21549_20182_spbo Bawang Merah Dan Jagung.docx

  • Uploaded by: Retno Ardiansyah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 21549_20182_spbo Bawang Merah Dan Jagung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,302
  • Pages: 17
PENANAMAN JAGUNG DAN BAWANG PROPOSAL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK (SPBO) Diajukan sebagai salah satu tugas Mata Kuliah SPBO pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Disusun oleh : Hilmi Nugroho Satriaji 150510150237 Itakanisa Pradmiardi M. 150510160036 Retno Ardiyansyah

150510160056

Puji Syara Anggia

150510160137

Nufadilah

150510160090

Naufal Syahrial Hidayat150510160221

Kelas B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robi Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Penanaman Jagung dan Bawang Merah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SPBO. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami selaku penyusun, umumnya bagi para pembaca.

Oktober 2018

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1 1.1.

Latar Belakang......................................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 3 2.1.

Komoditas Jagung ................................................................................................................... 3

2.1.1. 2.2.

Morfologi Tanaman Jagung............................................................................................. 3

Komoditas Bawang Merah ...................................................................................................... 6

2.2.1.

Morfologi Bawang Merah ............................................................................................... 6

2.2.2.

Syarat Tumbuh ................................................................................................................ 7

BAB III. PELAKSANAAN PERTANAMAN.................................................................................................... 8 3.1 Metode Penanaman Ganda .......................................................................................................... 8 3.1.1 Tempat dan Waktu................................................................................................................ 8 3.1.2 Alat dan Bahan ...................................................................................................................... 9 3.1.3 Persiapan Lahan .................................................................................................................... 9 3.2 Pembuatan Kompos ...................................................................................................................... 9 3.2.1 Alat dan Bahan ...................................................................................................................... 9 3.2.2 Langkah Kerja ....................................................................................................................... 10 3.3 Penanaman dan Design Rancangan Penanaman ........................................................................ 10 3.3.1 Kebutuhan pupuk................................................................................................................. 10 3.3.2 Jarak tanam ......................................................................................................................... 11 3.3.3 Kebutuhan benih ................................................................................................................ 11 3.3.4 Penanaman ........................................................................................................................ 11 3.4 Pemeliharaan Tanaman .............................................................................................................. 12 3.4.2 Pemeliharaan Tanaman Jagung dan Tanaman Bawang Merah .......................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

ii

iii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terbesar yang dimiliki oleh Indonesia adalah ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan nasional adalah masalah sensitif yang selalu menyinggung suatu negara untuk menjadikan status negara menjadi negara maju. Penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional menjadi ketahanan pangan yang mandiri yang berbasis pada kemandirian ketahanan pangan domestic (Dewan Ketahanan Pangan, 2009). Dalam mengefisiensikan lahan pertanian yang ada di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai teknologi yaitu salah satunya dengan pola sistem tanam yang sebagian besar monokultur diubah menjadi tumpangsari. Karena dalam lahan yang digunakan dalam tumpangsari terdapat dua tanaman yang dapat dibudidayakan secara bersamaan di lahan yang sama. Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma (Herliana, 1996 dalam Indriati, 2009). Dalam menjawab masalah ketahanan pangan selain menggunakan teknologi dengan cara mengefisiensikan lahan, juga perlu dilakukan diversifikasi pangan. Sehingga lahan yang ada tidak hanya digunakan untuk tanaman utama ( jagung ) saja tetapi penganekaraganaman (diversifikasi) pangan dengan mengembangkan tanaman pangan alternatif yang potensial seperti kangkung (Ipomoea reptans ). Jagung merupakan salah satu tanaman palawija yang paling utama di Indonesia, komoditas ini adalah bahan pangan alternative yang paling baik selain beras. Karena jagung adalah sumber karbohidrat setelah beras. Seiring dengan peningkatan pendapatan dan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan permintaan jagung meningkat, sementara itu produktivitas yang dicapai petani masih sangat rendah (Gunawan, 2009). Produksi jagung di Indonesia masih sangat rendah produksi yang dapat dipasarkan baru mencapai 4,0 sampai 5,0 t ha-1 (Koswara, 1989), bila dibandingkan dengan negara lain, misalnya di Lockyervalley Queensland, produksi jagung mencapai rata-rata 7,0 sampai 10,0 t 1

ha-1 (Lubach, 1980). Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase baik dengan pH 5,6-7,2 serta membutuhkan air dan penyinaran matahari yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut (Suprapto dan Marzuki, 2005). 1.2. Tujuan 1. Untuk melindungi tanaman dari adanya serangan hama dan juga penyakit tanaman; 2. Untuk mengurangi input bahan kimia pada tanaman yang dibudidayakan; 3. Untuk memanfaatkan lahan kosong di sela-sela atau antara tanaman utama; 4. Untuk mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Komoditas Jagung

2.1.1. Morfologi Tanaman Jagung 1. Akar Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan (Nuning Argo Subekti,dkk. 2012). 2. Batang Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012). Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Teknik Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris 3

dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler. 3. Daun Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer), Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012). 4. Bunga. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012). Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan. 5. Buah Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap 4

untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012). Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil.

2.1.2. Syarat Tumbuh 1. Tanah Tanah merupakan media tanam tanaman jagung. Akar tanaman berpengang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah. Perubahan tubuh tanaman secara kimi, fisik dan biologi akan berpegaruhi fungsi dan kekuatan akar dalam menopang pertumbuhan serta produktifitas tanaman. Pemberian pupuk, akan memberikan dan menambah kesuburan tanah sehingga pertumbuhan dan produktifitas tanaman jagung dapat di penenuhi dengan seimbang Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl. 2. Iklim Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 500LU – 400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 270- 320.

5

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C.

2.2.

Komoditas Bawang Merah

2.2.1. Morfologi Bawang Merah 1. Batang Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan kuncupkuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah “siung”. Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dan biji. Warna kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan, tergantung spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat (Wibowo, 2005). 2. Daun Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berwarna hijau muda hingga hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta ujung meruncing, berukuran panjang lebih dari 45 cm. Pada daun yang baru bertunas biasanya belum terlihat adanya rongga. Rongga ini terlihat jelas saat daun tumbuh menjadi besar. Daun pada bawang merah ini berfungsi sebagai tempat fotosintesis dan respirasi. Sehingga secara langsung, kesehatan daun sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman. Setelah tua daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda, dan akhirnya mengering dimulai dari bagian bawah tanaman. Daun relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah. Setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang merah melekat relatif kuat dengan umbi, sehingga memudahkan dalam pengangkutan dan penyimpanan (Sunarjono, 2003). 3. Bunga

6

Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga. Tangkai bunga berbebentuk ramping, bulat, dan memiliki panjang lebih dari 50 cm. Pangkal tangkai bunga di bagian bawah agak menggelembung dan tangkai bagian atas berbentuk lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat bagian yang berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih terbungkus seludang. Setelah seludang terbuka, secara bertahap tandan akan tampak dan muncul kuncup-kuncup bunga dengan ukuran tangkai kurang dari 2 cm (Sumadi, 2003). Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benangsari dan putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik, kadang-kadang di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter, yang diduga sebagai bunga steril. Meskipun jumlah kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil mengadakan persarian relatif sedikit (Wibowo, 2005). 4. Bakal biji Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan yang masingmasing memiliki bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan mengering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003). 2.2.2. Syarat Tumbuh 1. iklim Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakaran yang pendek. Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan pembentukan umbi cukup banyak. Di lain pihak, bawang merah juga paling tidak tahan terhadap air hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek. Sebaiknya bawang merah ditanam di musim kemarau atau di akhir musim penghujan. Dengan demikian, bawang merah selama hidupnya di musim kemarau akan lebih baik apabila pengairannya baik (Wibowo, 2005).

Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang mendapat sinar matahari penuh juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang 7

terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo,2005). 2. Tanah Tanaman bawang merah lebih baik pertumbuhannya pada tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang sesuai bagi pertumbuhan bawang merah misalnya tanah lempung berdebu atau lempung berpasir, yang terpenting keadaan air tanahnya tidak menggenang. Pada lahan yang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik. Derajat kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 (Sartono, 2009).

BAB III. PELAKSANAAN PERTANAMAN 3.1 Metode Penanaman Ganda 3.1.1 Tempat dan Waktu Tempat

: Lahan Praktikum Ciparanje, Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, 8

Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Waktu

: Kamis, Oktober 2018

3.1.2 Alat dan Bahan  Alat a. Cangkul b. Embrat c. Kored d. Ember e. Alat tulis f. Kamera  Bahan a. Benih Jagung dan Bawang Merah bersertifikat b. Air c. Kompos 3.1.3 Persiapan Lahan 1. Penyiangan gulma dan sanitasi lahan. Dilakukan dengan cangkul atau kored untuk membersihkan sisa pertanaman pada musim tanam sebelumnya dan menyiangi gulma yang tumbuh sehingga tanah siap untuk ditanami. 2. Tanah diberi pupuk kompos dan digemburkan dengan menggunakan cangkul. Lalu sisa dari pupuk kompos dapat ditambahkan kembali ke tanah. Pemberian pupuk kompos dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur, aerasinya baik, dan drainase optimal. 3. Untuk memudahkan kegiatan perawatan jagung dan Bawang Merah yang ditanam, perlu dibuat bedengan.

3.2 Pembuatan Kompos 3.2.1 Alat dan Bahan 

Serasah daun yang sudah kering



Kotoran hewan 9



Dedak



Air



EM4



Gula pasir



Emrat



Garu



Ember



Sekop



Kayu pengaduk



Bak pengomposan



Termometer

3.2.2 Langkah Kerja 

Menyiapkan alat dan bahan



Serasah daun dicampur dengan dedak dan kotoran hewan



Setelah tercampur, disiram dengan air sampai lembab



EM4 dicampur dengan gula pasir di suatu wadah lalu diaduk sampai larut



Larutan itu kemudian di campurkan dengan air didalam ember



Larutan tersebut dicampur dengan campuran serasah sampai merata



Dimasukan kedalam bak pengomposan untuk dibiarkan agar matang menjadi kompos



Lakukan pengadukan setiap beberapa hari sekali dan diukur suhunya.

3.3 Penanaman dan Design Rancangan Penanaman 3.3.1 Kebutuhan pupuk  Bawang Merah Kebutuhan pupuk kompos pada tanaman Bawang Merah: Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha, atau pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6 ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 ton/ha yang diaplikasikan 2-3 minggu sebelum tanam dengan cara disebar lalu diaduk secara merata dengan tanah. BALITSA merekomendasikan penggunaan pupuk organik (kompos)sebanyak 5 ton/ha  Jagung 10

Kebutuhan kompos, campuran kotoran ayam dan kotoran sapi/kambing dengan komposisi 1:1 Pupuk kotoran ayam memberikan kadar N yang banyak dan lebih cepat terurai, sedangkan pupuk kotoran sapi atau kambing lebih kaya akan K dan P. Kebutuhan pupuk dengan metode organik adalah sekitar 5 ton per hektar. Pada tanaman jagung sekitar 5 ton/ha 3.3.2 Jarak tanam  Bawang merah Jarak tanam tanaman Bawang merah adalah 20 x 20 cm dan akan ditanam dibagian tengah lahan.  Jagung Jarak tanam tanaman jagung adalah 75 cm x 25 cm dan akan ditanam dibagian luar melindunggi tanaman bawang.

3.3.3 Kebutuhan benih  Bawang Merah Penanaman benih bawang merah dilakukan pada setiap lubang tanam dengan jarak antara tanaman bawang merah sebesar 20 cm. Penanaman bawang merah dilakukan diantara komoditas tanaman jagung.  Jagung Satu bedengan terdapat dua baris masing-masing 15 lubang tanam sehingga jumlah nya menjadi 30 lubang tanam. Benih yang dibutuhkan yaitu 2 butir benih jagung untuk satu lubang tanam, total dibutuhkan yaitu 60 butir benih jagung.

3.3.4 Penanaman  Bawang Merah Lubang tanam dibuat pada bedengan dengan menggunakan tugal atau dengan menggunakan tangan. Lubang tanam dibuat sedalam 2 cm. Sebanyak 1 bibit bawang merah dimasukkan ke dalam lubang tanam kemudian ditutup oleh tanah.  Jagung Penanaman jagung paling efektif dengan cara ditugal. Membuat lubang sedalam 2-3 cm kemudian masukan 2 butir benih jagung setelah itu tutup dengan tanah, kemudian siram agar kelembaban tanah terjaga. 11

3.4 Pemeliharaan Tanaman 3.4.2 Pemeliharaan Tanaman Jagung dan Tanaman Bawang Merah 

Lakukan penyiangan 2 minggu sekali untuk menghilangkan gulma ataupun rumput liar yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman jagung.



Melakukan proses pembumbunan yaitu proses untuk memperkokoh batang jagung supaya tidak mudah roboh dan menjaga kondisi akar jagung agar tetap sepenuhnya ditutupi oleh tanah.



Selanjutnya adalah proses penjarangan, yaitu proses penyortiran tanaman jagung yang tidak bisa tumbuh dengan baik serta harus dilakukan pemotongan atau pencabutan. Kemudian lubang tanam yang telah kosong segera dilakukan penyulaman agar bisa tumbuh secara normal dan serentak. 

Panen budidaya jagung manis Jagung manis mulai berbunga setelah 50 hari. Sepuluh hari sebelum panen utama, sebaiknya dilakukan panen jagung muda. Pada masa ini akan tumbuh dua tongkol jagung, petik tongkol yang paling bawah. Pemanenan tongkol muda dimaksudkan agar asupan nutrisi pada tongkol utama tercukupi, sehingga hasilnya maksimal. Selain memetik tongkol muda, papaslah daun bagian bawah sebanyak 23 helai. Apabila muncul kembali tunas-tunas buah muda sebelum panen utama, petiklah sebagai panen tambahan. Panen utama budidaya jagung manis bisa dilakukan setelah tanaman berumur 65-75 hari.



Panen budidaya bawang merah Panen dilakukan apabila tanaman telah berumur 65-75 hari setelah tanam. Tanaman yang telah siap dipanen memiliki ciri-ciri: -Tanaman telah cukup tua, dengan hampir 60-90% batang telah lemas dan daun menguning -Umbi lapis terlihat padat berisi dan sebagian tersembul di permukaan tanah Warna kulit umbi mengkilat atau memerah -Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman bersama daunnya dan diusahakan agar tanah yang menempel pada umbi dibersihkan. Biarkan umbi beberapa jam pada bedengan, kemudian diikat (1-1,5 kg/ikat)

12

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, A. 2009. Budidaya Tanaman Jagung Lokal (Zea mays L). Jakarta. Hal 12-15. Koswara. 1989. Budidaya Tanaman Palawija : Jagung. Fakultas Pertanian IPB, Bogor. 72 hlm. Lubach, G. W. 1980. Growing Sweet Corn for Processing. Queensland Agric. J. 106 (3) : 218230. Indriati, T. R. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan serta Hasil Tumpangsari Kedelai (Glycine max L) Dan Jagung (Zea mays L). Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

13

Related Documents


More Documents from "Nur Ain Mohd Amin"