaf, 2,5 mg 4. Memberikan diit makanan lewat NGT Respon : masuk 200 cc x 2 = 400 cc 5. Memberi bantalan pada kedua ekstremitas respon : tungkai dan sikut di ganjal dengan bantal 6. Melakukan close suction Respon : RR 22 x/mnt, gargling hilang, sekret berwarna kuning 7. Memposisikan pasien miring kiri
dan
kanan setiap 2 jam Respon : klien tidur dengan posisi miring kiri 9. Mnegkaji GCS Respon E : 4, V : T, M : 3 23-03-19
21.00-07.00
1. obserbasi tanda tanda vital : Respon : nadi : 75-85 suhu ; 37,1 – 37,3 TD : 151-168/81-95 RR : 21-30 SPO2 : 100 2. Mengubah posisi klien : Respon : posisi kepala naik 30 derajat 3. Kolaborasi pemberian obat : Respon :amiodaron 400 mg, atrovostatin 20 mg, fondafanux SC (2,5 mg), nebu 0,9 % 3 cc, mikrokaf, 2,5 mg 4. Memberikan diit makanan lewat NGT Respon : masuk 150 cc x 2 = 300 cc 5. Memberi bantalan pada kedua ekstremitas respon : tungkai dan sikut di ganjal dengan bantal
yulian
Tanggal
Jam
Implementasi & Respon
Paraf
6. Melakukan close suction Respon : RR 17 x/mnt, gargling hilang, sekret berwarna kuning 7. Memposisikan pasien miring kiri dan kanan setiap 2 jam Respon : klien tidur dengan posisi miring kiri 9. Mnegkaji GCS Respon E : 4, V : T, M : 3 10 melakukan pemeriksaan AGD : Respon : hasil AGD alkalosis respiratorik tidak terkompensasi .
J. Evaluasi Keperawatan Tanggal 24/03/2019
Waktu 07.00
Evaluasi Keperawatan S: O:- GCS E :4, M: 3,V : T -
Saturasi 02 : 100 %
-
nadi : 75-85
suhu ; 37,1 – 37,3
168/81-95 RR : 21-30
TD : 151-
SPO2 : 100
A: gangguan perfusi jaringan serebral belum teratasi P: lanjutkan intervensi
24/0332019 07.00
S: O: -
nadi : 76
suhu ; 37,1
TD : 125-/81 RR : 21
SPO2 : 100 -
warna kulit ekstremitas kanan masih tampak kebiruan
-
akral masih dingin
A: Gangguan perfusi jaringan perifer belum teratasi
Tanggal
Waktu
Evaluasi Keperawatan P: Hentikan intervensi
23/03/2019
21.00-07.00
S: O:- tidak terdengar gargling - Fx nafas 21 x/mnt - Saturasi 100 % A: masalah teratasi P: Lanjutkan intervensi apabila muncul tanda-tanda bersihan jalan nafas tidak efektif
24/03/2019
07.00
S: O: - luka pada ekstremitas masih tampak kehitaman dan berisi cairan Pulsasi lemah pada arteri pemoral Ekstremitas kanan masih tampak bengkak A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi Daftar Pustaka
Bulechek, G.M, Dochterman, J.M, Butcher, H.K & Wagner, C.M. (Eds.). (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth Edition. Missouri: Elsevier Mosby. Carpenito, Lynda Juall. (2013). Nursing Diagnosis : Application To Clinical Practice. 14th Ed. Lippicot Company : Philadelphia, US Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Murr. (2014). Nursing Care Plans : Guidelines For Individualizing Client Care Across The Life Span. Edition 9. F. A. Davis Company : Philadelphia, US Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell
Herdman, H.T, Kamitsuru, Shigemi. (2018). Nursing Diagnoses : Definitions &Classification 2018-2020. NANDA International, Inc. Thieme Publishers New York, USA Lippincott Williams & Wilkins. (2012). Critical care nursing made incredibly easy! 3rd ed Ambler, Pennsylvania, US: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins. (2012). Clinical pharmacology made incredibly easy!. — 3rd ed Ambler, Pennsylvania, US: Wolters Kluwer
Nair, M., & Peate, I. (2015). Pathophysiology for Nurses at a Glance. John Wiley & Sons, Ltd: West Sussex, UK. Ralph, S.S, Taylor, C.M. (2011). Sparks and Taylor’s Nursing Diagnosis Pocket Guide. Ambler, Pennsylvania, US: Wolters Kluwer