20 Sifat Terpuji Dan 20 Sifat Tercela.docx

  • Uploaded by: Aulia Akbar
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 20 Sifat Terpuji Dan 20 Sifat Tercela.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,792
  • Pages: 14
SIFAT TERPUJI 1. IHSAN Ihsan adalah perbuatan manusia dalam melaksanakan seluruh ibadahnya secara baik dan menjalankannya secara benar. Perbuatan ihsan juga terdapat dalam bentuk interaksi dengan siapa pun makhluk Allah SWT. Ihsan mempunyai beberapa pengertian: Bersungguh sungguh dalam belajar dan profesional dalam bekerja. Membalas keburukan orangorang yang berlaku salah dengan kebaikan atau menerima permintaan maaf dari mereka. Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan memendam amarah. Mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam memiliki nilai moral yang tinggi dan menjadikannya contoh utama dalam kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (OS An-Nahl: 90). 2. AMANAH Amanah adalah menyampaikan hak hak kepada orang yang memilikinya tanpa mengulur-ulur waktu. Sikap amanah dalam dunia ilmu pengetahuan berarti belajar dengan tekun dan rajin, sedangkan sikap amanah dalam berinteraksi dengan sesama manusia adalah dengan menjaga rahasia-rahasia mereka. Sebelum Rasulullah SAW menjadi nabi, masyarakat Jahiliyah yang hidup di sekitar Rasulullah SAW selalu menjuluki beliau dengan kata-kata Al-Amin, “orang yang terpercaya”. Itu karena para rasul memang memiliki sikap amanah, begitu pula dengan hamba-hamba Allah yang shalih. Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.” Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah kalian orang yang amanah bagi orang orang yang telah mempercayaimu, dan janganlah kalian mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR Daraquthni) 3. IKHLAS Seseorang harus diajari untuk berbuat ikhlas, baik dalam melaksanakan pekerjaannya maupun proses belajarnya. Semua itu harus mereka laksanakan dengan ikhlas, demi mendapatkan ridha Allah SWT. Jangan sampai perbuatan tersebut dilandaskan pada sifat munafik, riya’, atau hanya mendapatkan pujian dari orang-orang.

4. SABAR Seorang anak harus belajar bahwa kesabaran adalah mendapatkan sesuatu yang tidak disenangi dengan jiwa yang lapang dan bukan dengan kemarahan atau keluhan. Sikap sabar dapat termanifestasi melalui sikap, baik dalam melaksanakan ibadah maupun muamalah, serta menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu seorang mualim yang sabar akan menerima hal buruk dan siksaan terhadap dirinya dengan sikap yang tetap sabar. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran: 200). 5. JUJUR Dalam menjalankan ibadah, muamalah, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, seorang mualim hendaklah berlaku jujur,hanya untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Sifat jujur akan mendatangkan keberkahan dalam rizqi serta dapat membantu seseorang mualim untuk meraih nurani yang tenteram dan jiwa yang damai. Allah SWT berfirman dalam AlQuran, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah janjinya.” (QS AlAhzab: 23). 6. TAWADHU’ tawadhu’ atau rendah hati hanya dapat dicapai dengan menjauhkan diri dari sifat sombong di hadapan hamba Allah yang lain. Jalinlah hubungan dengan fakir miskin, karena doa mereka mustajab. Dan bergaullah dengan baik dengan siapa saja. Salah satu sikap tawadhu’ Rasulullah SAW, beliau sangat tidak suka orang-orang memberikan pujian kepada beliau atau berdiri untuk memberi penghormatan kepada beliau. Tidak hanya itu, Rasulullah SAW juga tidak pernah membedakan diri beliau dengan para sahabat beliau sehingga beliau pun mengerjakan apa yang para sahabat kerjakan. Rasulullah pun terbiasa bercanda dengan para sahabat, mendatangi mereka, bermain dengan putra-putra mereka, dan memulai untuk mengucapkan salam atau menjabat tangan para sahabat terlebih dahulu. Allah SWT berfirman dalam surah Al Furqan: 63, “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan, Yang Maha Penyayang, adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati; dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” Begitu juga dalam firman lainnya. “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Qashash: 83).

7. MALU Seorang anak hendaknya diajari bahwa malu adalah bagian dari iman, yang dapat mendekatkannya pada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan. Sikap malu akan mencegah seorang mualim untuk melakukan perbuatan dosa. Selain itu juga akan menjadikan seorang mualim untuk berbicara benar dalam berbagai kondisi. Rasulullah SAW adalah orang yang,sangat pemalu, sehingga beliau tidak pernah berbicara kecuali yang baik-baik saja. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa tidak memiliki rasa malu, maka ia tidak memiliki keimanan.” (HR Bukhari Muslim). 8. SALING MENASEHATI Seseorang hendaknya diajari bahwa nasihat adalah perkataan yang tulus, terlepas dari maksud-maksud tertentu ataupun hawa nafsu. Maka seorang mualim hendaknya

memberikan

nasihat

kepada

mualim

lainnya. Karena nasihat dapat melepaskan seseorang dari api neraka. Sering memberi nasihat juga bagian dari akhlaq para nabi dan rasul. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ashy ayat 3, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasih-menasihati supaya menetapi kesabaran.” Rasulullah SAW juga bersabda, “Agama adalah sebuah nasihat.” Para sahabat bertanya, “Bagi siapa, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Bagi (milik) Allah, para rasul, dan seluruh kaum mualimin.” (HR Muslim). 9. ADIL Seorang anak haruslah diajari bahwa keadilan adalah sifat utama, yang mana seseorang menempatkan sesuatu pada tempatnya. la haruslah menjunjung tinggi sifat kebenaran dan membela mereka yang terzhalimi. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan….” (QS An-Nahl: 90). Rasulullah SAW bersabda, “Orang orang sebelum kalian telah hancur; karena apabila mereka yang terhormat mencuri, mereka akan membiarkannya, tetapi apabila ada orang lemah yang mencuri, mereka menerapkan hukum kepadanya.” (HR Al-Bukhari).

10. MEMBANGUN SILATURAHIM Silaturahim adalah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua serta kaum kerabat. Di samping itu juga menjaga hak-hak para tetangga dan orangorang lemah. Semua itu dilakukan untuk mempererat ikatan hubungan di antara keluarga dan untuk menumbuhkan rasa cinta di antara manusia. Yang termasuk dalam bagian silaturahim adalah berlaku baik dan sopan ketika bertemu dengan kaum kerabat, serta menyambut kedatangan mereka dengan suka cita. Silaturahim juga dapat diartikan sebagai mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui cara mengikatkan tali kekeluargaan, menyambut kedatangan para tetangga dengan suka cita, dan menampakkan wajah senang ketika bertatap muka dengan mereka. Tidak hanya itu, silaturahim juga dapat termanifestasi melalui menjenguk orang yang sakit, dan membantu meringankan beban mereka. Allah SWT berfirman, “Dan orangorang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS Ar-Ra’d: 21). 11. MENEPATI JANJI Tanamkan rasa percaya kepada anak bahwa menepati janji yang telah dibuatnya merupakan salah satu tanda orang beriman, dan Allah SWT menyukai hal itu. Kalau ia tidak mampu menepatinya, ajarkan pula untuk minta maaf. Menyalahi janji termasuk dalam kategori perbuatan hina, karena perbuatan itu hanya akan menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat. Tidak hanya itu, perbuatan tersebut juga akan melahirkan kemurkaan Allah. Allah SWT berfirman,“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra: 34). 12. MENDAHULUKAN KEPENTINGAN ORANG LAIN Ikhlas berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain termasuk dalam perbuatan-perbuatan yang utama dalam ajaran Islam. Sikap ini terimplementasi dalam bentuk mencintai orang lain, melayani kebutuhan kaum mualimin, berkorban demi kepentingan mereka, dan memiliki keyakinan bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam dan mendahulukan kepentingan sesama saudara mualim merupakan akhlaq mulia. Oleh karena itu marilah bersegera melaksanakan perbuatan wajib demi mendapat ridha Allah SWT tanpa harus menunggu ucapan terima kasih. Dan mulailah mendahulukan kepentingan orang lain, karena sifat itu dapat membebaskan seorang mualim dari sifat egois. Allah SWT berfirman, “Dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan spa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyir: 9).

13. SUCI DIRI Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan. Islam sangat menganjurkan kepada setiap individu mualim agar selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal masingmasing. Seorang mualim hendaknya menyucikan diri dari najis dan kotoran yang menempel pada pakaian atau badan, karena ketika menghadap Allah SWT seseorang diharuskan bersuci. Ajaran Islam menganjurkan mempergunakan pakaian yang bersih dan yang terbaik untuk bersujud menghadap Allah SWT. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki; dan jika kamu junub, mandilah.” (QS AI-Maidah: 6). 14. PEMAAF Salah satu sifat mahmudah adalah sifat pemaaf dan lawan daripada sifat ini adalah sifat pemarah dan pendendam. Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut al-‘afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan, ampun, atau anugerah. Pemaaf adalah sifat luhur yang perlu ada pada diri setiap muslim. Ada beberapa ayat al-Quran dan hadis yang menekankan keutamaan bersifat itu yang juga disebut sebagai sifat orang yang hampir di sisi Allah SWT. “yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran:134) 15. QANA'AH ( BERFIKIR POSITIF ) Qana’ah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak. Nabi Muhammad SAW Bersabda : " Abdullah bin Amru r.a. berkata : Bersabda Rasulullah SAW, sesungguhnya beruntung orang yang masuk Islam dan rizqinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah berikan kepadanya. (H.R.Muslim) orang yang memiliki sifat Qana’ah, memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada pada dirinya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT : " Tiada sesuatu yang melata di bumi melainkan ditangan Allah rezekinya". (Hud : 6)

16. KHUSNUDZHON Khusnudzon adalah suatu akhlak terpuji yang mengandung arti berbaik sangka dan lawannya adalah su’udzon : artinya berburuk sangka. Sikap khusnudzon ini bisa dilakukan terhadap Allah Swt, terhadap diri sendiri, maupun terhadap sesama manusia. Allah berfirman dalam hadits Qudsi, yang artinya :"Aku sebagaimana prasangka hambaKu. Kalau ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Bila ia berprasangka buruk, maka keburukan akan menimpanya". Allah berfirman yang artinya:”Hanya kepadaMulah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan..”(QS.1;4) Allah berfrman yang artinya:”Apabila engkau mensyukuri nikmatKu, maka akan Aku tambah…”(QS.14;7) 17. SYUKUR

Syukur diartikan sebagai wujud dari rasa berterima kasih kepada Allah SWT atas segala rohmat dan nikmat yang Dia berikan dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi laranganNya. Wujud rasa syukur diungkapkan dengan perkataan, perbuatan, dan hati. Sedangkan lawan dari syukur adalah kufur. 18. ROJA’ ATAU BERHARAP

Roja’ adalah keinginan untuk mendapatkan rohmat, ampunan, dan ridlo Allah SWT sebagai bentuk harapan di dalam hati. Bahkan bagi orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar sekalipun, roja’ adalah harapan disertai keyakinan kuat bahwa rohmat dan ampunan Allah SWT lebih luas. Lawan dari roja’ adalah ya’su atau putus asa atas rohmat Allah SWT.

19. WIRA’I ATAU BERHATI-HATI

Wirai adalah menjaga diri dengan senantiasa menghindari hal-hal yang bersifat dosa, haram, dan syubhat. Orang yang memiliki sifat wira’i senantiasa meneliti serta berhati-hati untuk tidak melakukan perbuatan dosa, memakan barang haram dan barang syubhat, orang seperti ini disebut wara’. 20. KHIFDUL LISAN ATAU MENJAGA LISAN

Lisan merupakan salah satu faktor besar yang bisa memecah tali persaudaraan, bahkan tidak jarang terjadi permusuhan, perkelahian, pembunuhan, dan lain sebagainya karena bersuber dari ketidakmampuan dalam menjaga lisan. Dalam sebuah hadist, Rosulullah SAW bersabda : ‫ان‬ ِ ‫ان فِي ِح اف ِظ‬ ِ ‫س ََل َمةُ ا‬ َ ‫الل‬ َ ‫اْل ان‬ َ ِ ‫س‬ ِ ‫س‬ Artinya : “Keselamatan manusia tergantung dari bagaimana menjaga lisannya”

SIFAT TERCELA 1. Ananiyah (aninah ) Kata Ananiyah berasal dari bahasa arab yaitu ananiyyu atau ananiya , kata ana yang berarti saya atau aku . jadi, Ananiyah yaitu sifat keakuan atau egoisme. Secara istilah Ananiyah yaitu sifat yang selalu mengutamakan diri sendiri baik ucapan ataupun perbuatan tanpa memikirkan orang lain. Sifat ini sangat dibenci oleh ALLOH swt ,seperti yang telah dijelaskan dalam QS.Lukman ayat 18 :

Lafadz (Wala tuso’ir khodaka linnaasi wala tasmi fil ardi marahan innallaha la yukhibbu kulla mukh ta li fakhuri ) Artinya :

( QS.Lukman ayat 18 ) 2. Ghodob Ghodob merupakan contoh perilaku tercela selanjutnya.Pengertian dari Ghodob secara bahasa yaitu keras , kasar atau bisa diartikan marah . Sedangkan secara istilah yaitu sikap yang mudah marah dikarenakan perlakuan orang lain walaupun secara umum tidak menyebabkan marah . Hadist Nabi menjelaskan : “Orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam berkelahi , tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu marah ” ( HR .Buchory ) Jadi ,Ghodob merupakan perilaku tercela karena mengedepankan emosi /hawa nafsu dibanding keimanan. 3. Hasad Hasad disebut juga dengan dengki. Secara Bahasa hasad yaitu menaruh perasaan benci kepada orang lain atas keberuntungan yang di dapat oleh orang lain. Sedangkan secara istilah Hasad yaitu sikap dimana mempengaruhi seseorang untuk membenci orang yang memperoleh keberuntungan atau disebut juga profokator . Akibat buruk dari Perilaku tercela ini yaitu menjadikan perpecahan antar sesama di dalam kehidupan bermasyarakat . Hadist Nabi : ” Jauhilah oleh mu dari sifat Hasad , karena hasad itu akan memakan kebaikan , sebagaimana api memakan kayu bakar ” ( HR. Abu Dawud )

4. Ghibah Ghibah merupakan membicarakan kejelekan atau keburukan orang lain ,ini merupakan pengertian secara bahasa. sedangkan secara istilah yaitu membicarakan kejelekan orang lain dengan maksud mencari kesalahan. Perbuatan ini merupakan perilaku tercela yang sangat dilarang karena dapat menyebabkan kerugian terhadap orang lain . Dalil tentang Gibah yaitu dalam QS.Al- Hujurat ayat 12 yang artinya : ” …………………Dan janganlah kamu mencari – cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing sebagian orang lain . Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaramu yang telah mati , ( pasti ) kamu merasa jijik. ” ( Qs. Al – Hujurat ayat 12 ) Gibah dibolehkan apabila : a. usaha untuk membantu orang lain supaya tidak terjerumus . b. melaporkan perbuatan penganiyayaan. c. Untuk meminta nasehat . d. Memberi kejelasan guna kepentingan yang lebih baik . e. Untuk memperingatkan kaum muslimin tentang suatu fatwa dalam kehidupan sehari – hari 5. Namimah

Namimah yaitu mengadu domba. Sedangkan secara istilah yaitu sikap memfitnah dua orang atau lebih dengan tujuan supaya saling bermusuhan . Orang yang suka melakukan namimah tergolong orang yang fasik. 6. Riyah Dan Sum'ah Riya adalah menonjol-nonjolkan atau memamerkan amal perbuatan atau sesuatu yang ada pada dirinya dengan tujuan agar di puji oleh orang lain. Sedangkan sum'ah adalah memperdengarkan sesuatu yang ada pada dirinya atau amal dan prestasi yang di capainya dengan tujuan agar mendapatkan sanjungan dari orang lain. Menurut Islam, Allah memperkenangkan manusia meminta penghargaan dari orang lain dengan batasbatas tertentu. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut tidak menjadikan dirinya lupa terhadap tujuan pokok, yaitu nendapatkan keridhaan Allah. Ciri-Ciri Yang Di Miliki Orang Yang Bersifat Riya Dan Sum'ah 1. Malas dan enggan berbuat bilamana ia seorang diri 2. Rajin dan giat berbuat ketika ada di tengah orang banyak 3. Di tambah-tambah kebaikannya bila mendapatkan pujian

7. Takabbur Takabbur adalah membesarkan diri sendiri di hadapan orang lain. Orang seperti ini selalu merasa bahwa dirinya paling hebat. Sehingga ia senanriasa menolak, mencela dan meremehkan orang lain. Pandangan dalam Islam tentang sifat takabbur adalah tercela karena satunya-satunya yang paling hebat yang serba maha adalah Allah swt. Oleh karena itu, sifat seperti ini di jamin Allah untuk tidak memasuki taman syurga. Menurut pandangan ahli jiwa, orang yang takabbur akan memasuki daerah yang abnormal yang dengan ciri-ciri kelakuan tertentu yang di sebut paranoid atau gila kehormatan. Ciri-Ciri Paranoid 1. Egoistis 2. Mengelak dari tanggung jawab 3. Berkeyakinan bahwa ia mempunyai berbagai kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, sebaliknya memandang rendah dan sepele orang lain 4. Suka membantah dan melawan akibat keyakinan pada dirinya sendiri dan tidak mau menerima nasihat atau pendapat orang lain. 8. Dengki Dengki adalah rasa iri hati dan benci terhadap orang lain yang memperoleh kenikmatan dari Tuhan. Penyebab timbulnya sifat dengki bukan karena hatinya busuk, melainkan di sebabkan karena ketidakmampuan pribadinya merasakan nikmat dari kebahagiaan hidupnya sendiri. Oleh para ahli tasawwuf mengatakan bahwa jika seseorang yang jika di dalam dirinya terdapat tiga sifat, maka janganlah pernah nengharap do'anya dapat di kabulkan. Sifat yang di maksud adalah gemar memakan makanan haram, gemar mengumpat orang lain dan orang yang hatinya tersapat rasa iri hati. Akibat Dengki Yang Tidak Proporsional 1. Menderita perasaan duka yang berlarut-larut tanpa sebab musabab 2. Akan mendapatkan berbagai kecaman dan celaan dari orang sekitarnya 3. Menimbulkan kerenggangan dan keretakan dalam persahabatan 4. Memperoleh kemarahan Tuhan, dan di tutup baginya pintu hidayah dari Tuhan 5. Terganggu stabilitas kepribadiannya yang membawa munculnya penyakit kejiwaan. 9. Dzalim Dzalim atau aniaya adalah berbuat sesuatu tidak pada tempatnya, atau mengurangi hak yang seharusnya di berikan olehnya. Menurut Abu A'la al-Maududi, sifat Dzalim adalah merupakan tindakan pemorkosaan terhadap hak dan kewajiban. Menurut beliau sifat Dzalim tiga bagian yakni: 1. Dzalim terhadap Allah swt. 2. Dzalim terhadap sesama makhluk 3. Dzalim terhadap dirinya sendiri. Akibat Dari Perbuatan Dzalim 1. Menimbulkan penderitaan dan kesusahan bagi yang terkena 2. Akan menerima pembalasan setimpal di dunia dan akhirat.

10. Pengecut Pengecut adalah perasaan takut karena tidak berani menghadapi persoalan yang menghadang dirinya. Perasaan ini muncul karena ragu-ragu, cemas dan khawatir kalau sampai gagal atau kalah.hatinya ciut sehingga tidak sanggup menentukan sikap pada saat-saat ia seharusnya menentukan sikap dengan tegas. Dan jika ia berani, sesungguhnya ia berani secara lahiriyah, akan tetapi dalam batinnya terasa kerisauan yang tidak terperikan. Akibat Yang Timbul Karena Pengecut 1. Kepribadiannya akan kehilangan identitas, sebab tidak memiliki pendirian yang tetap dan teguh. 2. Menjadi Celaan yang sangat hina, baik di hadapan Tuhan, negara atau pun masyarakat 3. Amal perbuatannya tertolak dari Tuhan. 11. Dusta Dusta adalah mengada-ada sesuatu yang tidak ada secara sengaja dengan maksud-maksud tertentu. Adapun tujuan dusta : 1. Untuk diri pribadi ; dengan berdusta di maksudkan untuk menimbulkan kesan bahwa dirinya itu baik, tidak salah, hebat, dsb 2. Untuk orang lain ; di maksudkan untuk menimbulkan kesan bahwa orang itulah yang jelek, salah,dan patut di hukum. Akibat Dusta 1. Akan menimbulkan kerugian pada diri sendiri, terutama kepada orang lain 2. Tidak akan memperoleh kepercayaan dalam masyarakat 3. Dusta pertama di lakukan akan menimbulkan dusta selanjutnya 4. Dengan berdusta berarti telah melakukan salah satu dari tujuh kelompok dosa besar yang di peringatkan oleh Allah swt. untuk di jauhi. 12. Musyrik (Mempersekutukan Allah)

Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci, Maha Tunggal, Tempat Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa. Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa [004]: 48)

13. Memakan Riba Memakan harta riba termasuk kezaliman kepada orang lain. Orang yang memakan harta riba pada dasarnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan ia lebih pantas untuk mendapat siksa yang abadi di neraka. Bagaimana tidak demikian, ketika orang lain berada dalam kesulitan, kefakiran, pailit dalam ekonomi, padahal dalam kondisi apapun seseorang didorong untuk mengeluarkan shadaqah, sementara pemakan riba demikian asyiknya mempermainkan kemelaratan orang lain dengan menambah beban pembayaran utang berlipat ganda dan dalam tempo yang terus-menerus. Pada hakikatnya, riba itu dapat menghanguskan harta kekayaan, menghilangkan nilai-nilai keberkahan, dan mencabut rasa kasih sayang dari pribadi para pelakunya. 14. Durhaka kepada Kedua Orang Tua Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan Aku seorang yang sombong lagi celaka. (Q.S. Maryam [019] : 32) Maksudnya adalah tidak berbakti kepada keduanya. Setiap anak wajib berbakti kepada kedua orang tuanya sesuai kemampuannya. Ia wajib menaati mereka selama bukan untuk kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah SWT. Dalam Al-qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan keharusan berbuat baik terhadap orang tua. Menurut Ibn Abas, dalam Al-Qur’an ada tiga hal yang selalu dikaitkan penyebutannya dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dirikan shalat dan keluarkan zakat, bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua. Artinya: “Keridaan Allah itu terletak pada keridaan kedua ibu bapaknya dan kemurkaan Allah itu terletak pada kemurkaan kedua ibu bapak pula”. (HR. Muslim, Hakim, dengan syarat Muslim) 15. MENGHINA

Sifat ini biasanya kita lakukan tanpa di sadari. Perilaku tercela ini sangat dibenci Allah. Menghina mengandung pengertian bahwa mengeluarkan kata-kata yang merendahkan dan menyakiti hati orang lain. Termasuk mengolok-olok, mencela, mengutuk, memakai, dan mengejek. Sabda rasulullah: - "cukuplah kejelekan seseorang jika ia menghina orang muslim" (HR Muslim). - "memaki sesama muslim itu kedurhakaan" (HR Muttafaq 'Alaih). - "mukmin itu bukanlah pencela dan bukan pelaknat dan bukan yang jelek perangi dan bukan yang kotor lidah" (HR Ibnu mas'ud). - "barang siapa mengejek saudaranya lantaran satu dosa, tidak ia mati melainkan melakukan dosa itu" (HR Tirmidzi).

16. BERBURUK SANGKA

BURUK SANGKA adalah menuduh atau menyangka atau memandang orang lain dari satu segi. Selain hal itu, dalam buruk sangka, seseorang sering menyembunyikan kebaikan orang yang dilihatnya dan membesarkan keburukan orang tersebut. Biasanya, seseorang sangat pandai melihat kesalahan orang lain, tetapi sangat susah melihat kesalahan sendiri. Nah, mengapa sikap ini perlu kita hindari? Rasulullah bersabda: "jauhilah buruk sangka karena sesungguhnya perasangka itu sedusta-dusta omongan" (HR Muttafaq 'Alaih).

17. MERAMPOK

Merampas atau merampok harta orang lain yang kadang disertai dengan kekerasan, ancaman dan bahkan pembunuhan emrupakan perilaku yang sangat menggelisahkan dan mengerikan. Itu termasuk perbuatan haram dam merupakan dosa besar yang wajib dijauhi oleh setiap individu. Apabila dalam suatu masyarakat banyak terjadi perampasan dan perampokan, warga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut akan mengalami keresahan. Oleh karena itu, tetap sekali penegasan Allah SWT dan rasulnya. Mereka dianggap perang terhadap Allah dan rasulnya karena yang mereka lakukan merupakan perbuatan melawan hukum Allah SWT dan mengganggu masyarakat yang dilindungi oleh hukum.

18. “TERGESA-GESA” Tergesa-gesa dalam bahasa Arab adalah isti’jal, ‘ajalah, dan tasarru’. Yang keseluruhannya memiliki makna yang sama. Dan lawan kata dari isti’jal adalah anaah dan tatsabbut. Yang artinya adalah pelan-pelan, dan tidak terburu-buru. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Ar-Ruh bahwa tergesa-gesa adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu sebelum tiba waktunya yang disebabkan oleh besarnya keinginannya terhadap sesuatu tersebut, seperti halnya orang yang memanen buah sebelum datang waktu panennya.

19. BERTENGKAR ATAU BERKELAHI

Bertengkar atau Berkelahi adalah persengketaan antara dua orang karena suatu masalah dan diselesaikan dengan jalan kekerasan. Salah satu jenis pertengkaran atau perkelahian yang bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah perdebatan (pertengkaran dengan ucapan), tawuran, dan pengkroyokan. 20. YAKSU ATAU PUTUS ASA

Yaksu atau Putus Asa adalah perasaan tidak akan pernah mendapatkan rohmat dan nikmat dari Allah SWT. Perasaan ini biasa timbul karena sebuah penderitaan dan masalah besar yang menimpa. Dan pada saat itulah syetan membisikan tipuan untuk menyalahkan diri, menyalahkan keadaan, bahkan menyalahkan takdir Allah SWT. Inilah yang menyebabkan harapan untuk mendapatkan rohmat, nikmat, dan ampunan semakin redup.

Related Documents


More Documents from ""