2. Bukumembuareagenkimiadilaboratorium-revisi2017_krtsb5.pdf

  • Uploaded by: Fajar Armeyka
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2. Bukumembuareagenkimiadilaboratorium-revisi2017_krtsb5.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 63,106
  • Pages: 283
Mulyono HAM



MEMBUAT REAGEN KIMIA Di LABORATORIUM Penulis: Mulyono HAM.

Hak Cipta © 2005, pada penulis. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh dari isi buku ini dalam bentuk apapun, tanpa seizin tertulis dari penulis/penerbit

Edisi Pertama Cetakan Pertama, September 2005.

Penerbit: PT. Bumi Aksara Jakarta

ISBN:

MEMBUAT REAGEN KIMIA DI LABORATORIUM

Drs. Mulyono HAM, M.Pd. Staf Pengajar FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Penerbit Kupi Sains Media Bandung, 2017

KATA PENGANTAR Diakui, analisis kimia kini telah beralih dari cara konvensional ke cara instrumentasi. Namun hal ini tidaklah berarti bahwa caracara konvensional telah ditinggalkan sama sekali. Pada dasarnya, cara instrumentasi merupakan cara perbandingan dengan mengacu pada karakter zat murni atau larutan baku yang telah dikalibrasi. Dengan kata lain, cara instrumentasi masih bergantung pada caracara konvensional tertentu seperti gravimetri atau titrimetri. Di samping itu, beberapa cara konvensional masih diterapkan dalam pendidikan IPA (termasuk di Indonesia) karena beberapa faktor selain dapat memberikan nilai intelektual dan nilai keterampilan dasar tertentu bagi peserta didik. Buku ini ditulis untuk memberikan khasanah pengetahuan dan pelengkap bagi para pengguna laboratorium dan bagi individu yang melakukan aktivitas praktikum atau penelitian terutama yang berhubungan dengan sediaan reagen kimia, cara pembuatan, pembakuan, dan penyimpanannya. Untuk memudahkan penggunaan buku, informasi yang diperlukan dapat ditelusuri melalui penyajian indeks di halaman terakhir. Teori singkat yang disajikan di dalam buku ini hanya ditujukan untuk menambah wawasan yang mendasari sifat kuantitatif dari sediaan. Untuk kepentingan yang bersifat kualitatif dan teknis, disajikan pula beberapa informasi tambahan seperti pembuatan koloid; pembuatan gas; pembuatan cairan pembersih dan penggunaannya; serta dilengkapi dengan informasi lain (berupa lampiran) yang terkait dengan sifat fisik dan sifat kimia dari bahan/zat. Isi dalam Bab 5 terutama banyak mengacu pada buku yang ditulis oleh Ibu S. Handari Suntoro dan Ibu Istriyati P. Untuk ini, penulis memohon maaf dan pengertian dari Ibu atas penggunaan bagian dari materi buku tanpa memohon izin langsung terlebih dulu. Tak ada gading yang tak retak; kesalahan adalah kekurangan penulis; perbaikan dan kritik terhadap isi buku ini sangat dinantikan. Semoga buku sederhana ini dapat membantu dan bermanfaat. Bandung, 02 Februari 2004. Penulis, M.HAM

iv

KATA PENGANTAR Edisi Kedua 2017 Buku Edisi Kedua (Oktober 2017) ini mengalami pengembangan jumlah halaman. Kecuali Bab 6, hampir di setiap bab terjadi perbaikan terhadap beberapa kekurangan/kesalahan dan penyempurnaan terhadap tampilan. Khusus pada Bab 4 dan Bab 10 terjadi sedikit penambahan isi dan kerangka penyajian. Para siswa, para mahasiswa, para komunitas kimia, dan masyarakat luas dapat memperoleh buku ini lewat website “mulyonoham.com” dengan maksud, buku ini dapat dijangkau dan dibaca secara cepat dan murah oleh yang berkepentingan dari pelosok tanah air. Ini sebagai persembahan saya di masa pensiun saya (THT 01 Juli 2017) kepada pengguna. Buku ini masih sederhana dan masih banyak kekurangannya; harapan saya, di masa datang, muncul penulis yang dapat mengembangkan dan/atau menyempurnakannya. Selamat memiliki, membaca, dan menggunakan/menerapkan buku ini. Semoga dapat membantu dan bermanfat bagi pengguna dalam menyelesaikan tugas di lingkungan pekerjaannya. Jika diperkenankan saya bermohon: do’a dari anda untuk Ibu S. Handari Suntoro, untuk Ibu Istriyati P, dan untuk saya beserta keluarga, Kritik, saran, atau pertanyaan dapat disampaikan. Selamat belajar tuntas dan bekerja keras. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah SWT.

Bandung, 28 Oktoberi 2017. Penulis, M.HAM

v

DAFTAR ISI Halaman iv vi vii vii viii 1 3 3 4 8 12 20 20 25 36 36 39 54 83 83 84 102 102 102 125 125 126 129 130 139 140 151 157 161 165 166 167 169 172 184 184 185 196 196 202 204 204 207 216 261 262

Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Bab 1 PENDAHULUAN Bab 2 SIFAT LARUTAN A. Proses Melarut B. Konsentrasi Larutan C. Kelarutan Zat D. pH Air Dan pH Larutan Bab 3 PELARUTAN DAN PENGENCERAN A. Mengenal Zat B. Teknik Pelarutan Dan Teknik Pengenceran Bab 4 PEMBUATAN LARUTAN DAN PEREAKSI A. Pembuatan Larutan Asam Encer Dan Basa Encer B. Pembuatan Larutan/Pereaksi Umum C. Pembuatan Larutan/Pereaksi Khusus Bab 5 PEMBUATAN LARUTAN INDIKATOR A. Macam Indikator B. Pembuatan Larutan Indikator Bab 6 PEMBUATAN LARUTAN PEWARNA BIOLOGIS A. Teknik Biokimia dalam Histologi B. Pembuatan Larutan Pewarna Biologis Bab 7 PEMBUATAN LARUTAN BAKU PRIMER A. Persyaratan Zat Baku Primer B. Alat Ukur Volumetrik Dan Penggunaannya C. Teknik Pembuatan Larutan Baku D. Prosedur Pembuatan Larutan Baku Primer Dan Sifatnya Bab 8 PEMBUATAN DAN PEMBAKUAN LARUTAN A. Pembakuan Cara Asidi/alkali-metri B. Pembakuan Cara Oksidimetri C. Pembakuan Cara Pengendapan D. Pembakuan Cara Pengompleksan Bab 9 PEMBUATAN LARUTAN BUFER A. pH Larutan Bufer B. Kapasitas Dan Keefektifan Larutan Bufer C. Perhitungan Pembuatan Larutan Bufer D. Pembuatan Larutan Bufer Bab 10 PEMBUATAN KOLOID A. Sistem Koloid B. Pembuatan Koloid Bab 11 PEMBUATAN GAS DAN BROM CAIR A. Pembuatan Beberapa Gas B. Pembuatan Brom Cair Bab 12 PEMBUATAN CAIRAN PECUCI DAN PENERAPANNYA A. Peralatan Gelas B. Pembuatan Cairan Pecuci dan Cara Penggunaannya Lampiran- Lampiran Daftar Pustaka Indeks 

vi

DAFTAR TABEL Halaman 1 8 9 10 12 17 21 24 24 25 25 33 127 151 167 172 173 173 174 174 175 175 176 176 177 177 178 178 179 179 180 180 181 181 182 183 185

Tabel 1.1 Jenis-jenis larutan 2.1 Istilah Kelarutan Zat 2.2 Kelarutan Beberapa Gas dalam Air 2.3 Kelarutan Kualitatif Garam dalam Air Dan Asam-kuat Encer 2.4 Kelarutan AgCl dan BaSO4 dalam Larutan KNO3 2.5 Pengelompokan Garam Normal Dan Contohnya 3.1 Beberapa Zat Dan Bahayanya 3.2 Label Bahan Kimia Tingkat Teknis 3.3 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen (ACS Specification) 3.4 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen (Pro Analysi) 3.5 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen (USP Specification) 3.6 Bagan Pengenceran Cairan Pekat Satuan Persen 7.1 Toleransi Alat Ukur Volumetrik 8.1 Pasangan Oksidator Dan Reduktor dalam Oksidimetri 9.1 pH Bufer Dan Perubahan pH oleh Penambahan Asam/Basa 9.2 Pembuatan Bufer Baku 9.3 Pembuatan Bufer pH 0,65-4,76 (Bufer CH3COONa-HCl) 9.4 Pembuatan Bufer pH 1,00-2,20 (Bufer KCl-HCl) 9.5 Pembuatan Bufer pH 2,20-4,00 (Bufer KHP-HCl) 9.6 Pembuatan Bufer pH 3,4-5,5 (Bufer As. Sitrat-Natrium Sitrat) 9.7 Pembuatan Bufer pH 3,8-5,6 (Bufer CH3COOH-CH3COONa) 9.8 Pembuatan Bufer pH 4,10-5,90 (Bufer KHP-NaOH) 9.9 Pembuatan Bufer pH 4,6-6,4 (Bufer Na-maleat -NaOH) 9.10 Pembuatan Bufer pH 5,3-8,0 (Bufer Na2HPO4-NaH2PO4) 9.11 Pembuatan Bufer pH 5,8-8,0 (Bufer KH2PO4-NaOH) 9.12 Pembuatan Bufer pH 7,00-9,00 9.13 Pembuatan Bufer pH 7,4-9,2 (Bufer H3BO3-Na2B4O7) 9.14 Pembuatan Bufer pH 8,00-9,10 (Bufer Boraks-HCl) 9.15 Pembuatan Bufer pH 7,8-10,0 (Bufer H3BO3-KCl-NaOH) 9.16 Pembuatan Bufer pH 9,20-10,80 (Bufer Boraks-NaOH) 9.17 Pembuatan Bufer pH 9,60-11,00 (Bufer Boraks-HCl) 9.18 Pembuatan Bufer pH 10,90-12,00 (Bufer Na2HPO4-NaOH) 9.19 Pembuatan Bufer pH 12,00-13,00 (Bufer KCl-NaOH) 9.20 Pembuatan Bufer pH 2,2-8,0 (Bufer Asam Sitrat-Na2HPO4) 9.21 Pembuatan Bufer pH 2,62-9,16 (Bufer Veronal-Asetat-NaOH) 9.22 Pembuatan Bufer pH 2,6-12,0 (Bufer Universal) 10.1 Tipe Koloid Berdasarkan Fasanya

Halaman 13 20 127 128 129 161 197 197 197 198 199 200 202 202

Gambar 2.1 Diagram Skala pH Dan Sifat Keasaman/Kebasaan 3.1 Lambang Bahaya Bahan Kimia 7.1 Teknik Pemindahan Dan Penggunaan Labu Takar 7.2 Melihat Permukaan Larutan Dan Skala Pada Buret 7.3 Pengukuran Dan Pemindahan Cairan Dari Vol-pipet 8.1 Deret Kereaktifan Ligan 11.1 Pembuatan Gas H2 11.2 Elektrolisis Air dengan Pesawat Hoffmann 11.3 Elektrolisis Air dengan Sel Elektrolisis Rancangan 11.4 Pembuatan Gas O2 11.5 Pembuatan Gas CO2 11.6 Pembuatan Gas NH3 11.7 Pembuatan Gas H2S 11.8 Pembuatan Gas SO2

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 216 217 218 219 219 220 220 220 221 221 222 222 223 223 224 224 225 225 226 226 226 227 227 228 229 232 234 235 239 238 239 239 240 241 242 246 258 260

Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.

Satuan Sistem Internasional (Satuan SI) Tetapan Fisika Dan Kimia Satuan Dan Konversi Kelipatan Dan Subkelipatan Dalam Satuan SI Sifat-sifat Air Titik Didih Air terhadap Tekanan Tekanan Uap Air terhadap Suhu Massa-jenis Air pada Berbagai Suhu Massa-jenis Dari Beberapa Pelarut Komposisi/Kepekatan Beberapa Asam-basa Anorganik Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan NH4OH Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Klorida Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Format Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Asetat Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Nitrat Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Sulfat Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Fosfat Massa-jenis dan Persen/kadar dari Gliserol Unsur Kimia dalam Air Laut Botol-plastik yang Digunakan di Laboratorium Awalan Dalam Tatanama Kimia Nama Gugus Sebagai Ion Dan Ligan Derajat Ionisasi Larutan dari Asam-Basa-Garam (180C) Perkiraan Nilai pH Cairan Tetapan Disosiasi Asam-asam Organik dalam Air (250C) Tetapan Disosiasi Basa-basa Organik dalam Air (250C) Tetapan Disosiasi Asam-asam Anorganik dalam Air (250C) Tetapan Disosiasi Basa-basa Anorganik dalam Air (250C) Indikator-indikator Asam-Basa Indikator Pendar-fluor (Indikator Fluoresen) Tetapan Ketakstabilan Kompleks Zat-zat Baku Primer Sifat Fisik Pelarut Dan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal Sifat Fisik Pelarut Dan Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal Daftar Kelarutan Dan Tetapan Hasilkali Kelarutan Senyawa Sifat-sifat Garam Daftar Unsur-unsur Kimia Peralatan Sederhana dalam Laboratorium Kimia 

viii

Mulyono H. Abdul Manan lahir pada tanggal 07 Juni 1952 di Pontianak-Kalimantan Barat. Menamatkan pendidikan menengah dari Sekolah Teknologi Menengah Atas (STMA) di Pontianak pada tahun 1971, dan melanjutkan studi pada tahun 1973 di Jurusan Kimia Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE) IKIP Bandung (kini: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI). Memperoleh gelar Sarjana Muda Pendidikan Kimia pada tahun 1976 dan gelar Sarjana Pendidikan Kimia pada tahun 1980. Gelar Magister Pendidikan Kimia diperoleh dari Program Pascasarjana IKIP Jakarta pada tahun 1989. Bekerja di UPI sejak tahun 1979 dan menjadi dosen tetap pada Mata-mata Kuliah Proses Belajar Mengajar, dan Kimia Fisik. Pengalaman mengajar di Jenjang Pendidikan Menengah antara lain di SMU (1975-1989) dan di SMF (1987-1995). Beberapa hasil-tulis antara lain: ILMU KIMIA 1 - Untuk SMU/MA Kelas 1 Edisi Ke-2 (2002), ILMU KIMIA 2 - Untuk SMU/MA Kelas 2 Edisi Ke-2 (2002), ILMU KIMIA 3 - Untuk SMU/MA Kelas 3 Edisi Ke-2 (2002), STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KIMIA (Tim, 2003; Edisi Revisi), KAMUS KIMIA (2006; Edisi Ke-2). MEMBUAT REAGEN KIMIA DI LABORATORIUM (2017; Edisi Kedua). MODUL KONSEP DASAR KIMIA UNTUK PGSD (2010). PEDOMAN KIT DAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas X SMA/MA (2012). PEDOMAN KIT DAN PENUNTUN PRAKTIKUM SAINS-KIMIA SKALA KECIL - Untuk SMP/MTs (2013). PEDOMAN KIT DAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas XI SMA /MA (2015). PEDOMAN KIT DAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas XII SMA/MA (Draft, 2012; sedang diedit). Beberapa hasil lain (berupa alat peraga-bantu pembelajaran kimia): KIT PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas X SMA/MA (2012). KIT PRAKTIKUM SAINS-KIMIA SKALA KECIL - Untuk SMP/MTs (2013). KIT PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas XI SMA /MA (2015). KIT PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas XI SMA /MA (Sedang disempurnakan). 

Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen antar 2 atau lebih zat berbeda jenis. Ada 2 komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute), dan pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarut-nya. Tabel 1.1 Jenis-jenis Larutan Jenis larutan

Zat penyusun

1. Larutan gas

Campuran antar gas atau antar uap (dalam semua perbandingan). Contoh: “udara” dengan N2 sebagai pelarut.

2. Larutan cair

Zat padat, zat cair, atau gas melarut ke dalam pelarut cair. Contoh: iod dalam alkohol; asam asetat dalam air; O2 dalam air; dst.

3. Larutan padat a. Gas terlarut dalam zat padat b. Zat cair terlarut dalam zat padat c. Zat padat terlarut dalam zat padat (disebut aliasi)

Gas H2 dalam logam paladium; gas N2 dalam logam titanium. Raksa dalam logam emas (amalgam). Seng dalam tembaga (disebut kuningan); karbon dalam besi (disebut baja); timah dalam tembaga (disebut perunggu); dsb.

1

Di samping itu masih ada beberapa macam penggolongan lain terhadap larutan. Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan, dikenal larutan biner (tersusun dari 2 jenis zat); larutan terner (3 jenis zat penyusun); larutan kuartener (4 jenis zat penyusun); dst. Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan nonelektrolit (tidak dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari kemampuan suatu zat melarut ke dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu, dikenal: (1) Larutan tak-jenuh (unsaturated-solution); larutan yang masih dapat melarutkan sejumlah zat terlarutnya. (2) Larutan jenuh (saturated-solution); larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal pada suhu tertentu. (3) Larutan lewat-jenuh (supersaturated-solution); larutan yang mengandung zat terlarut melebihi jumlah maksimumnya. Larutan terakhir ini dapat terjadi pada zat padat yang kelarutannya sangat tinggi terutama pada garam berair kristal tinggi seperti Na2CO3.10H2O, Na2S2O3.5H2O; atau karena penurunan suhu yang cepat. Larutan lewat-jenuh yang terjadi akibat penurunan suhu bersifat kurang/tidak stabil (misalnya oleh goncangan) dan mudah berubah dengan membentuk larutan jenuhnya kembali sedangkan kelebihan zat terlarutnya muncul sebagai kristal zat semula. Pada buku ini, pembahasan hanya ditujukan pada campuran atau larutan berfasa cair dengan air sebagai komponen utama pelarutnya yang selanjutnya dalam buku ini akan diterapkan dengan istilah “larutan”. Membuat sediaan kimia berupa larutan dan pereaksi khusus di laboratorium memerlukan teknik tertentu dengan ditunjang oleh pengetahuan teoretis yang mendasarinya. Kekeliruan atau penyimpangan dalam pembuatan pereaksi kimia (sediaan kimia) akan mengakibatkan hasil pengamatan (data percobaan) menjadi tidak jelas atau hasil analisis menjadi tidak tepat. Hal ini dapat menimbulkan kerugian dan pemborosan yang seharusnya tidak perlu terjadi, bahkan teknik pembuatan yang salah dapat mengancam kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan/atau orang lain. Oleh karena itu penerapan teknik pembuatan sediaan kimia yang benar merupakan pekerjaan penting dan menentukan keberhasilan dalam percobaan atau analisis kimia. 

2

Jenis zat terlarut dan jenis pelarut akan mempengaruhi sifat larutan yang terbentuk. Dalam buku ini uraian lebih menitikberatkan pada zat terlarut dalam pelarut air, dan sifat larutannya. Air merupakan pelarut yang tidak asing lagi dalam kehidupan. Sifat-sifat air seperti mudah diperoleh, mudah digunakan, memiliki trayek cair yang panjang, dan kemampuannya untuk melarutkan berbagai zat adalah sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh pelarut lain. Sifat ini menempatkan air sebagai pelarut universal. Kenyataan inilah yang mendorong banyaknya usaha pengkajian prilaku, perubahan sifat, dan analisis kimia zat sering dilakukan di dalam medium air. A. PROSES MELARUT Melarut (to dissolve) dapat diartikan sebagai: 1) terdispersinya molekul-molekul zat terlarut di dalam molekul-molekul air; misalnya gula dalam air, minyak dalam air, atau dalam hal lain CCl4 dalam benzen. 2) berinteraksinya molekul/ion zat terlarut dengan molekul-molekul air. Interaksi dengan air ini biasa disebut hidrasi (atau istilah umumnya disebut solvasi). Hal ini terjadi pada zat-zat terlarut yang bersifat polar atau bersifat ionis, seperti HCl, NaCl, KCl, Na2SO4, dsb. Contoh: HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq) NaOH(s) → Na+(aq) + OH-(aq) Na2SO4(s) → 2 Na+(aq) + SO4-2(aq)

3) bereaksinya zat terlarut dengan pelarut (air). Contoh: 2 Na(s) + 2H2O(l) → 2 Na+(aq) + 2 OH–(aq) + H2(g) NH3(g) + H2O(l) NH4OH(aq) NH4+(aq) + OH-(aq) CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq) H+(aq) + HCO3-(aq) 3

B. KONSENTRASI LARUTAN Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut. Beberapa satuan konsentrasi yang sering dijumpai antara lain persen-massa; persen-volum; bagian per juta; molalitas; dan molaritas. 1 Persen Massa Simbol satuan: %(b/b). %(massa) =

massa zat terlarut x 100% (massa zat terlarut) + (massa pelarut)

(2.1a)

%(massa) =

massa zat terlarut x 100% massa total larutan

(2.1b)

Contoh : ➢ NaOH 10% (massa) diartikan bahwa per 100 g larutan ini mengandung 10 g NaOH (atau setiap 100 g larutan tersebut terdiri dari 10 g NaOH dan 90 g air, bila pelarutnya air). ➢ 10 ml H2SO4 95% (massa-jenis, d 1,834) terlarut dalam 100 ml air (d 1,00). Konsentrasi larutan asam sulfat ini dalam satuan %(massa) dapat ditetapkan melalui perhitungan berikut. %(massa) = =

(10)(1,834)(95%) g H2SO4 x 100% (10)(1,834) g + (100)(1,00) g

17,423 g H2SO4 x 100% 118,34 g

= 17,5 %

2. Persen Volum Simbol satuan: %(v/v). %(volum) =

volum zat terlarut x 100% (volum zat terlarut) + (volum pelarut)

(2.2a)

%(volum) =

volum zat terlarut x 100% (volum total larutan)

(2.2b)

Contoh: ➢ Alkohol 70% (volum) dapat diartikan bahwa untuk setiap 100 ml larutan ini terdiri dari 70 ml alkohol (etanol) dan 30 ml air (bila komponen selain alkohol hanya air).

4

➢ 25 ml alkohol 70% dicampur dengan 75 ml air, maka konsentrasi larutan alkohol yang terbentuk dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.2 seperti berikut. (25)(70%) mL alkohol %(volum) = x 100% (25 + 75) mL

=

17,5 mL alkohol x 100% = 17,5% alkohol. 100 mL

Catatan: 1. Ada beberapa zat cair dimana satu sama lainnya dapat bercampur dalam semua bagian (disebut misibel penuh), misalnya antara alkohol dan air. 2. Untuk tipe larutan zat cair dalam zat cair, sering dipertukarkan antara istilah pelarut dan istilah zat terlarut seperti pada larutan alkohol dalam air di atas. Penukaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat kemurnian atau kepekatan zat cair yang bersangkutan. Umumnya, kecuali air maka untuk tipe larutan ini, biasanya pernyataan konsentrasinya disertai dengan penyebutan komponen lainnya; misalnya CCl4 30% (v) dalam benzen. 3. Satuan % dapat juga diartikan sebagai tingkat kemurnian atau ketakmurnian zat yang bersangkutan, misalnya H2SO4 95% (massa) menunjukkan adanya zat asing (pengotor) sebesar 5% terhadap asam sulfat tersebut.

3. Bagian Per Juta Simbol satuan: bpj atau ppm. Untuk larutan, antar dua zat penyusunnya dapat dinyatakan suatu hubungan: bpj =

bagian zat terlarut x 10 6 (bagian zat terlarut) + (bagian pelarut)

(2.3a)

Untuk larutan dengan lebih dari 2 zat penyusunnya satuan konsentrasi bpj dapat dirumuskan sebagai: bpj zat A =

bagian zat terlarut x 10 6 (total bagian larutan)

(2.3b)

Contoh: ➢ Suatu air minum mempunyai kandungan besi sebesar 2 bpj. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap 1 liter air minum tersebut (massa jenis  1) mengandung 2 mg besi. ➢ Udara memiliki komposisi (dalam % volum) sebagai 78% N 2; 21% O2; 0,9% argon; 0,03% CO2; dan 0,07% gas-gas lain. Konsentrasi gas CO2 dalam satuan bpj dapat dihitung seperti berikut. bpj zat CO2 =

0,03% CO2 x 10 6 = (0,03)(104 ) = 300. 100%

5

Catatan: 1. Bpj merupakan padanan dari ppm (part per million). 2. Satuan bpj sering diterapkan untuk konsentrasi zat yang kuantitasnya sangat kecil dalam campurannya; terutama banyak dijumpai dalam analisis mikro; analisis spektrometri, atau pada pernyataan komposisi pencemar/racun.

4. Molalitas Simbol satuan: m Satu molal, atau 1 m suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol zat terlarut di dalam 1000 g pelarut. Secara umum berlaku: molalitas A =

mol zat A 1000 g pelarut

(2.4a)

Bentuk lain dari persamaan 2.4a adalah molalitas =

W A x 1000 MA x WP

(2.4b)

Dimana: wA = massa zat A (dalam gram); MA = massa molekul relatif zat A (dalam g/mol); dan WP = massa pelarut (dalam gram) Contoh: ➢ NaCl 0,1 m dapat diartikan bahwa ada 0,1 mol NaCl (atau ada 5,85 g NaCl) terlarut di dalam 1000 g pelarut (dalam hal ini adalah air). ➢ Ke dalam 500 ml air dilarutkan 34,2 g gula, C 12H22O11 (Mr 342). Konsentrasi larutan gula ini dengan satuan molal dapat ditetapkan melalui perhitungan berikut. Mr(gula) = MA = 342; W(gula) = 34,2; W(air) = 500 g (massa-jenis air  1); maka molalitas gula adalah, (34,2 g)(1000) mgula = = 0,2 (342 g/mol)(500 g)

5. Molaritas Simbol satuan: M. Satu molar, atau 1 M suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol suatu zat terlarut di dalam 1 liter larutan, atau 1 mmol zat itu terlarut dalam 1 ml larutan. Secara umum dapat dinyatakan menurut hubungan berikut: molaritas zat A =

mol zat A mmol zat A = 1L larutan 1mL larutan

(2.5a)

6

Persamaan 2.5a dapat diubah menjadi persamaan berikut: molaritas zat A =

w A x 1000 MA x V

(2.5b)

Dimana: wA = massa zat A (dalam g), MA = massa molekul relatif zat A (dalam g/mol), dan V = volum larutan (dalam mL). Contoh: ➢ NaOH 0,1 M mempunyai pengertian bahwa untuk setiap 1 liter (atau 1000 ml) larutan ini mengandung 0,1 mol NaOH (atau 4 gram NaOH). ➢ 6,3 g H2C2O4.2H2O (Mr 126) dituangi dengan air sampai volum larutan mencapai 100 mL. Konsentrasi larutan asam oksalat dalam satuan molar, besarnya adalah:

molaritas H2C2O4 =

(6,3 g)(1000) = 0,5. (126 g/mol)(100 mL)

Catatan: Simbol satuan molar, M dapat juga dinyatakan ke dalam bentuk simbol lain sebagai [ ]. Hubungan antara kedua simbol ini adalah: M = mol/L = mmol/mL; atau dengan simbol lain: [ ] Sebagai contoh, untuk H2C2O4 0,5 M dapat dinyatakan sebagai [H2C2O4] = 0,5.

6. Konversi Satuan Konsentrasi 4 a bpj = ( a )(10 − 4 )% atau a % = ( a )(10 ) bpj

(2.6)

 ( a )(1000)  m  (100 - a )( M ) 

(2.7)

 ( a )(d)(10)  M  ( M ) 

(2.8)

 ( a )(d)(1000)  M 1000 + ( a.M ) 

(2.9)

a%=

a%= am=

( a )(1000)   m  { (1000 .d) - ( a.M ) } 

aM= 

Keterangan: a = harga konsentrasi bpj = bagian per juta % = persen-massa m = molal

(2.10)

M = molar M = massa molekul relatif d = massa-jenis.

Catatan : Rumus/hubungan di atas akan memenuhi bila pelarutnya air (dan massa-jenis air dianggap sama dengan 1). 7

C. KELARUTAN ZAT Hampir sebagian besar zat dapat melarut di dalam air; hanya ada yang mudah/sangat-mudah dan ada pula yang sukar bahkan sangat sukar melarut. Kemampuan melarut suatu zat di dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu berbeda-beda antara satu dengan lainnya. “Jumlah maksimal zat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu” inilah yang disebut kelarutan (solubility) zat itu. Pada umumnya turunnya suhu akan menurunkan kelarutan dari zat terlarutnya. Berbeda dengan dengan gas-gas, kelarutan gas menurun dengan naiknya suhu di samping oleh pengaruh tekanan barometer di atas permukaan larutannya. Biasanya pernyataan kelarutan zat selalu disertai dengan kondisi suhunya atau bila tanpa ada nilai suhunya berarti kelarutannya dimaksudkan pada suhu kamar; sedangkan untuk gas-gas, kelarutannya sering disertai dengan kondisi suhu dan tekanan udara permukaan (tekanan total)-nya. Beberapa istilah “ukuran kelarutan” yang bersifat kualitatif dapat diacu menurut Tabel 2.1. Tabel 2.1 Istilah Kelarutan Zat * Istilah kelarutan

Fraksi atau jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat terlarut

Sangat mudah larut Mudah larut Larut Agak sukar larut Sukar larut Sangat sukar larut Praktis tidak larut

Kurang dari 1 1 – 10 10 – 30 30 – 100 100 – 1000 1000 – 10000 lebih dari 10000

*Farmakope Indonesia, Edisi III, 1979.

1. Kelarutan Gas Gas-gas umumnya sedikit melarut ke dalam air; sementara yang sukar bereaksi dengan pelarut (air) adalah O2, H2, CO, NO, dan gasgas mulia. Gas-gas yang cukup tinggi kelarutannya (dan ada yang dapat bereaksi dengan air) di antaranya adalah gas-gas seperti NH3, CO2, SO2, dan gas hidrogen-halida. Kelarutan beberapa gas di dalam air ditunjukkan pada Tabel 2.2.

8

2. Kelarutan Elektrolit Sifat elektrolit (meliputi asam, basa, dan garam), sifat pelarut, dan juga suhu akan mempengaruhi kelarutan elektrolit tersebut. Tabel 2.2 Kelarutan beberapa Gas dalam Air Gas

Kelarutan (dalam mg per 100 g air) * pada: 0 0C

10 0C

20 0C

25 0C

30 0C

40 0C

N2

2,942

2,312

1,901

1,751

1,624

1,391

O2

6,945

5,368

4,339

3,931

3,588

3,082

H2

0,192

0,174

0,160

0,154

0,147

0,138

CO

4,397

3,479

2,838

2,603

2,305

2,075

NO

9,833

7,560

6,173

5,630

5,165

4,394

CO2

334,6

231,8

168,8

144,9

125,7

97,3

H2S

706,6

511,2

384,6

337,5

298,3

236,1

SO2

22,83a

16,21a

11,28a

9,41a

7,80a

5,41a

*) Saat tekanan total (yakni jumlah tekanan parsial dan tekanan uap air) di atas permukaan cairan adalah 760 mmHg (atau tekanan barometer) dalam gram gas per 100 gram air.

Kecuali asam silikat (H2SiO3), pada umumnya asam-asam mudah larut dalam air. Untuk senyawa basa*, hanya NH4OH (atau amoniak pekat), dan basa-basa dari logam alkali dan logam alkali tanah yang mudah larut sedangkan sebagian besar basa sukar larut di dalam air. Asam dan basa yang melarut ada yang langsung terionisasi sebagian besar, dan ada yang hanya sebagian kecil. Asam dan basa yang sebagian besar berada sebagai ion-ionnya masing-masing disebut asam kuat, dan basa kuat. Sedangkan asam dan basa yang sebagian besar berada sebagai molekul-molekulnya disebut asam lemah dan basa lemah. Basa sukar larut, kelarutannya secara kuantitatif dicirikan dari harga tetapan hasilkali kelarutan ion-ionnya, Ksp (lihat Lamp. 35). Dihubungkan dengan konsentrasi larutan dari asam/basa, secara kualitatif dikenal istilah asam/basa pekat dan asam/basa encer**. Keterangan: * Hanya NH4OH berwujud cair (basa pekat; tepatnya sebagai amoniak cair), umumnya basa berwujud padat berwarna putih kecuali basa-basa dari logam transisi. ** pekat atau encernya suatu larutan menunjukkan banyak atau sedikitnya zat terlarut di dalam sejumlah pelarutnya, dan umumnya larutan tergolong larutan encer apabila konsentrasinya antara 1,0 N – 0,01 N. (Lihat juga Tabel 2.1.)

9

Garam-garam terlarut ada yang langsung terionisasi menjadi kation dan anionnya, dan ada pula yang kemudian mengalami hidrolisis. Kelarutan garam-garam sangat bervariasi. Tabel 2.3 memberikan gambaran kualitatif terhadap kelarutan garam-garam di dalam air dan di dalam asam kuat encer. Untuk garam-garam yang sukar (atau sedikit) larut dalam air, kelarutannya secara kuantitatif pada suhu 250C dicirikan oleh harga tetapan hasilkali kelarutan (Ksp) dari garam yang bersangkutan. (Lihat Lampiran 35.) Tabel 2.3 Kelarutan Beberapa Garam dalam Air dan Asam-kuat Encer Garam

Kelarutan dalam Air

Kelarutan dalam Asam-kuat Encer

Sukar

Mudah

Sukar

Mudah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Nitrat

-

Semua

-

Semua

Sulfat

CaSO4 putih SrSO4 putih BaSO4 putih PbSO4 putih

Selain (2)

CaSO4 putih SrSO4 putih BaSO4 putih PbSO4 putih

Selain (4)

Klorida

AgCl putih Hg2Cl2 putih PbCl2 putih

Selain (2)

AgCl putih Hg2Cl2 putih PbCl2 putih

Selain (4)

Bromida

AgBr kuning Hg2Br2 putih PbBr2 putih

Selain (2)

AgBr kuning Hg2Br2 putih PbBr2 putih

Selain (4)

Iodida

AgI kng.muda Hg2I2 kuning HgI2 merah PbI2 kuning

Selain (2)

AgI kng.muda Hg2I2 kuning HgI2 merah PbI2 kuning

Selain (4)

Karbonat ; Sulfit ; Silikat Fosfat ; Arsenat

Selain (3) (putih)

Na+; K+; NH4+

-

Selain (4)

Sulfida

Selain (3)

Na+; K+; NH4+; Ca2+; Sr2+; Ba2+; Mg2+

Selain (5)

Na+; K+; NH4+; Ca2+; Sr2+; Ba2+; Mg2+; Fe2+; Zn2+; Mn2+

Catatan: 1) Garam-garam PbCl2, PbBr2, dan PbI2 mudah larut dalam air panas. 2) Warna dari beberapa endapan sulfida: hitam

coklat

kuning

kuning kotor

jingga

putih

FeS; CuS; PbS; HgS; Ag2S; Bi2S3

SnS

As2S3; As2S5; CdS; SnS2

MnS

Sb2S3; Sb2S5

SnS

10

3. Larutan Jenuh Konsep larutan jenuh sangat berhubungan erat dengan konsep endapan. Terbentuknya endapan merupakan salahsatu ciri bahwa suatu reaksi telah terjadi. Timbulnya endapan amat bergantung pada kelarutan suatu zat di dalam pelarut, atau pada tercapainya larutan jenuh dari zat itu. Semakin rendah kelarutan suatu zat semakin mudah pencapaian larutan jenuhnya. Telah dikemukakan bahwa elektrolit terutama hampir semua basa dan beberapa garam memiliki kelarutan yang rendah di dalam pelarut air. Larutan jenuh dari elektrolit seperti ini dapat digambarkan secara umum melalui persamaan kesetimbangan larutan jenuhnya seperti berikut. AxBy(s)

x A+y(aq) + y B–x(aq)

(2.11)

Dengan demikian dalam larutan jenuh elektrolit sukar larut, jumlah atau konsentrasi ion-ionnya dalam larutan tidak akan mengalami perubahan (berharga tetap) pada suhu tetap. Oleh karena itu terhadap elektrolit sukar larut, untuk larutan jenuhnya berlaku: Ksp = [A+y]x [B–x]y

(2.12)

Harga Ksp pada suhu kamar untuk setiap elektrolit sukar larut dapat ditemui pada berbagai literatur. (Lihat juga: Lampiran.) Sebagai contoh adalah garam perak karbonat, Ag2CO3 dalam pelarut air dapat membentuk kesetimbangan sebagai: Ag2CO3(s)

2Ag+(aq) + CO32– (aq)

dan berlaku: Ksp = [Ag+]2[CO32–] [Harga Ksp dari Ag2CO3(s) pada 250C adalah 8,45 x 10–12; lihat: Lampiran].

Berdasar pada persamaan (2.12), dapat dikemukakan bahwa bila: 1) hasil perkalian ion = Ksp, berarti larutan bersifat jenuh, 2) hasil perkalian ion < Ksp , berarti larutan bersifat tak-jenuh, dan 3) hasil perkalian ion > Ksp , berarti terbentuk endapan. Dengan menerapkan prinsip kesetimbangan, maka akibat adanya salahsatu ion sejenis di dalam pelarut akan memperkecil jumlah atau konsentrasi dari elektrolit yang melarut; atau dengan kata lain “kelarutan elektrolit menjadi berkurang di dalam pelarut yang 11

mengandung ion sejenis” (efek ini dikenal sebagai efek ion-sejenis). Di samping itu adanya ion-ion tak-sejenis pun atau adanya garam tertentu di dalam pelarut ada yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu elektrolit. Gejala ini dikenal sebagai gejala keaktifan. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan sangat membantu kita untuk memperoleh hasil analisis atau sintesis yang maksimal, misalnya bagaimana untuk memperoleh hasil pengendapan yang sempurna atau hasil pencucian endapan yang efektif. Tabel 2.4 memperlihatkan perubahan kelarutan garam perak klorida, AgCl dan garam barium sulfat, BaSO4 di dalam pelarut (air) yang mengandung garam KNO3. Tabel 2.4 Kelarutan AgCl dan BaSO4 dalam larutan KNO3 1 Konsentrasi KNO3. (dalam molar) 0,000 0,001 0,005 0,010 1

Kelarutan (dalam molar): AgCl BaSO4 –5 1,00 x 10 1,00 x 10–5 1,04 x 10–5 1,21 x 10–5 1,08 x 10–5 1,48 x 10–5 1,12 x 10–5 1,70 x 10–5

Day & Underwood (l981: p. 224).

D. pH AIR DAN pH LARUTAN 1. pH Air Air tergolong elektrolit sangat lemah*, dan dapat terionisasi sendiri (autoionisasi) menurut kesetimbangan, H2O

H+ + OH–

Tetapan kesetimbangan ionisasinya adalah, K=

[H+ ] [OH− ] , atau [H2O]

Kw = [H+][OH–]

(2.13)

dimana Kw dinamakan tetapan autoionisasi air (atau biasa dikenal sebagai tetapan ionisasi air). Melalui perhitungan yang berdasarkan *daya hantar listrik air pada 25 0C adalah 6,0 x 10– 8 ohm–1 cm–1.

12

pada hasil pengukuran hantaran listrik terhadap air, diperoleh harga Kw sebesar 1,0 x 10– 14 pada 25 0C. Dengan demikian untuk air murni pada 25 0C besarnya [H+] = [OH–] = 10– 7. Konsentrasi dari ion H+ atau ion OH– dalam larutan akan menentukan sifat keasaman atau sifat kebasaan dari larutan itu. Adanya zat terlarut seperti asam, basa, atau garam dapat mengubah konsentrasi ion-ion tersebut dalam larutannya. Melarutnya asam ke dalam air akan memperbesar konsentrasi H+ sedangkan basa akan memperbesar konsentrasi OH–; sementara garam dapat memperbesar [H+] atau [OH–] bergantung pada tipe dari garam yang melarut. Cara yang paling populer untuk menyatakan tingkat keasaman atau tingkat kebasaan suatu larutan adalah seperti yang diperkenalkan oleh Sorensen, yakni dengan menggunakan skala pH (kadang disebut skala Sorensen). pH didefinisikan sebagai, negatif logaritma dasar 10 dari konsentrasi ion H+. Atau secara matematis dapat dinyatakan sebagai: pH = – log [H+]

(2.14)

dan berlaku juga: pOH = – log [OH–]

(2.15) pH

0

1

2

3

4

semakin asam

5

6

7 netral

8

9

10

11

12

13

14

semakin basa

Gbr 2.1 Diagram skala pH dan sifat keasaman/kebasaan

Karena harga tetapan ionisasi air (Kw) adalah 10–14 pada 250C, maka untuk air murni berlaku: pH + pOH = 14

(2.16)

Dengan demikian pH (maupun pOH) dari air murni adalah 7 (netral).

13

2. pH Larutan Asam Asam-asam umumnya melarut dan terionisasi di dalam air memberikan ion H+ sehingga memperbesar konsentrasi ion ini dalam larutan. Banyaknya ion H+ yang terbentuk bergantung pada kekuatan suatu asam, dan biasanya dicirikan oleh derajat-ionisasi asam () atau tetapan ionisasi asam (Ka) dari asam itu sendiri. pH larutan asam dapat diduga (dihitung) melalui hubungan berikut apabila nilai  atau nila Ka-nya diketahui. [H+] = {n..Ca}

(2.17a)

Atau: [H+]2 = Ca .Ka

(2.17b)

dimana Ca = konsentrasi asam, n = valensi asam;  = derajat ionisasi asam; dan Ka = tetapan ionisasi asam. Catatan: Untuk asam-asam kuat, nilai  dapat dianggap sama dengan 1. Contoh Soal: Berapa liter akuades yang harus ditambahkan ke dalam 5 mL asam sulfat 6 M agar diperoleh larutan asam sulfat dengan pH 1? Penyelesaian: pH = – log {n..Ca} Rumus molekul asam sulfat: H2SO4 H2SO4 (asam kuat) 5 mL H2SO4 6M pH = 1

    

[H+] = {n..Ca} n=2 =1 30 mmol H2SO4 [H+] = 10 –1 = 0,1

Volum asam = 5 mL; volum air = x mL; volum larutan = (x+5) mL. Diperoleh harga hubungan {n..Ca} = 0,1; sehingga Ca = (0,1)/(2) = 0,05 mmol/mL. Hubungan konsentrasi asam (Ca), mol asam, dan volum larutan adalah,

Ca =

mol asam 30 mmol = = 0,05 mmol/mL  (0,05)(x + 5) = 30. volum larutan (x + 5) mL

Diperoleh: x = 595. Jadi banyaknya air yang harus ditambahkan kedalam 5 mL asam adalah 595 mL.

Hal lain untuk dikaji proses penyelesaiannya: (1) Asam format 0,1 N dengan Ka = 1,77 x 10–5 memiliki pH larutan sebesar 2,88. (2) Derajat ionisasi () dari CH3COOH 0,01 M adalah 0,042. Hasil perhitungan, larutan ini mempunyai pH = 3,38.

14

Catatan: Asam-asam lemah poliprotik, harga Ka dari tahap pertama ionisasinya umumnya memiliki nilai jauh lebih besar dari harga Ka dari tahap kedua bahkan tahap ketiganya. Contoh berikut dapat memperjelas hal ini. Tahap 1: Tahap 2: Tahap 3:

H3PO4 H2PO4– HPO4–2

H+ + H2PO4– H+ + HPO4–2 H+ + PO4–3

Ka(1) = 7,5 x 10–3 Ka(2) = 6,2 x 10–8 Ka(3) = 1,0 x 10–12

Biasanya untuk menyederhanakan perhitungan perkiraan harga pH larutan asam lemah polivalen seperti H3PO4 di atas, nilai Ka yang diterapkan cukup dari tahap ionisasi pertamanya untuk selanjutnya disubstitusikan ke persamaan (2.17b).

3. pH Larutan Basa Telah dikemukakan bahwa hampir sebagian besar basa tergolong sukar larut, dan hanya sebagian kecil yang mudah larut; dii antara basa terakhir ini hanya beberapa yang bersifat basa kuat. Untuk basa-basa lemah seperti NH4OH, anilin, dan seterusnya, maka konsentrasi ion-ion OH– ditentukan dari nilai  (derajat ionisasi) atau nilai Kb (tetapan ionisasi basa)-nya. Beberapa hubungan di bawah ini dapat diterapkan untuk memperkirakan harga pH larutan basa terutama dari basa yang mudah larut. pH = 14 – log [OH-]

(*)

[OH–] = {n..Cb}

(2.18a)

[OH–]2 = Cb .Kb

(2.18b)

dimana Cb = konsentrasi basa, n = valensi basa;  = derajat ionisasi basa; dan Kb = tetapan ionisasi basa. Untuk basa-basa kuat, nilai  dapat dianggap samadengan 1. Keterangan (*) bentuk lain dari persamaan 2.16.

Beberapa contoh: 1. Ke dalam 250 mL air ditambahi 0,1 g NaOH (Mr = 40). Jika volum basa terlarut ini diabaikan, pH diperkirakan sebesar 12. 2. Larutan basa lemah, NH4OH 0,1 M memiliki derajat ionisasi basa () = 0,04. pOH dan pH dari larutan basa ini dapat dihitung seperti berikut. Penyelesaian:

Cb = 0,1;  = 0,04; dan n = 1 pOH = – log {(1)(0,04)(0,1)} = – log (4 x 10– 3) = 3 – log 4 = 3 - 0,6 = 2,4 pH = 14 – 2,4 = 11,6 15

3. Larutan basa lemah, NH4OH berkonsentrasi 0,1 M. pOH dan pH-nya dapat diduga melalui perhitungan berikut. Penyelesaian:

Nilai Cb = 0,1 dan nilai Kb (NH4OH) = 1,77 x 10–5 (dari tabel) disubstitusikan ke dalam persamaan 2.19b maka, [OH-]2 = (0,1)(1,77 x 10-5) = 1,77 x 10-6 [OH-] = 1,33 x 10-3 pOH = 3 – log 1,33 = 3 – 0,12 = 2,88. pH = 14 – 2,88 = 11,12

Dalam hal lain, basa-basa yang tergolong kurang larut di dalam air akan membentuk sistem kesetimbangan antara basa dengan ion terlarutnya termasuk ion OH–. Adanya ion OH– yang berasal dari basa sukar larut kadang perlu diperhitungkan pengaruhnya terhadap pH lingkungannya terutama bila lingkungan itu harus dipersyaratkan netral (pH 7). Pengaruh ini dapat diperkirakan dari jumlah basa yang terlarut atau harga tetapan hasilkali kelarutan (Ksp)-nya. B(OH)n(s) x

B+n (aq) + n OH– (aq) x

n.x

Untuk kelarutan basa sebesar x, maka konsentrasi ion terlarutnya adalah [B+n] = x dan [OH-] = n.x. Sehingga persamaan hasilkali kelarutannya (Ksp) secara umum adalah: Ksp = [B+n][OH-]n = (x)(n.x)n; atau, Kelarutan basa atau konsentrasi basa terlarut (x) yang menentukan konsentrasi [OH-] dapat diperkirakan dari hubungan:

x = n+1

K SP nn

[OH- ] = n. n+1

(2.18c)

K SP nn

(2.18d)

Keterangan: n = valensi basa, x = kelarutan basa (dalam mol/L), dan KSP = tetapan hasilkali kelarutan basa.

Dengan demikian pOH dapat dihitung dan pH dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan 2.16. Contoh: 2,5 g Ba(OH)2 dituangi air sebanyak 250 mL. Perkirakanlah pH larutan ini.

16

Penyelesaian:

Dari Tabel: Mr{Ba(OH)2} = 171,4; dan Ksp {Ba(OH)2} = 2,55 x 10– 4 Sebelumnya diteliti dulu, apakah basa sejumlah 2,5 g tersebut melarut seluruhnya. Kelarutan basa (x) dapat dihitung seperti berikut: Ksp = (x)(2x)2 = 2,55 x 10– 4  x = {0,64 x 10– 4}1/3 = 4 x10– 2 mol Ba(OH)2 per liter = 6,86 g Ba(OH)2 per liter. Ba(OH)2 yang dapat larut dalam 250 mL air hanya sebesar adalah: 1,715 g. Dengan kata lain basa tersebut tidak melarut seluruhnya. Kontribusi ion OH– hanya berasal dari basa yang melarut, sehingga: [OH– ] = n.x = (2)(4 x 10– 2) = 8 x 10– 2 pOH = - log (8 x 10– 2) = 1,1 Jadi pH larutan basa tersebut adalah 14 – 1,1 = 12,9.

4. pH Larutan Garam Sifat larutan dari garam bergantung pada ion-ion pembentuk garam itu. Ion-ion pembentuk garam ada yang stabil di dalam air, dan ada yang tidak stabil karena dapat bereaksi dengan air (ter-hidrolisis). Ion-ion yang terhidrolisis inilah yang dapat mempengaruhi pH larutannya atau lingkungannya. Dengan kata lain, garam tertentu dapat mempengaruhi pH larutannya. Pada bagian ini ada 4 kelompok garam normal yang akan disinggung. Tabel 2.5 Pengelompokan Garam Normal dan Contohnya. Kelompok Garam

Garam-1 Garam-2 Garam-3 Garam-4

Ion pembentuk garam dari: Basa

Asam

kuat kuat lemah lemah

kuat lemah kuat lemah

Contoh

NaCl; KNO3; K2SO4; dst. NaCN; CH3COOK; Na 2CO3; dst. FeCl3; NH4Br; CuSO4; dst. CH3COONH4; NH4CN; dst.

Catatan: Garam-1, -2, dan garam-3 tergolong garam kuat (  1).

Garam-1 yang melarut akan menghasilkan ion-ion yang stabil dan tidak bereaksi dengan pelarut air. Dengan demikian, kelarutan garam-1 tidak menyebabkan perubahan konsentrasi ion H+ maupun ion OH– dari pelarut, sehingga pH larutannya sama dengan pH air yakni 7 (jika pelarutnya air). Berbeda jika yang melarut adalah jenis garam-2, garam-3, dan garam-4. Ketiga jenis garam ini mengandung ion-ion yang berasal dari 17

asam lemah dan/atau basa lemah. Ion-ion ini akan bereaksi dengan pelarut air; atau dengan kata lain, garam-garam tersebut mengalami hidrolisis-sebagian (jika salah satu ion pembentuknya bereaksi dengan pelarut air) atau mengalami hidrolisis-total (jika kedua jenis ion pembentuknya bereaksi dengan pelarut air). Peristiwa ini akan mengakibatkan perubahan konsentrasi ion H+ atau ion OH– dalam larutan; dan menyebabkan larutannya bersifat asam (pH < 7) atau bersifat basa (pH > 7) bergantung pada jenis ion yang bereaksi tersebut. Contoh reaksi hidrolisis: Garam

Na2CO3

Reaksi yang terjadi:

CO32– + 2 H2O

H2CO3 + 2 OH–

NH4Br

NH4+ + H2O

NH4OH + H+

NH4CN

NH4+ + H2O CN – + H2O

NH4OH + H+ HCN + OH–

Pada contoh di atas, hidrolisis garam berhubungan erat dengan pembentukan asam lemah atau basa lemah yang bersangkutan; atau secara umum berhubungan erat dengan asam- atau basakonyugasinya. Oleh karena itu pH larutan garam akan berhubungan dengan jumlah garam terlarut dan juga harga dari Ka dan/atau Kb dari asam/basa lemah yang terbentuk. Untuk singkatnya, di bawah ini diberikan rumusan atau hubungan matematis untuk memperkirakan pH dari larutan garam-garam yang terhidrolisis. Kelompok Garam

Perkiraan pH larutan garam

Garam dari AkBl

pH = 7 – ½ (log [G] – log Kb )

Garam dari AlBk

pH = 7 + ½ ( log [G] – log Ka )

Garam dari AlBl

pH = 7 +

1

2

(log

Kb ) Ka

Keterangan: [G] = konsentrasi garam; A = asam; B = basa; k = kuat; l = lemah; Ka = tetapan ionisasi asam; Kb = tetapan ionisasi basa. Catatan: Selain garam normal, dikenal juga tipe garam lain seperti: ▪ Garam Asam (NaHCO3; KHSO4; NaH2PO4; dst.). ▪ Garam Basa {Ba(OH)NO3; Ca(OH)Cl; dst.}. 18

▪ Garam Rangkap {K.NH4(SO4); K.Na2(PO4); KAl(SO4)2; dst.}. ▪ Garam Kompleks {K3[Fe(CN)6]; K4[Fe(CN)6]; [Ag(NH3)2]Cl; dst.}. Umumnya garam-garam ada yang mengandung air kristal. (Lihat: Lampiran 36.)

5. pH Campuran Bufer (Secara lengkap dibahas pada bab tersendiri, yakni Bab 09.) 

19

A. MENGENAL ZAT Pengenalan terhadap zat merupakan hal yang sangat penting dan suatu keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan zat (terutama di laboratorium atau gudang kimia) atau yang akan mengemas, menggunakan, atau memperlakukan zat itu dalam pekerjaaan tertentu. Kemampuan ini sangat penting dan sangat membantu bagaimana orang itu seharus dan sebaiknya berbuat sehingga diri dan lingkungannnya tetap bersih, sehat, dan aman di samping pekerjaannya menjadi lebih lancar dan cermat. 1. Sifat Zat Zat dalam keseharian dapat dibedakan sebagai: ▪ bahan (material) yakni zat yang menjadi komponen dari suatu proses atau pembentukan barang atau produk. ▪ pereaksi (reagent), yakni zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis kimia. Sifat zat meliputi sifat fisis dan sifat kimia. Sifat-sifat ini meliputi antara lain wujud, warna, bau, titik didih, titik bakar, higroskopis, daya larut, daya cemar, daya rusak, daya racun, rumus molekul, rumus kristal, dan kereaktifan. Sebagian besar zat kimia merupakan pencemar bagi lingkungannya, dan sekelompok zat ada yang bersifat mudah terbakar, mudah meledak, korosif (terutama asam-asam), merusak organ tubuh, atau meracuni organisme. Kereaktifan zat dapat diartikan sebagai kemudahan zat itu bereaksi dengan zat tertentu, udara, cahaya, atau benda lain di sekitarnya.

20

Tabel 3.1 Beberapa Zat dan Bahayanya. Sifat

Contoh Zat

Bahaya/Akibat

Mudah terbakar/menyala Mudah meledak Iritasi saluran pernafasan Iritasi kulit Iritasi mata Hidrasi Oksidator

Pelarut organik, P, CS2, TNT, KClO3 Cl2, NO2 (asam HNO3) Basa kuat, fenol Metanol. H2SO4 pekat HNO3, H2SO4, KMnO4, KCr2O7, KCrO4, KClO3, H2O2 Asam-asam Benzena, toluen, Cl2(g), Br2(g), Hg(g) Benzena, toluen, Cl2(g), Br2(g), Hg(g) Umumnya limbah kimia

Kebakaran Ledakan Merusak jaringan Kulit melepuh/terbakar/gatal Buta (terminum), gangguan mata Membakar kulit, melapukkan kain Merusak peralatan logam, kulit, plastik/karet. Merusak benda (logam/kayu) Kanker/gangguan pernafasan.

Korosif Racun Racun Pencemar

Kanker/gangguan pernafasan/ kerapuhan tulang. Pencemaran (air, tanah, udara)

Zat yang diperdagangkan sering disertai dengan lambang tertentu pada label/etiket kemasannya, terutama dimaksudkan pada bahaya atau akibat yang dapat ditimbulkan oleh zat yang bersangkutan. Beberapa lambang yang sering dijumpai pada reagen yang diperdagangkan adalah seperti berikut: E

Gbr 3.1a Lambang E (explossive); berarti bahan kimia bersifat dapat meledak. F

Gbr 3.1b Lambang F (highly flammable); berarti bahan kimia bersifat mudah menyala/terbakar. F+

Gbr 3.1c Lambang F+ (extremely flammable); berarti bahan kimia bersifat sangat mudah terbakar . 21

O

Gbr 3.1d Lambang O (oxidant substance); berarti bahan kimia bersifat pengoksidasi. T

Gbr 3.1e Lambang T (toxic); berarti bahan kimia bersifat racun. T+

Gbr 3.1f Lambang T+ (very toxic); berarti bahan kimia bersifat racun-kuat. C

Gbr 3.1g Lambang C (corrosive); berarti bahan kimia bersifat korosif; atau dapat merusak jaringan hidup. X Gbr 3.1h Lambang X (harmful/irritant); berarti bahan kimia dapat melukai atau bersifat iritasi. Lambang Xn (harmful); lambang Xi (irritant).

N Gbr 3.1i Lambang N (dangerous for the environment); berarti bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam lingkungan kehidupan. Gbr 3.1 Lambang Bahaya dari Bahan-bahan Kimia 22

Kemasan suatu zat dapat mengandung 1 bahkan lebih lambang yang menandakan bahaya yang dapat ditimbulkannya. Namun demikian kemasan tanpa lambang bahaya bukanlah berarti bahwa zat yang bersangkutan aman atau bebas bahaya; setiap bahan atau reagen kimia harus berhati-hati di dalam memperlakukannya. Umumnya bahan kimia bersifat racun bagi tubuh bila masuk ke dalam tubuh melalui oral (lewat tangan tidak bersih) atau luka. Mengenal dulu sebelum berhubungan langsung dengan zat yang bersangkutan akan memberikan rasa aman bekerja; dan rasa takut atau sikap hati-hati yang berlebihan dalam memperlakukan suatu zat merupakan tindakan yang tidak perlu. 2. Tingkat Spesifikasi Zat Bagi laboran, analis, atau pelaku penelitian perlu mengetahui sifat atau spesifikasi pereaksi (reagen) yang akan digunakan; salah satunya adalah tingkat kemurnian zat yang diperkenankan menurut jenis analisis yang diterapkan. Umumnya berdasar pada kriteria ini zat-zat dapat dikelompokkan sebagai berikut. ▪ Tingkat Teknik (Technical Grade) 1) Zat-zat ini umumnya digunakan untuk kebutuhan industri, dan jarang digunakan untuk tujuan analisis kimia kecuali (a) untuk larutan pembersih/pencuci, dan (b) untuk larutan pereaksi kualitatif (demonstratif) bila masih dapat memberikan hasil yang cukup jelas; atau bila pengotornya masih dapat diperkecil melalui proses dengan cara tertentu sebelum digunakan. 1)

Istilah lainnya: tingkat komersial.

▪ Tingkat Farmasi (Pharmaceutical Grade) Pereaksi ini tingkat kemurniannya memenuhi kebakuan USP (United States Pharmacopeia) dan biasanya digunakan untuk kebutuhan bidang farmasi dan kedokteran; sebagai pereaksi kimia di laboratorium, tingkat kemurnian ini cukup memenuhi kecuali untuk analisis kimia. ▪ Tingkat Murni (Chemically Pure, CP) 2) Pereaksi pada tingkat ini umumnya jauh lebih murni dari pereaksi Tingkat Farmasi (kata ‘murni’ di sini berarti murni secara kimiawi). Tidak ada ketentuan khusus mengenai aturan kebakuan umum terhadap tingkat kemurniannya. Oleh karena itu biasanya setiap pabrik pembuatnya mencantumkan keterangan mengenai tingkat kemurnian. 2)

Istilah lainnya: General Purpose Reagents¸ GPR) 23

Umumnya pereaksi tingkat ini dapat digunakan sebagai pereaksi analisa, namun untuk analisis kimia tertentu. pereaksi Tingkat Murni perlu diuji lagi ketidakmurniannya sebelum digunakan. ▪ Tingkat Pereaksi (Analyzed Grade) 3) Pereaksi tingkat ini memenuhi aturan kebakuan yang ditetapkan oleh The American Chemical Society Committee on Analytical Reagents, dan pabrik pembuatnya akan mencantumkan pernyataan “Conforms to ACS Specifications” pada label pereaksi yang juga memuat daftar pengotor dan persen kemurniannya. Untuk kepentingan baku primer, kemurnian 99,5–100,5% cukup memenuhi persyaratan analisis. 3)

Istilah lainnya: Pro Analysi, p.a. ; Analaar Reagent, AR; Guaranteed Reagent, GR).

Berikut ditunjukkan beberapa contoh etiket yang sering dijumpai pada kemasan zat kimia. Tabel 3.2 Label Bahan Kimia Tingkat Teknis

PERAK NITRAT Kristal Teknis AgNO3 > 99%

Isi 500 Gram Net

Tabel 3.3 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen

Potassium Biphthalate, Crystal, Primary Standard Meet ACS Specification Assay Insoluble matter pH of a 0,05 M solution at 250C Chlorine compound (as Cl) Senyawa belerang (as S) Heavy metal (as Pb) Iron (as Fe) Sodium (as Na)

99,95 – 100,5 % 0,005 % 4,00 0,003 % 0,002 % 0,0005 % 0,0005 % 0,0005 %

24

Tabel 3.4 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen (pro analysi; p.a.)

500 G

PRO ANALYSI Ammonium eisen(II)sulfat

Zur Analyse

Ferro Ammonium Sulphate Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O

Garantieschein Gehalt Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O Min. 99% Chlorid (Cl) Max. 0,001% Phosphat (PO4) ,, 0,009% Blei (Pb) ,, 0,001% Cuper (Cu) ,, 0,002% Eisen(III) (Fe) ,, 0,01% Zink (Zn) ,, 0,005% Mangan (Mn) ,, 0,05% Magnesium (Mg) ,, 0,01% Calcium (Ca) ,, 0,01% Natrium (Na) ,, 0,01% Kalium (K) ,, 0,01%

Tabel 3.5 Etiket Bahan Kimia Tingkat Reagen 1 LB (453,6 Gm.)

0984

Mallinck

rodt IODINE

U.S.P Resublimed Crystals

I

At.Wt. 126,91

FOR PRESCRIPTION COMPOUNDING MALLINCKRODT CHEMICAL WORKS ST. LUIS • NEW YORK • MONTREAL

DANGER !

POISONOUS IF SWALLOWED CAUSES IRRITASION OF SKIN, EYES, NOSE, AND THROAT Avoid breathing dust of vapor. Avoid contact with skin and eyes. In case of contact: Immediately flush skin or eyes with planly of water for at least 15 minutes; for eyes, get medical attention.  POISON 

B. TEKNIK PELARUTAN DAN PENGENCERAN Telah diketahui bahwa setiap zat padat, zat cair, atau setiap gas memiliki kemampuan melarut berbeda di dalam suatu pelarut. Perbedaan wujud ini memberi petunjuk bahwa pelarutan harus menggunakan cara-cara atau teknik-teknik tertentu. Rencana dan prosedurnya pun berkembang sesuai dengan sifat melarut dan sifat percobaan/analisis yang diterapkan dan sifat zat yang terlibat. Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan menuntut sediaan pereaksi tertentu agar analisis/eksperimen itu memberikan hasil yang tepat dan teliti. Berarti, jenis peralatan dan spesifikasi zat yang dipilih pun harus memenuhi persyaratan agar diperoleh hasil sediaan yang mendukung tujuan analisis. Dengan demikian, pembuatan sediaan 25

pereaksi berupa larutan akan menuntut cara atau teknik pembuatan dengan prosedur tersendiri bergantung pada sifat pembentukan larutan itu. Sebagai contoh adalah pembuatan larutan antara NaCl 1 M dan NaCl 0,1000 M, atau antara HCl 1 M dan HCl 0,1000 M. Yang pertama, melibatkan teknik pengukuran massa dan teknik pelarutan; sedangkan yang kedua, melibatkan teknik pengukuran volum dan teknik pengenceran. Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan; dan proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran. Uraian tentang teknik pelarutan dan teknik pengenceran berikut masih bersifat umum dan singkat, uraian rinci dapat dijumpai pada bab tersendiri tentang pembuatan larutan atau pereaksi khusus. 1. Teknik Pelarutan Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering dilakukan dalam keseharian. Caranya, “sejumlah zat padat dituangi sevolum pelarut” atau “sevolum pelarut dimasukkan sejumlah zat padat”; biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari zat padat sebagai pereaksi umum atau pereaksi khusus tidaklah sesederhana itu apalagi bila pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainnya. Pembuatnya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Bayangkan bila terjadi kesalahan; akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal, tenaga dan waktu hilang, data pengamatan yang tidak jelas, serta hasil analisis yang tidak tepat (salah). Beberapa hal dan langkah tentang pembuatan larutan dari padatan dan teknik pelarutannya yang harus diperhatikan adalah, Hal

Langkah

1. Sifat analisis

1. Tetapkan: kulitatif atau kuantitatif (sesuaikan dengan tujuan analisis.)

2. Kuantitas larutan (volum, konsentrasi) 3. Kuantitas zat padat (rumus, kelarutan, massa)

2. Tetapkan: sesuai dengan kebutuhan.

4. Sifat zat padat a) 5. Alat ukur massa (neraca)

3. Tetapkan: rumus zat padat (kristal), daya larut, dan massa padatan yang akan dilarutkan (dihitung). 4. Tetapkan: stabil, higroskopis, atau bereaksikah dengan air. 5. (Jika kualitatif), gunakan: neraca T/SA, atau (Jika kuantitatif): neraca T dan neraca A b)

26

6. Alat ukur volum

6. (Jika kualitatif), gunakan: gelas uku c). (Jika kuantitatif), gunakan: labu takar.

7. Pelarutan d)

7. Teknik Pelarutan

a. Peralatan pendukung e)

a. Siapkan: gelas kimia, batang pengaduk, botol timbangf), corong, pipet tetes, botol semprot, botol kemasan pereaksi.

b. Pelaksanaan g)

b. (Jika kualitatif): pidahkan padatan ke gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukup-nya; lalu pindahkan ke gelas ukur, dan tuangi akuades sampai tanda batas. h) (Jika kuantitatif): pindahkan dulu seluruh padatan ke gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukupnya; lalu pindahkan seluruhnya (secara kuantitatif) ke labu takar lewat corong; tambahkan akuades sedemikian; keringkan bagian atas skala; lalu terakhir secara tetes per tetes sampai tanda batas volum; tutup labunya; dan homogenkan. i)

c. Pengemasan

c. Bilasi botol pereaksi bersih/kering dengan sedikit larutan di atas, dan pindahkan seluruh larutan ke botol ini; tutup; dan beri label dengan jelas.

Keterangan: a)

Terhadap zat tertentu, biasanya untuk tujuan analisis kuantitatif diterapkan perlakuan khusus, seperti pengeringan (misal asam oksalat), atau sublimasi (iodium). (Lihat selanjutnya: larutan baku primer.)

b)

Teknik mengukur massa zat secara kuantatif: timbang zat secara kasar (mendekati) di neraca teknis (T); lalu dengan neraca analitik (A), baca hasilnya, dan catat sampai 4 desimal.

c)

Gunakan gelas ukur yang sesuai atau mendekati volum cairan yang akan diukur.

d)

Sifat zat dan sifat analisis (kualitatif atau kuantitatif) menentukan teknik yang diterapkan dan alat yang digunakan. Jika zat bersifat mudah larut dan larutannya bersifat encer (kualitatif), pelarutan dapat langsung di gelas pengukurnya. Jika zat terutama garam bersifat mengalami hidrolisis, pelarutannya dengan sedikit akuades bersuasana asam lalu encerkan sesuai volum yang diinginkan. Jika zat bersifat higroskopis atau dapat berubah selama penimbangan tetapi larutannya memenuhi syarat sebagai larutan baku maka pembuatan awal larutannya dilakukan secara kualitatif kemudian harus dilanjutkan dengan pembakuan terhadap larutan baku primer (titrimetri). Lihat selanjutnya: larutan baku primer dan pembakuan larutan.

e)

Jenis dan jumlah alat pendukung bergantung pada teknik pelarutan (berdasar subskrit d). Jika larutan ini harus dibakukan, peralatan titrimetri diperlukan seperti labu Erlenmeyer, pipet volum, buret, dan lain di samping larutan/pereaksi yang terlibat dalam pembakuan. 27

f)

Jika zat bersifat stabil selama penimbangan, dapat digunakan kertas licin atau gelas kimia kecil untuk wadah zat.

g)

Pelaksanakan pencampuran/pelarutan bergantung pada hal 1, hal 4, dan subskrit d. Jika zat cukup mudah larut, kalor pelarutannya rendah, dan sedikit jumlahnya, zat dapat langsung dipindahkan ke gelas ukur, larutkan dengan akuades secukupnya. Jadikan volum larutan sampai tanda batas. h) Jika zat cukup mudah larut dan kalor pelarutannya rendah (terutama asam), zat dapat langsung dipindahkan lewat corong ke labu takar, semprot dengan sejumlah akuades, goyang labunya hingga zat melarut. Jadikan volum larutan sampai tanda batas dengan cara yang sama. g)

Untuk memberikan gambaran lebih khusus, berikut ditunjukkan perbedaan dalam pembuatan larutan antara 250 mL NaCl 0,1 M dan 250 mL NaCl 0,1000 M. a) Pembuatan larutan 250 mL NaCl 0,1 M. ●Perencanaan: —Gunakan NaCl dengan spesifikasi teknis atau farmasi—terapkan Mr (NaCl) = 58,5 g/mol. —Perhitungan massa NaCl = (0,25 L)(0,1 M) = 0,025 mol = (0,025)(58,5) g  1,5 g. ●Pelaksanaan: —Timbang NaCl kira-kira sejumlah itu dengan neraca teknis atau semi analitis (misal: hasilnya 1,48). —Pindahkan ke gelas ukur 250 mL; tambahkan 50 mL; goyang hingga homogen; terakhir, jadikan volum akhir larutan sampai tanda batas. —Diperoleh: 250 mL NaCl 0,1 M (kualitatif).

b) Pembuatan larutan 250 mL NaCl 0,1000 M. ⚫Perencanaan: —Gunakan NaCl dengan spesifikasi p.a.—terapkan harga Mr (NaCl) = 58,453 g/mol. —Perhitungan massa NaCl: massa NaCl = (0,250 L)(0,1000 M) = 0,0250 mol = (0,025)(58,453) g = 1,4613 g. ⚫Pelaksanaan: —Timbang NaCl dengan neraca teknis sebanyak 1,4613 g  1,5 g (gunakan kertas licin). —Timbang ulang kertas dan isi dengan neraca analitis-elektronik; baca langsung hasilnya (misal: 4,7836 g). —Pindahkan hati-hati semua kristal ke labu takar 250 mL melalui corong; sementara timbang kertas kosongnya pada neraca analitis-elektronik (baca langsung, misal 3,3011 g).

28

—Alirkan akuades pada corong secara memutar hingga mengisi 1/3 volum labu; goyang labu perlahan hingga kristal melarut; tambahkan akuades sampai volum sedikit di bawah skala; keringkan bagian atas skala dari labu; lanjutkan penambahan tetes per tetes akuades sampai tanda batas; tutup rapat; dan homogenkan cairan. ⚫Perhitungan konsentrasi: —(Massa kertas + isi) – (massa kertas) = (4,7836 g) – (3,3011 g) = 1,4825 g. massa NaCl (volum larutan)(M r ) 1,4825 g = (0,250 L)(58, 4530 g/mol)

— Molaritas NaCl =

= 0,101449 mol/L  0,1014 M.

—Diperoleh: 250 mL NaCl 0,1014 M (kuantitatif). (Lihat juga: Pembuatan larutan baku NaCl.) Catatan: • Kadang, sediaan pereaksi sebagai larutan dari zat padatnya harus disiapkan dalam satuan kadar tertentu seperti persen-massa (%b/b), molalitas (m) atau bagian per juta (ppm). Massa zat padat dan volum pelarut yang harus dicampurkan dapat diperkirakan melalui hubungan 2.1; hubungan 2.3; atau hubungan 2.4. • Beberapa asam ada yang berwujud padat, kebanyakan berwujud cair; dan pembuatan larutan asam dari cairan pekatnya melalui teknik pengenceran. Untuk memperoleh larutannya dalam satuan persen-massa tidak dilakukan pengukuran massa, tetapi melalui pengukuran volum (hasil konversi satuan).

2. Teknik Pengenceran Pada umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat; ada yang berasap, dan yang bersifat korosif. Zat cair organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam anorganik dan beberapa cairan organik sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut. Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan pekat organik pada dasarnya tidak begitu berbeda. Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volum dan teknik pelarutan (teknik pencampuran). Tentang kedua teknik ini, beberapa hal harus diperhatikan seperti diuraikan berikut ini.

29

a. Teknik Pengenceran dari Cairan Pekat Pra Pengenceran

▪ Hitung volum cairan pekat dan volum akuades yang akan diukur. ▪ Ukur volum akuades tersebut dan siapkan di dalam gelas kimia. Teknik pengukuran volum cairan pekat

▪ Mengingat sifat zat cair pekat, maka pengukuran volumnya harus dilakukan di ruang asam1) dan pembacaan skala volumnya harus sesegera mungkin2). 1)

Jika tidak ada ruang asam, lakukan di tempat terbuka, dekat dengan bak/ kran air (siap alir), dan hadapkan muka se arah dengan arah angin. 2) Agar cepat: tuangkan asam pekat ke gelas-ukurnya (kering) sedemikian sehingga sedikit melebihi volum yang diinginkan (hasil hitung); baca segera skalanya. Jika perlu untuk penambahan/ pengurangan volum gunakanlah pipet tetes. Tutup segera botol cairan asal dengan rapat. (Lihat: catatan.)

▪ Sebaiknya menggunakan masker, jika asam pekatnya berasap. Pencampuran/pelarutan

▪ Segera alirkan perlahan cairan pekat lewat batang pengaduk ke dalam gelas kimia berisi akuades di atas. ▪ Hitung balik, konsentrasi cairan hasil pengenceran; tambahkan sesuai dengan kekurangan akuades. (Lihat: contoh.) Catatan: • Cairan pekat yang diperdagangkan umumnya mencantumkan kadar atau konsentrasi selain tingkat spesifikasi pada lebel kemasannya. Kadar atau konsentrasi sering dijumpai dalam satuan persen (%) atau molar (M). • Jika cairan pekat dikemas dalam botol cukup besar, sebaiknya dituangkan dulu ke gelas kimia kecil yang diberi tanda garis setinggi volum yang diinginkan; tutup segera botol asal dan tuangkan seluruh cairan tadi ke dalam gelas ukur; baca skalanya, dan segera tuangkan ke dalam gelas kimia yang berisi akuades di atas. Hal ini untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan (seperti kecelakaan, cairan membasahi dinding-luar gelas ukur, dll.) di samping lebih cepat, juga untuk menjaga pengotoran cairan asal karena pengembalian.

• Khusus untuk asam-asam pekat dengan kalor pelarutan tinggi misalnya H2SO4, pelarutan harus dilakukan dalam gelas kimia tahan panas (pyrex) dan pengaliran asam harus perlahan-lahan, sedikit demi sedikit melalui batang pengaduk. Jika volum asam pekatnya cukup banyak, sebaiknya gelas kimia tersebut terendam dalam bak berisi air kran (untuk pendingin);

b. Teknik pengenceran dari cairan kurang pekat Teknik pengenceran dari larutan agak pekat menjadi larutan yang lebih encer (misal dari 3 M ke 1 M) lebih mudah dilakukan dan tidak perlu di ruang asam. 30

Caranya: Ukur akuades (hasil hitung) dengan gelas ukur (berukuran sesuai dengan volum akhir larutan); kemudian tuangkan larutan lebih pekatnya ke dalam gelas ukur tersebut sampai volumnya mendekati tanda batas; lanjutkan penambahan* tetes per tetes sampai tanda batas volum akhir yang diharapkan. *Gunakan pipet tetes (bersih dan kering).

c. Perhitungan volum dan konsentrasi cairan Sebelum melakukan perhitungan volum cairan, catatlah harga kadar/konsentrasi cairan yang akan diencerkan dari label kemasannya, dan tetapkan besarnya volum larutan encer yang hendak dibuat. Asamasam pekat yang diperdagangkan, pada labelnya ditemukan harga dari molar, persen (b/b), dan massa-jenisnya; sementara cairan oraganik, harga dari persen (v/v) dan massa-jenisnya. Berikut ini disajikan hubungan matematis atau diagram hubungan pengenceran termasuk beberapa contoh perhitungan untuk kadar/konsentrasi dalam satuan molar (M) dan persen (%) yang sering dijumpai pada sediaan larutan atau pereaksi. Hubungan pengenceran molar (M). Hubungan matematis yang diterapkan: V1 x M1 = V2 x M2

(3.1a)

Dimana V = volum cairan (L); dan M = molaritas (mol/L).

Bentuk lainnya: v1 x M1 = v2 x M2

(3.1b)

Dimana v = volum cairan (mL); dan M = molaritas (mmol/L).

Berikut ditunjukkan beberapa contoh perkiraan volum asam yang akan diencerkan dan volum akuades serta teknik pengencerannya. (1) Membuat 500 mL HCl 3 M dari HCl pekat. Molaritas HCl pekat dapat dilihat pada label kemasannya; atau diduga dari Daftar Tabel (lihat: lampiran).

VHCl pekat =

(VHCl encer )(MHCl encer ) (500 mL)(3 M) = = 129,3 mL. MHCl pekat 11,6 M

31

Diperoleh perkiraan:

HCl pekat (11,6 M) Akuades

129,3 mL (500 – 129,3) mL

◼Dalam hal ini ukur secara terpisah, 130 mL HCl pekat dan 370 mL akuades (isikan 300 mL ke botol/gelas-kimia 600 mL). Tuangkan segera asam secara perlahan ke botol ini; sementara tuangkan akuades sisa ke gelas ukur berasam, lalu masukkan larutan ini ke dalam botol/gelas di atas, dan tutup botolnya. ◼Lakukan penghitungan balik untuk memperkirakan penambahan akuades selanjutnya agar diperoleh larutan yang konsentrasinya mendekati seperti yang diharapkan. (2) Membuat 500 mL H2SO4 3 M dari H2SO4 pekat

VH2SO4 pekat =

(500 mL)(3 M) = 84,3 mL. 17,8 M

Diperoleh perkiraan: H2SO4 pekat (17,8 M) Akuades

84,3 mL (500 – 84,3) mL

◼Ukur dulu secara terpisah, 85 mL H2SO4 pekat dan 415 mL akuades. Alirkan asam secara perlahan lewat batang pengaduk ke dalam botol/gelas-kimia 600 mL berisi 350 mL akuades sambil sesekali diselingi dengan pengadukan perlahan. Masukkan akuades sisa ke gelas ukur berasam, dan terakhir, tuangkan larutan ini ke dalam botol/gelas di atas. ◼Lakukan penghitungan balik dan perlakuan seperti larutan HCl di atas.

Konsentrasi larutan asam yang diperoleh bersifat kualitatif/kasar. Untuk kepentingan analisa, asam-asam yang digunakan harus memenuhi spesifikasi PA atau AR, dan setelah dilakukan pengenceran lalu dilakukan pembakuan lebih lanjut. Pembahasan lebih rinci diberikan pada Bab 7 dan Bab 8). Hubungan pengenceran persen (%). Hubungan matematis yang diterapkan: v1 x P1 = v2 x P2

(3.2)

Dimana v = volum cairan; dan P = persentase dalam %(v/v).

32

Untuk kadar persen dalam %(b/b), gunakan hubungan: v1 x P1 x d1 = v2 x P2 x d2

(3.3)

Dimana v = volum cairan; P = persentase dalam %(b/b); dan d = massa jenis cairan.

Bentuk lain dari hubungan antara pengenceran dan kadar persen adalah dengan menggunakan tabel pengenceran. Tabel ini hanya berlaku untuk perkiraan kadar %(v/v). Tabel 3.6 Pengenceran dari Cairan Lebih Pekat (satuan %v/v) 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 40 30 20 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 40 30 20 10

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 60 70 80 90

5 10 15 20 25 30 35 40 45 55 65 75 85

5 10 15 20 25 30 35 40 50 60 70 80

5 10 15 20 25 30 35 45 55 65 75

5 10 15 20 25 30 40 50 60 70

5 10 15 20 25 35 45 55 65

5 10 15 20 30 40 50 60

5 10 15 25 35 45 55

5 10 20 30 40 50

5 15 25 35 45

10 20 30 40

95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 40 10 30 20 10 20 30 20 10 10

100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 40 30 20

Bilangan di antara kolom gelap menyatakan jumlah air yang diperlukan.

Beberapa contoh penggunaan hubungan matematis atau tabel pengenceran persen. (1) Perhitungan pembuatan 100 mL alkohol 70%(v/v) dari alkohol 95%(v/v) yang tersedia. Penyelesaian:

33

Penyelesaian: Melalui hubungan matematis (pers. 3.2):

v alkohol pekat =

(v akhir )(Pakhir ) (500 mL)(70%) = Palkohol pekat 95%

= 368, 4 mL. Campurkan 368,4 mL alkohol 95% dan (500 – 368,4) mL air. Melalui tabel pengenceran: Perhatikan pada tabel kadar 95% dan kadar 70%; ditemukan angka pencampuran, yakni 70 mL alkohol 95% dan 25 mL air dan diperoleh 95 mL alkohol 70% (ditemukan angka perbandingan, alkohol : air = 70 : 25). Untuk menyiapkan 500 mL alkohol 70% tinggal menggandakan masingmasing komponen. Misalnya penggandaan 5,4 kali; campurkan 378 mL alkohol 95% dan 135 mL air sehingga diperoleh 513 mL alkohol 70%. (2) Membuat 500 mL larutan NH4OH 1 M dari amoniak pekat 28%(b/v). Penyelesaian: Baca, dan catat harga massa jenis atau molaritas amoniak pekat dari label kemasannya, jika tidak, harganya dapat diduga (diasumsikan) menurut tabel pada lampiran 10 atau 11; misal diperoleh: ▪ Untuk NH3 pekat (NH3 28%) ditemukan d = 0,90; [NH4OH] = 14,76 M. ▪ Untuk [NH4OH] = 1 M; intrapolasi terhadap nilai tabel diperoleh: %NH3 = 1,72% dan d = 0,9907. ▪ Perhitungan: Dari hubungan 3.1b,

v pekat =

v1 x M1 (500 mL)(1M) = = 33,88 mL  34 mL. Mpekat 14,76 M

Dari hubungan 3.3,

v pekat =

=

v1 x P1 x d1 Ppekat x dpekat

500 mL x 1,72% x 0,9907 28% x 0,90

= 33,81 mL ≈ 34 mL. ▪ Pelaksanaan, Siapkan 466 mL akuades dalam gelas kimia, lalu tuangkan 34 mL amoniak pekat ke dalam akuades tersebut (Peringatan: lakukan di ruang asam dengan blower yang aktif; jika tidak: lakukan di ruang terbuka dan perhatikan arah angina.).

34

(3) Membuat 500 mL larutan H2SO4 (d 1,280)* dari cairan H2SO4 98%(b/b). Penyelesaian: Dari lampiran 10 dan 16, H2SO4 98,0%(b/b) memiliki d = 1,84. H2SO4 (d = 1,280) memiliki kadar 37,1% (hasil intrapolasi).

v asam pekat = =

(v akhir )(Pakhir )(dakhir ) (Pakhir )(dakhir )

(500 mL)(37,1%)(1,280) = 131,7 mL (98,0%)(1,84)

Diperoleh: Volum H2SO4 98% = 131,7 mL; dan volum air = (500 – 131,7) mL = 368,3 mL. Alirkan secara perlahan dan sedikit demi sedikit lewat batang pengaduk 131,7 mL H2SO4 98% ke dalam gelas kimia 600 mL berisi 369 mL air sambil sesekali disertai pengadukan perlahan. Keterangan: * untuk cairan aki; biasa diperdagangkan sebagai air-aki (aquazuur). 

35

Pada bab ini akan disajikan pembuatan reagen-reagen laboratorium yang umum digunakan, meliputi larutan asam encer, larutan basa encer, dan pereaksi umum, serta pereaksi khusus yang masih diterapkan di beberapa laboratorium kimia. A. PEMBUATAN LARUTAN ASAM ENCER DAN BASA ENCER 1. Pembuatan Larutan Asam Encer Pembuatan sediaan berupa larutan asam encer dari asam pekatnya merupakan pekerjaan awal dan dapat menyederhanakan pekerjaan selanjutnya. Sediaan ini dapat disesuaikan dengan sifatnya, yakni sebagai sediaan baik untuk tujuan kualitatif ataupun untuk tujuan kuantitatif. Berikut konsentrasi dari larutan asam yang sering dikemas sebagai sediaan untuk stok di laboratorium. Asam asetat 3 M ; 3 N CH3COOH 17,4 M ; 99–100% (b/b) Akuades

172 mL 826 mL

Asam fosfat 3 M ; 9 N H3PO4 14,6 M ; 85% (b/b) Akuades

200 mL 774 mL

Asam klorida 3 M ; 3 N HCl 11,6 M ; 36% (b/b) Akuades

260 mL 740 mL

36

Asam nitrat 3 M; 3 N HNO3 15,4 M ; 69% (b/b) Akuades

200 mL 826 mL

Asam sulfat 3 M ; 6 N H2SO4 17,8 M ; 95% (b/b) * Akuades

170 mL 830 mL

Keterangan: * konsentrasi/kadar asam pekat yang diterapkan dapat disesuaikan dengan asam pekat yang tersedia di lab kemudian lakukan perhitungan ulang.

Untuk tujuan kuantitatif, asam-asam encer yang dibuat dari asam pekat dengan spesifikasi p.a. selanjutnya dapat dibakukan terhadap larutan baku untuk menetapkan kadar/konsentrasinya yang tepat. 2. Pembuatan Larutan Basa Encer Seperti hal sediaan asam encer, sebagai stok larutan basa encer dibuat dari padatan basa (kecuali NH4OH berfasa cair). Sifat larutan ini umumnya mudah menyerap gas CO2 (dari udara), larutan NH4OH mudah mengurai, dan basa kuat dapat bereaksi dengan kaca; harus dikemas dalam botol plastik dan ditutup rapat). Larutan basa yang diperoleh masih bersifat kualitatif. Konsentrasi larutan basa yang lebih pasti dapat ditetapkan melalui pembakuan (titrimetri) terhadap larutan baku. Berikut beberapa larutan basa encer yang dibuat untuk stok. Amonium hidroksida 3 M ; 3 N NH4OH 14,8 M (atau NH3 28 %) Akuades

102 mL 400 mL

Siapkan 400 mL air di dalam botol 600 mL kemudian dituangi dengan 102 mL NH4OH pekat; tutup rapat. Usahakan botolnya selalu dalam keadaan tertutup, larutan ini mudah mengurai dengan melepaskan NH3. Barium hidroksida 0,2 M ; 0,4 N Ba(OH)2.8H2O Akuades

31,5 g

Didihkan 600 mL akuades selama 10-15 menit agar bebas CO2; tutup rapat; dinginkan. Ukur 500 mL akuades ini dan masukkan ke dalam botol 500 mL kemudian tambahkan 31,5 g barium 37

hidroksida; tutup rapat; kocok hingga melarut; biarkan semalam; pisahkan larutan jernihnya dan simpan dalam botol tertutup. Diperoleh: larutan jenuh Ba(OH)2; disebut air barit.

Kalium hidroksida 3 M ; 3 N KOH 95 % (butiran atau serpihan)* Akuades bebas CO2

88,5 g 500 mL

KOH ditimbang secara teknis dalam gelas kimia 100 mL dengan cepat; tuangi segera dengan 50 mL akuades, aduk hingga KOH melarut; pindahkan segera ke dalam botol plastik 600 mL; encerkan larutan hingga volumnya menjadi 500 mL; dan tutuplah dengan rapat. Catatan: Kadang disebut lindi kalium; larutan ini mudah menyerap CO2. *sangat higroskopis (mudah menyerap air).

Kalsium hidroksida 0,02 M ; 0,04 N Cara 1:

Ca(OH)2 Akuades bebas CO2

0,8 g 500 mL

Masukkan kalsium hidroksida ke dalam botol 600 mL; tuangi 500 mL akuades; tutup rapat; kocok sampai semuanya hampir melarut; diamkan semalam; pisahkan larutan jernihnya ke dalam botol 500 mL bertutup. Diperoleh: larutan jenuh Ca(OH)2; biasanya dibakukan terhadap larutan baku asam. Cara 2:

Kapur tohor*, CaO Air bersih Tambahkan air ke dalam kapur tohor; aduklah; setelah terbentuk bubur, diamkan semalam. Setelah memisah, buang cairan bagian atas, tambahkan akuades (2x volum kapur), aduk, masukkan ke dalam botol bertutup, dan diamkan semalam. Setelah memisah ambil cairan jernihnya. Keterangan: *dapat dibeli di toko besi/bahan bangunan. Catatan: 1. Larutan Ca(OH)2 disebut juga air kapur. 2. Bubur dalam botol dapat digunakan 2-3x.

38

Larutan hasil cara 2 biasanya digunakan untuk mendetekasi adanya gas CO2 secara kualitatif; untuk keperluan yang bersifat kuantitatif sebaiknya digunakan sediaan larutan hasil cara-1. Natrium hidroksida 3 M ; 3 N * NaOH 95 % (butiran atau serpihan)** 63,2 g Akuades bebas CO2 500 mL NaOH ditimbang teknis bersama gelas kimia 100 mL dengan cepat; tuangi dengan 50 mL akuades dan aduk hingga melarut; pindahkan ke dalam botol plastik 500 mL bertutup; lakukan pembilasan; encerkan larutan sampai volumnya menjadi 500 mL; tutup rapat. Perhatian: Larutan ini mudah menyerap CO2. * kadang disebut lindi natron. ** zat ini sangat higroskopis (sangat mudah menyerap air). Catatan: Untuk memperoleh larutan asam atau larutan basa dengan konsentrasi yang tepat, larutan-larutan yang telah dibuat di atas (dari zat dengan spesifikasi reagen) selanjutnya dapat dibakukan terhadap larutan baku. (Untuk ini lihat bagian Pembakuan Larutan.)

B. PEMBUATAN LARUTAN/PEREAKSI UMUM Air brom* Br2 cair** Akuades

5,5 mL 500 mL

Siapkan 500 mL akuades di dalam botol coklat 500 mL bertutup; tuangi dengan brom cair; tutup rapat; kocok campuran secara kuat; simpan di tempat yang gelap, karena adanya cahaya menyebabkan brom, Br2 berubah menjadi hidrogen bromida, HBr. Perhatian:

Lakukan pembuatan pereaksi ini di kamar asam dan gunakan pelindung (masker). *nama lain: aqua-bromata. **Lihat Bab 10 (cara pembuatan brom cair).

Air kapur (Lihat: kalsium hidroksida, h. 35.)

39

Air klor* Cl2 ; gas ** Siapkan 500 mL akuades di dalam botol 500 mL bertutup; alirkan gas klor ke dalam air ini hingga cairan berwarna kuning; tutup; dan jauhkan penyimpanan dari cahaya terang. Perhatian: Lakukan pembuatan di kamar asam dan gunakan pelindung (masker). *nama lain: aqua-chlorata **Lihat Bab 10 (cara pembuatan gas Cl2).

Air raja* HNO3 pekat HCl pekat

50 mL 150 mL

Perbandingan volum ini dapat dilipatgandakan sesuai kebutuhan. Perhatian: Lakukan pembuatan di kamar asam; hati-hati HNO3 merusak kulit, dan uap NO2 adalah racun kuat. Catatan: Bila aqua regia akan disimpan untuk persediaan maka rumus perbandingan ditambah dengan 1 bagian volum air (HNO 3 pekat : HCl pekat : air = 1 : 3 : 1). Agar tahan lama. Keterangan: *nama lain aqua-regia.

Aluminium klorida 0,167 M ; 0,5 N AlCl3 Akuades

11 g 500 mL

Aluminium nitrat 0,167 M ; 0,5 N Al(NO3)3.9H2O Akuades

31 g 500 mL

Aluminium sulfat 0,083 M ; 0,5 N Al2(SO4)3.18H2O Akuades

28 g 500 mL

Amonium asetat 3 M ; 3 N CH3COONH4 Akuades

116 g 500 mL

40

Larutkan ke dalam akuades secukupnya. Setelah larut, jadikan volum larutan 500 mL.) Amonium karbonat 1,5 M A Garam komersial* 72 g B NH4OH 3 M 250 mL Campurkan A ke dalam B hingga homogen, kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan 500 mL. *Garam ini merupakan campuran (NH4)2CO3.H2O dan NH4CO2NH2.

Amonium klorida 1 M ; 1 N NH4Cl 26,7 g Akuades Larutkan dulu dengan 200 mL akuades, kemudian encerkan sampai volum larutan 500 mL. Amonium molibdat 0,5 M ; 1 N A MoO murni

36 g

(atau H2MoO4 sebanyak 40,5 g)

Akuades 100 mL NH4OH pekat 30 mL Larutkan dulu MoO di dalam akuades kemudian tambahkan NH4OH pekat. B HNO3 pekat 135 mL Akuades 200 mL Bila larutan A telah homogen, saring; lalu tuangkan perlahan filtratnya ke dalam campuran B sambil diaduk cepat; biarkan semalam; kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 500 mL. Catatan: Ketika akan digunakan, reagen amonium molibdat harus dalam keadaan segar. Untuk ini sering disiapkan dalam 2 bentuk campuran berikut.

C (NH4)2MoO4 murni 50 g Akuades 200 mL NH4OH 15M 40 mL Campur hingga homogen; saring bila perlu; simpan dalam botol bertutup. D HNO3 16 M

200 mL 41

Akuades

300 mL

Cara menggunakannya: Tuangkan 10 mL C secara perlahan ke dalam 20 mL D sambil diaduk (perbandingan volum 1: 2). Jumlah ini tepat untuk mendapatkan sampai 20 mg fosfor; untuk jumlah fosfor yang lebih tinggi, perbandingan dapat digandakan seperlunya. Amonium nitrat 1 M ; 1 N NH4NO3 Akuades Amonium oksalat 0,25 M ; 0,5 N (NH4)2C2O4.H2O Akuades

40 g 500 mL

17,8 g

Larutkan dulu dengan 150 ml akuades, lalu encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Amonium sulfat 0,25 M ; 0,5 N (NH4)2SO4 Akuades Amonium tiosianat 1,5 M ; 1,5 N NH4SCN Akuades

16,5 g 500 mL

57,1 g

Masukkan ke dalam gelas ukur 500 ml; tuangi dengan 100 mL akuades; goyang sedemikian sehingga padatan melarut; kemudian encerkan sampai volum menjadi larutan 500 mL. Antimon(III)klorida 0,167 M ; 0,5 N SbCl3 Akuades

19 g 500 mL

Antimon(V)klorida 0,1 M ; 0,5 N SbCl5 Akuades

15 g 500 mL

Aqua-bromata (Lihat: air brom) Aqua-chlorata (Lihat: air klor) 42

Aqua-regia (Lihat: air raja) Barium hidroksida 0,1 M ; 0,2 N Ba(OH)2.8H2O Akuades

16 g 500 mL

Cara membuat atau mencampurkannya, lihat: Bab 4B (bariumhidroksida 0,2 M; 0,4 N). Barium klorida 0,25 M ; 0,5 N BaCl2.2H2O Akuades

30,5 g

Masukkan ke dalam gelas ukur 600 mL berskala; tuangi 200 mL akuades; usahakan (aduk) kristal melarut semua; kemudian encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Selanjutnya simpan dalam botol pereaksi bertutup. Barium nitrat 0,25 M ; 0,5 N Ba(NO3)2 Akuades

32,7 g 500 mL

Besi(II)amonium sulfat 0,25 M ; 0,5 N (Lihat: ferro amonium sulfat) Besi(II)sulfat 0,5 M ; 1 N (Lihat: ferrosulfat) Besi(III)klorida 0,5 M ; 1,5 N (Lihat: ferriklorida) Besi(III)nitrat 0,167 M ; 0,5 N (Lihat: ferrinitrat) Besi(III)sulfat 0,25 M ; 0,5 N (Lihat: ferrisulfat) Bismut klorida 0,167 M ; 0,5 N A BiCl3 B HCl pekat Akuades

26,5 g 85 mL 415 mL

Larutkan A ke dalam campuran B. Bismut nitrat 0,083 M ; 0,25 N 43

A Bi(NO3)3.5H2O 20 g B HNO3 pekat 85 mL Akuades 415 mL Setelah campuran B diperoleh (*), larutkan A ke dalam campuran ini. Ferri klorida 0,5 M ; 1,5 N A FeCl3.6H2O 67,6 g B HCl pekat 10 mL Akuades 40 mL Setelah campuran B diperoleh (*), campurkan A ke dalam B hingga melarut, lalu encerkan dengan akuades sampai volum larutan 500 mL. Ferri nitrat 0,167 M ; 0,5 N Fe(NO3)3.9H2O Akuades

33,5 g 500 mL

Ferri sulfat 0,25 M ; 0,5 N A Fe2(SO4)3.9H2O 70,25 B H2SO4 pekat 50 Akuades 50 Larutkan dulu A ke dalam B, kemudian akuades sampai volum 500 mL.

g mL mL encerkan dengan

Ferro amonium sulfat 0,5 M ; 1 M A Fe(NH4SO4)2.6H2O 98 g B H2SO4 pekat 5 mL Akuades 50 mL Campurkan A ke dalam B hingga melarut, lalu encerkan dengan akuades sampai volum larutan 500 mL. Catatan: Hasil pengamatan uji akan baik bila menggunakan larutan ini yang segar. (*) Lakukan di ruang asam; jika tidak, lakukan di ruang terbuka.

Ferro sulfat 0,5 M ; 1 N A FeSO4.7H2O

69,5 g 44

B H2SO4 pekat Akuades

5 mL 50 mL

Tuangkan perlahan asam ke dalam akuades; lalu arutkan A ke dalam B, kemudian encerkan campuran dengan akuades sampai volum larutan 500 mL. Catatan: Larutan tidak tahan lama.

Kadmium klorida 0,25 M ; 0,5 N ; 4,6% CdCl2* Akuades

23 g 500 mL

*Hati-hati senyawa ini sangat beracun.

Kadmium nitrat 0,25 M ; 0,5 N Cd(NO3)2.4H2O Akuades

38,5 g 500 mL

Kadmium sulfat 0,25 M ; 0,5 N CdSO4.4H2O Akuades

35 g 500 mL

Kalium bromida 0,5 M ; 0,5 N KBr Akuades

30 g 500 mL

Kalium dikromat 0,125 M ; 3,7% K2Cr2O7* Akuades

18,5 g 500 mL

*Hati-hati senyawa ini sangat beracun.

Kalium ferrisianida 0,167 M ; 0,5 N K3Fe(CN)6 Akuades

Kalium ferrosianida 0,5 M ; 2 N K4Fe(CN)6 Akuades

27,5 g 500 mL

105,5 g 500 mL 45

Larutkan dulu K4Fe(CN)6 ke dalam 200 mL akuades, kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan mencapai 500 mL. Kalium hidroksida (Lihat: h. 35.) Kalium iodida 0,5 M ; 0,5 N KI Akuades

41,5 g 500 mL

Kalium karbonat 1,5 M ; 3 N K2CO3 Akuades

103,5 g 500 mL

Kalium klorida 0,5 M ; 0,5 N KCl Akuades

18,5 g 500 mL

Kalium kromat 0,25 M ; 0,5 N K2CrO4 Akuades

24,5 g 500 mL

Kalium nitrat 0,5 M ; 0,5 N KNO3 Akuades

25,5 g 500 mL

Kalium sianida 0,5 M ; 0,5 N KCN Akuades

16,5 g 500 mL

Kalium sulfat 0,25 M ; 0,5 N K2SO4 Akuades

22 g 500 mL

Kalium tiosulfat 0,25 M ; 0,5 N K2S2O3.1/3H2O Akuades

24,5 g 500 mL 46

Larutkan dengan akuades dingin (setelah dididihkan) sampai volum larutan mencapai 500 mL; biarkan semalam; ambil larutan jernihnya. Kalsium hidroksida (Lihat: h. 35.) Kalsium klorida 0,25 M ; 0,5 N CaCl2.2H2O Akuades

18,4 g 500 mL

Kalsium nitrat 0,25 M ; 0,5 N Ca(NO3)2 Akuades

20,5 g 500 mL

Kobal(II)nitrat 0,25 M ; 0,5 N Co(NO3)2.6H2O Akuades

36,5 g 500 mL

Kobal(II)sulfat 0,25 M ; 0,5 N CoSO4.7H2O Akuades

35 g 500 mL

Kobalto nitrat 0,25 M ; 0,5 N (Lihat: Kobal(II)nitrat.) Kobalto sulfat 0,25 M ; 0,5 N (Lihat: Kobal(II)sulfat.) Krom(III)klorida 0,167 M ; 0,5 N CrCl3 Akuades

13 g 500 mL

Krom(III)nitrat 0,167 M ; 0,5 N Cr(NO3)3 Akuades

20 g 500 mL

Krom(III)sulfat 0,083 M ; 0,5 N Cr2(SO4)3.18H2O Akuades

30 g 500 mL

47

Kupri klorida 0,25 M ; 0,5 N CuCl2.2H2O Akuades

21,5 g 500 mL

Kupri nitrat 0,25 M ; 0,5 N Cu(NO3)2.2H2O Akuades

35 g 500 mL

Kupri sulfat 0,5 M ; 1 N A CuSO4.5H2O 62,4 g B H2SO4 pekat 2,5 mL Akuades 100 mL Larutkan dulu asam pekat ke dalam 100 mL akuades. Kemudian larutkan garam ke dalam larutan B ini; encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 500 mL. Magnesium klorida 0,25 M ; 0,5 N MgCl2.6H2O Akuades

25,5 g 500 mL

Magnesium klorida ; pereaksi A MgCl2.6H2O 25 g NH4Cl 50 g Akuades 250 mL B NH4OH pekat (NH3 pekat) 5 mL Tambahkan B ke dalam campuran A; biarkan semalam; saring jika terbentuk endapan. Buat larutan bersuasana asam dengan menambahkan HCl encer (gunakan indikator metilmerah); setelah itu encerkan dengan akuades sampai volum akhir larutan 500 mL. Diperoleh: larutan yang mengandung MgCl2 0,25 M dan NH4Cl 2 M. Catatan:

Larutan dapat juga diencerkan dengan 66,5 mL NH4OH pekat, lalu tambah akuades sampai volume larutan 500 mL. Diperoleh: Larutan mengandung MgCl2 0,25 M, NH4Cl 2 M, dan NH4OH 2 M.

Magnesium nitrat 0,25 M ; 0,5 N Mg(NO3)2.6H2O Akuades

32 g 500 mL

48

Magnesium sulfat 0,25 M ; 0,5 N MgSO4.7H2O Akuades

31 g 500 mL

Mangan(II)klorida 0,25 M ; 0,5 N MnCl2.4H2O Akuades

25 g 500 mL

Mangan(II)nitrat 0,25 M ; 0,5 N Mn(NO3)2.6H2O Akuades

36 g 500 mL

Mangan(II)sulfat 0,25 M ; 0,5 N MnSO4.7H2O Akuades

34,5 g 500 mL

Merkuri klorida 0,25 M ; 0,5 N HgCl2* 34 g Akuades Larutkan dulu dalam 150 mL akuades, lalu encerkan sampai volum larutan 500 mL. *sublimat berupa serbuk putih yang merupakan racun kuat, dan bersifat korosif.

Merkuri klorida ; larutan jenuh HgCl2 Akuades Larutkan dulu 7 g HgCl2 ke dalam 100 mL akuades; tambahkan lagi garam sampai diperoleh larutan jenuhnya. (Larutan ini mempunyai pH kira-kira 3,2.) Merkuri nitrat 0,25 M ; 0,5 N Hg(NO3)2 Akuades

40,5 g 500 mL

Merkuri sulfat 0,25 M ; 0,5 N HgSO4.7H2O Akuades

37 g 500 mL

Merkuro nitrat 49

A HgNO3 B HNO3 pekat (bj. 1,42) Akuades Larutkan A ke dalam larutan B.

23 g 23 mL 450 mL

Natrium asetat 3 M ; 3 N NaCH3COO.3H2O 204 g Akuades Larutkan dulu dengan 100 mL akuades, lalu encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Natrium hidrogenfosfat 0,167 M ; 0,5 N Na2HPO4.12H2O Akuades

30 g 500 mL

Natrium hidroksida (Lihat: h. 35.) Natrium karbonat 1,5 M ; 3 N A. Na2CO3.10H2O

215 g

(atau Na2CO3 anh.sebanyak 79,5 g)

B. Akuades Larutkan dulu A dengan 200 mL akuades, lalu encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Natrium klorida 0,5 M ; 0,5 N NaCl Akuades

14,6 g 500 mL

Natrium kobaltinitrit 0,08 M (Reagen untuk kalium)

A NaNO2 Akuades B Asam asetat glasial C Co(NO3)2.6H2O

25 75 2 2,5

g mL mL g

Tambahkan B ke dalam larutan A, kemudian C. Biarkan dulu beberapa hari, baru disaring, dan filtratnya diencerkan dengan akuades sampai volum larutan 100 mL. Catatan: Reagen ini kurang begitu stabil.

50

Natrium nitrat 0,5 M ; 0,5 N NaNO3 Akuades

21,5 g 500 mL

Natrium sulfat 0,25 M ; 0,5 N Na2SO4 Akuades

18 g 500 mL

Natrium sulfida 0,5 M ; 1 N Na2S.9H2O Akuades

60 g

Larutkan dulu dengan 150 mL akuades, lalu encerkan sampai volum larutan 500 mL. Natrium tiosulfat 0,25 M ; 0,5 N Na2S2O3.5H2O Akuades

31,0 g 500 mL

Larutkan dengan akuades dingin (setelah dididihkan) sampai volum larutan mencapai 500 mL; biarkan semalam; ambil larutan jernihnya. Nikel klorida 0,25 M ; 0,5 N NiCl2.6H2O Akuades

59,5 g 500 mL

Atau:

Ni(NO3)2.6H2O Akuades

36,5 g 500 mL

Nikel sulfat 0,25 M ; 0,5 N NiSO4.6H2O Akuades

3g 500 mL

Osmium tetroksida 2%* Osmium tetroksida, OsO4 Akuades

2g 100 mL

*Kemasan OsO4 2% sering diperdagangkan berupa ampul. **hati-hati dapat menimbulkan iritasi pada mata.

51

Perak nitrat 0,1 M ; 0,1 N AgNO3 8,5 g Akuades 500 mL Masukkan perak nitrat ke dalam botol coklat 500 mL bertutup; tuangi dengan 200 mL akuades; usahakan agar garam ini melarut seluruhnya; lalu encerkan dengan sisa akuades; tutup rapat botolnya; dan simpan di tempat yang gelap atau hindarkan botol terkena langsung oleh cahaya. Keterangan: Larutan mudah berubah oleh pengaruh cahaya.

Raksa(I)nitrat. (Lihat: merkuronitrat.) Raksa(II)klorida 0,25 M ; 0,5 N. (Lihat: merkuriklorida.) Raksa(II)nitrat 0,25 M ; 0,5 N. (Lihat: merkurinitrat.) Raksa(II)sulfat 0,25 M ; 0,5 N. (Lihat: merkurisulfat.) Seng nitrat 0,25 M ; 0,5 N Zn(NO3)2.6H2O Akuades

37 g 500 mL

Seng sulfat 0,25 M ; 0,5 N ZnSO4.7H2O Akuades

36 g 500 mL

Stanni klorida 0,125 M ; 0,5 N. SnCl4 Akuades

16,5 g 500 mL

Stanno klorida (Untuk uji Bettendorf. Lihat: Bettendorf ; pereaksi.)

Stanno klorida 0,25 M ; 0,5 N. SnCl2.2H2O HCl pekat Akuades

56,5 g 85 mL

52

Logam Sn; pita Larutkan dulu garam ke dalam asam dalam gelas kimia pyrex; panaskan jika perlu. Selanjutnya encerkan dengan akuades sampai volum larutan mencapai 500 mL; terakhir tambahkan sedikit pita logam Sn. Catatan: Pereaksi ini sebaiknya dibuat pada saat akan digunakan agar segar.

Strontium klorida 0,25 M ; 0,5 N. SrCl2.6H2O Akuades

33,5 g 500 mL

Timah(II)klorida 0,5 M ; 1 N. (Lihat: stannoklorida.) Timah(IV)klorida 0,5 M ; 1 N. (Lihat: stanniklorida.) Timbal(II)asetat 0,5 M ; 1 N Pb(CH3COO)2.3H2O 95 g Akuades Larutkan dulu dengan 200 mL akuades, lalu encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Timbal(II)nitrat 0,25 M ; 0,5 N Pb(NO3)2 41,5 g Akuades Larutkan dulu dengan 200 mL akuades, lalu encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Biarkan beberapa malam, lalu ambil larutan jernihnya.

C. PEMBUATAN LARUTAN/PEREAKSI KHUSUS (*) Aluminon (Uji kualitatif untuk aluminium)

Aluminon (*) Akuades Kocok sampai garam betul-betul larut.

0,5 g 500 mL

(*) merupakan nama dagang untuk garam ammonium dari asam

53

aurin-trikarboksilat.

Anilin-asam oksalat ; pereaksi Asam oksalat, H2C2O4.2H2O 0,9 g Akuades 200 mL Anilin 1,8 mL Ke dalam gelas kimia 400 mL yang berisi 200 mL akuades masukkan asam oksalat; aduk agar melarut. Saat melarutkan, tambahkan anilin; dan sambil pengadukan diteruskan. Arseno molibdat ; pereaksi A (NH4)2Mo7O24.4H2O 25 g Akuades 450 mL H2SO4 pekat 21 mL Alirkan secara perlahan, H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia 600 mL yang berisi 450 mL akuades; kemudian tambahkan garam, aduk sampai melarut. B Na2HAsO4.7H2O Akuades Larutkan garam ke dalam akuades

3,0 g 25 mL

Tuangkan B secara perlahan sambil diaduk ke dalam A. Pindahkan ke botol reagen coklat; simpan selama 24 jam pada suhu 370C. Larutan harus berwarna kuning (tidak boleh ada warna hijau). Asam fenol sulfonat (Penetapan nitrogen sebagai nitrat.)

A Fenol H2SO4 pekat B H2SO4 berasap (SO3 15%)

25 g 150 mL 75 mL

(*) Pembuatan dilakukan di ruang asam (ruang khusus).

Campurkan B ke dalam larutan A; aduk dengan baik; panaskan selama 2 jam pada 100 C (sesekali diaduk). Asam fosfat-asam sulfat ; campuran A H2SO4 pekat H3PO4 pekat (85%) B Akuades

75 mL 50 mL

54

Alirkan akuades (B) secara perlahan ke dalam campuran A sampai volum larutan menjadi 500 mL. Asam fosfotungstat 10% (Pereaksi Scheibler untuk alkaloida)

A Na-tungstat 20 g Na-fosfat 15 g B HNO3 pekat 1 mL Akuades 99 mL Larutkan dulu HNO3 dalam akuades; kemudian masukkan kedua garam (A) sambil diaduk dalam asam ini. Diperoleh: Pereaksi asam fosfotungstat 10% dalam air.

Asam molibdat ; pereaksi A (NH4)6Mo7O24.4H2O 12,5 g Akuades 250 mL Larutkan garam ke dalam air B H2SO4 pekat 68 mL Akuades 180 mL Alirkan secara perlahan lewat batang pengaduk, asam ini ke dalam akuades sambil sesekali di aduk; kemudian didinginkan. Tambahkan larutan B ke dalam larutan A; buat volum larutan menjadi 500 mL dengan menambahkan akuades. Asam perklorat 20% Asam perklorat, HClO4 60% Akuades

67 mL 133 mL

Larutkan asam ke dalam akuades. Asam pikrat ; larutan A Asam pikrat, 15 g NaOH 1 M 65 mL B Bufer-asetat 0,05 M (pH 4,7) 20 mL Larutkan dulu asam pikrat ke dalam NaOH 1 M secara homogen; lalu tambah-kan bufer dan diaduk sebentar. Periksa pH dari larutan ini; jika tidak mendekati 4,7 maka sesuaikan pH-nya dengan menam-bahkan larutan NaOH atau 55

larutan HCl encer. Asam pikrat ; pereaksi (Pereaksi Hager untuk alkaloida, wool, dan sutera.)

Asam pikrat Akuades

2,5 g 250 mL

Asam sulfanilat (Pereaksi untuk nitrat)

A Asam sulfanilat B Asam asetat glasial C Akuades yang baru dididihkan

1g 30 mL 270 mL

Tuangkan B ke dalam C; aduk; terakhir, larutkan A ke dalam campuran tersebut. Asam sulfit Natrium metabisulfit 10% 6 mL HCl 1 N 5 mL Akuades 100 mL Tuangkan HCl 1 N ke dalam gelas kimia 200 mL yang berisi natrium metabisulfit; aduk sebentar, dan setelah itu segera tambahkan akuades. Asam sulfomolibdat (Pereaksi Froehde untuk alkaloida dan glukosida.)

Asam molibdat

5g

(atau natrium molibdat)

H2SO4 pekat

50 mL

Larutkan asam atau garamnya ke dalam asam pekat. Asam Tannat (Pereaksi untuk albumin, alkaloida, dan gelatin.)

Asam tannat 25 g Etanol 25 mL Campurkan kedua zat ini secara homogen, dan kemudian encerkan dengan aquades sampai volum larutan 250 mL. BANG ; pereaksi (Pereaksi untuk perkiraan glukosa.)

A K2CO3

50 g 56

KCl 33 g KHCO3 80 g Akuades bebas CO2 Larutkan garam-garam ini sesuai urutan ke dalam 350 mL akuades pada temperatur 30C. B CuSO4.5H2O 2,2 g C Akuades bebas CO2 200 mL D KCl, larutan jenuh 400 mL Tambahkan dulu B ke dalam campuran A; lalu encerkan dengan C sampai volum larutan menjadi 500 mL; kocok dalam botol tertutup agar udara tidak masuk. Setelah 24 jam ambil 150 mL larutan ini; dan kemudian encerkan dengan larutan D sampai volum larutan 500 mL. Kocok dengan baik; dan gunakan setelah 24 jam. Catatan: 50 mL pereaksi ini setara dengan 10 mg glukosa.

BARFOED ; pereaksi (Uji untuk glukosa). Lihat: Kupriasetat

BAUDISCH ; pereaksi (Untuk analisa besi.) Lihat: pereaksi Cupferon.

BENEDICT ; pereaksi (Pereaksi kualitatif untuk uji glukosa)

A Na-sitrat 86,5 g Na2CO3 50 g Akuades 400 mL Larutkan garam-garam tersebut ke dalam air (bantu dengan pemanasan); saring jika perlu; dan encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 425 mL. B CuSO4.5H2O 8,65 g Akuades 50 mL Campurkan dulu garam ini ke dalam akuades sampai seluruhnya melarut. Tuangkan larutan B ke dalam larutan A sambil diaduk konstan; kemudian encerkan campuran dengan akuades sampai volum campuran menjadi 500 mL. Benzidin-hidroklorida ; larutan (Untuk penetapan sulfat.)

57

A Larutan HCl (bj 1,12)* B C12H8(NH2)2.2HCl Akuades

10 mL 4g 10 mL

Setelah benzidin-hidroklorida dibuat pasta; tambahkan HCl (bj. 1,12); dan kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan 500 mL. Catatan: Tiap 1 mL pereaksi ini setara dengan 3,57 mg H2SO4. Keterangan: * kira-kira HCl 24,25%(b/b); lihat Lampiran 15.

BERTRAND ; pereaksi (Untuk memperkirakan glukosa.) Pereaksi ini terdiri atas:

A Garam Rochelle* 100 g NaOH 75 g Akuades 50 mL Larutkan NaOH ke dalam 50 mL air; kemudian tambahkan garam ke dalamnya; dan encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 100 mL. *atau garam kalium natrium tartrat, KNaC4H4O6.4H2O.

B CuSO4.5H2O 20 g H2SO4 pekat 1 mL Akuades 50 mL Alirkan H2SO4 pekat ke dalam akuades; masukkan garam ke dalam larutan sambil diaduk. C Fe2(SO4)3 25 g H2SO4 pekat (bj.1,84) 100 mL Akuades 50 mL Alirkan H2SO4 pekat ke dalam 50 mL akuades kemudian larutkan garam ferrisulfat ke dalamnya. D KMnO4 2,5 g Akuades 50 mL Larutkan kristal KMnO4 pada akuades di dalam gelas kimia 100 mL (bila perlu, bantu dengan pemanasan kecil). Hasil pencampuran A, B, C dan D diencerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 500 mL. BETTENDOFF ; pereaksi. (Untuk uji pentosa)

58

A SnCl2.2H2O B HCl pekat C Pita Sn

113 g 75 mL

Larutkan dulu A ke dalam B, lalu tambahkan beberapa potongan logam Sn. BIAL ; pereaksi (Untuk uji pentosa)

A Orcinol, CH3C6H3(OH)2 B HCl pekat (36%) Akuades C FeCl3 10 %

0,5 210 40 15

g mL mL tetes

Teteskan FeCl3 10% ke dalam larutan B, baru kemudian masukkan A sambil diaduk. BIURET ; pereaksi A CuSO4.5H2O KNaC4H4O6.4H2O (KNa-tartrat)* Akuades**

0,75 g 3 g 250 mL

Isikan 250 mL akuades** ke dalam gelas kimia 600 mL; kemudian tambahkan garam; aduk sampai larut. Keterangan: *disebut juga garam Rochelle; **yang telah dididihkan selama 5 menit kemudian didinginkan (agar bebas CO2).

B NaOH 10% bebas karbonat 150 mL Larutan ini dibuat pada saat akan digunakan. (Harus segar.) Tuangkan B ke dalam A; aduk sebentar; buat volumnya menjadi 500 mL dengan menambahkan akuades; lalu pindahkan pereaksi ini ke dalam botol polietilen bertutup. Catatan: Jangan gunakan pereaksi yang telah berubah (ditandai dengan terbentuknya endapan merah atau hitam).

BRUCKE ; pereaksi (Untuk pengendapan protein.); Lihat: kaliumiodida-merkuriiodida.

CLARKE ; larutan sabun (atau Metoda Baku APHA). 59

(Untuk memperkirakan kesadahan air.)

A Sabun Castil, serbuk, murni 50 g Etanol 80%* 500 mL Larutkan sabun ke dalam etanol 80% dan diamkan selama semalam. Keterangan: *campurkan 400 mL alkohol absolut dengan 100 mL air.

B Larutan baku CaCl2 Larutan baku ini dibuat dengan melarutkan 0,25 g CaCO3 ke dalam larutan HCl (bj. 1,19), netralkan dengan NH4OH dan buat sedikit basa; kemudian encerkan sampai volum larutan menjadi 250 mL. Titrasilah larutan A terhadap B. Dari hasil titrasi ini jadikanlah larutan A di atas sedemikian sehingga setiap 1 mL larutan sabun setara dengan 1 mL larutan baku B yakni dengan cara mengencerkan larutan A dengan etanol 80% (kesetaraan diambil setelah memperhitungkan faktor busa, yakni jumlah mL larutan sabun baku yang diperlukan untuk menghasilkan busa tetap dalam 50 mL air suling). Catatan: Setiap 1 mL larutan baku sabun (setelah dikurangi faktor busa) setara dengan 1 mg CaCO3.

Cupron Cupron (benzoin oksim) 5 g Alkohol 95 % 100 mL Larutkan Cupron ke dalam alkohol sambil diaduk. Cupferron (Pereaksi BAUDISCH untuk analisis besi.)

Cupferron* 6 g Akuades 100 mL Larutkan Cupferron ke dalam 100 mL akuades. Simpan di tempat gelap; pereaksi ini berfungsi baik hanya selama 1 minggu. *garam amonium dari nitroso-fenil-hidroksilamin.

Difenilamin (Pereaksi untuk DNA.)

A Difenilamin

4 g 60

B Asam asetat glasial H2SO4 pekat

250 mL 11 mL

Tuangkan secara perlahan H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia 400 mL yang berisi 250 mL Asam asetat glasial; kemudian masukkan A; aduk perlahan sampai melarut dengan menggunakan batang gelas. Difenilamin (Pereaksi untuk rayon.)

Difenilamin 0,2 g H2SO4 pekat 100 mL Larutkan zat ke dalam asam sambil diaduk perlahan dengan batang gelas. Difenilamin sulfonat (Untuk pentitrasian besi dengan K2Cr2O7.)

A Garam barium dari asam difenilamin sulfonat 0,32 g Akuades 100 mL B Na2SO4 0,5 g Larutkan garam ke dalam akuades kemudian tambahkan B; saring agar endapan BaSO4 terpisahkan. Difenilkarbazid A Difenilkarbazid 0.2 g Asam asetat glasial 10 mL B Etanol 95% Setelah diperoleh larutan A lalu diencerkan dengan etanol sampai volum larutan menjadi 100 mL. Dimetilglioksim (Diasetildioksim) ; 0,01 N Dimetilglioksim (CH3CNOH)2 0,3 g Etanol 95 % 250 mL Catatan: Pereaksi ini sangat sensitif terhadap nikel yang ditunjukkan oleh timbulnya warna merah tua.

3,5-Dinitrosalisilat ; pereaksi A KNa-tartrat 150 g Akuades 250 mL Isikan 250 mL akuades ke dalam gelas kimia 600 mL; 61

hangatkan dengan api kecil (atau dengan penangas); kemudian tambahkan KNa-tartrat sambil diaduk sampai melarut. B 3,5-Dinitrosalisilat 5 g C NaOH 8 g Akuades 100 mL Larutkan segera NaOH ke dalam gelas kimia 250 mL yang berisi 100 mL akuades. (Diperoleh: 100 mL 2 M.) Hangatkan C kemudian tambahkan B; aduk hingga B melarut baik. Tuangkan larutan ini ke dalam A sambil diaduk hingga homogen; kemudian encerkan dengan aquades sampai volum total 500 mL. Duponol C 5% (dalam alkohol-air) A Duponol C (Na-lauril sulfat)* B Etanol absolut Akuades

10 g 110 mL 90 mL

Buat dulu campuran B; kemudian larutkan A ke dalam B. Pindahkan pereaksi ini ke dalam botol reagen. Keterangan: sebaiknya hasil kristalisasi-ulang.

Duponol C 15% ; pereaksi A Duponol C (Na-lauril sulfat) B Na3-C6H8O7.2H2O (Na-sitrat) NaCl C Akuades

45 g 0,9 g 2,5 g

Larutkan B ke dalam 150 mL akuades; kemudian tambahkan A; dan setelah itu encerkan dengan akuades sampai volum menjadi 300 mL. ESBACH ; pereaksi (Untuk perkiraan protein)

A Asam pikrat 2,5 g B Asam sitrat 5 g C Akuades 100 mL Campurankan ketiga zat ini, lalu encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 250 mL. * Ekstrak soda; filtrat.

FEHLING ; larutan 62

(Pereaksi untuk gula yang mereduksi.)

A CuSO4.5H2O 34,66 g H2SO4 pekat 5 mL Akuades Alirkan perlahan H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia berisi 100 mL akuades sambil sesekali diaduk; kemudian masukkan garam-tembaga ke dalamnya. Setelah melarut encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 500 mL; dan pindahkan pereaksi ini ke dalam botol reagen. (Disebut: larutan Fehling A; berwarna biru.)

B KNaC4H4O6.4H2O* murni 173 g NaOH murni 50 g Akuades Siapkan 250 mL akuades di dalam gelas kimia 600 mL; NaOH (setelah ditimbang) segera dilarutkan ke dalam akuades; kemudian larutkan garam tartrat, dan encerkan larutan ini sampai volum larutan menjadi 500 mL. (Disebut: larutan Fehling B; tak berwarna.) *Kalium-natrium-tartrat (atau garam Rochelle).

Campurkan Fehling A dan Fehling B dengan perbandingan volum yang sama pada saat akan digunakan (supaya segar.) Floroglucinol (Pereaksi untuk pentosa.)

Floroglucinol Etanol 95 %

3 g 125 mL

FOLIN ; campuran (Untuk asam urat.)

A (NH4)2SO4 250 g Akuades 325 mL B Asam asetat glasial 3 g C Uranium asetat 2,5 g Larutkan dulu garam (NH4)2SO4 ke dalam akuades di dalam gelas kimia 600 mL; tuangkan B ke dalam larutan ini sambil diaduk; dan baru kemudian tambahkan uranium-asetat, aduk agar melarut; encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 500 mL. Formaldehid 10% ; larutan Formaldehid 40% (formalin)

25 mL 63

Akuades

75 mL

Formaldehid-Asam Sulfat (Pereaksi MARQUIS untuk alkaloida.)

Formaldehid 10 mL Asam sulfat pekat 50 mL Alirkan secara perlahan, formaldehid ke dalam asam sulfat. Formol-kalsium ; larutan pereaksi A Formaldehid 40% (formalin) 10 B CaCl2 anh. 1 Akuades 90 Buat dulu larutan B kemudian tambahkan sambil diaduk.

mL g mL dengan larutan A

FROEHDE ; pereaksi. (Lihat: Asam sulfomolibdat.) Fuchsin ; larutan Fuchsin Akuades

0,15 g 100 mL

Fuchsin ; pereaksi (Pereaksi untuk linen.)

Fuchsin Alkohol absolut

1 g 100 mL

Fuchsin-Asam sulfit (Pereaksi SCHIFF untuk aldehida.)

A Fuchsin 0,25 g NaHSO3 4,5 g Akuades 250 mL B HCl pekat 10 mL Larutkan fuchsin dan Na-bisulfit ke dalam akuades; segera alirkan HCl pekat dan aduk sebentar; pindahkan ke dalam botol pereaksi coklat, tutup rapat, dan simpan di tempat yang terlindung dari cahaya (di tempat gelap). GUNZBERG ; pereaksi (Untuk mendeteksi adanya HCl di dalam getah perut.)

A Floroglucinol

4 g 64

B Vanilin C Etanol absolut

2 g 100 mL

Larutkan dulu A ke dalam etanol, dan terakhir B. HAGER ; pereaksi. (Lihat: Asam pikrat.) HANUS ; larutan (Pereaksi untuk bilangan iodium.)

A I2 (hasil resublimasi) 6,6 g Asam asetat glasial 500 mL Setelah I2 melarut di dalam asam asetat glasial (bila perlu bantu melalui pemanasan). Pada keadaan dingin, lakukan uji dikromat terhadap larutan untuk menetapkan adanya zat-zat yang mereduksi. B Br2

1,5 mL

Tambahkan brom (untuk menggandakan kandungan halogen) ke larutan A dingin (setelah uji dikromat). Iodium-tinktur A KI 25 g Akuades 25 mL B I2 35 g C Alkohol 95% Larutkan I2 ke dalam larutan A, kemudian encerkan dengan C sampai volum larutan menjadi 500 mL. Iodo-kalium iodida (Pereaksi WAGNER untuk alkaloida.)

KI I2 Akuades

6 g 2 g 100 mL

Larutkan padatan ke dalam akuades sesuai dengan urutan. Kalium antimonat (Pereaksi untuk natrium.)

A Kalium antimonat Akuades B KOH 10%

11 g 500 mL 17,5 mL

Didihkan kalium antimonat dalam akuades sampai hampir seluruh garam melarut; dinginkan segera. Setelah dingin 65

tambahkan B; aduk sebentar dan diamkan selama semalam. Saringlah campuran ini, dan pindahkan ke botol pereaksi bertutup. Kalium hidroksida ; penyerap (Untuk penyerapan gas CO2.)

KOH Akuades

180 g 500 mL

Larutkan dulu kristal KOH ke dalam sejumlah akuades, kemudian encerkan sampai volum larutan 500 mL; simpan dalam botol plastik bertutup rapat. Catatan:

Per mL pereaksi ini dapat menyerap 30 mL CO2 (pada 25C; 1 atm).

Kaliumiodida-mercuriiodida (Pereaksi BRUCKE untuk protein.)

KI Akuades HgI2

25 g 250 mL 60 g

Larutkan dulu KI ke dalam akuades, kemudian jenuhkan dengan HgI2 (60 g); encerkan sampai volum larutan menjasi 500 mL. Kalium-kadmium iodida (Pereaksi MARME untuk alkaloida.)

A KI Akuades B CdI2 C Larutan jenuh KI

8 24 4 24

g mL g mL

Campurkan B ke dalam larutan A mendidih. Setelah melarut, tambahkan dengan C. Kalium pirogalat (Untuk penyerapan O2.) Komposisi untuk campuran gas yang mengandung kurang dari 28% gas O2:

A KOH Akuades B Pirogallol, C6H3(OH)3

50 g 100 mL 5 g

Tuangkan larutan A ke dalam B. 66

Komposisi untuk campuran gas yang mengandung lebih dari 28% gas O2:

A KOH Akuades B Pirogallol, C6H3(OH)3

120 g 100 mL 5 g

Tuangkan larutan A ke dalam B. Kobal(III)sianida. (Lihat: kobalti sianida.) Kobalti sianida ; kertas (Uji Rinnmann untuk Zn.)

K3Co(CN)6 4 g KClO3 1 g Akuades 100 mL Kertas saring Campurkan dulu garam-garam ke dalam akuades sampai melarut. Celupkan kertas saring ke dalam larutan ini dan keringkan pada suhu 100C. Penggunaannya: Teteskan sampel pada kertas; nyalakan di dalam cawan penguap; warna hijau menunjukkan adanya Zn.

Kupri asetat (Pereaksi BARFOED untuk monosakarida yang mereduksi.)

A Cu(CH3COO)2 33 g Asam asetat glasial 5 mL B Akuades Ke dalam gelas kimia 600 mL, campurkan garam kupri dan asam asetat; aduk sebentar; kemudian tuangkan sedikit akuades sambil diaduk sehingga campuran A melarut. Encerkan larutan hingga volum larutan menjadi 500 mL. Kupri oksida amoniakal.

(Pereaksi SCHWEITZER; dapat melarutkan katun, linen, dan sutera kecuali wool.)

A CuSO4.5H2O Akuades B NaOH pekat C NH4OH pekat

5 g 100 mL

Didihkan dulu akuades; larutkan ke CuSO4.5H2O; tambahkan sedikit-sedikit

dalamnya garam NaOH pekat ke 67

dalamnya sambil diaduk sampai diperoleh endapan secara sempurna; saring dan cuci endapan dengan baik. Kemudian tuangkan NH4OH pekat pada endapan; hentikan penambahan apabila semua endapan telah melarut. Kupri sulfat dalam gliserin-KOH (Pereaksi untuk sutera.)

A CuSO4.5H2O Akuades B Gliserin C KOH 6 N

10 100 5 100

g mL g mL

Larutkan garam CuSO4.5H2O ke dalam akuades sambil diaduk; tambahkan B, dan aduk. Kemudian tambahkan sedikit demi sedikit KOH 6N sampai terbentuk larutan berwarna biru tua. Kupri-tartrat alkalis A Na2CO3; anhidrous; murni Akuades B Asam tartrat C CuSO4.5H2O

20 200 3,75 2,25

g mL g g

Larutan A di dalam labu ukur 500 mL ditambahi dengan B; setelah B melarut, tambahkanlah C; kocok hingga melarut. Selanjutnya encerkan hingga batas; pindahkan pereaksi ini ke botol kuning bersih dan kering. Kupro-klorida amoniakal (Pereaksi untuk CO pada analisis gas.) Cara 1:

Larutan CuCl bersuasana asam* NH4OH pekat

500 mL

Larutan CuCl dinetralkan dengan NH4OH pekat sampai bau amoniak dari larutan muncul secara menetap. (Kelebihan logam Cu di dalam larutan harus tetap dipertahankan.) *lihat: tembaga(I)klorida; bersuasana asam.

Cara 2:

A Larutan CuCl bersuasana asam** Akuades B NH4OH

325 mL 1600 mL 20 mL 68

Akuades

60 mL

Tuangkan 320 mL larutan CuCl ke dalam 1600 mL akuades; pindahkan lapisan endapan yang terjadi ke dalam gelas ukur 100 mL sampai batas; setelah beberapa jam keluarkan cairan bagian atas sehingga bersisa 20 mL. Tuangkan ke dalamnya 80 mL larutan B; aduk larutan agak kuat; pindahkan larutan ke dalam botol pereaksi bertutup; dan campuran didiamkan selama beberapa jam. (Dari larutan harus keluar sedikit bau amoniak.) **hasil pembuatan dengan cara Winkler. (Lihat: Kupro klorida asam.)

Kupro klorida asam (Pereaksi untuk gas CO pada analisis gas.) Cara 1:

A CuCl2.2H2O 170 g HCl pekat 300 mL B Sn 150 g HCl pekat Tuangi logam Sn dengan HCl pekat sedemikian sampai tidak ada lagi logam Sn yang tersisa. (Larutan yang diperoleh merupakan larutan jenuh SnCl2.)

Tuangkan 85 mL larutan jenuh SnCl2 ke dalam larutan A atau sampai larutan tidak berwarna (Cu++ tereduksi.) Cara 2 (Cara WINKLER):

A CuO 86 g Logam Cu; serbuk 17 g (Cu serbuk dapat dibuat dengan cara mereduksi CuO oleh gas hidrogen.) B HCl pekat 650 mL Akuades 325 mL Masukkan campuran A sedikit demi sedikit ke dalam botol gelas bertutup ke larutan B sambil sering diaduk. Setelah semua campuran A terpindahkan, masukkan kawat logam Cu (buat bentuk spiral) sampai mencapai dasar botol; tutup botolnya; kocok sekali-sekali, dan jika larutan menjadi tidak berwarna maka pereaksi ini siap untuk digunakan.

69

Magnesia ; campuran (Pereaksi untuk fosfat dan arsenat.)

A MgCl2 NH4Cl B HCl pekat Akuades

27,5 52,5 2 50

g g mL mL

Larutkan garam ke dalam larutan B, kemudian encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Catatan: Pereaksi ini akan keruh setelah disimpan beberapa lama.

Magnesium ; pereaksi (Lihat: SMUN & O, pereaksi.) (Uji Suitsu dan Okuma untuk Mg.)

Magnesium uranilasetat A UO2-(C2H3O2)2.2H2O 50 g Asam asetat glasial 30 mL Akuades Larutkan dulu uranilasetat ke dalam 30 mL asam asetat glasial. Kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 250 mL. B

Mg(C2H3O2)2.4H2O 165 g Asam asetat glasial 30 mL Akuades Larutkan garam Mg ke dalam asam asetat glasial; kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 200 mL.

Panaskanlah kedua larutan (A dan B) ke titik didihnya sampai larutan jernih diperoleh. Tuangkan larutan B ke dalam larutan A; aduk; dinginkan; dan kemudian encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL; biarkan selama semalam; dan saring bila perlu. MARME ; pereaksi. (Lihat: Kalium-kadmium iodida; pereaksi untuk alkaloida.)

MARQUIS ; pereaksi. (Lihat: Formaldehid-Asam sulfat; pereaksi untuk alkaloida.)

MAYER ; pereaksi (*) A HgCl2 Akuades

1,358 g 60 mL 70

B KI Akuades

5 g 10 mL

Tuangkan larutan A ke dalam larutan B, encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 100 mL. (*) Pereaksi untuk hampir semua alkaloida dengan membentuk endapan putih dalam suasana sedikit asam.)

MILLON ; pereaksi (Pereaksi untuk albumin dan fenol.)

Raksa HNO3 pekat (berasap) Akuades Larutkan raksa ke dalam HNO3 pekat.

10 g 20 mL

(Gunakan kerudung kepala, dan lakukan di ruang asam.)

Setelah raksa melarut, tambahkan akuades sebanyak 2x volum larutan yang diperoleh; diamkan selama 12 jam; dan saring. MOLISCH ; pereaksi. (Lihat: -Naftol.) -Naftol 5% alkoholik 0,5 g A -Naftol B Etanol 95% 20 mL Larutkan A ke dalam B; kemudian tuangkan ke dalam botol tetes. -Naftol 15% (Disebut Pereaksi Molisch; untuk wool.)

15 g - Naftol Alkohol atau kloroform 100 mL Setelah dicampurkan, lalu dikocok; diamkan beberapa lama, dan kemudian saring. -Naftol - Naftol Alkohol

40 g 360 mL

Setelah dicampurkan, lalu dikocok; diamkan beberapa lama, dan kemudian saring. Natrium hidroksida (Untuk penyerapan CO2.)

NaOH murni Akuades (bebas CO2)

165 g 500 mL 71

Larutkan NaOH ke dalam sejumlah akuades, kemudian encerkan sam-pai volum larutan menjadi 500 mL. Simpan pereaksi ini dalam botol plastik bertutup rapat. Catatan: Serapannya sama dengan pereaksi KOH sehingga menguntungkan karena NaOH harganya murah (lihat: kalium hidroksida; penyerap).

Natrium-kobaltinitrit ; larutan* Cara 1:

Natrium kobaltinitrit, Na3[Co(NO2)6] p.a. Akuades

17 g 250 mL

Cara 2:

A Kobal nitrat, Co(NO3)2.6H2O 7,5 g Akuades 30 mL B Natrium nitrit NaNO2 pekat 6,2 mL Akuades 30 mL C Asam asetat glasial 15 mL Campurkan larutan A dan larutan B sambil diaduk kuat beberapa lama; tambahkan C; aduk lagi; kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 250 mL. Biarkan campuran beberapa lama; kemudian saring. Keterangan: *Larutan ini tidak stabil; hanya tahan selama 2-3 minggu).

Natrium metabisulfit 10% Natrium metabisulfit* Akuades

10 g 100 mL

*nama lain: natrium pirosulfit dengan rumus kimia Na 2S2O5.

Natrium nitrit ; 0,1% NaNO2 Akuades

0,5 g

Larutkan ke dalam sedikit akuades, kemudian encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Natrium nitroprussid (Pereaksi untuk hidrogen sulfida dan wool.)

Natriumnitroprussid Akuades

1 g 10 mL

Pereaksi ini harus dibuat ketika akan digunakan supaya segar. 72

Natrium plumbit (Pereaksi untuk wool.)

A NaOH 5 g Akuades 100 mL B PbO (litharge) 5 g Tambahkan oksida PbO ke dalam larutan A, lalu didihkan sampai oksida tersebut melarut. Natrium polisulfida A Na2S.9H2O Akuades B NaOH C Belerang

240 250 20 9

g mL g g

Tambahkan B ke dalam larutan A; aduk sampai B melarut. Kemudian tambahkan C; aduk lagi sampai homogen. Encerkan larutan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 500 mL. Natrium suksinat 0,5 M Natrium suksinat Akuades Larutkan garam ke dalam akuades. Natrium tungstat ; 10 % Na-tungstat ; C.P.* Akuades

6,78 g 50 mL

10 g 90 mL

Pereaksi ini harus dibuat netral terhadap indikator fenolftalein (untuk ini digunakan cara dengan menambahkan tetes NaOH 0,1 N atau H2SO4 0,1 N). *Chemically pure

Nelson A ; pereaksi Na2CO3 anh. 12,5 g KNa-tartrat 12,5 g NaHCO3 10 g Na2SO4 anh. 100 g Akuades 350 mL Larutkan kristal secara berurutan ke dalam gelas kimia yang 73

berisi 350 mL akuades sambil diaduk; kemudian encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Pindahkan dalam botol reagen bertutup. Nelson B ; pereaksi CuSO4.5H2O Akuades H2SO4 pekat

15 g 100 mL

Tambahkan dulu 3 tetes H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia 250 mL yang berisi 100 mL akuades; aduk sebentar; kemudian masukkan sedikit-sedikit CuSO4.5H2O ke dalamnya sambil diaduk. Pindahkan ke dalam botol reagen bertutup. NESSLER ; pereaksi (Untuk amoniak.)

A KI Akuades; dingin B HgI2 Akuades (Diperoleh larutan jenuh HgI2.)

25 25 11 175

C

100 mL

NaOH 5N

g mL g mL

Sambil diaduk, tambahkan secara perlahan larutan jenuh B ke dalam larutan A sampai berlebih sedikit yang ditandai dengan terbentuknya endapan; kemudian tambahkan larutan C; dan encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL; diamkan beberapa lama, dan ambil (alirkan) cairan yang jernihnya. Nikel(II)oksida-amoniakal (Pereaksi untuk sutera.)

A NiSO4 ; kristal kuning

5g

(atau NiSO4.7H2O; kristal hijau; 9,1 g)

Akuades B NaOH 5 N C NH4OH pekat D Akuades

100 50 25 25

mL mL mL mL

Ke dalam larutan A tambahkan larutan B sampai ion nikel terendapkan sempurna sebagai Ni(OH)2; saring; dan cuci endapan dengan baik, kemudian larutkan endapan ini ke dalam larutan C lalu tambahkan dengan akuades (D).

74

Ninhidrin 0,1% Ninhidrin (triketo-hidrindehidrat) Etanol 95%

0,1 g 100 mL

Ninhidrin ; larutan A SnCl2.2H2O p.a. 0,4 g B Larutan bufer sitrat; 0,2M ; pH 5* 250 mL C Ninhidrin 10 g Metil-cellosolve** Tempatkan ninhidrin dalam gelas kimia 600 mL; lalu tuangi dengan metil-cellusolve sampai mencapai volum 250 mL dan ninhidrin melarut. Tuangkan campuran A dan B ke dalam larutan C; aduk agar homogen; selanjutnya pindahkan ke dalam botol reagen; dan simpan di tempat dingin (kulkas). Keterangan: * bufer dapat dibuat dengan cara melarutkan 4,3 g asam sitrat dan 8,7 g Na-sitrat dalam 250 mL akuades. Tepatkan pH bufer sampai pH 5,0 dengan meneteskan NaOH 1 M atau HCl 1 M (jangan dengan NH 4OH). ** 2-metoksi etanol; CH3–O–C2H4OH.

p-Nitrobenzen-azo-resorsinol (Pereaksi untuk magnesium.)

A

p-Nitrobenzen-azo-resorcinol 0,5 g NaOH 1 M 5 mL B Akuades Setelah diperoleh larutan A, kemudian encerkan dengan B sampai volum larutan menjadi 500 mL. Nitron (Pendeteksian radikal nitrat.)

A Nitron (C20H16N4) 10 g B Asam asetat glasial 5 mL Akuades 95 mL Larutkan A ke campuran B, dan selanjutnya simpan dalam botol berwarna gelap. -Nitroso--naftol A B

-Nitroso--naftol Asam asetat glasial

50 mL 75

Akuades 50 mL Larutkan A ke dalam larutan B sedemikian sampai diperoleh larutan jenuhnya. Catatan: Pereaksi ini tidak tahan lama.

NYLANDER ; pereaksi (Untuk karbohidrat.)

A Bismut-subnitrat, Bi(OH)2NO3 10 g Garam Rochelle 20 g B NaOH 8% 500 mL Campurkan A ke dalam B; dinginkan dan kemudian lakukan penyaringan. OBERMAYER ; pereaksi (Untuk indoksil dalam urin.)

FeCl3 HCl (bj. 1,19)*

2 g 500 mL

Keterangan: *kira-kira HCl 40%(b/b). (Lihat: Lampiran.)

Pirogallol basa A Asam Pirogallat 75 g Akuades 75 mL B KOH 500 g Akuades 250 mL Larutkan basa ke dalam air; dinginkan; kemudian sesuaikan massa-jenis larutan basa ini sampai diperoleh 1,55 (melalui penambahan KOH atau penambahan akuades). Penggunaan: Tuangkan 270 mL larutan B ke 30 mL larutan A.

Resorsinol ; pereaksi (Pereaksi untuk uji formaldehid atau formalin.)

Resorsinol Akuades

0,5 g 100 mL

Campurkan resorsinol ke dalam akuades, aduk sampai melarut. S & O ; pereaksi (Pereaksi magnesium; uji Suitsu & Okuma untuk Mg.)

o-p-dihidroksi-monazo-p-nitrobenzen

0,5 g 76

NaOH 0,25 M

100 mL

Sabun ; larutan (Pereaksi untuk kesadahan dalam air.)

A Sabun castile; kering 50 g B Etanol 80%* 500 mL C Larutan baku Ca** Larutkan sabun ke dalam 500 mL B (alkohol 80%); dan biarkan larutan ini selama beberapa hari. Kemudian encerkan dengan larutan B sedemikian sampai diperoleh dimana untuk setiap 6,4 mL larutan ini menghasilkan busa permanen terhadap 20 mL larutan baku Ca. * dibuat dengan mencampurkan alkohol absolut dan air (5 : 1). ** larutan baku Ca dibuat dengan rincian: 0,02 g CaCO3 dilarutkan ke dalam sedikit HCl 0,4 M; uapkan sampai kering; tambahkan akuades sampai volum larutan menjadi 100 mL.

SCHEIBLER ; pereaksi. (Lihat: Asam Fosfotungstat.) SCHIFF ; pereaksi (Pereaksi untuk aldehid; lihat: Fuchsin-Asam Sulfit.)

SCHWEIZER ; pereaksi. (Lihat:Kupri Oksida Amoniakal.) SELIWANOFF ; pereaksi. A Resorcinol B

HCl pekat Akuades

0,15 g 34 mL 68 mL

(atau HCl : Akuades = 1 : 2)

Larutkan A ke dalam larutan B. Seng klorida ; larutan alkalis (Pereaksi untuk sutera.)

A ZnCl2 200 g Akuades 170 mL B ZnO 8 g Tambahkan ZnO ke dalam larutan A; panaskan sampai diperoleh larutan sempurna. Seng-uranilasetat (Pereaksi untuk Na.) 77

A UO2(C2H3O2)2.2H2O 10 g CH3COOH 30% 6 mL Akuades Larutkan dulu garam ke dalam CH3COOH 30% yang disertai dengan pemanasan kecil, kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 50 mL. B Zn(CH3COO)2.2H2O 30 g CH3COOH 30% 3 mL Akuades Larutkan dulu garam ke dalam CH3COOH 30% dan encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 50 mL C NaCl 50 mg Campurkan larutan A ke dalam larutan B; aduk sambil ditambahkan NaCl; lalu biarkan campuran ini selama semalam. Setelah itu lakukan penyaringan. STOKE ; pereaksi A FeSO4 15 g Asam tartrat 10 g Akuades Larutkan padatan ke dalam akuades secukupnya; lalu encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. B NH4OH pekat Saat sebelum pereaksi ini akan digunakan, tambahkan dulu cairan B ke dalam larutan A sampai endapan pertama yang terbentuk kemudian melarut. Sukrosa ; 0,1 M Sukrosa 17,1 g Akuades Larutkan sukrosa ke dalam sedikit akuades; lalu encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Catatan: Larutan dapat diawetkan dengan toluen.

Sukrosa ; 1% Sukrosa Akuades

1 g 100 mL

78

Larutan dapat diawetkan dengan toluena. Tembaga(I)klorida amoniakal. (Lihat: Kupro klorida amoniakal.) Tembaga(I)klorida-asam. (Lihat: Kupro klorida asam.) Tembaga(II)asetat. (Lihat: Kupriasetat.) Tembaga(II)oksida-amoniakal. (Lihat: Kupri oksida amoniakal.) Tembaga(II)sulfat dalam gliserin-KOH (Lihat: Kuprisulfat dalam gliserin-KOH.)

Tembaga(II)tartarat alkalis. (Lihat: Kupri tartrat ; alkalis.) Trinitrofenol ; larutan

(Untuk alkaloida, wool, sutera ; lihat: Asam Pikrat ; pereaksi HAGER.)

UFFELMANN ; pereaksi (Uji untuk asam laktat.)

A

Fenol ; murni 1 g Akuades 50 mL B Larutan FeCl3 Tambahkan B (larutan FeCl3) ke dalam larutan A (larutan fenol 2%) sampai larutan fenol berwarna ungu. Keterangan: Pereaksi ini positif (adanya asam laktat) dengan memberikan warna kuning.

Urea ; 0,1 M Urea Akuades

3 g 500 mL

WAGNER ; larutan

(Digun. dalam analisis karang-fosfat untuk mencegah pengendapan besi dan aluminium.)

Asam sitrat 12,5 g Asam salisilat 0,5 g Akuades Larutkan dulu kedua asam ke dalam sedikit akuades, kemudian encerkan sampai volum larutan 500 mL.

79

WAGNER ; pereaksi (Pereaksi untuk alkaloida ; lihat: Iodo-kaliumiodida.)

WIJ ; larutan iod monoklorida (Untuk bilangan iod.)

I2 ; murni a) Asam asetat glasial b) Cl2 c) H2SO4 pekat (bj. 1,84)

6,5 g 500 mL

Larutkan I2 ke dalam asam asetat glasial, dan bagi menjadi: A 15 mL (simpan), dan sisanya, B 485 mL. Ke dalam larutan B alirkan gas Cl2 kering sampai warna khas dari iodium-bebas menghilang. Setelah itu, tuangkan sedikit demi sedikit larutan A ke dalam larutan B bebas iodium tersebut guna menghilangkan kelebihan klor bebas dalam B (usahakan penambahan larutan A tersebut hanya menyebabkan adanya I2 dalam larutan B sedikit berlebih, dan hindarkan adanya klor dalam larutan). Kemaslah pereaksi di dalam botol kuning bertutup. Catatan: Jangan gunakan lagi pereaksi yang melebihi 30 hari sejak penyimpanan. Keterangan: a) hasil sublimasi ulang b) telah dilakukan uji kromat guna menghilangkan zat-zat yang dapat mereduksi. c) harus kering dan bersih (dengan cara mengalirkan gas Cl ke dalam 2 H2SO4 pekat).

Xanthydrol ; larutan 10% Xanthydrol 10 g Metanol absolut 133 mL Suspensikan campuran ini dengan mengocoknya secara kuat; setelah 2 hari; saring dengan menggunakan kertas saring kering ke dalam botol kuning bermulut kecil (bertutup). Catatan: Xanthydrol dapat dibeli dari Eastmann Kodak Co.

ZIMMERMANN-REINHARDT ; pereaksi (Untuk penetapan besi.)

A

MnSO4.4H2O Akuades

35 g 250 mL 80

B H2SO4 pekat 62,5 mL H3PO4 85% 62,5 mL Tuangkan secara perlahan campuran B ke dalam larutan A, kemudian encerkan sampai volum larutan 500 mL. Zirkonil nitrat ; pereaksi (Untuk uji-fluorida.)

A Zirkonil nitrat, {ZrO(NO3)2.2H2O} HCl pekat B Akuades

0,1 g 20 mL

Encerkan larutan A dengan akuades sampai volum akhir 100 mL Zirkonil nitrat ; pereaksi (Untuk pemisahan fosfat.)

A Zirkonil nitrat, {ZrO(NO3)2.2H2O} p.a. 0,1 g B HNO3 pekat 6,2 mL Akuades Alirkan dulu asam ke dalam 70 mL akuades pada gelas kimia 250 mL; kemudian encerkan sampai volum larutan menjadi 100 mL Panaskan larutan B; kemudian larutkan garam sambil diaduk dan dipanaskan sampai mendidih. Tutup dengan dengan kaca arloji; biarkan selama 24 jam. Setelah itu, ambil larutan jenihnya. 

81

Ada satu kelompok senyawa yang memiliki sifat khas yakni warnanya dapat berubah oleh perubahan pH larutannya. Sifat inilah yang barangkali mendorong penamaan kelompok zat tersebut sebagai indikator. Umumnya kelompok senyawa tersebut tergolong senyawa organik. Sumber indikator alam, umumnya berasal dari tumbuhan (akar, daun, bunga, buah, atau biji) dan dapat dibuat melalui ekstraksi dengan pelarutnya yang sesuai. Selain indikator alam, kini dikenal juga indikator sintetis (dibuat secara sintetik) terutama golongan sulfonftalein dan ftalein. Bahkan indikator sintetis lebih unggul dari indikator alam karena mampu memberikan perubahan warna yang lebih jelas (cemerlang). Suatu indikator memiliki kepekaan terhadap perubahan pH larutan; ada juga kelompok indikator yang peka terhadap konsentrasi ion-ion logam tertentu seperti ion Mg2+, ion Ca2+, ion Cu2+. Indikator terakhir ini sering disebut sebagai indikator metalokromik dan memiliki peran dalam titrasi kelometrik. Selama beberapa dasa warsa tertentu, indikator telah memberikan peran penting dalam menunjang perkembangan kimia analitik dan bidang ilmu lainnya. Penggunaan indikator dalam suatu analisis kini mulai berkurang (terdesak) dengan berkembangnya kimia instrumentasi, namun dalam beberapa hal senyawa ini masih digunakan dan masih memiliki peran cukup penting dalam beberapa bidang ilmu. A. MACAM INDIKATOR Dari segi fungsinya, dikenal beberapa macam kelompok indikator di antaranya adalah: 83

(1) Indikator Asam-basa Contoh: lakmus, fenolftalein, fenol merah, metil jingga, metil merah, brom-timol biru, brom-kresol hijau, brom-kresol ungu, dsb.

(2) Indikator Redoks Contoh: metilen biru, difenil-amin, difenil-benzidin, feroin, nitroferoin, 5-metilferoin, asam difenilamin sulfonat, dsb.

(3) Indikator Kulometrik (Berupa elektroda pembanding-indikator.)

(4) Indikator Kelometrik (indikator metalokromik) Contoh: Eriochrome Black T, kalmagit, difenil karbazida, difenil karbazon; natrium nitro-prusida, pirokatekol ungu, dsb.

(5) Indikator Pengendapan (Indikator Adsorpsi) Contoh: eosin, fluoresin, diklorofluoresin, ortokrom T, ion kromat (CrO42–), ion ferri (Fe3+), dsb.

(6) Indikator Pendar-fluor (Indikator Fluoresen) Contoh: eosin, eritrosin, resorufin, kuinin, asam naftol-sulfonat, diazol kuning-brilian, dsb.

Pemilihan indikator yang akan diterapkan bergantung pada perubahan pH yang terjadi atau perubahan tertentu yang terlibat akibat dari perubahan karakteristik/sifat dari pereaksi. Dengan demikian, selain ketajaman perubahan warna indikator itu sendiri, ketepatan pemilihan indikator akan sangat menentukan ketelitian dan ketepatan hasil suatu pengamatan. B. PEMBUATAN LARUTAN INDIKATOR Alizarin ; larutan indikator 0,1% Alizarin Metanol

100 mg 100 mL

Alizarin kuning R ; larutan indikator 0,1% Alizarin kuning R Akuades

100 mg 100 mL

Alizarin merah S ; larutan indikator 1% Alizarin merah S Akuades

1g 100 mL 84

Amilum ; larutan indikator Dapat dibuat melalui 2 cara, yaitu: Cara 1:

A Amilum (kanji) 2g HgI2 ; serbuk 0,01 g Campurkan kedua zat ini dan kemudian buatlah menjadi pasta dengan sedikit akuades. B Akuades Didihkan akuades ini.

1000 mL

Setelah B mendidih, masukkan pasta A ke dalamnya sedikit demi sedikit sambil diaduk; dan teruskan pendidihan selama beberapa menit. Larutan akan jernih bila amilum yang digunakan tergolong mudah larut; jika tidak jernih, biarkan semalam, dan kemudian pindahkan lapisan jernihnya ke botol kaca bertutup. Cara 2:

A NaCl ; larutan jenuh (saring dulu) 500 mL Asam asetat glasial 80 mL Akuades 20 mL Campurkan ketiga bahan ini di dalam gelas kimia 1 L. B Amilum

3g

Masukkan B sambil diaduk ke dalam campuran A; tutup gelas kimia dengan piring keramik lalu panaskan dengan api sedang sampai mendidih, dan teruskan pendidihan selama 2 menit. Simpan dalam botol kaca bertutup. Catatan: Larutan ini dapat bertahan lama.

Benzopurpurin 48 ; larutan indikator 0,1% Benzopurpurin 48 Akuades

100 mg 100 mL

Besi(III)-amonium-sulfat ; larutan jenuh Besi(III)-amonium-sulfat p.a. HNO3 1 M

100 mL

Larutkan garam ke dalam HNO3 1 M sampai diperoleh larutan jenuhnya.

85

Brilian-kuning ; larutan indikator 0,1% Brillian-kuning Akuades

100 mg 100 mL

Bromofenol biru ; larutan indikator 0,04% A Bromofenol biru 100 mg NaOH 0,01 M 14,9 mL B Akuades 235,1 mL Homogenkan dulu campuran A (sampai membentuk larutan); kemudian encerkan dengan B. Bromofenol merah ; larutan indikator 0,04% A Bromofenol merah 100 mg NaOH 0,01 M 19,5 mL B Akuades 230,5 mL Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian encerkan dengan B. Bromokresol hijau ; larutan indikator 0,04% A Bromokresol hijau 100 mg NaOH 0,01 M 14,3 mL B Akuades 235,7 mL Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian encerkan dengan B. Bromokresol merah-lembayung ; larutan indikator 0,04% A Bromokresol ML 100 mg NaOH 0,01 M 18,5 mL B Akuades 231,5 mL Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian encerkan dengan B. Bromopirogalol merah ; larutan indikator A. Bromopirogalol merah 0,05 g B Etanol absolut 50 mL Akuades 50 mL Masukkan A ke dalam larutan B (larutan etanol 50%) Keterangan: Titik akhir dari merah ke biru. 86

Bromotimol biru ; larutan indikator 0,04% A Bromotimol biru 100 mg NaOH 0,01 M 16 mL B Akuades 234 mL Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian encerkan dengan B. Curcumin ; larutan indikator 0,1% Curcumin Etanol

100 mg 100 mL

Difenilamin sulfonat ; larutan indikator A Ba-difenilamin sulfonat Akuades B Na2SO4

320 mg 100 mL 500 mg

Tambahkan B ke dalam larutan A; saring agar endapan BaSO4 dapat dipisahkan. Difenilkarbazida A Difenilkarbazid 0,2 mg B Asam asetat glasial 10 mL C Etanol 95% Larutkan A ke dalam B, kemudian encerkan dengan C sampai volum larutan menjadi 100 mL. Difenilkarbazon ; larutan indikator 0,2% Difenilkarbazon Etanol

200 mg 100 mL

(Kemas larutan indikator ini di dalam botol berwarna kuning, dan simpan di tempat dingin; kesegarannya berumur 1 bulan.) 2,6-Diklorofenol-indifenol ; larutan indikator 0,05% Garam Na dari indikator 104 mg NaHCO3 84 mg Akuades 200 mL Tuangkan akuades pada kedua garam sambil diaduk. Bila perlu saring, dan simpan di tempat dingin. 87

Diklorofluoresin ; larutan indikator Diklorofluoresin Etanol 70%

100 mg 100 mL

Atau:

Garam Na-diklorofluoresin Etanol 70%

100 mg 100 mL

p-Dimetilaminoazobenzen ; larutan indikator 0,1% A p-Dimetilaminoazobenzen 100 mg Etanol 90 mL B Akuades 10 mL Buat dulu campuran A menjadi larutan, dan kemudian tambahkan B. 2-(p-Dimetilaminofenilazo)-piridin ; larutan indikator 0,1% 2-(p-Dimetilaminofenilazo)-piridin 100 mg Etanol 100 mL m-Dinitrobenzoilen urea ; larutan indikator A m-Dinitrobenzoilen urea 25 g NaOH 1 M 115 mL B Akuades; mendidih 50 mL C NaCl 292 mg Akuades 100 mL Buat dulu campuran A secara homogen; tuangkan B, dan aduk; kemudian tambahkan ke dalamnya larutan C. 2,4-Dinitrofenol ; larutan indikator 2,4-Dinitrofenol Akuades 100 mL Larutkan indikator ke dalam akuades ini sampai diperoleh larutan jenuhnya. Eriokrom hitam T ; larutan indikator. Eriokrom hitam T 0,5 g Alkohol 100 mL Larutan indikator ini dapat disimpan 6-8 minggu; setelah itu jangan dipakai lagi. 88

Pilihan lain adalah dalam sediaan serbuk (dapat disimpan lama); dibuat sebagai berikut.

Eriokrom hitam T NaCl p.a. Hidroksilamin hidroklorida p.a.

0,5 g 10 g 10 g

Campur dan gerus ketiga padatan semerata mungkin. Catatan: gunakan 0,25 g serbuk indikator per titrasi.

Eritrosin ; larutan indikator 0,1% Garam Na2-eritrosin Akuades

100 mg 100 mL

Etil-bis(2,4-dimetilfenil)asetat ; larutan indikator Etil-bis(2,4-dimetilfenil)asetat Aseton-alkohol 50% (*) Larutan indikator ini merupakan larutan jenuhnya dalam aseton-alkohol 50%. (*) Perbandingan volum 1 : 1

Etil jingga ; larutan indikator 0,1% A Etil jingga B Akuades Etanol

100 mg 90 mL 10 mL

Larutkan A ke dalam larutan B. Etil merah ; larutan indikator 0,1% A Etil merah 100 mg Metanol 50 mL B Akuades 50 mL Homogenkan dulu campuran A, dan kemudian tambahkan B ke dalamnya. Etil ungu ; larutan indikator 0,1% A Etil ungu Metanol B Akuades

100 mg 50 mL 50 mL

Homogenkan dulu campuran A, dan kemudian tambahkan B ke dalamnya. 89

4-Fenilazodifenilamin ; larutan indikator 0,01% A 4-Fenilazodifenilamin 10 HCl 1M 1 B Etanol 50 C Akuades 49

mg mL mL mL

Buat dulu larutan A, dan kemudian secara berurutan tambahkan B dan C ke dalamnya. 4-Fenilazo-1-naftilamin ; larutan indikator 0,1% 4-Fenilazo-1-naftilamin 100 mg Etanol 100 mL Fenol merah ; larutan indikator 0,04% A Fenol merah* NaOH 0,01 M B Akuades

100 mg 28,2 mL 221,8 mL

Homogenkan dulu campuran A, dan selanjutnya tambahkan B ke dalamnya. * disebut juga: fenolsulfonftalein.

Fenolftalein ; larutan indikator 0,05% A Fenolftalein Etanol B Akuades

100 mg 100 mL 100 mL

Homogenkan dulu campuran A, kemudian tambahkan B ke dalamnya; dan saring jika perlu. Fenolsulfonftalein ; larutan indikator. (Lihat: Fenol merah.) Feroin* ; larutan indikator A 1,10-fenantrolina hidrat B besi(II)sulfat 0,02 M** A dilarutkan ke dalam B (harus dihitung secara stoikiometris). *kompleks besi(II)-1,10-fenantrolina; atau ferrofenantrolin. **harus bebas asam.

Feroin-sulfat ; larutan indikator 1,5% (Lihat: Ferrofenantrolin-ion ; larutan indikator 1,5%). 90

Ferric-alum ; larutan indikator A FeNH4(SO4)2.12H2O 70 mg 200 mL Akuades; 50 C Setelah terbentuk larutan; dinginkan ; dan saring. B HNO3 6 N 50 mL Encerkan larutan A dengan larutan B sampai volum akhir larutan 250 mL. Ferrofenantrolin ion ; larutan indikator 1,5% A o-Fenantrolin 1,5 g B FeSO4.7H2O 700 mg Akuades 100 mL Buat dulu larutan B, lalu masukkan A, dan aduk sampai melarut. Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 4,3) A Bromokresol hijau; garam Na-nya 0,05 g Akuades 50 mL B Metil jingga 0,1 g Akuades 50 mL Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1). Keterangan: berubah warna pada pH 4,3 dari jingga menjadi biru-kehijauan.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 6,1) A Bromokresol hijau; garam Na-nya 0,05 g Akuades 50 mL B Klorofenol merah 0,05 g Akuades 50 mL Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1). Keterangan: Berubah warna pada pH 6,1 dari hijau-pucat menjadi ungu-kebiruan.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 7,2) A Bromotimol biru 0,05 g Etanol 50 mL B Klorofenol merah 0,05 g Etanol 50 mL Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1). Keterangan: Berubah warna pada pH 7,2 dari merah-muda menjadi hijau. 91

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 7,5) A Bromotimol biru 0,05 g Akuades 50 mL B Klorofenol merah 0,05 g Akuades 50 mL Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1). Keterangan: Berubah warna pada pH 7,5 dari kuning menjadi ungu.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 8,3) A Timol biru; sebagai garam Na-nya 0,1 g Akuades 100 mL B Kresol merah; sebagai garam Na-nya 30 mg Akuades 30 mL Campurkan 90 mL A dan 30 mL B (3 : 1). Keterangan: Berubah warna pada pH 8,3 dari kuning menjadi ungu.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 8,9) A Fenolftalein 0,1 g Etanol 100 mL B 1-Naftalein 0,03 g Etanol 30 mL Campurkan 90 mL A dan 30 mL B (3 : 1). Keterangan: Berubah warna pada pH 8,9, dari merah muda pucat menjadi ungu.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 9,0) A Timol biru 0,03 g Etanol 50% 30 mL B Fenolftalein 0,1 g Etanol 50% 100 mL Campurkan 30 mL A dan 90 mL B (1 : 3). Keterangan: berubah warna pada pH 9,0 dari kuning menjadi ungu.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 9,9) A Timolftalein 0,05 g Etanol 50% 50 mL B Fenolftalein 0,05 g Akuades 50 mL Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1). Keterangan: Berubah warna pada pH 9,9 dari tak-berwarna menjadi ungu. 92

5,5-Indigodisulfonat-asam ; larutan indikator 0,1% Garam dinatrium-indigodisulfonat 100 mg Akuades 100 mL Jingga IV ; larutan indikator 0,01% Jingga IV Akuades

10 mg 100 mL

Kalium kromat ; larutan indikator 5% K2CrO4 p.a. Akuades

5 g 100 mL

Catatan: Pemakaian per mL untuk 50-100 mL larutan uji.

Kalium kromat-dikromat ; larutan indikator A K2CrO4 p.a. 4,2 g K2Cr2O7 p.a. 0,7 g B Akuades 100 mL Masukkan A ke B, dan aduk sampai seluruhnya melarut. Catatan: Merupakan pilihan indikator yang lebih baik untuk metoda Mohr.

Kalmagit ; larutan indikator 0,05% Kalmagit Akuades

0,5 g 100 mL

Catatan: Perubahan warnanya lebih jelas dan lebih tajam dari indikator SolokromHitam; dan keuntungannya, larutan indikator ini stabil selama paling sedikit 12 bulan bila disimpan dalam botol politena dan tak terkena cahaya.

Kalsikrom* ; larutan indikator A Kalsikrom 0,5 g NaOH 0,1 M Di dalam lumpang bersih, kalsikrom sambil ditetesi NaOH 0,1 M sehingga membentuk pasta. B Akuades Pindahkan dulu pasta ke dalam botol reagen 600 mL; encerkan dengan akuades sampai volum 500 mL. *Asam siklotris-7-(1-azo-8-hidroksinaftalena-3,6-disulfonat). Catatan: Bekerja baik untuk titrasi CDTA.

Kanji ; larutan indikator. (Lihat: Amilum; larutan indikator.) 93

Katekol violet ; larutan Indikator Katekol violet Akuades

0,1 g 100 mL

Keterangan: Indikator ini dalam air berwarna kuning dan bersifat indikator asam-basa; berwarna merah (pH1,5); merah (pH 2-6); violet (pH=7); biru (pH10).

Klorofenol-merah ; larutan indikator 0,04% A Klorofenol merah 100 mg NaOH 0,01 M 23,5 mL B Akuades 226,5 mL Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian tambahkan B ke dalamnya. Komplekson timolftalein* ; bubuk indikator Komplekson timolftalein 1 g KNO3 100 g Kedua zat dicampur dan digerus semerata mungkin. *Asam timolftalein di(metil-iminadiasetat).

Kongo merah ; larutan indikator 0,5% A Kongo merah 500 mg Etanol 10 mL B Akuades 90 mL Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian tambahkan B ke dalamnya. Kresol merah* ; larutan indikator 0,04% A Kresol merah NaOH 0,01 M B Akuades

100 mg 26,2 mL 223,8 mL

Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, lalu tambahkan B ke dalamnya. *nama lain: o-kresolsulfonftalein.

o-Kresolftalein ; larutan indikator 0,04% o-Kresolftalein Etanol

40 mg 10 mL 94

m-Kresolsulfonftalein ; larutan indikator (Lihat: Metakresol Merah-lembayung ; larutan indikator.)

o-Kresolsulfonftalein ; larutan indikator (Lihat: Kresol Merah; larutan indikator.)

Kristal ungu ; larutan indikator 0,02% Kristal ungu Akuades

20 mg 100 mL

Kuinaldin merah ; larutan indikator 1% Kuinaldin merah Etanol

1 g 100 mL

Lakmoid ; larutan indikator 0,2% Lakmoid Etanol

200 mg 100 mL

Lakmus ; larutan indikator 1% Lakmus Akuades

1 g 100 mL

Malasit hijau ; larutan indikator 1% Malasit hijau Akuades

1 g 100 mL

Merah netral ; larutan indikator 0,01% A Merah netral 10 mg Etanol 50 mL B Akuades 50 mL Homogenkan dulu campuran A (sampai membentuk larutan), baru kemudian tambahkan B ke dalamnya. Metakresol merah-lembayung* ; larutan indikator 0,04% A Metakresol ML* 100 mg NaOH 0,01 M 26,2 mL B Akuades 223,8 mL Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian tambahkan B ke dalamnya. *nama lain: m-kresolsulfonftalein. 95

Metanil kuning ; larutan indikator 0,01% Metanil kuning Akuades

10 mg 100 mL

Metil biru ; larutan indikator 0,02% Metil biru Akuades

20 mg 100 mL

Metil hijau ; larutan indikator 0,1% Metil hijau Akuades

100 mg 100 mL

Metil jingga ; larutan indikator 0,01% Metil jingga Akuades

10 mg 100 mL

Catatan: Saring jika perlu.

Metil jingga ; larutan indikator (modifikasi) Metil jingga Xylensianol FF Etanol 50% dalam air

500 mg 700 mg 250 mL

Metil merah ; larutan indikator 0,02% A Metil merah Etanol B Akuades

50 mg 150 mL 100 mL

Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, baru kemudian tambahkan B ke dalamnya. Metil merah ; larutan indikator (modifikasi) Metil merah 250 mg Xylensianol FF 625 mg Etanol 90% dalam air 500 mL Atau : Metil merah Metil biru Etanol 90% dalam air

625 mg 412,5 mg 500 mL 96

Metil merah-metil biru ; larutan campuran indikator Metil merah ; larutan 0,02% 125 mL Metil biru ; larutan 0,01% 125 mL Catatan: Pada pH 5,2: larutan campuran-indikator berwarna merah; pada pH 5,4: tak berwarna; dan pada pH 5,6: berwarna hijau.)

MO ; larutan indikator. (Lihat: Metil jingga ; larutan indikator.) MR ; larutan indikator. (Lihat: Metil merah ; larutan indikator.) Metil Timol biru KNO3 ; larutan indikator Metil timol biru-jingga KNO3 p.a. Akuades

20 mg 20 mg 100 mL

Metil ungu ; larutan indikator Metil ungu Akuades

40 mg 100 mL

Mureksida-campuran ; bubuk indikator Mureksida (C.I. 560865 Naftol B hijau NaCl murni

0,2 g 0,5 g 100 g

Ketiga zat dicampur dan digerus sampai semerata mungkin. Keterangan: pemakaian 0,2 g campuran per titrasi.

p-Naftolbenzen ; larutan indikator A p-Naftolbenzen B NaOH 0,1 M Akuades Larutkan A ke dalam larutan B.

1 g 10 mL 90 mL

m-Nitrofenol ; larutan indikator 0,1% m-Nitrofenol Akuades

100 mg 100 mL

p-Nitrofenol ; larutan indikator 0,1% p-Nitrofenol Akuades

100 mg 100 mL 97

Parametil merah ; larutan indikator 0,1% Parametil merah Etanol

100 mg 100 mL

Patton dan Reeder* ; bubuk indikator A HHSNNA* B Natrium sulfat p.a.

2 g 200 g

A dan B dicampur dan digerus sampai semerata mungkin. *asam 2-hidroksil-1-(2-hidroksi-4-sulfat-1-naftilazo)-3-naftoat; biasa disingkat: HHSNNA Keterangan: Pemakaian: 1 g per titrasi; dan tidak stabil dalam larutan bersuasana basa.

Pirokatekol violet ; Larutan Indikator (Lihat: Katekol violet ; Larutan Indikator.)

Propil merah ; larutan indikator 0,1% Propil merah Etanol

100 mg 100 mL

Resazurin ; larutan indikator 0,1% Resazurin Akuades

100 mg 100 mL

Solokrom biru-tua* ; larutan indikator Solokrom biru-tua Metanol * Na-1-(2-hidroksi-1-naftilazo)-2-nafto-4-sulfonat;

0,2 g 50 mL

Erikrom RC-Hitam; atau Kalkon.

Solokrom-hitam* ; larutan indikator Xilenol jingga KNO3 p.a. Akuades

20 mg 20 mg 100 mL

Catatan: Dalam larutan bersuasana asam, indikator cenderung berpolimerisasi menjadi zat yang berwarna coklat-merah (indikator tersebut tidak baik digunakan untuk larutan yang bersuasana asam).

pH :  5 Warna indikator : merah

7-11 biru

11 Jingga-kekuningan

*nama lain: Na-1(1-hidroksi-2-naftilazo)-6-nitro-2-naftol-4-sulfonat(II) 98

Sulfon F hitam permanen ; larutan indikator Sulfon F hitam* 0,2 g Akuades 100 mL *garam Na dari asam 1-hidroksi-8-(2-hidroksinaftilazo)2-(sulfonaftilazo)-3,6-disulfonat.

Tetrabromofenolftaleinetil ester ; larutan indikator 0,1% Tetrabromofenolftalinetil ester 100 mg Etanol 100 mL Timol biru ; larutan indikator 0,04% A Timol biru NaOH 0,01 M B Akuades

100 mg 21,5 mL 228,5 mL

Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian baru tambahkan B ke dalamnya. Timolftalein ; larutan indikator 0,04% A Timolftalein Etanol B Akuades

40 mg 50 mL 50 mL

Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan, kemudian tambahkan B. 4-o-Tolilazo-o-toluidin ; larutan indikator 0,01% 4-o-Tolilazo-o-toluidin 10 mg Akuades 100 mL 1,3,5-Trinitrobenzen ; larutan indikator 0,04% 1,3,5-Trinitrobenzen 40 mg Etanol 100 mL 2,4,6-Trinitrotoluen ; larutan indikator 0,04% 2,4,6-Trinitrotoluen 40 mg Etanol 100 mL

99

Universal ; larutan indikator campuran (perubahan per 2 satuan pH) A Etanol absolut 500 mL (dalam botol reagen bertutup)

B Fenolftalein Metil merah Metil kuning Bromotimol biru Timol biru

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

g g g g g

Masukkan padatan indikator satu per satu ke dalam botol berisi A; tutup; dan homogenkan sampai semua indikator melarut. Beri label pada botolnya. Keterangan: Perubahan warna indikator universal ini adalah: pH 2 merah

pH 4 jingga

pH 6 kuning

pH 8 hijau

pH 10 biru

Universal ; larutan indikator campuran (perubahan per 1 satuan pH) A Etanol 660 mL Akuades 340 g Tempatkan larutan etanol 66% ini dalam botol reagen berwarna. B Metil jingga Metil merah Bromotimol biru Fenolftalein

0,05 0,15 0,30 0,35

g g g g

Masukkan padatan indikator satu per satu ke dalam botol berisi A; tutup; dan homogenkan sampai semua indikator melarut. Beri label pada botolnya. Keterangan: Perubahan warna indikator universal ini adalah: pH 3 merah

pH 4 merah-jingga

pH 8 biru-kehijauan

pH 9 biru

pH5 jingga pH 10 violet

Viriamina biru ; larutan Indikator Viriamina biru (C.I. 37255) Akuades

pH 6 kuning

pH 7 hijau-kekuningan

pH 11 violet-kemerahan

1 g 100 mL 100

Xilenol jingga ; larutan indikator A Xilenol jingga Trietanolamina B Etanol absolut

0,2 g 15 mL 5 mL

Homogenkan dulu campuran A, dan selanjutnya encerkan dengan menambahkan B. Catatan: • Indikator ini hanya stabil dalam beberapa bulan. • Larutan 0,4% dari zat warna murninya dalam metanol dapat digunakan dengan baik selama paling sedikit 1 bulan

Zinkon ; larutan indikator A Zinkon NaOH 0,1 M B Akuades

0,065 g 2 mL

Larutkan zinkon ke dalam NaOH 0,1 M kemudian encerkan dengan akuades sampai volum akhir menjadi 100 mL 

101

A. TEKNIK BIOKIMIA DALAM HISTOLOGI Salah satu cabang Anatomi yang mempelajari bentuk atau struktur jaringan makhluk hidup adalah Histologi. Ilmu yang menggabungkan teknik-teknik biokimia dan histologi untuk mempelajari struktur jaringan dan sel disebut Histokimia. Salah satu tahap dalam melakukan studi melalui histokimia adalah membuat dan mempersiapkan sediaan kimia untuk preparat biologis. Pada bab ini, sebagian sediaan kimia dalam histokimia diadaptasi dari Buku berjudul Metoda Pewarnaan. B. PEMBUATAN LARUTAN PREPARAT BIOLOGIS Alcian biru 0,1% ; larutan pewarna Alcian biru 100 mg Asam asetat glasial 3 mL Akuades 97 mL Larutkan dulu alcian biru ke dalam asam, dan baru kemudian ditambahkan dengan akuades. Atau:

Alcian biru (Michrome No.24 ) Etanol 95% Aldehida kuning ; larutan pewarna Metanil kuning Asam asetat glasial Akuades

100 mg 100 mL

250 mg 2 tetes 100 mL

Tambahkan dulu asam ke dalam akuades kemudian terakhir dengan zat warna. 102

Alizarin 10% ; larutan pewarna Alizarin Akuades Altmann ; larutan fiksatif A Asam osmat Akuades

10 g 100 mL

1 g 50 mL

(Diperoleh: asam osmat 2%.)

B Kalium dikromat Akuades

2,5 g 50 mL

(Diperoleh: kalium kromat 5%.)

Campurkan A dan B di dalam sebuah botol, tutup, dan kocok agar homogen. Amonium bromida-formalin ; larutan pereaksi Amonium bromida 2 g Akuades 85 mL Formalin 15 mL Larutkan amonium bromida pada akuades, dan selanjutnya ditambahi dengan formalin. Anilin-alkohol ; larutan Anilin Alkohol 95%

0,5 mL 500 mL

Kocok campuran dengan kuat. Anilin biru-asetat ; larutan pewarna A Anilin biru Jingga G Asam asetat glasial B Akuades

0,5 2 8 100

g g mL mL

Buat dulu campuran A dalam bentuk larutan di dalam botol pereaksi, kemudian tambahkan B. Anilin biru-jingga G ; larutan pewarna A Anilin biru Jingga G

0,5 g 2 g

103

B Asam fosfomolibdat(*) Akuades

1 g 100 mL

Diperoleh: larutan asam fosfomolibdat 1%.

Larutkan A ke dalam larutan B. (*) H3PMo12O40.14H2O

Anilin-Fuchsin asam ; larutan pewarna. A Anilin 2 mL Akuades 40 mL B Fuchsin-asam 8 g Campurkan dulu bahan A dalam botol pereaksi 50 mL; kocok selama 2 menit; diamkan, dan kocok lagi setelah 24 jam; lalu; kemudian saring campuran ini. Selanjutnya tambahkan B ke dalamnya, dan kocok secara teratur dengan interval beberapa jam. Anilin-kristal ungu ; larutan pewarna (EHRLICH) A Anilin 2 mL Akuades 100 mL B Kristal ungu 1,2 g Etanol 95% 12 mL Buat dulu campuran A sehomogen mungkin; selanjutnya tuangkan campuran ini ke dalam larutan B; aduk agar campuran menjadi homogen. Setelah disimpan selama 2 minggu, baru larutan ini dapat digunakan. Asam Hematin ; larutan pewarna A Hematoksilin KIO3* Akuades B Asam asetat glasial

50 0,5 50 1

g g mL mL

Masaklah A sampai campurannya homogen. Segera dinginkan, dan kemudian tambahkan B. Catatan: Larutan ini harus disiapkan segar. Keterangan: *dapat digunakan KIO3 1% sebanyak 1 mL.

Asam kromat 1% ; larutan fiksatif Asam kromat* Akuades

1g 100 mL 104

Asam kromat 10% ; larutan fiksatif Asam kromat* Akuades

10 g 100 mL

Keterangan: *asam ini merupakan asam hipotetis dengan rumus kimia H 2CrO4; nama lainnya adalah krom trioksida, CrO3 yang mudah larut dalam air, dan bersifat dapat mengendapkan nukleoprotein.

Asam pikrat jenuh ; larutan fiksatif Asam pikrat* Alkohol 95%

1 g 100 mL

Isikan dulu ke dalam gelas kimia 200 mL sebanyak 100 mL alkohol 95%; baru kemudian tambahkan asam pikrat sampai diperoleh larutan jenuhnya. Keterangan: *nama lain: 2,4,6-trinitrofenol, HOC6H2(NO2)3; kristal kuning beracun dan mudah meledak.

Aseto-orcein ; larutan pewarna A Orcein Asam asetat glasial B Akuades

1 g 45 mL 55 mL

Buat dulu larutan A dengan melarutkan orcein ke dalam asam asetat glasial panas. Setelah larut, dinginkan larutan, dan kemudian tambahkan B sambil diaduk hingga homogen. (Larutan dapat segera digunakan.) Azokarmin ; larutan pewarna A Azocarmine B Akuades B Asam asetat glasial

0,5 g 100 mL 1 mL

Larutkan azocarmin ke dalam akuades (bila perlu bantu dengan pemanasan kecil). Dinginkan dan saring campuran ini; kemudian tambahkan B pada filtratnya. Best-carmine ; larutan pewarna (larutan baku) A Carmine 2 Kalium karbonat, K2CO3 1 Kalium klorida, KCl 5 Akuades 100

g g g mL 105

B NH4OH pekat

20 mL

Masukkan semua bahan A di dalam gelas kimia 250 mL dan dimasak jadi satu selama 5 menit. Dinginkan; kemudian tambahkan B, dan aduk agar bercampur merata. Pindahkan campuran ke dalam botol reagen berwarna gelap, dan simpanlah di kulkas. Bismarck-cokelat ; larutan pewarna A FeCl3 Etanol 70% B Bismarck Cokelat Larutkan B ke dalam larutan A; diamkan baru kemudian disaring.

500 mg 100 mL 1,5 mL dulu selama 1 malam,

BOUIN ; larutan fiksatif Asam pikrat jenuh (dalam akuades) 75 mL Formaldehid 40% (formalin) 25 mL Asam asetat glasial 5 mL Masukkan bahan di dalam botol pereaksi 200 mL kemudian kocok sehingga bercampur merata. BOUIN-alkohol. (Lihat: BOUIN-DUBOSCQ; larutan fiksatif.) BOUIN-DUBOSCQ ; larutan fiksatif A Asam pikrat jenuh (dalam akuades) Formaldehid 40% Asam asetat glasial

13 mL 30 mL 7 mL

B Alkohol absolut 50 mL C Akuades 15 mL Buat dulu pencampuran bahan A secara homogen di dalam botol pereaksi 150 mL. Lalu tambahkan B, kocok agar merata, dan terakhir tambahkan C. CARNOY ; larutan fiksatif Alkohol absolut 60 mL Kloroform, CHCl3 30 mL Asam asetat glasial 10 mL Masukkan bahan secara berurutan di dalam botol pereaksi 100 mL kemudian kocok sehingga bercampur merata. 106

Celestin biru ; larutan pewarna Celestin biru (C.I. no. 900) 0,25 g Besi-alum 2,50 g Akuades 50 mL Gliserol 7 mL Larutkan besi-alum dalam akuades, kemudian didihkan selama 3 menit. Saring campuran, dan setelah dingin tambahkan gliserol ke dalam filtratnya. Colchicin 0,5% ; larutan pereaksi Colchicin* Bufer fosfat pH 7**

0,5 mL 100 mL

Keterangan: (*) rumus kimia: C22H25NO6; (**) Pembuatan bufer ini, lihat Bab 8.

DIETRICH ; larutan fiksatif A Alkkohol 95% 30 mL Formalin 12 mL Asam asetat glasial 2 mL B Akuades 60 mL Campurkan bahan A ke dalam botol pereaksi 150 mL, baru kemudian tambahkan akuades, dan kocok agar homogen. Digitonin ; larutan pewarna 0,5% Digitonin Alkohol 50%

0,5 g 100 mL

Fast hijau ; larutan pewarna Fast hijau FCF Akuades

3 g 100 mL

Feulgen coleman ; larutan pereaksi A Fuchsin basa Akuades B Natrium metabisulfit C HCl 1 M D Norit (karbon-aktif)

1 200 2 10 0,5

g mL g mL g

Didihkan akuades; angkat dari api, dan tambahkan fuchsin basa. Aduk sampai fuchsin melarut, dinginkan dan saring. Ke dalam filtrat ini tambahkan B dan C; biarkan memutih selama 24 jam. Lalu tambahkan D; kocok selama 1 menit, dan saring. Pindahkan filtratnya (harus tak berwarna) ke dalam botol pereaksi, dan simpan dalam kulkas. 107

Floksin B ; larutan pewarna 0,5% Floksin B Akuades

0,5 g 100 mL

Formaldehid 10%; larutan fiksatif Formalin (formaldehid 40%) Akuades

10 mL 90 mL

Fosfat-azo alkalin ; larutan pewarna A Natrium naftilfosfat 10 g 5 mL Akuades; dingin (10 C) B Natrium perborat (*) ; larutan 2 mL MgCl2 10% 10 tetes 40 mL Akuades; dingin (10 C) C Diazo biru B-tetraazotized-o-dianisidin 30 mg Buat dulu larutan A dan larutan B secara terpisah; kemudian campurkan kedua larutan ini secara homogen; dan terakhir tambahkan C. (*) Nama lainnya adalah natrium metaborat peroksihidrat, NaBO2.H2O2.3H2O.

Fuchsin-aldehid ; larutan pewarna A Fuchsin-basa Alkohol 70% B Paraldehid (*) HCl pekat

500 100 1 1

mg mL mL mL

Tambahkan B secara berurutan ke dalam larutan A; aduk sebentar, dan diamkan selama 24 jam pada temperatur kamar. (Timbulnya warna ungu gelap menandakan larutan pewarna dapat digunakan.) (*) nama lainnya adalah: para-asetaldehid.

Fuchsin-asam ; larutan pewarna 0,5% Fuchsin-asam* Akuades

500 mg 100 mL

Keterangan: *rumus kimia, C20H17N3Na2O9S3.

Gallego ; larutan pewarna Disiapkan dalam 2 bentuk:

108

Larutan Gallego No. 1:

Akuades 10 mL HNO3 pekat 1 tetes FeCl3 10% 1 tetes Formalin 2 tetes Larutkan pereaksi secara berurutan ke dalam akuades. Larutan Gallego No. 2:

Akuades Asam asetat Karbol-fuchsin

10 mL 1 tetes 15 tetes

Larutkan pereaksi secara berurutan ke dalam akuades. Gallosianin ; larutan pewarna A Gallocyanin B Akuades Krom-alum

3 g 200 mL 10 g

Buatlah larutan B dengan cara melarutkan krom-alum dalam akuades. Tambahkan A ke dalam B. Aduklah campuran ini sambil dipanaskan perlahan dengan api sedang selama 5-10 menit. Segera dinginkan pada suhu kamar. Saring dengan kertas saring, lalu masukkan kertas saring beserta isinya ke dalam botol 300 mL; tambahkan akuades sampai volum menjadi 200 mL; kocok perlahan. Gentiana-ungu ; larutan pewarna 1% Gentiana ungu Akuades

1 g 100 mL

Giemsa ; larutan pewarna 3% Giemsa ; zat warna Metanol

3 g 100 mL

Catatan: Larutan ini hanya bertahan 1-2 hari saja; sebaiknya dibuat pada saat akan digunakan.

Gram-iodin ; larutan pewarna A KI Akuades

2 g 20 mL

109

B I2 1 g Buat campuran sampai homogen (larutan); tambahkan B, dan kocok sampai melarut; kemudian tambahkan akuades sebanyak 280 mL. HEIDENHEIN* ; larutan fiksatif A HgCl2 Akuades 60 mL Larutkan kristal HgCl2 dalam akuades sampai terbentuk larutan jenuhnya. B Formalin (formaldehid 40%) 20 mL Asam asetat glasial 4 mL Asam trikloroasetat 2 mL Masukkan ketiga cairan ini ke dalam botol pereaksi 200 mL; kocok agar homogen. C Akuades 30 mL Tuangkan 50 mL larutan jenuh A ke dalam B; kocok agar bercampur merata. Setelah itu tambahkan dengan C. Keterangan: * disebut juga Larutan Susa.

HELLY ; larutan fiksatif. (Lihat: Zenker-formol.) Hemalum HARRIS ; larutan pewarna A Hematoksilin B Kalium-alum Akuades C HgCl2

500 5 100 250

mg g mL g

Campurkan B sehingga membentuk larutan; masukkan A; aduk sehingga melarut; terakhir tambahkan C. Hemalum MAYER ; larutan pewarna A Hematoksilin Akuades B NaIO3 C Kalium-aluminium sulfat

100 100 20 5

mg mL mg g

Masaklah hematoksilin dan 50 mL akuades beberapa menit kemudian tuangkan campuran ini ke dalam botol 200 mL yang berisi sisa akuades di atas. Kocok sebentar; kemudian tambahkan B dan C; kocok lagi dengan kuat agar bercampur sempurna. 110

Hematoksilin-alum. (Lihat: Hematoksilin CARAZZI.) Hematoksilin-alum asam. (Lihat: Hematoksilin EHRLICH.) Hematoksilin CARAZZI* ; larutan pewarna A Kalium-aluminium sulfat ** 5 g Akuades 80 mL Larutkan kalium-alum ke dalam botol 200 mL yang berisi akuades. B Hematoksilin 0,1 g C KIO3, kalium iodat 20 mg D Gliserin 20 mL Tambahkan secara berurutan B, C, dan D ke dalam larutan A sambil dikocok. (Larutan ini akan rusak setelah 2-3 bulan.) Keterangan: *disebut juga larutan hematoksilin-alum; **atau amonium-aluminium sulfat.

Hematoksilin DELAFIELD ; larutan pewarna A Hematoksilin 3,5 Alkohol absolut 100 B Amonia-alum 27 Akuades 320 C Gliserol 80

g mL g mL mL

Buat campuran A dan campuran B secara terpisah menjadi homogen (larutan) dulu. Tambahkan C ke dalam larutan B, dan aduk; kemudian terakhir tambahi dengan larutan A; tutup dengan rapat, dan kocok sehingga homogen; dan selanjutnya diperam selama 3 bulan. Catatan: Pemeraman larutan dapat dipersingkat dengan menambahkan 5 mL KMnO 4 1% sambil dikocok kuat-kuat, dan kemudian didiamkan selama 1 jam.)

Hematoksilin EHRLICH* ; larutan pewarna A Hematoksilin 0,67 Alkohol absolut** 33 B Akuades 33 C Gliserol 33 D Asam asetat glasial 3,3 E Kalium-aluminium sufat 10

g mL mL mL mL g 111

Campurkan dulu bahan A (hematoksilin dan alkohol absolut) di dalam botol pereaksi 100 mL sampai hematoksilin melarut. Setelah terbentuk larutan, tuangkan B, C, dan D ke dalam botol tersebut; tutup, dan kocok beberapa saat. Setelah itu masukkan E; tutup, dan kocok lagi campuran dengan kuat agar homogen. Catatan: (1) Larutan ini harus mengandung kalium aluminium sulfat berlebih yang ditunjukkan oleh adanya kristal di dasar botol; (2) larutan yang telah disimpan dalam waktu lama akan memberikan hasil yang lebih baik; bahkan akan lebih efektif lagi bila larutan itu telah disimpan beberapa tahun. Keterangan: *disebut juga hematoksilin-alum asam; **dapat juga digunakan etanol 95%.

Hematoksilin-fosfomolibdat ; larutan pewarna A Hematoksilin 1 Akuades 100 B Kloral-hidrat (*) 6 C Asam fosfomolibdat 10% (aq) 1

g mL g mL

Kocok campuran A sehingga homogen; tambahkan B dan C; kocok lagi sampai homogen. (*) Rumus kimianya: CCl3CH(OH)2

Hematoksilin-fosfotungstat ; larutan pewarna A Hematoksilin 10% (dalam alkohol) 1 B Asam Fosfotungstat 10%(aq) 2 Akuades 20 (Diperoleh: Asam Fosfotungstat 10%.) C Akuades 80 B KMnO4 1%* 5

mL g mL mL mL

Ke dalam botol pereaksi, campurkan A dan B, kocok agar homogen; lalu C, dan kocok lagi sampai homogen. Selanjutnya peram larutan ini setelah ditambah dengan 5 mL KMnO4 1%. Keterangan: *dapat juga dengan menambahkan 4 tetes H2O2.

Hematoksilin GOMORI* ; larutan pewarna A Hematoksilin Akuades B K2Cr2O7 H2SO4 pekat Krom-alum

500 100 0,1 0,1 1,5

mg mL g g g 112

Homogenkan dulu campuran A, kemudian masukkan B secara berurutan; setelah itu kocok campuran dengan kuat. Keterangan: *Hematoksilin-krom.

Hematoksilin HARRIS ; larutan pewarna A Hematoksilin Alkohol absolut B Amonium-alum* Akuades C HgO; merkuri oksida

1 10 20 200 0,5

g mL g mL g

Buat campuran B menjadi homogen (gunakan pemanasan agar cepat melarut); tuangkan larutan A ke dalamnya dan secepatnya masak campuran ini; masukkan C sambil diaduk; kemudian lakukan pendinginan dengan cepat. Keterangan: *atau dapat kalium-alum.

Hematoksilin HEIDENHEIN ; larutan pewarna A Kalium-alum 10 Akuades 100 (Gunakan pemanasan agar cepat melarut.) B Hematoksilin 10% 5 (dalam alkohol absolut) C HgO 250 D Asam asetat glasial 4

g mL mL mg mL

Didihkan A bersama B; tambahkan C, aduk, dan angkat dari pemanasan bila larutan telah berwarna ungu tua; kemudian dinginkan, dan tambahkan D. Hematoksilin-krom ; larutan pewarna. (Lihat: Hematoksilin Gomori.) Hematoksilin-mordan DOBELL ; larutan pewarna A Besi-alum 1 g Alkohol 70% 100 mL (Disebut larutan mordan.) B Hematoksilin 1 g Alkohol 70% 100 mL Simpan dulu larutan ini sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum digunakan (lebih lama lebih baik). Catatan:

113

Catatan: Berfungsinya larutan pewarna di atas setelah hematin terbentuk sebagai hasil oksidasi hematoksilin (misalnya karena penyimpanan yang lama atau oleh oksidator yang ditambahkan.)

Hematoksilin-mordan REGAUD ; larutan pewarna A Besi-alum 5 g Alkohol 70% 100 mL (Disebut larutan mordan.) B Hematoksilin 10 g Alkohol absolut 100 mL Simpan dulu larutan ini sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum digunakan (lebih lama lebih baik). C Gliserin 10 mL Tambahkan gliserin ketika akan digunakan (10 mL gliserin per 100 mL larutan pewarna di atas). Catatan: Pewarna ini bekerja sangat lambat bila digunaan pada keadaan dingin; oleh sebab itu, larutan mordan dan larutan pewarna, keduanya dipanaskan dulu pada sekitar 500C sebelum digunakan.

Hematoksilin PAPAMILTIADES ; larutan pewarna A Hematoksilin 2,5 g Alkohol absolut 25 mL B Amonium-alum (atau kalium-alum) 50 g Akuades 25 mL Larutkan amonium-alum pada akuades. (Gunakan pemanasan agar garam cepat melarut.) C HgO 2,5 g D Akuades 500 mL Tuangkan larutan A ke dalam larutan B; lalu didihkan secepat mungkin. Setelah mendidih; angkat, dan tambahkan C sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan (segera larutan berubah menjadi berwarna merah darah). Kemudian tuangkan larutan merah darah ini ke dalam tempat yang telah diisi 500 mL akuades. Hematoksilin WEIGERT ; larutan pewarna A Hematoksilin 1 g Alkohol 95% 100 mL 114

B Akuades 95 HCl (*) 1 FeCl3 29% (dalam akuades) 4 Campurkan bahan ini secara berurutan larutan B.

mL mL mL agar diperoleh

Campurkan larutan A dan larutan B (dengan perbandingan volum yang sama) di dalam botol pereaksi 200 mL. Larutan pewarna ini hanya tahan paling lama 2 minggu. Keterangan: (*) dibuat dengan mencampurkan 2 mL HCl pekat dengan 1 mL akuades.

Hidrokuinon ; larutan pewarna Hidrokuinon Na2SO3 Akuades

1 g 5 g 100 mL

(Dibuat pada saat akan digunakan.) Jingga G ; larutan pewarna Akuades Asam asetat Jingga G

100 mL 10 tetes 1 g

Campurkan dulu asam ke dalam akuades, kemudian tambahkan zat warna tersebut. Karbol-fuchsin ; larutan pewarna Fuchsin-basa Asam karbolat (*) ; cairan Alkohol absolut

2 g 25 mL 50 mL

Larutkan dulu fuchsin-basa ke dalam alkohol absolut kemudian tambahkan asam karbolat; kocok, dan diamkan larutan ini semalam pada 37C; dinginkan dan saring. (*) Nama lainnya adalah fenol, atau hidroksi benzen, C6H5OH.

Karbol-tionin ; larutan pewarna Asam karbolat 2% (dalam aquades) Larutan jenuh tionin (dalam alkohol 60%)

4 bagian 1 bagian

(Dapat dilipatgandakan sesuai dengan kebutuhan.)

115

Karmalum MAYER A Kalium-alum Akuades B Asam Karminat*

5 g 100 mL 500 mL

Buat dulu campuran A sampai homogen, baru kemudian tambahkan dengan B. *rumus kimianya: C22H20O13

Karmin ; stock larutan pewarna A Karmin K2CO3 KCl Akuades B NH4OH pekat

2 1 5 60 20

g g g mL mL

Masak campuran A selama 5 menit; dinginkan, dan tambahkan B; kocok; kemas di dalam botol gelap, dan simpan di tempat dingin (dalam kulkas). Karmin-boraks alkoholik ; bubuk/larutan pewarna Cara 1:

A Karmin 8 g Boraks, Na2B4O7.10H2O 10 g Akuades 250 mL Ketiga bahan ini dimasak selama 30 menit; setelah dingin disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan sampai kering sehingga diperoleh bubuk karmin-boraks. B Alkohol 70% Bubuk dituangi sedikit demi sedikit alkohol 70% sampai diperoleh larutan jenuhnya. Catatan: Pencampuran bubuk dan alkohol dilakukan pada saat akan digunakan, dan persen alkohol yang digunakan berkisar 35-70% bergantung pada kebutuhan. Jika alkohol yang digunakan untuk merendam bahan yang akan diwarnai, adalah alkohol 40% maka bubuk karmin-boraks harus dilarutkan dalam alkohol yang lebih pekat (misalnya alkohol 50-60%) untuk memperoleh larutan jenuhnya. Agar diperoleh hasil pewarnaan yang baik yakni merah dan jernih, bahan selanjutnya dapat dicelupkan ke dalam HCl 0,1% (dalam alkohol 50-60%). 116

Cara 2 (lebih cepat):

A Karmin Boraks, Na2B4O7.10H2O* Akuades B Alkohol 70%

1,5 2 50 50

g g mL mL

Ketiga bahan pada A dimasak selama 30 menit; setelah betulbetul dingin, tambahkan B; kocok dengan kuat; diamkan campuran selama 2-3 hari. Setelah itu saring dengan kertas saring; pindahkan filtratnya pada botol reagen. Keterangan: *nama lainnya: natrium tetraborat.

Kristal ungu-anilin ; larutan pewarna (STIRLING) A Anilin 2 mL Akuades 88 mL B Kristal ungu 5 g Etanol 95% 10 mL Buat dulu secara terpisah masing-masing campuran A dan campuran B dengan homogen. Setelah itu tuangkan campuran A ke dalam larutan B; kocok agar bercampur rata. Leuko paten-biru B ; larutan pewarna 1% A Paten-biru B B Asam asetat glasial Akuades C Logam seng; butiran/pita

1 g 2 mL 98 mL

Masukkan A dan C ke dalam larutan B; didihkan sampai larutan hampir tidak berwarna; saring campuran. Lugol-Iodin ; larutan pewarna A KI Akuades B I2; murni C Akuades

2 20 1 80

g mL g mL

Buat dulu larutan A; tambahkan I2, dan kocok cairan dengan kuat; setelah I2 melarut, tambahkan C. Luxol Fast Blue B ; larutan pewarna A Luxol fast blue B Alkohol 95%

5 g 500 mL 117

B Asam asetat 10% Larutkan zat warna pada alkohol (diperoleh larutan 1%); selanjutnya tambahkan 2,5 mL asam asetat per 500 mL larutan. Magneson II ; larutan pewarna 1% A NaOH; butiran 5 g Akuades 100 mL B Magneson II 1 g Campurkan B ke dalam larutan A sampai homogen. MAY GRUNWALD 0,25% ; larutan pewarna Eosin-metilen Biru; serbuk 250 mg Metanol 100 mL Catatan: Sebaiknya dibuat pada saat akan digunakan (hasil kurang efektif bila menggunakan larutan yang telah disimpan dalam waktu lama).

Merah netral ; larutan pewarna A Merah netral Akuades (Diperoleh larutan merah netral 1%.) B Asam asetat 1% (aq) C Akuades

100 mg 10 mL 4 tetes 100 mL

Teteskan dulu B ke botol pereaksi yang berisi larutan A; kocok dulu baru kemudian tambahkan C; dan kocok lagi. Metanil kuning ; larutan pewarna Metanil kuning Akuades Asam asetat glasial Metilen biru-alkalis ; larutan pewarna A Metilen biru Alkohol absolut B KOH 1% (aqua) Akuades

0,25 g 200 mL 2 tetes

3 30 1 99

g mL mL mL

Tuangkan secara perlahan larutan B ke dalam larutan A sambil dikocok. 118

Metil ungu ; larutan pewarna Metil ungu 6B Akuades

500 mg 100 mL

Mordan ; larutan Besi-alum* Alkohol

1 g 100 mL

*(NH4)2SO4.Fe2(SO4)3.24H2O; atau disingkat NH4.Fe(SO4)2.12H2O.

Mucicarmine ; larutan pewarna (larutan baku) A Carmine 1 g Al(OH)3 1 g Etanol 50% 100 mL B AlCl3 anh.; tepung 0,5 g Kocok campuran ketiga bahan pada A dalam botol pereaksi 200 mL, tambahkan B (berupa serbuk halus hasil penggerusan). Kemudian celupkan botol berisi campuran ini ke dalam air mendidih selama 2,5 menit. Setelah itu dinginkan, dan saring. Tampung filtratnya dalam botol reagen. Catatan: Larutan ini dapat diencerkan dengan akuades sesuai dengan keperluan.

Mucikarmin ; larutan pewarna (modifikasi ; larutan baku) A Karmin 2g AlCl3 anhidrous 1g Campuran padat ini digerus sehomogen mungkin berupa tepung. B Etanol 50%

200 mL

Tambahkan tepung A ke dalam botol 500 mL yang berisi larutan B; celupkan botol ini dalam air mendidih selama 5 menit sambil sesekali digoyang; setelah itu didinginkan (dicelupkan pada air dingin); kemudian disaring. Pengenceran: larutan baku + etanol 70% (1: 9).

Naftanildiazo-biru ; larutan pewarna Naftanildiazo-iiru B 50 mg Bufer Veronal-asetat (pH 9,2)* 50 mL *pembuatan bufer ini dapat dilihat pada bab 9.

119

Oil Red O ; larutan pewarna A Oil red O Aseton B Alkohol 80%

0,4 g 5 mL 90 mL

Larutkan dulu oil red O dalam aseton, baru kemudian tambahkan B ke dalam larutan ini. Orcein ; larutan pewarna A Orcein Alkohol 70% B HCl pekat

1 g 100 mL 12 tetes

Buat dulu larutan A, dan kemudian teteskan B ke dalamnya sambil digoyang-goyang. Orth ; larutan fiksatif A K2Cr2O4 (kalium dikromat) Na2SO4 anh. (natrium sulfat)* Akuades B Formalin

2,5 1,0 100 10

g g mL mL

Catatan: Tambahkan 10 mL formalin tepat pada saat akan digunakan. Keterangan: *bila menggunakan garam Glauber, Na 2SO4.10H2O maka timbang garam ini sebanyak 2,3 g.

Perak nitrat-kloral hidrat ; larutan Perak nitrat Kloral hidrat Akuades

20 g 1 g 85 mL

Larutkan zat secara berurutan ke dalam akuades di dalam botol pereaksi coklat 150 mL. Resorsin-fuchsin WEIGERT ; larutan pewarna A Fuchsin-basa 2 Resorsin 4 Akuades 200 B FeCl3 29% (aqua) 25 C Alkohol 95% 400 D HCl pekat 1

g g mL mL mL mL 120

Tempatkan campuran pada cawan email, lalu dimasak. Setelah masak, tambahkan B; aduk, dan masak lagi selama 2-5 menit (endapan segera terbentuk); dinginkan dan saring. Kemudian kering-kan endapan beserta kertas saringnya. Setelah kering sirami dengan C sisa sampai volum larutan 200 mL; dan terakhir tambahkan D. ROMANOWSKI ; larutan pewarna (Lihat: Giemsa; larutan pewarna.)

ROSMANN ; larutan fiksatif Asam pikrat Alkohol absolut Formalin (formaldehid 40%)

10 g 100 mL 25 mL

Masukkan ketiga bahan ke dalam botol pereaksi; kocok secara teratur hingga homogen; diamkan dulu selama semalam, lalu disaring. Selestin biru ; larutan pewarna A Besi-alum Akuades B Selestin biru No.900 C Gliserol

5 100 500 14

g mL mg mL

Buatlah A sampai homogen (membentuk larutan). Tambahkan B ke dalam A; didihkan campuran selama 3 menit; saring. Setelah filtratnya dingin baru ditambahi dengan C. Selestin biru B ; larutan pewarna A Selestin biru B 500 mg Besi-alum 2,5 g Akuades 100 mL Masak campuran A ini selama 5 menit; kemudian didinginkan, dan saring. B Gliserin 14 mL H2SO4 2 N 2 mL Tuangkan perlahan larutan B ke dalam filtrat A dingin. Susa ; larutan fiksatif. (Lihat: Heidenhein ; larutan fiksatif.)

121

Tionin ; larutan pewarna (larutan baku) A Tionin 1 Alkohol 95% 137 B Akuades 113 Larutkan tionin ke dalam alkohol 95%, tambahkan dengan akuades. Tionin ; larutan pewarna 0,25% A Tionin Etanol B Akuades Asam sitrat

250 50 50 100

g mL mL kemudian baru

mg mL mL mg

Tuangkan perlahan B ke dalam larutan A, dan kocok. Titan kuning ; larutan pewarna 0,2% Titan kuning Akuades

0,2 g 100 mL

Kocok campuran ini sehingga homogen. Uranium nitrat-formalin ; larutan Uranium nitrat Akuades Formalin

1 g 85 mL 15 mL

Larutkan uranium nitrat pada akuades, kemudian tambahkan formalin. Van Gieson No.1 ; larutan pewarna Fuchsin-asam 1% (dalam akuades) Asam pikrat; larutan jenuh dalam aquades

5 mL 100 mL

Van Gieson No.2 ; larutan pewarna Fuchsin-asam 1% (dalam akuades) Asam pikrat; larutan jenuh dalam akuades Akuades

15 mL 50 mL 50 mL

VERHOEFF ; larutan pewarna Larutan ini terdiri dari: 122

Larutan Verhoeff No. 1:

Hematoksilin 1 g Alkohol absolut 20 mL Campurkan keduanya dengan disertai pemanasan kecil; kemudian saring dengan kertas filter; tampung filtrat pada botol pereaksi. Larutan Verhoeff No. 2:

FeCl3 10% (dalam aqua)

8 mL

Larutan Verhoeff No. 3:

KI 4 g Akuades 100 mL I2 2 g Larutkan dulu KI ke dalam 20 mL akuades; tambahkan I2; kocok dengan kuat sampai seluruh I2 melarut; dan kemudian encerkan dengan akuades sisa. Larutan Verhoeff diperoleh dengan mencampurkan sebanyak: • 20 mL larutan Verhoeff no. 1, dan • 8 mL larutan Verhoeff no. 2. Kocok kuat keduanya sehingga homogen, kemudian tambahkan: • 8 mL larutan Verhoeff no. 3.

WRIGHT ; larutan pewarna Wright ; zat warna 100 mg Metanol 60 mL Zat warna digerus (dalam martir) sambil ditetesi sedikit demi sedikit dengan metanol sampai seluruh metanol tertambahkan. Kemas larutan ini dalam botol coklat dan tutup rapat. ZENKER ; larutan fiksatif A K2Cr2O7 2,5 g Akuades 100 mL Masukkan kristal ke dalam botol pereaksi 50 mL; tuangi dengan akuades; tutup, dan kocok agar kristal melarut. (Diperoleh: larutan K2Cr2O7 2,5%.)

B HgCl2 Na2SO4 C Asam asetat glasial

5 g 1 g 5 mL

Campurkan B ke dalam A, kocok hingga homogen. Cairan C baru ditambahkan tepat saat pereaksi akan digunakan. 123

ZENKER-formol ; larutan fiksatif A K2Cr2O7 Akuades

2,5 g 100 mL

Masukkan kristal ke dalam botol pereaksi 50 mL; tuangi dengan akuades; tutup, dan kocok agar kristal melarut. (Diperoleh: larutan K2Cr2O7 2,5%.)

B HgCl2 Na2SO4 C Formalin (formaldehid 40%)

5 g 1 g 5 mL

Campurkan B ke dalam larutan A, kocok hingga homogen. Cairan C baru ditambahkan tepat saat pereaksi akan digunakan. 

124

Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara kuantitatif ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut larutan baku sekunder) setelah dibakukan jika larutan tersebut bersifat stabil sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain atau kadar suatu cuplikan. A. PERSYARATAN ZAT BAKU PRIMER Larutan baku primer harus dibuat seteliti dan setepat mungkin (secara kuantitatif). Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer harus memenuhi persyaratan seperti berikut: • kemurniannya tinggi (pengotornya tidak melebihi 0,02%), • stabil (tidak menyerap H2O dan CO2; tidak bereaksi dengan udara; tidak mudah menguap; tidak terurai; mudah dan tidak berubah pada pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia yang pasti, dan akan memudahkan penimbangan. • memiliki bobot molekul (BM ; Mr) atau bobot ekivalen (BE) tinggi, dan • larutannya bersifat stabil. Dalam hal tingkat kemurnian, reagen yang digunakan untuk analisa kuantitatif harus mempunyai spesifikasi reagen-analar (AR). Catatan: Etiket/label pada botol tidaklah selalu merupakan jaminan yang menggambarkan tingkat kemurnian dari zat kimia (reagen kimia) yang ditunjuknya; beberapa hal atau alasan berikut dapat dijadikan bahan pertimbangan, yaitu: 1) zat pengotornya mungkin belum diuji/dibakukan oleh produsennya. 125

2) reagen kimia itu mungkin telah tercemar atau terkontaminasi karena kelalaian misalnya: kesalahan pada saat reagen digunakan di laboratorium (antara lain kurang rapat menutup, atau salah mengembalikan zat yang lain jenisnya ke dalam botol), botol kemasannya cacat, atau 3) terutama pada reagen kimia padat, mungkin tingkat kekeringannya tidak mencukupi (tergolong basah) karena keadaannya memang demikian dari pembuatnya, atau terjadi kebocoran lewat tutup selama penyimpanan.

Selain syarat-syarat tersebut harus dipenuhi, kesalahankesalahan selama proses pembuatan seperti pengeringan, pengukuran (penimbangan), dan pemindahan zat juga harus dihindarkan kecuali karena kesalahan alat. Dengan demikian larutan yang diperoleh akan terukur secara teliti dan tepat, dan melalui kemasan/penyimpanan yang baik akan bertahan lama. Zat-zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer disajikan pada Lampiran 32. Suatu zat yang memenuhi syarat-syarat di atas (syarat 1 s.d. syarat 4), dapat dilarutkan, dan langsung menghasilkan larutan baku (molaritas/normalitasnya dapat dipastikan melalui perhitungan sampai desimal ke-4) disebut larutan baku primer. Di samping larutan baku primer, dikenal juga larutan baku sekunder. Larutan ini kebakuannya (kepastian molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer. Jika suatu larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas/disimpan dengan benar, larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan baku dan langsung dapat digunakan tanpa harus dibakukan lagi. B. ALAT UKUR VOLUMETRIK DAN PENGGUNAANNYA Mengenal alat-alat volumetrik baik fungsi, sifat kesalahan, maupun cara menggunakan dan cara membacanya adalah penting untuk menghindarkan kesalahan yang tidak perlu dan agar kita dapat memperkirakan dengan teliti kuantitas larutan baku yang dibuat. Ada 3 alat ukur volumetrik yang utama, yaitu labu takar, buret, dan pipet volum. Tidak setiap alat ukur volumetrik yang diperdagangkan memenuhi kriteria analisis kimia (harga toleransi) seperti yang ditetapkan oleh sebuah lembaga antara lain National Institute of Standard and Technology (NIST)* atau karena sebab-sebab lainnya. Keterangan: *semula bernama National Bureau Standard (NBS).

Oleh karena itu, analisis kimia yang tepat dan teliti sebaiknya mengetahui kapasitas alat ukur itu yang sebenarnya dengan cara melaksanakan prosedur peneraan. Toleransi untuk ketiga alat di atas diberikan menurut Tabel 7.1. 126

Tabel 7.1. Toleransi Alat Ukur Volumetrik (*) Kapasitas Alat () 2 mL 5 mL 10 mL 25 mL 50 mL 100 mL 250 mL 500 mL 1000 mL

Labu Takar

0.03 0,05 0,08 0,11 0,15 0,30

Vol-pipet 0,006 0,01 0,02 0,03 0,05

mL mL mL mL mL mL

Buret

mL mL mL mL mL

0,01 0,01 0,01 0,01

mL mL mL mL

(*) Day dan Underwood (l980).

1. Labu Takar Labu takar berfungsi sebagai wadah bervolum tertentu dan terukur untuk memperoleh volum larutan secara kuantitatif. Labu takar 100–1000 mL mempunyai tingkat kesalahan antara 0,02–0,05 mL. Untuk labu takar 250 mL memiliki kesalahan baku (jarak antara meniskus dan garis batas) kira-kira 0,03 cm pada leher labu berdiameter 1,5 cm. Dari harga ini, kesalahan volum diperkirakan hanya sebesar 0,05 mL (atau 0,02%) dari volum total labu. Kristal zat baku primer yang telah dilarutkan terlebih dulu di gelas kimia harus dipindahkan secara kuantitatif ke labu takar bersih*, dan diencerkan hingga hampir mendekati garis skala lalu dilanjutkan dengan penambahan akuades secara tetes per tetes sampai garis skala labu, tutup rapat, dan selanjutnya dihomogenkan. Lihat gambar 7.1. *Lihat: cairan pencuci (Bab 12 h. 198).

b

c

d

a Gbr 7.1 a. Hasil pelarutan zat. b. Hasil pemindahan larutan (perhatikan kedudukan akhir permukaan larutan terhadap tanda batas dan ujung corong. c. Keadaan setelah penambahan akuades; dan dinding labu dikeringkan dengan kertas saring tanpa menyentuh cairan. d. Permukaan larutan dan garis batas (diperoleh dengan meneteskan akuades). 127

2. Buret Buret berfungsi untuk memindahkan larutan dalam berbagai ukuran volum. Kapasitas buret 25-50 mL dapat dibaca sampai 0,1 mL, dan angka terakhir dapat ditaksir sampai 0,02 mL. Kesalahan membaca terjadi pada menaksir angka terakhir ini. Agar permukaan cairan menjadi lebih jelas tampak, dapat dibantu dengan memberikan latar belakang berupa kertas putih persegi yang setengahnya dihitamkan. Warna hitam akan terrefleksi oleh permukaan larutan sehingga kedudukan permukaan Gbr 7.2 Melihat permukaan larutan dan memlarutan menjadi lebih jelas teramati baca skala tinggi permukaaannya terhadap garis skala buret. Kesalahan membaca buret (berskala terkecil 0,1 mL) besarnya berkisar di antara 0,01 dan 0,02 mL. Setiap titrasi akan melibatkan 2x pembacaan; berarti untuk volum titrasi 25 mL maka kesalahannya tidak sebesar itu lagi (menjadi lebih besar). Gunakanlah buret bersih yang berfungsi dengan baik; lakukan pembilasan dengan larutan pentiter, baru isikan larutan pentiter ini dengan bantuan corong-pendek, batang kran harus benar-benar terisi penuh (tidak ada gelembung) dengan cara mengeluarkan larutan, dan lanjutkan pengisian sampai mendekati garis skala nol; keringkan dinding buret bagian atas skala dengan kertas saring; lalu bacalah skalanya (sebagai skala awal). 3. Pipet Volum Pipet volum atau disebut juga vol-pipet berfungsi untuk memindahkan sevolum tertentu larutan. Oleh karena itu kapasitas volum ukurnya tertentu, misalnya pipet-pet volum 5 mL, 10 mL, atau 25 mL. Alat ini cukup teliti dengan kesalahan 0,02 mL. Kesalahan yang terjadi pada pengisian, misalnya pipet 25 mL harus tidak melebihi 0,03 cm yang batang pipetnya berdiameter 0,5 cm; hal ini memberi-kan kesalahan volumnya sebesar 0,006 mL (atau 0,024%) dari volum total. Larutan yang akan dipindahkan harus disedot/ditarik ke dalam pipet sampai melewati sedikit di atas garis batas, kemudian diturunkan tepat sampai garis batas, dan selanjutnya dialirkan/dipindahkan ke wadah lain. Jika suatu larutan bersifat berbahaya atau beracun harus digunakan “ball-pipette” untuk menyedotnya. Gbr 7.3 memperlihatkan 128

teknik pengukuran (pembacaan dan pemindahan) larutan. Sebelum diterapkan, pipet bersih* harus dibilasi 2-3x dengan larutan yang akan diukur (dipindahkan volumnya). *Lihat: “larutan pencuci” dan cara membersihkan alat gelas volumetrik.

garis batas

b

c

a

sisa cairan ini jangan ditiup/didorong; tunggu 15 detik; baru angkat.

Gbr 7.3 (a) permukaaan larutan dan garis batas; (b) saat mengalirkan larutan; dan (c) keadaan akhir pemindahan larutan.

C. TEKNIK PEMBUATAN LARUTAN BAKU 1. Langkah Umum Pada umumnya ada tiga hal utama yang harus diperhatikan pada pembuatan larutan baku primer, yaitu: a) Menimbang Penimbangan adalah pekerjaan yang paling dasar dalam analisis kimia di samping mengetahui kepekaan neraca yang akan dipilih. Zat murni ditimbang kasar** dulu (dengan neraca teknis) kemudian ditimbang teliti (dengan neraca analitis/elektronik). Untuk zat-zat tertentu sebelum ditimbang ada yang harus dikeringkan dulu (zat seperti ini, prosedur pembuatannya diberikan secara khusus). **Pekerjaan ini ditujukan agar penakaran zat berlangsung cepat sehingga zat murni tidak terbuka lama (kemurniannya lebih terjaga); di samping penyederhanaan penggunaan neraca analitis/elektronik, dan neraca lebih awet.

b) Melarutkan Tidak semua kristal segera melarut, dan umumnya proses pelarutan menyerap kalor; sebaiknya pelarutan tidak langsung di labu takar tetapi di wadah lain, dan setelah suhu campuran itu normal baru kemudian dipindahkan secara kuantitatif (yakni dengan melakukan pembilasan beberapa kali). Selanjutnya tambahkan dengan akuades sampai tanda batas (lihat Gbr 7.1).

129

c) Mengukur/memindahkan volum larutan Dalam analisis kimia, pengukuran volum larutan yang benar, pemindahan, dan pengencerannya sampai pada volum tertentu adalah sama pentingnya dengan penimbangan yang benar. Dalam teknik volumetrik (kuantitatif), alat ukur volum yang selalu diterapkan adalah labu takar, buret, dan pipet volum. Teknik penggunaan alat ini secara benar yang ditunjang oleh teknik pembersihan yang baik akan menghindarkan kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Volum larutan harus dicapai dengan menambahkan akuades kamar sehingga suhu larutan harus tidak melebihi batas suhu labu takar. 2. Perhitungan Kuantitas Zat Baku Sasaran akhir dari pembuatan adalah diperolehnya larutan baku primer dengan konsentrasi yang tepat dan teliti. Tindakan yang harus dilakukan di antaranya: - menetapkan volum dan konsentrasi larutan yang diinginkan, dan - memperkirakan (menghitung) massa zat yang akan ditimbang. Setelah zat baku primer ditimbang dan dilarutkan, harga konsentrasi larutannya diketahui melalui perhitungan. Penimbangan yang dilakukan dengan neraca analitik yang mempunyai ketelitian sampai 0,1 mg, maka perhitungan harus dilakukan sampai desimal ke-4. Misalnya M = 0,1044; dan bukan M = 0,104 atau bukan M = 0,104448; dst. Konsentrasi yang dipilih/diterapkan bergantung pada sifat/jenis reaksi yang terlibat ketika digunakan; hal ini untuk menghindarkan kesalahan yang ditimbulkan oleh ketidaktepatan pengamatan atau oleh penyimpangan reaksi, dan biasanya konsentrasi larutan baku primer berkisar antara 1,00 N - 0,01 N*. Keterangan: * 1 N = M/valensi.

D. PROSEDUR PEMBUATAN DAN SIFAT LARUTAN BAKU Secara umum prosedur pembuatan larutan termasuk larutan baku primer terdiri dari tahap-tahap yang hampir sama, namun di muka telah disinggung bahwa untuk zat baku primer tertentu harus dilakukan langkah tambahan seperti pengeringan atau pemurnian sebelum ditimbang. Pada bagian ini, di samping membahas prosedur pembuatan beberapa larutan baku primer juga akan disinggung beberapa sifat/fungsinya agar diperoleh hasil pembuatan yang maksimal dan cara pengemasan yang baik.

130

1. Larutan Baku Kalium Dikromat Senyawa ini memiliki keterbatasan dibandingkan dengan senyawa KMnO4 atau senyawa serium(IV), yakni daya oksidasinya lebih lemah dan reaksinya bersifat lambat. Kelebihannya: Stabil; inert terhadap HCl; tidak berair-kristal; mudah diperoleh dalam keadaan murni (mudah dikristal-ulang; setelah rekristalisasi dapat dikeringkan pada suhu 1500–2000C); dan Mr-nya cukup tinggi. Jadi cukup baik digunakan sebagai zat baku primer. Kegunaan: Larutan baku ini untuk analisis besi(III) dan pembaku yang baik untuk Na2S2O3. (Baik untuk persediaan.) Indikator yang digunakan adalah indikator asam difenil-amin sulfonat. Pembuatan 500 mL K2Cr2O7 0,0l M Ditimbang kasar: (500)(0,01)(294,18) mg  1,5 g K2Cr2O7; dan timbang ulang secara teliti dengan neraca elektronik.

Larutkan ke dalam gelas kimia 400 mL dengan akuades secukupnya, setelah melarut, pindahkan secara kuantitatif ke labu takar 500 mL. Tambahkan akuades sampai tanda batas, kocok sampai homogen. Hitung ulang konsentrasi larutan baku ini. Catatan: Larutan K2Cr2O7 yang dibuat dari kristalnya dengan kemurnian tidak cukup tinggi, dapat dibakukan terhadap besi; konsentrasinya kemudian dihitung dari hasil pembakuan ini.

2. Larutan Baku Kaliumftalat-asam Asam monobasa, atau biasa disingkat KH-ftalat ini disarankan sebagai zat baku primer karena Mr-nya tinggi, anhidrous, stabil, tidak higroskopis, dan dapat diperoleh dengan faktor kemurnian 99,95%. Sebelum digunakan, sebaiknya zat ini dikeringkan dulu dalam oven selama 2-3 jam pada suhu 110-1200C, dan kemudian dibiarkan mendingin (tidak perlu dalam desikator; karena sifatnya tidak higroskopis). Pembuatan 500 mL KHC8H4O4 0,1 M ; 0,1 N Ditimbang kasar: (500)(0,l)(204,22) mg  10,2 g KHC8H4O4; dan kemudian ditimbang-ulang secara teliti (misal a g).

131

Pindahkan garam ke labu takar 500 mL melalui sebuah corong; dorong dengan sejumlah akuades (bebas CO2) dari botol semprot; larutkan; tambahkan akuades sampai tanda batas; kocok sampai homogen. Timbang-ulang wadah garam tadi (b g). *didihkan akuades selama 5 menit; jaga pendinginan dari penyerapan CO2 (udara).

Menghitung kemolaran larutan: (a - b) g x (2) x (kemurnian ) 2(a - b)(kemurni an) Molaritas = = M (204,22) g/mol x (0,5 L) (2) (204,22)

3. Larutan Baku Natrium Arsenit * Larutan natrium arsenit merupakan larutan baku primer yang baik untuk larutan kalium permanganat dan larutan iodium berdasarkan reaksi redoks. Keterangan: * baik dibuat untuk persediaan.

Larutan baku ini dibuat dengan melarutkan arsen(III)oksida ke dalam larutan NaOH (membentuk NaAsO2) dan kemudian dinetralkan dengan larutan HCl dengan menggunakan indikator metil jingga atau metil merah; dan bila suasananya betul-betul asam dapat ditambahkan garam natrium-bikarbonat. Arsen(III)oksida merupakan zat baku primer yang sangat baik karena bersifat stabil, tidak higroskopis, mudah diperoleh dengan kemurnian yang tinggi. Ketika akan digunakan sebaiknya dikeringkan pada 1100C selama ½ jam. Pembuatan 1 liter NaAsO2 0,1 N Siapkan: (a) ± 5 g As2O3 (murni) yang telah dikeringkan. (b) 5–10 g NaOH terlarut dalam 10 mL akuades pada gelas kimia 400 mL. (c) Larutan HCl 6 N. (d) Serbuk garam natrium-bikarbonat. (e) Larutan indikator metil-jingga (atau metil-merah) (1) Timbang ulang arsen(III)oksida secara teliti; larutkan ke dalam gelas (b), dan bila perlu tambahkan 5 mL akuades. (2) Setelah melarut, encerkan sampai volumnya 100 mL; kemudian netralkan dengan menambahkan HCl 6 N dengan indikator metil-jingga atau metil-merah. (3) Jika larutan tersebut telah benar-benar bersifat asam maka tambahkan 5 g NaHCO3. (4) Pindahkan seluruh volum larutan secara kuantitatif ke dalam labu takar 1 L; tambahkan akuades sampai tanda batas, tutup, dan homogenkan.

132

Perhitungan normalitasnya:

Normalitas =

(a g)(kadar) (4)(a)(kad ar) = N (1/4)(197,841g/mol)(1L) (197,841)

4. Larutan Baku Natrium-karbonat Merupakan zat baku primer yang baik untuk larutan HCl yang nantinya akan digunakan untuk mentitrasi sampel (seperti NaOH) yang mengandung karbonat. Yang digunakan adalah Na2CO3 (p.a; 99,95%) yang telah dikeringkan selama ½ jam pada 2700–3000C. Indikator-indikator yang digunakan dapat metil-merah, metil-jingga, metil-merah modifikasi, atau metiljingga modifikasi. Pembuatan 500 mL Na2CO3 0,l M ; 0,2 N Ditimbang kasar (setelah dikeringkan): (500)(0,1)(105,988) mg  5,3 g Na2CO3 p.a, dan kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal a gram).

Larutkan dengan aquades di dalam labu takar 500 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas, kocok sampai homogen. Hitung ulang konsentrasi larutan baku primer ini. Menghitung kemolaran larutan: (a)(2)(kem urnian) Molaritas Na2CO3 = M (105,988) Catatan: Jika molaritas adalah y M, maka dalam satuan normal, kosentrasinya adalah 2y N.

5. Larutan Baku Natrium Oksalat Dapat diperoleh dengan kemurnian tinggi; tidak berair kristal; tidak higroskopis; stabil pada pemanasan, dan dapat dikeringkan (pada 105 0C); dan kelarutannya 3,7 g per 100 mL akuades (200C). Kegunaan: Sebagai zat (larutan) baku primer yang baik untuk senyawa permanganat (dalam suasana asam). Hanya reaksinya dengan permanganat agak kompleks, dan berlangsung lambat pada suhu kamar. Untuk mempercepat reaksi, biasanya larutan Na2C2O4 bersama larutan pengasamnya (6 N) dipanaskan sampai sekitar 600C sebelum dititer.

133

Pembuatan 500 mL Na2C2O4 0,1 M ; 0,2 N Ditimbang kasar: (500)(0,1)(134,02) mg  6,7 g Na2C2O4. Kemudian timbang teliti secara kuantitatif (a g) Larutkan dulu dalam botol timbang, kemudian pindahkan secara kuantitatif ke labu takar 500 mL secara kuantitatif; tambahkan akuades sampai tanda batas, dan homogenkan. Hitung konsentrasi larutan baku primer Na2C2O4. Menghitung kemolaran larutan:

Molaritas Na 2C2O4 =

(a)(2)(kem urnian) (134,02)

M

6. Larutan Baku Natrium Tetraborat (Boraks) Senyawa boraks ini mudah diperoleh dalam keadaan murni sesuai dengan rumus kimia padatannya Na2B4O7.10H2O. Selain itu, sifatnya yang cukup stabil dan memiliki Mr tinggi (= 381,647) menempatkan boraks sebagai zat yang memenuhi persyaratan sebagai zat baku primer. Dalam air, boraks melarut dan terhidrolisis menurut persamaan: Na2B4O7 + 7 H2O  2 NaOH + 4 H3BO3. Oleh karena itu larutannya dalam air bersifat basa kuat dan dapat dititrasi dengan asam. Titik ekuivalensi terhadap asam kuat 0,1 M memberikan pH sekitar 5,1; dan indikator yang dapat diterapkan adalah metil merah atau metil jingga. Pembuatan 500 mL Na2B4O7 0,05 M ; 0,1 N Ditimbang kasar: (500)(0,05)(Mr) mg = (500)(0,05)(381,647)  9,6 g Na2B4O7.10H2O; kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal a gram). Larutkan dulu boraks dengan sejumlah akuades dalam botol timbang-nya (boraks lambat melarut di dalam air dingin). Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL, dan tambahkan akuades sampai tanda batas. Hitung konsentrasi larutan baku primer boraks. Menghitung kemolaran larutan:

Molaritas Na 2B4O7 =

(a)(2)(kem urnian) (381,647)

M

134

7. Larutan Baku Natrium Klorida Natrium klorida (NaCl; Mr 58,443) yang murni bersifat tidak higroskopis, dan dapat diperoleh di pasaran. Untuk hasil yang lebih tepat sebagai larutan baku primer sebaiknya dilakukan pengeringan dalam pengering-listrik pada suhu 250-3000C selama 1-2 jam dan kemudian didinginkan dalam desikator. Kegunaan: Berfungsi sebagai zat (larutan) baku primer untuk larutan AgNO3 atau penetapan kadar AgNO3. Pembuatan 500 mL NaCl 0,1 M ; 0,1 N Ditimbang kasar NaCl kering: (500)(0,1)(Mr NaCl) mg = (500)(0,1)(58,443) mg  2,93 g NaCl; kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal: a gram).

Larutkan dulu dengan sedikit akuades kemudian pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar; selanjutnya encerkan dengan akuades sampai garis batas; dan homogenkan. Hitung konsentrasi larutan baku primer NaCl. Menghitung kemolaran larutan:

Molaritas NaCl =

(a)(2)(kem urnian) (58,443)

M

Catatan: Larutan baku ini dapat disimpan untuk persediaan.

8. Larutan Baku Perak Nitrat Perak nitrat (Mr 168,987) pro-analis mempunyai kemurnian paling sedikit 99,9% dapat diperoleh di pasaran sehingga larutan baku dari zat ini dapat disiapkan langsung. Kegunaan: Digunakan untuk penetapan kadar NaCl atau untuk penetapan konsentrasi larutan NaCl. Catatan: Sebaiknya larutan AgNO3 yang dibuat ini dibakukan terhadap larutan baku primer NaCl (yang dibuat dari NaCl murni dan kering). Pembuatan 500 mL AgNO3 0,1 M ; 0,1 N

135

Pembuatan 500 mL AgNO 3 0,1 M ; 0,1 N Ditimbang kasar: (500)(0,1)(Mr AgNO3) mg = (500)(0,1)(168,987) mg  8,45 g AgNO3; kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal a gram). Pindahkan kristal AgNO3 dari botol timbangnya secara kuantitatif ke dalam labu takar dengan cara pembilasan dengan akuades secukupnya; kemudian tambahkan akuades sampai tanda batas, tutup labu, dan homogenkan. Hitung ulang, konsentrasi larutan baku primer AgNO3. Menghitung kemolaran larutan: (a)(2)(kem urnian) Molarita AgNO 3 = M (168,987) Catatan: Jika larutan yang diperoleh nantinya akan dibakukan lebih lanjut terhadap larutan baku NaCl, penimbangan ulang tidak perlu dilakukan, dan dapat langsung dipindahkan, kecuali bila bertujuan untuk penetapan kadar padatannya. Larutan AgNO3 hasil pembakuan dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder jika dilakukan pengemasan/penyimpanan yang baik.

9. Larutan Baku Na-EDTA EDTA (ethylenediamintetraacetic) mempunyai rumus struktur berikut: HOOC–CH2

H2C–COOH

N–CH2–CH2–N HOOC–CH2

H2C–COOH

EDTA biasanya diperdagangkan dalam bentuk garamnya sebagai dinatrium dihidrogen etilendiamin tetraasetat, Na2H2C10H12O8N2.2H2O (Mr = 372,238) dengan berbagai nama dagang seperti Trilon B, Complexone III, Chelaton 3, Titriplex, Squestrene, atau Versene. Garam ini dapat diperoleh dalam keadaan cukup murni dan digunakan paling luas sebagai zat baku primer. Dari perdagangan, garam EDTA biasanya mengandung sedikit air dan dapat dikeringkan dalam oven pada suhu 80 0C selama 24 jam. Konsentrasi larutan yang biasa digunakan adalah 0,1 M; 0,05 M; dan 0,01 M; sedangkan indikator yang diterapkan adalah Eriochrom Black T atau calmagite. Pembuatan 500 mL Na-EDTA 0,1 M

136

Pembuatan 500 mL Na-EDTA 0,1 M Ditimbang kasar: (500)(0,1)(Mr) mg = (500)(0,1)(372,238) mg  18,62 g Na-EDTA kering; kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal a gram). Larutkan dulu dengan sejumlah akuades* dalam botol timbangnya. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL, dan tambahkan akuades sampai tanda batas. Hitung konsentrasi larutan baku primer Na-EDTA. *akuades sebaiknya dimurnikan lagi dengan ion-exchanger, dan air ini pula yang digunakan untuk analisis yang melibatkan Na-EDTA. Menghitung kemolaran larutan:

Molarita Na - EDTA =

(a)(2)(kem urnian) (372,238)

M

Larutan Na-EDTA dapat digunakan untuk: – penetapan Mg (pemakaian per mL Na-EDTA  2,432 mg Mg), dan – penentuan kesadahan total air (pemakaian per mL EDTA  1,000 mg CaCO3). Untuk memenuhi persyaratan sebagai zat baku primer, garam Na-EDTA yang diperoleh dari pasaran sebaiknya dilakukan proses pemurnian dengan bahan dan prosedur sebagai berikut. Permurnian Kristal Na-EDTA Komersial Prosedur awal: A Na-EDTA (komersial) 20 g Akuades 200 ml Campurkan garam ke dalam akuades sampai diperoleh larutan jenuh Na-EDTA. B Etanol C Pencuci (aseton dan dietil-eter)

1. 2. 3. 4.

Prosedur lanjutan: Tambahkan etanol secara perlahan ke dalam larutan jenuh A di atas; hentikan bila endapan tidak terbentuk lagi. Lakukan penyaringan. Encerkan filtrat dengan etanol sebanyak volum etanol yang terpakai. Selanjutnya saring endapan (dengan corong dari kaca masir). Cuci endapannya dengan aseton, dan terakhir dengan dietil-eter. Keringkan endapan di udara terbuka selama semalam, dan lanjutkan dalam oven pada 800C selama 24 jam.

Kristal Na-EDTA murni yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan untuk dibuat menjadi larutan baku primernya.

137

Selain melalui proses pemurnian terhadap kristal natrium-EDTA komersial, agar memenuhi persyaratan sebagai zat baku primer, kristal tersebut dapat pula dibuat langsung dalam sediaan larutannya dan selanjutnya larutan Na-EDTA ini dibakukan (ditetapkan) terhadap larutan baku primer kalsium klorida, CaCl2. 10. Larutan Baku Kalsium Klorida Pembuatan 500 mL Larutan Baku CaCl2 0,01 M 1. Ditimbang kasar 0,4 g CaCO3 murni dan kering 1) dalam botol timbang bertutup. Timbang-ulang dengan teliti (botol + zat + tutup), dan catat beratnya (misal a gram). 2. Pindahkan isinya ke dalam labu takar 500 mL, alirkan akuades secara memutar lewat leher labu sebanyak 100 mL, dan tutup labunya. Timbang lagi dengan teliti (botol + zat sisa + tutup), dan catat beratnya (misal b gram). 3. Tambahkan tetes per tetes larutan HCl (1 : 1) 2) sampai tidak terjadi lagi gelegak (gelembung) dan larutannya menjadi jernih. Alirkan akuades sampai 0,5 cm di bawah tanda garis, dan keringkan leher labu. Tambahkan akuades tetes per tetes sampai tepat tanda batas. Tutup labu, dan homogenkan. 4. Pindahkan isi labu ke botol reagen; beri label; dan simpan untuk persediaan. Perhitungan molaritas larutan:

 (a - b )  M  Mr x V 

Molaritas CaCl 2 = 

Keterangan: Mr = massa rumus (g/mol); V = volum larutan (L); dan M = molaritas. Catatan: Setelah dikeringkan pada suhu 100 0C. 2) Buat 10 mL larutan HCl (1 : 1) dengan cara: masukkan 5 mL akuades ke dalam botol bersih, kemudian alirkan 5 mL HCl p.a.; tutup, dan goyang sebentar agar homogen 1)



138

Pada bagian ini dibatasi hanya pada titrimetri (cara titrasi) karena cara ini berkaitan erat dengan pembuatan/penyediaan pereaksi atau larutan baku dengan komposisi/konsentrasi tertentu untuk tujuan-tujuan tertentu pula terutama pada laboratorium sederhana. Cara ini diterapkan untuk memperoleh pereaksi atau larutan yang konsentrasinya tidak dapat dipastikan dari proses pembuatannya secara langsung dari zat padatnya. Atau dengan kata lain, pereaksi atau larutan seperti ini, kepastian konsentrasinya hanya dapat ditetapkan melalui proses pembakuan terhadap larutan baku primer atau larutan baku sekunder. Uraian tentang titrimetri pada prinsipnya dapat dikelompokkan atas dasar reaksi yang terlibat (dengan syarat reaksi berlangsung cukup cepat), yaitu: (1) Titrasi penetralan (asidi/alkali-metri) Prinsip dasarnya adalah reaksi penetralan: H+ + OH– → asam

basa

H2O netral

(2) Titrasi redoks (oksidimetri) Prinsip dasarnya adalah reaksi redoks: O + R oksidator

→ hasil

reduktor

(3) Titrasi pengendapan Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan: L+(aq) + X– (aq) → kation

anion

LX(s) endapan

139

(4) Titrasi Pengomplekan (kompleksometri) Prinsip dasarnya adalah reaksi akseptor-donor pasangan elektron (reaksi kompleks ; reaksi sepit). Mn+ + :L ion logam

ligan



[M : L]n+ ion kompleks

Prinsip dasar yang diterapkan harus sesuai dengan perubahan sifat zat atau sifat larutan yang akan ditetapkan (konsentrasi/kadarnya) di samping persyaratan teknis pelaksanaannya. Sebenarnya untuk tujuan ini, selain titrimetri juga dikenal beberapa cara lain seperti kolorimetri, gravimetri, petensio/kondukto-metri, kromatografi, dan spektro(foto)metri. Bahkan yang terakhir ini merupakan cara instrumentasi yang kini populer dan terus berkembang dalam kecepatan, ketelitian, maupun dalam ketepatan hasilnya. Namun titrimetri tidak seluruhnya ditinggalkan bahkan beberapa di antaranya masih menjadi dasar dalam analisis spektrometrik di samping dapat memberikan nilai-nilai pendidikan seperti nilai keterampilan dasar dan nilai intelektual. A. PEMBAKUAN CARA ASIDI/ALKALI-METRI Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi asam-basa (melalui asidi/alkali-metri) di antaranya adalah: [1] asam-asam seperti HCl, H2SO4, CH3COOH, H2C2O4; dan [2] basa-basa seperti NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, NH4OH. Asam atau basa tersebut memiliki sifat-sifat yang menyebabkan konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan langsung dari proses hasil pembuatan/pengencerannya. Oleh karena itulah pembakuan diperlukan untuk pemastian konsentrasi larutannya. Beberapa larutan setelah dibakukan bahkan dapat berfungsi sebagai larutan baku sekunder dan dapat disimpan/dikemas untuk persediaan. Berikut ini diuraikan beberapa teknik/prosedur pembuatan asam/basa, dan pembakuannya. 1. Pembuatan Dan Pembakuan Asam Klorida Pembuatan 1 liter HCl baku (0,1 M ; 0,1 N) (1) Isi botol reagen 1 L dengan 1 L akuades (2) Ukur ±9 mL HCl pekat (p.a.; 11,6 M; 36%); tuangkan perlahan ke botol; tutup rapat, dan kocok sebentar supaya homogen.

Diperoleh: ±1 liter HCl 0,1 M 140

Pembakuan Larutan HCl dengan Larutan Baku Boraks (1) Pipet 25 mL Na2B4O7 0,1046 N (= 0,0523 M) dan pindahkan ke dalam gelas Erlenmeyer 100 mL. (2) Tambahkan 2 tetes indikator MO. (3) Jatuhkan larutan HCl dari buret; hentikan jika warna kuning dari campuran berubah tepat menjadi warna merah-muda. Lakukan prosedur di atas sebanyak 3x. Reaksi yang terjadi: Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 2 NaCl + 4 H3BO3 Perhitungan Kemolaran HCl: MNa2B4O7 = 0,0502 M; VNa2B4O7 = 25 mL; VHCl = a mL(*); dan MHCl = ?

VHCl x MHC l Vboraks x Mboraks

=

MHCl =

mol HCl 2 = mol boraks 1 (2)(Vboraks )(Mboraks ) VHCl

(Dengan demikian MHCl dapat dihitung/ditetapkan.) Keterangan: (*) volum HCl merupakan volum rata-rata. Catatan: • Setelah dibakukan dapat berfungsi sebagai larutan baku (karena memakai HCl p.a.). • Kemas secara baik dan beri etiket lengkap dengan konsentrasinya.

Pembakuan larutan baku HCl terhadap zat primer Na2CO3 (1) Timbang kasar 0,2 g Na2CO3 kering dalam botol timbang bertutup; kemudian timbang-ulang seluruhnya secara teliti. (2) Pindahkan zatnya ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL, dan tutup lagi botol timbangnya 1). Ke dalam gelas masukkan 50 mL akuades; goyang sampai zat melarut; lalu bubuhkan 2 tetes indikator MO 2). Letakkan gelas ini di atas kertas/ubin putih (yang tidak mengkilap) tepat di bawah mulut buret berisi larutan HCl.

(3) Turunkan secara perlahan, larutan HCl, sambil gelas digoyang. Saat indikator MO berubah dari kuning ke kuning-pucat3) (kuning samar-samar), hentikan titrasi. Semprot dinding gelas dengan akuades. (4) Teruskan titrasi dengan tetesan lambat; dan hentikan titrasi bila timbul warna merah jambu muda. Catat pemakaian larutan HCl.

141

Keterangan: timbang lagi botol ini; perbedaan antara penimbangan akhir dan awal merupakan berat zat yang terpindahkan ke gelas. 2)akan lebih baik bila menggunakan indikator campuran MO-Carmin indigo (merah tua). Jika indikator MO berubah dari kuning ke merah muda, maka indikator campuran tersebut berubah dari hijau ke abu-abu netral. 3) bila menggunakan indikator campuran, warnanya menjadi hijau pucat. 1)

Lakukan lagi prosedur di atas minimal sebanyak 2x. Reaksi: Na2CO3 + 2 HCl → 2 NaCl + H2O + CO2 Mr = 105,994 g/mol; dan dari 3x pembakuan diperoleh massa rata-rata Na2CO3 (misal a gram); rata-rata volum pemakaian HCl (misal v mL; ubah ke satuan liter, misal diperoleh V liter).

Perhitungan kemolaran larutan HCl: VHCl x MHCl mol asam 2 = = a/Mr mol garam 1

MHCl =

(2)(a) (2)(a) = (1)(V)(Mr ) (1)(V)(105,994)

(Dengan demikian molaritas HCl dapat dihitung/ditetapkan.)

Larutan HCl dapat disimpan sebagai persediaan sebagai larutan baku sekunder yang baik untuk pembakuan larutan basa yang mengandung karbonat (seperti larutan basa kuat yang mudah menyerap CO2). Pembaku larutan HCl dapat juga menggunakan larutan baku primer Na2CO3 (dari persediaan). Pembakuan Larutan HCl dengan Larutan Baku NaOH* (1) Pipet 25 mL larutan HCl ke dalam masing-masing 3 gelas Erlenmeyer 250 mL. (2) Bubuhi 2 tetes indikator pp. (3) Turunkan larutan baku NaOH 0,1000 M ke dalam gelas-1 sambil cairan dalam gelas digoyang. Ketika warna merah agak lambat menghilang, turunkan larutan NaOH berupa tetesan. Hentikan titrasi jika warna merah muda yang muncul tidak menghilang (selama 15 detik) oleh pengocokan. Ulangi prosedur serupa terhadap gelas-2, dan gelas-3. (Diperoleh: volum rata-rata pemakaian larutan NaOH). Reaksi: HCl + NaOH → NaCl + H2O Perhitungan kemolaran: 142

Perhitungan kemolaran:

VHCl x MHCl VNaO x MNaOH MHCl =

=

mol asam 1 = mol basa 1

(1)(VNaOH )(MNaOH ) (1)(VHCl )

VHCl = 25,0 mL; VNaOH = volum rata-rata terpakai. (Dengan demikian molaritas HCl dapat dihitung/ditetapkan). Keterangan: *sebaiknya yang baru dibakukan.

2. Pembuatan Dan Pembakuan Asam Sulfat Pembuatan 1 liter H2SO4 0,1 M ; 0,2 N (1) Siapkan di dalam botol reagen 1 L bertutup sebanyak 1 liter akuades. (2) Ukurlah ±6 mL H2SO4 pekat (17,8 M; 95%); tuangkan sedikit demi sedikit (karena timbul panas) ke dalam botol di atas; tutup rapat, dan homogenkan.

Diperoleh: ± 1 liter H2SO4 0,1 M.

Pembakuan Asam Sulfat 0,1 M ; 0,2 N Prosedur pembakuan HCl 0,1 M terhadap larutan baku boraks atau larutan baku sekunder NaOH dapat diterapkan untuk pembakuan H2SO4 0,1 M; dengan mengganti larutan HCl dengan larutan H2SO4. Catatan: Perbandingan mol antar H2SO4–boraks adalah mol H2SO4 : mol boraks = 1 : 1 Atau perbandingan mol antar H2SO4–NaOH adalah mol H2SO4 : mol NaOH = 1 : 2.

3. Pembuatan Dan Pembakuan Asam Oksalat Pembuatan 500 mL H2C2O4 0,1 M ; 0,2 N

143

Pembuatan 500 mL H2C2O4 0,1 M ; 0,2 N Setelah dikeringkan (dalam oven) pada suhu 110-120 0C selama 1-2 jam; ditimbang kasar sebanyak: (500)(0,1)(126.06) mg  6,3 g H2C2O4.2H2O p.a; kemudian ditimbang teliti pada neraca analitik/elektronik (a g). Larutkan dulu ke dalam gelas kimia 100 mL yang berisi 50 mL akuades; pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL; tambahkan akuades sampai tanda batas, dan homogenkan.

Diperoleh 500 mL H2C2O4 dengan konsentrasi: Molaritas =

(a g) 2a 2a = g/mol = M (126,07 g/mol)(0,5 L) (126,07) (126,07)

Disarankan: Larutan dibakukan terhadap larutan baku primer yang sesuai, misalnya dengan boraks, atau dengan larutan baku sekunder dari NaOH atau KMnO 4. Catatan: Setelah dibakukan, dapat berfungsi sebagai larutan baku sekunder.

Pembakuan Larutan H2C2O4 dengan Larutan Baku Sekunder KMnO4 (1) Siapkan 300 mL H2SO4 2 M; dan isikan ke dalam 3 gelas Erlenmeyer 250 mL masing-masing sebanyak 50 mL H2SO4 2 N. (2) Pipet 25 mL H2C2O4, dan masukkan ke dalam Gelas-1; demikian juga terhadap gelas-2, dan gelas-3 di atas. (3) Siapkan buret, bilas, dan isi dengan larutan baku KMnO 4 0,1000 M. (4) Panaskan gelas-1 beserta isinya sampai 70-80 0C. (5) Lakukan pentitrasian sambil menggoyang gelas, dan hentikan ketika muncul warna merah muda yang menetap pada larutan. Lakukan prosedur serupa terhadap Gelas-2, dan Gelas-3. Reaksi: 2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 → 2MnSO4 + K2SO4 + 8H2O +10CO2 Catatan: Untuk mendapat hasil dengan ketelitian yang signifikan, lengkapi dengan percobaan blanko berikut. (1) Masukkan 50 mL H2SO4 2 M ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL; tambah akuades sampai bervolum sama dengan volum akhir titrasi; dan panaskan hingga 70-80 0C. (2) Lakukan pentitrasian dengan larutan KMnO4, dan hentikan bila larutan berwarna merah muda yang tetap. Perhitungan Molaritas:

144

Perhitungan Molaritas: Voks. x Moks. mol oks. 5 = = Vperm. x Mperm. mol perm. 2 Moks =

(5)(Vperm. )(Mperm. ) (2)(Voks )

Keterangan: Voksalat = 25,0 mL; Vpermanganat = (Vpemakaian – Vblanko).

 molaritas asam oksalat dapat dihitung/ditetapkan. Pembakuan Larutan H2C2O4 dengan Larutan Baku Sekunder NaOH (1) Pipet 25 mL H2C2O4 dari sediaan dan alirkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL. (2) Bubuhi 2 tetes indikator pp. (3) Turunkan larutan NaOH 0,1 M yang telah dibakukan sambil cairan dalam labu digoyang. Ketika warna merah mulai lambat menghilang, turunkan larutan NaOH berupa tetesan lambat. Hentikan titrasi jika warna merah muda yang muncul tidak menghilang (selama 15 detik) oleh pengocokan. Ulangi prosedur serupa sebanyak 2-3x. Hitung volum rata-rata pemakaian larutan baku NaOH. Perhitungan kemolaran CH3COOH (Analog perhitungan kemolaran HCl terhadap NaOH; lihat 8A.1.)

4. Pembuatan Dan Pembakuan Asam Asetat Pembuatan 1 liter CH3COOH 1 M ; 1 N (1) Siapkan di dalam botol reagen 1 L bertutup sebanyak 950 mL akuades*. (2) Ukur 60 mL CH3COOH (17,4 M ; 99-100%); segera tuangkan ke dalam botol reagen di atas; tutup rapat, dan homogenkan.

Diperoleh: ±1 liter CH3COOH 1 M. *sebaiknya yang telah dididihkan.

Pembakuan: Dengan larutan baku sekunder, NaOH (jika dari larutan hasil penyimpanan, sebaiknya dibakukan kembali pada saat akan digunakan). Catatan: CH3COOH dapat menguap; harus selalu tertutup.

145

Pembakuan Larutan CH3COOH 0,1 M ; 0,1 N (1) Pipet 25 mL CH3COOH 1 M dari persediaan, alirkan ke dalam labu takar 250 mL, encerkan sampai tanda batas; dan homogenkan. (2) Pipet 25 mL CH3COOH dari kemasan, alirkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL. (3) Bubuhi 2-3 tetes indikator pp*. (4) Turunkan larutan NaOH 0,1 M yang telah dibakukan sambil cairan dalam labu digoyang. Ketika warna merah agak lambat menghilang, turunkan larutan NaOH berupa tetesan. Hentikan titrasi jika warna merah muda yang muncul tidak menghilang (selama 15 detik) oleh pengocokan. Ulangi prosedur serupa sebanyak 2x. Hitung volum rata-rata pemakaian larutan baku NaOH. *dapat digunakan indikator timol biru (perubahan warna: merah ke kuning).

Reaksi: CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O Perhitungan molaritas: Vasam x Masam mol asam 1 = = Vbasa x Mbasa mol basa 1

Masam =

(1)(Vbasa )(Mbasa ) (1)(Vasam )

Dari hubungan ini dapat dihitung molaritas larutan CH3COOH dari kemasan (labu takar).

5. Pembakuan Natrium Hidroksida Pembuatan l liter NaOH 0,1 M ; 0,1 N (1) Siapkan di dalam botol plastik 1 L bertutup sebanyak 1 liter akuades dingin (hasil pendidihan selama 5 menit). (2) Timbang kasar bersama gelas kimia 100 mL, ±4,1 g NaOH (p.a; butiran) secara cepat, dan segera tuangi dengan akuades dari botol plastik di atas sebanyak 50 mL; aduk agar segera larut; cepat tuangkan kembali cairan ini ke dalam botol; tutup rapat; dan homogenkan.

Diperoleh: ±1 liter NaOH 0,1 M.

146

Pembuatan Larutan NaOH Bebas Karbonat (1) Timbang 50 g NaOH p.a; pindahkan ke dalam tabung reaksi pyrex besar; tambahkan 50 mL akuades; tutup rapat dengan sumbat karet; dan biarkan semalam secara tegak. (2) Siapkan 1 L akuades dingin (hasil pendidihan) di dalam botol plastik bertutup. (3) Secara hati-hati, ambil dengan pipet ukur, sebanyak 6-7 mL NaOH dari tabung sediaan di atas, dan masukkan ke dalam botol plastik (2); tutup rapat; homogenkan.

Diperoleh: ±1 liter NaOH 0,1 M bebas karbonat. [Beri label; rapatkan tutupnya; larutan mudah menyerap CO2 [dapat berubah).]

Sediaan larutan NaOH di atas dapat dibakukan dengan (a) larutan baku primer KH-ftalat* 0,1 M, atau (b) larutan baku sekunder HCl. *dapat berupa kristalnya langsung.

Pembakuan NaOH 0,1 M ; 0,1 N (1) Pipet secara teliti ke dalam 3 gelas Erlenmeyer 250 mL masingmasing sebesar 25 mL larutan baku KH-ftalat 0,1000 M*. (2) Tambahkan masing-masing 2 tetes indikator pp. (3) Titrasi setiap larutan dengan larutan NaOH dari buret. (4) Hentikan pentitrasian bila warna merah jambu muda timbul secara menetap (15 detik) walaupun cairan digoyang. *dapat pula digunakan kristalnya langsung dengan menyiapkan 3 gelas Erlenmeyer yang diberi nomor urut.

Reaksi yang terjadi: KH-ftalat + NaOH → KNa-ftalat + H2O (perbandingan mol asam : mol basa = 1 : 1)

Perhitungan molaritas larutan NaOH (a) Konsentrasi NaOH (MNaOH) dapat ditetapkan/dihitung dengan menerapkan rumus perbandingan (lihat Bab 7A.1). (b) Bila yang digunakan kristal KH-ftalat, hitung rata-rata massa kristal (misal a gram). Ubah rata-rata volum NaOH terpakai ke dalam satuan liter (misal V liter). Substitusikan harga pada hubungan berikut. a/Mr mol KH - ftalat 1 (1)(a) = =  MNaOH = V x MNaOH mol NaOH 1 (1)(V)(204,44) Dari hubungan ini, molaritas NaOH dapat dihitung. Catatan: Bila padatan NaOH yang digunakan bersifat p.a., larutannya dapat berfungsi sebagai larutan baku sekunder (termasuk teknik penyimpanan dan penggunaannya yang benar). 147

6. Pembuatan Dan Pembakuan Kalium Hidroksida Pembuatan l liter KOH 0,1 M ; 0,1 N (1) Siapkan ke dalam botol plastik 1 L bertutup sebanyak 1 liter akuades yang telah dididihkan. (2) Timbang kasar bersama gelas kimia 100 mL, ±5,7 g KOH (p.a.; butiran) secara cepat, dan segera tuangi dengan ±50 mL akuades dari botol plastik di atas; aduk agar segera larut; cepat tuangkan kembali larutan ini ke dalam botol; tutup rapat; dan homogenkan.

Diperoleh: ±1 liter KOH 0,1 M ; 0,1 N. (Beri label; rapatkan tutup botolnya; larutan mudah menyerap CO2.)

Larutan KOH dapat dibakukan dengan (a) larutan baku primer KHftalat 0,1M, atau (b) larutan baku sekunder, seperti HCl. Prosedur pembakuan NaOH terhadap baku primer KH-ftalat, atau terhadap larutan baku sekunder HCl* dapat diterapkan (lihat Bab 8.A5). *Lebih tepat jika memakai larutan HCl yang dibakukan dengan larutan baku primer Na2CO3.

7. Pembuatan Dan Pembakuan Barium Hidroksida Pembuatan 1 liter Ba(OH)2* 0,1 M ; 0,2 N ; jenuh (1) Siapkan botol reagen 1 L bertutup rapat yang berisi 1 liter akuades yang telah dididuhkan (bebas CO2). (2) Timbanglah 32 g Ba(OH)2.8H2O; pindahkan ke dalam botol di atas; tutup rapat, kocok beberapa kali; diamkan selama semalam. (3) Pindahkan secara perlahan ke dalam botol reagen lain bertutup.

Diperoleh: 1 liter Ba(OH)2 jenuh (0,2 M ; 0,4 N). (Beri label; rapatkan tutup botolnyanya; larutan mudah menyerap CO2.) Keterangan: *disebut juga sebagai air barit; dan bersifat mudah menyerap CO2.

Larutan Ba(OH)2 dapat dibakukan dengan menggunakan larutan baku HCl (setelah dibakukan dengan larutan baku primer Na2CO3; lihat Bab 8A.5).

148

8. Pembuatan Dan Pembakuan Kalsium Hidroksida Pembuatan 1 liter Ca(OH)2* 0,02 M ; 0,04 N ; jenuh (1) Siapkan botol reagen 1 L bertutup rapat yang berisi 1 liter akuades yang telah dididihkan (bebas CO2). (2) Timbanglah 1,5 g Ca(OH)2 (lebihkan sedikit); pindahkan ke dalam botol di atas; tutup rapat, kocok beberapa kali; diamkan selama semalam. (3) Pindahkan secara perlahan ke dalam botol reagen lain bertutup.

Diperoleh: 1 liter Ca(OH)2 jenuh (0,02 M ; 0,04 N). (Beri label; rapatkan tutup botolnya; larutan mudah menyerap CO2.) Keterangan: *disebut juga air kapur.

Pembuatan 1 liter Ca(OH)2* 0,02 M ; 0,04 N ; jenuh (Cara lain ; lebih murah.)

(1) Siapkan botol reagen 1,5 L bertutup yang berisi 1,2 liter akuades. (2) Siapkan botol reagen 1,5 L bertutup yang berisi 1,2 liter akuades. (3) Jadikan bubuk halus 1 bungkus gamping (kapur tohor; CaO); masukkan ke dalam botol (1); tutup rapat, kocok secara kuat, dan biarkan selama 1 malam. Kemudian buang seluruh cairannya, tuangi lagi dengan 1,2 L akuades, tutup rapat, kocok secara kuat, dan biarkan lagi selama 1 malam. (4) Tuangkan (saring) larutan jernihnya ke dalam botol reagen 1 L lain, tutup secara rapat.

Diperoleh: 1 liter Ca(OH)2 jenuh. (Beri label; rapatkan tutup botolnya; larutan mudah menyerap CO2.)

Larutan Ca(OH)2 dapat dibakukan dengan larutan baku HCl; sebaiknya dengan larutan HCl yang dibakukan dengan larutan baku primer Na2CO3.

149

9. Pembuatan Dan Pembakuan Amonium Hidroksida Pembuatan 1 liter NH4OH 1 M ; 1 N (1) Siapkan ke dalam botol reagen 1 L bertutup, 950 mL akuades. (2) Diukur 70 mL NH4OH pekat (14,8 M ; 28% NH3); segera tuang-kan ke dalam botol (1); tutup rapat, dan homogenkan.

Diperoleh: ±1 liter NH4OH 1 M ; 1 N. (Harus selalu tertutup; mudah terurai dengan melepaskan gas NH3.)

Pembakuan larutan NH4OH terhadap Larutan Baku HCl (1) Pipet 25 mL larutan NH4OH 1 M dan alirkan ke dalam labu takar 250 mL; segera alirkan akuades secara memutar pada leher labu; dan penambahan akuades sampai 0,5 cm di bawah tanda batas. Keringkan leher labu; tambahkan akuades tetes per tetes sampai tanda batas; tutup; dan homogenkan. (2) Pipet sebanyak 3 kali @ 25 mL HCl 0,1 M; masukkan masing-masing ke dalam 3 buah gelas Erlenmeyer 250 mL; segera semperot dengan sedikit akuades pada dinding gelas yang basah oleh asam. Selanjutnya tambahkan pada setiap gelas dengan 2 tetes indikator MO*; goyang perlahan gelas agar homogen. *dapat juga menggunakan indikator bromofenol biru (titik akhir ditandai oleh berubahnya warna kuning dan munculnya warna biru muda).

(3) Turunkan dari buret, larutan NH4OH (berasal dari labu takar) ke dalam gelas Erlenmeyer-1 sambil digoyang memutar. Ketika warna merah berubah dan mulai tampak warna kuning samar- samar, alirkan secara memutar akuades secukupnya (dari botol semprot) melewati leher gelas untuk menurunkan basa yang menempel.

(4) Teruskan penambahan tetes per tetes, dan hentikan bila muncul warna kuning muda yang lemah dan tak hilang oleh pengocokan (15 detik). Catat pemakaian basa untuk gelas-1. Lakukan langkah-3 dan langkah-4 ini terhadap gelas-2 dan gelas-3. (buret harus dalam keadaan penuh.) Catatan: Reaksi dan perhitungan molaritas NH4OH analog dengan HCl-NaOH.

150

B. PEMBAKUAN CARA OKSIDIMETRI Titrasi oksidimetri melibatkan beberapa oksidator dan reduktor seperti dinyatakan menurut Tabel 8.1 berikut. Tabel 8.1 Beberapa Oksidator dan Reduktor dalam Oksidimetri Oksidator

Suasana larutan

Hasil

Reduktor

Suasana larutan

Hasil

MnO4–

asam

Mn2+

C2O42–

asam

CO2

Cr2O72–

asam

Cr3+

NO22–

asam

NO32–

ClO3–

asam

Cl–

S2O32–

asam/netral

S4O62–

BrO3–

asam

Br–

I–

asam/netral

I2

asam

I–

H3AsO3

asam/netral

H3AsO4

asam

Fe3+

asam

Sn4+

IO3– H2O2

asam

H2O

Fe2+

Ce4+

asam

Ce3+

Sn2+

Fe3+

asam

Fe2+

Dari tabel di atas, reaksi redoks yang memenuhi syarat sebagai dasar penetapan konsentrasi (analisis redoks) cukup banyak namun pembahasan berikut dibatasi hanya tentang pembuatan beberapa larutan dan penetapan konsentrasi yang melibatkan permanganometri dan iodi/iodo-metri. Pola yang diperoleh dapat dikembangkan atau diterapkan terhadap larutan lainnya. 1. Titrasi Permanganometri Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang mampu mengoksidasi sebagian besar reduktor secara kuantitatif, selain itu juga bahwa larutannya yang berwarna menjadikannya sekaligus berperan sebagai indikator titik ekivalensi (kelebihan 1 tetes larutan 0,1 N sudah dapat menghasilkan warna ungu terang dalam volum larutan yang besar). Larutan permanganat yang diterapkan biasanya berkonsentrasi sekitar 0,1 N (atau 0,05 M). Untuk larutannya yang lebin encer, pada titik akhir perubahan warna, ion permanganat kurang terang, dan disarankan untuk membubuhinya dengan indikator ortofenantrolin.

2. Pembakuan Larutan KMnO4

… 151

2. Pembuatan Larutan KMnO4 Dan Pembakuannya Pembuatan 1 liter KMnO4 0,05 M ; 0,1 N Ditimbang kasar di atas kaca arloji sebanyak: (1)(0,1)(158,4)(1/5) g  3,2 g KMnO4 (p.a) (1) Larutkan ke dalam gelas kimia berisi 1 L air suling. (2) Tutup gelasnya, dan panaskan (*) di dalam penangas air selama 10-15 menit; simpan larutan ini dalam keadaan tertutup selama semalam. (3) Saring larutan dengan menggunakan saringan kaca ke dalam botol kaca gelap/coklat bertutup kaca.

Diperoleh: 1 liter KMnO4 0,05 M ; 0,1 N. (Beri label, dan simpan di tempat yang gelap jika larutan tidak dipakai; dapat berfungsi sebagai larutan baku dalam penetapan oksalat, H2O2, dan besi.) Keterangan: (*) bertujuan untuk mempercepat oksidasi zat organik dalam air, dan untuk menggumpalkan MnO2. Catatan: • Penyaringan jangan menggunakan kertas saring (akan teroksidasi). • Adanya endapan coklat pada dinding dan dasar botol menunjukkan terjadinya penguraian ion MnO4– menjadi MnO2. • Jika larutan akan digunakan untuk menganalisis besi sebaiknya larutan ini dibakukan dengan kawat besi.

Larutan KMnO4 dapat dibakukan terhadap larutan baku primer Na2C2O4 atau larutan baku sekunder H2C2O4. Pembakuan Larutan KMnO4 dengan zat baku primer Na2C2O4 (1) Siapkan 350 mL H2SO4 2 N; dan isikan ke dalam 3 gelas Erlenmeyer 250 mL masing-masing sebanyak 75 mL H2SO4 2 N. (2) Timbang secara teliti 3 bagian kristal Na2C2O4 kering, masingmasing seberat 0,25 g; kemudian masukkan garam ini ke dalam 3 gelas di atas, dan goyang sehingga melarut. (3) Siapkan buret dan isi dengan larutan pentiter, KMnO4. (4) Panaskan labu pertama beserta isinya sampai 70-80 0C. (5) Lakukan pentitrasian sambil menggoyang labu, dan hentikan ketika muncul warna merah muda yang tetap pada larutan. Lakukan prosedur serupa terhadap labu 2 dan labu 3.

152

Catatan: Untuk mendapat hasil dengan ketelitian yang signifikan, lengkapi dengan percobaan blanko berikut. (a) Panaskan 75 mL H2SO4 2 N dalam labu Erlenmeyer 250 mL sampai 70-80 0C. (b) Lakukan pentitrasian dengan larutan KMnO4, dan hentikan bila larutan berwarna merah muda yang tetap.

Perhitungan Normalitas Massa Na 2C2O4 = a g  Molek. Na 2C2O4 =

(a) (2)(136,07)

Jika volum rata-rata KMnO4 = b mL, dan volum blanko KMnO4 = c mL maka:

Volum KMnO 4 terkoreksi = (b - c) mL =

(b - c) L. (1000)

Hubungan yang diterapkan: VKMnO4 x NKMnO4 = molek KMnO 4 = molek Na 2C2O 4

NKMnO4 =

a/(2 x 126,07) (a)(1000) molek/L = N. (b - c)/1000 (b - c)(2 x 126,07)

(Keterangan: Jika blanko tidak dilakukan, maka c = 0.)

3. Titrasi Iodi/iodo-metri Dalam cara ini dikenal 2 cara yaitu (a) langsung), dan (b) iodometri (cara tak langsung).

iodimetri (cara

Cara pertama (iodimetri), larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada titik ekivalennya. Namun cara pertama ini jarang diterapkan karena I2 merupakan oksidator lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping dengan reduktor tadi. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan penyimpangan hasil penetapan. Cara tak langsung yang disebut iodometri; semua oksidator yang akan ditetapkan konsentrasi atau kadarnya direaksikan dengan ion iodida (I-) berlebih sehingga I2 dibebaskan. Baru kemudian I2 bebas ini dititrasi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan indikator amilum. Pada analisis iodium selalu melibatkan garam KI; oleh karenanya garam ini harus bebas dari iodat. Ion iodat (IO3-) dengan ion iodida (I-) dalam suasana asam akan membebaskan iodium (I2) menurut reaksi: IO3– + 5 I– + 6 H+ → I2 + 3 H2O 153

Oleh karena itu garam KI harus bebas dari ion iodat; adanya ion iodat dapat mempengaruhi hasil penetapan. Dalam hal lain, larutan Na2S2O3 yang terlibat dalam analisis iodium, padatannya berair kristal sebagai Na2S2O3.5H2O (biasanya jumlah air kristalnya sukar diduga seperti tertulis). Ketika pembuatan larutan (saat pelarutan) terjadi reaksi (jika ada CO2 dalam larutan): Na2S2O3 + CO2(g) + H2O → NaHCO3 + NaHSO3 + S(s) Larutan yang diperoleh karenanya menjadi keruh, namun larutan ini akan jernih oleh mengendapnya belerang ke dasar bejana (dapat didekantasi). Efek reaksi penguraian Na2S2O3 dengan adanya CO2 akan meningkatkan konsentrasi larutan (menyebabkan penyimpangan pemakaian larutan). Di samping itu Na2S2O3 juga teroksidasi dengan adanya O2 dari udara: 2 Na2S2O3 + O2(g) → 2 Na2SO4 + 2 S(s) Jadi, larutan harus dijaga dari pengaruh udara (O2 dan CO2), dan pelarutan sebaiknya menggunakan akuades yang telah dididihkan. Catatan: • Larutan Na2S2O3 yang dibuat sebaiknya dibakukan terhadap larutan baku K 2Cr2O7. • Larutan Na2S2O3 hasil pembakuan dapat berfungsi sebagai larutan baku sekunder. Larutan ini tidak dapat disimpan dalam waktu yang agak lama karena menjadi tidak stabil. Bakteri menyebabkan terjadinya proses metabolik dengan membentuk SO 32-, SO42-, dan koloid belerang. Untuk mengurangi hal ini, biasanya, aquadesnya yang disterilkan dan ditambahkan pengawet berupa boraks atau natrium karbonat.

4. Pembuatan Larutan Natrium Tiosulfat Dan Pembakuannya Pembuatan 500 mL Na2S2O3 0,1 M Ditimbang kasar (dengan neraca teknis) sebanyak: (500)(0,1)(Mr) mg = (50)(248,186) mg  12,5 g Na2S2O3.5H2O

Larutkan dengan akuades dingin (setelah dididihkan) sampai volum larutan mencapai 500 mL; biarkan semalam; ambil larutan jernihnya. Perhitungan Normalitas (12,5)(2)(kemurnian) Molaritas = M (248,186)

Diperoleh: 500 mL larutan Na2S2O3 0,1 M ; 0,2 N. Catatan: • Ke dalam larutan tio dapat ditambahkan kira-kira 0,2 g natrium bikarbonat (sebagai pengawet) per 25 g tio. • Larutan tio kemudian dibakukan dengan larutan baku primer K 2Cr2O7 (dapat juga dengan larutan baku primer I2).

154

Pada pembakuan larutan tio dengan larutan baku primer K2Cr2O7, keberlangsungan reaksi Na2S2O3–K2Cr2O7 bergantung pada beberapa kondisi sehingga sifat reaksinya yang pasti harus ditetapkan. Jika tidak maka larutan tio harus dititrasi tak langsung dengan K2Cr2O7 menurut langkah seperti berikut. Pembakuan Larutan Na2S2O3 terhadap Larutan Baku Primer K2Cr2O7 (1) Larutkan 5 g KI dan 4 g NaHCO3 ke dalam gelas Erlenmeyer yang berisi 300 mL akuades. (2) Kemudian tambahkan HCl 1 M perlahan sambil digoyang sampai tidak ada lagi gas CO2 yang keluar; lanjutkan penambahan HCl sebanyak 10 mL. (3) Tambahkan 25,0 mL K2Cr2O7 0,1 N; goyang perlahan gelasnya (agar homogen); kemudian diamkan selama 10 menit. (4) Turunkan larutan pentiter (Na2S2O3); tepat berwarna kuning muda tambahkan 5 tetes indikator amilum, dan teruskan pentitrasian secara perlahan. Hentikan, tepat warna biru menghilang dan warna hijau muda (dari CrCl3) muncul. Reaksi yang terlibat: K2Cr2O7 + 6 KI + 14 HCl → 8 KCl + 2 CrCl3 + 3 I2 + 7 H2O I2 + 2 Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2 NaI Perhitungan molaritas Na2S2O3, gunakan hubungan: VTio x NTio = VK2Cr2O7 x NK2Cr2O7 Molaritas tio, MTio =

1 VK2Cr2O7 x NK2Cr2O7 x 2 VTio

5. Pembuatan Larutan Iodium Dan Pembakuannya Iodium sedikit larut dalam air (0,34 g per liter pada 250C) tetapi lebih mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida, I(bereaksi dengan membentuk kompleks ion triodida, I3-). I2 + I–

I3–

K = 700 (250C)

Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi oleh O2 dari udara yang dipercepat reaksinya dalam suasana asam atau oleh adanya cahaya, tetapi bersifat lambat dalam suasana netral. 4 I- + O2 + 4 H+ → 2 I2 + 2 H2O

155

Selain itu senyawa iodida (biasanya KI) yang digunakan dipersyaratkan agar bebas dari iodat (karena iodat bereaksi dengan Idalam suasana asam dengan membentuk I2). Persyaratan ini seharusnya dipenuhi bila larutan I2 dalam KI(aq) akan diterapkan sebagai larutan baku. Pembuatan 500 mL I2 0,1 M ; 0,2 N Timbang kasar di atas kaca arloji: (500)(0,1)(253,809) mg  13 g kristal I2 (p.a; hasil rekristalisasi); kemudian timbang secara teliti (misal a gram).

(1) Timbang 24 g kristal KI (bebas senyawa iodat) dalam gelas kimia kecil berisi 25 mL akuades. (2) Larutkan kristal I2 di atas ke dalam larutan KI. (3) Pindahkan ke dalam labu takar 500 mL; encerkan dengan akuades sampai tanda batas, tutup, dan homogenkan. (4) Pindahkan ke botol reagen coklat bertutup. Perhitungan konsentrasi larutan I2:

=

(a)/(253,809 g/mol) (a)(2) (a)(2)(2) = M= N (0,5 L) (253,809) (253,809) Catatan:

[1] Larutan I2 yang pembuatannya memenuhi persyaratan dapat berfungsi sebagai larutan baku primer. [2] Larutan I2 dapat ditetapkan terhadap larutan baku primer natrium arsenit (iodimetrik), atau terhadap larutan baku sekunder tio (iodometrik).

Pembakuan Larutan I2 terhadap Larutan Baku Primer Na-arsenit (1) Dengan menggunakan buret*, turunkan 25,0 mL larutan baku Na-arsenit ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL. (2) Tambahkan 20-25 mL akuades, 5 g natrium bikarbonat, dan 2 mL indikator amilum. Goyang labu hingga campuran homogen (NaHCO3 melarut). (3) Turunkan perlahan larutan iod dari buret, dan hentikan bila muncul warna biru muda yang menetap. * lebih aman karena Na-arsenit sangat beracun.

156

Pilihan lain: (1) Pipet secara hati-hati (bantu dengan ball-pipet) 25 mL larutan iod ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL. (2) Turunkan perlahan larutan Na-arsenit dari buret sambil menggoyang labu secara perlahan, dan hentikan titrasi saat larutan berwarna kuning-pucat. (3) Tambahkan 2 mL indikator amilum, homogenkan, dan teruskan titrasi secara perlahan. Hentikan titrasi bila warna biru larutan tepat hilang.

Pembakuan Larutan I2 terhadap Larutan Baku Na-tiosulfat* (1) Pipet 25 mL larutan I2 ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, dan encerkan dengan akuades sampai volumnya 100 mL. (2) Turunkan dari buret, larutan Na2S2O3 (yang baru dibakukan), dan hentikan bila larutan berwarna kuning-pucat. (3) Tambahkan 2 mL indikator amilum, homogenkan, dan teruskan titrasi secara perlahan. Hentikan titrasi bila warna biru larutan tepat hilang. Lakukan minimal sebanyak 3x untuk setiap prosedur yang dipilih, dan tentukan nilai volum rata-ratanya. *Gunakan larutan segar.

C. PEMBAKUAN CARA PENGENDAPAN 1. Titrasi Pengendapan Titrasi pengendapan melibatkan penggunaan beberapa larutan baku seperti perak nitrat, natrium klorida, dan kalium/amoniumtiosianat. Untuk menyederhanakan, bahasan berikut lebih ditujukan pada reaksi-reaksi yang melibatkan penggunaan larutan perak nitrat baku. Larutan baku perak nitrat digunakan pada penetapan klorida dan bromida (metoda Mohr); penetapan klorida (metoda Volhard dan metoda Fajans); dan penetapan campuran klorida-iodida. Larutan baku KSCN atau NH4SCN digunakan bersama larutan baku AgNO3 dalam metoda Volhard tak langsung pada penetapan klorida, bromida, atau iodida; dan untuk penetapan perak.

157

2. Pembuatan Dan Pembakuan Larutan Perak Nitrat Perak nitrat, AgNO3 p.a. mempunyai kemurnian paling sedikit 99,9% dapat diperoleh di pasaran (dan harganya sangat mahal). Jadi senyawa ini dapat disiapkan sebagai larutan baku primer (melalui penimbangan langsung). Larutan baku AgNO3 juga dapat diperoleh dengan mereaksikan logam perak murni dengan asam nitrat murni, hanya larutannya menjadi bersifat asam. Selain itu, AgNO3 teknis juga dapat digunakan setelah dilakukan kristalisasi-ulang; dan kemudian larutannya dibakukan terhadap larutan baku primer, misalnya terhadap larutan baku NaCl. Pembuatan 500 mL larutan baku AgNO3 0,1 M ; 0,1 N Cara 1 Ditimbang kasar AgNO3 murni & kering* sebanyak: (500 mL)(0,1 M)(Mr) = (50)(169,87) g  8,5 g AgNO3 Kemudian timbang-ulang secara teliti (misal a gram).

(1) Larutkan dengan akuades secukupnya kemudian pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL. (2) Encerkan dengan akuades sampai tanda batas, dan homogenkan. (3) Pindahkan larutan ke dalam botol berwarna kuning-coklat dan simpan di tempat gelap (berubah bila terkena cahaya). *hasil kristalisasi-ulang, dan dikeringkan dalam oven listrik pada 250-3500C selama 1-2 jam, dan kemudian didinginkan dalam sebuah bejana tertutup di dalam desikator.

Catatan: Larutan yang diperoleh sebaiknya dibakukan terhadap larutan baku primer NaCl 0,1 M. Larutan baku AgNO3 ini bersuasana netral; jadi tepat untuk penetapan yang memakai indikator K2CrO4 atau indikator adsorpsi.

Cara 2 Ditimbang kasar logam perak murni sebanyak 5,4 g. Kemudian timbang-ulang secara teliti (misal p gram).

(1) Masukkan ke dalam gelas kimia 250 mL yang telah berisi 140 mL asam nitrat murni 1 M; dan tutup dengan gelas arloji. (Lakukan reaksi ini di ruang asam.) (2) Setelah reaksi sempurna dan suhu normal, pindahkan larutan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL. Kemudian encerkan dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan. (3) Pindahkan larutan ke dalam botol berwarna kuning-coklat dan simpan di tempat gelap (larutan berubah bila terkena cahaya). Catatan: Larutan baku ini bersifat asam, dan tidak tepat digunakan untuk penetapan yang memakai indikator K2CrO4 atau indikator adsorpsi.

158

Pembakuan Larutan AgNO3 terhadap Larutan Baku NaCl Penyiapan indikator • indikator kromat dari 5 g K2CrO4 dalam 100 mL akuades. • indikator campuran dari 4,2 g K2CrO4 p.a. dan 0,7 g K2Cr2O7 p.a. dalam 100 mL akuades (pilihan yang lebih baik). (1) Pipet 25 mL larutan baku NaCl 0,1000 M ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL yang terletak di atas kertas/porselin putih. (2) Tambahkan 1 mL indikator (sebaiknya menggunakan pipet 1 mL). (3) Turunkan larutan AgNO3 dari buret secara perlahan sambil menggoyang cairan dalam labu. Warna merah dari endapan mulai menghilang secara lambat oleh penambahan setiap tetes larutan; memberikan petunjuk bahwa AgCl sebagian besar sudah terendapkan.

Pada saat ini turunkan larutan tetes demi tetes sampai terjadi perubahan warna yang lemah sekali tetapi jelas. Hentikan tetesan bila warna coklat-kemerahan yang sangat lemah ini muncul dan tetap bertahan walaupun dikocok dengan kuat. (4) Lakukan koreksi blanko indikator dengan cara tambahkan 1 mL indikator ke dalam akuades yang volum sama dengan volum akhir campuran titrasi. Jatuhkan berupa tetesan dari larutan AgNO3 sampai warna blanko sama dengan warna dari larutan yang ditirasi. Hasil titrasi blanko ini tak boleh melebihi 0,10 mL. (5) Volum larutan AgNO3 terpakai merupakan volum titrasi dikurangi dengan volum titrasi blanko. Lakukan langkah serupa di atas sebanyak 2x. Perbedaan antar hasil-akhir tidak melebihi 0,1 mL. Catatan: Setelah dibakukan, larutan-netral AgNO3 dapat digunakan balik untuk pembakuan atau penetapan klorida.

159

3. Pembuatan Dan Pembakuan Larutan KSCN Pembuatan 500 mL Larutan KSCN 0,1 M ; 0,1 N Timbang kasar kristal KSCN p.a sebanyak: (500 mL)(0,1 M)(Mr) = (50)(97,182) mg  4.9 g KSCN.

(1) Pindahkan dalam gelas ukur 500 mL. (2) Tambahkan akuades secukupnya, goyang gelas agar kristal melarut. Setelah melarut, tambahkan lagi akuades sampai tanda batas. (3) Pindahkan ke dalam botol reagen 500 mL bertutup.

Diperoleh: 500 mL larutan KSCN 0,1 M. (Setelah dibakukan, larutan ini merupakan sediaan larutan baku KSCN.) Catatan: Prosedur yang sama dapat diterapkan untuk pembuatan larutan amonium tiosianat, NH4SCN.

Pembakuan Larutan KSCN terhadap Larutan Baku AgNO3 Siapkan: [a] Larutan HNO3 (5 mL HNO3 pekat + 5 mL akuades). Bila larutannya tampak berwarna kuning (karena adanya oksida nitrogen), maka lakukan pendidihan sampai oksida itu hilang. [b] Indikator Fe(III), dibuat sebagai larutan jenuh besi(III)amonium-sulfat p.a. dalam pelarut HNO3 1 M.

(1) Pipet 25 mL larutan baku AgNO3 0,1000 M ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL. (2) Tambahkan 5 mL larutan HNO3 dan 1 mL indikator Fe(III). (3) Turunkan larutan KSCN dengan perlahan, sambil campuran dalam labu digoyang secara kontinu. Muncul endapan putih yang menyebabkan cairan tampak seperti susu. Selanjutnya, setiap tetes KSCN yang jatuh akan memberikan endapan coklat-kemerahan yang menyebar; namun segera hilang setelah dikocok. Suatu saat, muncul endapan kemerahan yang lemah mirip gumpalan yang mudah turun ke dasar labu, menunjukkan bahwa titrasi mendekati titik akhir.

Turunkan larutan tetes per tetes; 1 tetes larutan KSCN yang menghasilkan warna coklat-kemerahan yang lemah dan tak hilang oleh pengocokan; menunjukkan bahwa titik akhir telah tercapai.

160

(4) Lakukan titrasi blanko indikator: ⎯Masukkan 1 mL indikator dan 5 mL HNO3; ⎯tambahkan akuades sampai volumnya sama dengan volum akhir campuran titrasi; ⎯kemudian jatuhkan tetesan larutan KSCN sampai campuran berwarna kemerahan seperti pada titik akhir di atas. Lakukan langkah serupa sebanyak 2x. Catatan: Prosedur pembakuan serupa dapat diterapkan terhadap larutan NH 4SCN

D. PEMBAKUAN CARA PENGOMPLEKAN 1. Titrasi Pengomplekan Kompleksometri dapat melibatkan reaksi pembentukan kompleks, atau reaksi substitusi ligan (dimana ligan pada ion pusat atau logam digantikan oleh ligan lain). Reaksi pembentukan kompleks: Ag+ + 2 CN–

[Ag(CN)2]–

Reaksi substitusi ligan: [M(H2O)n] + L

[M(H2O)(n-1)(L)] + H2O

biru muda

biru tua

n merupakan bilangan koordinasi logam, dan L dapat berupa molekul netral atau bermuatan (ion)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi kompleks di antaranya kestabilan ion kompleks dan kereaktifan ligan. Kestabilan ion logam dicirikan oleh harga tetapan ketakstabilan kompleks (lihat: Lampiran 31); sedangkan kekuatan ligan dicirikan oleh deret kekuatan ligan (Gbr 8.1). CN–  CO  NO  H– > CH3–  SC(NH3)2  SR2  PR3 > SO3H– > NO2–  I–  SCN– > Br– > Cl– > py > RNH2  NH3 > OH– > H2O Gbr 8.1 Deret Kekuatan Ligan (R = gugus alkil; py = piridin)

Salah satu reagen yang sangat serbaguna sebagai zat pengompleks adalah EDTA atau bentuk garamnya serta tersedianya berbagai jenis indikator ion-logam yang efektif pada pH tertentu. 161

Pada titrasi kompleksometri (terutama yang melibatkan EDTA), pH sangat menentukan agar titik ekuivalensinya tepat; umumnya memerlukan batas-batas sampai 1 satuan pH bahkan sampai 0,5 satuan pH. Untuk ini suatu bufer diperlukan, namun agar kerja bufer sesuai yang dikehendaki maka larutan yang akan ditambahkan maka bufer harus benar-benar netral; penetralan larutan harus tidak menyebabkan terjadinya pengendapan pada pH bufer terutama jika larutan asam dinetralkan dengan basa. Penggunaan volum indikator harus secukupnya; tidak berlebihan. Banyak indikator memperlihatkan dikroisme, yakni sifat indikator yang mengalami transisi perubahan warna pada 1-2 tetes sebelum titik-akhir yang sebenarnya. Di samping itu, dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna sekitar titik-akhir, mungkin lambat; terhadap hal seperti ini, titran sebaiknya diturunkan sedikit demi sedikit sambil larutan terus diaduk (sebaiknya menggunakan pengaduk magnet). CDTA {Asam trans-1,2-diaminosikloheksana-N,N,N-tetraasetat} mem-bentuk kompleks yang lebih stabil daripada EDTA, hanya reaksi pembentukannya lebih lambat sehingga titik akhir cenderung lambat tercapai. EGTA {asam etilenaaglikolbis(2-aminoetil)N,N,N’,N’heksaasetat} sering diterapkan terutama pada penetapan Ca dalam campuran senyawa Ca dan senyawa Mg; dan senyawa ini dianggap lebih unggul dari EDTA pada titrasi Ca-Mg dalam air sadah. 2. Pembuatan Dan Pembakuan Larutan Na-EDTA Jika tingkat kemurnian Na-EDTA meragukan, pembuatan larutan dan pembakuannya dapat dilakukan sebagai berikut. Pembuatan 1 L Larutan Na-EDTA 0,01 M Timbang secara kasar: 4 g Na-EDTA dihidrat dan 0,1 g MgCl2.6H2O p.a.; (1) Masukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 400 mL; tambahkan akuades sampai kedua padatan itu membentuk larutan (homogen). (2) Pindahkan larutan ke dalam botol reagen 1 L bertutup dan bersih, dan encerkan dengan aquades sampai volum larutan 1 L; tutup, dan kocok agar homogen. Beri etiket pada botol.

Diperoleh: 1 liter Na-EDTA 0,01 M

162

Pembakuan Larutan Na-EDTA dengan Larutan Baku CaCl2 (1) Pipet 25 mL larutan baku CaCl2 0,0100 (lihat 6D.10), dan masukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL; semprot dengan sedikit akuades pada dinding gelas yang basah. (2) Tambahkan 3 mL larutan bufer NH4OH-NH4Cl, dan tambahkan 5 tetes indikator Eriokrom Hitam T; homogenkan. (3) Turunkan larutan Na-EDTA dari buret secara perlahan sampai warna merah anggur berubah menjadi warna biru. Warna merah harus benar-benar hilang. Ulangi prosedur ini hingga 2x. Hitung rata-rata volum pemakaian larutan Na-EDTA. Reaksi: CaCl2 + NaH2C10H12O8N2 → NaCaC10H12O8N2 + 2 HCl (Perbandingan molnya adalah mmol CaCl2 : mmol Na-EDTA = 1 : 1.)

Perhitungan kemolaran larutan Na-EDTA:

MNa -EDTA =

(1)(VCaCl2 )(MCaCl2 ) (1)(VNa -EDTA )

M

Dengan demikian molaritas larutan Na-EDTA dapat diperoleh. Catatan: Air sadah mengandung salah satu dai ion Ca2+ atau ion Mg2+. Adanya ion ini dalam air disebabkan oleh garam-garamnya dari bikarbonat, karbonat, sulfat, dan klorida yang terlarut. Berikut ini ditunjukkan penggunaan larutan natriumEDTA pada penetapan air sadah.

Penetapan Air Sadah Total (1) Pipe 25 mL sampel*, dan masukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL; semprot dengan sedikit akuades pada bagian dinding yang basah. (2) Tambahkan 3 mL larutan bufer NH4OH-NH4Cl, dan tambahkan 5 tetes indikator Eriokrom Hitam T; homogenkan. (3) Turunkan larutan Na-EDTA dari buret secara perlahan sampai warna merah anggur berubah menjadi warna biru. Warna merah harus benar-benar hilang. Ulangi prosedur ini hingga 2x. Hitung rata-rata volum pemakaian larutan Na-EDTA. Keterangan: *dapat berupa air yang akan diuji kandungan air sadahnya.

163

Reaksi: Ca2+ + NaH2C10H12O8N2 → NaCaC10H12O8N2 + 2 H+ Perhitungan kadar kesadahan total. Mion =

(1)(VNa -EDTA )(MNa -EDTA ) mmol/mL (1)(Vion )

Jika kadar kesadahan total dinyatakan sebagai CaCO3 dalam ppm, maka perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut. Misal Mion = x mmol/mL maka Mion setara dengan MCaCO3. mmol mL (x mmol)(100,086 mg/mmol) CaCO3

MCaCO3 = x =

(x mmol)(Mr CaCO3 )

= mL (x)(100,086) mg CaCO3 =

=

mL

mL sampel

(x)(100,086) (1000) mg CaCO3

liter sampel

Kadar kesadahan-total dalam air adalah: (x)(100,086)(1000) mg/L; atau (x)(100,086)(1000) ppm. Dengan demikian, bila x berhasil ditetapkan, maka kadar kesadahantotal dalam air dapat diketahui. 

164

Larutan bufer* merupakan sistem larutan yang dapat mempertahankan pH lingkungannya dari pengaruh seperti oleh penambahan sedikit asam/basa kuat, atau oleh pengenceran. Sistem bufer terdiri atas dua komponen, yakni (1) komponen pelarut (umumnya air), dan (2) komponen zat terlarutnya. Komponen terakhir ini dapat berupa: (a) asam lemah dan garam kuatnya, (b) basa lemah dan garam kuatnya, (c) sepasang asam-basa konyugat, atau (d) sepasang pemberi-penerima proton. Pada sistem bufer-asetat (CH3COOH-CH3COONa) pelarut air, reaksi yang terjadi adalah: CH3COOH(aq)

CH3COO-(aq) + H+(aq)

dalam (9.1)

asam lemah

CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) + Na+(aq)

(9.2)

garam kuat

Spesi kimia pada sistem bufer, seperti pada bufer-asetat di atas, maka yang terlibat dalam kesetimbangan dinamiknya adalah hanya reaksi 9.1 atau biasa disebut sebagai reaksi kesetimbangan ionisasi asam asetat. Berdasar pada teori asam-basa Bronsted-Lowry, persamaan reaksi kesetimbangan 9.1 dapat ditulis sebagai: CH3COOH(aq) + H2O(l) (asam-1) (pemberi proton)

CH3COO-(aq) + H3O+(aq)

(basa-1) (penerima proton)

(asam-2)

(9.3)

(basa-2)

Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H+) menyebabkan kesetimbangan *istilah lain: larutan dapar, atau larutan penyangga. 165

bergeser ke arah kiri (pembentukan asam lemah) sedangkan penambahan basa (OH-) menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan (pengurangan asam lemah). Jadi, penambahan dalam jumlah kecil ini tidak akan mengakibatkan perubahan yang berarti terhadap konsentrasi H+ atau pH dari larutan bufer asetat. Kerja sistem bufer lainnya analog seperti kerja bufer asetat tersebut. Berdasarkan pada alasan ini pula, kemampuan sistem bufer untuk mempertahankan pH lingkungannya juga terbatas, yakni bergantung pada kuantitas dan sifat komponen terlarutnya (yakni asam lemah/basa lemah dan garam kuatnya; atau asam-basa konyugasinya). A. pH LARUTAN BUFER Pada sistem bufer-asetat seperti yang dicontohkan di atas, persamaan tetapan kesetimbangan ionisasi asamnya adalah: Ka =

[H+ ][CH3COO− ] [CH3COOH]

(9.4)

Dengan menganggap bahwa, CH3COO-  CH3COONa  garam, dan CH3COOH  asam maka tetapan kesetimbangan ionisasi di atas dapat dinyatakan sebagai,

[H+ ] =

[asam] x Ka [garam]

(9.5a)

Atau:

pH = pKa - log

[asam] [garam]

(9.5b)

Untuk sistem bufer dari basa-lemah dan garam-kuatnya, secara analog berlaku: [OH− ] =

[basa] x Kb [garam]

(9.6a)

Atau:

pOH = pKb - log

[basa] [garam]

(9.6b)

Keterangan: Ka adalah tetapan ionisasi asam; dan K b adalah tetapan ionisasi basa.

Pada suhu 250C terhadap air berlaku Kw = [H+][OH-] = 10-14; dimana Kw adalah tetapan ionisasi air. Dengan kata lain, berlaku pula hubungan: pH + pOH = 14

(9.7) 166

Dengan demikian untuk larutan dengan pelarut air, bila nilai pH larutan itu diketahui maka nilai pOH larutannya pun akan diketahui; demikian pula sebaliknya. Rumus pH larutan bufer secara Hasselbalch) dapat dinyatakan sebagai,

umum

(Henderson-

pH = pK - log

[pemberi proton] [penerima proton]

(9.8a)

pH = pK - log

[asam - konyugasi] [basa - konyugasi]

(9.8b)

B. KAPASITAS DAN KEEFEKTIFAN LARUTAN BUFER 1. Kapasitas Larutan Bufer Kapasitas suatu bufer merupakan ukuran kemampuan bufer itu untuk mempertahankan pH lingkungannya terutama dari pengaruh-luar oleh penam-bahan ion H+ (asam) atau ion OH- (basa). Yang paling menentukan kemampuan bufer ialah kuantitas atau konsentrasi masing-masing campurannya (misalnya asam/basa-lemah dan garamkuatnya; atau asam dan basa-konyugatnya). Makin tinggi konsentrasi zat-zat ini, makin tinggi pula kapasitas bufer itu untuk mempertahankan pH-nya terhadap pengaruh dari luar. (Lihat Tabel 9.1.) Tabel 9.1 pH Bufer Dan Perubahan pH oleh Penambahan Asam/Basa Bufer-asetat A

Bufer-asetat B

25 mL CH3COOH 0,40 M + 25 mL CH3COONa 0,60 M

25 mL CH3COOH 0,10 M + 25 mL CH3COONa 0,15 M

pH* = 5,004

pH = 0,073

pH = 4,931

pH* = 5,004

pH = 0,072

pH** = 4,859

pH = 0,324

pH = 4,931 pH = 0,281

pH** = 4,859

Keterangan: pH* = pH bufer setelah penambahan 1 ml NaOH 1M pH** = pH bufer setelah penambahan 1 ml HCl 1M pH = perbedaan pH

Kapasitas bufer didefinisikan sebagai banyaknya mol H+ (asam) yang diperlukan untuk mengubah pH 1 liter larutan bufer 167

sebesar 1 satuan pH. (Berikut ini dicontohkan perhitungan terhadap kapasitas bufer asetat A.) Menghitung kapasitas bufer-asetat A Dari Tabel 9.1: volum total campurannya = 50 mL; mmol asam = 10; dan mmol garam = 15. Untuk bufer-asetat A, diperoleh: [asam] = 0,2; dan [garam] = 0,3 Jika Ka = 1,76 x 10-5 (Lamp. 14) maka pH dari bufer asetat A adalah 4,931.

Untuk perubahan satu satuan pH, misal diakibatkan oleh penambahan x mol asam kuat, maka pH bufer akan berubah dari 4,931 menjadi (4,931 – 1) = 3,931; [asam] = 0,2 + x; dan [garam] = 0,3 – x. Kuantitas ini disubstitusikan pada persamaan yang sesuai (yakni persamaan 9.5b). [asam] [asam] pH = pKa - log  log = pKa - pH [garam] [garam] 0,2 + x log = 4,754 - 3,931= 0,823  0,3 − x 0,2 + x = 6,653  7,653 x = 1,796 0,3 − x x = 0,235 mol . Kapasitas bufer-asetat A adalah 0,235 mol H+.

Jika bufer-asetat A diperkirakan terhadap basa, kapasitasnya adalah 1,873 mol OH-. Analog untuk kapasitas bufer-asetat B adalah 0,059 mol H+ (asam) atau 0,464 mol OH- (basa). Berarti bufer-asetat A memiliki kapasitas yang lebih tinggi dari bufer-asetat B di dalam mempertahan-kan pH lingkungannya. 2. Keefektifan Larutan Bufer Yang dimaksud dengan keefektifan bufer ialah ketepatan suatu bufer dengan rentang perubahan pH lingkungannya oleh penambahan maksimal suatu asam atau basa yang diinginkan. Di bidang biologis misalnya, seorang peneliti sering berasumsi terlebih dulu mengenai rentang perubahan pH lingkungan obyek penelitiannya bila terkait erat dengan pH. Di bidang lain, analis menginginkan suatu rentang perubahan pH (misalnya tidak lebih dari 0,2 satuan pH) pada penambahan sejumlah mol asam atau basa. Justeru di bidang biokimia dan fisiologilah, sistem bufer paling banyak dijumpai dan diterapkan, bahkan rentang perubahan pH lingkungan biologis yang diharapkan jauh lebih kecil dari 1 satuan pH. 168

Pemahaman sifat sistem bufer yang didukung dengan perhitungan (analisis sederhana) dapat membantu di dalam merancang pembuatan bufer dengan ketepatan seperti yang diinginkannya. Keuntungan lain, ketepatan sistem bufer dapat menghindarkan pemborosan pemakaian zat/pereaksi di samping mengurangi akibat negatif lain seperti kepekatan larutan karena dapat menurunkan bahkan mematikan keaktifan sistem hidup. Tabel 9.1 menunjukkan bahwa rentang perubahan pH bufer asetat A memiliki keefektifan (ketepatan) yang berbeda antara akibat penambahan asam dan akibat penambahan basa. Untuk menghindarkan perbedaan ini, beberapa sumber menyarankan bahwa pilihlah asam dengan pKa sedekat mungkin dengan pH bufernya (pH lingkungan yang diinginkan). Seandainya pilihan ini terpenuhi (misalnya pH bufernya  pKa), maka perbandingan mol asam dan mol garam harus sama dengan 1. Dengan demikian, keefektifan bufer akan maksimal di dalam mempertahankan suasana lingkungannya akibat penambahan baik oleh ion H+ (asam) maupun ion OH- (basa).

C. PERHITUNGAN PEMBUATAN LARUTAN BUFER Berikut ini ditunjukkan beberapa contoh perhitungan pembuatan larutan bufer sesuai dengan sifat bufer yang dikehendaki. Contoh 1

Akan dibuat 250 ml larutan bufer dengan pH 10,0. Disediakan larutan NH4OH 0,1N dan serbuk NH4Cl. Perhitungan: Jika pH = 10,0 maka pOH = 4,0. Harga pKb (NH4OH) = 4,75 (dari Lampiran 17); harga Mr NH4Cl = 53,49. Persamaan yang diterapkan:

pOH = pKb - log

[basa] [basa]  log = pKb - pOH [garam] [garam]

[basa] = 4,75 - 4,0 = 0,75 [garam] [basa] = 0,562. [garam]

log

Diperoleh perbandingan konsentrasi, [basa] : [garam] = 0,562 : 1. Berarti untuk memperoleh bufer NH4OH-NH4Cl pH 10,0 dapat dibuat dari berbagai perbandingan konsentrasi. (a) Jika volum total = volum NH4OH (volum padatan garam diabaikan); berarti kuantitas NH4OH banyaknya (250 mL)(0,1M) = 25 mmol NH4OH. 169

Massa garam dapat diperkirakan dari penerapan perbandigan di atas pada perbandingan berikut.

25 mmol basa/250 mL 0,562 =  x mmol garam/250 mL 1 x=

25 = 44,48. 0,562

44,48 mmol NH4Cl  (44,48 mmol)(53,49 mg/mmol) = 2379,2 mg NH4Cl = 2,379 g NH4Cl.

Timbang 2,379 g NH4Cl, dan larutkan dalam 250 mL NH4OH 0,1N. (b) Jika volum NH4OH 0,1 N yang digunakan adalah 200 mL lalu sejumlah garam dilarutkan, dan selanjutnya volum akhir dijadikan 250 mL dengan menambahkan akuades, berarti: - kuantitas NH4OH adalah (200 mL)(0,1N) = 20 mmol, dan - jumlah garam yang harus ditimbang (dilarutkan) dihitung berdasarkan perbandingan berikut. 20 mmol basa/250 mL 0,562 20 =  x= = 35,59. x mmol garam/250 mL 1 0,562 40,04 mmol NH4Cl  (35,59 mmol)(53,49 mg/mmol) = 1903,71 mg NH4Cl = 1,904 g NH4Cl. Timbang garam NH4Cl sejumlah 1,904 g; larutkan dalam 200 mL NH4OH 0,1 N; kemudian diencerkan dengan akuades sampai volum total 250 mL.

Contoh 2 Diperlukan 100 ml larutan bufer pH 5,00. Yang tersedia adalah asam asetat, asam benzoat, asam format dan garam-garamnya. Analisis/Perhitungan (1) Yang dipilih adalah asam dengan pK a-nya mendekati pH larutan bufer, yaitu asam asetat. (2) Dasar Perhitungan:

pH = pKa - log log

[asam] [asam]  log = pKa - pH [garam] [garam]

[asam] = 4,76 - 5,0 = - 0,24 [garam]

[asam] = 0,575 [garam] Diperoleh perbandingan, [asam] : [garam] = 0,575 : 1. (3) Menentukan mmol dari asam asetat dan garamnya. Misal tersedia CH3COOH 0,5 M; dan andaikan yang digunakan 100 mL CH3COOH 0,5 M berarti setara dengan: (100 mL)(0,5 M) = 50 mmol CH3COOH. 170

Perbandingan (dalam mmol) antara asam dan garam adalah: 0,575 : 1 = 50 mmol : x

x=

(1)(50 mmol) = 86,957 mmol CH3COONa 0,575 = (86,957 mmol)(82,03 mg/mmol) = 7133,1mg = 7,13 g CH3COONa.

(4) Prosedur pembuatan: Ditimbang 7,13 g CH3COONa, dan ukur 100 mL CH3COOH 0,5 M. Larutkan garam ke dalam larutan asam.

Contoh 3 Jika pada contoh 3, bufer yang ingin dibuat selain ber-pH 5,00 juga harus memiliki rentang perubahan pH lingkungannya maksimal 0,10 satuan pH oleh penambahan 1 mmol H+ atau 1 mmol OH-. Bagaimana cara membuatnya? Analisis/Perhitungan Gunakan perbandingan molar dari asam dan garam (lihat contoh 2). (1) Dasar: kelipatan berapapun dari perbandingan, tetap akan memberikan pH = 5,0. Dimisalkan: CH3COONa awal = a mmol; dan CH3COOH awal = 0,575a mmol. (2) Andai karena penambahan 1 mmol basa (OH -), maka setelah penambahan terjadi perubahan mmol asam dan garam dari bufer sebagai: CH3COONa akhir = (a+1) mmol; dan CH3COOH akhir = (0,575a–1) mmol. (3) Karena rentang perubahan yang dinginkan sebesar 0,10 satuan, maka akibat penambahan basa menyebabkan pH bufer harus paling tinggi menjadi pH = 5,10. (4) Perhitungan mmol dari asam & garam. log

(0,575a - 1) = 4,76 - 5,10 = - 0,24 (a + 1)

(0,575a - 1) = 0,457. (a + 1)

0,118a = 1,457  a = 12,347

Jadi, mmol asam terlarut adalah 0,575a mmol = 7,10 mmol CH3COOH. mmol garam terlarut adalah: a mmol = 12,347 mmol CH3COONa

(5) Volum asam, jika yang digunakan CH3COOH 0,5 M, besarnya adalah: (7,10 mmol) : 0,5 M = 14,20 mL. 7,10 mmol Volum asam = = 14,20 mL. 0,5 M

171

(6) Massa garam, banyaknya adalah: 12,347 mmol atau (12,347)(82,03 mg/mmol) = 1,013 g. Prosedur pembuatan 100 mL bufer asetat pH 5,00 adalah, (a) Ditimbang teliti: 1,013 g CH3COONa, dan pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 mL. (b) Turunkan 14,20 mL CH3COOH 0,5 M (gunakan buret) ke dalam labu takar, tambahkan sekitar 25 mL akuades, dan goyang labu sehingga garam melarut. (c) Tambahkan akuades hingga tanda batas.

D. PEMBUATAN LARUTAN BUFER 1. Pembuatan Larutan Bufer Baku Tabel 9.2 Pembuatan Bufer Baku* Larutan Bufer**

pH pada 0C

25 0C

38 0C

1,675

1,679

1,691

HCl 0,1M + KCl 0,09 M

-

2,07

2,08

KHC4H4O6; larutan jenuh

-

3,557

3,549

KHC8H4O4 0,05 m

4,002

4,008

4,030

KH2PO4 0,025 m + NaH2PO4.12H2O 0,025 m

6,881

6,865

6,840

Na2B4O7.10H2O 0,01 m

9,225

9,180

9,081

-

4,64

4,65

KHC2O4.H2C2O4.2H2O 0,05 m

CH8COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M

20

*Bufer ini cocok untuk kalibrasi pH-meter, dan untuk tujuan lain dengan ketelitian pH yang memadai. **Pembuatan masing-masing larutan bufer dapat ditelusuri melalui daftar indeks.

Catatan: KHC2O4.H2C2O4.2H2O (kalium tetroksalat dihidrat); KHC4H4O6 (kalium hidrogen tartrat); KHC8H4O4 (kalium hidrogen ftalat; KHP); KH2PO4 (kalium dihidrogen fosfat); Na2B4O7.10H2O (natrium tetraborat dekahidrat; boraks); NaH2PO4.12H2O (natrium dihidro-gen fosfat dodekahidrat); m = molal (mol/liter air); dan M = molar (mol/liter larutan).

2. Pembuatan Bufer CH3COONa–HCl (Bufer pH 0,65-4,76) Tabel 9.3 Pembuatan Bufer CH3COONa–HCl (Bufer pH 0,65-4,76) A (mL) +

A (mL) +

A (mL) + 172

pH

x (mL)

y (mL)

pH

0,65 0,75 0,91 1,09 1,24 1,42 1,71 1,85

100,0 90,0 80,0 70,0 65,0 60,0 55,0 53,5

100,0 110,0 120,0 130,0 135,0 140,0 145,0 146,5

1,99 2,32 2,63 2,72 3,09 3,29 3,49

x (mL)

y (mL)

52,5 147,5 51,0 149,0 50,0 150,0 49,75 150,25 48,5 151,5 47,5 152,5 46,25 153,75

pH

x (mL)

y (mL)

3,61 3,79 3,95 4,19 4,39 4,58 4,76

45,0 42,5 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0

155,0 157,7 160,0 165,0 170,0 175,0 180,0

A (50 mL CH3COONa 1 M); B (x mL HCl 1 M); dan Y (y mL akuades) Larutan A (Timbang 136,080 g CH3COONa.3H2O; masukkan ke labu takar 1 liter; tambah 300 mL akuades, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas) Larutan B (Encerkan dari larutan baku HCl yang lebih pekat hingga diperoleh HCl 1M.) Volum akhir dari campuran adalah 250 mL.

3. Pembuatan Bufer pH 1,00-2,20 (Bufer KCl-HCl) Tabel 9.4 Pembuatan Bufer pH 1,00-2,20 (Bufer KCl-HCl) pH

1,00 1,10 1,20 1,30 1,40

A (mL) + x (mL)

y (mL)

67,0 52,8 42,5 33,6 26,6

8,0 22,2 32,5 41,4 48,4

pH

1,50 1,60 1,70 1,80

A (mL) + x (mL)

y (mL)

20,7 16,2 13,0 10,2

54,3 58,8 62,0 64,8

pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

8,1 6,5 5,1 3,9

66,9 68,5 69,9 71,1

1,90 2,00 2,10 2,20

A (25 mL KCl 0,2 M); B (x mL HCl 0,2 M); dan Y (y mL akuades). Larutan A (Timbang 7,455 g KCl; masukkan ke labu takar 500 mL; tambah akuades ¼ labu; dan homogenkan; tambahkan lagi akuades sampai tanda batas.) Larutan B (Encerkan larutan baku HCl yang lebih pekat hingga didapatkan HCl 0,2 M). Volum akhir dari campuran adalah 100 mL.

4. Pembuatan Bufer pH 2,20–4,00 (Bufer KHP–HCl) Tabel 9.5 Pembuatan Bufer pH 2,20–4,00 (Bufer KHP–HCl) A (mL) +

A (mL) +

A (mL) + 173

pH

x (mL)

y (mL)

pH

x (mL)

y (mL)

pH

x (mL)

y (mL)

2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,80

49,5 45,8 42,2 38,8 35,4 32,1 28,9

0,5 4,2 7,8 11,2 14,6 7,9 21,1

2,90 3,00 3,10 3,20 3,30 3,40

25,7 22,3 18,8 15,7 12,9 10,4

24,3 27,7 31,2 34,3 37,1 39,6

3,50 3,60 3,70 3,80 3,90 4,00

8,2 6,3 4,5 2,9 1,4 1,0

41,8 43,7 45,5 47,1 48,6 49,0

A (50 mL Kalium-hidrogenftalat 0,1M); B (x mL HCl 0,1M); dan Y (y mL akuades) Larutan A (Timbang teliti: 10,222 g KHP*; masukkan ke labu takar 500 mL; tambah akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas.) Larutan B (dibuat dari pengenceran larutan HCl baku.) Keterangan:

*KHP = kalium hidrogen ftalat; dan volum akhir dari campuran adalah 100 mL.

5. Pembuatan Bufer pH 3,4–5,5 (Bufer Asam sitrat–Natrium sitrat)* Tabel 9.6 Pembuatan Bufer pH 3,4–5,5 (Bufer Asam sitrat–Natrium sitrat) pH

A (mL)

B (mL)

3,4 3,6 3,8 4,0

80 76 70 65

20 24 30 35

pH

A (mL)

B (mL)

pH

A (mL)

B (mL)

4,2 4,5 4,8

61 55 46

39 45 54

5,0 5,3 5,5

40 35 30

60 65 70

Larutan A (Larutan asam sitrat 0,2 M) Timbang teliti: 21,014 g C6H8O7.2H2O; masukkan ke labu takar 500 mL; tambahkan akuades ½ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas. Larutan B (Larutan Na-sitrat 0,2M) Timbang teliti; 29,412 g Na3C6H5O7.H2O; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi aquades sampai tanda batas. *disebut bufer sitrat.

6. Pembuatan Bufer pH 3,8–5,6 (Bufer CH3COOH–CH3COONa)* Tabel 9.7 Pembuatan Bufer pH 3,8-5,6 (Bufer CH3COOH–CH3COONa) pH

A

B

pH

A

B

pH

A

B 174

3,8 4,0 4,2 4,4

(mL)

(mL)

87 80 73 62

13 20 27 38

4,6 4,8 5,0

(mL)

(mL)

51 40 30

49 60 70

5,2 5,4 5,6

(mL)

(mL)

21 14,5 11

79 85,5 89

Larutan A (Larutan 1,2 mL asam asetat dalam 100 mL akuades.) Larutan B (Larutan 2,7 g CH3COONa.3H2O dalam 100 mL akuades). Catatan: Tambahkan dulu beberapa kristal kamfor pada kedua larutan.

*disebut bufer asetat.

7. Pembuatan Bufer pH 4,10–5,90 (Bufer KHP–NaOH) Tabel 9.8 Pembuatan Bufer pH 4,10–5,90 (Bufer KHP–NaOH) A(mL) +

A(mL) +

A(mL) +

pH

x (mL)

y (mL)

pH

x (mL)

y (mL)

pH

x (mL)

y (mL)

4,10 4,20 4,30 4,40 4,50 4,60 4,70

1,3 3,0 4,7 6,6 8,7 11,1 13,6

48,7 47,0 45,3 43,4 41,3 38,9 36,4

4,80 4,90 5,00 5,10 5,20 5,30

16,5 19,4 22,6 25,5 28,8 31,6

33,5 30,6 27,4 24,5 21,2 18,4

5,40 5,50 5,60 5,70 5,80 5,90

34,1 36,6 38,8 40,6 42,3 43,7

15,9 13,4 11,2 9,4 7,7 6,3

A (50 mL KHP 0,1 M); B (x mL NaOH 0,1 M); dan Y (y mL akuades) Larutan A (Pembuatan, lihat: Bufer pH 2,20-4,00). Larutan B (Dibuat dengan mengencerkan larutan baku NaOH bebas karbonat dengan akuades bebas CO2 sehingga diperoleh NaOH 0,1 M.)

8. Pembuatan Bufer pH 4,6–6,4 (Bufer Na-maleat–NaOH) Tabel 9.9 Pembuatan Bufer pH 4,6–6,4 (Bufer Na-maleat–NaOH) pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

pH

A (mL) + x (mL)

y (mL) 175

4,6 4,8 5,0 5,2

0,5 1,0 1,8 2,8

49,5 49,0 48,2 47,2

5,4 5,6 5,8

4,0 5,8 7,6

46,0 44,2 42,4

6,0 6,2 6,4

10,0 12,5 14,5

40,0 37,5 35,5

A (50 mL Na-maleat asam 0,4M); B (x mL NaOH 0,1M); dan Y (y mL akuades) Larutan A (Dimbang 23,214 g asam maleat; masukkan ke labu takar 500 mL; tambah akuades ½ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas). Larutan B (Dibuat dengan mengencerkan larutan baku NaOH bebas karbonat dengan akuades bebas CO2 sedemikian sehingga diperoleh larutan NaOH 1 N.)

9. Pembuatan Bufer pH 5,3–8,0 (Bufer Na2HPO4–NaH2PO4)* Tabel 9.10 Pembuatan Bufer pH 5,3–8,0 (Bufer Na2HPO4–NaH2PO4) pH

A (mL)

B (mL)

pH

A (mL)

B (mL)

5,3 5,4 5,5 5,6 5,7 5,8 5,9 6,0 6,1

2,6 3,2 4,0 5,1 6,4 8,0 9,9 12,3 15,1

97,4 96,8 96,0 94,9 93,6 92,0 90,1 87,7 84,9

6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 6,7 6,8 6,9 7,0

18,6 22,5 26,7 31,7 37,5 43,3 49,1 55,1 61,1

81,4 77,5 73,3 68,3 62,5 56,7 50,9 44,9 38,9

pH

A (mL)

B (mL)

7,1 7,2 7,3 7,4 7,5 7,6 7,7 7,8 7,9 8,0

66,6 72,0 76,8 80,8 84,1 87,0 89,4 91,5 93,2 94,7

33,4 28,0 23,2 19,2 15,9 13,0 10,6 8,5 6,8 5,3

A (larutan Na2HPO4 0,1 M); dan B (larutan NaH2PO4 0,1 M) Larutan A (timbang: 17,799 g Na2HPO4.2H2O; masukkan ke labu takar 1 liter; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas). Larutan B (timbang; 15,601 g NaH2PO4.2H2O; masukkan ke labu takar 1 liter; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas). *disebut bufer fosfat.

10. Pembuatan Bufer pH 5,8–8,0 (Bufer KH2PO4–NaOH) Tabel 9.11 Pembuatan Bufer pH 5,8–8,0 (Bufer KH2PO4–NaOH) pH

A(mL) + x y (mL) (mL)

pH

A(mL) + x y (mL) (mL)

pH

A(mL) + x y (mL) (mL) 176

5,80 5,90 6,00 6,10 6,20 6,30 6,40 6,50

3,6 4,6 5,6 6,8 8,7 11,1 13,6 13,9

46,4 45,4 44,4 43,2 41,3 38,9 36,4 36,1

6,60 6,70 6,80 6,90 7,00 7,10 7,20 7,30

16,4 19,3 22,4 25,9 29,1 32,1 34,7 37,0

33,6 30,7 22,6 24,1 20,9 17,9 15,3 13,0

7,40 7,50 7,60 7,70 7,80 7,90 8,00

39,1 40,9 42,4 43,5 44,5 45,3 46,1

10,9 9,1 7,6 6,5 5,5 4,7 3,9

A (50 mL KH2PO4 0,1 M); B (x mL NaOH 0,1 M); dan y mL akuades. Larutan A (Timbang: 6,805 g KH2PO4; masukkan ke labu takar 500 ml; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas.) Larutan B (Dibuat dengan mengencerkan larutan baku NaOH bebas karbonat dengan akuades bebas CO2.sedemikian sehingga diperoleh larutan NaOH 0,1 M.)

11. Pembuatan Bufer pH 7,00–9,00 Tabel 12 Pembuatan Bufer pH 7,00–9,00 pH

7,00 7,10 7,20 7,30 7,40 7,50 7,60

A(mL) + x (mL) y (mL)

46,6 45,7 44,7 43,4 42,0 40,3 38,5

3,4 4,3 5,3 6,6 7,0 9,7 11,5

pH

7,70 7,80 7,90 8,00 8,10 8,20 8,30

A(mL) + x (mL) y (mL)

36,6 34,5 32,0 29,2 26,2 22,9 19,9

pH

13,4 15,5 18,0 20,8 23,8 27,1 30,1

8,40 8,50 8,60 8,70 8,80 8,90 9,00

A(mL) + x (mL) y (mL)

17,2 14,7 12,2 10,3 8,5 7,0 5,7

32,8 35,3 37,8 39,7 41,5 43,0 44,3

A {50 mL tris-(hidroksimetil)aminometana 0,1 M}; B (x mL HCl 0,1 M); dan y mL akuades. Larutan A (timbang 6,057 g C4H11O3N; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas). Larutan B (Encerkan larutan baku HCl sedemikian sehingga diperoleh larutan HCl 0,1 M.)

12. Pembuatan Bufer pH 7,4–9,2 (Bufer H3BO3–Na2B4O7) Tabel 9.13 Pembuatan Bufer pH 7,4–9,2 (Bufer H3BO3–Na2B4O7)* pH

A (mL)

B (mL)

pH

A (mL)

B (mL)

7,4

90

10

8,4

55

45 177

7,6 7,8 8,0 8,2

85 80 70 65

15 20 30 35

8,6 8,8 9,0 9,2

45 30 20 10

55 70 80 9

A (larutan H3BO3 0,2 M); dan B (larutan Na2B4O7.10H2O 0,05 M) Larutan A (Timbang 6,184 g H3BO3; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi aqkades sampai tanda batas.) Larutan B (Timbang 9,536 g Na2B4O7.10H2O; masukkan ke labu takar 500 mL; larutkan; kemudian tambah akuades sampai tanda batas.) *disebut bufer borat.

13. Pembuatan Bufer pH 8,00–9,10 (Bufer Boraks–HCl) Tabel 9.14 Pembuatan Bufer pH 8,00–9,10 (Bufer Boraks–HCl) pH

8,00 8,10 8.20 8,30 8,40 8,50

A (mL) + x (mL)

y (mL)

20,5 19,7 18,8 17,7 16,6 15,2

29,5 30,5 31,2 32,3 33,4 34,8

A (mL) +

pH

8,60 8,70 8,80 8,90 9,00 9,10

x (mL)

y (mL)

13,5 11,6 9,6 7,1 4,6 2,0

36,5 38,4 40,4 42,9 45,5 48,0

A (50 mL Na2B4O7 0,025 M); B (x mL HCl 0,1 M); dan y mL akuades. Larutan A (Timbang 4,768 g Na2B4O7.10H2O; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas.) Larutan B (Encerkan larutan baku HCl sedemikian sehingga diperoleh larutan HCl 0,1 M.)

14. Pembuatan Bufer pH 7,8–10,0 (Bufer H3BO3+KCl–NaOH) Tabel 9.15 Pembuatan Bufer pH 7,8–10,0 (Bufer H3BO3+KCl–NaOH) pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

178

7,80 8,00 8,20 8,40 8,60 8,80

2,65 4,00 5,90 8,55 12,00 16,40

147,35 146,00 144,10 141,45 138,00 133,60

9,00 9,20 9,40 9,60 9,80 10,00

21,40 26,70 32,00 36,85 40,80 43,90

128,60 123,30 118,00 113,15 109,20 106,10

A (50 mL larutan H3BO3 + KCl); B (x mL NaOH 0,2 M); dan Y (y mL akuades) Larutan A (Timbang 6,1845 g H3BO3 dan 7,4555 g KCl; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas.) Larutan B (Enceran larutan baku NaOH bebas karbonat sedemikian sehingga diperoleh larutan NaOH 0,2 M.)

15. Pembuatan Bufer pH 9,20-10,80 (Bufer Boraks–NaOH) Tabel 9.16 Pembuatan Bufer pH 9,20-10,80 (Bufer Boraks–NaOH) pH

9,20 9,30 9,40 9,50 9,60 9,70 9,80 9,90 10,00

A (mL) + x (mL)

y (mL)

0,9 3,6 6,2 8,8 11,1 13,1 15,0 16,7 18,3

49,1 46,4 43,8 41,2 38,9 36,9 35,0 33,3 31,7

pH

10,10 10,20 10,30 10,40 10,50 10,60 10,70 10,80

A (mL) + x (mL)

y (mL)

19,5 20,5 21,3 22,1 22,7 23,3 23,8 24,25

30,5 29,5 28,7 27,9 27,3 26,7 26,2 25,75

A (50 mL Na2B4O7.10H2O 0,025 M); B (x ml NaOH 0,1 M); dan y ml akuades. Larutan A (Pembuatan, lihat: Bufer pH 8,00-9,10.) Larutan B (Pembuatan, lihat di bagian sebelumnya.)

16. Pembuatan Bufer pH 9,60–11,0 (Bufer NaHCO3–NaOH)* Tabel 9.17 Pembuatan Bufer pH 9,60–11,0 (Bufer NaHCO3–NaOH) pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

179

9,60 9,70 9,80 9,90 10,00 10,10 10,20 10,30

5,0 6,2 7,6 9,1 10,7 12,2 13,8 15,2

45,0 43,8 42,4 40,9 39,3 37,8 36,2 34,8

10,40 10,50 10,60 10,70 10,80 10,90 11,00

16,5 17,8 19,1 20,2 21,2 22,0 22,7

33,5 32,2 30,9 29,8 28,8 28,0 27,3

A (50 ml NaHCO3 0,05 M); B (x ml NaOH 0,1 M); dan Y (y ml akuades) Larutan A (Timbang 4,2005 g NaHCO3; masukkan ke labu takar 1 liter; tuangi akuades bebas CO2 sampai ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas.) Larutan B (Pembuatan, lihat di bagian sebelumnya.) *disebut buffer bikarbonat

17. Pembuatan Bufer pH 10,90–12,00 (Bufer Na2HPO4–NaOH) Tabel 9.18 Pembuatan Bufer pH 10,90–12,00 (Bufer Na2HPO4–NaOH) pH

10,90 11,00 11,10 11,20 11,30 11,40

A (mL) + x (mL)

y (mL)

3,3 4,1 5,1 6,3 7,6 9,1

46,7 45,9 44,9 43,7 42,4 40,9

pH

11,50 11,60 11,70 11,80 11,90 12,00

A (mL) + x (mL)

y (mL)

11,1 13,5 16,2 19,4 23,0 26,9

38,9 36,5 33,8 30,6 27,0 23,1

A (50 ml Na2HPO4 0,05 M); B (x ml NaOH 0,1 M); dan y ml akuades) Larutan A (Cara pembuatan, lihat: Bufer pH 5,3 - 8,0.) Larutan B (Cara pembuatan, lihat di bagian sebelumnya.)

18. Pembuatan Bufer pH 12,00–13,00 (Bufer KCl–NaOH) Tabel 9.19 Pembuatan Bufer pH 12,00–13,00 (Bufer KCl–NaOH) pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

pH

A (mL) + x (mL)

y (mL)

180

12,00 12,10 12,20 12,30 12,40 12,50

6,0 8,0 10,2 12,8 16,2 20,4

69,0 67,0 64,8 62,2 58,8 54,6

12,60 12,70 12,80 12,90 13,00

25,6 32,2 41,2 53,0 66,0

49,4 42,8 33,8 22,0 9,0

A (25 mL KCl 0,2 M); B (x mL NaOH 0,2 M); dan y mL akuades. Larutan A (Timbang 7,455 g KCl; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi akuades sampai ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas) Larutan B (Cara pembuatan, lihat di bagian sebelumnya.)

19. Pembuatan Bufer pH 2,2–8,0 (Bufer Asam sitrat–Na2HPO4) Tabel 9.20 Pembuatan Bufer pH 2,2–8,0 (Bufer Asam sitrat–Na2HPO4) pH

A (mL)

B (mL)

pH

A (mL)

B (mL)

pH

A (mL)

B (mL)

2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8 4,0

39,20 37,52 35,64 33,66 31,78 30,12 28,60 27,12 25,80 24,58

0,80 2,48 4,36 6,34 8,22 9,88 11,40 12,88 14,20 15,42

4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0

23,44 22,36 21,30 20,28 19,40 18,56 17,70 16,80 15,82 14,74

16,56 17,64 18,70 19,72 20,60 21,44 22,30 23,20 24,18 25,26

6,2 6,4 6,6 6,8 7,0 7,2 7,4 7,6 7,8 8,0

13,56 12,30 10,90 9,10 7,06 5,22 3,66 2,54 1,70 1,10

26,44 27,70 29,10 30,90 32,94 34,78 36,34 37,46 38,30 38,90

Larutan A (Timbang teliti: 10,507 g asam sitrat, C 6H8O7.H2O; masukkan ke labu takar 500 ml; tambahkan 100 ml akuades dan kocok hingga melarut; encerkan dengan akuades sampai tanda batas). Larutan B (Timbang teliti: 26,809 g Na2HPO4.7H2O; masukkan ke labu takar 500 mL; tambahkan 100 mL, akuades dan kocok hingga garam melarut; tambahkan lagi akuades sampai tanda batas).

20. Pembuatan Bufer pH 2,62–9,16 (Bufer Veronal–Asetat) Tabel 9.21 Pembuatan Bufer pH 2,62–9,16 (Bufer Veronal–Asetat) pH

(A+B) mL + x mL

y mL

pH

(A+B) mL + x mL

y mL 181

2,62 3,20 3,62 3,88

16,0 15,0 14,0 13,0

2,0 3,0 4,0 5,0

6,99 7,25 7,42 7,66

6,0 5,5 5,0 4,0

12,0 12,5 13,0 14,0

4,13 4,33 4,66 4,93

12,0 11,0 10,0 9,0

6,0 7,0 8,0 9,0

7,90 8,18 8,55 8,68

3,0 2,0 1,0 0,75

15,0 16,0 17,0 17,25

5,32 6,12 6,75

8,0 7,0 6,5

10,0 11,0 11,5

8,90 9,16

0,50 0,25

17,50 17,75

A (5 mL larutan Veronal–asetat); B (2 mL larutan NaCl 8,5%); C (x mL larutan HCl 0,1 M); dan y mL akuades bebas CO2). Larutan A - Timbang teliti: ▪ 4,857 g CH3COONa.3H2O, dan ▪ 7,357 g dietil barbiturat (veronal) murni. - Masukkan ke dalam gelas kimia 500 mL yang berisi 225 mL akuades bebas CO2, dan didihkan beberapa lama. - Setelah dingin pindahkan ke labu takar 250 mL. - Tambahkan akuades bebas CO2 sampai tanda batas. Larutan B (Larutkan 21,25 g NaCl p.a ke dalam 250 mL akuades bebas CO 2.) Larutan C (Encerkan larutan HCl baku yang lebih pekat hingga didapat HCl 0,1 M.)

21. Pembuatan Bufer pH 2,6-12,0 (Bufer Universal) pada 180C Tabel 9.22 Pembuatan Bufer pH 2,6-12,0 (Bufer Universal) pada 180C pH

2,6

A (mL) B (mL)

100

2,3

pH

5,8

A (mL) B (mL)

100

36,5

pH

9,0

A (mL) B (mL)

100

72,7 182

2,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 5,2 5,4 5,6

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

4,3 6,4 8,3 10,1 11,8 13,7 15,5 17,6 19,9 22,4 24,8 27,1 29,5 31,8 34,2

6,0 6,2 6,4 6,6 6,8 7,0 7,2 7,4 7,6 7,8 8,0 8,2 8,4 8,6 8,8

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

38,9 41,2 43,5 46,0 48,3 50,6 52,9 55,8 58,6 61,7 63,7 65,6 67,5 69,3 71,0

9,2 9,4 9,6 9,8 10,0 10,2 10,4 10,6 10,8 11,0 11,2 11,4 11,6 11,8 12,0

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

74,0 74,9 77,6 79,3 80,8 82,0 82,9 83,9 84,9 86,0 87,7 89,7 92,0 95,0 99,6

A (100 mL larutan Universal); dan B (x mL NaOH 0,2 M) Larutan A (Timbang teliti: 6,008 g C6H8O7.H2O p.a; 3,893 g KH2PO4 p.a; 1,769 g H3BO3 p.a; dan 5,266 g asam dietilbarbiturat* p.a. Masukkan ke labu takar 1 liter; tambahkan 200 mL akuades dan kocok perlahan hingga semua zat melarut; tambahkan lagi akuades sampai tanda batas.) Larutan B (Dapat diperoleh dari pengenceran larutan baku NaOH 1 N bebas karbonat dengan akuades bebas CO2.) Keterangan: *disebut juga barbital atau veronal, C8H12N2O3. 

183

Sistem koloid sebagai satu gejala dan bentuk fisik suatu materi, kadang-kadang pembentukannya tidak dikehendaki atau harus dihindarkan pada satu aspek kegiatan atau pada pekerjaan tertentu. Namun pada pekerjaaan dan aspek kehidupan lain, pembentukan sistem koloid justeru diperlukan untuk tujuan-tujuan tertentu. A. SISTEM KOLOID Zat yang terpecah halus di dalam suatu medium atau pelarut disebut zat terdispersi, sedangkan pelarutnya disebut zat pendispersi atau medium pendispersi. Sistem yang terbentuk dari dua komponen ini disebut sistem dispersi. Ada 3 sistem dispersi, yaitu sistem dispersi molekuler (atau disebut sistem larutan); sistem dispersi halus (atau sistem koloid); dan sistem dispersi kasar (atau suspensi). Salah satu parameter yang membedakan antar ketiga sistem di atas adalah ukuran dari partikel terdispersinya. Ukuran partikel larutan mempunyai diameter partikel kurang dari 1 nm; diameter partikel koloid antara 1–200 nm; sedangkan untuk partikel suspensi memiliki diameter lebih dari 200 nm (1 nm = 10-9 m). Dapat dinyatakan bahwa sistem koloid mempunyai sifat antara sistem larutan dan sistem suspensi. Dapat juga dikatakan bahwa sistem koloid memiliki ciri-ciri yang merupakan perpaduan antara kedua sistem lainnya. Ciri-ciri sistem koloid antara lain: • Bidang batas antar zat terdispersi dan medium pendispersi hanya dapat dideteksi dengan bantuan mikroskop-ultra. • Bersifat 2 fasa tetapi sukar memisah (cukup stabil). • Tak dapat disaring dengan kertas saring biasa. 184

Tabel 10.1 Tipe Koloid Berdasarkan Fasanya Fasa Terdispersi

Fasa Perdispersi

Nama

gas

cair

busa cair

gas

padat

busa padat

Karet busa; batu apung.

cair

gas

aerosol cair

Kabut; halimun; awan.

cair

cair

emulsi cair

Susu; krem; odol.

cair

padat

emulsi padat

Keju; mentega; mutiara.

padat

gas

aerosol padat

Asap; debu dalam udara.

padat

cair

sol cair

padat

padat

sol padat

Contoh Busa sabun; roti; hair-spray.

Gelatin; jelly; agar-agar; cat; air kanji. Kaca warna; intan warna; paduan logam

Beberapa istilah lain yang kadang-kadang dijumpai, misalnya suspensoid yaitu sistem koloid dengan partikel koloidnya berupa padatan; sementara sistem koloid dengan partikel koloidnya berupa zat cair disebut emulsoid. Koloid banyak dijumpai di kehidupan dan banyak diterapkan di pelbagai bidang kehidupan seperti farmasi, kedokteran, industri cat, industri makanan/minuman, kemiliteran, dan seterusnya. B. PEMBUATAN KOLOID Ukuran “partikel koloid” terletak antara ukuran dari partikel larutan (diameter: < 1 nm) dan partikel suspensi (diameter: > 200 nm). “Partikel larutan” pada sistem larutan dapat diubah menjadi “partikel koloid” dengan cara memperbesar ukurannya; disebut cara kondensasi. Cara kondensasi meliputi beberapa cara, yakni, (1) cara pertukaran pelarut, (2) cara hidrolisis, cara redoks, dan (3) cara dekomposisi-ganda. Sebaliknya, “partikel suspensi” dapat diubah menjadi partikel koloid dengan cara memperkecil ukurannya; disebut cara dispersi. Cara ini meliputi antara lain (1) cara dispersi mekanik, (2) cara dispersi peptisasi, dan (3) cara dispersi listrik. Pembentukan koloid bergantung pada antara lain konsentrasi, cara pencampuran, temperatur, dan/atau kemurnian dari komponen pembentuknya. Faktor-faktor ini harus diperhatikan pada proses 185

pembuatan koloid, jika tidak, jenis koloid yang diharapkan tidak akan terbentuk, tetapi justeru jenis koloid lain yang muncul. Uraian berikut lebih menitikberatkan pada pembuatan 3 kelompok koloid dan menunjukkan dan memperjelas bagaimana pengaruh faktor tersebut dapat mempengaruhi jenis koloid yang terjadi. . 1. Pembuatan Emulsi a. Pembuatan Emulsi Air/Minyak Kelapa Bahan utama yang terlibat adalah air dan minyak kelapa. Pencampuran kedua bahan ini dapat membentuk koloid (jenis emulsi) namun tidak bertahan lama (tidak stabil). Oleh karena pada proses pembentukan ditambahkan zat yang berperan dapat menstabilkan emulsi (disebut emulgator). Sebagai gambaran, berikut ditunjukkan contoh komposisi dan pengaruh cara pencampuran terhadap jenis emulsi yang terbentuk. Bahan

Minyak kelapa Air Detergen (rinso)

Komposisi-1

Komposisi-2

50 mL 2 mL

2 mL 50 mL

(1) Terapkan komposisi-1: Larutkan sedikit detergen (rinso) ke dalam 2 mL air; kocok hingga deterjen melarut. Selanjutnya jatuhkan 2–3 tetes air rinso ini ke dalam minyak kelapa; kemudian “kocok– berhenti–kocok” sampai beberapa kali. Diperoleh: Emulsi air dalam minyak kelapa (disingkat: emulsi A/MK) (2) Terapkan komposisi-2: Larutkan detergen (rinso; 3 x dosis-1) ke dalam 50 mL air; aduk hingga deterjen melarut. Selanjutnya jatuhkan 2–3 tetes minyak kelapa ke dalam air rinso; kemudian “kocok–berhenti–kocok” sampai beberapa kali. Diperoleh: Emulsi minyak kelapa dalam air (disingkat: emulsi MK/A). b. Pembuatan Emulsi Air/Minyak Tanah Emulsi ini dapat diperoleh melalui cara yang sama dengan cara di atas (cara 1a) dengan bahan dan komposi yang sama hanya dengan mengganti minyak kelapa dengan minyak tanah.

186

Bahan

Komposisi-1

Komposisi-2

Minyak tanah 50 mL 2 mL Air 2 mL 50 mL Detergen (rinso) (1) Terapkan komposisi-1: Larutkan sedikit detergen (rinso) ke dalam 2 mL air; kocok hingga deterjen melarut. Selanjutnya jatuhkan 2–3 tetes air rinso ini ke dalam minyak tanah, kemudian “kocok– berhenti–kocok” sampai beberapa kali. Diperoleh: Emulsi air dalam minyak kelapa (disingkat: emulsi A/MT) (2) Terapkan komposisi-2: Larutkan detergen (rinso; 3 x dosis-1) ke dalam 50 mL air; aduk hingga deterjen melarut. Selanjutnya jatuhkan 2–3 tetes minyak tanahke dalam air rinso; kemudian “kocok–berhenti–kocok” sampai beberapa kali. Diperoleh: Emulsi minyak kelapa dalam air (disingkat: emulsi MT/A). c. Pembuatan Emulsi Aspal/Air Untuk membuat emulsi ini siapkan bahan seperti sejumlah air, potongan aspal, dan sedikit rinso (sebagai emulgator). Prosedur pembuatan: Tambahkan secukupnya ke dalam wadah (kaleng) yang berisi air (diperoleh air-rinso encer). Panaskan aspal hingga mencair; kemudian tuangkan sedikit demi sedikit ke dalam kaleng berisi air-detergen sambil diaduk sampai membentuk emulsi-aspal, yakni butiran aspal dalam air (disingkat: emulsi aspal/air). Jika penambahan aspal diteruskan maka yang terjadi adalah emulsi bubur-aspal, yakni butiran air dalam aspal (disingkat: emulsi air/aspal). Bubur-aspal dingin (tidak perlu dipanaskan lagi) dapat dilaburkan langsung ke jalan. Emulsi akan pecah karena airnya meresap atau menguap, dan yang tertinggal adalah aspalnya. 2. Pembuatan Gel a. Pembuatan Gel Agar-agar Bahan yang harus diapkan adalah - Agar-agar (serbuk) - Air - Air panas (80-900C) 187

Prosedur pembuatan: Tambahkan air dingin pada serbuk agar-agar sedemikian sehingga diperoleh bentuk pastanya. Pindahkan pasta ini, dengan sendok/ batang pengaduk, ke dalam air panas (80-900C) secukupnya sambil diaduk; kemudian dibiarkan mendingin. Diperoleh: gel agar-agar. Catatan: Sifat gel ini adalah elastis; bila medium pendispersinya (air) diuapkan maka gel akan mengerut; namun bila hasil ini ditambahkan kembali air, gel akan mengembang.

b. Pembuatan Gel Pati Bahan yang harus diapkan adalah - Tepung pati* - Air - Air panas (80-900C) *nama lainnya amilum.

Prosedur pembuatan: Tambahkan air pada tepung pati sedemikian sehingga diperoleh bentuk pastanya. Pindahkan pasta ini,dengan sendok/batang pengaduk, ke dalam air panas (80-900C) secukupnya sambil diaduk; kemudian dibiarkan mendingin. Diperoleh: gel pati. Catatan: Sifat gel ini adalah elastis; bila diuapkan medium pendispersinya (air) akan menguap sementara gel akan mengerut; namun bila hasil ini ditambahkan kembali air, gel akan mengembang.

c. Pembuatan Gel Silika Bahan yang harus diapkan adalah A. Na2SiO3 5 M 50 mL B. Asam asetat pekat 50 mL (1) Tempatkan kedua bahan di dalam 2 gelas kimia terpisah. (2) Aduk dulu cairan A agar merata, lalu tambahkan secara tibatiba cairan B (sambil diaduk) sampai muncul cairan kental (gel). Jenis koloid yang terbentuk mempunyai rumus kimia SiO2.nH2O dengan nama gel silika atau biasa disebut silika-gel. Gel ini menyerupai gel agar-agar; hanya gel agar-agar bersifat elastis 188

terhadap air (bersifat koloid hidrofil) sedangkan silika-gel bersifat tak-elastis terhadap air (bersifat koloid hidrofob), artinya akan mengerut bila airnya diuapkan, namun tidak akan kembali mengembang bila ditambahkan air. Sifat ini menyebabkan silikagel dimanfaatkan sebagai bahan pengering, dan dikemas dalam bentuk butiran atau serbuk. Dapat dipakai berulang-ulang dengan cara mengeringkannya (sehingga air kristalnya menguap). (Lihat juga: sol asam silikat.) 3. Pembuatan Sol a. Pembuatan Sol Belerang Sol belerang dapat diperoleh melalui beberapa cara yakni: (1) cara dispersi mekanik, (2) cara pertukaran pelarut, (3) cara kondensasi kimia, (4) cara redoks, dan (5) cara peptisasi. Prosedur pembuatan kelima sol di atas diuraikan seperti berikut. Cara-1. Pembuatan Cara Dispersi Mekanik Bahan-bahan: A Belerang B Gula

20 g 60 g

Prosedur pembuatan: (1) Geruslah secara terpisah kedua zat padat sampai sehalus mungkin. (2) Ambil 1 bagian* serbuk halus belerang dan 1 bagian* serbuk halus gula, dan kemudian masukkan keduanya ke dalam sebuah lumpang. Campurlah kedua zat sampai serata mungkin. (Campuran AB-1.) (3) Tambahkan ke dalam campuran AB-1, serbuk halus gula sebanyak total volum campuran AB-1; dan campurkan lagi serata mungkin. Diperoleh campuran AB-2. Keterangan: *sebagai ukuran dapat digunakan bekas tutup botol.

C Air (4) Masukkan campuran AB-2 di atas sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk sampai diperoleh sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air).

189

Cara-2. Pembuatan Cara Pertukaran Pelarut Bahan-bahan: A Belerang; serbuk B Alkohol 90%; teknis

20 mL

Prosedur pembuatan: (1) Buat dulu pasta antara belerang dan alkohol; masukkan pasta ini sedikit demi sedikit ke dalam ke dalam gelas kimia yang berisi sisa alkohol sambil sesekali diaduk perlahan. Diperoleh: sol belerang dalam alkohol (atau ditulis: sol belerang/alkohol). C Air (2) Tuangkan A secara perlahan dan sambil diaduk, ke dalam gelas kimia yang berisi air berlebih. Diperoleh: sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air). Cara-3. Pembuatan Cara Kondensasi Kimia Bahan-bahan: A HCl 0,1 M B Na2S2O3 0,5 M

50 mL 10 mL

Prosedur pembuatan: (1) Siapkan 10 mL larutan B di dalam gelas kimia. (2) Tuangkan larutan A ke dalam gelas kimia yang berisi larutan B sambil sesekali diaduk perlahan. Reaksi kondensasi yang terjadi: Na2S2O3(aq) + HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2O(l) + SO2(g) + S(s) Diperoleh: sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air). (Warna kebiruan menunjukkan adanya sol belerang; namun sol ini tidak begitu stabil; keesokan harinya sol memisah yang ditandai dengan munculnya endapan belerang di dasar gelas.) Cara-4. Pembuatan Cara Redoks Bahan-bahan: A Gas SO2 * B Gas H2S * C Air (150C) 50 mL 190

Prosedur pembuatan: (1) Kemas kedua gas agar siap dan mudah untuk dialirkan. (2) Siapkan air pada keadaan dingin (150C). (3) Alirkan kedua gas secara bersamaan ke dalam air dingin Reaksi kondensasi yang terjadi: SO2(g) + 2H2S(g) → 2H2O(l) + 3S(s) Diperoleh: sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air). Catatan: sol bersifat tidak stabil (lihat: cara-3). Keterangan: * pembuatan kedua gas, dapat dilihat pada Bab 11.

Cara-5. Pembuatan Cara Peptisasi Bahan-bahan: A Belerang; serbuk B Akuades

20 mL

Prosedur pembuatan: (1) Masukkan sedikit demi sedikit ke dalam akuades sampai membentuk suspensi belerang (endapan segar belerang dalam air). C Gas H2S (2) Segera alirkan gas H2S ke dalam suspensi belerang di atas. Koloid belerang akan terbentuk yang ditandai oleh adanya warna kebiruan. Diperoleh: sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air). b. Pembuatan Sol Asam Silikat Cara-1 (cara dispersi mekanik) Bahan-bahan: A Tanah liat; berwarna kuning kecoklatan B Air

50 ml

Prosedur pembuatan: (1) Jika A berupa padatan kering, gerus dulu sampai menjadi serbuk. (2) Masukkan A sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL air sampai campuran mulai terlihat agak tampak buram (keruh). 191

Diperoleh: Air lumpur atau sol lumpur dalam air (sifat: sol hidrofob). Catatan: Penambahan sedikit elektrolit (NaCl, kapur, atau tawas) menyebabkan partikel koloidnya memisah.

Cara-2 (cara dekomposisi ganda) Bahan-bahan: A Na2SiO3 1 M 50 mL B HCl 1 M 30 mL Prosedur pembuatan: (1) Siapkan larutan A di dalam gelas kimia. (2) Tuangkan perlahan sambil diaduk, larutanB M ke dalam gelas kimia berisi larutan A. Diperoleh: Sol asam silikat, H2SiO3 (biasa ditulis sebagai sol SiO2.nH2O) yang terbentuk bercampur dengan NaCl dan HCl yang berlebih. Catatan: Sol dapat dibersihkan dari NaCl dan HCl melalui teknik dialisa; NaCl dan HCl-nya keluar dan yang tertinggal adalah sol asam silikat murni. Pada sol asam silikat murni, airnya dapat diuapkan, dan gel-silika akan diperoleh. (Lihat juga: gel silika.) Keterangan: Rumus kimia asam silikat, H2SiO3 dapat dinyatakan dalam bentuk amfoternya, yaitu Si(OH)4. Oleh karena itu rumus kimia yang diterapkan sering ditulis sebagai SiO2.nH2O.

c. Pembuatan Sol Ferri Hidroksida Cara-1 (cara hidrolisis): Bahan-bahan: A FeCl3 1 M B NaOH 1 M Prosedur pembuatan:

10 mL 50 mL

(1) Isikan 50 ml B ke dalam gelas kimia. (2) Tuangkan 10 mL A secara perlahan ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL B (B berlebih).

192

Reaksi yang terjadi adalah, FeCl3(aq) + 3 NaOH(aq)berlebih → Fe(OH)3(s) + 3 Na+(aq) + 3 OH-(aq) + 3Cl-(aq). Diperoleh: Sol bermuatan negatif; ditulis sebagai sol [Fe(OH)3]OH-. Cara-2 (cara hidrolisis) Bahan-bahan: A FeCl3 1 M 10 mL B Air panas (80-850C). 50 mL Prosedur pembuatan: (1) Isikan 50 ml B ke dalam gelas kimia. (2) Tuangkan A secara perlahan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan B sampai terbentuk sol Fe(OH)3. Reaksi yang terjadi adalah, FeCl3(aq) + 3 H2O(l)panas → Fe(OH)3(s) + 3 H+(aq) + 3 Cl-(aq) Diperoleh: Sol bermuatan positif; ditulis sebagai sol [Fe(OH)3]Fe3+. Cara-3 (cara peptisasi): Bahan-bahan: A FeCl3 1 M 30 mL B NaOH 2 M 10 mL Prosedur pembuatan: (1) Isikan 20 ml larutan A ke dalam gelas kimia. (2) Tambahkan tetes per tetes larutan B ke dalam larutan 20 mL A sehingga terbentuk endapan segar Fe(OH)3; disebut juga sebagai suspensi Fe(OH)3. (3) Saring suspensi ini; pindahkan endapannya, dan tuangi endapan dengan air secukupnya. (4) Tambahkan tetes per tetes larutan A ke dalam endapan di atas sambil diaduk perlahan sehingga diperoleh sol netral sebagai sol Fe(OH)3. Reaksi yang terjadi adalah, FeCl3(aq) + 3 NaOH(aq) → Fe(OH)3(s) + 3 Na+(aq) + 3Cl-(aq). Fe(OH)3(s) + H2O(l) → suspensi Fe(OH)3 suspensi Fe(OH)3 + FeCl3(aq) → sol Fe(OH)3 193

c. Pembuatan Sol Perak Iodida Cara-1 (cara pertukaran pelarut): Bahan-bahan: A NaI 0,1 M; teknis 20 mL B AgNO3 0,1 M; teknis 20 mL Prosedur pembuatan: (1) Isilah gelas kimia dengan 15 ml larutan B. (2) Tambahkan secara perlahan, 18 mL larutan A ke dalam gelas kimia di atas. (3) Selanjutnya tambahkan sisa A ke dalam campuran ini, tetes per tetes, sampai tidak terbentuk endapan AgI lagi. C KI 0,1 M (4) Saring endapan di atas, dan pindahkan endapan dari kertas saring ke dalam gelas kimia. (5) Tuangi endapan ini secara perlahan dengan larutan C sampai semua endapan tepat melarut. (6) Selanjutnya tuangkan larutan yang diperoleh ini secara perlahan ke dalam akuades berlebih, dan sol AgI dalam air akan terbentuk. Diperoleh: sol cair AgI netral; ditulis: sol AgI. Cara-2 (Cara Dekomposisi Ganda): Bahan-bahan: A KI 0,1 M; teknis 35 mL B AgNO3 0,1 M; teknis 35 mL Prosedur pembuatan: (1) Isilah gelas kimia dengan 35 ml larutan A. (2) Tuangkan 25 mL B secara perlahan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan A sambil campuran diaduk. Diperoleh: sol cair AgI bermuatan negatif; ditulis: [AgI]I-. Cara-3 (Cara Dekomposisi Ganda): Bahan-bahan: A KI 0,1 M; teknis 35 mL B AgNO3 0,1 M; teknis 35 mL 194

Prosedur pembuatan: (1) Isilah gelas kimia dengan 35 ml larutan B. (2) Tuangkan 25 mL A secara perlahan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan B sambil campuran diaduk. Diperoleh: sol cair AgI bermuatan positif; dan ditulis: [AgI]Ag+. Catatan: 1) Jika seujung sendok kecil AgCl padat dimasukkan ke dalam 25 mL air, dan kemudian diaduk beberapa lama, maka yang terbentuk adalah suspensi AgCl. Atau jika AgI padat, maka yang terbentuk adalah suspensi AgI. 2) Untuk sol cair lainnya, zat-zat di atas dapat diganti dengan zat lain dimana hasil reaksinya berupa endapan. Misalnya campuran antara larutan AgNO3 dan larutan NaCl. (Lihat harga KSP.) Reaksi redoks juga dapat diterapkan pada pembuatan sol logam seperti sol-emas; sol-perak; atau sol-platina. Masing-masing sol pada umumnya menggunakan garamnya dan reduktor (misalnya formaldehid, HCHO; H2; H2O2; fosfor; fosfin, PH3; hidrazin; atau fenilhidrazin) dengan prosedur tertentu. Reduktor yang digunakan bersifat nonelektrolit sehingga tidak memberikan ion elektrolit dalam hasil pembuatan. Sol-emas dapat dibuat dengan cara menambahkan 5 tetes larutan AuCl3 1% ke dalam air, dan kemudian dipanaskan sambil ditambahkan sedikit demi sedikit sebanyak 1 mL HCHO 1%. AuCl3 yang digunakan harus murni. 2AuCl3 + 3HCHO + 3H2O → 2Au + 3HCOOH + 6HCl Atau, sol emas dapat diperoleh melalui pereduksian larutan AuCl3 oleh reduktor SnCl2. 2AuCl3 + 3SnCl2 → 3SnCl4 + 2Au Sol-perak dapat dibuat dengan mengalirkan gas hidrogen murni ke dalam larutan jenuh perak oksida, Ag2O dalam air pada suhu 500-600C. H2 + Ag2O → H2O + 2Ag Sol platina dapat dibuat melalui pereduksian larutan PtCl3 oleh hidrazin (sebagai reduktor),.dan adanya senyawa natrium lisarbat sebagai penyetabil sol emas. 

195

Pembuatan beberapa gas dan brom cair di bawah ini dapat dilakukan di laboratorium sederhana (di laboratorium sekolah) untuk memenuhi kebutuhan atau digunakan dalam percobaan tertentu. A. PEMBUATAN BEBERAPA GAS 1. Pembuatan Gas Hidrogen Gas hidrogen (H2) bersifat tak berwarna, tak berbau, tak larut dalam air, dan timbul letupan dengan api kecil (bereaksi dengan gas O2 dari udara). Gas hidrogen dapat dibuat di laboratorium melalui beberapa cara berikut ini. a. Mereaksikan logam reaktif * dengan asam encer. Caranya: - Siapkan tabung berdiri yang telah dipenuhi dengan air kran di dalam bak berisi air (lihat Gbr 11.1). - Ambil tabung lain; basahi bagian dinding-dalamnya dengan sedikit akuades; lalu hamparkan serbuk Zn sedemikian (sehingga serbuk Zn basah dan melekat pada dindingnya). - Alirkan larutan H2SO4 2 M setinggi 2 cm (usahakan agar tidak menyentuh serbuk Zn). - Tutup tabung dengan penyumbatnya (Gbr 11.1) Secara perlahan sentuhkan larutan dengan serbuk Zn dengan cara memiringkan tabungnya. Hentikan bila tabung penampung dianggap telah terisi penuh oleh gas H2. *dapat berupa logam-logam magnesium, seng, atau besi. 196

tabung penampung Serbuk Zn air H2SO4 2 M

Gbr 11.1 Pembuatan gas H2

b. Elektrolisis Air Gas hidrogen di laboratorium elekrolisis dengan menggunakan dibubuhi 4-5 tetes H2SO4 pekat). pesawat Hoffmann (Gbr 11.2) dirancang sendiri (Gbr 11.3).

Gas O2

juga dapat dibuat melalui teknik arus searah terhadap air (yang Peralatan yang digunakan adalah atau peralatan elektrolisis yang

Gas O2

Gas H2

Gas H2

air air Elektroda C Elektroda Pt

– +

– +

Gbr 11.2

Gbr 11.3

Elektrolisis Air dengan menggunakan Pesawat Hoffmann

Elektrolisis Air dengan menggunakan Sel Elektrolisis

2. Pembuatan Gas Oksigen Gas oksigen (O2) bersifat tak berwarna, tak berbau, sedikit larut dalam air, dan menyebabkan bara api akan membara lebih terang. Gas ini dapat dibuat melalui beberapa cara seperti di bawah ini. 197

a. Pemanasan Kalium Nitrat 2 KNO3(s)

2 KNO2(s) + O2(g)

Caranya: Gerus serbuk KNO3 secukupnya masukkan ke dalam tabung reaksi pyrex kering; pasanglah sumbat dan pipa pengalirnya dengan kedudukan menurut Gbr 11.4; kemudian hamparkan padatan dan lakukan pemanasan secara merata dengan nyala api kecil. tabung penampung

air KNO3

Gbr 11.4 Pembuatan gas O2

b. Pemanasan Kalium Klorat 2 KClO3(s)

2 KCl(s) + 3 O2(g)

Caranya: Gerus 1 sendok teh KClO3 (kalium klorat) kemudian bubuhi seujung sendok kecil (atau timbang 100 mg) bubuk batu kawi (MnO2); campurkan keduanya serata mungkin; selanjutnya masukkan ke dalam tabung reaksi kering dan pasanglah sumbatnya sedemikian sehingga membentuk kedudukan seperti ditunjukkan oleh Gbr 11.4. Lakukan pemanasan* secara merata dengan nyala api kecil. Keterangan: * pemanasan tinggi dapat menimbulkan ledakan.

c. Elektrolisis Air Seperti gas hidrogen, di laboratorium gas oksigen dapat dibuat melalui teknik elekrolisis dengan menggunakan arus searah terhadap air (yang telah dibubuhi 4-5 tetes H2SO4 pekat sebagai katalis). Peralatan yang digunakan adalah pesawat Hoffmann (Gbr 11.2) atau peralatan yang dirancang sendiri sebagai sel elektrolisis (Gbr 11.3). 198

3. Pembuatan Gas Karbon Dioksida Gas karbon dioksida, CO2 merupakan zat tak berwarna, tak berbau, tak berasa, sedikit larut dalam air, dan mudah diserap oleh larutan basa kuat. Pembuatannya dapat dilakukan dengan cara memanaskan secara perlahan serbuk NaHCO3 (natrium bikarbonat; soda kue) kering dengan set-alat menurut Gbr 11.5. Hamparkan padatan dan lakukan pemanasan secara merata di atas nyala api spiritus. Biarkan beberapa lama gas mengisi tabung untuk mengusir udara yang ada, setelah itu tutup segera mulut tabung dengan sumbat karet secara rapat. Reaksi yang terjadi: 2 NaHCO3(s)

Na2CO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

NaHCO3



Gbr 11.5 Pembuatan gas CO2

Catatan: Bila di lab tersedia pesawat Kipp, gas CO 2 dapat dibuat dari reaksi antara batu pualam dan asam klorida encer berdasarkan reaksi:

CaCO3(s) + 2 HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g) 4. Pembuatan Gas Amoniak Amoniak, NH3 merupakan gas tak berwarna, berbau merangsang (pesing), dan mudah larut dalam air (dengan membentuk larutan basa). Amoniak dapat dibuat dengan cara memanaskan campuran NH4Cl (salmiak; amonium klorida) dan Ca(OH)2 (kalsium hidroksida). Reaksi yang terjadi: 2 NH4Cl + Ca(OH)2 CaCl2 + 2 H2O + 2 NH3 199

Prosedur pembuatan gas amoniak, NH3: - Masukkan 5 g serbuk NH4Cl dan 10 g serbuk Ca(OH)2 ke dalam lumpang; campur dan gerus sehingga diperoleh campuran serbuk yang merata. - Masukkan dan hamparkan campuran serbuk pada dinding dasar tabung. - Hubungkan tabung dengan sumbatnya dengan kedudukan dan set peralatan seperti ditunjukkan pada Gbr 11.6a. Selanjutnya panaskan campuran dengan nyala api kecil. - Tampung gas NH3 dengan menggunakan tabung reaksi biasa atau labu dasar rata. Catatan: Gas NH3 bersifat mudah larut (bereaksi) dengan air membentuk larutan amonium hidroksida, NH4OH(aq) bersifat basa, dan dengan indikator fenolftalein (pp) memberikan warna merah. Untuk menunjukkan sifat ini, sumbatlah labu dasar-rata yang berisi gas NH3, dengan sumbat khusus seperti ditunjukkan oleh Gbr 11.6b. Lanjutkan segera dengan mencelupkan ujung pipa ke dalam bak air yang telah dibubuhi 3-4 tetes indikator pp. Keluarkan air dari pipet kecil (pada sumbat) untuk memancing semburan air dari bak. Semburan air berupa air mancur akan berwarna merah (menarik untuk didemonstrasikan dalam proses pembelajaran).

(a) (b)

NH4Cl + Ca(OH)2

 Gbr 11.6 (a) Pembuatan gas NH3; (b) Air mancur dan sifat NH3

5. Pembuatan Gas Oksida Nitrogen Gas oksida nitrogen yang dapat dibuat di laboratorium adalah gas nitrogen oksida (NO2) dan gas dinitrogen tetroksida (N2O4). Kedua 200

gas ini secara bersamaan dapat dibuat dengan cara memanaskan secara perlahan di atas nyala api dari pembakar spiritus terhadap senyawa timbal(II)nitrat, Pb(NO3)2 kering. Hanya, pekerjaan ini harus dilakukan dengan cermat (karena gas bersifat racun kuat) di ruang asam atau ruang khusus (di tempat terbuka). Peralatan yang digunakan seperti diperlihatkan pada Gbr 11.5. Reaksi yang terjadi: 2 Pb(NO3)2(s)

2 PbO(s) + 4 NO2(g) + O2(g)

Gas NO2 (berwarna coklat) yang dihasilkan tersebut berada dalam keadaan berkesetimbangan dengan gas N2O4 (tak-berwarna). 2 NO2 coklat

N2O4

H = negatif

tak berwarna

Jika tabung didinginkan warna gas memucat (kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan gas N2O4); sebaliknya bila dipanaskan warna gas semakin tua (bergeser ke arah pembentukan gas NO2). Perhatian: NO2 bersifat racun; pembuatannya harus dilakukan di ruang asam, atau di tempat terbuka.

6. Pembuatan Gas Hidrogen Sulfida Hidrogen sulfida, H2S berupa gas tak berwarna, berbau seperti telur busuk, bersifat racun, dan sedikit larut dalam air dengan membentuk larutan asam sulfida. Gas ini dapat dibuat dengan melarutkan senyawa sulfida seperti FeS2 (pirit) atau Na2S ke dalam asam kuat encer (HCl, H2SO4). Reaksi dapat dilangsungkan di dalam pesawat Kipp (jika tersedia di lab), atau dengan alat sederhana yang dirancang sendiri (Gbr 11.7). Reaksi yang terjadi: FeS(s) + 2 HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2S(g) Prosedur pembuatan: - Set-lah peralatan (Gbr 11.7), kemudian isi tabungnya dengan air sampai permukaannya sedikit melampaui ujung corong. - Masukkan pirit sampai ke dasar tabung; tutup kembali penyumbat serapat mungkin. - Teteskan HCl 6 M lewat mulut corong. Jumlah tetesan bergantung pada banyaknya H2S yang dibutuhkan. 201

HCl

H2SO4 pekat H2S

SO2

NaHSO3 pekat

pirit

Gbr 11.7

Gbr 11.8

Pembuatan gas H2S

Pembuatan gas SO2

Catatan: FeS2 atau rumus lengkapnya FeS.Fe2S3 mempunyai nama dagang pirit {nama kimia: ferro-ferrisulfida; sebagai campuran dari ferrosulfida dan ferri sulfida}.

7. Pembuatan Gas Belerang Dioksida Belerang dioksida, SO2 merupakan gas tak berwarna, berbau merangsang, dan hanya sedikit melarut dalam air (dapat membentuk larutan asam sulfit yang bersifat asam lemah). Di laboratorium dapat dibuat dengan mengalirkan H2SO4 pekat ke dalam larutan pekat natrium hidrogensulfit, NaHSO3. (Lihat: Gbr 11.8.) Reaksi yang terjadi: NaHSO3(aq) + H2SO4(l) → NaHSO4(aq) + H2O(l) + SO2(g) Catatan: Gas SO2 lebih berat 2½ kali dari udara; sehingga dapat ditampung di dalam sebuah tabung reaksi tegak

8. Pembuatan Gas Klor Gas klorin, Cl2 merupakan gas beracun dengan sifat di antaranya berwarna hijau-kekuningan, dapat larut dalam air (disebut air klor), dapat mencair bila didinginkan/dimampatkan, sangat reaktif dengan beberapa senyawa, dan bersifat racun. Gas klorin, Cl2 dapat dibuat di laboratorium berdasarkan pada salah satu reaksi berikut dibawah ini :

(1) MnO2(s) + 4 HCl(aq) → MnCl2(aq) + 2 H2O(l) + Cl2(g) (2) 2 KMnO4(s) + 16 HCl(aq) → 2 KCl(aq) + 2 MnCl2(aq) + 8 H2O(l) + 5 Cl2(g) 202

Peralatan seperti Gbr 11.7 dapat digunakan untuk pembuatan gas Cl2 dengan cara mengganti pirit dengan padatan MnO2 atau KMnO4; kemudian teteskan HCl 6 M lewat mulut corong. Gas Cl2 yang terbentuk dapat langsung dialirkan ke dalam akuades sampai jenuh (diperoleh air klor; aqua-chlorata); atau dapat ditampung pada tabung terbalik (lihat Gbr. 11.5). Perhatian: Gas Cl2 bersifat racun di samping reaktif; pembuatannya harus dilakukan di ruang asam, atau di tempat terbuka. Catatan: Air klor harus dikemas dalam botol gelap (coklat) dan disimpan di tempat gelap. Adanya cahaya menyebabkan terjadinya reaksi berikut:

2 Cl2(g) + 2 H2O(l) → 4 HCl(aq) + O2(g) B. PEMBUATAN BROM Bromin atau brom, Br2 merupakan cairan kental merahkecoklatan, mudah menguap dengan bau merangsang, dapat larut dalam air (disebut air brom atau aqua-bromata), dapat larut dalam pelarut CS2 (larutan berwarna coklat), dan bersifat reaktif (tetapi tidak sehebat Cl2). Brom dapat dibuat di laboratorium dengan menuangkan H2SO4 6 M ke dalam campuran serbuk NaBr dan serbuk MnO2 (dengan perbandingan mol sebesar 2 : 1), dan selanjutnya dipanaskan secara perlahan. Reaksi yang terjadi: 2 NaBr(s) + MnO2(s) + 3 H2SO4(aq) → MnSO4(aq) + 2 NaHSO4(aq) + 2 H2O(l) + Br2(g) Uap Br2 dapat ditampung langsung pada tabung reaksi dingin (tercelup dalam air es). Atau dapat langsung dialirkan ke dalam botol coklat berisi akuades (diperoleh: air brom atau aqua-bromata). Catatan: Air brom stabil di tempat yang gelap; adanya cahaya menyebabkan terjadinya reaksi dengan air seperti berikut.

2 Br2(aq) + 2 H2O(l) → 4 HBr(aq) + O2(g) 

203

Di laboratorium, kegiatan pencucian, umumnya ditujukan pada peralatan/instrumen, atau benda lainnya yang terbuat dari gelas. Pengetahuan tentang sifat dari suatu bahan atau zat (seperti daya larut di dalam suatu pelarut, sifat kepolaran, dan kereaktifannya) serta pengetahuan tentang berbagai tipe reaksi kimia, dapat diterapkan dalam proses pencucian terhadap berbagai benda yang terbuat dari gelas. Kebersihan peralatan/instrumen dari gelas yang terlibat langsung dalam percobaan sangat menentukan sifat kejelasan data pengamatan dan ketepatan dari kesimpulan/hasil percobaan. Pada bagian ini yang akan dibahas adalah cairan pencuci (pembersih), cara membuat, dan teknik penerapannya pada pencucian peralatan (terutama peralatan gelas).

A. PERALATAN GELAS Beberapa peralatan gelas seperti tabung reaksi, gelas kimia, gelas Erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, vol-pipet, labu takar, buret, bahkan botol-botol reagen serta beberapa peralatan gelas lainnya harus bebas dari kotoran. Kotoran berupa sisa-sisa zat kimia atau noda lainnya dapat mengaburkan data pengamatan bahkan dapat menggagalkan percobaan atau eksperimen itu sendiri. Kesimpulan yang diambil pun menjadi kurang tepat/teliti atau salah. Bukan itu saja, kerugian akan dialami dalam hal waktu, tenaga, dan juga finansial (pemborosan bahan/zat) karena akan mempertinggi biaya pelaksanaan eksperimen dari yang seharusnya, atau karena kegagalan harus mengulangi eksperimen serupa dari awal. Sementara itu, pereaksi yang akan dikemas dalam botol pereaksi dapat tercemar oleh kotoran yang menempel pada dinding-dalam botolnya. 204

Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor, atau dari hasil pencucian yang tidak/kurang bersih akan menyukarkan proses pencucian atau pembersihan pada saat lainnya. Semakin lama tersimpan, semakin keras dan semakin melekat kuat kotoran itu. Akibatnya, kotoran semakin sukar larut oleh cairan pembersih sederhana, dan pekerjaan pembersihan dan pencucian selanjutnya akan menjadi lebih lama dan rumit karena semakin banyak tahap dan jenis cairan pencuci yang harus diterapkan. Jika memungkinkan, peralatan harus segera dibersihkan saat itu juga setelah selesai digunakan. Zat atau kotoran yang masih basah akan jauh lebih mudah dibersihkan. Beberapa peralatan gelas yang akan digunakan biasanya disertai dengan penjelasan “bersih”; “kering”; atau “bersih dan kering”. Penafsiran terhadap istilah ini menjadi penting karena penafsiran yang salah akan memunculkan tindakan atau perbuatan yang tidak perlu (tidak efisien) atau justeru tindakan itu dapat mengganggu proses dan hasil percobaan. Istilah “bersih” mempunyai arti bahwa peralatan itu harus bebas dari zat-zat yang terlibat langsung pada hasil, atau peralatan itu harus bebas dari zat-zat yang dapat menyebabkan perubahan pada komposisi atau konsentrasi pereaksi. Tabung reaksi dan alat gelas lainnya yang akan digunakan untuk melangsungkan reaksi kimia haruslah bersih namun dinding-dalamnya tidak perlu kering dari air jika alat gelas itu akan digunakan untuk melangsungkan reaksi dalam pelarut air. Ciri tabung yang bersih, setelah dibilasi dengan air suling dan disimpan terbalik pada rak-nya, airnya akan meluncur ke bawah dan tabung tampak transparan (lapisan air merata/seragam di semua bagian dindingnya). Pada keadaan ini, air segera menyusut dan tabung menjadi relatif lebih cepat mengering. Kecuali bila disyaratkan bahwa tabung harus dalam keadaan kering, maka tabung itu harus benar-benar kering. Tabung yang masih basah dapat dipanaskan secara perlahan dan merata di atas api kecil untuk menguapkan airnya. Tabung (atau alat gelas lainnya) harus bebas air jika akan digunakan untuk pereaksi dengan pelarut bukan-air. Tabung atau alat gelas yang masih basah hasil pencucian dengan air, agar cepat mengering (bebas air), selanjutnya dapat dibilasi dengan sedikit alkohol-teknis (untuk mengikat air) dan dibiarkan mengering. Jika dirasa perlu, lakukan pembilasan dengan sedikit pelarut dari pereaksi yang terlibat). 205

Tampak bahwa istilah “bersih” menuntut tindakan atau perbuatan tertentu terhadap alat gelas yang bersangkutan, dan pengertiannya bergantung pada sifat pereaksi atau sifat percobaan. Jelaslah, membersihkan tabung kemudian mengeringkannya dengan kertas tisu (kertas saring atau lap) merupakan tindakan yang tidak perlu bahkan tindakan ini dapat menyebabkan tabung justeru menjadi tidak bersih karena adanya serat-serat yang menempel pada dinding-dalam tabung. Kata “bersih” untuk peralatan gelas seperti vol-pipet, labu takar, atau buret, sama pengertiannya dengan tabung reaksi “bersih”. Dinding bagian-dalamnya tidak perlu dikeringkan. Hanya air-suling pembilas yang membasahi alat ukur tersebut dapat menyebabkan jumlah zat yang akan diukur berubah komposisi atau konsentrasinya. Sebelum difungsikan, alat ukur tersebut harus dibilasi dulu dengan sedikit larutan yang akan diukur volumnya. Sedangkan istilah “kering” paling tidak memiliki pengertian bahwa sesuatu tidak mengandung baik berupa air maupun zat lain yang membasahinya. Alat gelas yang masih basah oleh air dapat mengakibatkan alat gelas menjadi retak atau pecah saat dikenai api langsung. Selain itu, adanya air (atau pembasah lain) mungkin tidak dikehendaki karena dapat mempengaruhi proses atau hasil reaksi. Pembasah dapat menyebabkan reaksi yang sesungguhnya tidak terjadi, tetapi reaksi lain atau reaksi samping yang tidak diharapkan justeru yang terjadi. Hal ini dapat mengganggu pengamatan atau hasil percobaan. Dengan demikian istilah “bersih dan kering” mempunyai pengertian yang dibentuk dari pengertian yang dikandung oleh kedua kata yang telah dijelaskan di atas. Dapat dinyatakan bahwa pembersihan alat gelas berarti membersihkan zat atau noda yang menempel pada alat itu. Pembersihan alat dapat dilakukan dengan cara menguapkan zat atau noda yang menempel (melalui pemanasan), atau dapat dilakukan dengan cara melarutkan (mereaksikan) zat/noda itu dengan pelarut/pencuci dan kemudian mengeluarkannya dari alat. Jelaslah bahwa tindakan pembersihan alat gelas bergantung pada sifat zat/noda yang menempel di samping sifat dari alat gelas yang akan dibersihkan. Alat gelas tertentu dapat retak atau pecah jika dipanaskan pada suhu cukup tinggi. Cara membersihkan alat gelas yang paling umum adalah dengan menggunakan cairan pembersih, kemudian membilasinya dengan air kran, dan terakhir dengan sedikit air suling.

206

B. PEMBUATAN CAIRAN PENCUCI DAN CARA PENGGUNAANNYA Sifat zat atau noda yang menempel akan menentukan jenis/sifat cairan pencuci yang dipilih. Setiap cairan pencuci hanya efektif untuk membersihkan (melepaskan/melarutkan) zat atau noda tertentu. Berikut diberikan beberapa jenis cairan pencuci, cara pembuatan, dan fungsinya. 1. Larutan Detergen Dan Peggunaannya Cairan pencuci atau cairan pembersih yang lazim diterapkan pada tahap paling awal pencucian adalah penggunaan larutan detergen (air-rinso). Untuk memberikan daya pembersih yang lebih baik, larutan detergen ini dapat dibubuhi dengan sedikit asam nitrat pekat. Cara pembuatan larutan atau air-detergen ini adalah seperti berikut. Larutan Detergen (cairan pencuci; CP-01) A Serbuk detergen/rinso 1) 15 g Air 500 mL B HNO3 pekat 4 mL Masukkan serbuk detergen (rinso) ke dalam botol yang berisi 500 mL air; bubuhi 4 mL HNO3 pekat; tutup, dan kocok campuran ini sampai rinso bercampur merata. Beri label, dan simpan untuk persediaan sebagai CP-01. Penggunaan: 20 mL larutan detergen induk diencerkan dengan 500 mL air. Penerapannya: Tuangkan secukupnya cairan pencuci (CP) encer ini ke dalam alat gelas; gosoklah seluruh dinding gelas (dengan sikat yang sesuai) secara merata; pindahkan cairan-bekas2) ini pada gelas berikutnya yang akan dicuci, dan lakukan tindakan serupa. Alirkan air kran pada seluruh dinding gelas yang telah dirinso/disikat tersebut sampai bersih. Keringkan badan alat bagian-luar dengan lap, dan bilasi bagian-dalamnya dengan sedikit akuades, lalu simpan pada tempatnya dan dibiarkan mengering sendiri. Jika gelas ukur, buret atau alat lainnya belum bersih (masih berlemak atau masih ada noda), pembersihan dapat dilakukan dengan cairan pembersih (CP) lainnya.

207

Keterangan: 1) jangan gunakan sabun-colek. 2) jangan langsung dibuang; karena dapat digunakan beberapa kali terhadap beberapa alat gelas. Jika tidak dipakai lagi; encerkan dulu cairan bekas pakai itu dengan air kran, dan buang ke dalam bak cuci dengan air krannya mengalir beberapa saat.

2. Asam Pekat Dan Penggunaannya Beberapa asam pekat yang dapat berfungsi sebagai cairan pencuci (CP-02) antara lain HCl, H2SO4, atau HNO3. Asam pekat yang digunakan sebagai CP umumnya bersifat “teknis” (agar murah) untuk membersihkan peralatan laboratorium dari gelas (seperti tabung reaksi, gelas kimia, gelas Erlenmeyer, labu dasar-rata, labu dasarbulat), dan botol-botol reagen. Catatan: Asam-asam pekat (CP-02) baru diterapkan dengan CP-1, bila alat gelas masih belum bersih. (HATI-HATI DALAM MENGGUNAKAN ASAM PEKAT.)

Pemakaian asam hanya dalam jumlah tetesan yang cukup untuk membasahi bagian gelas yang bernoda (gunakan pipet tetes kering), dan harus dilakukan di ruang asam. Pilih dulu HCl pekat; jika noda belum lepas/hilang, panaskan bagian badan gelas yang terbasahi oleh asam tadi dengan cara mencelupkannya ke dalam air panas. Asam klorida pekat ini dapat menghilangkan noda kuning dari senyawa besi. Jika noda atau kotoran masih juga belum hilang dapat dicoba dengan menggunakan asam pekat lainnya (misalnya asam sulfat atau asam nitrat). Masih belum hilang juga, gunakan dengan sedikit “aqua-regia” atau dengan CP (cairan pencuci) lainnya. 3. Larutan NaOH Dan Penggunaannya Larutan NaOH 10-15% (CP-03) NaOH teknis; pelet 10-15 g Air 100 mL Masukkan pelet NaOH teknis ke dalam botol plastik yang berisi 100 mL air; tutup, dan kocok campuran ini sampai NaOH larut. Beri label; dan simpan untuk persediaan sebagai CP-03.

208

Penggunaan: CP ini dapat diterapkan untuk menghilangkan kerak putih yang disebabkan oleh deposit karbonat tipis yang melekat pada dinding/dasar gelas atau botol reagen. Cara Pencucian: Basahi kerak sampai kerak lepas atau melarut; kemudian bilasi gelas dengan sedikit HCl 1 M, dan terakhir dengan air kran. (Bilasi dengan akuades, jika memang diperlukan.) Catatan: Selain NaOH dapat juga digunakan KOH dengan kadar yang sama.

4. Larutan NaOH-beralkohol Dan Penggunaannya Larutan NaOH beralkohol (CP-04) A NaOH teknis; pelet 30 g Air 30 mL Larutkan NaOH pada air di dalam botol plastik bertutup. B Etanol 90%

250 mL

Encerkan larutan A dengan B sampai mencapai volum 250 mL. Tutup, dan kocok agar homogen. Beri label dan simpan untuk persediaan sebagai CP-04. Penggunaan: CP-4 terutama digunakan untuk buret yang berlemak/bervaselin. Cara Pencucian: Panaskan dulu 80 mL CP-04 di dalam gelas kimia sampai bersuhu 50-600C; tuangkan sedikit-sedikit ke dalam buret tegak lewat corong sebanyak 25 mL; letakkan gelas kimianya di bawah buret dan segera putar kran (bila perlu gunakan sarung tangan) agar CP keluar dan mengisi pipa ujung buret. Setelah terisi, tutup kran, dan isi lagi buret lewat corong sampai hampir terisi penuh. Biarkan beberapa menit (agak lama lebih baik). Setelah itu kran dibuka; CP-nya ditampung, dan dikembalikan ke botolnya semula. Buret yang telah dibersihkan akan tampak transparan dan bercahaya. Setelah dingin, bilasi buret dengan air kran hingga bersih, dan terakhir bilasi dengan akuades. Atau jika buret akan disimpan, bilasi dulu dengan sedikit HCl 0,1 M. 209

5. Larutan Na-dikromat Asam Dan Penggunaannya Larutan garam dikromat terutama garam natrium dikromat dalam suasana asam dapat diterapkan di laboratorium untuk membersihkan peralatan gelas tertentu (misalnya pipet volum, buret, dst.) karena sifatnya sebagai pengoksidasi. Namun larutan ini sebagai cairan pencuci (CP) harus dikemas secara baik dan hanya digunakan secara terbatas karena bersifat racun kuat. Larutan Na-dikromat Asam (CP-05) 30 g A Na2Cr2O7.2H2O; teknis 15 mL Air Larutkan Na-dikromat ke dalam gelas kimia pirex 600 mL yang berisi 15 mL air sampai diperoleh larutan jenuhnya.

B H2SO4 pekat; teknis

500 mL

Alirkan asam pekat ini (secara hati-hati dan perlahan lewat batang pengaduk) ke dalam larutan jenuh A, sambil sesekali diaduk perlahan; demikian sampai seluruh asam pekat terpindahkan. Setelah larutan dingin, pindahkan ke dalam botol reagen bertutup gelas. Beri label, dan simpan untuk persediaan sebagai CP-05. (Encerkan segera sisa bahan pada peralatan yang digunakan dengan air kran, dan buang ke dalam bak-cuci dengan mengalirkan air-krannya yang cukup banyak.) Perhatian: • CP-05 bersifat sangat korosif; dapat merusak pakaian, kulit, dan organ tubuh. • Jika kulit terkena cairan ini, segeralah sirami dengan air kran sesempurna mungkin, dan terakhir dibasahi dengan larutan NaHCO3. • CP-05 habis pakai harus dituang (dibuang) ke dalam botol khusus (Di samping sifat korosif di atas, CP ini juga mengakibatkan pencemaran berat terhadap lingkungan kehidupan.)

Penggunaan: CP-05 akan lebih efektif bila sebelumnya dipanaskan dulu sampai kira-kira 50-600C.

210

Cara pencucian:  Buret/labu-takar Isikan CP-05 (hati-hati dan secara perlahan) pada buret atau labu takar sampai penuh; tutup bila mungkin; dan biarkan beberapa menit (semakin lama semakin baik). CP-05 bekas pakai dapat dituang kembali ke dalam botolnya semula. Bilasi buret dengan air-kran, dan terakhir dengan air bersih. Jika akan digunakan, bilasi alat tersebut dengan larutan yang akan digunakan; atau untuk buret jika akan disimpan, bilasi dengan sedikit larutan HCl 0,1 M.  Pipet-ukur/volum Pipet ukur dan vol-pipet sebaiknya direndam. Gunakan penjepit khusus (tangkrus) untuk mengeluarkannya. Agar aman letakkan semua alat gelas dalam bejana khusus (kalau tidak, gunakan ember plastik besar) dan sesegera mungkin disiram dengan air kran, dan selanjutnya dicuci sampai bersih. Semua peralatan lainnya juga harus segera dibersihkan. Catatan: Jika CP-05 berubah warna menjadi hijau (ion Cr3+); menandakan habisnya daya kerja CP ini sehingga tidak dapat digunakan lagi, dan harus ditampung (ditempatkan) pada botol khusus. Sebelum dibuang, sebaiknya CP-05 bekas diproses menjadi zat lain yang tidak membahayakan/mencemari lingkungan.

6. Aqua-regia Dan Penggunaannya Aqua regia merupakan campuran antara 1 volum asam nitrat pekat dan 3 volum asam klorida pekat. Cairan ini sangat reaktif; dapat merusak berbagai bahan logam termasuk emas dan platina. Gas yang ditimbulkannya pun bersifat merusak dan beracun. Oleh karena itu pengerjaan yang melibatkan cairan ini harus dilakukan di ruang khusus (ruang asam) dan mengikuti aturan yang ketat. Pengemasan cairan sebagai cairan pencuci harus dilakukan dengan cermat termasuk penyimpanannya. Aqua-regia (CP-06) HNO3 pekat; teknis HCl pekat; teknis

50 mL 150 mL

211

Dosis volum ini merupakan perbandingan volum, dan dapat digandakan sesuai dengan kebutuhan. Agar tahan lama, tuangkan 1 bagian campuran di atas ke dalam 1 bagian air. Tempatkan dalam botol reagen, beri label, dan simpan untuk persediaan sebagai CP-06. Perhatian: • lakukan pencampuran ini di ruang asam (tempat terbuka); HNO3 dapat merusak kulit; uap NO2 sangat beracun. • CP-06 bersifat sangat korosif, dapat merusak kulit dan pakaian. • CP-06 yang habis-pakai harus ditampung pada botol khusus.

Penggunaan: CP-6 sangat efektif karena dapat melarutkan hampir semua zat termasuk dapat membersihkan permukaan logam. Caranya Penerapan: Basahi secukupnya bagian alat gelas yang kotor (lakukan di ruang asam); biarkan beberapa menit; encerkan dengan air kran; buang bersama aliran air pada bak cuci. Catatan: Jika “volum CP-06 bekas-pekai” cukup banyak, SEGERA dimasukkan kembali ke dalam botolnya semula; atau jika tidak (karena rusak) tempatkan pada botol penyimpanan khusus; jangan langsung dibuang ke bak cuci.

7. Larutan FeSO4 Encer Dan Penggunaannya Larutan FeSO4 Encer (CP-07) FeSO4.7H2O; teknis H2SO4 pekat; teknis Air

50 g 5 mL 500 mL

Tuangkan perlahan H2SO4 pekat ke dalam botol plastik yang berisi 50 mL air; dan goyang perlahan botolnya agar bercampur homogen. Masukkan garamnya; tutup rapat; kocok hingga garam melarut. Selanjutnya tambahkan sisa air (450 mL); tutup rapat, beri label pada botolnya, dan simpan untuk persediaan sebagai CP-07. Penggunaan: CP-07 dapat menghilangkan noda kuning/coklat pada berbagai peralatan gelas bekas larutan KMnO4. 212

Cara Pencucian: Gunakan CP-07 ini secukupnya untuk merendam bagian gelas yang bernoda selama beberapa menit; atau dengan cara merendam peralatan gelas seperti gelas ukur, pipet ukur, volpipet atau buret dalam suatu wadah berisi CP ini beberapa lama sampai noda dari larutan KMnO4 melarut/menghilang). Kemudian bilasi alat tersebut dengan air bersih. 8. Larutan Hipo Dan Penggunaannya Larutan Hipo (CP-08) Na2S2O3.5H2O teknis Air

10 g 100 mL

Masukkan garam ke dalam botol plastik yang berisi air; tutup rapat; dan kocok hingga semua garam melarut. Kemudian beri label pada botol ini, dan dapat simpan untuk persediaan sebagai CP-08. Penggunaan: CP-08 dapat menghilangkan noda iodium yang melekat pada peralatan atau pada bahan kain (pakaian). Cara Pencucian: Basahi atau rendam peralatan/pakaian yang bernoda iodium dengan CP-08 sampai noda larut/hilang; kemudian bilasi segera dengan air kran atau air bersih. 9. Larutan Amonium Sulfida Dan Penggunaannya Larutan Amonium Sulfida (CP-09) (NH4)2S; teknis 10 g Air 100 mL Masukkan amonium sulfida ke dalam botol reagen yang berisi 100 mL air; tutup, dan kocok hingga garam melarut. Beri label, dan simpan untuk persediaan sebagai CP-09. Penggunaan: CP-09 digunakan untuk menghilangkan noda belerang.

213

10. Larutan Na-fosfat-oleum Dan Penggunaannya Larutan Na-fosfat-oleat (CP-10) Natrium fosfat (Na3PO4.12H2O) Natrium-oleat (NaC18H33O2) Air lunak*

15 g 5 g 250 mL

Masukkan kedua garam ke dalam botol plastik yang berisi 250 mL air lunak; tutup rapat, dan kocok sampai garam melarut. Beri label, dan simpan untuk persediaan sebagai CP-10. Keterangan: *air yang tidak mengandung sadah.

Penggunaan: CP-10 digunakan untuk menghilangkan noda hitam dari kerak karbon. Caran Penerapanya: Tuangkan CP ke dalam alat gelas sehingga merendam noda beberapa menit. Gunakan sikat keras atau ujung batang pengaduk untuk membantu pelepasan kerak dari dinding gelas. Keluarkan cairan; dan bila perlu alat dibersihkan dengan CP-01, atau alat langsung dibilasi dengan air kran. 11. Larutan Gliserin-plus Dan Penggunaannya Larutan Gliserin-plus (CP-11) A Gliserin; teknis 20 g Alkohol 95%; teknis 20 g Eter; teknis 20 g Amoniak pekat; teknis 80 g Campurkan zat-zat di atas secara berurutan sambil diaduk sampai membentuk campuran homogen di dalam gelas kimia 250 mL. B Air 400 mL Detergen 20 g Campur detergen dan air di dalam gelas kimia 600 mL sampai membentuk air-detergen. Tuangkan campuran A ke dalam campuran B secara perlahan sambil diaduk. Pindahkan cairan ke dalam botol plastik 600 mL; tutup dan kocok sebentar-sebentar; beri label, dan simpan untuk persediaan sebagai CP-11. Penggunaan: CP-11 digunakan untuk menghilangkan berbagai noda lemak. 214

Cara Penerapannya: Susutkan dulu lapisan lemak/minyak yang melekat pada alat; lalu basahi atau rendam kotoran dengan CP secukupnya dalam waktu beberapa lama. Atau jika mungkin cukup dengan melap lapisan lemak/minyak itu dengan kain yang dibasahi CP-11. Keluarkan cairan pencucinya; bersihkan alat dengan CP-01; lalu bilasi alat dengan air bersih. Catatan: CP-11 dapat digunakan untuk pakaian yang terkena percikan cairan obat, kopi, coklat, noda lemak/minyak dan noda lainnya.

12. Beberapa Cairan Pencuci Lain Dan Penggunaannya a. Aseton Noda berupa tinta dari spidol dapat dengan mudah dihilangkan dengan menggosokkan kain lap yang dibasahi dengan aseton (CP-12; teknis); jangan melakukan tindakan ini di dekat nyala api. Lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara susutkan dulu lapisan lemak/minyak dengan kain lap sampai tinggal setipis mungkin; lalu bersihkan dengan kain lap bersih yang dibasahi dengan pelarut lemak/minyak yang sesuai (umumnya berupa pelarut organik seperti alkohol atau eter). Jika lemak/minyak ini belum hilang seluruhnya, dapat digunakan CP-11. b. Isopropil Alkohol Untuk membersihkan lensa dapat digunakan cairan isopropilalkohol 98-99% (CP-13; teknis). Basahi permukaan lensa dengan 1 tetes cairan ini kemudian sebarkan merata dengan kain-lembut (dari bahan kaos) beberapa lama. Kemudian gosok perlahan secara memutar dengan kain lembut bersih. Bukan tidak mungkin, suatu kotoran atau noda tidak hilang oleh penggunaan satu jenis CP (cairan pencuci). Untuk ini dapat diteruskan dengan menggunakan CP lainnya sesuai dengan jenis dan sifat noda yang diperkirakan. Penting sekali melakukan perkiraan awal tentang jenis dan sifat kotoran atau noda yang melekat pada peralatan dari gelas agar memudahkan untuk memilih CP yang akan diterapkan. Dengan demikian dapat dihindarkan pemborosan dalam pemakaian bahan, dan waktu.  215

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. SATUAN SISTEM INTERNASIONAL (SATUAN SI) A. Satuan SI Dasar Dan Tambahan Kuantitas Fisika

Nama Satuan SI

Simbol Satuan

Panjang Massa Waktu Arus listrik Temperatur termodinamik Intensitas cahaya Jumlah zat Sudut bidang (*) Sudut padatan (*)

meter kilogram detik amper kelvin candela mol radian steradian

m kg s A K Cd mol rad sr

Keterangan: (*) satuan tambahan.

216

B. Satuan SI Turunan Kuantitas Fisika

Nama Satuan SI Simbol Satuan SI Simbol Dasar SI

frekuensi energi gaya daya tekanan muatan listrik beda potensial listrik tahanan listrik

hertz joule newton watt pascal coulomb volt ohm

hantaran listrik

siemen

 S

kapasitansi listrik fluks magnet rapat fluks magnet (induksi magnet) induktansi fluks cahaya iluminasi

farad weber

F Wb

m-2 kg-1 s3 A2 ; (-1 m-2 kg-1 s4 A-2 ; (C/V) m2 kg s-2 A-1 ; (V.s)

tesla

T

kg s-2 A-1 ; (Wb/m2)

henry lumen lux

H lm lx

m2 kg s-2 A-2 ; (Wb/A) cd.sr m-2 Cd sr ; (lm/m2)

s-1 m2 kg s-2 ; (N.m) m kg s-2 ; (J/m) m2 kg s-3 ; (J/s) m-1 kg s-2 ; (N/m2) A.s m2 kg s-3 A-1 ; (W/A) m2 kg s-3 A-2 ; (V/A)

Hz J N W Pa C V

Lampiran 2. Tetapan Fisika Dan Kimia Bilangan Avogadro Satuan Massa Atom (s.m.a; amu} Muatan proton Muatan elektron Muatan Listrik Tetapan Faraday Tetapan Gas

Tetapan Boltzmann Pi Kecepatan Cahaya (dalam vakum) Tetapan Planck Tetapan Rydberg

N 1 sma mp me e ƒ

= 6,022 x 1023 mol-1 = 1,66 x 10-27 kg = 1,673 x 10-27 kg = 9,110 x 10-31 kg = 1,602 x 10–19 C = N.e = 96500 C.ekuivalen-1

R = 8,314 JK-1 mol-1 = 0,082 L.atm.K-1 mol-1 = 1,987 cal.K-1 mol-1 k = 1,381 x 10–23 J.K-1  = 3,142 c = 2,998 x 108 m.s–1 h = 6,626 x 10–34 J.s R = 1,0974 x 105 cm–1

217

Lampiran 3. Satuan Dan Konversi Satuan Kuantitas

Satuan SI

Satuan Lain

Faktor Konversi

Panjang

meter (m)

Angstrom (Å) mikron () inchi (in) kaki (feet) mil mil-laut

1 (Å) = 10-8 cm = 10-10 m 1  = 1 m = 10-6 m 1 in = 2,54 x 10-2 m I feet = 0,3048 m 1 mil = 1,609 km 1 mil-laut = 1,852 km

Massa

kilogram (kg)

Volume

meter-kubik (m3)

satuan massa atom 1 amu = 1 sma = 1,66 x 10-27 kg

(sma atau amu) liter (L) galon barel

1 L = 10-3 m3 = 1 dm3 = 103 cm3 1 galon = 4,546 liter (Inggris) 1 galon = 3,785 liter (Amerika) 1 barel = 163,655 liter (Inggris) 1 barel = 158,983 liter (Amerika)

Temperatur

kelvin (K)

°Celcius (°C) tC = tK - 273,15 °Fahrenheit (°F) tF = 9/5 tK - 459,7

Waktu

detik (s)

menit (men)

1 men = 60 s

Gaya

newton (N); (kg.m/s2)

dyne (dyn)

1 N = 105 dyn

Tekanan

pascal; (Pa); (kg/m2)

atmosfer (atm) bar mmHg torr

Energi

joule (J)

energi (erg) kalori (cal) elektron-volt (eV) BTU

Daya

watt

Daya kuda

Hantaran Listrik

siemen

mho

Gelombang

frekuensi

fresnel

1 fresnel = 1012 Hz = 1012 s-1

Viskositas

dyn cm-2

poise

1 poise = 1 dyn cm-2

Kimia

mol

mmol

1 mol = 1000 mmol

1 atm = 1,01325 x 105 Pa 1 bar = 105 Pa 1 mmHg = 133,322 Pa 1 torr = 1 mmHg 1erg = 107-7 J 1 cal = 4,184 J 1 eV = 1,602 x 10-19 J 1 BTU = 1055, 056 J 1 watt = 1 J s-1 1 watt = 1,341 x 10-3 daya kuda 1 mho = 1 siemen 1 siemen = 1 amper per volt = 1 ohm-1

218

Lampiran 4. Kelipatan Dan Subkelipatan Dalam Satuan SI kelipatan

awalan

simbol

subkelipatan

awalan

simbol

10 102 103 106 109 1012 1015 1018

deka hekto kilo mega giga tera peta exa

da h k M G T P E

10-1 10-2 10-3 10-6 10-9 10-12 10-15 10-18

desi centi milli mikro nano piko femto atto

d c m  n p f a

Lampiran 5. Sifat-Sifat Air (*) Massa jenis (g/cm 3) : 0,999870 1,000004 0,9970725 0,95838100 Panas Penguapan (kJ.mol-1) : 44,94 pada 0°C 44,02 pada 25°C 40,67 pada 100°C Kalor jenis, cair : 4180 J.kg-1.der-1 Entalpi Pembentukan, H0f H2O(l) : –285,8 Kj.mol-1 Tetapan Dielektrik,  : 80,37 (200C) 78,54 (250C) Tegangan Permukaan,  : 72,75 dyne/cm (200C) 71,97 dyne/cm (250C) Viskositas,  : 0,010019 poise (200C) Hantaran Jenis Listrik, : 5,8 x 10-6 siemen (250C)

219

Lampiran 6. Titik Didih Air terhadap Tekanan Tekanan ( mmHg )

Titik Didih (°C )

Tekanan ( mmHg )

Titik Didih (°C )

Tekanan ( mmHg )

Titik Didih (°C )

700 705 710 715

97,714 97,910 98,106 98,300

735 740 745 750

99,067 99,255 99,443 99,630

770 775 780 785

100,366 100,548 100,728 100,908

720 725 730

98,493 98,686 98,877

755 760 765

99,815 100,000 100,184

790 795 800

101,087 101,264 101,441

Lampiran 7. Tekanan Uap Air (PH2O) dalam mmHg terhadap Suhu (0C) * °C

PH2O

°C

PH2O

°C

PH2O

°C

PH2O

°C

PH2O

0 5 10 12 14 16 17 18 19

4,58 6,54 9,21 10,52 11,99 13,63 14,53 15,48 16,48

20 21 22 23 24 25 26 27 28

17,54 18,65 19,83 21,07 22,38 23,76 25,21 26,74 28,35

29 30 35 40 45 50 55 60

30,04 31,82 42,2 55,3 71,9 92,5 118,0 149,4

65 70 75 80 85 90 92 94

187,5 233,7 289,1 355,1 433,6 525,8 567,0 610,9

96 657,6 98 707,3 100 760,0 102 815,9 104 857,1 106 937,9 108 1004,4 110 1074,6

Lampiran 8. Massa-Jenis (d) Air pada Berbagai Suhu Suhu (0C)

d (g/cm3)

Suhu (0C)

d (g/cm3)

Suhu (0C)

d (g/cm3)

0 4 10 15 18 20 25 30

0,99987 1,00000 0,99999 0,99973 0,99913 0,99862 0,99823 0,99707

35 38 40 45 50 55 60 65

0,99567 0,99299 0,99224 0,99025 0,98807 0,98573 0,98324 0,98059

70 75 80 85 90 95 100

0,97781 0,97489 0,97183 0,96865 0,96534 0,96192 0,95838

220

Lampiran 9. Massa Jenis (d) dari Beberapa Cairan d (g.cm-3)

Suhu (0C)

d (g.cm-3)

Suhu (0C)

Air

1,000

4

Asam Karbolat

0,96

15

Air laut

1,025

15

Asam Asetat

1,05

20

Metanol

0,810

0

Asam Format

1,22

20

Etanol

0,791

20

Gliserin

1,260

0

Aseton

0,792

20

Gasolin

0,67

….

Eter

0,736

0

Kerosin

0,82

….

Karbon disulfida

1,293

0

Terpentin

0,87

….

Karbon tetraklorida

1,595

20

Minyak Kelapa

0,925

15

Kloroform

1,489

20

Susu

1,031

….

Benzen

0,90

0

Zat Cair

Zat Cair

Lampiran 10. Kepekatan/Komposisi Beberapa Asam-Basa Anorganik Zat Anorganik

Asam Asetat Glasial Asam Fluorida Asam Klorida Asam Bromida Asam Iodida Asam Nitrat Asam Sulfat Asam Fosfat Amonium Hidroksida

Rumus Kimia

Mr

Massajenis

Molaritas

% (b/b)

CH3COOH HF HCl HBr HI HNO3 H2SO4 H3PO4 NH4OH

60,05 20,01 36,46 80,93 127,91 63,01 98,08 98,00 35,05

1,05 1,17 1,18 1,5 1,5 1,42 1,84 1,69 0,90

17,5 28,9 12,0 9,0 5,5 16,0 18,0 14,7 14,8

99-100 48-51 36,5-38 47-49 47-47,5 72 95-98 85 28-30

221

Lampiran 11.

Massa Jenis Dan Kadar/Persen dari Larutan Amonium Hidroksida pada 200C %(b/b) NH3

%(b/b) NH4OH

d (g/L)

M (mol/L)

%(g/L) NH3

%(g/L) NH4OH

d (g/L)

M (mol/L)

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0

1,03 2,06 3,09 4,12 5,15 6,17 7,20 8,23 9,26 10,29 11,32 12,35 13,38 14,41 15,44 16,47 17,49 18,52

0,9960 0,9938 0,9917 0,9895 0.9891 0.9870 0.9849 0.9828 0,9790 0,9770 0,9750 0,9730 0,9710 0,9690 0,9671 0,9651 0,9632 0,9613

0,292 0,584 0,873 1,162 1,449 1,736 2,021 2,304 2,587 2,868 3,149 3,428 3,706 3,983 4,259 4,534 4,807 5,080

9,5 10,0 11,0 12,0 13,0 14,0 15,0 16,0 17,0 18,0 19,0 20,0 22,0 24,0 26,0 28,0 30,0

19,55 20,58 22,64 24,70 26,76 28,81 30,87 32,93 34,99 37,05 39,10 41,16 45,28 49,40 53,51 57,63 61,74

0,9575 0,9538 0,9502 0,9566 0,9466 0,9431 0,9396 0,9361 0,9327 0,9294 0,9261 0,9228 0,9164 0,9102 0,9040 0,8980 0,8920

5,352 5,623 6,161 6,695 7,226 7,753 8,276 8,795 9,311 9,823 10,332 10,838 11,839 12,827 13,802 14,764 15,713

Keterangan: d =massa-jenis; G = massa NH3; dan M = molaritas.

Lampiran 12. Massa Jenis Dan Persen (Kadar) dari Larutan Asam Klorida pada 200C % (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

d (g/L)

g/L

1 2 4 6 8 10 12

1,0032 1,0082 1,0181 1,0279 1,0376 1,0474 1,0574

10,03 20,16 40,72 61,67 83,01 104,7 126,9

14 16 18 20 22 24 26

1,0675 1,0776 1,0878 1,0980 1,1083 1,1187 1,1290

149,5 172,4 195,8 219,6 243,8 268,5 293,5

28 30 32 34 36 38 40

1,1392 1,1493 1,1593 1,1691 1,1789 1,1885 1,1980

319,0 344,8 371,0 397,5 424,4 451,6 479,2

Keterangan: d =massa-jenis; G = massa HCl.

222

Lampiran 13. Massa Jenis Dan Kadar dari Larutan Asam Format pada 200C % (b/b)

d (g/L)

g/L

1 2 3 4 5 10 12 14 15 16 18 20 22 24

1,0019 1,0044 1,0070 1,0093 1,0115 1,0246 1,0296 1,0345 1,0370 1,0393 1,0441 1,0488 1,0537 1,0585

10,02 20,09 30,21 40,37 50,58 102,5 123,6 144,8 155,6 166,3 187,9 209,8 231,8 254,0

% (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

d (g/L)

g/L

25 26 28 30 33 35 37 40 45 50 55 60 65

1,0609 1,0633 1,0681 1,0729 1,0800 1,0847 1,0895 1,0963 1,1085 1,1207 1,1320 1,1424 1,1543

265,2 276,5 299,1 321,9 356,4 379,6 403,1 438,5 498,8 560,4 622,6 685,4 750,3

70 75 80 85 90 92 94 95 96 97 98 99 100

1,1655 1,1769 1,1860 1,1953 1,2044 1,2078 1,2117 1,2140 1,2158 1,2170 1,2183 1,2202 1,2212

815,9 882,7 948,8 1016 1084 1111 1139 1153 1167 1180 1194 1208 1221

Lampiran 14. Massa Jenis Dan Persen Berat dari Larutan Asam Asetat pada 200C % (b/b)

d (g/L)

g/L

1 2 3 4 5 10 12 14 15 16 18 20 22 24

0,9996 1,0012 1,0025 1,0040 1,0055 1,0125 1,0154 1,0182 1,0195 1,0209 1,0236 1,0263 1,0288 1,0313

0,996 20,02 30,08 40,16 50,28 101,3 121,8 142,5 152,9 163,3 184,2 205,3 226,3 247,5

% (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

d (g/L)

g/L

25 26 28 30 33 35 37 40 45 50 55 60 65

1,0326 1,0338 1,0361 1,0384 1,0417 1,0438 1,0459 1,0488 1,0534 1,0575 1,0611 1,0642 1,0666

358,2 268,8 290,1 311,5 343,8 365,3 387,0 419,5 474,0 528,8 583,6 638,5 693,3

70 75 80 85 90 92 94 95 96 97 98 99 100

1,0685 1,0696 1,0700 1,0689 1,0661 1,0643 1,0619 1,0605 1,0588 1,0570 1,0549 1,0524 1,0498

748,0 802,2 856,0 908,6 959,5 979,2 998,2 1007 1016 1025 1034 1042 1050

223

Lampiran 15. Massa Jenis Dan Persen Berat dari Larutan Asam Nitrat pada 200C % (b/b)

d (g/L)

g/L

1 2 3 4 5 10 12 14 15 16 18 20 22 24

1,0036 1,0091 1,146 1,0201 1,0256 1,0543 1,0661 1,0781 1,0842 1,0963 1,1026 1,1150 1,1276 1,1404

10,04 20,18 30,44 40,80 51,28 105,4 127,9 150,9 162,6 174,4 198,5 223,0 248,1 273,7

% (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

d (g/L)

g/L

25 26 28 30 33 35 37 40 45 50 55 60 65

1,1409 1,1534 1,1666 1,1800 1,2002 1,2140 1,2270 1,2463 1,2783 1,3100 1,3393 1,3667 1,3913

286,7 299,9 326,6 354,0 396,1 424,9 454,0 498,5 575,2 655,0 736,6 820,0 904,3

70 75 80 85 90 92 94 95 96 97 98 99 100

1,4134 1,4337 1,4521 1,4686 1,4826 1,4873 1,4912 1,4932 1,4952 1,4974 1,5008 1,5056 1,5129

989,4 1075 1162 1248 1334 1368 1402 1418 1435 1452 1471 1491 1513

Lampiran 16 Massa Jenis Dan Persen Berat dari Larutan Asam Sulfat pada 200C % (b/b)

d (g/L)

g/L

1 2 3 4 5 10 12 14 15 16 18 20 22 24

1,0051 1,0118 1,0184 1,0250 1,0317 1,0661 1,0802 1,0947 1,1020 1,1094 1,1243 1,1394 1,1548 1,1704

10,51 20,24 30,55 41,00 51,59 106,6 129,6 153,3 165,3 177,5 202,4 227,9 254,1 280,9

% (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

d (g/L)

g/L

25 26 28 30 33 35 37 40 45 50 55 60 65

1,1783 1,1862 1,2023 1,2185 1,2432 1,2599 1,2769 1,3028 1,3476 1,3951 1,4453 1,4983 1,5583

294,6 308,4 336,6 365,9 410,3 441,0 472,5 521,1 606,4 697,6 794,9 899,0 1010

70 75 80 85 90 92 94 95 96 97 98 99 100

1,6105 1,6692 1,7272 1,7786 1,8144 1,8240 1,8312 1,8377 1,8355 1,8364 1,8361 1,8342 1,8305

1127 1252 1382 1512 1633 1678 1721 1742 1762 1781 1799 1816 1831

224

Lampiran 17. Massa Jenis Dan Kadar dari Larutan Asam Fosfat pada 200C % (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

d (g/L)

g/L

1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1,0038 1,0092 1,0200 1,0309 1,0420 1,0532 1,0647 1,0764 1,0884 1,1008 1,1134

10,04 20,18 40,80 61,85 83,36 105,3 127,8 150,7 174,1 198.1 222,7

22 24 26 28 30 35 40 45 50 55 60

1,1263 1,1395 1,1529 1,1665 1,1805 1,216 1,254 1,293 1,335 1,379 1,426

247,8 273,5 299,8 326,6 354,2 425,6 501,6 581,9 667,5 758,5 855,6

65 70 75 80 85 90 92 94 96 98 100

1,475 1,526 1,579 1,633 1,689 1,746 1,770 1,794 1,819 1,844 1,870

958,8 1068 1184 1306 1436 1571 1628 1686 1746 1807 1870

d (g/L)

g/L

Lampiran 18. Massa Jenis Dan Kadar dari Gliserin pada 200C % (b/b)

d (g/L)

g/L

1 2 3 4 5 10 12 14 15 16 18 20 22 24

1,0006 1,0030 1,0053 1,0077 1,0101 1,0221 1,0271 1,0320 1,0345 1,0370 1,0420 1,0470 1,0520 1,0545

10,01 20,06 30,16 40,31 50,51 102,2 123,3 144,5 155,2 165,9 187,6 209,4 231,4 242,5

% (b/b)

d (g/L)

g/L

% (b/b)

25 26 28 30 33 35 37 40 45 50 55 60 65

1,0597 1,0622 1,0674 1,0727 1,0806 1,0860 1,0914 1,0995 1,1128 1,1263 1,1398 1,1533 1,1670

264,9 276,2 208,9 321,8 356,6 380,1 403,8 439,8 500,8 563,2 626,9 692,0 758,6

70 75 80 85 90 92 94 95 96 97 98 99 100

1,1808 826,6 1,1944 895,8 1,2079 966,3 1,2214 1038 1,2347 1111 1,2401 1141 1,2455 1171 1,2482 1186 1,2508 1201 1,2534 1216 1,2559 1231 1,2584 1246 1,2609 1261

225

Lampiran 19. Unsur Kimia di dalam Air Laut ** (untuk per liter air laut) O H Cl Na Mg S Ca K Br

857,00 108,00 19,00 10,50 1,35 885,00 400,00 380,00 65,00

g g g g g mg mg mg mg

C Sr B Si F Ar N Li Rb

28,00 8,10 4,60 3,00 1,30 0,60 0,50 0,18 0,12

mg mg mg mg mg mg mg mg mg

P I Ba Al Fe Zn Ni As Cu

70,00 60,00 30,00 10,00 10,00 10,00 5,40 3,00 3,00

g g g g g g g g g

Sn Mn V Ag Co Hg Pb Bi Au

3,000 2,000 2,000 0,300 0,027 0,003 0,003 0,002 0,001

g g g g g g g g g

Lampiran 20. Botol Plastik yang Digunakan Di Laboratorium Terhadap REAGEN: Suhu Pelarut Penam- tertinggi Organik yg. Asam Basa pilan (0C) Lemah Kuat Lemah Kuat Menyerang

Bahan Plastik PTFE (teflon)

B

250-300

st

st

st

st

tidak ada

Polipropilena

T & ½T

120-130

st

t*

st

st

2

TPX (polimetilpentena)

T

170-180

st

t*

st

st

1;2

Polistirena

T

85

st

at

st

st

umumnya

Politena (HD)

½T & B

100-110

st

t*

st

st

2

Politena (LD)

½T

80-90

t

t*

st

st

1;2

T&B

50-70

t

at

t

t

2;3;4

½T & B

120

t

Tt

t

at

tidak ada

T

120-130

t

Tt

at

tt

umumnya

PVC (polivinilklorida) Nilon Polikarbonat

Keterangan: B = buram ; T = tembus-pandang ; ½T = setengah tembus-pandang. st = sangat tahan ; at = agak tahan; t = tahan; t* = tahan (kecuali ada oksidator); tt = tak tahan; 1 = hidrokarbon; 2 = klorohidrokarbon; 3 = keton; 4 = eter siklik.

Lampiran 21. Awalan dalam Tatanama Kimia 1 mono

6 heksa

11 Undeka

20 ikosa

2 di

7 hepta

12 Dodeka

21 henikosa

3 tri

8 okta

13 Trideka

22 dokosa

4 tetra

9 nona

14 tetradeka

23 trikosa

15 pentadeka

30 trikonta

5 penta

10 deka

226

Lampiran 22. Nama Gugus sebagai Ion dan sebagai Ligan Gugus Nama Ion

Nama Ligan

Gugus

Nama Ion

Nama Ligan

FClBrIO-2 O2-2 OHH2O NH3 CO

fluoro kloro bromo iodo okso perokso hidrokso aquo ammin karbonil

HCNCNSNCSNO2NO3S2CH3COO(COO)22-

hidrida sianida tiosianat isotiosianat nitrit nitrat sulfida asetat oksalat

hidrido (hidro)* siano tiosianato isotiosianato nitrito nitrato sulfo asetato oksalato

fluorida klorida bromida iodida oksida peroksida hidroksida -

Keterangan: * nama hidrido dan hidro; keduanya digunakan untuk hidrogen terkoordinasi, hanya nama hidro biasanya terbatas untuk senyawa-senyawa boron.

Lampiran 23. Derajat Ionisasi () Larutan Dari Asam, Basa, dan Garam pada 18°C Asam-asam



Asam-asam



HNO3 1 N HCl 1 N H2SO4 1 N HF 1 N H2C2O4 0,1 M Asam Tartrat 0,1 M CH3COOH 1 N H2CO3 0,1 M H2S 0,1 M

0,82 0,784 0,510 0,070 0,5 0,082 0,004 0,0017 0,0007

H3BO3 0,1 M HCN 0,1 M HMnO4 0,5 N HI 0,5 N HBr 0,5 N HClO4 0,5 N HClO3 0,5 N HCl 0,5 N H3PO4 0,5 N

0,0001 0,0001 0,933 * 0,901 * 0,899 * 0,880 * 0,878 * 0,876 * 0,170

Basa-basa



Basa-basa



Basa-basa



KOH 1N NaOH 1N

0,77 0,73

Ba(OH)2 1N LiOH 1N NH4OH 1N

0,69 0,63 0,004

Sr(OH)2 N/64 Ba(OH)2 N/64 Ca(OH)2 N/64

0,93* 0,92* 0,90*

Garam yang mudah larut (0,1N) dengan tipe:

R+R- {misal KCl; NaNO3}:  = 0,86 R++(R-)2 {BaCl2; Ca(NO3)2}:  = 0,72

(R+)2R2- {K2SO4; Na2CO3}:  = 0,72 R+2R2- {CuSO4; FeSO4}:  = 0,45

* pada temperatur 25°C. 227

Lampiran 24. Perkiraan Nilai pH Cairan pada 250C pH Asam

pH Basa

HCl

1N 0,1 N 0,01 N

0,1 1,1 2,0

NaOH

1N 0,1 N 0,01 N

14,0 13,0 12,0

H2SO4

1N 0,1 N 0,01 N

0,3 1,2 2,1

KOH

1N 0,1 N 0,01 N

14,0 13,0 12,0

H2SO3 H3PO4 H2C2O4 Asam tartrat Asam sitrat HCOOH CH3COOH

0,1 N 0,1 N 0,1 N 0,1 N 0,1 N 0,1 N 1N 0,1 N 0,01 N 0,01 N jenuh 0,1 N 0,1 N 0,1 N

1,5 1,5 1,6 2,2 2,2 2,3 2,4 2,9 3,4 3,1 3,8 4,2 5,1 5,2

Na2SiO3 Ca(OH)2 Na3PO4 Na2CO3

0,1 N jenuh 0,1 N 0,1 N

12,6 12,4 12,0 11,6

NH4OH

1N 0,1 N 0,01 N

11,6 11,1 10,6

KCN Fe(OH)2 CaCO3 Na2B4O7 NaHCO3

0,1 N jenuh jenuh 0,1 N 0,1 N

11,0 9,5 9,4 9,2 8,4

C6H5COOH H2CO3 H2S HCN H3BO3

pH Cairan Biologis darah (m) darah (h) susu (h)

7,3 – 7,5 6,9 – 7,2 6,6 – 7,6

air liur (m) empedu (m) urin (m)

6,5 – 7,5 6,8 – 7,0 4,8 – 8,4

Keterangan: • Rumus molekul untuk: Asam tatrat, (HOOC)(OH)HCCH(OH)(COOH) Asam sitrat, (HOOC)(OH)C(CH2COOH)2 • m = manusia; h = hewan.

228

Lampiran 25. Tetapan Disosiasi Asam-Asam Organik Dalam Pelarut Air (25 °C) No.

Nama Asam Organik

1. 2.

Adipamat Adipat

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Akrilat Alloksanat -Aminoasetat (gliserin) o-Aminobenzoat m-Aminobenzoat p-Aminobenzoat o-Aminobenzosulfonat m-Aminobenzosulfonat p-Aminobenzosulfonat Anisat Asetat Asetoasetat Askorbat

16.

dl-Aspartat

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31

Barbiturat Benzoat Benzosulfonat n-Butirat iso-Butirat Difenilasetat Dihidroksimalat Dihidroksitartrat Dikloroasetat Dikloroasetilasetat Etilbenzoat Etilfenilasetat Fenilasetat Format o-Ftalat

32.

m-Ftalat

Tahap

K

pK

1 2 1 2

2,35 x 10-5 3,71 x 10-5 3,87 x 10-6 5,6 x 10-5 2,3 x 10-7 1,67 x 10-10 1,07 x 10-7 1,67 x 10-5 1,2 x 10-5 3,3 x 10-3 1,85 x 10-4 5,81 x 10-4 3,38 x 10-5 1,76 x 10-5 2,62 x 10-4 7,94 x 10-5 1,62 x 10-12 1,38 x 10-4 1,51x10-10

4,63 4,43 5,41 4,25 6,64 9,78 6,97 4,78 4,92 2,48 3,73 3,24 4,47 4,75 3,58 4,10 11,79 3,86 9,82

1 2 1 2

9,8 x 10-5 6,46 x 10-5 2,0 x 10-1 1,54 x 10-5 1,44 x 10-5 1,15 x 10-4 1,12 x 10-2 1,20 x 10-2 3,32 x 10-2 7,8 x 10-3 4,47 x 10-5 4,27 x 10-5 5,2 x 10-5 1,77 x 10-4 1,3 x 10-3 3,9 x 10-6 2,9 x 10-4 2,5 x 10-5

4,01 4,19 0,70 4,81 4,84 3,94 1,95 1,92 1,48 2,11 4,35 4,37 4,28 3,75 2,89 5,51 3,54 4,60

1 2

229

No.

Nama Asam Organik

33.

p-Ftalat

34.

trans-Fumarat

35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.

Furoat Gallat Glikol Glikolat Gliserol Glisin Glutaramat Glutarat

43. 44. 45. 46.

Hidrokuinon Histidin Iodoasetat Itakonat

47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.

n-Kaproat iso-Kaproat Karbolat Kloroasetat o-Kresol m-Kresol p-Kresol Kuinolat Lysin Malat

57.

Maleat

58.

Malonat

59. 60. 61.

dl-Mandelat Misitilenat Mesakonat

62. 63.

Metilmalonat Metilsuksinat

64.

Naftalensulfonat

Tahap

1 2 1 2

1 2

1 2

1 2 1 2 1 2

1 2 1 2

K

pK

10-4

3,1 x 1,5 x 10-5 9,30 x 10-4 3,62 x 105 6,76x10-4 3,9 x 10-5 6 x 10-15 1,48 x 10-4 1,7 x 10-15 1,67 x 10-10 3,98 x 10-5 4,58 x 10-5 3,89 x 10-6 4,5 x 10-11 6,7 x 10-10 7,5 x 10-4 1,40 x 10-4 3,56 x 10-6

3,51 4,82 3,03 4,44 3,17 4,41 14,22 3,83 14,15 9,78 4,60 4,31 5,41 10,35 9,17 3,12 3,85 5,45

1,43 x 10-5 1,46 x 10-5 1,28 x 10-10 1,40 x 10-3 6,3 x 10-11 9,8 x 10-11 6,7 x 10-11 3 x 10-3 2,95 x 10-11 3,9 x 10-4 7,8 x 10-6 1,42 x 10-2 8,57 x 10-7 1,49 x 10-2 2,03 x 10-6 1,4 x 10-4 4,8 x 10-5 8,22 x 10-4 1,78 x 10-5 1,17 x 10-4 7,4 x 10-5 2,3 x 10-6 2,7 x 10-1

4,83 4,84 9,89 2,85 10,20 10,01 10,17 2,52 10,53 3,40 5,11 1,83 6,07 2,83 5,69 3,85 4,32 3,09 4,75 3,07 4,13 5,64 0,57 230

No.

Nama Asam Organik

65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72.

-Naftoat -Naftoat -Naftol -Naftol o-Nitrofenol m-Nitrofenol p-Nitrofenol Oksalat

73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80.

Pikrat Pimelat Propionat Pyrokatekol Resorsinol sis-Sinamat trans-Sinamat Sitrat

81.

Suksinat

82. 83.

Sulfamilat -Tartrat

84.

meso-Tartrat

85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99.

Tereftalat Tioasetat o-Toluat m-Toluat p-Toluat Trikloroasetat Triklorofenol 2,4,6-Trinitrofenol Tryptofan Tyrosin Urat n-Valerat iso-Valerat Veronal Vinilasetat

Tahap

1 2

1 2 3 1 2 1 2 1 2

K

pK

2 x 10-4 6,8 x 10-5 4,6 x 10-10 3,1 x 10-10 6,8 x 10-8 5,3 x 10-9 7x10-8 5,90 x 10-2 6,40 x 10-5 4,2 x 10-1 3,09 x 10-5 1,34 x 10-5 1,4 x 10-10 1,55 x 10-10 1,3 x 10-4 3,65 x 10-5 7,10 x 10-4 1,68 x 10-5 4,1 x 10-7

3,70 4,17 9,34 9,51 7,17 8,28 7,15 1,23 4,19 0,38 4,71 4,87 9,85 9,81 3,89 4,44 3,14 4,77 6,39

6,89 x 10-5 2,47 x 10-6 5,9 x 10-4 1,04 x 10-3 4,55 x 10-5 6 x 10-4 1,53 x 10-5 3,1 x 10-4 4,7 x 10-4 1,22 x 10-4 5,32 x 10-5 4,33 x 10-5 2 x 10-1 1 x 10-6 4,2 x 10-1 4,2 x 10-10 3,98 x 10-9 1,3 x 10-4 1,51 x 10-5 1,7 x 10-5 3,7 x 10-8 4,57 x 10-5

4,16 5,61 3,23 2,98 4,34 3,22 4,82 3,51 3,33 3,91 4,27 4,36 0,70 6,00 0,38 9,38 8,40 3,89 4,82 4,77 7,43 4,34 231

Lampiran 26. Tetapan Disosiasi Basa-Basa Organik Dalam Pelarut Air (25 °C) No.

Nama Basa Organik

1. 2. 3. 4.

Akridin -Alanin Anilin Arginin

5. 6.

Asetamida Asparagin

7.

Benzidin

8. 9. 10. 11.

Benzilamin Dimetilamin Etilamin Glisilserin

12

Glisin

13

dl-Histidin

14 15

Imidazo Isoleusin

16.

Kuinin

17. 18.

Kuinolin Leusin

19. 20.

Metilamin Metionin

21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

-Naftilamin -Naftilamin Norleusin Penantridin 1,10-Penantrolin Perimidin Piperazin

Tahap

K

pK

10-6

1 2 1 2 1 2

1 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2

1 2

2,63x 4,52 x 10-3 2,34 x 10-5 1,51 x 10-2 1,01 x 10-9 2,34 x 10-1 6,12 x 10-3 1,41 x 10-9 2,19 x 10-5 2,69 x 10-4 4,67 x 10-10 1,85 x 10-11 1,56 x 10-11 1,04 x 10-3 4,17 x 10-9 4,46 x 10-3 1,68 x 10-10 1,58 x 10-2 9,12 x 10-7 4,67 x 10-10 1,11 x 10-7 4,81 x 10-3 1,74 x 10-10

5,58 2,34 4,63 1,82 8,99 0,63 2,21 8,85 4,66 3,57 9,33 10,37 10,81 2,98 8,38 2,35 9,78 1,80 6,04 9,33 6,95 2,32 9,76

3,02 x 10-9 7,41 x 10-5 1,25 x 10-5 4,70 x 10-3 1,80 x 10-10 2,70 x 10-11 6,02 x 10-3 5,37 x 10-10 1,20 x 10-4 6,92 x 10-5 4,62 x 10-5 2,63 x 10-6 1,44 x 10-5 4,47 x 10-7 1,48 x 10-10 2,76 x 10-6

8,52 4,13 4,90 2,33 9,74 10,66 2,22 9,27 3,92 4,16 2,34 5,58 4,84 6,35 9,83 5,56

232

No.

Nama Basa Organik

28. 29.

Piperidin Prolin

30. 31. 32. 33. 34.

Purin Pyrazin Pyridazin Pyridin Serin

35. 36.

Sinotin Sistin

37. 38. 39. 40. 41. 42.

Taurin Tiazol o-Toluidin m-Toluidin p-Toluidin Treonin

43. 44. 45.

Trietilamin Trimetilamin Triptofan

46.

Tyrosin

47. 48.

Urea Valin

Tahap

1 2

1 2 1 2 2

1 2

1 2 2 3 1 2

K

pK

7,53 x 10-12 1,11 x 10-2 2,29 x 10-11 5,01 x 10-3 2,24 x 10-1 5,76 x 10-3 5,62 x 10-6 5,49 x 10-3 6,19 x 10-10 4,27 x 10-3 1,25 x 10-2 5,76 x 10-9 8,69 x 10-10 3,63 x 10-3 3,63 x 10-5 1,86 x 10-5 8,32 x 10-6 8,16 x 10-3 7,94 x 10-10 9,77 x 10-12 1,55 x 10-10 3,72 x 10-3 3,63 x 10-10 7,76 x 10-10 7,41 x 10-11 7,94 x 10-1 5,17 x 10-3 1,91 x 10-10

11,12 1,95 10,64 2,30 0,65 2,24 5,25 2,19 9,21 2,37 1,90 8,24 9,06 2,44 4,44 4,73 5,08 2,09 9,10 11,01 9,81 2,43 9,44 9,11 10,13 0,1 2,29 9,72

233

Lampiran 27. Tetapan Disosiasi Asam-Asam Anorganik Dalam Larutan Air (25C) Rumus Kimia

Nama Asam

Tahap

K

pK

H3AsO4

Asam Arsenat

H3AsO3 H3BO3

Asam Arsenit Asam orto-Borat

1 2 3 1 1 2 3

5,62 x 10-3 1,70 x 10-7 3,95 x 10-12 6 x 10-10 7,3 x 10-10 1,8 x 10-13 1,6 x 10-14

2,25 6,77 11,60 9,23 9,14 12,74 13,80

H2B4O7

Asam Tetraborat

H3PO4

Asam orto-Fosfat

H3PO3

Asam Fosfit

H4P2O7

Asam Pirofosfat

1 2 1 2 3 1 2 1 2 3 4

 10-4  10-9 7,52 x 10-3 6,23 x 10-8 2,2 x 10-13 1,0 x 10-2 2,6 x 10-7 1,4 x 10-1 3,2 x 10-2 1,7 x 10-6 6 x 10-9

 4,00  9,00 2,12 7,21 12,67 2,00 6,59 0,85 1,49 5,77 8,22

HIO HIO3 HIO4 H2CO3

Asam Hipoiodit Asam Iodat Asam Periodat Asam Karbonat

HClO HClO4 H2Cr2O4

Asam Hipoklorit Asam Perklorat Asam Kromat

2,3 x 10-11 1,69 x 10-1 2,3 x 10-2 4,30 x 10-7 5,61 x 10-11 2,95 x 10-5 1,78 x 10-2 1,8 x 10-1 3,20 x 10-7 4 x 10-4 4,93 x 10-10 9,1 x 10-8 1,1 x 10-12 1,54 x 10-2 1,02 x 10-7 1,20 x 10-2

10,64 0,77 1,64 6,37 10,25 4,53 1,77 0,74 6,49 3,40 9,31 7,04 11,96 1,81 6,91 1,92

HNO2 HCN H2S

Asam Nitrit Asam Sianida Asam Sulfida

H2SO3

Asam Sulfit

H2SO4

Asam Sulfat

1 2

1 2

1 2 1 2 2

234

Lampiran 28. Tetapan Disosiasi Basa-Basa Anorganik Dalam Larutan Air (25C) Basa

pKb

Catatan

Basa

pKb

Catatan

NH3

4,75

B

L(OH)2

Kuat

H

1,2

P

N2H4

6,05

B

Ca(OH)+

N2H5+

14

B

Sr(OH)+

0,7

P

NH2OH

8,04

B

Ba(OH)+

0,6

P

PH3

28

B;T

Al(OH)3

8,3

A; C; P

LiOH

0,2

P

Al(OH)2+

9,7

A; C; P

MOH

Kuat

-

Zn(OH)2

6,1

A; H; C; P

Be(OH)2

5,75

A; C

Cd(OH)2

10,3

A; H; C; P

Be(OH)+

8,6

A; C

Hg(OH)2

11,2

H; P

Mg(OH)2

1

H; C

AgOH

2

A; H

Mg(OH)+

2,6

P; C

Keterangan: – MOH meliputi Na, K, Rb, Cs. – L(OH)2 meliputi Ca, Sr, Ba. – Basa-basa dengan harga pK < 0 ditunjukkan sebagai ‘kuat’. A B P H C T

= dapat bereaksi dengan basa-kuat berlebih. = basa Bronsted (penerima proton). = sangat peka terhadap medium ionis. = sifat basa hilang pada basa yang rendah kelarutannya. = disosiasi melemah (menghilang) bila terjadi pembentukan kompleks. = perkiraan harga yang diturunkan dari perhitungan kinetik.

235

Lampiran 29. Indikator-Indikator Asam–Basa Indikator

Perkiraan rentang pH

Perubahan warna

Alizarin

5,6 - 7,2 11,0 - 12,4

K ke M M ke Purp

10,1 - 12,0

K ke M

4,6 - 6,0 2,2 - 4,2 6,6 - 7,8

K ke M vt ke M K ke J

3,0 - 4,6

K ke B

3,8 – 5,4

K ke B

5,2 - 6,8

K - ML

6,0 - 7,6 7,4 - 8,6 10,2 - 11,8

K ke B K ke M

2,8 - 4,4

M ke K

2-(p-Dimetilaminofenilazo)-piridin

0,2 - 1,8 4,4 - 5,8

K ke M M ke K

m-Dinitrobenzoilen urea 6,8-Dinitro-2.4-(1H)quinazolindion

6,4 - 8,0

Tb ke K

2,2 - 3,6 8,4 - 9,6 3,4 - 4,8 4,0 - 5,8 0,0 - 2,4 1,2 - 2,6 4,0 - 5,6 8,2 - 10,0 6,6 - 8,0 11,4 - 13,0

J ke M Tb - B M ke K Tb - M K ke B M ke K M ke K Tb ke Mm K ke M M ke B B ke K

Alizarin Kuning R Asam 5-(p-nitrofenilazo)salisilat; garam Na Alizarin Merah S Benzopurpurin 48 Brillian Kuning Bromofenol Biru 3’, 3’’, 5’, 5’’-tetrabromofenolsulfonftalin Bromokresol Hijau 3’, 3’’, 5’, 5’’-tetrabromo-m-kresol-sulfonftalin Bromokresol Merah Lembayung 5’, 5’’-dibromo-o-kresolsulfonftalin Bromotimol Biru 3’,3’’-dibromotimolsulfonftalin Curcumin p-Dimetilaminoazobenzen p–Dimetilaminoazobenzen N,N-Dimetil-p-fenilazoanilin

Diklorofluoresin Eritrosin ; garam dinatriumnya Etil-bis(2,4-dimetilfenil)asetat Etil Jingga Etil Merah Etil Ungu 4-Fenilazodifenilamin 4-Fenilazo-1-naftilamin Fenolftalein Fenil Merah  Fenolsulfonftalin  Feroin  Ferofenantrolin ion  5,5’-Indigodisulfonat ; garam dinatrium

236

Perkiraan rentang pH

Perubahan warna

Jingga IV p-(p-anilinofenilazo)benzensulfonat ; garam Na 

1,4 - 2,8

M ke K

Klorofenol Merah 3’,3’’-Diklorofenolsulfonftalin Kongo Merah o-Kresolftalin

5,2 - 6,8 3,0 - 5,0 8,2 - 9,8 0,1 - 1,0 7,0 - 8,8

K-M B ke M Tb ke M M ke K K ke M

0,0 - 1,8 1,0 - 2,2 4,4 - 6,2 5,0 - 8,0 0,2 - 1,8 6,8 - 8,0 1,2 - 2,8 7,4 - 9,0 1,2 - 2,4 0,2 - 1,8 3,2 - 4,4 4,8 - 6,0 0,0 - 1,6 8,2 - 10,0 6,8 - 8,6 5,4 - 6,6

K ke B Tb ke M M ke B M ke B K ke HB M ke Amb M ke K K ke Ml M ke K K ke B M ke K M ke K K ke B J ke B Tb ke K Tb ke K

1,0 – 3,0

M ke K

4,8 - 6,6

M ke K J ke U K ke B

Indikator

Kresol Merah o-Kresolsulfonftalin Kristal Ungu Kumaldin Merah Lakmoid Lakmus { azolitmin } Malasite Hijau Merah Netral Metakresol Ml  m-Kresolsulfonftalin  Metanil Kuning Metil Hijau Metil Jingga  MO  Metil Merah  MR  Metil Ungu p-Naftolbenzen m-Nitrofenol p-Nitrofenol Parametil Merah p-(p-dimetilaminofenilazo)-benzoat ; garam Na Propil Merah Timol Biru Timolsulfonftalin Timolftalin 4-o-Tolilazo-o-toluidin 1,3,5-Trinitrobenzen 2,4,6-Trinitrotoluen

1,2 - 2,2 8,0 - 9,6 9,4 - 10,6 1,4 - 2,8 12,0 - 14,0 11,5 - 13,0

M ke K Tb ke B M ke K Tb ke M Tb ke M

237

Lampiran 30. Indikator Pendar-Fluor (Fluoresen) pH 0 ke 2 Benzoflavin Eosin YS Eritrosin Eskulin 772

dari pH

ke pH

0,3 ; lK 0 ; wK 0 ; wK 1,5 ; Tb

1,7 ; lH 3,0 ; lK 3,6 ; lK 2,0 ; lB

6,5 ; Tb 5,8 ; lB 6,5 ; Tb 7,0 ; Tb 6,0 ; Tb

7,5 ; lU 8,2 ; lH 7,5 ; lE 7,5 ; lB 7,5 ; lB

2,5 ; Tb 4 ; Tb 3,4 ; Tb 2,8 ; Tb

3,5 ; lB 4,5 ; lH 4,8 ; lB 4,4 ; lU

pH 6 ke 8 Diazol Kuning-brilian Magnesium 8-hidrokuinolinat 3-Metilumbeliferon 1-Naftol-4-asam sulfonat pH 2 ke 4 Asam Salisilat Eosin YS -Naftilamin -Naftilamin

pH 8 ke 10 Garam G Garam R Asam -Naftionat -Naftol Asam -Naftolsulfonat Kuinin (Tb ke 2) Natrium 1-naftol-2-sulfonat

9,0 ; lBp 9,0 ; lBp 9 ; lB 8,6 ; Tb 8,0 ; lBg 9,5 ; lU 9,0 ; lBg

9,5 ; lBt 9,5 ; lBt 11 ; lH 9,5 ; lB 9,0 ; lUt 10,0 ; Tb 10,0 ; lUt

4,0; Tb 5,4; Tb 4,0; Tb 4,4; l.K 4,0; w.K 5,0; l.B

5,0; l.H 7,6; l.BU 4,5; l.KH 6,4; l.j 5,0; l.B 6,0; l.U

pH 4 ke 6 Diklorofluoresin 3,6-Dioksixanton Eritrosin 772 Resorufin Asam Kuininat Kuinin Keterangan:

l = lapisan; w = warna; B = biru; Bg = biru-gelap; Bp = biru-pudar; Bt = biru terang; BH = biru-hijau; BU = biru-ungu; E = emas; H = hijau; J = jingga; K = kuning; KH = kuning-hijau; U = ungu; Ut = ungu-terang; P = putih; Tb = tak-berwarna.

238

Lampiran 31. Tetapan Ketakstabilan Kompleks (Tetapan Disosiasi Ion Kompleks) Rumus Kimia Ion Kompleks

Tetapan Disosiasi

AlF3-6 Al(OH)4Al(OH)2+ Cd(NH3)42+ Cd(CN)4-2 Co(NH3)62+ Co(NH3)63+ Cu(NH3)2+ Cu(NH3)42+ Cu(CN)2Cu(OH)+ Cu(OH)2+ Fe(CN)64Fe(CN)63HgBr42-

1,4 x 10-20 1,3 x 10-34 7,1 x 10-10 7,5 x 10-8 1,4 x 10-19 1,3 x 10-5 2,2 x 10-34 1,4 x 10-11 4,7 x 10-15 1,0 x 10-16 1,0 x 10-8 5,0 x 10-11 1,0 x 10-35 1,0 x 10-42 2,3 x 10-22

Rumus Kimia Ion Kompleks

Tetapan Disosiasi

HgCl42Hg(CN)42HgI42Ni(NH3)42+ Ni(NH3)62+ Ag(NH3)2+ Ag(CN)2Ag(S2O3)23Ag(S2O3)35Zn(NH3)42+ Zn(CN)42+ Zn(OH)42Zn(OH)+ Pb(OH)+

1,1 x 10-16 4,0 x 10-42 5,3 x 10-31 1,0 x 10-8 1,8 x 10-9 6,0 x 10-8 1,8 x 10-19 5,0 x 10-14 9,9 x 10-15 3,4 x 10-10 1,2 x 10-18 3,6 x 10-16 4,1 x 10-5 1,5 x 10-8

Lampiran 32. Daftar Zat Baku Primer Volumetrik Zat Baku Primer

Rumus

BE BM

BE

HN:C(NHC6H5)2 KHCO3 KIO3 Na2CO3 anh. Na2C2O4 Na2B4O7.10H2O

1 1 1/6 1/2 1/2 1/2

211,26 100,12 35,67 53,00 67,01 190,72

C6H5COOH H2C2O4.2H2O KHC2O4 KHC8H4O4 KHC4H4O6 Na2B4O7.10H2O

1 1/2 1 1 1 1/2

122,12 63,03 128,13 204,22 188,12 190,72

a. asidimetri s-Difenilguanidin Kalium bikarbonat Kalium iodat Natrium karbonat Natrium oksalat Natrium tetraborat (boraks) b. alkalimetri Asam benzoat Asam oksalat (kristal)* Kalium oksalat-asam Kalium ftalat-asam Kalium tartrat-asam Natrium tetraborat (boraks)

239

Rumus

BE BM

BE

c. oksidimetri Asam oksalat (kristal)* Kalium ferrosianida Kalium iodat Natrium oksalat

H2C2O4.2H2O K4Fe(CN)6.3H2O KIO3 Na2C2O4

1/2 1 1/6 1/2

63,03 422,41 35,67 67,01

d. iodometri Arsen(III)oksida Asam oksalat (kristal)* Iodin (resublimasi) Kalium bromat Kalium dikromat Kalium ferrisianida Kalium iodat Natrium tiosulfat

As2O3 H2C2O4.2H2O I2 KBrO3 K2Cr2O7 K3Fe(CN)6 KIO3 Na2S2O3.5H2O

1/4 1/2 1 1/6 1/6 1 1/6 2

49,455 63,03 126,91 27,836 49,037 329,26 35,668 248,21

KBr KCl NaCl

1 1 1

199,02 74,56 58,45

Zat Baku Primer

e. argentometri Kalium bromida Kalium klorida Natrium klorida

Keterangan: * Sukar untuk mendapatkan 2 molekul air secara pasti, hanya dengan pembuatan cermat baku primer ini memadai.

Lampiran 33. Sifat Fisik Pelarut Dan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal (KF) Pelarut

Massa-jenis (g/mL)

Air Asam asetat (asam etanoat) Asam Format (asam metanoat) Asam Stearat (asam oktadekanoat) Benzen Difenil (fenil benzen) Difenilamin Fenol Nitrobenzen Naftalen

1,00 4 1,05 20 / 4 1,22 20 / 4 0,94 20 / 4 0,88 20 / 4 0,87 20 / 4 1,16 20 / 4 1,06 20 / 4 1,20 20 / 4 1,14 20 / 4

Titik Beku (0C)

Kb (der/molal)

0,0 16,6 8,4 71,2 5,5 71 53 43 5,7 80,5

1,86 3,90 2,77 4,50 4,90 8,00 8,60 7,40 7,00 6,85

240

Lampiran 34. Sifat Fisik Pelarut Dan Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal (KB) Pelarut

Massa-jenis, d Titik Didih (g.cm-3) (0C)

Kb (der/molal) Koreksi (*)

Air Aseton (2-propanon) Asam asetat (asam etanoat) Benzen

0,79 20 / 4 1,05 20 / 4 0,88 20 / 4

100 56,2 117,9 80,1

0,51 1,71 3,07 2,53

0,0001 0,0004 0,0008 0,0007

Etanol (etil alkohol) Metanol (metil alkohol) Karbon tetraklorida Kloroform Karbon disulfida n-Heksana Sikloheksana

0,789 20 / 4 0,791 20 / 4 1,59 20 / 4 1,48 20 / 4 1,26 20 / 4 0,66 20 / 4 0,779 20 / 4

78,5 64,8 76,5 61,7 46,2 69,0 80,9

1,22 0,83 5,03 3,63 2,34 2,75 2,79

0,0003 0,0002 0,0013 0,0009 0,0006 0,0007 0,0007

Nitrobenzen Anilin (fenilamin) Etil asetat n-Oktana Toluen (metil benzen) Metil asetat

1,20 20 / 4 1,02 20 / 4 0,90 20 / 4 0,703 20 / 4 0,867 20 / 4 0,93 20 / 4

210,8 184,6 77,1 125,7 110,6 57,1

5,24 3,52 2,77 4,02 3,33 2,15

0,0013 0,0009 0,0007 0.0010 0,0008 0,0005

Keterangan: (*) Nilai koreksi pada kolom akhir merupakan nilai derajat yang berkurang untuk setiap mmHg dari perbedaan antara nilai bacaan barometer dan nilai 760 mmHg.

241

Lampiran 35. Daftar Kelarutan, Dan Tetapan Hasilkali Kelarutan Senyawa (25C) RUMUS KIMIA

KSP

KELARUTAN (mol per liter)

KELARUTAN (gram per liter)

4,68 x 10-6 5,61 x 10-12 3,70 x 10-15 2,06 x 10-13 5,27 x 10-15 5,92 x 10-15 1,09 x 10-15 5,47 x 10-16 6,23 x 10-17 4,87 x 10-17 5,60 x 10-20 1,42 x 10-20 3,13 x 10-26 5,45 x 10-27 2,64 x 10-39

1,054 x 10-2 1,119 x 10-4 1,082 x 10-4 3,721 x 10-5 1,096 x 10-5 1,140 x 10-5 6,483 x 10-6 8,178 x 10-6 2,500 x 10-6 2,301 x 10-6 2,410 x 10-7 1,525 x 10-7 1,985 x 10-9 1,109 x 10-9 9,44 x 10-11

7,809 x 10-1 6,526 x 10-3 8,440 x 10-3 3,310 x 10-3 1,605 x 10-3 1,060 x 10-3 6,026 x 10-4 7,581 x 10-4 2,485 x 10-4 2,068 x 10-4 2,351 x 10-5 3,679 x 10-5 4,657 x 10-7 1,694 x 10-7 1,009 x 10-8

8,15 x 10-4

5,884 x 10-2

4,348

1,20 x 10-3

3,464 x 10-2

2,909

8,60 x 10-5 4,83 x 10-6 6,82 x 10-6 7,42 x 10-11 9,86 x 10-25

9,274 x 10-3 2,612 x 10-3 2,647 x 10-4 6,620 x 10-6

1,042 2,202 x 10-1 1,649 x 10-2 1,740 x 10-3

6,47 x 10-6 7,54 x 10-7 7,10 x 10-5 1,46 x 10-10 4,96 x 10-9 2,34 x 10-9 2,07 x 10-33

1,174 x 10-2 8,426 x 10-3 3,317 x 10-4 7,043 x 10-5 1,139 x 10-7

4,577 1,147 2,590 x 10-2 7,049 x 10-3 3,533 x 10-5

Basa-basa

Ca(OH)2 Mg(OH)2 Al(OH)3 Mn(OH)2 Cd(OH)2 Co(OH)2 biru Co(OH)2 pink Ni(OH)2 Zn(OH)2 Fe(OH)2 Cu(OH)2 Pb(OH)2 Hg(OH)2 Sn(OH)2 Fe(OH)3 Garam Litium

Li2CO3 Garam Natrium

NaHCO3 Garam Magnesium

MgC2O4 MgC2O4.2H2O MgCO3 MgF2 Mg3(PO4)2 Garam Kalsium

Ca(IO3)2 Ca(IO3)2.6H2O CaSO4 anh. CaF2 CaCO3 CaC2O4.H2O Ca3(PO4)2

242

RUMUS KIMIA

KSP

KELARUTAN (mol per liter)

KELARUTAN (gram per liter)

8,60 x 10-5 3,60 x 10-5 4,33 x 10-9 3,44 x 10-7 5,60 x 10-8 5,60 x 10-10 4,29 x 10-19 1,00 x 10-31

9,274 x 10-3 6,000 x 10-3 1,027 x 10-3 5,865 x 10-4 2,366 x 10-5 8,314 x 10-6 2,474 x 10-7

1,795 1,221 1,290 x 10-1 1,077 x 10-1 3,449 x 10-3 1,892 x 10-3 9,552 x 10-5

4,01 x 10-9 1,67 x 10-9 1,84 x 10-7 1,50 x 10-8 2,58 x 10-9 1,07 x 10-10 1,17 x 10-10 6,0 x 10-39

1,001 x 10-3 3,583 x 10-3 1,225 x 10-4 5,079 x 10-5 1,034 x 10-5 1,082 x 10-5 8,891 x 10-9

4,876 x 10-1 6,282 x 10-1 2,761 x 10-2 1,002 x 10-2 2,413 x 10-3 2,741 x 10-3 5,352 x 10-6

9,83 x 10-21

9,91 x 10-11

1,21 x 10-8

4,29 x 10-6 7,50 x 10-9 1,19 x 10-10 3,12 x 10-28 2,93 x 10-25

1,024 x 10-2 8,660 x 10-5 1,091 x 10-5 1,236 x 10-6 5,413 x 10-13

4,252 1,328 x 10-2 1,368 x 10-3 5,858 x 10-4 5,274 x 10-11

2,49 x 10-8 1,42 x 10-8 6,18 x 10-12 2,53 x 10-33 2,17 x 10-33 1,40 x 10-29

8,538 x 10-4 2,486 x 10-6 1,186 x 10-7 1,150 x 10-7 3,742 x 10-15

3,946 x 10-1 4,286 x 10-4 1,186 x 10-5 7,073 x 10-5 5,406 x 10-13

3,25 x 10-28

1,803 x 10-14

2,718 x 10-12

Garam Strontium

SrC2O4 SrCrO4 SrF2 SrSO4 SrC2O4.H2O SrCO3 Sr3(AsO4)2 Sr3(PO4)2 Garam Barium Ba(IO3)2 Ba(IO3)2.H2O BaF2 BaC2O4 BaCO3 BaSO4 BaCrO4 Ba3(PO4)2 Garam Aluminium

AlPO4 Garam Seng Zn(IO3)2 ZnC2O4 ZnCO3 Zn3(AsO4)2 ZnS Garam Kadmium

Cd(IO3)2 CdC2O4.3H2O CdCO3 Cd3(PO4)2 Cd3(AsO4)2 CdS Garam Timah

SnS

243

KSP

KELARUTAN (mol per liter)

KELARUTAN (gram per liter)

4,37 x 10-7 2,24 x 10-11 4,65 x 10-14

4,781 x 10-3 4,733 x 10-6 2,156 x 10-7

1,935 5,441 x 10-4 1,876 x 10-5

2,36 x 10-6 3,07 x 10-11 1,59 x 10-19 9,92 x 10-29

1,536 x 10-3 5,541 x 10-6 3,987 x 10-10 -

1,441 x 10-1 6,420 x 10-4 3,505 x 10-8 -

6,79 x 10-29 2,05 x 10-35 5,00 x 10-22

9,114 x 10-7 4,525 x 10-8 2,236 x 10-11

4,799 x 10-4 1,662 x 10-5 2,035 x 10-9

4,71 x 10-5 1,42 x 10-7 4,73 x 10-32 1,07 x 10-21

2,275 x 10-2 3,768 x 10-4 2,130 x 10-7 3,271 x 10-11

9,293 4,473 x 10-2 7,796 x 10-5 2,968 x 10-9

BiAsO4

4,43 x 10-10

2,105 x 10-5

7,323 x 10-3

Bi2S3

1,82 x 10-99

7,004 x 10-21

3,601 x 10-18

1,72 x 10-7 6,27 x 10-9 4,43 x 10-10 2,50 x 10-10 1,27 x 10-12 1,77 x 10-13 7,93 x 10-36 1,39 x 10-37 2,26 x 10-48 1,27 x 10-36

4,147 x 10-4 7,918 x 10-5 2,105 x 10-5 1,581 x 10-5 1,127 x 10-6 4,207 x 10-7 3,743 x 10-8 1,667 x 10-8 8,267 x 10-17 1,127 x 10-18

4,106 x 10-2 1,136 x 10-2 3,190 x 10-3 1,953 x 10-3 2,146 x 10-4 5,117 x 10-5 1,754 x 10-5 6,344 x 10-6 1,583 x 10-15 1,078 x 10-16

RUMUS KIMIA Garam Mangan

Mn(IO3)2 MnCO3 MnS Garam Besi

FeF2 FeCO3 FeS FePO4.2H2O Garam Kobal

Co3(AsO4)2 Co3(PO4)2 CoS Garam Nikel

Ni(IO3)2 NiCO3 Ni3(PO4)2 NiS Garam Bismut

Garam Tembaga

CuCl CuBr CuC2O4 CuCO3 CuI CuSCN Cu3(AsO4)2 Cu3(PO4)2 Cu2S CuS

244

RUMUS KIMIA

KSP

KELARUTAN (mol per liter)

KELARUTAN (gram per liter)

2,11 x 10-5 1,17 x 10-5 6,60 x 10-6 7,12 x 10-7 8,49 x 10-9 1,82 x 10-8 3,68 x 10-13 8,51 x 10-10 1,46 x 10-13 9,04 x 10-29

1,741 x 10-2 1,430 x 10-2 1,182 x 10-2 5,625 x 10-3 1,285 x 10-3 1,349 x 10-4 4,514 x 10-5 2,917 x 10-5 3,382 x 10-7 9,508 x 10-15

5,630 3,977 4,338 1,379 5,924 x 10-1 4,091 x 10-2 2,514 x 10-2 8,612 x 10-3 9,037 x 10-5 2,275 x 10-12

3,10 x 10-6 7,99 x 10-7 1,75 x 10-13 3,67 x 10-17 1,45 x 10-18 3,12 x 10-20 2,82 x 10-29 6,41 x 10-23 5,33 x 10-29 6,44 x 10-53 2,00 x 10-53

1,761 x 10-3 5,846 x 10-3 3,524 x 10-5 2,093 x 10-6 1,204 x 10-9 1,766 x 10-10 1,917 x 10-10 8,006 x 10-12 7,301 x 10-15 8,025 x 10-27 4,472 x 10-27

3,867 x 10-1 2,907 1,724 x 10-2 9,653 x 10-4 2,842 x 10-7 4,568 x 10-8 8,711 x 10-8 2,246 x 10-9 2,391 x 10-12 1,867 x 10-24 1,040 x 10-24

1,94 x 10-3 1,20 x 10-5 5,34 x 10-5 3,17 x 10-8 8,45 x 10-12 5,40 x 10-12 1,12 x 10-12 8,88 x 10-17 1,03 x 10-22 1,77 x 10-10 5,35 x 10-13 8,51 x 10-17 1,03 x 10-12 5,97 x 10-17 6,69 x 10-50

4,405 x 10-2 1,442 x 10-2 7,308 x 10-3 1,780 x 10-4 1,283 x 10-4 1,105 x 10-4 6,542 x 10-5 4,259 x 10-5 1,400 x 10-6 1,330 x 10-5 7,314 x 10-7 9,225 x 10-9 1,015 x 10-6 7,727 x 10-9 2,557 x 10-17

7,353 4,496 1,723 5,033 x 10-2 3,538 x 10-2 3,357 x 10-2 2,170 x 10-2 1,783 x 10-2 6,475 x 10-4 1,906 x 10-3 1,374 x 10-4 2,166 x 10-6 1,684 x 10-4 1,035 x 10-6 6,336 x 10-15

Garam Timbal

Pb(SCN)2 PbCl2 PbBr2 PbF2 PbI2 PbSO4 Pb(IO3)2 PbC2O4 PbCO3 PbS Garam Raksa

HgF Hg2SO4 Hg2C2O4 Hg2CO3 HgCl HgSCN HgI2 HgBr HgI HgS (hitam) HgS (merah) Garam Perak

AgCH3COO Ag2SO4 AgBrO3 AgIO3 Ag2CO3 Ag2C2O4 Ag2CrO4 Ag3PO4 Ag3AsO4 AgCl AgBr AgI AgSCN AgCN Ag2S

245

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ba(CH3COO)2.H2O BaCl2 BaCl2.2H2O Ba(NO3)2 Ba(OH)2.8H2O BiCl3 Bi(NO3)2.5H2O

AgNO3 AlCl3 AlCl3.6H2O Al(NO3)3.9H2O Al2(SO4)3 Al2(SO4)3.18H2O Al2O3.2SiO2.2H2O

No. Rumus Kimia Garam

194,20 236,16 147,03 142,98 243,01 238,98 199,89

273,46 208,24 244,27 261,38 315,47 315,34 485,10

169,87 133,34 241,44 375,13 342,14 666,43 258,16

B.M.

jarum ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna tak berwarna ; higroskopis serbuk purih putih kekuningan tak berwarna jarum; tak berwarna

triklin ; tak berwarna kubik ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna kubus ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna kristal ; putih triklin ; tak berwarna

rombik; tak-berwarna putih rombik ; tak berwarna rombik ; tak berwarna putih ; serbuk monoklin ; tak berwarna rombik ; putih

Bentuk Kristal ; warna

34,7 0 660 30 279 0 sL 177,7 8 188,6 25 142 30

76,4 26 29 30 29 30 8,7 20 5,6 15 d d

122 0 69,9 15 L 63,7 25 31,3 0 86,9 0 tL

Kelarutan dlm 100 g air

kalsium asetat hidrat kalsium nitrat hidrat kalsium klorida hidrat kalsium hipoklorit (kaporit) kalsium klorat hidrat kalsium perklorat kalsium bromida

barium asetat hidrous barium klorida anh. barium klorida dihidrat barium nitrat barium hidroksida oktahidrat bismut klorida bismut nitrat pentahidrat

perak nitrat aluminium klorida aluminium klorida hidrat aluminium nitrat aluminium sulfat anhidrous aluminium sulfat hidrat (alunogenit) aluminium silikat (kaolin)

Lampiran 36. Sifat-Sifat Garam (Rumus Kimia; Bobot Molekul; Bentuk Kristal; Warna; dan Kelarutannya dalam air)

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Ca(CH3COO)2.2H2O Ca(NO3)2.4H2O CaCl2.2H2O Ca(ClO)2 Ca(ClO3)2.2H2O Ca(ClO4)2 CaBr2

Nama Senyawa

15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Keterangan: sL = sangat larut; L = larut; kL = kurang larut; tL = tidak larut; dan d = disosiasi (terurai). 246

rombik/heksagonal; tak berwarna monoklin; tak berwarna tetragonal; tak berwarna

168 20 215 45 7 L 76,7 0 L 66,7 59 L 60,4 3 L;d

100 g air

Kelarutan dlm

100,09 208,16 64,10 monoklin ; tak berwarna jarum ; putih heksagonal; biru monoklin; ungu-kemerahan monoklin; merah kristal; merah atau kuning heksagonal; hujau prisma; ungu-kemerahan monoklin ; merah muda jarum ; biru

sL tL L L

Bentuk Kristal ; warna

228,36 308,49 129,84 165,87 237,95 165,31 218,74 626,84 281,12 730,37

jarum ; putih trigonal; ungu monoklin ; coklat monoklin ; merah lembayung

70,6 0 110,4 0 138 0 244 0 14,3 0 31,6 0

B.M.

CdCl2.2½H2O Cd(NO3)2.4H2O CoCl2 CoCl2.2H2O CoCl2.6H2O CoCl3 CoBr2 CoBr2.6H2O CoSO4.7H2O Co2(SO4)3.18H2O 122,90 158,36 373,15 400,18

serbuk ; coklat-kuning; higrosk. rombik ; hijau kristal ; biru kristal ; biru rombik ; putih triklin ; biru

No. Rumus Kimia Garam

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. CrCl2 CrCl3 Cr(NO3)3.7½H2O Cr(NO3)3.9H2O

134,45 170,49 241,60 295,65 159,60 249,50

0,0014 25 …. terurai

35. 36. 37. 38. CuCl2 CuCl2.2H2O Cu(NO3)2.3H2O Cu(NO3)2.6H2O CuSO4 CuSO4.5H2O

22. CaCO3 23. CaCO3.6H2O 24. CaC2

39. 40. 41. 42. 43. 44.

247

Nama Senyawa

kalsium karbonat anh. (marmer) kalsium karbonat hidrat kalsium karbida (karbit)

kadmium klorida hidrous kadmium nitrat hidrat kobalto klorida anh. kobalto klorida dihidrat kobalto klorida heksahidrat kobalti klorida kobalto bromida anh. kobalto bromida heksahidrat kobalto sulfat hidrat kobalti sulfat hidrat

krom(II)klorida krom(III)klorida krom(III)nitrat hidrat krom(III)nitrat hidrat

kupri klorida anhidrous kupri klorida hidrat kupri nitrat trihidrat kupri nitrat heksahidrat kupri sulfat anh. kupri sulfat hidrat (terusi)

FeCl2 FeCl2.2H2O FeCl2.4H2O FeCl3 FeCl3.6H2O Fe(NO3)2.6H2O Fe(NO3)3.6H2O FeS FeS.Fe2S3 (atau FeS2) Fe(SCN)2.3H2O Fe(SCN)3 FeSO4.7H2O Fe2(SO4)3 Fe2(SO4)3.9H2O

No. Rumus Kimia Garam

654,99 454,40 454,40 333,61 342,62 472,09 271,50

126,75 162,78 198,83 162,22 270,32 287,96 349,97 87,92 119,98 226,07 230,10 278,03 399,87 562,04

B.M.

putih ; serbuk kubus ; tak berwarna kubus ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna

kuning merah kuning ; serbuk kristal ; putih kekuningan putih ; serbuk putih ; tetragonal putih ; serbuk

heksagonal ; hijau sp. kuning monoklin; biru monoklin;biru-hijau hitam-kecoklatan kuning-coklat hijau ungu hitam-kecoklatan kuning rombik ; hijau hitam-kemerahan monoklin ; biru-hijau rombik; kuning; higroskopis rombik

Bentuk Kristal ; warna

253 20 92,3 34,4 7,1 20

kL 0,0125 kL sL L 0,000225 6,9 20

64 10 …. 160 10 74,4 0 91,9 20 83,5 20 L kL kL sL sL 48,6 50 kL 440

merkuro iodida merkuri iodida merkuri iodida merkuri nitrat hidrous merkuri nitrat monohidrous merkuro klorida (kalomel) merkuri klorida (sublimat)

fero klorida ahh. fero klorida dihidrat fero klorida tetrahidrat feri klorida anhidrous feri klorida heksahidrat fero nitrat heksahidrat feri nitrat heksahidrat fero sulfida ferro-ferri sulfida (pirit) fero tiosianat hidrat feri tiosianat fero sulfat hidrat feri sulfat anhidrous feri sulfat hidrat

Nama Senyawa

45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. Hg2I2 HgI2 HgI2 Hg(NO3)2.½H2O Hg(NO3)2.H2O Hg2Cl2 HgCl2

98,14 58,10 74,55 122,55

Kelarutan dlm 100 g air

59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. KCH3COO KF KCl KClO3

kalium asetat kalium fluorida kalium klorida kalium klorat

66. 67. 68. 69.

248

70. KClO4 71. KCl.CaCl2

No. Rumus Kimia Garam

277,85

138,55 184,54

B.M.

rombik ; putih

rombik tak berwarna kubus ; tak berwarna

Bentuk Kristal ; warna

53,5 0 13,3 40 127,5 6 4,74 0 281 0 13,3 0 50 75 25 217 20 112 20 146,9 22,4 L L 12 25 36,3 0 100 L 96,1 0 54 20 62,9 20 4,9 0

64,5 19

0,75 0 L

Kelarutan dlm 100 g air

72. KCl.MgCl2.6H2O

tak berwarna ; higroskopis trigonal ; tak berwarna putih monoklin ; tak berwarna prisma / putih kekuningan rombik/trigonal; tak berwarna kubus ; tak berwarna tetragonal ; tak berwarna rombik ; tak berwarna tak berwarna ; higroskopis tak berwarna ; higroskopis tak berwarna kubus ; kuning coklat rombik ; tak berwarna rombik ; tak berwarna rombik ; tak berwarna heksagonal ; putih-kekuningan kristal ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna kristal ; serbuk putih rombik ; kuning monoklin ; merah

KBr KBrO3 KI KIO3 KNO2 KNO3 KCN KOCN KNCS K2CO3 K2CO3.2H2O KHCO3 K2S K2S.5H2O K2SO4 KHSO4 K2SO3.2H2O KHSO3 K2S2O3.1/3H2O K2S2O5 K2CrO4 K2Cr2O7

119,00 167,00 166,00 214,00 85,10 101,10 65,12 81,12 97,18 138,21 174,24 100,12 110,26 200,33 174,25 136,16 194,29 120,16 196,32 190,10 194,19 294,18

73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.

249

Nama Senyawa

kalium perklorat kalium-kalsium klorida (kloro-kalsit) kalium-magnesium klorida hidrat (karnalit) kalium bromida kalium bromat kalium iodida kalium iodat kalium nitrit kalium nitrat (niter) kalium sianida kalium sianat kalium tiosianat kalium karbonat anhidrous kalium karbonat hidrat kalium bikarbonat kalium sulfida anhidrous kalium sulfida hidrat kalium sulfat kalium sulfat-asam ; kalium bisulfat kalium sulfit hidrat kalium bisulfit; kalium hidrogen sulfit kalium tiosulfat kalium pirosulfit ; kalium metabisulfit kalium kromat kalium dikromat

111. K2[Fe(NO)(CN)5].2H2O

110. K4Fe(CN)6.3H2O

109. K3Fe(CN)6

108. K2HgI4 atau KI.HgI2

332,33

330,17

422,39

329,25

786,40

474,38

197,13 158,03 136,09 174,18 212,27 271,90 266,47 402,71 184,23 254,19 499,39 599,30

B.M.

coklat kemerahan

putih kekuningan

monoklin ; merah

monoklin ; kuning jeruk

monoklin ; merah

kristal kuning

tak berwarna

rombik ; hijau merah lembayung tetragonal ; tak berwarna putih ; amorf rombik ; tak berwarna butiran putih/serbuk kristal monoklin ; tak berwarna tak berwarna monoklin ; putih triklin; tak berwarna merah ungu kubus ; ungu

Bentuk Kristal ; warna

0,9 7

sL

kL

100 16

27,8 12

33 4

sL

11,4 20

d 6,38 20 33 25 167 20 90 20 2,8 26 d 25 20 33 16 1,8 13 24,4 25 20 13

Kelarutan dlm 100 g air

112. K3[Co(CN)6]

371,43

prisma / kubus ; kuning

No. Rumus Kimia Garam

113. K4[Co(CN)6]

452,56

95. K2MnO4 96. KMnO4 97. KH2PO4 98. K2HPO4 99. K3PO4 100. KSb(OH)6.½H2O 101. KMgPO4.6H2O 102. K2Mg(SO4)2.6H2O 103. K2C2O4.H2O 104. KHC2O4.H2C2O4.2H2O 105. KCr(SO4)2.12H2O 106. KFe(SO4)2.12H2O 107. K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O {atau KAl(SO4)2.12H2O}

114. K3[Co(NO2)6]

250

Nama Senyawa

kalium manganat kalium permanganat kalium-dihidrogen fosfat kalium-monohidrogen fosfat kalium fosfat kalium hidrokso-antimonat kalium-magnesium fosfat hidrat kalium-magnesium sulfat hidrat kalium oksalat hidrous kalium tetroksalat hidrat kalium-krom(III)sulfat hidrat (tawas-krom) kalium-ferri sulfat hidrat kalium-aluminium sulfat hidrat (kalium-alum; tawas-kalium; tawas) kalium triiodo merkurat(II) {kalium-merkuri iodida} kalium ferrisianida { kalium heksasiano ferrat(III) } kalium ferrosianida hidrat {kalium heksasiano ferrat(II)} kalium nitroprusid hidrat kalium kobaltisianida {kalium heksasiano kobaltat(III)} kalium kobaltosianida {kalium heksasiano kobaltat(II)} kalium kobaltinitrit {kalium heksanitrito kobaltat(III) anh.}

116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. LiCH3COO.2H2O LiCl2.H2O LiNO3 LiNO3.3H2O

K2C4H4O4.3H2O KHC4H4O4.2H2O K2C4H4O6.½H2O KHC4H4O6.H2O KNaC4H4O6.4H2O KC6H2N3O7 KC7H5O3 KHC8H4O4 KC18H35O2

115. K3[Co(NO2)6].H2O

No. Rumus Kimia Garam

142,39 214,46 95,21 203,30 184,35 256,41

102,02 60,41 68,95 122,99

248,32 192,21 235,28 188,18 282,22 267,20 176,21 204,44 322,57

470,28

B.M.

kristal ; putih monoklin ; tak berwarna putih monoklin ; tak berwarna prisma ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna

rombik ; putih kristal ; putih putih jarum; tak berwarna

rombik ; higroskopis rombik rombik ; tak berwarna rombik ; tak berwarna rombik ; tak berwarna kuning kehijauan putih ; serbuk rombik ; tak berwarna kristal ; serbuk putih

kuning ; serbuk

Bentuk Kristal ; warna

71 20

sL 120 15 54,3 20 167 25 L 125

300 15 86,2 30 89,8 27 34,8 0

L L 150 14 0,42 15 66 26 0,5 15 L 10 25 ….

magnesium asetat anhidrous magnesium asetat hidrat magnesium klorida anhidrous magnesium klorida hidrat magnesium nitrat dihidrat magnesium nitrat heksahidrat magnesium sulfat hidrat (garam Epsom, atau garam Inggris)

litium asetat hidrat litium klorida hidrous litium nitrat litium nitrat hidrat

kalium kobaltonitrit hidrous {kalium heksanitrito kobaltat(II) monohidrat} kalium suksinat hidrat kalium suksinat-asam hidrat kalium tartrat hidrous kalium hidrogen tartrat hidrous kalium-natrium tartrat hidrat; garam Rochelle kalium pikrat kalium salisilat kalium ftalat-asam (KHP) kalium stearat

Nama Senyawa

125. 126. 127. 128. Mg(CH3COO)2 Mg(CH3COO)2.4H2O MgCl2 MgCl2.6H2O Mg(NO3)2.2H2O Mg(NO3)2.6H2O

rombik/monoklin; tak berwarna

Kelarutan dlm 100 g air

129. 130. 131. 132. 133. 134.

246,47

….

135. MgSO4.7H2O

251

MnCl2 MnCl2.4H2O Mn(NO3)2.4H2O MnSO4 MnSO4.4H2O MnSO4.5H2O MnSO4 MnSO4.4H2O MnSO4.5H2O

No. Rumus Kimia Garam

82,03 136,08 41,99 100,02 58,44 164,52 106,44 122,44 140,46 102,89 138,92 150,89 149,89 185,92 197,89 84,99

125,84 197,91 251,01 151,00 223,06 241,07 151,00 223,06 241,07

B.M.

serbuk ; putih hijau monoklin ; tak berwarna kubus ; tak berwarna serbuk putih kubus ; tak berwarna tak berwarna kubus ; tak berwarna serbuk putih rombahedral ; tak berwarna kubus; tak berwarna; hygrosk. monoklin ; tak berwarna kubus ; tak berwarna kubus ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna rombik ; putih tak berwarna

kubus ; merah muda monoklin ; ros ros kemerahan merah muda ros kemerahan merah muda ros

Bentuk Kristal ; warna

119 76,2 0 4,22 18 111 25 35,7 0 94,2 23 79 0 L 209 15 116 50 79,5 0 27,5 0 184 25 318 0 9 20 92,1 25

72,3 25 151 8 426,4 0 52,5 5 105,3 0 124 0 52,5 5 105,3 0 124 0

natrium asetat anhidrous natrium asetat hidrat natrium fluorida natrium fluoroasetat natrium klorida (garam dapur) natrium hipoklorit hidrat natrium klorat natrium perklorat natrium perklorat hidrous natrium bromida anhidr. natrium bromida hidrat natrium bromat natrium iodida natrium iodida hidrat natrium iodat natrium nitrat

mangan(II)klorida mangan(II)klorida hidrat mangan(II)nitrat hidrat mangan(II)sulfat anh. mangan(II)sulfat tetrahidrat mangan(II)sulfat pentahidrat mangan(II)sulfat anh. mangan(II)sulfat tetrahidrat mangan(II)sulfat pentahidrat

Nama Senyawa

136. 137. 138. 139. 140. 141. 139. 140. 141. NaCH3COO NaCH3COO.3H2O NaF NaC2H2O2F NaCl NaOCl.5H2O NaClO3 NaClO4 NaClO4.H2O NaBr NaBr.2H2O NaBrO3 NaI NaI.2H2O NaIO3 NaNO3

100 g air

Kelarutan dlm

142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157.

252

162. NaAl(SO4)2.12H2O

158. 159. 160. 161.

NaNO2 Na2CO3.10H2O NaHCO3 NaAlO2

No. Rumus Kimia Garam

284,20 78,04 240,18 56,06 92,09 104,06 252,14 120,06 268,14 322,19 248,17 190,10 222,10 173,12 81,07 49,01 65,01 156,01 177,99 190,09

458,27

69,00 286,14 84,01 81,97

B.M.

rombik ; tak berwarna kristal putih tak berwarna rombik-tak berwarna ; butiran putih jarum ; tak berwarna jarum; putih jarum; tak berwarna tak berwarna rombik/tetragonal ; putih monoklin ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna serbuk putih kristal; putih rombik ; putih rombik ; tak berwarna kubus ; tak berwarna jarum ; tak berwarna rombik ; tak berwarna rombik rombik ; tak berwarna

kubus ; tak berwarna

kuning jernih ; higroskopis monoklin ; putih monoklin ; putih putih ; serbuk amorf

Bentuk Kristal ; warna

81,5 15 21,5 0 6,9 0 L

Kelarutan dlm 100 g air

sL 15,4 10 47,5 10 sL L sL 196 40 28,6 25 44 20 92,7 30 80 30 54 20 L L 139,3 21 48 10 L sL 100 50 29 8

L

Na2SiO3.9H2O Na2S Na2S.9H2O NaHS NaHS.2H2O NaHSO3 Na2SO3.7H2O NaHSO4 Na2SO4.7H2O Na2SO4.10H2O Na2S2O3.5H2O Na2S2O5 Na2S2O7 Na(NH4)SO4.2H2O NaSCN NaCN NaOCN NaH2PO4.2H2O Na2HPO4.2H2O NaHC4H4O6.H2O

163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182.

253

Nama Senyawa

natrium nitrit natrium karbonat hidrat (soda) natrium bikarbonat (soda kue) natrium metaaluminat natrium-aluminium sulfat hidrat {natrium-alum / tawas natrium} natrium metasilikat hidrat natrium sulfida anhidrous natrium sulfida hidrat natrium bisulfida anh. natrium bisulfida hidrat natrium bisulfit anh. natrium sulfit hidrat natrium bisulfat ; natrium sulfat-asam natrium sulfat heptahidrat natrium sulfat dekahidrat (garam glauber) natrium tiosulfat (hipo) natrium pirosulfit ; natrium metabisulfit natrium pirosulfat natrium-amonium sulfat hidrat natrium tiosianat natrium sianida natrium sianat natrium dihidrogen fosfat dihidrat natrium monohidrogen fosfat dihidrat natrium hidrogen tartrat

197. Na4Fe[CN]6.10H2O

196. Na3Fe[CN]6.H2O

187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195.

Na2B4O7.7H2O NaAsO3 NaH2AsO4.H2O Na2HAsO4.7H2O Na2HAsO4.12H2O Na3AsO4.12H2O Na2CrO4 Na2CrO4.10H2O Na2Cr2O7.2H2O

186. NaBO2.H2O2.3H2O

183. Na3PO4.10H2O 184. Na4P2O7.10H2O 185. NaBO2.4H2O

No. Rumus Kimia Garam

484,07

298,94

381,37 145,91 181,94 312,01 429,09 424,07 161,97 342,13 298,00

153,86

344,09 446,06 137,86

B.M.

serbuk kuning-kecoklatan serbuk putih amorf ; putih kekuningan ; higroskopis rombik ; putih tak berwarna merah

monoklin ; kuning-pucat

kristal; merah

monoklin ; tak berwarna rombik rombik/monoklin ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna trigonal ; tak berwarna rombik ; kuning monoklin ; kuning monoklin ; merah

monoklin ; tak berwarna

tak berwarna monoklin ; tak berwarna triklin

Bentuk Kristal ; warna

s.L 3,7 20 66 26 sL 21,09 0 41 0 40 16

31,8 20

18,9 0

2,01 0 sL sL 5,5 0 56 14 39 16 87,3 30 50 10 180 20

2,55 15

L 5,4 0 sL

Kelarutan dlm 100 g air

Na3Co[NO2]6 Na2C2O4 NaC7H5O2 NaC3H5O3 NaNH4C4H4O6.4H2O Na2WO4.2H2O Na2[Fe(NO)(CN)5].2H2O

403,94 134,00 144,11 112,06 261,16 329,86 297,95

198. 199. 200. 201. 202. 203. 204.

254

Nama Senyawa

natrium fosfat dekahidrat natrium pirofosfat dekahidrat natrium metaborat hidrat natrium metaborat peroksi hidrat {natrium perborat} natrium tetraborat (boraks) natrium metaarsenat natrium dihidrogen ortoarsenat hidrat natrium monohidrogen ortoarsenat hidrat natrium monohidrogen ortoarsenat hidrat natrium ortoarsenat hidrat natrium kromat anh. natrium kromat hidrat natrium dikromat hidrat natrium ferisianida hidrous {natrium heksasiano ferrat(III)} natrium ferosianida hidrat {natrium heksasiano ferrat(II)} natrium kobaltinitrit natrium oksalat natrium benzoat natrium laktat natrium-amonium tartrat hidrat natrium tungstat natrium nitroprusid hidrat

NH4CH3COO NH4Cl NH4ClO3 NH4ClO4 NH4Br NH4Br2O3 NH4NO2 NH4NO3 NH4CN NH4SCN (NH4)2CO3.H2O (NH4)HCO3 (NH4)2S (NH4)HSO4 (NH4)2SO4 (NH4)2S2O6.½H2O (NH4)2C2O4.H2O (NH4)2C4H4O4 NH4C6H2N3O7 NH4C7H5O3 NH4Cr(SO4)2.12H2O (NH4)2SO4.FeSO4.6H2O (NH4)2SO4.Fe2(SO4)3.24H2O atau NH4Fe(SO4)2.12H2O (NH4)2SO4.Al2(SO4)3.24H2O atau NH4Al(SO4)2.12H2O

No. Rumus Kimia Garam 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228.

482,18

77,08 53,49 101,50 117,49 97,94 145,96 64,05 80,05 44,06 76,12 114,10 79,06 68,15 115,10 132,13 205,22 142,12 152,15 246,14 155,15 478,33 392,16

B.M.

kubus ; tak berwarna

kubus; ungu

putih higroskopis kubus; tak berwarna monoklin; tak berwarna rombik; tak berwarna kubus ; higroskopis heksagonal; tak berwarna putih kekuningan rombik; tak berwarna kubus; tak berwarna monoklin; tak berwarna kubus ; tak berwarna rombik/monoklin; tak berwarna kuning-jernih; kristalik rombik; tak berwarna rombik; tak berwarna monoklin; tak berwarna rombik ; tak berwarna tak berwarna ; kristalik rombik ; merah / kuning monoklin ; tak berwarna kubus; hijau / ungu monoklin; hijau

Bentuk Kristal ; warna

15 20

124 25

148 4 29,7 0 28,7 0 10,7 0 97 25 sL sL 118,3 0 sL 128 0 100 15 11,9 0 sL 100 70,6 0 135 0 2,54 0 L 1,1 20 111 25 21,2 25 26,9 20

Kelarutan dlm 100 g air

amonium-aluminium sulfat hidrat (tawas-amonium / amonium-alum)

amonium-feri sulfat hidrat (tawas besi)

amonium asetat amonium klorida (salmiak) amonium klorat amonium perklorat amonium bromida amonium bromat amonium nitrit amonium nitrat amonium sianida amonium tiosianat amonium karbonat hidrous amonium bikarbonat amonium sulfida amonium sulfat-asam amonium sulfat amonium ditionat hidrous amonium oksalat hidrous amonium suksinat amonium pikrat amonium salisilat amonium-krom(III)sulfat hidrat (tawas krom) amonium-fero sulfat hidrat (garam Mohr)

Nama Senyawa

453,33

255

L kL kL

nikel(II)klorida anhidrous nikel(II)klorida heksahidrat nikel(II)nitrat heksahidrat nikel(II)sulfat anhidrous nikel(II)sulfat heksahidrat nikel(II)sulfat heptahidrat

amonium-molibdat amonium-fosfo-molibdat amonium-fosfo-tungstat

Nama Senyawa

64,2 20 254 20 238,5 0 29,3 0 65,5 0 75,6 16

timbal(II)asetat anhidrous timbal(II)asetat trihidrat timbal(II)asetat dekahidrat timbal(II)nitrat platina(III)klorida platina(IV)klorida anhidrous platina(IV)klorida pentahidrat

Kelarutan dlm 100 g air

kuning monoklin ; hijau monoklin ; hijau kuning monoklin ; hijau rombik ; hijau

44,3 20 45,6 15 s 56,5 20 kL 58,7 25 sL

Bentuk Kristal ; warna

129,60 237,69 290,80 154,75 262,84 280,85

kristal putih monoklin ; putih kristal ; rombik kubik/monoklin; tak berwarna hitam kehijauan kristal ; merah coklat monoklin ; merah

antimon(III)klorida antimon(V)klorida

B.M.

NiCl2 NiCl2.6H2O Ni(NO3)2.6H2O NiSO4 NiSO4.6H2O NiSO4.7H2O 325,30 379,35 505,46 331,23 301,44 336,89 426,97

601,6 0 L

No. Rumus Kimia Garam

232. 233. 234. 235. 236. 237. Pb(CH3COO)2 Pb(CH3COO)2.3H2O Pb(CH3COO)2.10H2O Pb(NO3)2 PtCl3 PtCl4 PtCl4.5H2O

rombik ; tak berwarna monoklin ; putih

196,01 monoklin; tak berwarna 1876,50 serbuk ; kuning 2931,27 putih

238. 239. 240. 241. 242. 243. 244.

228,13 299,02

229. (NH4)2MoO4 230. (NH4)3P(Mo3O10) 231. (NH4)3P(W 3O10)

245. SbCl3 246. SbCl5

85,2 0 270 15 ; d 119 15 ; d

timah(II)bromida timah(II)klorida anhidrous timah(II)klorida dihidrat timah(II)klorida pentahidrat L

rombik ; kuning pucat rombik ; putih monoklin ; putih kristal monoklin

SnBr2 SnCl2 SnCl.2H2O SnCl4.5H2O

278,50 189,60 225,65 350,61

247. 248. 249. 250.

256

257. UO2(CH3COO)2.2H2O

251. 252. 253. 254. 255. 256.

Sr(CH3COO)2.H2O SrCl2 SrCl2.2H2O SrCl2.6H2O Sr(NO3)2 Sr(NO3)2.4H2O

No. Rumus Kimia Garam

424,15

214,72 158,53 194,56 266,62 211,63 283,19

B.M.

monoklin ; tak berwarna rombik; tak berwarna; higrosk. putih jarum; tak berwarna tetragonal; tak berwarna rombik ; tak berwarna kristal putih ; serbuk jarum; putih jarum; putih jarum; tak berwarna

rombik ; kuning

serbuk putih kubus ; tak berwarna serpihan taransparans trigonal ; tak berwarna kubus ; tak berwarna monoklin ; tak berwarna

Bentuk Kristal ; warna

Zn(CH3COO)2.2H2O ZnBr2 ZnCl2 Zn(NO3)2.3H2O Zn(NO3)2.6H2O ZnSO4.7H2O Zr(SO4)2.4H2O ZrO(NO3)2 ZrOCl2.8H2O ZrOI2.8H2O

219,50 225,19 136,29 243,44 297,48 287,54 355,42 231,23 322,25 505,15

258. 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267.



257

Kelarutan dlm 100 g air L 53,8 20 …. 106,2 0 70,9 18 60,4 0 7,7 15 31,1 20 447 20 432 25 327,3 40 184,3 20 96,5 20 146 30 L L sL

Nama Senyawa

strontium asetat hidrous strontium klorida anhidrous strontium klorida dihidrat strontium klorida heksahidrat strontium nitrat anhidrous strontium nitrat tetrahidrat

uranil asetat dihidrat

seng asetat dihidrat seng bromida seng klorida seng nitrat trihidrat seng nitrat heksahidrat seng sulfat heptahidrat zirkonium sulfat tetrahidrat zirkonil nitrat zirkonil klorida oktahidrat zirkonil iodida oktahidrat

Be Bi Bk Br C

As At Au B Ba

Ac Ag Al Am Ar

Simbol Atom

20 48 58 98 17 96 27

4 83 97 35 6

33 85 79 5 56

89 47 13 95 18

Z

Kalsium Cadmium Cerium Kalifornium Klor Kurium Kobal

Berilium Bismut Berkelium Brom Karbon

Arsen Astatin Emas Boron Barium

Aktinium Perak Aluminium Amerisium Argon

Nama Atom Unsur

40,08 112,41 140,12 (251) 35,45 (247) 58,93

9,01 208,98 (247) 79,90 12,01

74,92 (210) 196,7 10,81 137,33

227,63 107,87 26,98 (243)* 39,95

Bobot Atom

He Hg Ho I In Ir K

Fr Ga Gd Ge H

Es Eu F Fe Fm

Cr Cs Cu Dy Er

Simbol Atom

2 80 67 53 49 77 19

87 31 64 32 1

99 63 9 26 100

24 55 29 66 68

Z

Helium Raksa Holmium Iodium Indium Iridium Kalium

Fransium Galium Gadolinium Germanium Hidrogen

Einsteinium Eropium Fluor Besi Fermium

Krom Sesium Tembaga Disprosium Erbium

Nama Atom Unsur

4,0026 200,59 164,930 126,905 114,82 192,22 39,098

(223) 69,72 157,25 72,61 1,0079

(254) 151,57 19,00 55,85 (257)

52,00 132,91 63,55 162,50 167,26

Bobot Atom

No Np O Os P Pa Pb

Na Nb Nd Ne Ni

Md Mg Mn Mo N

Kr La Li Lr Lu

Simbol Atom

102 93 8 76 15 91 82

11 41 60 10 28

101 12 25 42 7

36 57 3 103 71

Z

Nobelium Neptunium Oksigen Osmium Fosfor Protaktinium Timbal

Natrium Niobium Neodimium Neon Nikel

Mendelevium Magnesium Mangan Molibdenum Nitrogen

Kripton Lantanum Litium Laurensium Lutetium

Nama Atom Unsur

(259)* 237,048 15,999 190,2 30,974 231,036 207,2

22,988 92,906 144,24 20,179 58,69

(258)* 24,305 54,930 95,94 14,007

83,80 138,906 6,941 (260)* 174,967

Bobot Atom

Lampiran 37. DAFTAR UNSUR KIMIA

Ca Cd Ce Cf Cl Cm Co

258

Ra Rb Re Rf Rh Rn Ru

Pd Pm Po Pr Pt Pu

Simbol Atom

88 37 75 104 45 86 44

42 61 84 59 78 94

Z

Radium 226,025 Rubidium 85,468 Renium 186,207 Rutherfordium (261)* Rhodium 102,906 Radon (222)* Rutenium 101,07

Paladium Prometium Polonium Praseodimium Platina Plutonium

Nama Atom Unsur 106,42 (145)* (209)* 140,908 195,08 (244)*

Bobot Atom

Sn Sr Ta Tb Tc Te Th

S Sb Sc Se Si Sm

Simbol Atom

50 38 73 65 43 52 90

16 51 21 34 14 62

Z

Timah Strontium Tantalum Terbium Teknetium Tellurium Thorium

Belerang Antimon Skandium Selenium Silikon Samarium

Nama Atom Unsur

118,71 87,62 180,948 158,925 98,91 127,60 232,038

32,07 121,76 44,956 78,96 28,086 150,36

Bobot Atom

Xe Y Yb Zn Zr

Ti Tl Tm U V W

Simbol Atom

54 39 70 30 40

22 81 69 92 23 74

Z

Xenon Itrium Iterbium Seng Sirkonium

Titanium Talium Tulium Uranium Vanadium Wolfram

Nama Atom Unsur

131,29 88,906 173,04 65,38 91,22

47,88 204,383 168,934 238,029 50,942 183,85

Bobot Atom

a Diskalakan terhadap Massa-atom relatif, Ar (12C) = 12 * Nilai dengan tanda 2 kurung menunjukkan nomor massa isotop unsurnya yang paling stabil (memiliki waktu-paro paling lama).

Catatan (padanan nama unsur): perak (L: argentum; E: silver), emas (L: aurum; E: gold), tembaga (L: cuprum; E: copper), besi (L: ferrum; E: iron); raksa (L: hydrargyrum; E: mercurium), timbal (L: plumbum; E: lead), antimon (L: stibium; E: antimon), timah (L: stannum; E: tin), wolfram atau tungsten (J: wolfram; E: tungsten), dan seng (L: zincum; E: zinc).

259

Lampiran 38. Peralatan Laboratorium Kimia Sederhana

gelas-kimia

labu-saring labu Erlenmeyer

tabungreaksi

tabung-U

corong gelas

botol semprot labu-takar

gelas ukur

kawat-nikrom

cawanpenguap

gelas-arloji

kaca-kobal

batang pengaduk vol-pipet

kertas saring

pipet tetes

corong pisah

pipet ukur buret cawanporselin lumpang & mortir

penjepit klem statif

klem-buret penyaring hisap

kaki-tiga

kasa

labu labu labu dasar- bulat dasar -rata destilasi

pendingin Leibieg tang-krus rak-tabung segitiga-porselin

pembakar Fisher

pembakar Bunsen

krus-saring (berpori)

ball-pipette ukur

kaca masir

ring-corong

klem-labu

corongpenyangga

pengering (desikator)

260

KEPUSTAKAAN Basset, J. et al. (Rev.). (1991). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis. 4th Edition. London: Longman Group UK Limited. Brink, O.G. and Flink, R.J. (1988). Dasar-dasar Ilmu Instrumen. (Terjemahan: Sobandi Sachri). Bandung: Penerbit Binacipta. Chandler, J. and Barnes, D. (1991). Laboratory Experiments in General Chemistry. Encino, California: Glencoe Publishing Co., Inc. Clark Jr, J.M. Editor. (1983). Experimental Biochemistry. San Francisco: W.H. Freeman and Company. Creedy, J.A. (1979). A Laboratory Manual for Schools and Colleges. London: Heinemann Educational Books. Day Jr, R.A. and Underwood, A.L. (1989). Quantitative Analysis. 4th Edition. New Delhi: Prentice Hall of India. Hodgman, C.D. Editor in Chief. (1978). Handbook of Chemistry and Physics. Cleveland, Ohio: Chemical Rubber Publishing Co. Kateman, G. and Buydens, L. (1993). Quality Control in Analytical Chemistry. 2nd ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. Kolthoff, I.M. and Stenger, V.A. (1987). Volumetric Analysis. 4nh Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Meites, L. Editor. (1973). Handbook of Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Book Company. Partington, J.R. (1982). A Textbook of Inorganic Chemistry. 6th Edition. London: MacMillan and Co., Ltd. S. Handari Suntoro dan Istriyati P. (1983). Metode Pewarnaan (Histologi & Histokimia). Jakarta: Penerbit Bharata Karya Aksara. Skoog, D.A. and West, D.M. (1971). Principles of Instrumental Analysis. New York: Holt, Renehart and Winston, Inc. Vogel, A.I. (1971). A Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. 5th Edition. London: Longmans, Green and Co., Ltd. Weiser, H.B. (1970). Colloid Chemistry. New York: John Wiley & Sons, Inc. West, R.C. Editor in Chief. (1994). CRC Handbook of Chemistry and Physics. 73th Edition. Boca Raton, Florida: CRC Press, Inc. Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Chemical_hazard_symbol). www.chem.bris.ac.uk/safety/chemicalhazards.htm www.chem.kuleuven.ac.be/safety/proc2sub1.html www.ciscentres.org. www.ilo.org/public/english/protection/euportal/en 

261

A ACS, 24 APHA (L: Clarke, Pr*.) aerosol, 185 -cair, 185 -padat, 185 air, 3 autoionisasi-, 12 ionisasi-, 12 kesadahan-, 163 -lunak, 213 massa jenis, 220 -sadah, 163 sifat-, 219 tekanan uap, 220 tetapan ionisasi-, 12 titik didih-, 220 air barit, 38 air brom; 39; 203 pembuatan-, 203 rumus kimia-, 203 sifat-, 203 air kapur, 38 air klor, 40; 202 pembuatan-, 202 rumus kimia-, 202 sifat-, 202 air laut, 226 air lumpur (L: sol lumpur.) air lunak, 214 air raja, 40 air sadah, 163 penetapan-, 163 -total, 163 alat ukur volumetrik, 126-7 -buret, 128; 260 -labu takar, 127 -macam-, 126-130 -pipet volum, 128-9; 260 -toleransi, 127 alcian biru; pewarna, 102 aldehida kuning; Pw*, 102 aliasi, 1 alizarin, In*; 84 alizarin 10%; Pw*, 103 alizarin kuning R, In*; 84 alizarin merah S In*; 84 altmann; fiksatif, 103 alu, 260 alugenit, 246 aluminium-alum; (L: tawas) aluminium klorida, 40 aluminium nitrat, 40 aluminium sulfat, 40 aluminon, Pr*; 54 alunogenit, 246

amalgam, 1 amilum (L: pati.) amilum, I*; 85 amonium-alum(L: tawas amonium) amonium asetat, 40 amonium bromida-formalin, 103 ammonium hidroksida, 36;144 amonium hidroksida pembuatan-, 200 reaksi-, 200 rumus kimia-, 200 sifat-, 200 amonium hidroksida baku, -pembaku, 150 -pembakuan, 150 -pembuatan, 150 amonium karbonat, 41 amonium klorida, 41 amonium molibdat, 41 amonium nitrat, 42 amonium oksalat, 42 amonium sulfat, 42 amonium sulfida; CP, 213 amonium tiosianat, 42 ammonium tiosianida, 157; 160 analyzed grade, 24 anilin–alkohol, 103 anilin biru–asetat; Pw*, 103 anilin biru–jingga G; Pw*, 103 anilin-asam oksalat, 51 anilin-fuchsin asam; Fik*, 104 anilin–kristal ungu; Pw*, 104 antimon(III)klorida, 42 antimon(V)klorida, 42 aqua-bromata, 43; 203 aqua-chlorata, 43; 202 aqua-regia, 43 aqua-regia; CP, 211 anilin-asam oksalat, Pr*; 54 arseno molibdat, Pr*, 54 asam, 9 -derajat ionisasi-, 227 -ionisasi-, 14; 227 -kelarutan-, -kuat, 14; 227 -lemah, 14; 227 -tetapan ionisasi-, 14; 227; 235 asam asetat baku, -pembaku, 146 -pembakuan, 146 -pembuatan, 146 -perhitungan, 146 asam aurin trikarboksilat, 54 asam Bronsted-Lowry, 167 asam dietilbarbiturat (L: barbital) asam encer, 9 asam fenol sulfonat, Pr*; 54

261

asam fosfat-asam sulfat, Pr*; 55 asam fosfotungstat 10%, Pr*; 55 asam hematin; Pw*, 104 asam karminat, 116 asam klorida baku, -pembaku, 141-142 -pembakuan, 141-142 -pembuatan, 140 -perhitungan, 141-142 asam konyugasi, 167 asam kromat 1%; Fik*, 105 asam kromat 10%; Fik*, 105 asam kuat, 9; 227 asam lemah, 9; 227 asam maleat, 176 asam molibdat ; Pw*, 55 asam oksalat,baku, -pembaku, 144-5 -pembakuan, 144-5 -pembuatan, 144 -perhitungan, 145 asam pekat, 9; 20 asam perklorat 20%, Pr^; 55 asam pikrat ; Lar*, 56 asam pikrat, Pr*; 56 asam pikrat jenuh; Fik*, 105 asam sulfanilat, Pr*; 56 asam sulfat baku, -pembaku, 143 -pembakuan, 143 -pembuatan, 143 -perhitungan, 143 asam sulfit, pereaksi; 56 asam sulfomolibdat, Pr*; 56 asam tannat, Pr*; 57 aseton; CP, 215 aseto-orcein; Pw*, 105 asidi/alkali-metri, 139-150 awalan tatanama kimia, 226 azocarmine; Pw^, 105

B b/b (L: persen massa) bpj (l: bagian per juta) bagian per juta, 4-5 bahan, 20 baja, 1 ball-pipet, 260 Bang, Pr*; 57 barbital. 183 Barfoed (L: kupriasetat.) barium hidroksida, 37 barium hidroksida baku -pembaku, 148 -pembakuan, 148 -pembuatan, 148 barium klorida, 43 barium nitrat, 43 basa, 9 -derajat ionisasi-, 227 -ionisasi-, 15; 227 -kelarutan-, 242 -kuat, 15;227 -lemah, 15;227 -tetapan ionisasi-, 15; 227; 234

basa Bronsted-Lowry, 167 basa encer, 9 basa konyugasi, 167 basa pekat, 9, 20 batang pengaduk, 260 batu kawi, 196 batu pualam, 197 Baudisch (L: Cupferon, Pr*.) Bettendoff, Pr*; 59 Benedict, Pr*; 57-58 bentuk kristal, 246-257 benzidin-hidroklorida, Pr*; 58 benzopurpurin, In*; 85 bersih, 205-6 besi alum, 118 Bertrand, pereaksi; 58-59 besi(II)amonium sulfat, 43 besi(II)sulfat (L: ferrosulfat) besi(III)amonium-sulfat, In*; 85 besi(III)klorida,(L:ferriklorida) besi(III)nitrat, (L: ferrinitrat) besi(III)sulfat, (L: ferrisulfat) best carmine; Pr*, 105 Bial, Pr*; 59 biner, 2 Bismarck coklat; Pw*, 106 bismut klorida, 43 bismut nitrat, 44 Bial, Pr*i; 59 Biuret, Pr*; 59-60 bobot atom unsur, 258-9 bobot molekul, 246-257 boraks, 254 boraks; LBP (L: Na-Tetraborat) botol jenis-, 226 -plastic, 226 -reagen, 226 -semprot, 260 Bouin; Fr*, 106 Bouin-alkohol (L: Bouin Duboscq.) Bouin Duboscq; Fik*, 106 bpj, 4-5 brillian kuning, In*; 86 brom cair, 39; 203 pembuatan-, 203 reaksi-, 203 rumus kimia-, 203 sifat-, 203 bromofenol biru, In*; 86 bromofenol merah, In*; 86 bromokresol hijau, In*; 86 bromokresol merah lembayung, I*; 86 bromopirogalol merah, In*; 86 bromotimol biru, In*; 87 Brucke, (L: kaliumiodida-merkuriiodida.) bufer, 165-183 -asam sitrat–Na2HPO4 ; 181 -asam sitrat–natrium sitra, 174 -asetat, 168; 175 -baku, 172 -bikarbonat, 180 -boraks–HCl, 178 -boraks–NaOH, 179 -borat, 178

262

-CH3COOH–CH3COONa, 175 -CH3COONa–HCl, 173 -fosfat, 176 -H3BO3+KCl–NaOH, 179 -H3BO3–Na2B4O7, 178 -KCl-HCl, 173 -KCl–NaOH, 181 -KH2PO4–NaOH, 177 -KHP–HCl, 174 -KHP–NaOH, 175 -Na2HPO4–NaH2PO4, 176 -Na2HPO4–NaOH, 180 -NaHCO3–NaOH, 180 -Na-maleat–NaOH, 176 -pH 0,65-4,76 ; 173 -pH 1,00-2,20 ; 173 -pH 2,20–4,00 ; 174 -pH 2,2–8,0 ; 181 -pH 2,6-12,0 ; 183 -pH 2,62–9,16 ; 182 -pH 3,4–5,5 ; 174 -pH 3,8–5,6, 175 -pH 4,10–5,90 ; 175 -pH 4,6–6,4 ; 176 -pH 5,3–8,0 ; 176 -pH 5,8–8,0 ; 177 -pH 7,00–9,00 ; 177 -pH 7,4–9,2 ; 178 -pH 7,8–10,0 ; 179 -pH 8,00–9,10 ; 178 -pH 9,20-10,80 ; 179 -pH 9,60–11,0; 180 -pH 10,90–12,00 ; 180 -pH 12,00–13,00 ; 181 -sitrat, 174 -universal, 183 -veronal–asetat, 182 buret, 128;260 -kesalahan,128 -perlakuan, 128 -toleransi, 128 busa, 185 -cair, 185 -padat, 185

C CP (L: cairan pencuci.) cairan pembersih (L: cairan pencuci) cairan pembersih CP-01, 207 CP-02, 208 CP-03, 208 CP-04, 209 CP-05, 210 CP-06, 211 CP-07, 212 CP-08, 213 CP-09, 213 CP-10, 213 CP-11, 214 CP-12, 215 CP-13, 215 campuran, 1 campuran bufer (L: larutan bufer)

campuran dapar (L: larutan bufer) campuran homogen, 1 cara dispersi, 186-9; 191 cara hidrolisis, 192-3 cara redoks, 190;195 Carnoy; fiksatif, 106 cawan penguap, 260 campuran penyangga (L: larutan bufer) cawan porselin, 260 CDTA, 162 celestin biru; Pw*, 107 chemically pure, 23 ciri koloid, 184 Clarke, Pr*; 60 colchicin, 107 commercial grade, 23 corong penyangga, 260 corong pisah, 260 corong saring, 260 corong, 260 corrosive, 20; 21 cuplikan, 125 cupron, Pr*; 60 cupferron, Pr*; 61 curcumin, In*; 87

D daftar -atom unsur, 258-9 -kelarutan senyawa, 242-245 -massa atom, 258-9 -massa molekul, 246-257 -unsur kimia, 258-9 -zat baku primer, 239-240 dapar (L: larutan bufer.) daya hantar listrik air, 12 dekomposisi ganda, 192; 194 derajat ionisasi -asam, 13; 227 -basa, 15; 227 -garam, 17-19; 227 deret ligan, 161 desikator, 260 detergen; CP, 207 diasetildioksim (L: dimetilglioksim.) Dietrich; Fik*, 107 difenilamin, Pr*; 61 difenilamin sulfonat, Pr*; 61 difenilaminsulfonat, In*; 87 difenilkarbazid, Pr*; 61 difenilkabazida, In*; 87 difenilkarbazon, In*; 87 digitonin; Pw*, 107 2,6-diklorofenol–indifenol, In*; 87 diklorofluoresen, In*; 88 dikroisme, 162 p-dimetil-amino-azobenzen, In*; 88 2-(p-dimetilaminofenilazo)-piridin, In*; 88 dimetilglioksim 0,01 N, Pr*; 62 m-dinitrobenzoilen urea, In*; 88 2,4-dinitrofenol, In*; 88 dinitrogen tetroksida, 200 3,5-dinitrosalisilat, Pr*; 62

263

disosiasi -asam anorganik, 234 -asam organik, 229-231 -basa anorganik, 235 -basa organik, 232-3 dispersi -halus, 184 -kasar, 184 -listrik, 185; -mekanik, 188-9; 191 -molekuler, 184 sistem-, 184 duponol C 5%, Pr*; 62 duponol C 15%, Pr*; 62-63

E EDTA, 136-7; 161 larutan baku-, 136 pembuatan-, 137 perhitungan-, 137 kegunaan-, 137 Pemurnian, 137 efek ion-sejenis, 12 EGTA, 162 elektrolisis air, 197-8 emulgator, 186 emulsi, 185-187 -air/aspal, 187 -air/minyak kelapa, 186 -air/minyak tanah, 186-7 -aspal/air, 186-7 -bubur-aspal, 187 -cair, 185 -minyak kelapa/air, 186 -minyak tanah/air, 186-7 -padat, 185 penyetabil-, 186 emulsi A/MK, 186 emulsi A/MT, 187 emulsi MK/A, 186 emulsi MT/A, 187 emulsoid, 185 encer, 9 endapan, 11 eriokrom hitam T, In*; 88 eritrosin, In*; 89 Esbach, Pr*; 63 etiket, 20 etil-bis(2,4-dimetilfenil)asetat), In*; 89 etil jingga, In*; 89 etil merah, In*; 89 etil ungu, In*; 89 explossive, 21 extremely flammable, 21

F Fajans; 157 Farmakope Indonesi, 7 fasa, 184-185 -pendispersi, 184-5 -terdispersi, 184-5 fast hijau; Pw*, 107 Fehling A, Pr*; 63 Fehling B, Pr*; 63

4-fenilazo-1-naftilamin, In*; 90 4-fenilazodifenilamin, In*; 90 fenol merah, In*; 90 fenolftalein, In*; 90 fenolsulfonftalein (L: fenol merah.) feroin, In*; 90 feroin sulfat, In*; 90 ferri klorida, 44 ferri nitrat, 44 ferri sulfat, 44 ferric-alum; (L: tawas besi) ferric-alum, In*; 91 ferro amonium sulfat, 44 ferrofenantrolin ion, In*; 91 ferro-ferrisulfida (L: pirit) ferro sulfat, 45 FeSO4; CP, 212 Feulgen Coleman, 107 flammable, 21 floksin B; Pw*, 108 floroglucinol, Pr*; 63 fluoresen; In*, 64; 238 folin, 60 folin, campuran; 64 formaldehid 10%, Fik*, 108 formaldehid 10%, Pr*; 64 formaldehid-asam sulfat, Pr*; 64 formol-kalsium, Pr*; 64 fosfat–azo alkalin; Pw*, 108 Froehde (L: asam sulfomolibdat.) fuchsin, Lar*; 64 fuchsin, Pr*; 64 fuchsin–aldehid; Pw*, 108 fuchsin-asam, Pw*, 108 fuchsin-asam sulfit, Pr*; 65 fuchsin–asam; Pw*, 108

G Gallego; Pw*, 108-9 gallosianin; Pw*, 109 garam, 10, -asam, 18 -basa, 18 -derajat ionisasi-, 227 -hidrolisis-, 18 -ionisasi-, 227 kelarutan-, 10; 246-257 -kompleks, 19 -kuat, 17 larutan-, 16 nama-, 246-257 -normal, 17 pH-, 18 -rangkap, 19 rumus kimia-, 246-257 garam dapur, 252 garam EDTA, 137;161 garam Epsom, 251 garam Glauber, 116, 253 garam Inggris, 251 garam KHP, 251 garam Mohr, 253 garam Rochelle, 44; 251

264

gas amoniak pembuatan-, 200 reaksi-, 199 rumus kimia-, 199 sifat-, 199 gas belerang dioksida pembuatan, 202 reaksi, 202 rumus kimia, 202 sifat, 202 gas hydrogen pembuatan, 196-7 reaksi, 197 rumus kimia, 196 sifat, 196 gas hidrogen sulfide pembuatan, 201 reaksi, 201 rumus kimia, 201 sifat, 201 gas karbon dioksida pembuatan, 199 reaksi, 199 rumus ki,ia, 199 sifat, 199 gas klor -pembuatan, 202-3 -reaksi, 202 -rumus kimia, 202 -sifat, 202-3 gas oksigen -pembuatan, 198 -reaksi, 198 -rumus kimia, 198 -sifat, 197 gas oksida nitrogen pembuatan, 201 reaksi, 201 rumus kimia, 200 sifat, 200-1 gejala keaktifan, 12 gel, 187-189 -agar-agar, 187 -pati 188 -silika, 188-9 silika-, 188-9 gelas arloji, 260 gelas kimia, 2608 gelas ukur, 2608 general purpose reagent, 23 gentiana ungu; Pw*, 109 Giemsa; P*, 109 gliserin, 214 gliserin-plus, CP, 214 gliserol, 214 GR, 24 gram–iodin; Pw*, 109 guaranteed reagent, 24 Gunzberg, Pr*; 65

H Hager, (L: asam pikrat.) harmful, 22

hantaran listrik, 2 Hanus, Pr*; 65 Heidenhein; Fik*, 110 Helly; Fik* (L: zenker-formol.) hemalum Harris; Pw*, 110 hemalum Mayer; Pw*, 110 hematoksilin, 111-114 -alum, (L: hematoksilin Carazzi.) -alum asam (L: hematoksilin Ehrlich.) -Carazzi; Pw*, 111 -Delafield; Pw*, 111 -Ehrlich; Pw*, 111 -fosfomolibdat; Pw*, 112 -fosfotungstat; Pw*, 112 -Gomori; Pw*, 112 -Harris; Pw*, 113 -Heidenhein; Pw*, 113 -krom (L: hematoksilin Gumori.) -mordan Dobell; Pw*, 113 -mordan Regaud; Pw*, 114 -Papamiltiades, 114 -Weigert; Pw*, 114 Henderson-Hasselbalch, 167 HHSNNA, 98 hidrasi, 3 hidrokuinon; Pw*, 115 hidrolisis, 18 -sebagian, 18 -total, 18 higroskopis, 38; 39 hipo, 253 hipo, CP, 213 histokimia, 102 histologi, 102 Hoffmann, 197-8

I 5,5-indigodisulfonat asam, In*; 93 indikator, 83-101 larutan-, 83-101 pembuatan-, 83-101 indikator adsorpsi, 84 indikator alam, 83 indikator asam–basa, 79; 236-7 indikator campuran -(pH 4,3), 91 -(pH 6,1), 91 -(pH 7,2), 91 -(pH 7,5), 92 -(pH 8,3), 92 -(pH 8,9), 92 -(pH 9,0), 92 -(pH 9,9), 92 indikator fluoresen, 84; 238 indikator kelometrik, 84 indikator kulometrik, 84 indikator metalokromik, 84 indikator pendar-fluor, 84; 238 indikator pengendapan, 84 indikator redoks, 84 indikator sintetis, 84 iodimetri, 153-157 iodi/iodometri, 153

265

iodium baku, -pembaku, 156-7 -pembakuan, 156-7 -pembuatan, 156 -perhitungan, 156 iodium-tinktur, Pr*; 65 iodo-kalium iodida, Pr*; 66 iodometri, 153-157 iod monoklorida, PrK*; 80 ionisasi -air, 12 -asam, 14, 227 -basa, 15; 227 -derajat, 227 -garam, 15; 227 isopropil-alkohol; CP, 215 iritasi, 22 irritant, 22

J jenis botol plastik, 226 jingga IV, In*; 93 jingga G; Pw*, 115

K Ka (L: tetapan ionisasi asam) Kb (L: tetapan ionisasi basa) Kw (L: tetapan ionisasi air) kaca kobal, 260 kaca masir, 260 kadar zat, 215-218 kadmium klorida, 45 kadmium nitrat, 45 kadmium sulfat, 45 kaki-tiga, 260 kalium-alum (L: tawas) kalium antimonat, Pr*; 66 kalium bromida, 45 kalium dihidrogen fosfat, 172 kalium dikromat, 155; 159 kalium dikromat; LBP kegunaan, 131 kelebihan, 131 pembuatan, 131 perhitungan, 131 kalium ferrisianida, 45 kalium ferrosianida, 46 kalium hidrogen ftalat, 131;172 Kalium hidrogen ftalat, LBP kegunaan, 131 kelebihan, 131 pembuatan, 131-2 perhitungan, 132 kalium ftalat asam, 172 kalium hidrogen tartrat, 172 kalium hidroksida, 38 kalium hidroksida, Pr*; 66 kalium hidroksida baku, -pembaku, 148 -pembakuan, 148 -pembuatan, 148 -perhitungan, 148 kalium iodida, 46; 156

kaliumiodida-merkuriiodida, Pr*; 66 kalium-kadmium iodida, Pr*; 66 kalium karbonat, 46 kalium klorat, 198 kalium klorida, 46 kalium kromat, 46; 159 kalium kromat, In*; 93 kalium kromat–dikromat, In*; 93 kalium nitrat, 46; 196 kalium permanganat baku, -pembaku, 152 -pembakuan, 152 -pembuatan, 152 -perhitungan, 153 kalium pirogalat, Pr*; 67 kalium sianida, 46 kalium sulfat, 46 kalium tetroksalat, 172 kalium tiosianida; 157 kalium tiosianida baku, -pembaku, 160 -pembakuan, 160-161 -pembuatan, 160 kalium tiosulfat, 47 kalium–kadmium iodida, 66 kalmagit, In*; 93 kalomel, 248 kalsikrom, In*; 93 kalsium hidroksida, 38 kalsium hidroksida baku, -pembaku, 148 -pembakuan, 149 -pembuatan, 149 kalsium karbonat, 164 kalsium klorida, 47 kalsium klorida; LBP kegunaan, 138 pembuatan, 138 perhitungan, 138 kalsium nitrat, 47 kanji; In* (L: amilum, In*.) kaolin, 246 kaporit, 246 kapur tohor, 38 karbit, 247 karbol–fuchsin; Pw*, 115 karbol–tionin; Pw*, 115 karmalum Mayer, 116 karmin, 116 karmin–boraks; bubuk, 116 karmin–boraks; Pw*, 116-7 karnalit, 249 kasa, 260 katekol violet, In*; 94 kawat nikrom, 260 kelarutan, 8 -asam, 9 -basa, 9; 242 -elektrolit, 9, 242-5 -garam, 9-10; 246-257 -gas, 8-9 hasilkali-, 10; 242-245 -zat, 8

266

kemurnian reagen, 125 kepekatan asam-basa, 221 kering, 197-8 kertas saring, 260 kesadahan total air, 137 KHP (L: kalium ftalat-asam) klem buret, 260 klem labu, 260 klorofenol merah, In*; 94 kloro-kalsit, 249 kobal(II)nitrat, 47 kobal(II)sulfat, 47 kobal(III)sianida (L: kobalti sianida.) kobalti sianida, Pr*; 67 kobalto nitrat (L:kobal(II)nitrat) kobalto sulfat, (L: kobal(II)sulfat) Koloid, 185-186 -belerang/air, 189-190 -belerang/alkohol, 190 -cair/cair, 185 -cair/gas, 185 -cair/padat, 185 ciri-ciri-, 184 dispersi-, 184 fasa-, 185 -gas/cair, 185 -gas/padat, 185 -hidrofil, 189 -hidrofob, 189 -minyak kelapa/air (L: emulsi.) -minyak tanah/air (L: emulsi.) -padat/cair, 185 -padat/gas, 185 -padat/padat, 185 sistem-, 184 tipe-, 185 kompleksometri, 139; 161-164 komplekson timolftalein, In*; 95 kondensasi, 190-194 kongo merah, In*; 94 konsentrasi larutan, 4 konversi -satuan, 218 -satuan konsentrasi, 7 korosif, 20; 21 kotoran, 204-5 kresol merah, In*; 94 o-kresolftalein, In*; 94 m-kresolsulfonftalein (L: m-kresol merah.) o-kresolsulfonftalein (L: kresol merah.) kristal ungu, In*; 95 kristal ungu–anilin; Pw*, 117 krom alum, (L: tawas-krom) krom(III)klorida, 47 krom(III)nitrat, 47 krom(III)sulfat, 48 krus saring, 260 kuinaldin merah, In*; 95 kuningan, 1 kupri asetat, Pr*; 67-68 kupri klorida, 48 kupri nitrat, 48 kupri oksida amoniakal, 68 kupri sulfat, 48

kupri sulfat dalam gliserin-KOH, Pr*; 68 kupri-tartrat alkalis, Pr*; 68 kupro-klorida amoniakal, Pr*; 69 kupro klorida asam, Pr*; 69-70 kwartener, 2

L label, 21 labu -dasar bulat, 260 -dasar rata, 260 -Erlenmeyer, 260 -takar, 127;260 labu takar, 126; 280 -kesalahan, 127 -perlakuan, 127 -toleransi, 127 lakmoid, In*; 95 lakmus, In*; 95 lambang-bahaya, 21-2 larutan, 1; 2 -baku primer, 125-6 -baku sekunder, 125 -biner, 2 -cair, 1 -elektrolit, 2 -gas, 1 -indikator, 83 -jenuh, 2; 11 -kuartener, 2 -lencer, 9 -lewat jenuh, 2; 11 -nonelektrolit, 2 -padat, 1 -pekat, 9 -penyangga (L: larutan bufer) -preparat biologis, 102-24 -tak jenuh, 2; 11 -terner, 2 larutan bufer, 165 kapasitas-, 167-8 kefektifan-, 168 kerja-, 165-166 komponen-, 165 macam- (L: bufer.) pembuatan-, 169 pH-, 166-167 sistem-, 165-6 larutan baku primer, 125-6 -asam oksalat, 144-5 -boraks (L: Na-tetraborat.) -kalium dikromat, 155 -natrium arsenit, 156 -natrium karbonat, 141; 148 -natrium klorida, 158-9 -natrium oksalat, 152 -natrium tetraborat, 141 larutan baku sekunder, 125-6 -asam klorida, 141; 144; 150 -asam oksalat, 144-5 -asam sulfat, 143 -kalium hidroksida, 148 -kalium permanganat, 152-3 -natrium hidroksida, 142; 145-7

267

-natrium tiosulfat; 154; 157 -perak nitrat; 158-9 larutan dapar (L: larutan bufer) leuko-paten biru B; Pw*, 117 ligan, 141; 161 lindi kalium, 38 lindi natron, 39 logam reaktif, 196 lugol–iodin; Pw*, 117 lumpang, 260 Luxol–fast blue B; Pw*, 117

M M (L: molalitas) m (L: molalitas) MO (L: metil merah.) MR (L: metil merah.) magnesia, Pr*; 70 magnesium klorida, 48; 162 magnesium nitrat, 48 magnesium sulfat, 49 magnesium (L: SMUN & O, Pr*.) magnesium uranilasetat, Pr*; 70 Magneson II; Pw*, 118 malasit hijau, In*; 95 mangan dioksida, 190 mangan(II)klorida, 49 mangan(II)nitrat, 49 mangan(II)sulfat, 49 mangan(IV)oksida, 197 Marme (L: kalium-kadmium iodida.) marmer, 197; 247 Marquis (L: formaldehid-Asam sulfat) massa atom relatif, 258-9 massa-jenis cairan, 222 massa-jenis larutan, 222-30 massa-jenis air, 218 massa-jenis dan kadar, 222-5 -gliserin, 225 -larutan amonium hidroksida, 222 -larutan asam asetat, 223 -larutan asam fosfat, 22 5 -larutan asam format, 223 -larutan asam klorida, 222 -larutan asam nitrat, 224 -larutan asam sulfat, 224 massa molekul relatif, 246-257 material, 20 May Grunwald; Pw*, 118 Mayer, Pr*;71 medium koloid -pendispersi, 185 -terdispersi, 185 melarut, 3 melarutkan, 129 menimbang, 129 memindahkan volum,130 mengukur volum, 130 merah netral, In*; 95 merah netral; Pw*, 118 merkuri klorida, 49 merkuri nitrat, 49

merkuri sulfat, 50 merkuro nitrat, 50 metakresol, In*; 95 metanil kuning, In*; 96 metanil kuning; Pw*, 118 metil biru, In*; 96 metil hijau, In*; 96 metil jingga, In*; 96 metil jingga, In*M; 96 metil merah, In*; 96 metil merah, In*M; 96 metil merah–metil biru, In*; 97 metil timol biru, In*; 97 metil ungu, In*; 97 metil ungu; Pw*, 119 metilen biru alkalis; Pw*, 118 Metode -Fajans; 157 -Mohr, 152 -pewarnaan, 102 -Volhard; 157 2-metoksi etanol, 75 Millon, Pr*; 71 misibel, 5 Mohr; 157 molal, 6 molalitas, 4; 6 molar, 6 molaritas, 4-6 molisch (L: -naftol.) mordan, 119 mordan, lar*, 114 mucicarmine; Pw*, 119 mureksida, In*; 97

N NaOH 10-15%; CP, 208 NaOH-alkoholik; CP, 209 NIST, 126 NBS, 126 naftanildiazo biru; Pw*, 119 -naftol 5% alkoholik, PrK*; 71 -naftol 15%, PrK*; 72 -naftol, PrK*; 72 p-naftolbenzen; , In*; 97 nama gugus ion-ligan, 222 nama unsur, 258-9 natrium-alum (L: tawas natrium) natrium arsenit; 156; 156 natrium arsenit; LBP kegunaan, 132 kelebihan, 132 pembuatan, 132 perhitungan, 133 natrium asetat, 50; 164 natrium bikarbonat, 155; 156 natrium dihidrogen fosfat, 172 Na-dikromat asam; CP, 210 Na-EDTA baku, -pembaku, 163 -pembakuan, 163 -pembuatan, 162 -perhitungan, 162

268

Na-EDTA; LBP kegunaan, 137 kelebihan, 137 pembuatan, 137 perhitungan, 137 Na-EDTA; kristal pemurnian,, 137 pelarutan, 138 pembakuan, 138; Na-fosfat-oleum; CP, 213 natrium hidrogenfosfat, 50 natrium hidroksida, 35; 146; 150 natrium hidroksida kegunaan-, 147 larutan baku-, 146 pembakuan-, 147 pembuatan-, 146-7 natrium hidroksida baku, -pembaku, 147 -pembakuan, 146 -pembuatan, 146; 147 -perhitungan, 147 natrium hidroksida, Penyerap; 72 natrium karbonat, 50;141;148 natrium-karbonat; LBP kegunaan, 133 kelebihan, 133 pembuatan, 133 perhitungan, 133 natrium klorida, 50;158 natrium klorida; LBP kegunaan, 135 kelebihan, 135 pembuatan, 135 perhitungan, 135 natrium klorida, PrK*; 50 natrium kobaltinitrit, PrK*; 50, 72 natrium metabisulfit 10%, PrK*; 73 natrium nitrat, 51 natrium nitrit 0,1%, PrK*;73 natrium nitroprussid, PrK*; 73 natrium oksalat, 52;152 natrium oksalat; LBP -kegunaan, 133 kelebihan, 133 -pembuatan, 134 -perhitungan, 134 natrium metaborat peroksihidrat; 108 natrium perborat; 108 natrium plumbit, PrK*;73 natrium polisulfida, PrK*;73 natrium suksinat 0,5 M, PrK*; 73 natrium sulfat, 51 natrium sulfida, 51 natrium tetraborat, 141 natrium tetraborat; LBP kegunaan, 134 kelebihan, 134 pembuatan, 134 perhitungan, 134 natrium tiosulfat; 157 natrium tiosulfat baku, -pembaku, 155 -pembakuan, 155 -perhitungan, 155

-pembuatan, 154 natrium tungstat 10 %, PrK*; 74 NBS, 126 Nelson A, PrK*; 74 Nelson B, PrK*; 74 Nessler, PrK*; 74 nikel klorida, 51 nikel sulfat, 51 nikel(II)oksida-amoniakal, PrK*;75 nilai pH cairan, 228 ninhidrin, PrK*; 75 ninhidrin 0,1%, PrK*; 75 NIST, 126 niter, 249 nitrogen oksida,200 p-Nitrobenzen-azo-resorsinol, PrK*; 76 m-nitrofenol, In*; 97 p-nitrofenol, In*; 97 nitron, PrK*; 76 -nitroso--nafto, PrK*; 76 noda, 207 nomor atom, 258-9 normalitas, 130 Nylander, PrK*; 76

O Obermayer, PrK*; 76 Oil red O; Pw*, 120 oksidator, 22; 139; 151 oksidimetri, 139; 151-157 orcein; Pw*, 120 Orth; Fik*, 120 osmium tetroksida, 52 oxidant, 22

P p.a., 24 ppm (l: bagian per juta) paraldehid, 108 parametil merah, In*; 98 parasetaldehid, 108 part per million, 5 partikel koloid, 184 partikel larutan, 184 partikel suspensi, 184 pati, 188 Patton & Reeder; In*; 98 pekat, 9 pelarut, 1 pelarut universal, 3 pelarutan teknik-, 26-7 prosedur-, 25-6 perhitungan-, 26-7 pembakar, 260 pembakar Bunsen, 260 pembakar Fisher, 260 pembakuan, 139 pemberi proton, 167 pembuatan emulsi, 186-7 pembuatan gas, 196-202 -amoniak, 200 -belerang dioksida, 201 -hidrogen, 196 -hidrogen sulfida, 201

269

-karbon dioksida, 199 -klor, 203 -oksigen, 198 -oksida nitrogen, 201 pembuatan gel, 187-8 pembuatan koloid, 185-195 -cara dispersi, 186-9; 191 -cara dispersi listrik, 185; -cara dispersi mekanik, 188-9; 191 -cara dekomposisi ganda, 192; 194 -cara hidrolisis, 192-3 -cara kondensasi, 190-194 -cara peptisasi, 185; 191; 193 -cara pertukaran pelarut, 188;190;194 -cara redoks, 190;195 -sol, 189-195 -emulsi, 186-7 -gel, 187-8 pembuatan asam encer, 36 asam asetat, 36 asam fosfat, 36 asam klorida, 36 asam nitrat, 37 asam sulfat, 37 pembuatan larutan baku, 129 -menimbang, 129 -melarutkan, 129 -memindahkan volum, 130 -mengukur volum, 130 -perhitungan, 130 pembuatan larutan basa encer, 37 pembuatan larutan bufer, 172 pembuatan larutan indikator, 80-97 pembuatan pereaksi khusus, 51-78 pembuatan sol, 189-195 pendarfluor; In*, 64; 2308 pendingin Leibieg, 260 pendispersi, 185 penerima proton, 167 penetapan, -air sadah total, 163-4 -ammonium hidroksida, 150 -asam asetat, 146 -asam klorida, 141 -asam oksalat, 144-5 -asam sulfat, 143 -barium hidroksida, 148 -iodium, 156-7 -kalium hidroksida, 148 -kalium permanganat, 152 -kalium tiosianida; 160-1 -kalsium hidroksida, 149 -natrium hidroksida, 147 -natrium tiosulfat; 155 -natrium-EDTA, 163 -perak nitrat; 159 pengenceran cairan; 29 -asam, 30-35 -basa, 31 perhitungan-, 30-35 prosedur-, 29-30 tabel-, 33 teknik-, 29-36

pengering, 260 pengukuran -massa, 129 -volum, 127-9 penjepit klem, 260 penyangga (L: larutan bufer.) penyaring hisap, 260 peptisasi, 185; 191; 193 perak, 158 perak nitrat, 52;157 perak nitrat baku, -pembaku, 159 -pembakuan, 159 -pembuatan, 158 perak nitrat; LBP kegunaan, 135 kelebihan, 135 pembuatan, 136 perhitungan, 136 perak nitrat–kloral hidrat, 120 peralatan -gelas, 202; 260 -laboratorium, 260 pereaksi, 20 permanganometri, 139; 151-153 persen massa, 4 persen volum, 4 pertukaran pelarut, 188; 190; 194 perunggu, 1 pesawat Kipp, 199 pH, 12-18 -air, 12 -bufer, 19; 165 -cairan biologis, 228 definisi-, 13 -larutan, 13-8; 228 -larutan asam, 13;228 -larutan basa, 14; 228 -larutan garam, 17 skala-, 13 pharmaceutical grade, 23 pipet-tetes, 258 pipet-ukur, 258 pipet volum, 258 pipet volum, 128;260 -kesalahan,128; 260 -perlakuan, 128-9 -toleransi, 128 pirit, 202; 248 pirogallol basa, PrK*; 77 pirokatekol violet (L: katekol violet.) pOH, 13 ppm, 5 pro analysi, 24 propil merah, Ir*; 98 proses melarut, 3

R racun, 22 rak tabung, 260 raksa(I)nitrat, (L: merkuro nitrat) raksa(II)klorida, (L: merkuro klorida) raksa(II)nitrat, (L: merkuri nitrat)

270

raksa(II)sulfat, (L: merkuro sulfat) reagen, 9; 20; 125 botol-, 125-6 spesifikasi-, 23 reagen-analar, 24; 125 reagen-kimia, 23; 125 Reaksi, 139 -asam-basa (L: reaksi penetralan) -iodi/iodometri, 153 -kompleks, 140; 161-4 -penetralan, 139 -pengendapan, 139; 157-161 -redoks, 139; 153-7 -sepit, 140 redoks, 185; 190; 195 reduktor, 139;151;190;195 resazurin, In*; 98 resorsin–fuchsin Weigert, 120 resorsinol, PrK*; 77 ring corong, 258 Romanowski (Lihat: Giemsa.) Rosmann; Fik*, 121 rumus garam, 246-257

S S & O, PrK*; 77 sabun, PrK*; 77 sabun castil, PrK*; 60 salmiak, 199; 255 satuan, 216; 218 -SI, 216 -SI Dasar, 216 -SI Tambahan, 217 -SI Turunan, 216 kelipatan-, 219 konversi-, 218 subkelipatan-, 219 satuan konsentrasi, 4-7 -bpj, 5 -molalitas, 6 -molaritas, 6 -normalitas, -persen, 4 -ppm, 5 simbol-, 4-6 konversi-, 7 Scheibler (L: Asam Fosfotungstat.) Schiff (L: fuchsin-asam sulfit.) Schweizer (L:kupri oksida amoniakal.) sediaan kimia, 2 segitiga-porselin, 260 sel elektrolisis, 177 selestin biru; Pw*, 121 selestin biru B; Pw*, 121 Seliwanoff, Pr*; 78 seng-klorida alkalis, PrK*; 78 seng nitrat, 52 seng sulfat, 52 seng-uranilasetat, PrK*; 78 sifat fisik pelarut, 240-1 sifat garam, 246-257 sifat larutan baku, 134 silika-gel, 188 simbol atom, 258-9

sistem dispersi (L: koloid.) skala Sorenson, 13 soda, 253 soda kue, 199;253 sol, 185; 189-195 -[AgI]Ag+; 195 -[AgI]I-, 194 -[Fe(OH)3]Fe3+, 193 -[Fe(OH)3]OH–, 193 -AgI, 194 -asam silikat, 191-2 -belerang, 189-191 -belerang/air, 189 -belerang/alkohol, 190 -cair, 185 -emas; 195 -Fe(OH)3, 192 -hidrofil, 189 -hidrofob, 189 -logam, 195 -lumpur, 192 -padat, 185 -perak, 195 -platina, 195 -SiO2.nH2O, 192 solokrom biru tua; In*; 98 solokrom hitam; In*; 98 solute, 1 solution, 1 solvasi, 3 solven, 1 Sorenson, 13 spektrofotometri, 136 stanni klorida, 52 stannoklorida, 53 statif, 258 Stirling; Pw*, 113 Stoke, PrK*; 79 strontium klorida, 53 sublimat, 248 sukrosa 0,1 M, PrK*; 79 sukrosa 1%, PrK*; 79 sulfon F hitam; In*; 99 Susa; Fik* (L: Heidenhein.) suspensi, 184 -AgCl, 190 -AgI, 190 -belerang, 191 suspensoid, 185

T tabung rak-, 260 -reaksi, 197; 260 -U, 260 tanah liat, 191 tang-krus, 260 tawas, 250 -tawas-aluminium, 250 -amonium, 255 -besi, 255 -kalium (L: tawas) -krom, 250, 255 -natrium, 253

271

technical grade, 22 tekanan uap air, 212 teknik-pelarutan, 25-7 -pemindahan cairan, 130-1 -pengenceran, 29-30 tembaga(I)klorida amoniakal (L: kupro klorida amoniakal.) tembaga(I)klorida-asam. (L: kupro klorida asam.) tembaga(II)asetat. (L: kupriasetat.) tembaga(II)oksida-amoniakal (L: kupri oksida amoniakal.) tembaga(II)sulfat (L: kuprisulfat dalam gliserin-KOH) tembaga(II)tartarat (L: kupri tartrat alkalis.) terdispersi, 185 terner, 2 terusi, 247 tetapan -autoionisasi air, 12 -disosiasi asam anorganik, 242 -disosiasi asam organik, 229-31 -disosiasi basa anorganik, 235 -disosiasi basa organik, 232-33 -fisika dan kimia, 217 -hasilkali kelarutan, 242-45 -ionisasi air, 12 -ionisasi asam, 14; 228 ;233 -ionisasi basa, 15; 232; 237 -kenaikan titik didih molal, 241 -ketakstabilan kompleks, 238 -penurunan ttk beku molal, 240 tetrabromofenolftalein ester, In*; 99 timah(II)klorida, (L:stannoklorida) timah(IV)klorida (L:stanniklorida) timbal(II)asetat, 53 timbal(II)nitrat, 53 timol biru; In*, 99 timolftalin; In*; 99 tingkat pereaksi, 24 Tingkat kemurnian, 23 tingkat spesifikasi zat, 23-5 -farmasi, 23 -komersial, 23 -murni, 23 -pereaksi, 24 tingkat reagen, 24 tionin; Pw*, baku, 122 tionin; Pw*, 0,25%, 122 titan kuning; Pw*, 122 titrasi, 37; 80; 139 -argentometri, 157 -asam-basa (L: titrasi penetralan.) -Ca-Mg, 162 -EDTA, 162 -iodimetri, 153; 156 -iodometri, 153; 157 -kelometrik, 83 -oksidimetri (L: titrasi redoks.) -penetralan, 139-150 -pengendapan, 139; 157-161 -pengomplekan, 140; 161-4 -permanganometri, 139; 151-3 -redoks, 139; 151-7

titrimetri, 37; 139 4-o-tolilazo-o-toluidin, In*; 99 trinitrofenol , Pr* (L: Hager, Pr*.) 1,3,5-trinitrobenzen, In*; 99 2,4,6-trinitrotoluen, In*; 99 toleransi alat, 127

U udara, 1 Uffelmann, PrK*; 80 ukuran kelarutan, 8 universal; InC*, 100 uranium nitrat–formalin, 122 urea 0,1 M, PrK*; 80 USP, 23

V v/v (L: persen-volum) Van Gieson No. 1, Pw*, 122 Van Gieson No. 2, Pw*, 122 Verhoeff; Pw*, 122-123 veronal, 183 viriamina biru; In*; 100 Volhard; 157 vol-pipet, (L: pipet volum.)

W Wagner, LrK*; 80 Wagner (L: Iodo-kaliumiodida, PrK*.) Wij, PrK*; 80 Winkler (L: kuproklorida asam.) Wright, Pw*, 123

X xanthydrol, PrK*; 81 xilenol jingga; In*; 101

Z zat, 20 kemasan-, 23-24 lambang-bahaya-, 21-22 mengenal-, 20 -pendispersi, 185 sifat-, 20 spesifikasi-, 23 -terdispersi, 185 -terlarut, 1 zat baku; 126; 232-3 -perhitungan, 126 -primer,125 -sekunder, 125 -syarat, 125 Zenker; Fik*, 123 Zenker-formol; Fik*, 124 Zimmermann-Reinhardt, PrK*; 81 zinkon; In*, 102 zirkonil nitrat, PrK*; 81 

272

273

Related Documents

Seniorstudio 2(2)(2)
June 2020 80
Seniorstudio 2(2)(2)
June 2020 86
Seniorstudio 2(2)(2)
June 2020 77
2-2
November 2019 81
2-2
May 2020 54
2(2)
April 2020 46

More Documents from ""