2. Pneumonia-1.docx

  • Uploaded by: Achmad Hafirul
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2. Pneumonia-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,742
  • Pages: 32
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PNEUMONI DI RUANG MELATI RSU Dr.H.KOESNADI BONDOWOSO Di susun untuk memenuhi tugas praktik komprehensif 1

Disusun oleh: Dewi Susyanti (14201.06.14007)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PAJARAKAN PROBOLINGGO 2018

1

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PNEUMONI DI RUANG MELATI RSU Dr.H.KOESNADI BONDOWOSO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Komprehenshif 1

Mengetahui Mahasiswa,

Pembimbing Akademik

Pembimbing Lahan

Kepala Ruangan

2

1. ANATOMO DAN FISISOLOGI

ORGAN PERNAPASAN 1. Hidung Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi),dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke lubang hidung. 1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit. 2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dari tulang rawan. 3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah: a. Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah). b. Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah). 3

c. Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas). Di antara konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yakni meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus inferior (lekukan bagian bawah) . meatus-meatus inilah yang di lewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini di sebut koana. Dasar dari rongga hidung di bentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis. Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagian atas. Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman (nervus olfaktorius). Di sebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah. Saluran ini di sebut tuba auditiva eustaki yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis. 2. Faring Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain; ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana; ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium; ke bawah terdapat dua lubang; ke depan lubang laring; ke belakang lubang esofagus. Di bawah selaput lendir terdapat jarinagn ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya belakang terdapat epiglotis (empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan. Rongga tekak di bagi menjadi 3 bagian: 1. Bagian sebelah ats yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring. 4

2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring. 3. Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring. 3. Laring Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat di tutup oleh sebuah empeng tenggorok yang di sebut epiloglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain : 1. Kartilogi tiroid (I buah) depan jakun (Adam’s apple), sangat jelas terlihat pada pria. 2. Kartilogi ariteanoid (2 buah) yang berbentuk baker. 3. Kartilogi krikoid (1 buah) yang terbentuk cincin. 4. Kartilogi epiglotis (1 buah). Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara ini berjumlah 2 buah: di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan suara yang di sebut dengan ventrikularis; di bagian bawah adalah pita suara yang sejati yang membentuk suara yang di sebut vokalis, terdapat 2 buah otot. Oleh gerakan 2 buah otot ini maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat melebar dan mengecil, sehingga disinilah terbentuknya suara. Proses pembentukan suara Terbentuknya suara merupakan hasil dari kerja sama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini tidak dapat bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara maka tulang rawan gondok dan tulang tulang rawan bentuk beker tadi di putar. Akibatnya pita suara dapat mengencang dan mengendor dengan demikian sela udara menjadi sempit atau luas. Pergerakan ini di bantu oleh otot-otot laring, udara yang dari paru-paru dihembuskan dan menggetarkan pita suara. Getaran itu di teruskan melalui udara yang keluar-masuk. Perbedaan suara bergantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal dari pada pita suara wanita. 5

4. Trakea Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 1620 cincinyang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang di sebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk besama-sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan di sebut karina. 5. Bronkus Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dab ke samping kea rah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdapat 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil di sebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli. Paru-paru Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika di bentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 di keluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru di bagi dua: paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus 6

superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Di antara lobulus satu dengan yang lainnya di batasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabangcabang ini di sebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm. Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tumpuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru di bungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura di bagi menjadi 2: I) Pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru;2) pleura pariental yaitu selaput yang

melapisi rongga dada liar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga

(kavum) yang di sebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan (pleura), menghindari gesekan antara paru-paru dan dingding dada sewaktu ada gerakan bernapas. Pembuluh darah paru Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal dingdingnya 1/3 dari tebal ventrikel kiri. Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil di bandingkan dengan tekanan yang di timbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dan aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah “kaya oksigen” di bandingkan dengan darah pulmonal yang relative kekurangan oksigen. Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung oksigen dari ventrikel kanan ke paru-paru. Cabangcabangnya meyentuh saluran-saluran bronchial, sampai ke alveoli halus. Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringan kapiler itu menyentuh dingding alveoli (gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya oleh dingding kapiler. Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu samapai menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang ke luar melalui tumpuk paru-paru 7

ke sarambi jantung kiri (darah mengandung oksigen), sisa dari vena pulmonalis di tentukan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda. Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut 1. Kapasitas total, yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada beberapa hal: kondisi paru-paru, umur, sikap, dan bentuk seseorang. 2. Kapasitas vital, yaitu jumlah udara yang dapat di keluarkan setelah ekspirasi maksimal. Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak ±5 liter. Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara. Pada waktu kita bernapas biasa, udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3 (2 ½ liter). Jumlah pernapasan dalam keadaan normal orang dewasa orang dewasa 1618kali/ menit, anak-anak kira-kira 24 kali/menit, dan bayi kira-kira 30 kali/ menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya. Beberapa yang berhubungan dengan pernapasan: 

Batuk, menghembuskan napas dengan tiba-tiba yang kekuatannya luar biasa, akibat dari salah satu rangsangan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam. Misalnya dari luar bahan-bahan kimia yang merangsang selaput lendir di jalan pernapasan.



Bersin, pengeluaran napas dengan tiba-tiba akibat dari terangsangnya selaput lendir hidung, dalam hal ini udara keluar dan hidung dan mulut.

Proses Terjadinya Pernapasan Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflex yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflex bernapas ini di atur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum peyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, dan mempercepat napasnya, ini 8

berarti reflex bernapas juga di bawah pengaruh kortex serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirasi terjadi bila muskulus diagfragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar. Muskulus

interkostalis

yang

terletaknya

miring,

setelah

mendapat

rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebrata semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paruparu sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar. Ekspirasi pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan engan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara di dorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Pernapasan dada. Pada seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak. Pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada dada rangka yang lunak, yaitu pada orang-oramg yang muda dan pada perempuan. Pernapasan perut. Jika waktu bernapas diagfragma turun naik, maka ini di namakan pernapasan perut. Kebanyakan orang tua, karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi di sebabkan oleh banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ini banyak di temukan pada pria. Fisiologi pernapasan Oksigen dalam tubuh dapat di atur menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat di perbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau penyedian oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada ruanagn yang sempit, tertutup, ruang kapal, katel uap, dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki (disebut sianosis). 9

Pernapasan luar Kecenderungan kekuatan tekanan molekul gas meningkat sampai pada ketidakseimbangan dan menjadi tidak stabil. Ketidakseimbangan molekul gas dalam ruang difusi ini tidak sampai ke seluruh molekul gas. Kembalinya tekanan sementara akan mengganggu keseimbangan sehingga kekuatan tekanan akan meningkat dan bertambah besar.

PERNAPASAN DALAM Normal cairan intertisial memiliki PO2 adalah 40 mmHg dan PCO2 45 mmHg. Sebagai hasil, oksigen disebarkan keluar pembuluh kapiler dan karbon dioksida (CO2) diterima oleh pembuluh kapiler samapai tekanan sama dengan bagian membrane. Darah vena keluar dari kapiler ditranspor ke sirkulasi paru-paru ketika pernapsan luar akan memindahkan kelebihan CO2 dari kapiler bersama oksigen. O2 dan CO2 dapat larut dalam plasma darah. Ini merupakan fungsi merupakan fungsi utama membram sel yang membutuhkan banyak oksigen dan menghasilkan leebih banyak karbon dioksida dari pada plasma yang di serap dan diedarkan. Kelebihan O2 dan CO2 diedarkan ke dalam sel-sel darah merah tempat molekul-molekul gas tersusun untuk dapat diedarkan ke seluruh tubuh. Masalahnya yang terpenting untuk reaksi adalah keteraturan dan dapat kembali sempurna. Keteraturan plasma oksigen dan karbon dioksida berkonsentrasi tinggi. Molekul-molekul berpindah ke sel darah merah ketika konsentrasi plasma rendah sehingga sel darah merah melepaskan persediaan cadangannya . (Syaifuddin. 2006)

10

2. PENGERTIAN PNEUMONIA

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkin paru yang terjadi konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. Pneumonia

dikelompokkan berdasarkan agen

penyebabnya. Pneumonia juga mungkin terjadi akibat terapi radiasi, bahan kimia, dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyertai terapi radiasi untuk kanker payudara atau paru, biasanya terjadi 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai. Pneumonia kimiawi adalah pneumonia yang terjadi setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. (Muttaqin, 2014) Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa. Di Amerika Serikat misalnya terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlahanh kematian rata-rata 45.000 orang (Misnadiarly, 2008). Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkin paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). (Nanda Nic- Noc, 2015) 11

3. ETIOLOGI Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus pneumonia melalui selang infuse oleh staphylococcus aureus, sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic . Setelah masuk ke paru- paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru terjadi pneumonia . (Nanda Nic- Noc, 2015) Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkin paru yang disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, parasit, namun pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisisk seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkin paru yang disebabkan oleh penyebab lain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebutkan sebagai pneumonitis. (Djojodibroto. 2009) PENYEBAB

GAMBARAN KLINIS

Steptococcus pneumonia

Sputum/dahak berwarna kekuningan

Mycobacterium tuberculosis

Apical

Legionella pneumonia

Atipikal, kekacauan

Haemophillus influenza

Bronkopneumonia

Burkholderia pseudomallei

Septicemia

Leptosipirosis

Jaundis, gagal ginjal

Staphylococcus aureus

Peronggaan sputum bernoda darah

Esherichia coli

Bronkopneumonia

(Djojodibroto, D. 2009) 4. PATOFISIOLOGI Asal-usul pneumonia berada pada kerusakan yang disebabkan yang disebabkan oleh masuknya partikel penyerang pada saluran pernapasan bawah. Jalan masuk yang 12

sering terjadi adalah inhalasi pertikel-pertikel kecil, namun aspirasi partikel infeksi yang lebih besar dari orofaring yang menyebar dari focus infeksi yang jauh atau menyebar langsung dari jaringan-jaringan di sekitarnya digunakan sebagai jalan masuk oleh agenagen penyebab pneumonia. Partikel-partikel tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru karena mengandung bahan yang dapat menyebabkan infeksi, dapat disebarkan melalui udara (air borne) saat agen masih menular aktif, dan tetep aktif saat tersuspensi di udara dan kemudian masuk ke jaringan, di mana pertikel-pertikel itu dapat menyebabkan infeksi. Kombinasi syarat-syarat ini dapat membantu menjelaskan kenapa pneumonia lebih jarang terjadi dan kenapa sejumlah lokasi lebih berisiko daripada lokasi lain. Partikel-partikel yang tersuspensi di udara akan kehilangan volume akibat penguapan, sehingga menjadi nucleus droplet. Jka pertikel memiliki diameter kurang dari 5 um pada saat terhirup, maka partikel akan lebih mudah masuk ke jalan napas dan alveolus. Rehidrasi akan semakin menambahkan ukuran partikel, sehingga dapat menghambatkan pernapasan keluar (ekshalasi). Partikel yang dikeluarkan melalui hembusan napas, batuk, dan bersih mengambil posisi lebih dekat ke titik asal-usulnya dan membuat sejumlah orang berisiko terkena infeksi. Partikel-partikel yang kecil terus berjalan dan tetap di udara dalam waktu yang lama. Sejumlah orang dianggap lebih efisien sebagai sumber partikel infeksi dibandingkan orang lain, khususnya untuk infeksi virus seperti influenza dan SARS. Inhalasi mikroorganisme dari orang yang terinfeksi (droplet) mengisi alveoli paru dengan cairan, sehingga oksigen tidak sampai tidak sampai ke aliran darah. Gabungan antara kerusakan sel dan respon imun menyebabkan gangguan pengangkutan oksigen. Infeksi saluran pernapasan juga bisa terjadi ketika bakteri di dalam darah menyebar ke paru-paru dari daerah lain ke tubuh. Pathogen umumnya dikeluarkan melalui batuk dan dipertahankan posisinya oleh system kekebalan tubuh.jika mikroorganisme lolos dari system pertahanan jalan napas atas setelah batuk, maka makrofag alveolus adalah pertahanan berikutnya. Jika terlalu banyak organisme dan terlalu kuat untuk makrofag, maka terjadi aktivasi mediator inflamasi, aktivitas imun dan infiltrasi sel dalam system pertahanan tubuh. Sel-sel ini dapat menyebabkan kerusakan terhadap selaput lendir di dalam bronki dan selaput alveolokapiler yang menyebabkan infeksi, debris dan eksudat 13

mengisi bronkiolus. Mikroorganisme juga melepaskan toksin dari dingding-dingding sel sehingga lebih banyak jaringan paru-paru yang rusak. (Keban. 2013) Pathway Virus, Bakteri (Steptococcus pneumonia) Masuk melaui pernafasan bawah PHNEUMONIA Menyerang pernafasan Bawah Phneumokokus (Steptococcus pneumonia)

Peradangan pada Bronkus

menyebar ke

parenkin paru Masuk ke Alveoli

Terjadi konsolidasi dan pengisian rongga

alveoli

oleh eksudat Alveoli

Penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan membrane alveoli Kapiler

Sel darah merah, Leukosit, (Phneumoniakokus)

Sesak nafas, penggunaan otot bantu,

Mengisi alveoli Leukosit + Fibrin mengalami konsolidasi

Gangguan Pertukaran Gas

Leokositosis Suhu tubuh meningkat `

Reaksi Sistematis: Bakterimia,/ Viremia, anoreksia, mual, penuran BB

HIPERTERMI Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh

14

5. MANIFESTASI KLINIS 1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5- 40,5, bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa. 2. Menigimus Yaitu tanda- tanda meninggal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awitan demam yang tiba- tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kering dan brudzinski, san akan berkurang saat suhu turun. 3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanakkanak. Sering kali merupakan buki awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebi besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ketahap pemulihan 4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamman dengan penyakit yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit. 5. Diare, biasanya ringan, diare sementara terapi dapat menjadi berat. Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus. 6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari apendisitis. 7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusun pada bayi. 8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sediki (rinorea) atau kental dan purulen. 9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. 10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi. 11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan peroral. 12. Keadaan berat pada bayi biasanya terjadi kejang, letargis, atau tidak sadar, sianosis, distress pernafasan berat. 13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya dapat terdapat napas cepat saja: 1. Pada usia umur 2 bulan- 11 bulan lebih dari 50x/ menit 2. Pada usia umur 1 tahun- 5 tahun lebih dari 40x/ menit. (Nanda Nic- Noc, 2015) 15

Gejala pneumonia yang paling sering terjadi adalah napas pendek; nyeri dada khususnya saat menghirup udara; batuk; napas dangkal dan cepat; demam; dan menggigil. Batuk biasanya di sertai dahak, atau di sebut sputum. Sputum bahkan bisa bercampur darah dan nanah. Pada kasus yang serius, bibir atau dasar kuku pasen terlihat membiru akibat kurangnya oksigen ( sianosis). Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi takipnea dan tanda-tanda gabungan, seperti bunyi gemericik disertai bunyi napas bronchial. Hal ini biasanya disebabkan oleh bakteri, seperti S.pneumoniae dan H. Influenzae. Orang-orang yang mengalami pneumonia bakteri biasanya sakit berat. Gejala-gejala pneumonia bakteri biasanya terjadi tiba-tiba dan berkembang setelah infeksi pernapasan atas,seperti influenza atau pilek. Gejala-gejala pneumonia virus biasanya lebih samar, lebih ringan, dan terjadi perlahan. Pneumonia virus sering tidak dikenali, karena penderita mungkin tidak terlihat sakit. Gejalanya berbeda menurut usia dan kondisi kesehatan seseorang. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri anaerobic seperti Bakteroides dapat menyebabkan abses yang berbahaya di dalam paru-paru. Penderita pneumonia dapat mengalami demam berkepanjangan serta batuk basah (produktif), terkadang ada darah di sputum. Adanya darah menunjukkan jaringan paru-paru mati (nekrosis) dan pasien dapat mengalami penurunan berat badan. Orang dewasa menunjukkan gejala yang lebih ringan, seperti batuk kering (nonproduktif), kadang-kadang tidak terjadi demam. Perubahan status kejiwaan (bingung/dilirium)atau pemburukan penyakit paru-paru adalah tanda-tanda utama pneumonia pada orang dewasa. (Keban. 2013) 6. KLASIFIKASI 6.1 Pneumonia Bakterial  Pathogenesis Mikroorganisme masuk kedalam paru melalui inhalasi udara dari atmosfer, juga dapat melalui aspirasi dari nasofaring atau orofaring, tidak jarang secara perkontinuitatum dari daerah disekitar paru, ataupun melalui penyebaran melalui darah (hematogen). Factor resiko yang berkaitan dengan pheneumonia yang disebabkan oleh mikroorganisme adalah : usia lanjut, penyakit jantung, alkoholisme, DM, penggunaan ventilator mekanik.  Manifestasi Klinis Gambaran klinis didahulukan oleh gejala infeksi saluran pernafasan akut bagian atas, nyeri ketika menelan, kemudian demam dengan suhu sampai 40 derajat, menggigil. 16

Batuk yang disertai dengan dahak kental, kadang- kadang bersama pus atau darah (bloodstreak). Pada pemeriksaan fisik, terlihat ekspansi dada tertinggal pada sisi yang terkena radang, terdapat bunyi redup pada perkusi, dan pada auskultasi terdengan napas bronchial disertai ronkhi. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit hingga 30.000µL pada infeksi, sedangkan infeksi yang disebkan oleh virus, peningkatan leukositnya tidak terlalu tinggi,bahkan ada yang menurun. Jenis- jenis Pneumonia Bakterial 1. Community- Acquired Pneumonia Pneumonia sering diderita oleh anggota masyarakat umumnya disebabkan oleh stertococcus pneumonia (Suatu pneumokokus) dan biasanya menimbulkan pneumonia lobar. Pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus terjadinya akut, sering disertai dengan gejala mengigil dan diikuti demam yang tinggi. Pda foto toraks sering ditemukan konsolidasi. Sputum biasanya purulen dan berwarna seperti karat besi. Pada preparat asupan sputum, dengan pewarnaan Gram sering dijumpai diplokokus gram positif dengan leukosit polimorfunuklear. Kultur sputum mungkin akan mendapatkan streptococcus phneumonia, tetapi jika negative tidak berarti diagnosisnya bukan community- acquired pneumonia. Mikroorganisme lain penyebab community- acquired pneumonia walau jarang adalah Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia, legionnella pneumophilia dan bakteri gram negative meskipun tidak terlalu banyak. Pada aspirasi muntahan akibat mabuk karena alcohol, serangan epilepsy atau akibat tidak sadar, mikroorganisme penyebab yang terbanyak adalah bakteri anaerob. Staphylococcus jarang menyebabkan pneumonia pada orang yang sebelumnya sehat, tetapi sering sebagai penyebab pneumonia pada penderita influenza saat epidemic dan pada pecandu narkoba secara intravena. Onset pneumonia yang disebabkan oleh bacteria gram negative, bacteria anaerob, dan stafilokokus adalah subakut sedangkan gambaran klinisnya sulit dibedakan karena sering berkaitan dengan keadaan pasien yang telah memburuk. Contohnya adalah pneumonia karena H. influenza pada COPD dan pneumonia klebsiella pada pecandu alcohol. Gambaran foto toraks yang menunjukkan proses nekrotik dan reaksi pleura mengarahkan kecurigaan kepada pneumonia yang disebkan oleh klebsiella. Legionella pneumophila menyebabkan penyakit Legionnasires, yaitu suatu bentuk pneumonia yang juga dapat bersifat hospital 17

acquired. Kumannya sering masuk melalui inhalasi droplet aerosol yang mengandung organisme ini. Droplet aerosol biasanya berasal dari mesin penyejuk udara(air conditioning) atau water cooler. 2. Hospital – Acquired pneumonia Penyakit ini sering disebut dengan pneumonia nosokomial, yaitu pneumonia yang kejadiannya bermula dirumah sakit. Penyakit ini merupakan penyebab kematian yang terbanyak pada pasien rumah sakit. Mikroorganisme penyebabnya biasanya bakteri gram negative dan stafilokokuS. 3. Pneumonia Aspirasi (Aspiration Pneumonia) Aspirasi dapat dikaitkan dengan menyebabkan: ostruksi (tersumbat) saluran pernafasan,

pneumonitis

bahan

kimiawi

(asam

lambung,

enzim

pencernaan),

pneumonitis pleh infeksi dan tenggelam di air. Predisposisi pneumonia adalah pada pemabuk, epilepsy, pecandu obat narkotika, anastesi umum, pemasangan NGT, cerebrovascular accident, penyakit gigi dan periodontal. Aspirasi secret yang berasal dari nasofaring, walaupun jumlahnya sedikit, dapat membawa serta sejumlah besar mikroorganisme kedalam paru (107 mikroorganisme anaerob dan 106 mikroorganisme aerob dalam 0,1 mL secret). Bandingkan denga mikroorganisme yang berhasil masuk kedalam paru melalui udara inhalasi, yaitu hanya 10 mikroorganisme dalam 1 jam dari hirupan udara yang mengandung 15 mikroorganisme/ m3. Namun, suatu hal yang belum jelas adalah mengapa pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme yang teraspirasi tidak sebaik pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme yang terinhalas. Predileksi bagian paru yang terkena adalah segmen paru/ lobus paru bergantung (dependent), terutama segemen superior lobus bawah kanan. (Djojodibroto. 2009) 6.2 Pneumonia Pneumosystis Merupakan penyakit akut dan oportunistik yang disebabkan oleh suatu protozoa bernama pneumosystis protozoa ini dikenal sejak 1909 dan mulai dekade 21980-an menampakkan diri lagi sebagai kuman patogen, terutama pada penderita AIDS. Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi premature atau malnourished hipogammaglobulinemia; penderita keganasan dalam kondisi imunodefisiensi terutama limfoma atau leukemia yang terdapat obat antimetabolit tranplantasi organ, yang terapi kortikostiroid atau imunosupresif. 18

kortikostiroid; pasien

Gejalanya berupa chest tightness,exercise intolerance, batuk, dan demam. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Pada keadaan istirahat telah terjadi dispnu, takipnea, batuk nonproduktif dan tanpa demam. Pada foto toraks, terlihat infiltratdifus interstisial pada perihilar yang biasanya bilateral. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru. Penderita pneumonia yang mempunyai gejala ringan dapat ditangani dengan berbagai jalan. Penderita yang mempunyai keadaan klinis sakit berat (sesak napas, demam sangat tinggi, kesadaran menurun) perlu dirawat di rumah sakit. Pemberian obat antibiotik disesuaikan dengan pola infeksi di daerah, dan akan lebih tepat jika obat antibiotik yang digunakan sesuai dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi. Obat diberikan sedikitnya lima hari atau dua hari seteah gejala demam hilang. (Djojodibroto, D. 2009) 6.3 Pneumonia Atipik ( Pneumonia “ Non-Bakterial”) Yang termasuk grup ini adalah pneumonia yang disebabkan Mycoplasma pneumonia, Chlamydia psittaci, Legionella pneumophila, dan coxiella burnetti. Beberapa buku memasukkan pneumonia yang disebabkan virus ke dalam golongan pneumonia atipik.  Manifestasi Klinis Kecuali yang disebabkan chlamidia trachomatis, pneumonia atipik ditandai oleh demam antara 58,3-400 C, batuk nonproduktif, sesak napas, malaise dan biasanya mialgia. Sakit kepala biasanya menyertai pneumonia yang disebabkan virus influenza. Pada anak-anak, infeksi virus sinsitial (RSV) dan virus parainfluenza akan disertai rinorea, suara serak, dan otitis media. Terdengar ronkhi kering di seluruh lapangan paru dan disertai dengan mengi inspirasi dan ekspirasi. Pneumonia yang disebabkan Mycoplasma pneumonia menimbulkan ronkhi terbatas dan gejala proses konsolidasi, tetapi pada foto paru, gambaran prosesnya menyebar (diffuse). Terkadang juga terdengar bising gesek pleura.  Penatalaksanaan Karena penyakit ini sering menyebabkan kematian pada penderita yang mempunyai risiko tinggi, dan juga menimbulkan biaya tinggi dalam ekonomi kesehatan,

19

pendekatan terhadap penyakit ini adalah dengan pencegahan menggunakan vaksin dan kemoprofilaksis. Pemberian obat antibiotic tidak mengeradikasi kuman, dan mikroorganisme ini masih ada pada secret system pernapasan sampai beberapa bulan setelah pengobatan. Pemberian amantadine sebagai pengobatan untuk mengurangi gejala (simtomatik) pada pneumonia yang disebabkan oleh virus hasilnya sangat efektif. Gejala yang disebabkan oleh pneumonia nonbakteria Etiologi

permulaan serangan

Gejala inisial

demam

0

( C) Sistemik Respiratori Influenza

Tiba-tiba

Parainfluenza

Virus sinsitial

B,S,M

R,B

38,9-40

Lambat

R,B

38,9-39,7

Lambat

R,B,F

38,3-40

Adenovirus

Tiba-tiba

R,B,F

38,9-40

Myooplasma

Lambat

S,M

B

37,7-38,9

Tiba-tiba

S,D

B,nyeri pleritik

>40

R,B

Afebril

B

38,5-40

respiratori

pneumonia

Legionella pneumonia Chlamydia

Bertingkat

trachomatis Chlamydia

Tiba-tiba

S,M,A

20

psittaci

/Bertingkat

Coodella

Tiba-tiba

S,B,M,MI

B,F

39,3-40

bumetti B=Batuk; S=suara serak; M=Malaise; D=Diare; A=Arthralgia; MI=Mialgia; R=Rinorea; F=Faringitis; C=Celcius. (Djojodibroto, D. 2009 Terapi pneumonia atipik Etiologi

Terapi

Profilaksi

Influenza A

Amantadine

Vaksin, amantadine

Influenza B

Ribavirin (sedang dicoba)

Vaksin

Parainfluenza

Ribavirin (sedang dicoba)

-

Virus sinsitial (RSV)

Ribavirin aerosol

-

Adenovirus

-

- Vaksin oral (T4,7,21)

Mycoplasma pneumonia

Eritromisin

-

Chlamidia trachomatis

Tetrasiklin, doksisiklin

Chlamydia psittaci

Tetrasiklin

Coodella bumetti

Tetrasiklin, doksisiklin

Pasteurisasi susu

 Klasifikasi pneumonia berdasarkan Anatomi (IKAFKUI ) 1. Pneumonia Lobaris, Melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda” 2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia ) Terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis. 21

3. Pneumonia interstitial (Broniolitis) Proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.  Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan: 1. Pneumonia Komunitas. Dijumpai pada H.Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/ jamak, atau paska terapi antibiotic spectrum luas. 2. Pneumonia Nososkial. Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit , adanya resiko untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia. 3. Pheumoni Aspirasi Disebabkan oleh infeksi kuman, pheuminitis kimia akibat aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat. 4. Pneumonia pada Gangguan Imun Terjadi karena akibat proses penyakit akibat terapi. Penyakit infeksi dapat disebebkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur, dan cacing. (Nanda Nic- Noc, 2015).

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) Sinar X Untuk mengidentifikasi distribusi structural (misalnya lobar, bronchial), dapat juga menyatakan abses 2) Biopsy paru: untuk menetapkan diagnosis 3) Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. 4) Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus. 5) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru- paru serta menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan. 6) Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi 22

7) Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing 9. PENATALAKSANAAN  Farmokologi Klien apat diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45ᵒ. Kematian sering kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam- basa dengan dengan baik, pemberian oksigen

yang adekuat untuk

menurunkan perbedaan oksigen di alveoli- arteri, dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian oksigen sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk mempertahankan PO2 arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga penting mengawasi pemeriksaan analisa gs darah. Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara umum. 1. Pemberian antibiotic terpilih seperti penisilin diberikan secara IM 2x 600.000 unit sehari. Penisiline diberikan selama sekurang- kurangnya seminggu sampai klien tidak mengalami sesak nafas lagi selama 3 hari dan tidak ada kompilkasi lain. Untuk klien dengan usia yang sudah tua dan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, maka diharuskan untuk dirawat dan antibiotic tersebut diberikan melaui infuse. Mungkin juga diperlukan oksigen tambahan, cairan intra vena dan alat bantu nafas mekanik. 2. Pemberian sefalosporin harus hati- hati untuk klien yang alergi terhadap penisilin karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe anafilaksis. Dalam 12- 36 jam, setelah pemberian penisilin, suhu, nadi, frekuensi pernafasan menurun serta nyeri pleura menghilang. Pada ±20% klien , demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi. 3. Pemberian oksigen 1-2 LPM 4. Jika sesak nafas tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. 5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam- basa dan elektrik.

23

Penatalaksanaan untuk pneumonia

bergantung pada penyebab, antibiotic

diberikan sesuai hasil kultur. Untuk kasus pneumonia community based: 1. Ampicilin 100 mg/ kg BB/ hari dalam 4x pemberian 2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/ hari dalam 4x pemberian Untuk kasus pneumonia hospital based : 1. Sefatoksim 100 mg/ kg BB/ hari dalam 2x pemberian 2. Amikasin 10- 15 mg/ kg BB/ hari dalam 2x pemberian  Discharge Planning 1. Ajarkan pada orang tua tentang pembrian obat Dosis, rute dan waktu yang cocok dan menyelesaikan dosis seluruhnya, efek samping dan respon anak. 2. Berikan informasi pada orang tua tentang cara- cara pengendalian infeksi serta cara pencegahannya.: Hindari pemanjangan kontak infeksius, dan ikuti jadwal imunisasi 3. Bayi : ASI eksklusif 6 bulan, karena didalam kandungan ASI adanya system kekebalan yang dapat menjaga tubuh anak sehingga tidak mudah terserang penyakit 4. Gizi seimbang dan cukup sesuai usia anak 5. Tutup mulut saat batuk karena penularan pneumonia banyak berasal dari percikan batuk atau bersin pasien pneumonia 6. Hindari asap rokok ((Nanda Nic- Noc, 2015).)

24

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN  Anamnesis Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam.  Riwayat Penyakit Saat ini Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “ya” atau “tidak”, atau hanya dengan anggukan dan gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul (onset). Pada klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa ada di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemasm dan nyeri kepala.  Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami infeksi selama pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan.  Pengkajian Psiko-sosio-spiritual Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan data hasilpemeriksaan awal klien tentang kepastian fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunyapengkajian psiko-sosio-spiritual yang saksama. Pada kondisi klinis, klien 25

dengan pneumonia sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Hal lain yang perlu ditanyakan adalah kondisi pemukiman di mana klien bertempat tinggal, klien dengan pneuminia sering dijumpai bila bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk.  Pemeriksaan Fisik Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentangkesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Seorang perawat perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang konsep anatomi dan fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai keadaan umum, kesadaran, dan pengukuran GDCS bila kesadaran klien menurun yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih 40oC, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi sistemis yang berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah. B1 (Breathing) Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan fokus, berurutan pemerikaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.  Inspeksi Bentuk dada dan gerakan pernapasa. Gerakan pernapasan simetris. Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.  Palpasi Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian 26

kanan dan kiri. Getaran suara (fremitus vokal). Taktil fremitus pada klien dengan pneumonia biasanya normal.  Perkusi Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronkhopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens)  Auskultasi Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. B2 (Blood) Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:  Inspeksi

: didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum

 Palpasi

: denyut nadi perifer melemah

 Perkusi

: batas jantung tidak mengalami pergeseran

 Auskultasi

: tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak

didapatkan B3 (Brain) Klien dengan pneumonia yang brat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan fungsi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.

B4 (Bladder) Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan awal dari syok. B5 (Bowel) Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. 27

B6 (Bone) Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain daam melakukan aktivitas sehari-hari. B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal. 2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan membran alveolar-kapiler 3. Hipertermi yang berhungan dengan peningkatan laju metabolisme umum sekunder dari reaksi istemis bakteremia/viremia 4. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam, diaforesis, dan intake oral sekunder terhadap proses pneumonia 5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia 6. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam 7. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit berat 8. Kurangnya pemenuhan informasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan sumber informasi (Muttaqin.2014)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pernafasan: kepatenan jalan nafas efektif ditunjukkan dengan skala sebagai berikut. 1) Sangat berat 2) Berat 3) Cukup 4) Ringan 5) Tidak ada 28

No

indikator

1

1.

Tersedak

2

Suara nafas tambahan

3

Pernafasan cuping hidung

4

Batuk

5

Penggunaan otot bantu nafas

2

3

4

5

Intervensi: 1) Manajemen jalan nafas 

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi



Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya



Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir



Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif



Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya.

2. Diagnosa keperawatan : Hipertermi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam status kenyamanan: fisik baik yang ditunjukkan dengan skala sebagai berikut. 1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu No

Indikator

1.

Relaksasi otot

2.

Posisi yang nyaman

3.

Perawatan pribadi dan kebersihan

4.

Suhu tubuh

5.

Kepaenan jalan nafas

1

Intervensi keperawatan: Hipertermia 1. Perawatan demam 29

2

3

4

5

 Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya  Beri obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agen anti bakteri, dan agen anti menggigil)  Berikan oksigen yang sesuai 2. Pengaturan suhu  Monitor suhu paling tidak setap 2 jam, sesuai kebutuhan  Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat  Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien 3. Terapi oksigen 

Batasi aktivitas (merokok)



Pertahankan kepatenan jalan nafas



Monitor aliran oksigen



Sediakan oksigen ketika pasien dibawa/dipindahkan.

3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam hidrasi berkurang yang ditunjukkan dengan skala sebagai berikut. 1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu

No

Indikator

1.

Turgor kulit

2.

Membran mukosa lembab

3.

Haus

4.

Warna urin keruh

5.

Bola mata cekung dan lunak

1

2

3

Intervensi keperawatan: Resiko ketidakseimbangan volume cairan 1. Manajemen cairan 

Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien 30

4

5



Masukkan kateter urin



Monitor anda-tanda vital pasien



Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik

2. Monitor cairan 

Tentukan apakah pasien mengalami kehausan atau gejala perubahan cairan (misalnya, pusing, sering berubah pikiran, melamun, keakutan, mudah tersinggung, mual)



Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang seperti, tangan atau tulang kering, mencubit kulit dengan lembut, pegang dengan kedua tangan dan lepaskan (di mana, kulit akan turun kembali dengan cepat jika pasien erhidrasi dengan baik)



Catat ada tidaknya vertigo pada saat bangkit untuk berdiri.

31

DAFTAR ISI

Muttaqin, A. 2014. Asuhan Keperawatab Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC Keban, Sesilia A. 2013. Buku Ajar Farmakoterapi Gangguan Pernafasan . Jakarta : Salemba Medika Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC Bulechek, Gloria M;Butcher, Howard K.;Dochterman, joanne m.;Wagner, Cherly M. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) (Edisi 6).Elsevier. Moorhead, Sue; Johnson, Marion; Mass,Meridean L.; Swanson, Elzabeth.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) (Edisi 5). Elsevier

32

Related Documents

Seniorstudio 2(2)(2)
June 2020 80
Seniorstudio 2(2)(2)
June 2020 86
Seniorstudio 2(2)(2)
June 2020 77
2-2
November 2019 81
2-2
May 2020 54
2(2)
April 2020 46

More Documents from ""