BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan diartikan sebagai diagnosis dan pengobatan medis atas cedera, cacat, dan penyakit melalui operasi manual dan instrumental. Istilah surgery berasal dari istilah yunani kheirurgos yang artinya mengerjakan dengan tangan. Hippocrates the father of surgery dilaporkan pernah memakai air anggur dan air masak untuk mengirigasi luka 450 sm. Beda menjadi suatu info medias yang spesifk sekitar 130-200 m. Hal ini trejadi ketika Galen , seorang dokter yunani merebus instrumen yang dipakainya. Di Massachusetts General Hospital pada tahu 1846,seorsng dokter bernama Morton menggunakan eter sebagai anastetik. Pengguaan anastetik ini memungkinkan dokter melakukan pembedahan dengan leih hati-hati dan tanpa nyeri. Walaupun sudah adda beberapa kemajuan insiden infeksi luka dan angka kematian akibat pembedahan masih tinggi. Pada abad ke 19,pembedahan baru benar-beanr menjad satu spesialitas. Pada tahun 1847,Ignas Semmelweiss menunjukan pentingnya mencuci tangan sebelum dan sesudah mellukakn prosedur yang memegag pasien. Upaya Semmelweis berhasil menurukan insiden demam puerperium pasca partum.. pada tahun 1867, Joseph Lister mempublikasikan karyanya tentang asntiseptik. Ia menganjurkan pemakaian antiseptik – seperti asam karbolat semprot- ketika pembedahan untuk memusnahkan mkroorganisme.pada tahun 1904, William Charles Mayo dan saudarinya mempublikasikan karya mereka tentang pembedahan abdomen. Waktu itu,pembedahan masih terbatas hanya pada pembedahan abdomen. Denga berkembangnya instrumen bedah, teknik dan prosedur juga ikkut berkembang. Seirng dengan perakembangan instrumen
dan
tekhnik
bedah,
pembedaha
kardiovaskuler juga berkembang.
1
toraks,
neurologis,
dan
B. Rumusan Masalah 1. Bagaiman
monitoring
fisiologi
tubuh
pasien
post
operasi
(pernafasan,sirkkulasi dan perdarahan) C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui aspek fisiologi apa saja yang dipantau pada pasien post operasi 2. Tujuan Khusus Memonitor pernapasan,sirkulasi,dan perdarahan pada pasie post operasi
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Monitoring Menurut Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan, separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya lagi fungsi oleh pengawasan atau monitoring. Monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan perencanaan yang telah disusun. Monitoring
digunakan
pula
untuk
memperbaiki
kegiatan
yang
menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumbersumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin.
B. Pengertian Post Operasi Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Setelah pembedahan, keadaan pasien dapat menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis yang mungkin terjadi. Untuk memonitor kondisi pasien pasca atau post operasi, informasi pada saat operasi adalah sangat berguna terutama prosedur pembedahan dan hal-hal yang terjadi selama pembedahan berlangsung. Informasi ini membantu mendeteksi adanya perubahan semasa memonitor pasien post operasi. Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk pasien yang menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadidalam 1 sampai 2 jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama 1 hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon pasien.
3
C. Monitoring post operasi Pembedahan pada dasarnya merupakan trauma yang akan menimbulkan perubahan faal, sebagai respon terhadap trauma. Gangguan faal tersebut meliputi tanda- tanda vital serta organ-organ vital seperti system respirasi, system kardiovaskular, pancaindera (SSP), sistem urogenital, system pencernaan dan lukaoperasi. Berikut ini hal-hal yang harus dipantau secara singkat, jelas, lengkap, dan dituliskan setiap harinya dalam periode yang berlangsung tepat sesudah pembedahan: 1) Tanda-tanda vital 2) Respirasi kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, sifat dan bunyi nafas 3) Kardiovaskuler: Tensi, nadi 4) Neurologi: GCS 5) Fungsi traktusurinarius: produksi urin 6) Fungsi gastrointestinal: flatus dan defekasi per rektum, distensi perut 7) Luka operasi: Tingkat nyeri, kondisi luka operasi 8) Drainase: Produksi 9) Psikologi: Kebutuhan istirahat dan tidur pasien 10) Diit dan cairan 11) Tes diagnostik
Berikut-berikut adalah pengkajian-pengkajian yang harus dimonitoring secara actual meliputi: a) Sistem Kardiovaskuler Pasien mengalami komplikasi kardiovaskular akibat kehilangan darah secara aktual dan potensial dari tempat pembedahan, balans cairan, efek samping anastesi, ketidakseimbangan elektrolit dan depresi mekanisme resulasi sirkulasi normal. Adapunhal-hal yang harus di monitoring adalah:
4
Tekanandarah dan denyutnadi Harus dicatat setiap 15 menit pada beberapa kasus lebih sering sehingga penderita stabil. Sesudah itu, tanda-tanda harus dicatat setiap jam selama beberapa jam. Masalah yang sering terjadi adalah pendarahan. Kehilangan darah terjadi secara eksternal melalui drain atau insisi atau secara internal luka bedah. Pendarahan dapat menyebabkan turunnya tekanan darah: meningkatnya kecepatan denyut jantung dan pernafasan (denyut nadi lemah, kulit dingin, lembab, pucat, serta gelisah).
Apabila
pendarahan
terjadi
secara
eksternal,
memperhatikan adanya peningkatan drainase yang mengandungi darah pada balutan atau melalui drain.
b) SistemPernafasan Pemeliharaan kepatenan jalan nafas. Sekresi yang banyak dalam saluran nafas dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas parsial atau total. Apabila sekresi mengumpul pada saluran nafas bawah karena imobilitas atau pernapasan dangkal, inoeksi pulmonal bisa timbul. Untuk mencegah penyumbatan dan infeksi saluran nafas bawah, sekresi harus dikeluarkan melalui latihan seperti batuk yang efektif, bernapas dalam, dan mobilisasi. Apabila inteervensi ini tidak berhasil, sekresi harus dikeluarkan melalui pengisapan.Biasanya pasien diantar ke PACU dengan jalan napas oral atau selang endotrakea. Jalan napas oral atau slang endotrakea tidak dilepas sampai pasien bisa bernapas sendiri secara spontan dan dapat mempertahankan jalan napasnya sendiri. Pemeliharaan
pertukaran
gas.
Pertukaran
gas
dapat
dipertahankan dengan pemberian oksigen napas dalam batuk yang efektif, menguap, posisi tubuh yag membantu, pemberian obat yang berefek membalk efek anetesi. Oksigen diperlukan pasca operasi karena anastesia bisa mengurangi ekspansi paru sehingga ada
5
kemugkinan timbul atelektasis di beberapa bagian paru. Pasien bisa juga mengalami hipoksemia karena paru tidak mengembang maksimal. Oleh karena itu, pasien juga perlu diberi oksigenpada tahap pasca-anastesia, melaksanakan latihan napas dalam, batuk efektif, mobilisasi di tempat tidur. Terapi oksigen dihentikan jika pasien sudah bisa bernapas dalam dan batuk yang efektif pasien dengan pembedahan toraks atau pembedahan abdomen atas bisa diberikan terapi oksigen sampai 24 jan setelah pembedahan Pemosisian pasien untuk ventilasi. Sebelum pasien pulih sadar, atau belum bisa batuk, posisi yang paling aman adalah berbaring miring dengan kepala dalam keadaan hiperekstensi dan lengan yang diatas disokong dengan bantal. Aspurasi bisa terjad apabila seluruh badan termasuk kepala tidak dimiringkan. Pemosisian dengan memiringkan kepala saja tanpa seluruh badan adalah tindakan yang salah. Agar kedua paru bisa berekspansi maksimal, posisi pasien perlu diubah tiap 2 jam. Pemberian medikasi. Obat penyekat neuromuskular biasanya diberikan kepada pasien sebelum pembedahan untuk relaksasi otot dan memperlancar pemasangan slng endotrakea. Obat untuk relaksai otot seperti obat barbiturat, narkotik, dan anastetik inhalasi yang dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan. Peningkatan batuk. Batuk yang efektif bsa mengeluarkan sekresi. Batuk tidak dianjurkan untuk pembedahan otak, spinal, dan mata karena bisa menambah tekanan intrakranial dan tekanan intraokuler.
c) Pemeiliharaan Sirkulasi Sirkulasi darah yang adekuat sangat perlu untuk pasien pasca operasi agar semua jaringan, terutama yang mengalami trauma memperoleh oksigen yang cukup untuk penyembuhan. Kulit dan selaput lendir yang pucat bisa menunjukkan oksigenasi yang tidak
6
adekuat. Pemeriksaan pengisian kapiler juga perlu dilaksanakan untuk mengkaji pengisian darah kapiler dengan tepat. Perubahan yang berarti dari nilai dasar pengukuran nadi, tekanan darah, atau adanya perdarahan harus segera dilakukan. Nadi yang cepat dan lemah disertai dengan penurunan tekanan darah, gelisah, kulit pucat, dingin, dan basah menunjukkan perdarah atau kegagalan sirkulasi dan dokter harus segera diberitahu. Secepat mungkin oksigen diberikan untuk meningkatkan saturasi oksigen dalam darah yang beredar. Tanda syok harus segera ditangani Pemeliharaan aliran balik vena. Pemakaian stoking anti embolik atau kompreasi pneumatik eksternal itermiten sangat dianjurkan pada tahap intraoperatif dan atahp apssca operatif sampa pasien bisa jalan. Pemakaian alat-alat ini dapat mempearlancar pemngembaliian darah vena dari ektremitas bawah ke jantung kanan. Tromboflebitis pascaoprasi dapat dicegah dengan intervensi keerawatan. Misalnya, dengan tidak member tekanan pada daerah popliteal. Apabila perlu menyokong kakii dengan bantal, perhatikan agar tekanan mearta pada selrauh kaki.
Kaki tidka boleh
dimasasse,karena bahaya terlepasnya darah beku dari dinding vena dan menjadi embolis. Keluarga perlu juga diberi tahu untuk tidak memasase kaki. d) Sistem Panca Indera Setelah dilakukan pembedahan, pasien memiliki tingkat kesadaran yang berbeda. Oleh karenaitu, seorang harus memonitor tingkat respon pasien dengan berbagaicara. Misalnya dengan memonitor fungsi pendengaran atau penglihatan. Apakah pasien dapat berespon dengan baik ketika diberi stimulus atau tidak sama sekali. Ataupun juga dapat memonitor tingkat kesadaran dengan menentukan Skala Koma Glasgow / Glasgow Coma Scale (GCS). GCS ini memberikan 3 bidang fungsi neurologik: memberikan gambaran pada tingkat responsive pasien dan dapat digunakan dalam mengevaluasi motorik
7
pasien, verbal, dan respon membuka mata. Masing-masing respon diberikan angka dan penjumlahan dari gambar anini memberikan indikasi beratnya keadaan koma dan sebuah prediksi kemungkinan yang terjadi dari hasil yang ada. Elemen-elemen GCS ini dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang berbeda seperti dibawah ini:
Skala KomaGlaskow / Glaskow Coma Scale (GCS)
Membuka mata Spontan
:4
Dengan perintah
:3
Dengan nyeri
:2
Tidak berespon
:1
Respon motorik terbaik Dengan perintah
:6
Melokalisasi nyeri
:5
Menarik area yang nyeri
:4
Fleksi Abnormal
:3
Ekstensi Abnormal
:2
Tidak berespon
:1
Respon verbal Beorientasi
:5
Bicara membingungkan
:4
Kata-kata tidak tepat
:3
Suara tidak dapat dimengerti: 2 Tidak ada respon
:1
Nilai terendah yang di dapatadalah 3 (respon paling sedikit). Nilai tertinggi adalah 15 (paling berespon). Nilai 7 atau nilai dibawah 7 umumnya dikatakan sebagai koma dan membutuhkan intervensi bagi pasien koma tersebut.
8
e) Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit Kebanyakan pasien pasca operasi menerima cairan intracena untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Jumlah dan jenis cairan yang diberikan ditentukan oleh tipe pembedahan,usia pasien,berat badan,keadaanya praoperasi dan intraoperasi,serta respon pasien terhadap stres akibat pembedahan. Larutan yang sering dipakai dalaah dekstrosa 5% natrium klorida 0,9% dan Ringer laktat untyk memberi elektrolit yang diperlukan. Dalam 24 jam pascaoperasi, kalium
ditambah
dalam
cairan
intravena
untuk
mencegah
hipokalemia. Pemantauan yang ketat terhadap asupan dan keluaran sangat penting untuk mencegah kelebihan beban cairan. Kecepatan tetersan infus harus dikontrol paling sedkit tiap jam.Cairan per oral bisa dimulai apabila sudah ada gerakan peristalsis (ada flatus) dan refleks muntah serat batuk. f) Pemeliharaan Termoregulasi Suhu tubuh dipantau terus-menerus. Termometer per aksila,oral, dan rektal hanya bisa mengukur suhu kulit dan hasilnya tidak seakuratsuhu inti tubuh, yang diukur menggunakan termometer timpanik (dalam telinga) atau temperatur esofagus. g) Peningkatan kenyamanan Penelitian menunjukan bahwa orang berkult putug mempunyai toleransi yang paling tinggi terhadap nyeri, diikuti dengan orang kulit hitam, kemudian orang Asia. Dilihat dari pihak pasien,distres akibat nyeri pascaoperasi merupakn masalah pascaoperasi yang sangat berarti. Oleh karena itu, penanggulangan yang adekuat dan cepar terhadap nyeri adalah intervensi keperawatan yang kritis. Penanganan nyeri yang efektif dimulai dengan hubungan saling percaya antara perawat-pasien. Sangat membantu apabila pasien diberdayakan dalam menangani nyerinya. Misalnya, sebelum pembedahan dilaksanakan (sebelum nyeri timbul) pasien sudah disertakan dalam program penanganan nyeri. Pasien diberi penjelasan menganai sifat nyeri dan
9
pengertian cara mengevaluasi serta mengkomunikasikan nyeri yang dialaminya kepada perawatnya. Pasien juga diberi kesempatan untuk mengungkapkan persepsinya tentang nyeri. Pada tahap awal pasca-anastesia,karena pasien beum pulih penuh dari anastesia, dosis pertama narkotik yang diberikan separuh dosis yang biasa untuk mencegah depresi pada pusat pernapasan,sirkulasi, an sistem saraf. Pada umumnya, pasien memerlukan narkotik dalam 12-24 jam pertama setelah pemebedahan besar (mayor). Jika nyeri sangat diantisipasi, analgesik dapat diberikan dalam jarak yang teratur sepanjang hari (around the clock) untuk mempertahankan kadar obat yang efektif dalam darah. Around the clock berarti analgesik diberikan pada waktu yang telah ditentukan sekalipun pasien tidak mengeluh nyeri atau ia tidur. Analgesik menjadi lebih efektif apabila diberikan sebelum nyeri itu memuncak atau menjadi hebat. Satu cara untuk menentukan hebatnya nyeri yang dirasakan pasien adlaah melalui skala peringkat nyeri karena pasien sendiri menentukan tingkat nyerinya melalui skala 0-10. Analgesik bisa diberikan memalui berbagai rute. Misalnya, melalui intramuskular jka fungsi sirkulasi stabil. Rute intramuskular tidak dianjurkan untuk apsien yang sedang mengalami hipotermia atau syok karena obat ini akan ada dalam jaringa dan saat volume darah pulih, obat akan segera diedarkan ke seluruh tubu sehingga pasien bisa mengalami overdosis. Pada kondisi tersebut, sebaiknya obat diberikan melalui intravena. Cara intravena yang banyak dipakai sekarang adalah patientcontrolled analgesia (PCA) atau analgesia yang dikontrol pasien. Infus dilengkapi dengan alat yang bisa mengendalikan jumlah analgesik yang diberikan. Apsien sendiri bisa mengaktifkan alat ini apabila ia merasa memerlukan analgesik. Tidak ada kemungkinan untuk overdosis karena alat sudah diprogram. PCA dikatakan efektif dengan asumsi bahwa pasien mengetahui cara mengevaluasi nyerinya. Nyeri
10
adalah suatu pengalaman yang sangat subyektif. PCA memperdayakan pasien untuk mengani nyeri yang dialaminya. Mengkaji dan mendokumentasikan respon pasien terhadap PCA adalah tanggung jawab perawat. Cara lain dalam memberikan analgesik adalah langsung ke dalam celah epidural atau subaraknoid. Ahli anastesi biasanya yang memasukan kateter epidural. Analgesik menghambat transmisi nyeri pada tingkat medula spinalis. Penelitian menunjukan bahwa analgesia epidural
(PCA
epidural)
adalah
pengobatan
pilihan
untuk
mengendalikan berbagai macam nyeri termasuk nyeri pascaoperasi. Selain itu, dikeatahui bahwa narkotik epidurak bisa mengahasilkan aalgesia selama 15-16 jam tanpa gangguan pernapasan,motorik, dan sensorik
yang
berarti.
Pada
umumnya,
48-72
jam
setelah
pembedahan,nyeri yang dialami pasien sudah banyak bekurang dan obat analgesia per oral biasanya diberikan kalau perlu. Narkotik yang lazim diberikan pada awal tahap pascaoperatif adalah morfin dan meperidin. Alternatif untuk narkotik analgesik adalah NSAID. NSAID mempunyai kelebihan atas narkotik karena tidak menekan pusat batuk juga tidak mempengaruhi kecepatan serat kedalaman pernapasan. Akan tetapi,NSAID bisa mnegakibatkan iritasi,ulkus dan perdarahan pada gastrointertinal.
h) Peningkatan eliminasi urin Haluaran urin harus dipantau dengan ketat sampai fungsi normal ginjal pulih.jumlah haluaran urin minimal 30ml per jam diperlukan untuk mempertahankan fungsi ginjal. Akan lebih baik lagi apabila haluaran urin mencapau 50ml per jam. Biasnaya dalam 24 jam pertama pascaoperasi, haluaran urin lebih sedikit dibandingkan denga jumlah asupan cairan per infus. Hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan seabagai respon terhadap stres dan pembedahan. Kadang kala vesika urinaria perlu dipalpasi untuk mendeteksi adanya retensi urin.
11
Berkemih pertama kali pascaoperasi dapat dibantu dengan intervensi keperawatan seperti membantu pasien ke kemar kecil, menyiram perineum denagn air, memberi waktu dan privasi, membuka kran agar pasien mendengar air mengalir. Apabila tindakan-tindakan ini tidak efektif \, kateter Foley dapat dipasang sesai dengan program dokter.
i) Pemeliharaan integritas kulit Pemeliharaan keutuhan kulit adalah tanggung jawab perawat. Bagian-bagian tubuh yang beresiko mengalami dekubitus harus dilindungi dari tekanan. Posisi pasien bisa diubah tiap 2 jam. Linen yang basah harus diganti. Balutan yanng basah oleh drainase harus ditekan dan kulit yang kena drainase atau darah harus segera dicucui dan dikeringkan dengan baik. Perhatian khusus harus diberikan pada pasien lansia. Mereka beresiko mengalami trauma kulit karena elastisitas kulit mereka sudah berkurang dan jaringan subkutan (lemak) juga banyak berkurang. j) Pemeliharaan fungsi gastrointestinal Cara untuk mengurangi mual dan muntah. Untuk menghindari aspirasi, pasien yang muntah harus dibaringkan miring atau telentang dengan kepala yang dimiringkan. Perawatan mulut perlu diberikan pada apsien yang muntah. Obat anti-emetik dapat juga diberikan. Tindakan mengisap es batu juga dapat membantu mengurnagi mual dan muntah. Cara mengatasi cegukan. Cegukan dapat diatasi dengan membuat pasien menghirup karbondioksida setiap 5 menit dengan bernapsa dalam dan panjang ke dalam kantong. Apabila cegukan disebabkan oleh distensi abdomen, dekompresi abdomen dapat dilakukan dengan memsang slang NG. Klor-promazin hidroklorida (Thorazine) juga dapat digunakan karena bisa mengurangi hipersensitivitas saraf frenik. Cara untuk mengurangi distensi abdomen. Ambulasi adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menstimulasi gerakan
12
peristaltis dan mengeluarkan flatus. Oleh karena itu, ambulasi setelah 24 jam pasca operasi sangat dianjurkan. Distensi lambung dapat diatasi dengan memasang slang nasogastrik. k) Perawatan luka Perawatan luka
bedah secara seksama adalah tindakan
keperawatan yang penting dalam penyembuhan luka bedah tanpa komplikasi. Teknik aseptik yang ketat harus diperhatikan apabila perlu mengganti balutan. Tujuan utama dari drain adalah mencegah terkumpulnya cairan dalam celah tubuh. Akumulasi cairan ini dapat mengakibatkan infeksi. Cairan ini bisa dikeluarkan melalui drain yang telah dipsang. Drainase bisa menggunakan gravitasu atau sistem pengisapan. Kepatenan sistem drainase harus dipantau. Jumalg drainase, warna, dan baunya didokumentasikan. Biasanya dokter memberi antibiotik sebagai profilaksis. Perawat harus memberi antibiotik ini sesuai dengan jadwal untuk mempertahankan kadar antibiotik dalam darah. Perdarahan bisa mengganggu proses penyembuhan luak. Apabila perdarahan nampak pada balutan, perkembangan perdarahan harus dipantau tiap 10-15 menit dan dokter diberi tahu. Apabila perdarahan bertambah, ada kemungkinan pasien dibawa ke kamar operasi untuk menghentikan perdarahan. Apabila terjadi dehisens dan eviserasi, dokter harus segera diber tahu. Pasien diberi posisi Fowler yang rendah, diminta untuk tidak batuk, dan diberi dukungan emosi, organ yang menonjol ditutup dengan perban abdominal yang steril yang dibasahi dengan salin normal steril. Tanda-tanda vital dipantau tiap 15 menit. Syok harus segera ditangani apabila terjadi.
13
EVALUASI Untuk mengevalusi berhasilnya intervensi keperawtan, perlu dibandingkan anatar perilaku pasien dan hasil yang diharapkan. Intervensi keperawtan dikatakan berhasil apabila pasien dapat : 1. Mempertahankan jalan napas paten, dan auskultasi paru tidak menunjukan rales 2. Mempertahankan niali gas darah dalam batas normal dan saturasi oksigen pada kadar 96% atau lebih 3. Bisa batuk secara efektif 4. Mempertahankan frekuensi nadi dan tekanan darah pada tahap praoperatif 5. Orientasi baik terhadap waktu,tempat, orang dan bisa menggerakan semua ekstremitas 6. Memiliki haluaran urin lebih dari 30 ml per jam ; tidak ada edema 7. Suhu tubuh pada batas normal 8. Mengungkapkan bahwa nyeri dapat ditoleransi ; ekspresi wajah relaks, tidak ada nyeri 9. Berkemih secara spontan 8-10 jam setelah pembedahan 10. Memiliki kulit utuh, tanpa lecet, kemerahan 11. Tidak ada mual dan muntah ; dapat minum sedikit-sedikit tanpa muntah 12. Menunjukan tanda penyembuhan luka tanpa infeksi atau dehisensi Banyak rumah sakit yang telah melakukan survei melalui angket mengenai kepuasan pasien tehadap perawtan pascaoperasi termasuk penyuluhan kesehatan yang mereka peroleh sebelum mereka dipulangkan.
D. Kesimpulan Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Monitoring digunakan untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin.
14
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Setelah pembedahan, keadaan pasien dapat menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis yang mungkin terjadi. Untuk memonitor kondisi pasca atau post operasi ini, informasi preoperative adalah sangat berguna terutama prosedur pembedahan dan hal-hal yang terjadi selama pembedahan berlangsung. Informasi ini membantu mendeteksi adanya perubahan semasa memonitor pasien post operasi.
15
DAFTAR PUSTAKA Baradero, Mary et al. 2009. Prinsip & Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta :Buku Kedokteran EGC.
16