218910_dokumen (13).docx

  • Uploaded by: ulfa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 218910_dokumen (13).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,456
  • Pages: 16
2.1.Definisi Jamur Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Jamur tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Dalam keadaan normal, sedikit sekali spesies jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Secara umum jamur adalah organisme yang hidup bebas di mana-mana dan apabila terjadi infeksi oleh jamur pada seseorang yang sehat, biasanya berasal dari lingkungannya dan masuk ke dalam tubuh lewat pernapasan, tertelan, ataupun secara langsung kontak dengan kulit. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur berasal dari makanan yang kita makan sehari-hari, atau juga dari konsumsi jamur beracun. Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisanlapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri atau dengan kata lain jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Oleh karena jamur memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari organisme hidup sehingga jamur dikatakan juga organisme heterotrofik. Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan, dan ada pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organism hidup dinamakan parasit (Darnetty, 2016). Penampilan jamur atau cendawan tidak asing bagi kita semua. Kita dapat melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju. Pertumbuhan berwarna putih seperti bulu pada roti dan selai basi, jamur dilapangan dan hutan. Kesemuaan ini merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang (mold) dan khamir (yeast) (Perlczar, 2015). Kapang merupakan fungi yang berfilamen dan multiseluler. Kapang membentuk filament panjang yang disebut hifa dan meupakan cirri utama fungi. Koloni

fungi yang merupakan massa hifa disebut miselium. Hifa mempunyai 2 struktur yaitu bersepta dan tidak bersepta. Septa ini menyekat sel sehingga filament yang panjang ini terlihat seperti rantai sel. Hifa yang tidak bersepta disebut hifa konosilitik. Hifa dapat membentuk struktur reproduksi yang disebut spora (Lay, 2015). Khamir merupakan fungi yang tidak berrfilamen dan berproduksi memalui pertunasan atau pembelahan sel. Bentuk koloni khamir sering kali mirip dengan bakteri. Khamir digunakan dalam pertumbuhan roti dan anggur, namun ada pula khamir yang dapat menimbulkan penyakit (Lay, 2015) 2.2.Morfologi Jamur Pada umumnya, sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar, khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm lebarnya dan panjangnya dari 5 samapi 30 µm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas tergantung pada umur dan lingkungan. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya (Pelczar, 2015). Tubuh suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian: miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filament yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebernya 5 sampai 10 µm, dibandingkan dengan sel bekteri yang biasanya berdiameter 1 µm (Pelczar, 2015). 2.3.Struktur Somatik Tubuh jmur dikenal dengan nama talus, soma atau struktrur somatic yang pada dasarnya terdiri dari struktur berupa benang-benang bercabang yang disebut hifa. Hifa tersebut menyebar pada perukaan ataupun dalam substrat dan kumpulan dari hifa tersebut dinamakan miselium hifa jamur ada yang mempunyai sekat yang dikenal dengan istilah septum yang membangi hifa tersebut menjadi sel-sel uninukleat (berinti satu) ataupun multinukleat (berinti banyak). Hifa yang mempunyai septum tersebut dinamakan speta yang tidak mempunyai septum disebut asepta atau senosit. Talus atau hifa jamur dapat dibedakan atas dua bagian yaitu: 1. Hifa vegetatif: tumbuh mengarah kedalam substrat dan berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi. 2. Hifa

generative:

tumbuh

mengarah

perkembangbiakan (Darnetty, 2016). Ada tiga macam morfologi hifa yaitu:

keluar

dan

berfungsi

untuk

1. Asepta atau senosit. Hifa ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum 2. Septa dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain. Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. 3. Septa dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang (Pelczar, 2015). Kebanyakan struktur jamur berukuran besar terbentuk dari ayaman/ agregar hifa. Pada tahap-tahap tertentu dari siklus hidup kebanyakan jamur, miselium akan terorganisir membentuk anyaman-anyaman yang longgar ataupun padat yang dapat dibedakan dari hifa biasa sebagai berikut: 1. Prosenkim: ayaman hifa yang agak kendor, tersusun secara pararel, tiap-tiap hifa masih jelas dan mudah dilepaskan dan merupakan suatu bentuk memanjang. 2.

Peudoparenkim: ayaman hifa yang lebih padat, tiap-tiap hifa sudah hilang sifat individunya dan tidak dapat dipisahkan dan bentuknya agak oval.

3. Rizomorf: anyaman hifa yang sangat padat, merupakan suatu unit yang terorganisir dan titik tumbuhnya mirip dengan titik tumbuh ujung akar. 4. Sklerotium: anyaman hifa yang keras, padat dan merupakan bentk istirahat yang tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan. 5. Stroma: suatu struktur padat yang merupakan massa dari hifa yang berbentuk seperti bantalan (Darnetty, 2016).

2.4.Reproduksi Jamur Secara alamiah cendawan berkebang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, pencukupan atau pembentukan spora dapat pula secara seksual dengan peleburan nucleus dari satu sel induk. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang srupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penojolan kecil pada sel inangnya (Pelczar, 2015). Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu fungi. Bila spora aseksual berimigrasi, spora tersebut akan menjadi fungi yang secara genetic identik dengan induknya. Macam-macam spora aseksual:

1. Konidispora (konidium), berupa spora satu sel ataupun multisel, non motil, tidak terdapat dalam kantung dan dibentuk diujung hifa (konodiofer) konodium kecil bersel satu disebut mikrokonidium dan konidium besar bersel banyak disebut mikrokonodium, contohnya Aspergillus sp. 2. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu, terbentuk didalam kandung yang disebut sporangium pada ujung hifa udara (sporangiosfor). Aplanospora merupakan sporangispora nonmotil dan zoospore merupakan jenis motil dengan adanya flagella, contohnya Rhizopus sp. 3. Arthrospora (oidium), yaitu spora bersel satu yang terbentuk melalui terputusnya sel-sel hifa. 4. Klamidospora merupakan spora bersel satu yang berdinding tebal dan senagt resisten terhadap kondisi lingkungan yang buruk terbentuk dari sel hifa somatic. 5. Blastospora, yaitu spora aseksual yang muncul dari pertunasan pada sel khamir. Spora seksual dihasilkan dari reproduksi seksual, yaitu peleburan dua nukleus. Spora ini lebih jarang terbentuk, lebih belakangan, hanya terbentuk dalam kondisi tertentu dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandinkan spora aseksual. Proses pembentukan spora seksual terdiri dari tiga tahap yaitu plasmogami, saat inti sel haploid dari sel donor (+) mempenetrasi sitoplasma sel resipien, karyagami, saat inti (+) dan inti (-) berfusi mejadi banyak inti haploid (spora seksual) yang beberapa diantaranya dapat merupakan rekomendasi genetic. Macam-macam spora seksual: 1. Askospora merupakan spora bersel satu yang terbentuk didalam kandung (askus). Biasanya terdapat delapan akospora dalam setiap askus. 2. Basidospora merupakan spora bersel satu dan terbentuk diatas 3 struktur ganda (basidium). 3. Zigospora merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk bila ujung dua hifa yang serasi secara seksual (gametangia) melebur. 4. Oospora terbentuk dalam struktur khusus pada betina yang disebut oogonium. Pembuahan telur (oosfer) oleh gamet jantan yang terbentuk dalam antheridium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium terdapat satu atau beberapa oosfer (Pratiwi, 2014).

2.5.Fisiologi Jamur Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan disbanding khamir atau bakteri. Namun demikian, batasan kandungan air total pada makanan yang baik

untuk pertumbuhan jamur dapat diestimasikan dan dikatakan bahwa kandungan air dibawah 14-15% pada biji-bijian atau makanan kering dapat mencegah atau memperlambat pertumbuhan jamur (Hidayat, 2016). Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur sekitar 25-30oC, namun beberapa tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih, misalnya pada spesies Aspergillus. Sejumlah jamur termasuk dalam psikrotrofik, yaitu yang dapat tumbuh baik pada suhu dingin dan beberapa masih dapat tumbuh pada suhu dibawah pembekuan (-5oC – 10oC). hanya beberapa yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (termofilik) (Hidayat, 2016). Jamur benang biasanya bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval pH yang luas (pH 2,08,5), walaupun pada umumnya jamur lebih suka pada suhu tinggi (termofilik) (Hidayat, 2016). Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam-macam makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacammacam enzim hidrolitik, yaitu amylase, pektinase, proteinase dan lipase (Hidayat, 2016). Beberapa jamur memproduksi komponen penghambat bagi mikroba lain, contohnya Penicillium chrysogenum dengan produksi penisilinya. Aspergillus clavatus, klavasin. Beberapa komponen kimia bersifat miostatik menghambat pertumbuhan jamur (misalnya asam sorbet, propionate, asetat) atau bersofat fungisida yang mematikan (Hidayat, 2016). 2.6.Klasifikasi Jamur Fungi dikalsifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Bersadarkan cirri-ciri spora seksual dan aseksual, habitat, struktur garis besar morfologi dan sifat nutrisinya, kelas Phycomycetes

dibagi

Hypocytridiomycetes,

lagi

menjadi

Oomycetes,

enam

kelas,

yaitu

Plasmodiophormycetes,

Cytridiomycetes,

Trishomycetes

dan

Zygomycetes. Keenam kelas ini umumnya tidak mempunyai septa (dinding penyekat) yang teratur pada benang hifanya (coenocytic hyphae), sehingga mengakibatkan terdapat banyak mukleus (inti) disetiap sel benang hifa. 1. Ascomycete Jamur ini mempunyai miselium yang bersekat-sekat. Pembiakan secara vegetative dilakukan dengan konidia, sedang pembiakan secara generative

dilakukan dengan spora-spora yang dibentuk didalam askus, beberapa askus terdapat didalam suatu tubuh buah. Pada umumnya askus itu suatu ujung hifa yang mengandung 4 atau 8 buah spora. Contoh-contoh Ascomycetes yang terkelan ialah: a. Aspergillus, jamur ini kedapatan dimana-mana sebagai saprofit. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuningkuningan, kehijau-hijuan atau kehitam-hitaman. Miselium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi. b. Penicillium, jamur ini serupa dengan Aspergillus, hanya dengan pengamatan mikroskop akan kelihatan perbedaanya dan perbedaan itu terletak dalam susunan konodianya (Dwidjoseputro, 2010). 2. Basidiomycetes Jamur ini merupakan miselium berseptum, telah berkembang dengan sempurna dan dapat melakukan penetrasi pada substrat serta menyerap bahan makanan. Miselium ini dapat telihat pada bagian-bagian yang lembab dari kayu-kayu terutama pada bagian bawah kulit dan juga daun-daun. Biasanya miselium berwarna putih, kuning cerah atau orange dan pertumbuhanya sering menyebar sepeti kipas. Sebagian dari filum Basidiomycota ada yang membentuk rhizomof. Miselium dari kebanyakan Basidiomycota melewati 3 tingkat perkembangan yaitu miselium primer, miselium sekunder dan miselium tersier. Pada awalnya miselium ini berinti banyak, kemudian dengan terbentuknya septa maka miselium ini berinti satu haploid. Miselium sekunder terjadi dari hasil plasmogami antara dua hifa yang kompatibel atau plasmogami antara oidio (spermatia) dengan hifa penerima (reseptif) yang kompatibel. Miselium tersier terdiri atas miselium sekunder yang telah terhimpun merupakan jaringan teratur misalnya yang membentuk basidiokarp. Pada bagian tengah septum terdapat logam. Ada dua tipa dasar dari basidium yaitu: Halobasidium merupakan basidium yang terdiri dari satu sel atau basidium yang tidak punya septa dan Phragmobasidium merupakan basidium yang terdiri dari 4 sel yang dibatasi oleh septa melintang ataupun membujur (Darnetty, 2016).

3. Deuteromycetes

Deuteromycetes juga disebut jamur tidak sempurna, yaitu jamur yang belum diketahui cara pembiakan seksualnya, oelh karena itu belum dapat dimasukkan kesalah satu kelas yang telah ditentukan (Dwidjoseputro, 2010). Akan tetapi karena konidiumnya jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies masih dianggap tergolong kedalam kelas ini meskipun tingkat seksualnya saat ini telah ditehaui dengan baik. Kapang gerus Penicillium dan Aspergillus dikalsifikasikan sebagai Deuteromycetes meskipun tingkat pembentukan askosporanya telah ditemukan pada beberapa spesies(Pratiwi, 2014).

4. Phycomycetes Ciri yang khas untuk mengenal sebagian besar Phycomycetes ialah miselium yang tidak bersekat-sekat. Warna miselium putih, jika tua mungkin agak coklat kekuning-kuningan, kebanyakan sporangium berwarna kehitamhitaman. Beberapa contoh Phycomycetes: a. Phytophthora, kebanyakan spesies berupa parasit pada tumbuhtumbuhan tomat, kentang tembakau, karet dan lain-lainnya lagi. b. Aprolegina, saprofit yang banyak kedapatan didalam air dan tanah yang basah. Ada juga yang menjadi parasit pada ikan dan insekta. c. Mucor, saprofit yang banyak kedapatan pada sisa-sisa makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Mucor membiak dengan dua jalan, yaitu dengan spora yang semacam saja dan spora-spora yang berlainan jenis. d. Rhizopus, beberapa spesies hidup sebagai saprofit dan beberapa spesies lain hidup sebagai parasit pada tumbuh-tumbuhan. Rhizopus nigricans kedapatan dimana-mana. Semula miseliumnya tampak seperti sekelompok kapas, lama kelamaan koloni menjadi berwarna kehitamhitaman karena banyak sporangium dan spora. Rhizopus banyak menyerupai mucor, hanya miselium Rhizopus terbagi-bagi atas stolon yang menghasilkan alat-alat serupa akar (rhizoida) dan sporangiofor (Dwodjoseputro, 2010). 2.7. Penyakit Jamur Penyakit yang disebabkan oleh infestasi jamur bersama-sama disebut sebagai mikosis. Penyakit ini kemudian diklasifikasikan ke dalam kelompok yang berbeda

tergantung pada sifat dari jaringan yang terlibat dan cara masuk ke dalam host. Kelompokkelompok adalah sebagai berikut: a. Mikosis Superfisial Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang tumbuh hanya pada permukaan kulit dan rambut, yaitu infeksi hanya terbatas pada lapisan terluar kulit, kuku dan rambut. Ini adalah yang paling merusak dari semua infeksi jamur, karena mereka gagal untuk menembus tubuh dari penderita dan hanya mempengaruhi selsel di permukaan. Beberapa contoh mikosis superfisial dan agen jamur menyebabkan mereka adalah sebagai berikut: Hitam piedra – Piedraia hortae Putih piedra atau tinea blanca – Trichosporon sp. Pityriasis versicolor atau panu – Malassezia furfur Tinea nigra – Hortaea wernecki Mikosis superfisial adalah penyakit jamur yang meginfeksi lapisan permukaan kulit, yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial terbagi menjadi 2 kelompok : (1) jamur bukan golongan dermatofita, yaitu pitiaris versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis dan tinea nigra palmaris, dan (2) jamur golongan dermatofita. Adapun contoh dari mikosis superfisial, antara lain : 1) Panu adalah salah satu contoh dari mikosis profundal. Penyakit yang disebut juga Pitiriasis versikolor ini merupakan mikosis yang disebabkan oleh infeksi jamur bukan dermatofita genus Malassezia sp.. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia (kosmopolit), terutama di dareh beriklim panas termasuk Indonesia. 2) Otomikosis adalah penyakit jamur yang terjadi pada liang telinga yang disebabkan oleh jamur bukan dermatofita genus Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhizophus dan Candida. Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah panas dan lembab. 3) Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, benjolan berwarna hitam atau putih kekuningan. Piedra ada 2 macam, yaitu Piedra hitam dan Piedra putih. Piedra hitam disebabkan oleh infeksi jamur Piedraia hortae. Banyak ditemukan di daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia. Sedangkan Piedra putih disebabkan oleh jamur Trichosporon beigelii.

Banyak ditemukan di daerah beriklim dingin, belum pernah ditemukan di Indonesia. 4) Onikomikosis adalah mikosis yang terjadi pada kuku. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai macam jamur, terutama Candida sp. dan dermatofita lain. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. 5) Plantaris adalah mikosis yang terjadi pada stratum korneum telapak tangan dan kaki dengan bercak-bercak berwarna tengguli hitam, kadang bersisik. Penyakit dengan nama lain Tinea Nigra Palmaris ini, disebabkan oleh jamur Cladosporium wernecki atau Cladosporium mansoni. Penyakit ini banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah, di Eropa dan Asia sangat jarang ditemukan. 6) Kurap adalah mikosis yang terjadi pada permukaan kulit. Penyakit yang termasuk kelompok dermatofitosis (mitosis superfisial oleh jamur dermatofita) ini disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita, seperti Trychophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Penyakit ini banyak ditemukan di Indonesia. 7) Tinea kapitis adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit kepala. Penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatofita terutama Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes dan Microsporum gypseum. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak yang dapat ditularkan dari binatang peliharaan misalnya kucing dan anjing. Tapi juga dapat menginfeksi orang dewasa. 8) Tinea korporis adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit wajah berminyak, tubuh dan tungkai. Penyakit ini disebabkan oleh Trichophyton, Microsporum, dan E. floccosum. Penyakit ini banyak terdapat di daerah beriklim tropis terutama di Indonesia. 9) Tinea Imbrikata adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit badan kecuali kepala, telapak tangan dan kaki, berupa sisik kasar konsentris. Disebabkan oleh jamur Trichophyton concentricum. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan endemis di beberapa daerah di Indonesia (Jawa, Kalimantan, Irian Jaya dan lain-lain). 10) Tinea favosa adalah dermatofitosis yang terjadi di kulit kepala namun juga dapat menyebar ke rambut dan kuku menimbulkan bau yang khas

yang disebut mousy odor. Disebabkan oleh jamur T. schoenleini, kadang-kadang T. violaceum dan M. gypseum. Penyakit ini ditemukan di Polandia, Rusia, Mesir, Balkan dan negeri-negeri sekitar Laut Tengah. 11) Tinea kruris adalah dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal (daerah lipat paha), pubis, perineum (antara anus dan kemaluan) dan daerah perianal (dekat lubang anus). Disebabkan oleh jamur dari spesies Trichophyton, Microsporum dan E. Floccosum. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis dan dingin, banyak pula di temukan di Indonesia. 12) Tinea pedis adalah dermatofitosis yang menginfeksi telapak kaki dan sela jari kaki. Penyakit ini biasa disebut dengan kutu air. Penyakit ini disebabkan oleh jamur T. rubrum dan T. mentagrophytes. Tersebar luas di daerah tropis dan lainnya, terutama Indonesia. 13) Tinea barbae adalah dermatofitosis yang menyebabkan terjadinya peradangan pada rambut. Penyakit ini disebabkan oleh jamur zoofilik, seperti T. verrucosum. Penyakit ini belum pernah ditemukan di Indonesia. 14) Tinea unguium adalah dermatofitosis yang membuat kuku menjadi rapuh dan terkikis. Disebabkan oleh jamur genus Trichophyton dan Microsporum. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia

b. Mikosis subkutan Ini adalah infeksi yang mempengaruhi dermis dan jaringan bawah kulit lainnya dari penderita. Infeksi ini umumnya terjadi ketika patogen menembus dermis selama atau setelah trauma kulit. Lesi kemudian menyebar secara lokal tanpa penetrasi lebih dalam. Namun, beberapa jamur dapat menyebabkan mikosis dalam, terutama pada pasien dengan kelainan yang mendasari parah. Sebuah contoh umum adalah mikosis subkutan Sporotrichosis, disebabkan oleh Sporothrix schenckii.

Chromomycosis,

phaeohyphomycosis,

chromoblastomycosis,

lobomycosis, rhinosporidiosis dan mycetomas merupakan contoh lain dari mikosis subkutan.

c. Mikosis Cutaneous

Mycoses Cutaneous adalah infeksi yang memperpanjang lebih dalam lapisan epidermis serta rambut invasif dan penyakit kuku. Jamur yang bertanggung jawab untuk menyebabkan infeksi ini dikenal sebagai dermatofit. Infeksi ini dapat menyebabkan banyak rasa sakit dan ketidaknyamanan sebagai organisme ini menembus jauh ke dalam kulit. Kurap atau tinea, adalah contoh umum dari mikosis kulit. Beberapa contoh lain dari mikosis kulit yang menyebabkan jamur termasuk Microsporum, Epidermophyton dan trikofiton.

d. Mikosis Sistemik Mikosis sistemik diyakini yang paling berbahaya dari semua infeksi jamur. Hal ini terutama karena mereka menyerang organ internal dengan langsung masuk melalui paru-paru, saluran pencernaan atau infus. Ini dapat disebabkan oleh dua kelompok jamur, jamur patogen primer atau jamur oportunistik. Contoh penyakit jamur

milik

kelompok

pertama

meliputi

blastomycosis,

histoplasmosis,

paracoccidioidomycosis dan coccidiomycosis. Jamur oportunistik umumnya mempengaruhi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau dengan beberapa cacat metabolisme yang serius. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kriptokokosis, kandidiasis, dan aspergillosis.

2.8.Cara Menegakkan Diagnosis Selain dari gejala – gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit jamur harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium yaitu : 1. Pemeriksaan langsung Untuk melihat apakah adanya infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan ditetesi dengan larutan KOH 10 – 40 % dengan maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap kemudian di lihat di bawah mikroskop (Siregar, 2012). 2. Pembiakan atau kultur Pembiakan dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25 – 300C), kemudian dalam 1 minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan. Hal – hal yang perlu diperhatikan : bentuk koloni, warna koloni, jenis koloni (Siregar, 2012). 3. Reaksi imunologis

Dengan menyuntikkan secara intrakutan semacam antigen yang dibuat dari koloni jamur, reaksi ( + ) berarti infeksi oleh jamur (+), misalnya : 1) Reaksi histoplasmin Antigen yang dibuat dari pembiakan histoplasma. Kalau (+) berarti infeksi histoplasma (+). 2) Reaksi trikofitin Antigen yang dibuat dari pembiakan schenkii. Kalau (+) berarti ada infeksi Trikopiton 3) Reaksi sporotrikin Antigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh spesies Sporotrikum(Siregar, 2012). 4. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi Khusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan mikosis dalam. Dengan pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsy, dapat dicari elemen jamur dalam jaringan tersebut. Pewarnaan khusus seperti pewarnaan Gram, HE, dan PAS dapat mewarnai elemen jamur dalam jaringan sehingga tampak jelas. Selain itu, pemeriksaan histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi jamur (Siregar, 2012).

5. Pemeriksaan dengan sinar wood Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu “jaringan wood“, sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang gelombang 3600 A. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang mengalami infeksi oleh jamur – jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi warna yang kehijau – hijauan atau flouresensi. Apabila pemeriksaan dengan cara ini memberi flouresensi, pemeriksaan sinar wood disebut positif, dan apabila tidak ada flouresensi disebut negative. Jamur – jamur yang memberikaan flouresensi adalah Microsporum lanosum, Microsporum audouinii, Microsporum canis, dan Malssezia furtur (penyebab tinea versikolor) (Siregar, 2012).

2.9.Media Pertumbuhan Medium pertumbuhan mikrobia adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrien yang diperlukan mikrobia untuk pertumbuhannya.Dengan menggunakan bahan medium pertumbuhan, aktivitas mikrobia dapat dipelajari dan dengan menggunakan medium

tumbuh dapat dilakukan isolasi mikrobia menjadi biakan murni. Pada dasarnya bahanbahan untuk pertumbuhan medium dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu bahan dasar yang meliputi air, agar yang bersifat tidak diuraikan oleh mikrobia, gelatin yang merupakan protein yang dapat diuraikan oleh mikrobia, dan silika gel yaitu bahan yang mengandung natrium silikat khusus untuk menumbuhkan mikrobia yang bersifat obligat autotrof, unsur-unsur nutrien yang dapat diambil dari bahan alam, meliputi karbohidrat, lemak dan asam-asam organik, sumber nitrogen yang mencakup pepton dan protein, garamgaram kimia (K, Na, Fe dan Mg), vitamin, dan sari buah, ekstrak sayuran dan susu. Serta bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam medium dengan tujuan tertentu seperti indikator maupun antibiotic (Schlegel, 2014). Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik padamedium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambahsumber karbon organik seperti gula.Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukansuatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah ataubahan-bahan kompleks lainnya.Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang merupakansubstansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air.Nutrien ini adalahdegradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harusmemenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineraldan faktor tumbuh (Volk, dan Wheeler, 2014). Adapun macam-macam media Pertumbuhan antara lain (Hadioetomo, 2011) : 1. Medium berdasarkan konsistensi 

Medium padat, yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat.



Medium setengah padat, yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehinggamenjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengantujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidakmengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh padamedia NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijaukebiruan dibawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat denganmudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkanmetabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.



Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (NutrientBroth), LB (Lactose Broth).

2. Medium berdasarkan komposisi 

Medium sintesis, yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dantakarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.



Medium semi sintesis, yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti,misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrakkentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentangkomposisi senyawa penyusunnya.



Medium non sintesis, yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapatdiketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnyaTomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

3. Medium berdasarkan fungsi 

Media untuk isolasi, media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnyaNutrient Broth, Blood Agar.



Media selektif/penghambat, media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga mediatersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhanmikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambahAmphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminanyang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuhStreptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.



Media diperkaya (enrichment), media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhanmikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Mediadiperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalammedia ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapimembutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, SerumAgar, dll.



Media untuk peremajaan kultur, media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur



Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik, media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba.Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuanmenggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.



Media untuk karakterisasi bakteri, media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnyaadalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.



Media diferensial, media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar karakterspesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar IronAgar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran kolonidan perubahan warna media di sekeliling koloni.

Macam – macam media menurut Dwidjoseputro (2010), media dibedakan menjadi : o Media cair misalnya kaldu. o Media kental (padat) menggunakan kentang yang dipotong. o Media yang diperkaya. o Media yang sintetik berupa ramu –ramuan zat anorganik. o Media kering berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam air. Menurut Pelczar et al (2015), media dibedakan menjadi: o Media yang diperkaya komponennya yaitu lumpur, ekstra serum dari tanaman atau hewan. o Media selektif yaitu bagian kimiawi secara spesifik untuk NA agar dapat tumbuh bakteri tanpa adanya halangan dari apapun. o Media yang berbeda yaitu menyatukan reagen atau zat kimia di media untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik setelah diinkubasi dan diinokulasi dengan mengizinkan 2 pertumbuhan bakteri yang berbeda. Menurut Hadioetomo (2010), media dibedakan menjadi 2 menurut komposisi kimiawinya yaitu media sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Medium sintetik dibuat dari bahan kimia yang kemurnian tinggi dan ditentukan dengan tepat, sedangkan medium non-sintetik tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan fungsi/sifatnya beberapa macam medium, antara lain medium umum, medium selektif dan medium diferensial. 

Media selektif (selective medium) /media penghambat adalah media yang ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa

mempengaruhi bakteri gram negatif. Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Berdasarkan komposisi kimianya, dikenal medium alami, medium semi sintetik, dan medium sintetik. Media ini dipakai untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan yang diinginkan, jadi hanya satu jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja. (Iyandri, 2011) 

Sedangkan media diferensial adalah media untuk mengklasifikasikan kelompok jenis bakteri. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri tertentu. (Iyandri, 2011) Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi

prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknikteknik dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu: metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang.

Dapus : Hidayat, dkk. 2016. Mikrobiologi Industri. Lay, Bibiana W. 2015. Analisis Mikroba Dilaboratorium. Perlczar, Michael. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Risda. 2014. Potato Dextrose Agar. Sumber: http://www.mikrobiologidasar.com. . Diakses pada tanggal 30 Maret 2019.

More Documents from "ulfa"

Type Of Syllabus
August 2019 60
Soal Usm 2016.pdf
October 2019 53
Intervensi Oma.docx
December 2019 38
Data Nominal.docx
November 2019 36
218910_dokumen (13).docx
December 2019 36