RESPIRASI PADA ANAK
INTRODUKSI
Perkembangan Paru menurut Iselman & Mellins (1981) ada 4 tahapan: 1. 2.
3. 4.
Periode embrio (minggu 3-5) Periode Pseudoglandular period (minggu 6-16) periodeCanalicular (minggu 17-24) Alveolar sac (minggu 24-40)
PERBEDAAN ANTARA ANAK DAN DEWASA A. Perbedaan anatomi Posisi larynx yang lebih tinggi pada infant akan mempermudah pada saat makan dan bernafas secara simultan sampai umur 3-4 bulan. Pada periode -> pernafasan nasal, ini diasumsikan mudah terjadinya “blockade” oleh mukus pada saluran nafas yang akan mengarahkan terjadinya “apnoea” (Purcell, 1976)
PERBEDAAN ANTARA ANAK DAN DEWASA (cont) 2. Lymphatic tissue (adenoids and tonsils) mungkin membesar pada infant. Lidah relatif lebih besar. Ini menungkinkan terjadinya “upper obstruction” 3. Diameter yang lebih kecil pada “airways” pada bayi terutama yang lahir prematur, akan potensial terjadinya “resistance to airflow” 4. Struktur “bronchial wall”, cartilago masih belum “firm (kuat)” secara proporsional glandula mucus lebih banyak. Kedua kondisi tersebut merupakan prodisposisi “airways obstruction” dan collaps”
PERBEDAAN ANTARA ANAK DAN DEWASA (cont) 5. Pada bayi / anak alveoli lebih sedikit, area permukaan paru lebih sempit untuk “exchange” 6. “Collateral ventilation cannels” antara alvioli, respiratori bronchiales dan terminal bronchioles masih belum matang / sempurna sampai umur 2-3 tahun. Ini juga mempermudah terjadinya “lung collaps” 7. Posisi costa (ribs) pada bayi masih horizontal maka tidak ada “bucket handle” pada gerakan pernafasan. “Bucket handle” akan mulai terbentuk kalau sudah terjadi up-right position.
PERBEDAAN ANTARA ANAK DAN DEWASA (cont) 8. Posisi diafragma pada masa infant akan dipengaruhi oleh perkembangan thorax dan paru-paru. Pada masa bayi / anak masih kurang efisien pada ventilasi dan distorsi pada bentuk dinding paru pada saat inspirasi. 9. Hati dan organ-orgam lain relatif lebih besar, keadaan ini akan mempengaruhi situasi ruangan untuk paru-paru.
PERBEDAAN SECARA FISIOLOGIS 1.
2.
Paru bayi fungsinya masih belum sempurnanya, terutama pada bayi yang lahir prematur karena masih “lack of surfactant” Neonatus, terutama bayi lahir prematur, mempunyai pattern pernafasan yang irregular, ini akan mengarahkan terjadinya “apnoea”. Kalau ini terjadi apnoea yang sesaat / singkat maka ini dianggap normal, tapi bila terjadi sering dan lama dan pada saat bernafas terjadi “restart breathing” maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
PERBEDAAN SECARA FISIOLOGIS (cont) 3. Fungsi dari “rib cage” -> “lack of bucket handle” -> gerakan tidak memudahkan bayi untuk meningkatkan “lung volume”, sehingga apabila terjadi kesulitan pernafasan, infant harus ditingkatkan “respiratory rate”nya dari pada pernafasan dalam yang bertujuan untuk mempertahankan “minute volume”. 4. Neonatus tidur sampai 20 jam/hr dan 80% “rapid eye movement (REM)” sleep. Pada dewasa REM -> 20%. Selama REM terjadi penurunan “Postural tonus” yang akan menyebabkan penuruan “Functional Residual Capacity (FRC)” -> akan mengakibatkan kerja paru / breathing meningkat (Muller & Bryan, 1979)
PERBEDAAN SECARA FISIOLOGIS (cont) 5. Diafragma pada neonatus mempunyai + 25% “fatigue resistance type I muscle fibres”. Pada dewasa 50%. Bayi prematur 10%. Kemungkinan fatigue diafragma pada bayi lebih mudah. 6. Hypoxia pada infant menyebabkan “bradycardia” (kurang dari 100 beats/min), dari pada “tachycardia” pada dewasa. 7. Bayi / anak pada saat bernafas gerakan terjadi lebih pada paru bagian atas dari pada dewasa (Davies et.al. 1985). 8. Pada bayi yang kecil “closing volume” berpengaruh pada FRC sehingga “arways closure” akan diikuti “full expiration. 9. Pada anak-anal mempunyai “higher resting metabolic rate” dengan kebutuhan oksigen yang lebih banyak, hal ini mengakibatkan lebih mudah terjadi hipoxia dari pada dewasa.