KEBUDAYAAN ISLAM
CREATED BY: 9TH GROUP Bayu Ramadhan (Teknik Mesin) Dhia Darin Silfi (Teknik Lingkungan) Feni Dwi Desiyana (Teknik Kimia) Ayu Handayani Sadzah (Teknik Industri)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013-2014
KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Katsron Muhsin selaku dosen mata Kuliah Pendidikan Agama Islam atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen atau teman-teman seperjuangan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kebudayaan islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa maupun mahasiswi Universitas Sumatera Utara. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dan teman-teman. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penulis dan pembaca untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat amin. Hormat kami,
penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 : PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1. 3 Tujuan 1. 4 Manfaat BAB 2 : PEMBAHASAN 2. 1 Konsep Kebudayaan dalam Islam 2. 2 Sejarah Intelektual Islam 2. 3 Penerapan Budaya Islam dalam Kegiatan Ilmiah dan Kerja 2.3.1 Budaya Ilmiah atau Akademik 2.3.2 Budaya Kerja 2.4 Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam 2.5 Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam 2. 6 Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia BAB 3 : PENUTUP 3. 1 Kesimpulan 3. 2 Saran BAB 4 : DAFTAR PUSTAKA
i ii 1 1 1 1 3 3 4 4 6 7 8 8 11 11 12
ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agam-agama yang datang sebelumnya. Di era globalisasi ini, banyak masyarakat dan khususnya bagi para pelajar yang acuh tak acuh dengan sejarah Negara, apalagi sejarah peradaban Islam. Dewasa ini mereka hanya memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk di dengar. Padahal, sejarah peradaban Islam sangat penting bagi kita semua.
1. 2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep kebudayaan dalam islam? 2. Bagaimana sejarah intelektual Islam? 3. Apa pengertian kebudayaan? 4. Apa kebudayaan Islam itu? 5. Bagaimana perkembangan Islam saat ini? 6. Mengapa masjid sebagai pusat peradaban Islam? 7. Bagaimana nilai-nilai dalam budaya Islam? 1. 3 TUJUAN Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam. 2. Mengetahui sejarah intelektual Islam. 3. Mengetahui Masjid sebagai pusat peradaban Islam. 4. Mengetahui nilai-nilai dalam budaya Islam. 5. Bagaimana perkembangan Islam saat ini? 6. Dapat membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan Islam.
1. 4 MANFAAT 1. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum muslimiin masa lalu. 2. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari. 3. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia islam. 4. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh atau meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri, masyarakat, lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang.
1
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu. 6. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan Islam pada masa kejayaan Islam. 7. Dapat membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan Islam. 8. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB 2 PEMBAHASAN 2. 1 KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa, dan cipta manusia di masyarakat. Istilah “kebudayaan” sering dikaitkan dengan istilah “peradaban”. Perbedaannya: kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi, dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi. Menurut terminologi, kebudayaan adalah himpunan segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu tujuan dalam rangka mencapai kesempurnaan1. Di sisi lain, kebudayaan dapat dikelompokkan kepada bidangbidang antara lain: filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, kaidah-kaidah budaya, bahasa, agama budaya, teknik, ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya2. Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi. Kebudayaan islam selalu terkait dengan nilai-nilai ilahiyah yang bersumber dari ajaran kitab suci Qur’an dan hadits, sehingga dapat dipahami bahwa kebudayaan islam itu adalah implementasi dari Qur’an dan Sunnah oleh umat islam dalam kehidupannya baik dalam bentuk pemikiran, tingkah laku maupun karya untuk kemaslahatan umat manusia dalam rangka mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah dalam mencari keridhoanNya. 2. 2 SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa, yaitu masa klasik, antara tahun 650-1250M, masa pertengahan, antara tahun 1250-1800M, dan masa modern atau kebangkitan intelektual Islam kembali, antara tahun 1800M hingga sekarang dan seterusnya. Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki dibidang hukum Islam. Di bidang filsafat Islam seperti Al Kindi tahun 801M, yang berpendapat bahwa kaum Muslimin hendaknya menerima filsafat sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Kemudian Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir tahun 870 M, sebagai pembangun agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir pula filosof besar Ibnu Maskawaih pada tahun 930 M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang pendidikan akhlak. Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138 M, Ibnu Tufail tahun 1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126. Pada masa pertengahan, yaitu antara tahun 1250-1800 M, dalam catatan sejarah pemikiran Islam pada masa ini merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan 1
2
(Agus Salim, 1954:300) (Endang Saifuddin Anshari,1986:104)
3 3
wahyu, iman dipertentangkan dengan ilmu, dan dunia dipertentangkan dengan akhirat. Jika diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sebagian ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan kepada Al-Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan Al-Ghazali itu dijawab Ibnu Rusyd dengan tulisan “Tahafutu Tahafut” (kerancuan diatas kerancuan). Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan para intelektual muda muslim. Mengapa umat Islam tidak bisa menguasai ilmu dan teknologi modern?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat Islam tidak mau melanjutkan tradisi ke-ilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar pada masa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan yang bersifat material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir para ilmuan dan tokoh-tokoh kaliber dunia dikalangan umat Islam dari negara-negara kaya di Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di Negara bekas jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan intelektual Islam karena keterbatasannya. Q. S. An-Nisa ayat 115 juga disebutkan, “Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang- orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan yang dilakukannya itu dan akan kami masukkan dia ke dalam neraka jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” 2. 3 PENERAPAN BUDAYA ISLAM DALAM KEGIATAN ILMIAH DAN KERJA 2.3.1 BUDAYA ILMIAH ATAU AKADEMIK Islam memiliki prinsip-prinsip perilaku ilmiah atau akademik, antara lain: a. sumber ilmu adalah al-qur’an dan hadist yang harus diambil dengan melakukan iqra’ atau membaca. Membaca atau iqra’ artinya; bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah cirri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman,sejarah, diri sendiri, baik yang tertulis ataupun tidak3.
3
(Quraish, 1999:433)
4 4
b. Menggunakan Potensi yang dimiliki secara optimal Pasca kelahiran manusia, manusia tidak mengerti apa-apa, namun Allah member potensi besar yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati yang mana ketiga potensi itu adalah instrument vital untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
c. Penggunaan Potensi Hati. Hati memiliki potensi berfikir yang mendalam. Alwi Shihab menjelaskan potensi berpikir yang dilakukan oleh kal tidak dipahami dengan akal secara objek ilmu atau bidang kajian akademik meliputi aspek yang tidak terbatas. Secara umum objek ilmu mencakup kepada aspek-aspek yang konkrit atau objek materi atau abstrak atau objek non materi. Penjelasan tentang luasnya objek kajian ilmu dalam pandangan islam terlihat jelas dalam banyak ayat al-qur’an, misalnya saja pada Q.S. Ali Imran 3 : 190
d.
4
Ilmu secara umum dalam pandangan islam dapat dikelompokkan menjadi 2 hal, yaitu Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia dan kedua ilmu yang diperoleh karena usaha manusia. Ilmu yang pertama disebut sebagai ilmu ladunni dan yang kedua disebut ilmu kasbi4. Ilmu kasbi adalah ilmu yang diperoleh melalui trial and error dengan mempelajari ayatayat Kauniyah (seluruh alam) dan ayat qauliyah (wahyu). Ilmu kasbi di dapat dengan cara belajar, yang di dalamnya ada guru dan murid. Adapun ilmu laduni ilmu yang didapat hasil taqarub kepada Allah swt. Dalam buku Ensiklopedi Islam, ilmu laduni diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh seseorang yang saleh dari Allah SWT melalui ilham dan tanpa dipelajari lebih
(M. Quraish Shihab 1999:572-573)
55
dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, ilmu tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, malainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dan karunia Allah SWT5. Ilmu laduni dikenal oleh kalangan ulama sebagai ilmu ilham, oleh karena itu tidak ada metode khusus untuk mendapatkannya. Tidak seperti ilmu kasbi yang bisa diperoleh siapa saja dengan jalan belajar, ilmu laduni tidak bisa dipelajari. Hanya manusia tertentu saja yang dikaruniai ilmu laduni. e.
Kewajiban mengamalkan ilmu. Termasuk buadaya akademik yaitu mengamalkan ilmu yang telah dimiliki. Pengalaman ilmu merupakam manifestasi dari kekaguman kepada Allah SWT. f. Penggalian ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Ilmu yang dimiliki umat islam akan berbuah pada berhasilnya menghasilkan software dan hardware ( program dan benda). g. Menggunakan fasilitas diri, alam, pakar serta kekuatan berjamaah dalam menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan. h. Mengisi waktu dengan hal-hal efektif. i. Pembentukan akhlak. 2.3.2 BUDAYA KERJA Dalam sumber ajaran islam, dijelaskan mengenai budaya kerja. Prinsip-prinsip yang ada dalam budaya kerja antara lain: a. bekerja didasarkan niat yang tulus karena Allah SWT . keimanan merupakan dasar setiap aktivitas manusia. Berbuat berdasarkan nilai-nilai keimanan berarti investasi besar bagi manusia karena perbuatannya diimbali oleh Allah SWT.
b. Bekerja berdasarkan ilmu. Melakukan sesuatu didasarkan atas ilmu yang dimiliki akan mendatangkan hasil yang memuaskan bagi si pelaku dan orang lain yang memanfaatkan produksinya.
5
(Ensiklopedi Islam:89)
56
c. d. e. f. g.
Bekerja dengan maksimal atau terbaik. Bekerja sendiri atau secara bersama. Bekerja untuk kesehjateraan dan kemashlahatan diri dan lingkungan. Bekerja berorientasi pada masa depan. Bekerja dengan objek yang bervariasi dan professional.
2.4 PRINSIP-PRINSIP KEBUDAYAAN ISLAM Prinsip dasar yang membedakan antara kebudayaan secara umum dengan kebudayaan islam terletak pada sumber yang menjadi pijakannya. Kebudayaan secara umum merupakan hasil produk manusia semata, sementara kebudayaan islam hasil produk manusia yang prinsip dasarnya ditetapkan Allah dan Rasulnya di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Sendi perumusan prinsip-prinsip kebudayaan islam antara lain: 1. 2. 3. 4.
Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua ciptaan. Diembankan amanah khalifah manusia. Manusia diberi potensi yang lebih dari makhluk lainnya. Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia baik tanah, air, angin, tumbuhan, dan hewan. 5. Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta pertanggungjawabannya kelak. Lima hal pokok diatas secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia diberi fasilitas dan tanggung jawab untuk berbagai hal dalam kehidupan. Dengan adanya fasilitas dan tanggung jawab itu, akan melahirkan berbagai ide dan muncul keinginan untuk selalu berbuat dan berkarya. Pada puncaknya manusia akan menghasilkan sesuatu yang disebut kebudayaan6. Untuk menghasilkan kebudayaan islami diperlukan prinsip-prinsip antara lain: 1. Dibangun atas dasar nilai-nilai ilahiyah. 2. Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia. 3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam dan penghuninya. 4. Pengembangan ide, perbuatan, dan karya dituntut sesuai kemampuan maksimal manusia. 6
(DR. Nurcahaya, M.Ag 2013:182)
7
5. Keseimbangan individu dan social antara makhluk lain dengan alam merupakan cita tertinggi dari kebudayaan. 2. 5 MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah. Dalam perjalanan sejarah Islam. Masjid bukan sekedar tempat untuk menunaikan ibadah shalat (terutama shalat berjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan krusial dalam menunjang kehidupan masyarakat. Islam mengajarkan pendirian masjid harus memberikan manfaat luas, terdalam dan lengkap mengingat seluruh permukaan bumi adalah masjid namun masjid pada umumnya hanya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khususnya seperti shalat, padahal masjid mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai peribadatan. Pada umumnya, disamping tempat shalat. Masjid pada zaman Nabi dijadikan sebagai pusat peradaban Islam. Nabi Muhammad SAW mensucikan jiwa kaum muslimin, membina sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama atau ras, hingga upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru melalui Masjid. Masjid dijadikan simbol kesa tuan dan persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi Muhammad mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih sebagai pusat peribadatan umat Islam. Belajar dari sejarah Islam, seharusnya esksistensi masjid pada masa kini harus lebih mampu memberikan makna terdalam, terluas dan terlengkap bagi kehidupan masyarakat Muslim. Karena itu, pengembangan dan pengayaan ulang atau revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat berbagai kegiatan sosial keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan, dan sebagainya k ini menjadi lebih diperlukan. Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan dampak masjid yang maksimal serta berkesinambungan dalam mengembangkan peradaban dunia Islam yang maju, ramah, mandiri, damai, dan modern. “sesungguhnya yang dapat memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah orangorang yang beriman kepada Allah dan hari yang akhir orang-orang yang menegakkan shalat dan menunaikan zakat dia tidak takut melainkan hanya kepada Allah, maka mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk” (Q. S. At-Taubah (9): 18). Allah berfirman dalam Al-Quran: “dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah Ta’ala, maka janganlah kamu menyeru seseorang besertanya.” (Q. S. Al-Jin (72):18). Firman Allah dalam Al-Quran: “Sesungguhnya masjid itu dibangun diatas takwa” (Q. S. At-Taubah (9): 108). 2. 6 NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam masuk dan berkembang dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran Islam dan mana budaya barat yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
8 7
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q. S. Ali Imran: 18, “kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (Q. S. AL-Anbiya: 107). Sehingga disimpulkan bahwa kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa, dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam. Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan kepada umat. Manusia agar dalam mebengmbangkan kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti, “sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak.” Dalam perkembangannya kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu dan aturanaturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Disini Agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban Islam. Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam. Mengawali tugas utamanya, Nabi meletakkan dasar-dasar perkembangan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam ketika dakwah Islam keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian melahirkan budaya Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal. Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab tersebut mencerminkan ajaran Islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia para da’i mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai Islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacaraupacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Arab AL-Quran sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam. “dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat kami, (dan kami perintahkan kepadanya): “keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah
99
mereka kepada hari-hari Allah”. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur” (Ibrahim: 5). “Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum jahiliyah biasa berpuasa pada hari-hari Asyura (10 Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum muslimin pun mempuasainya sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan difardukan, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu di antara hari-hari Allah. Siapa mau berpuasa silahkan, bagi yang tidak mau pun tidak mengapa”. (H. R. Muslim). Banyak tradisi masyarakat Indonesia yang bernuansa Islami, biasanya tradisi tersebut dilaksanakan untuk memperingatihari besar umat Islam, seperti misalnya perayaan sekaten yang diselenggarakan untuk menyambut maulid Nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkan untuk memperingati perjuangan penyebaran ajaran Islam seperti perayaan tabuik di Pariaman (Sumatera Barat) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.
10 10
BAB 3 PENUTUP 3. 1 KESIMPULAN 1. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di berikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat. 2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari agama Islam itu sendiri. 3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya dan pada pra Islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.
3. 2 SARAN Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari Islam pula.
11 11
DAFTAR PUSTAKA
http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-kebudayaan-islam.html http://pay-wuang.blogspot.com/2012/02/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html http://jaririndu.blogspot.com/2011/11/bab-ipendahuluana.html http://imaza17.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-kebudayaan-islam.html http://menjaga-bumi.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-makalah-yang-baikdan.html http://pandidikan.blogspot.com/2010/10/islam-dan-kebudayaan.html Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta: Bulan Bintang, 1993 Ahmad Syalaby,Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,Kairo;cetakan ke IV, 1978 Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta;Rajagrafindo,1993 Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, Jakarta, Tiara Wacana,….., Dudung abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,Jakarta; LOGos, 1999 DR. Nurcahaya, M.Ag, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Medan, USU Press, 2013 Harun Nasution M. Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung,1999 Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992 Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II, Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern,Yakarta;Rajagrafindo, 2004
12 12