KULIAH KE-4 SURVEI DAN PEMETAAN HUTAN (SPH)
Metode Perolehan Data untuk Pemetaan
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
1
PRESE SPH Seleksi NSI Peminat
3/6/2019
SENAWI SNHB - SISPH
2
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
3
Pangkalan data
Terestrial
Ekstra Terestrial
Data untuk pemetaan
Non Terestrial
Instansi Website
Tabular JPEG
Bentuk data
Shapefile 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
4
TERESTRIAL
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
5
1. Metode terestrial Teknik perolehan data tentang obyek atau fenomena muka bumi dengan cara pengukuran obyek secara langsung di lapangan: a. pengukuran jarak b. pengukuran beda tinggi (sipat datar) c. pengukuran sudut horizontal dan vertikal (kemiringan)
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
6
a. Pengukuran jarak Pengukuran jarak: pengukuran antara dua buah titik, dengan alat sederhana, alat optik, atau dengan Electronic Distance Measurement (EDM) dinyatakan dalam satuan ukuran panjang. Kedudukan kedua titik bisa pada : posisi datar (sejajar dengan bidang datar), disebut jarak datar posisi miring (membentuk sudut lancip dengan bidang datar), disebut jarak miring (lapangan)
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
7
Pengukuran jarak dengan alat sederhana -
Langkah kaki Galah ukur: dilengkapi nivo Pita ukur Rantai ukur Bidang miring AC2
AB2
C
BC2
= + AB = AC cos α BC = AC sin α
A
06/03/2019
α
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
B
8
Pengukuran jarak dengan alat optik 4 unsur utama yang berperanan:
1. benang silang (stadia), 2. rambu ukur, 3. sudut (sudut horizontal dan sudut vertikal) 4. nivo (gelembung pendatar).
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
9
Pengukuran jarak dengan EDM • Teknologi pengukuran jarak menggunakan sinar laser atau gelombang radio yang dipancarkan dari transmitter ke receiver • Contohnya: total station, alat hybrid yang menggabungkan electronic digital theodolit, EDM, dan komputer
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
10
Pengukuran jarak pada posisi datar • Pengukuran (jarak) datar: kedudukan garis bidik teropong sejajar dengan bidang datar (sudut miring = 0°). • Lebih dikenal dengan “Menyipat Datar” • Alat: Bousole Tranche Montagne (BTM), Theodolit, Total Station
• Ketelitian Tidak teliti ‐ T0 = 20”, ‐ T1 = 20”-5” ‐ T2 = 1” ‐ T3 = 0,1” ‐ T4 = 0,01”
Sangat teliti
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
11
Jarak datar pada pengukuran datar (Contoh: Instrumen Bousole Tranche Montagne) A Sumbu V
Ab
Ab
Sumbu H
p
F
T1
T2
T
b
Ba
Ba
a
B
f c
D.b d
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
12
Rumus dasar perhitungan jarak : d = c + D.b
D = (d:b) (f:p)
Tetapan c = jarak titik api F (focus) ke busur lensa sangat kecil (nol) sehingga diabaikan Tetapan D = bilangan pengali dalam menentukan jarak dan besarannya telah ditetapkan (umumnya bernilai 100) Nilai b = selisih nilai antara dua pembacaan benang pada rambu 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
13
Contoh : Tinggi pesawat setelah diukur setinggi 1,40 m. Setelah teropong dibidikan ke rambu diperoleh pembacaan benang atas (Ab) dan benang bawah (Ba) adalah 1,25 m dan 1,55 m. Tetapan D sebesar 100. A
1,25 m T
1,55 m
½AB = AT = TB
B
Perhitungan :b = Ba – Ab = B – A (selisih dua benang) b = 1,55 m – 1,25 m = 0,30 m d = (100) (0,30) = 30 m d = c + Db m m – 1,25 m) atau d = (100) (1,55 = 30 m 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
14
Jarak datar pada pengukuran datar ( Contoh: Instrumen Theodolit ) A
Sumbu V
Bb
Aa Sumbu H
p
T2
F
T1
T
b
Aa
Bb LPB
a
B
f
c
D.b d
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
15
Contoh : Tinggi pesawat setelah diukur setinggi 1,35 m. Setelah teropong dibidikan ke rambu diperoleh pembacaan benang atas (Aa) dan benang bawah (Bb) adalah 1,55 m dan 1,15 m. Tetapan D sebesar 100. A
1,55 m
½AB = AT = TB
T
1,15 m B
Perhitungan : b = Aa – Bb = A – B (selisih dua benang) b = 1,55 m – 1,15 m = 0,40 m d = (100) (0,40 m)= 40 m d = c + D.b
atau d = (100) (1,55 m – 1,15 m) = 40 m 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
16
Bila tetapan D tidak diketahui, maka cara berikut dapat digunakan sebagai pegangan untuk menetapkan nilai D sebagai berikut : 1. Cari lokasi yang datar sepanjang 50 m atau 100 m. 2. Dirikan pesawat (posisi datar) dan usahakan tinggi pesawat bernilai genap; misal 1,30 m, 1,40 m. 3. Dirikan rambu ukur (posisi tegak) dengan jarak ke pesawat sesuai yang diinginkan. 4. Arahkan teropong ke rambu ukur dengan tinggi arah bidik sesuai dengan tinggi pesawat. 5. Baca kedua benang (benang atas dan benang bawah) pada bayangan rambu dalam teropong dan hitung selisihnya (b). 6. Tentukan tetapan D yaitu sebesar (d : b). 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
17
Contoh : Tinggi pesawat setelah diukur setinggi 1,40 m. Jarak antara pesawat ke rambu diukur sejauh 50 m. Hasil pembacaan benang atas (Aa) dan benang bawah (Bb) adalah 1,65 m dan 1,15 m.
Perhitungan :
Selisih pembacaan benang :
b = A –B = 1,65 m – 1,15 m= 0,50 m
A T
1,65 m
B
1,15 m
D = d : b = (50 m) : (0,50 m) = 100 Jadi tetapan D sebesar 100
½AB = AT = TB 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
18
Pengukuran jarak pada posisi miring • Bila kedudukan arah bidikan dari teropong tidak sejajar dengan bidang datar (sudut miring = °). • Instrumen yang digunakan berupa BTM, Theodolit, Total Station. • Pengukuran cara ini lebih banyak digunakan pada daerah-daerah yang bergelombang, berbukit atau bergunung. Disamping itu cara ini lebih disukai karena kondisi medan tidak menjadi penghalang.
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
19
Pengukuran jarak datar pada posisi miring
L
D’=
jarak miring antara titik A dan B
D= jarak datar antara titik A dan B L’= panjang bacaan mistar
L= panjang bacaan mistar yang diredusir
Jarak miring= D’ = L’ x 100 L’ = L x cosβ D’ = L x cosβ x 100 06/03/2019
Jarak datar= D = D’ x cosβ D = (Lcosβ x 100) x cosβ D = 100 x L x cos2β
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
20
b. Pengukuran beda tinggi (sipat datar) • Pengertian beda tinggi : selisih antara dua titik atau dua tempat yang tingginya berbeda. • Instrumen: Barometer : konsep perbedaan tekanan udara akibat perbedaan tinggi tempat. Clinometer : konsep sudut miring dan memiliki dua skala pengukuran yaitu derajat dan persen. Abney level : prinsip kerja seperti clinometer. Sipat datar : berdasarkan perbedaan tinggi tempat. Theodolit : berdasarkan konsep sipat datar maupun konsep jarak horizontal dan sudut miring. Electronic Hypsometer : prinsip kerja menggunakan laser Total station : prinsip kerja sama dengan theodolit tetapi sudah menggunakan koordinat dan disimpan dalam bentuk digital 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
21
Barometer Clinometer
Abney Level 06/03/2019
Hypsometer Theodolit
Sipat Datar
Total station
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
22
Pengukuran beda tinggi H= beda tinggi antara titik A dan B i= tinggi alat h= beda tinggi antara teropong dengan titik sasaran (benang tengah) z= panjang bacaan mistar yang diredusir
h = D’ sin β = 100 x L x cosβ x sinβ
06/03/2019
H = h + (i-z)
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
23
c. Pengukuran sudut Pengukuran sudut yang terbentuk antara dua buah titik Instrumen: theodolit, total station kompas geologi Sudut Horizontal Sudut Vertikal BM
06/03/2019
Sta A
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
24
Jenis sudut • Sudut horizontal U
IV
I S 90º T T
B S 90º B U 90º B
III
U 90º T
S
II
Bearing 06/03/2019
• Bearing adalah sudut lancip yang diukur dari Utara atau Selatan kompas menuju ke arah Timur atau Barat. • Kuadran I dan IV diukur dari arah Utara ke arah Timur (kuadran I) dan ke arah Barat (kuadran IV). • Kuadran II dan III diukur dari arah Selatan menuju ke arah Timur (kuadran II) dan ke arah Barat (kuadran III). • Kisaran besaran sudut 00 – 900
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
25
• Azimuth merupakan sudut yang dibentuk dari garis Utara kompas searah jarum jam. • Kisaran besaran sudut: 00 – 3600
Azimuth 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
26
Azimuth vs Bearing
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
27
JENIS SUDUT • Sudut vertikal (miring) Z
• Sudut miring/lapangan dibentuk dari bidang datar (horizontal) terdiri dari sudut elevasi atau depresi.
ž Bidang tegak
Bidang datar
N
06/03/2019
• Besaran sudut elevasi () depresi () diperoleh dari : = 900 – ž = 900 – • Instrumen: kompas clinometer, abney level, Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
dan
geologi,
28
Clinometer
Kompas geologi
Abney Level 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
29
EKSTRA TERESTRIAL
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
30
2. Metode ekstra terestrial: GNSS • GNSS (Global Navigation Satellite System): istilah untuk sistem satelit navigasi global. Kegunaan mengetahui posisi, jarak, kecepatan di muka bumi. • Contoh: NAVSTAR GPS (GPS): U.S. Departemen of Defense (DOD) (tahun 1973) Galileo: Uni Eropa (tahun 2011) Glonass: Rusia (tahun 1982) BeiDou Navigation Satelit System : China (tahun 2000) QZSS: Jepang (tahun 2010) • SEJARAH GNSS:
• Teknologi pertama kali: NAVSTAR GPS (NAVigation Satellite Timing And Ranging Global Positioning System) • Program dimulai tahun 1973 oleh U.S. Military services • Dikelola oleh U.S. Departemen of Defense (DOD).
• Teknologi GPS mulai dibuka sepenuhnya ke sipil tahun 2000 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
31
Komponen GNSS
Segmen angkasa (satelit)
Segmen pemakai (pemakai, alatalat penerima) Segmen sistem: stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
32
Contoh: Komponen Navstar GPS (GPS) •31 satelit (2012) •6 orbit •Ketinggian 20.200 km
•mengamati sinyal GPS •hitung posisi dan kecepatan •informasi waktu 06/03/2019
•prediksi orbit •Monitor kesehatan satelit •Injeksi data
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
33
Satelit GPS • GPS didukung oleh 31 satelit (2012)
• Pada ketinggian 20.200 km di atas permukaan bumi • Setiap Satelit membutuhkan 12 jam untuk memutari bumi. • Masing-masing dilengkapi dengan jam dengan akurasi yg sangat tinggi (0.000000003 detik)/ 2 cesium + 2 rubidium clocks • Berat satelit : 930 kg, • Panjang : 5.1 meter • Kecepatan : 4 km/detik
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
34
CARA KERJA GPS • Satelit GPS memberikan informasi kepada receiver GPS mengenai jarak/ posisi satelit. • Sehingga kita tahu bahwa kita berada pada suatu radius tertentu dari satelit. Bila ada dua satelit maka kita tahu posisi kita, berada pada 2 lokasi, yaitu perpotongan dua radius tadi. GPS receiver mampu menghitung tempat yg paling mungkin. Semakin banyak sinyal satelit ditangkap semakin teliti satelit menghitung posisi ---- metoda Trilateration 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
35
Cara Kerja GPS
1. Resection from satellites
2. Distance to satellites
4. Position in space 06/03/2019
3. Exact timing
5. errors
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
36
Geometri jaring survei GPS
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
37
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
38
Akurasi GPS 30cm/1ft
5m
1cm
1m
10cm/4in
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
39
NON TERESTRIAL
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
40
3. Perolehan data non terestris: • Penginderaan Jauh: Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 2015). • Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985) • Alat: alat pengindera atau sensor
• Data yang dihasilkan: citra
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
41
Komponen PJ: 1. Sumber energi (matahari, radar, laser) 2. Hambatan atmosfer 3. Platform & Sensor 4. Obyek
5. Data PJ 6. Stasiun penerima 7. Pengguna citra
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
42
Interpretasi citra PJ Kegiatan mengkaji citra hasil penginderaan jauh dengan maksud untuk mengindentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut.
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
43
Jenis data non terestris 1.
Fotografik: Foto Udara Konvensional wahana pesawat & tenaga EM tampak
2.
Non fotografik: wahana lebih beragam & tenaga EM yang lebih luas, contoh: o Satelit: Pasif (contoh: MODIS, LANDSAT, Quickbird) Aktif (contoh: RADARSAT, TERRASAR-X) • Pesawat ulang alik antariksa, contoh: SIR SRTM (untuk membuat DEM) • Pesawat, contoh: Foto Udara Digital, LiDAR
• UAV, contoh: Foto Udara dengan Drone • Close Ring Photogrammetric (jarak dekat), contoh: Google Street View 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
44
Fotogrametri PANKROMATIK H/P 1 : 50.000 TAHUN 1994
1 :30.000 TAHUN 1994
1 : 7000 TAHUN 1996
1 :15.000 TAHUN 1990
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
46
Fotogrametri
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
47
Contoh Overlapping (Stereo) Imagery
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
48
Citra satelit
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
49
• DEMNAS • Resolusi horizontal 8 m • Area KHDTK Diklat UGM
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
50
• LiDAR • Sierra National Forest, California
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
51
• Foto Udara dari drone • Di area Getas • Rendering dari ±30.000 foto • R-G-B • 1:15.000 • Agustus 2016
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
52
Pentingnya data non terestris 1. Penggambaran obyek/wilayah/gejala di permukaan bumi Sesuai wujud dan letak Lengkap Wilayah liputan luas Permanen 2. Menghasilkan gambaran 3D Model medan lebih jelas Relief tampak lebih jelas Pengukuran beda tinggi: pemetaan kontur/ perencanaan lintasan jalan Pengukuran volume: pohon/tegakan; galian/timbunan Pengukuran lereng: kelas kemampuan lahan; konservasi tanah 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
53
Pentingnya data non terestris (lanjutan…) 3. Pengenalan obyek yang karakteristiknya tidak tampak oleh mata manusia misal: spektrum infra merah dekat untuk pendeteksian tanaman yang terserang penyakit 4. Dapat dibuat secara cepat untuk wilayah yang sulit dijangkau secara terestris; interpretasi dapat dilakukan di dalam ruangan/lab setiap saat penghematan waktu & biaya dengan hasil ketelitian yang memadai Hutan, pegunungan
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
54
Pentingnya data non terestris (lanjutan…) 5. Pemetaan daerah bencana Banjir, gempa bumi, angin rebut, erupsi gunungapi 6. Dibuat dengan periode ulangan yang pendek: monitoring perubahan 16 hari Landsat; 2 kali sehari NOAA; setiap cuaca memungkinkan untuk foto udara
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
55
PANGKALAN DATA
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
56
Perolehan data dari pangkalan data • Instansi: Badan Informasi Geospasial (BIG) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Pusat Statistik dll
• Website www.globalforestwatch.org https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/ http://webgis.menlhk.go.id
dll
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
57
Bentuk data: Data Statistik/ Tabular Kecamatan
January
District
Raindays
February
Rainfalls
Raindays
Rainfalls
(mm) (1)
Seruyan Hilir
06/03/2019
(2)
(3)
March Raindays
Rainfalls
(mm) (4)
April Raindays
Rainfalls
(mm)
(5)
(2)
(3)
(mm) (4)
(5)
2015
6
122
14
306,5
10
116
16
276,5
2014
7
132
6
55
11
231,5
8
150,5
2013
11
283,2
8
94,8
13
225,9
9
476
2012
10
139,2
11
208
9
162
10
312,2
2011
14
278
10
187
16
300
11
301
2010
13
205
8
146
14
310
8
101
2009
13
205
8
146
14
310
14
354
2008
8
273
7
253
10
198
12
490
2007
10
579
9
222
11
445
14
595
2006
14
159
13
125
17
211
18
350
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
58
Bentuk data: Data Statistik/ Tabular (lanjutan….)
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
59
Bentuk data: Digitasi Peta Tematik
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
60
Scanner peta
Drum roller scanner
Flat bed scanner
Feed roller scanner 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
61
Bentuk data: Kompilasi Peta Tematik • Untuk membuat peta arahan fungsi kawasan diperlukan beberapa peta tematik, seperti: Peta curah hujan Peta jenis tanah Peta kelerengan
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
62
KUALITAS DATA
06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
63
Kualitas data • Error & uncertainty • Accuracy
• Precision • Resolution • Generalization
• Complete (secara spasial dan temporal) • Compatible (sistem proyeksi yang sama, skala, kawasan) • Consistent
• Applicable 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
64
Tugas • Berikan contoh data yang anda peroleh dari: • Pangkalan data BIG KLHK • Website
06/03/2019
www.wri.org www.globalforestwatch.org https://earthexplorer.usgs.gov/ https://earthdata.nasa.gov/ https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/ http://webgis.menlhk.go.id
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
65
Materi minggu depan? MINGGU KE-
06/03/2019
MATERI
TANGGAL
1.
Pendahuluan: Arti penting survei dan pemetaan untuk pengelolaan hutan
13/02/2019
2.
Dasar-dasar survei geospasial dan pemetaan secara kartografis
20/02/2019
3.
Koordinat, proyeksi, skala peta dan titik ikat
27/02/2019
4.
Metode perolehan data geospasial
06/03/2019
5.
Membaca dan interpretasi data geospasial
6.
Penggunaan GNSS dalam pemetaan
20/03/2019
7.
Citra penginderaan jauh sebagai sumber data
27/03/2019
8.
Pengukuran jarak dan sudut horizontal
17/04/2019
9.
Pengukuran dan pemodelan profil permukaan
24/04/2019
10.
Rancangan dan representasi kartografi
08/05/2019
11.
Akurasi dan generalisasi peta
15/05/2019
12.
Interpretasi dan kompilasi peta
22/05/2019
13.
Penggunaan sistem informasi geografis untuk survei dan pemetaan
29/05/2019
14
Aplikasi peta dalam pengelolaan hutan
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
13/03/2019
66
SELAMAT BELAJAR
KUASAI INFORMASI, SELAMATKAN HUTAN DAN LINGKUNGAN 06/03/2019
Laboratorium Sistem informasi Spasial dan Pemetaan Hutan FKT UGM
67