2. Buku Inforamasi_oto.kr10.016.03_mengikuti Prosedur Kesehatan Dan Keselamatan.pdf

  • Uploaded by: sidik purnomo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2. Buku Inforamasi_oto.kr10.016.03_mengikuti Prosedur Kesehatan Dan Keselamatan.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 22,438
  • Pages: 108
BUKU INFORMASI

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4 A.

TUJUAN UMUM......................................................................................... 4

B.

TUJUAN KHUSUS ...................................................................................... 4

BAB II MENGIKUTI PROSEDUR PADA TEMPAT KERJA UNTUK MENGIDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGHINDARANNYA ............................................................................. 5 A.

Pengetahuan Dasar .................................................................................. 5

BAB III PEMELIHARAAN KEBERSIHAN PERLENGKAPAN DAN AREA KERJA ................... 26 A.

Perlengkapan Dipilah Sebelum Melakukan Pembersihan dan Pera .............. 26

B.

Identifikasi dan Klasifikasi Peralatan Pembersih ........................................ 26

C.

Membersihkan dan Mensanitasi Tempat Kerja .......................................... 46

D.

Membersihkan dan Mensanitasi Area Kerja ............................................... 48

E.

Penataan Peralatan di Area Kerja ............................................................ 52

F.

Menangani Limbah dan Linen .................................................................. 53

BAB IV PENEMPATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN JENIS PEMADAM KEBAKARAN, PENGGUNAAN DAN PROSEDUR PENGOPERASIAN DITEMPAT KERJA ........................... 55 A.

Pengidentifikasi Pemadam Kebakaran yang sesuai pada tipe yang tepat untuk lingkungan tempat kerja. ............................................................... 55

BAB V PELAKSANAAN PROSEDUR DARURAT .............................................................. 68 A.

Prosedur Perlindungan Mesin Pada Saat Tanda Bahaya Muncul. ................ 68

B.

Denah Keadaan Darurat .......................................................................... 72

C.

Pengenalan Isyarat Bahaya ..................................................................... 74

D.

Tindakan Darurat ................................................................................... 77

B.

Mengikuti Prosedur Alarm/Peringatan/Evakuasi Di Tempat Kerja. .............. 84

BAB VI MENJALANKAN DASAR-DASAR PROSEDUR KEAMANAN ................................... 87

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 2 dari 107

A.

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Kebijakan/Prosedur Keamanan Dijalankan Berdasarkan Pelatihan Perusahaan dan Undang Undang yang telah Dibuat dan Disepakati Oleh Perusahaan ... 87

B.

Seluruh Keamanan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dicatat/Dilaporkan Pada Formulir Yang Sesuai ...................................................................... 94

C. Seluruh Staf Disarankan Menggunakan Prosedur Keamanan Perusahaan dan Metode Yang Tepat Dalam Penerapannya. ............................................... 96 BAB VII PELAKSANAAN PROSEDUR PENYELAMATAN PERTAMA DAN CARDIO-

PULMONARY-RESUSCIATION (CPR ) ....................................................................... 103 A.

Seluruh Kegiatan Pertolongan Pertama Yang Telah Dilakukan Dicatat /Dilaporkan Berdasarkan SOP Undang Undang K3 , Peraturan Undang Undang Dan Prosedur/Kebijakan Perusahaan. ........................................ 103

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 105 DAFTAR ALAT DAN BAHAN ..................................................................................... 106 A.

Daftar Peralatan/Mesin ......................................................................... 106

B.

Daftar Bahan ........................................................................................ 107

DAFTAR PENYUSUN ............................................................................................... 107

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 3 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN UMUM Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja

B. TUJUAN KHUSUS Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi memelihara system rem ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Pemeliharaan sistem rem berikut komponen -komponennya dilakukan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap komponen atau system lainnya. 2. Informasi yang benar diakses dari spesifikasi pabrik dan dipahami. 3. Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang telah ditetapkan berdasarkan spesifikasi pabrik. 4. Data yang tepat dilengkapi sesuai dengan Undang – undang K3 5. Seluruh kegiatan pemeliharaan sistem dan komponen dilakukan berdasarkan berdasarkan

SOP

(Standard

Operation

Procedures),

peraturan

K3L

(Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan), dan prosedur/kebijakan perusahaan.ata yang tepat dilengkapi sesuai denganhasil pemeliharaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 4 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

BAB II MENGIKUTI PROSEDUR PADA TEMPAT KERJA UNTUK MENGIDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGHINDARANNYA A. Pengetahuan Dasar Pada awal pertama kali seorang instruktur yang baru diangkat dan diperintahkan untuk mengajar suatu materi pelatihan, maka langkah pertama yang harus dilakukannya dalam rangka mempersiapkan diri adalah mengumpulkan informasi tentang pelatihan tersebut di mulai dari peserta pelatihan, program pelatihan dan sarana dan fasilitas pelatihan. 1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan kesehatan yang baik pada orang yang bekerja. Mengurangi kecelakaan dan penyebaran penyakit dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja tercemin pada sikap menuju keselamatan di tempat kerja Tempat-tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan

(ekonomi Industri,

pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, pelayanan jasa, pertanian dan lainlain) yang menyangkut proses produksi dan distribusi barang maupun jasa. Keselamatan kerja berkaitan dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melaksanakan pekerjaan. Keselamatan kerja yang tidak baik akan mengundang resiko kecelakaan bagi tenaga kerja, peralatan/mesin kerja dan orang lain serta lingkungan kerja, oleh karena itu keselamatan kerja merupakan tanggung jawab semua orang yang terlibat dalam suatu pekerjaan sehingga keselamatan kerja merupakan tugas dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain. Keselamatan kerja akan semakin penting artinya terutama untuk penerapan teknologi,.khususnya teknologi yang lebih maju. Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 5 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Keselamatan dan kesehatan kerja profesi dalam otomotif merupakan usaha pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu profesi pekerjaan keahlian mekanik otomotif dalam bengkel kerja otomotif. 2. Sasaran dan Tujuan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tujuan dari berbagai strategi keselamatan dan kesehatan diatur pada standar dan diwujudkannya serta dimonitor melalui program pencegahan dan pengendalian semua bahaya di tempat kerja yang diselaraskan dengan undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku. Sasaran Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah: a. Untuk menjaga kesehatan, keselamatan clan kesejahteraan tiap orang pada saat bekerja b. Untuk melindungi setiap orang saat bekeda terhadap resiko pada keselamatan dan kesehatannya. c. Untuk membantu menjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja d. Untuk mengurangi tiap sumber yang berresiko pada kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan orang saat bekerja. e. Untuk menyediakan kebutuhan pegawai dan perusahaan serta assosiasi yang mewakili pegawai clan perusahaan dalam merumuskan dan mewujudkan standart keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-undang keselamatan kerja No.1 tahun 1970 dan peraturan peraturannya, mempunyai dasar hukum yang kuat sehingga setiap perusahaan berkewajiban untuk melindungi karyawannya, sedangkan di lain pihak karyawan berkewajiban untuk mentaati dan mematuhi ketentuan ketentuan/peraturan-peraturan keselamatan kerja yang telah ditetapkan. Tujuan dari keselamatan kerja sesuai dengan NO.1 tahun 1970 pasal 3 adalah sebagai berikut : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi peledakan. Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 6 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya. e. Memberi pertolongan pada kecelakaan f. Memberi alat pertolongan diri pada kecelakaan g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. h. Mencegah atau mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis clan penularan infeksi. i. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Mernelihara kebersihan kesehatan dan ketertiban. m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. n. Mengamankan dan mamelihara segala jenis bangunan. o. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. Keselamatan Kerja dan Peningkatan Produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antarat keluaran (output) kerja dan masukan (input), makin besar perbandingannya (keluaran mendekati masukan) makin produktif artinya produktivitas lebih tinggi. Keselamatan kerja dapat meningkatkari produksi karena : a. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menyebabkan sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi dan ditekan sekecilkecilnya sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari. Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian--kerugian secara tidak langsung, yaitu kerusakan mesin dan perlatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, mempengaruhi sikap mental pekerja di tempat tersebut dan lain-lainnya, biaya-biaya sebagai akibat kecelakaan langsung maupun tidak langsung cukup atau sangat besar.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 7 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

b. Tingkat keselamatan yang tinggi akan menciptakan kondisi-kondisi mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja sehingga faktor manusia bisa diserasikan dengan tingkat efisiensi sistim yang tinggi. c. Keselamatan kerja yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan peran serta Pengusaha dan Buruh/tenaga kerja akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja sehingga dapat membantu bagi hubungan Pengusaha (Instansi Pengelola Usaha) dan Tenaga kerja yang menjadi landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi. d. Perlindungan

tenaga

kerja

yang

meliputi

keselamatan,

kesehatan,

pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama akan meningkat, motivasi kerja yang baik dan juga dapat meningkatkan produktifitas kerja. 3. Rambu-Rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja Adalah: merupakan tanda – tanda yang dipasang ditempat kerja/laboratorium, guna mengingatkan atau mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling tempat tersebut terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.Sesuai dengan Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b bahwa “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja “ Yang dimaksud dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk : Gambar-gambar/poster, Tulisan/ logo/ semboyan/motto, Simbol-simbol. Rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah : Rambu Larangan, Rambu Peringatan, Rambu Pertolongan, Rambu Prasyarat. Keempat rambu tersebut diatas sangatlah penting untuk dipahami dan disosialisasikan, disamping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum peserta memasuki areal tempat kerja. Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu - rambu di tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 8 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

kontrol guna memberikan informasi yang jelas apa yang harus diketahui dan dipersiapkan pada daerah tersebut. Standar Rambu – Rambu K3 Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda – tanda yang

dipasang

ditempat

kerja/laboratorium,

guna

mengingatkan

atau

mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling tempat tersebut terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja Landasan Hukum 1. Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b. “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja “ 2.

Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Kriteria audit 6. 4. 4. Manfaat Pemasangan Rambu 1. Menyediakan kejelasan informasi dan memberikan pengarahan. umum 2. Memberikan penjelasan tentang kesehatan dan keselamatan kerja 3. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat 4. Mengigatkan para pelaksanan dimana harus menggunakan peralatan perlindungan diri sebelum memulai aktifitas di tempat kerja. 5. Menunjukkan dimana peralatan darurat keselamatan berada. 6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan. Tanda digunakan untuk memperingatkan karyawan dan anggota masyarakat tentang zat-zat berbahaya seperti asam, atau untuk menunjukkan fitur-fitur keselama tan seperti keluar api. Mereka juga dapat memberikan informasi umum atau instruksi spesifik tentang peralatan yang harus dipakai di daerah yang ditunjuk. Yang Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 9 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

dimaksud kan dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk : 1. Gambar-gambar/poster 2. Tulisan/logo/semboyan/motto 3. Simbol-simbol Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang dipersyaratkan dari aturan kesehatan dan keselamatan kerja untuk membantu mengurangi risiko berbahaya, adapun poster merupakan penjelasan yang menjelaskan suatu aktifitas dalam bentuk sebab dan akibat. Kesemua hal tersebut diatas teraplikasikan rangka untuk mengingatkan kembali pentingnya prosedur, proses pekerjaan dan hasil pekerjaan yang aman dan memenuhi standar kualifikasi yang telah ditentukan berdasarkan undang – undang keselamatan kerja yang berlaku. Adapun Rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah : 1.Rambu Larangan 2.Rambu Peringatan 3.Rambu Pertolongan 4.Rambu Prasyarat Keempat

rambu

tersebut

diatas

sangatlah

penting

untuk

dipahami

dan

disosialisasikan, disamping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum peserta memasuki areal tempat kerja. Hal ini akan menjadikan peserta dapat melaksanakan prosedur pengerjaan/ pembelajaran didalam bengkel dengan bertanggung jawab. Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu - rambu di tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna memberikan informasi, tentang kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan bahkan suatu pertolongan. Oleh karena itulah sangatlah perlu adanya penjelasan pengetahuan tentang symbol, kode tentang tanda yang akan dipasang sebagai rambu-rambu dengan standar internasional. Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu – rambu keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku, dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah asal Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 10 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang di lakukan dengan memperhitungkan : 1.Mengidentifikasi bahaya; 2 Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan; dan 3.Menentukan jenis rambu dan indicator apa yang perlu digunakan. Rambu – rambu K3 pada umumnya terdiri dari beberapa symbol atau kode yang menyatakan kondisi yang

perlu mendapat atensi bagi siapa saja yang ada

dilokasi tersebut. Guna mempertegas suatu tanda atau

rambu, dalam

pelaksanaannya dimedakan dlam bentuk warna – warna dasar yang sangat menyolok dan mudah dikenali . Warna yang dipasang pada setiap rambu berupa warna : 1.Warna Merah

: tanda Larangan ( Pemadam Api )

2.Warna kuning

: tanda Peringatan atau Waspada atau beresiko bahaya

3.Warna Hijau

: tanda zona aman atau pertolongan

4.Warna Biru

: tanda wajib ditaati atau prasyarat

5.Warna Putih

: tanda informasi umum

6.Warna oranye

: tanda beracun

Warna – warna tersebut diatas merupakan warna dasar sebagai latarbelakang (background), sedangkan gambar atau logo/simbol diatas warna dasar tersebut merupakan warna kontras. Menurut standar yang berlaku secara internasional berupa warna putih atau hitam. Adapun bentuk – bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu K3 yang perlu dipahami adalah seperti dalam table sbb:

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 11 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Tabel 1. Bentuk-bentuk kombinasi warna dan tulisan dasar rambu K3

Penggunaan bentuk rambu yang memuat tanda – tanda atau symbol ada 3 (tiga) bentuk dasar yaitu : 1.Bentuk Bulat

: Wajib atau bentuk larangan

2.Segitiga

: Tanda peringatan

3.Segi Empat

: Darurat, informasi dan tanda tambahan

Bentuk dasar rambu – rambu standar : yang perlu dipahami Gbr . Bentuk dasar Rambu standar rambu standar

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 12 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Rambu – rambu standar :yang perlu dipahami

Gambar 1. Rambu – Rambu di Laboratorium/Workshop Kita ketahui bahwa rambu rambu keselamatan penting untuk ditaati dan dipatuhi agar

kita

semua

terhindar

dari

kecelakaan.

http://www.code-

knacker.de/sicherheitszeichen. htm. Berikut ini beberapa gambar dan penjelasan rambu-rambu. 1. Rambu Larangan Rambu ini adalah rambu yang meberikan larangan yang wajib ditaati kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya, tanpa ada pengecualiain. Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi yang terpasang (Unfallverhutung – sicherheitzeichen). Ciri-ciri rambu larangan yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna putih,

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 13 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

dan logo berwarna hitam, dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai berikut

Gambar 2. Rambu – rambu 2. Rambu Peringatan Rambu ini adalah rambu yang meberikan peringatan yang perlu diperhatikan kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena dapat mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan. . Adapun Peringatan yang perlu diikuti adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu peringatan yang sering ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang berwarna kuning, dan logo/ga Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 14 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Gambar 3. Rambu Prasyarat/ Wajib Dilaksanakan Rambu ini adalah rambu yang memberikan persyaratan dilaksanakan kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena prasyarat tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Adapun Prasyarat yang perlu dilaksankan adalah sesuai dengan rambu tergambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu prasyarat/kewajiban yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna biru, dan logo/gambar berwarna putih.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 15 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Gambar 4. Rambu pertolongan 3. Rambu Pertolongan Rambu ini adalah rambu yang memberikan bantuan/pertolongan serta arah yang ada di lingkungan itu karena arah/per/longan tersebut merupak petunjuk arah yang harus diikuti siapa saja terutama bila terjadi kondisi darurat. Adapun rambu pertolongan atau petunjuk arah tersebut dipasang pada tempat yang strategis dan mudah terlihat dengan jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan atau petunjuk arah

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 16 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

tersebut berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan logo/gambar warna putih.

Gambar 5. Ciri-ciri rambu pertolongan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 17 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

4. Strategi Penerapan Setiap dunia usaha sewajarnya memiliki strategi yang dapat memperkecil bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai kondisi tempat kerjanya. Strategi yang perlu diterapkan meliputi : 

Manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja



Manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang K3 bersifat formal ataukah informal.



Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat penerapan K3 yang optimal sebagai faktor promosi perusahaan kekhalayak luas

KESIMPULAN Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu – rambu keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku, dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah asal pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang di lakukan dengan memperhitungkan : Mengidentifikasi bahaya, Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan, dan Menentukan jenis rambu dan indicator apa yang perlu digunakan Berapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempergunakan tanda rambu K3, di tempat kerja maupun disekeliling area kerja (laboratorium). Jenis rambu perlu dipasang dguna mendukung terselenggaranya praktikum dengan baik dan aman dapat berupa :Rambu dengan Simbol standar, Rambu dengan Simbol dan Tulisan, Rambu berupa pesan dalam bentuk Tulisan, Rambu tulisan seharusnya digunakan apabila tidak adanya symbol yang tersedia

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 18 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

4. Pemakaian Pakaian Pengaman sesuai SI ( Standar Internasional ) Peralatan Perlindungan Diri Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang dalam keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Penggunaan alat perlindungan diri harus dipandang sebagai "garis akhir per-tahanan” Penggunaan alat pengaman hendaknya tidak dilihat sebagai sesuatu yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya. Alat Perlindungan Diri haruslah: a. Dibuat dan cocok bagi perorangannya, enak dipakai b. Tidak mengganggu kerja c. Memberikan perlindungan efektif terhadap suatu jenis bahaya d. Dibersihkan secara menyeluruh dan teratur, e. Dipelihara dengan baik (filter diganti, dsb.), f.

Diserahkan dengan latihan lebih dahulu bagi pekerja.

Dalam situasi tertentu kebutuhan untuk menggunakan alat pengaman memang sudah jelas, misalnya penggunaan perlindungan mata ketika mengelas. Seorang pekerja tidak perlu dipaksa menggunakan pelindung mata atau kacamata khusus waktu mengelas, tetapi jika sakit atau luka akibat kerja itu tidak begitu serius, sementara pekerja tidak dapat dipaksa menggunakan alat pengaman

Gambar 6. Penggunakan Alat Perlindungan Diri

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 19 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Sekali bentuk pengamanan perorangan yang khusus dipandang penting untuk tugas tertentu, ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja menganjurkan pemakaian pengaman dijadikan syarat bagi penerima kerja. Menggunakan alat pengaman yang tidak tepat akan berbahaya dan dapat mengakibatkan kerusakan permanen sebagian tubuh (cacat permanen) atau kematian. Demikian pula dengan pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memekai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai perhiasanperhisan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis. Pakaian kerja termasuk sepatu seringkali tidak memadai untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang memakai pakaian tua sudah usang untuk dipakai sehari-hari. Keadaan ini selain merugikan dilihat dari keselamatan juga menunjukkan suatu mutu kehidupan yang rendah. Dalam menetapkan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu diikuti ketentuan-ketentuan atau petunjuk-petunjuk dibawah ini: a. Dalam pemilihan pakaian kerja, harus diperhitungkan bahaya-bahaya yang mungkin menimpa tenaga kerja dan pakaian kerja harus dipilih menurut kemampuannya untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin, b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan kantung, jika ada harus sedikit mungkin jumlahnya dan sekecil mungkin ukurannya. c. Baju longgar atau sobek, dasi dan kunci berantai atau arloji berantai tidak boleh dipakai didekat bagian-bagian mesin yang bergerak. d. Jika kegiatan produksi bertalian dengan bahaya peledakan atau kebakaran, harus dicegah pemakaian bahan yang terbuat dari seluloid atau bahan-bahan yang dapat terbakar lainya ketika bekerja. e. Baju berlengan pendek lebih baik dari baju berlengan panjang yang digulung lengannya ke atas.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 20 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

f. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan eksplosif atau beracun tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian kerja g. Bekerja yang menghadapi debu-debu yang dapat terbakar, eksplosif atau beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan dan lain-lain yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu. h. Memakai pakaian longgar bisa menjadi sebab kecelakaan-kecelakaan. Di bawah ini diberikan contoh-contoh sbb. : a. Seorang tenaga kerja yang berpengalaman mulai membersihkan lubang di bawah mesin. Untuk melindungi kepala dari tetasan oli dari mesin, ia menutup kepala dengan pakaian yang diikatkan ke dagunya, sedangkan bagian dari baju terjumbai di atas bahunya. Beberapa menit kemudian ia ditemukan mati dengan kepala putus. Pakaian yang terjumbai telah ditarik oleh putaran mesin yang terdapat kira-kira 1,20 meter dari dasar lubang. b. Pada suatu pabrik pengolah hasil peternakan, tukang kapur bekerja dengan memakai tangga di dekat bagian mesin yang berputar. Tiba-tiba lengan bajunya tertarik oleh putaran mesin dengan akibat lengan bajunya tersobeksobek dan ia menderita beberapa luka. Jika pakaian kerja cepat rusak oleh karena sifat pekerjaan yang berat, keadaan udara yang lembab dan pekerjaan penuh kotoran, pengusaha harus menyediakan jenis pakaian yang cocok. Bila tidak, tenaga kerja harus membeli sendiri pakaian demikian. Macam – macam Alat Perlindungan Diri Alat-alat perlindungan diri beraneka macamnya, jika digolong-golongkan menurut bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka berikut adalah alat perlindungan diri sesuai penggunaan pada bagian-bagian tubuh: a. Kepala

: Pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan

b. Mata

: Kaca mata dari berbagai gelas

c. Muka

: Perisai muka

d. Tangan dan jari-jari e. Kaki

: Sepatu

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

: Sarung tangan

Halaman: 21 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

f. Alat pernapasan

: Respirator / masker khusus

g. Telinga

: Sumbat telingga, tutup telinga

h. Tubuh

: Pakaian kerja dari berbagai bahan, afron

Untuk memilih alat-alat pelindung diri menurut keperluannya, dapat dilihat dalam di bawah ini Teknik pengangkatan /pemindahan secara manual a. Cara mengangkat benda Pengikatan beban yang berat akan aman bila diketahui letak garis kerja gaya berat beban yang dimaksud. Ikatlah beban seimbang pada garis kerja gaya beratnya. Tali pengikat dengan sambungan yang telah diuji kekuatannya akan menghasilkan keselamatan kerja. Dibawah ini diperlihatkan teknis pemindahan benda yang berat.

Gambar 7. Cara mengangkat benda dengan car lift b. Cara mengangkat dan memikiul benda 1) Waktu mengangkat benda, usahakanlah agar tubuh tetap tegak 2) Membagi–bagi berat beban sama rata. 3) Biarkan susunan tulang dari tubuh menyokong dan menopang beban. 4) Gunakan alat pemikul seperti penyandang, ambil kulit atau pikulan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 22 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Gambar 8. Cara mengangkat dan memikul benda c. Mencegah terjadinya kecelakaan Risiko terjadi luka dan kerugian pada kelengkapan untuk mengubah pengangkatan yang sederhana; sebelum mengangkat dan melakukan sesuatu dengan tenaga orang pada permulaan pekerjaan harus berhati–hati. Ruang kerja harus bebas dari segala rintangan. Penghindaran rintangan adalah tindakan untuk keselamatan tempat.

Gambar 9. Cara mengangkat benda

d. Penuntun cara mengangkat dengan tangan Cara yang benar mengangkat dengan tangan. Tulang punggung manusia bukanlah mesin angkat yang efisien dan dapat mudah rusak bila dipergunakan cara–cara yang tidak benar. 1) Suatu angkatan hendaknya dimulai dengan kedudukan sipengangkat dalam sikap yang seimbang dengan meletakkan kedua belah kaki agak meregang

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 23 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

dan barang yang diangkatnya harus di dekatkan dengan badan. Yakinlah bahwa barang itu ada pegangan pengamannya. Sebelum mengangkat punggung harus tegak dan dalam kedudukan sedikit mungkin dengan barang yang diangkat. 2) Untuk mengangkat beban, mula-mula luruskan kaki. Cara ini untuk menyakinkan bahwa daya angkat kita sedang disalurkan benar – benar melalui urat – urat dan tulang. 3) Untuk melengkapi angkatan, luruskanlah badan bagian atas sampai dengan keadaan tegak e. Pengangkatan dengan dongkrak dan penopang dongkrak adalah alat untuk menaikkan kendaraan guna mempermudah pekerjaan reparasi dibagian casis. Ada beberapa jenis dongkrak seperti jenis hidrolis, jenis udara tekan, tergantung pada kapasitas pengangkatannya.

Gambar 10. Cara mengangkat dengan dongkrak dan penopang f. Penyangga Penyangga

untuk

menunjang

kendaraan

yang

sedang

diangkat

guna

pengamanan sewaktu melakukan perbaikan. Pada waktu menggunakan alat pengangkat, dongkrak atau penyangga, utamakan keamanan kerja karena kesalahan kecil dapat menyebabkan kecelakaan besar.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 24 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Gambar 11. Beberapa konstruksi jack stand g. Lokasi dongkrak dan penyangga Untuk mencegah agar tempat penempatan dongkrak dan penyangga tidak rusak, pilihlah tempat-tempat yang kuat. Itulah cara mengangkat benda berat secara manual..

Gambar 12. Cara mendongkrak kendaraan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 25 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

BAB III PEMELIHARAAN KEBERSIHAN PERLENGKAPAN DAN AREA KERJA

A. Perlengkapan Dipilah Sebelum Melakukan Pembersihan dan Pera Peralatan pembersih (cleaning equipment) adalah semua alat pembersih yang fungsi utamanya untuk membersihkan atau menghilangkan noda pada komponen benda datar, tegak, bertekstur, bercelah pada suatu benda dan benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

B. Identifikasi dan Klasifikasi Peralatan Pembersih 1. Peralatan pembersih manual adalah peralatan yang digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia tampa bantuan energi listrik. a. Peralatan pembersih tenaga mesin adalah peralatan yang digerakkan dengan menggunakan energi listrik. b. Peralatan pelindung kerja (protective equipment) adalah peralatan yang berfungsi untuk melindungi tenaga kerja. c. Peralatan pendukung (supportive equipment) adalah peralatan yang berfungsi sebagai pelengkap atau pendukung. 2. Penggunaan metode yang aman dan benar untuk pembersihan dan pemeliharaan perlengkapan Pemeliharaan kebersihan perlengkapan dan area kerja 1. Alat-Alat Kebersihan Alat-alat kebersihan yang diperlukan pada bengkel ,khususnya bengkel otomotif terdiri dari: a. Sapu ijuk berfungsi untuk membersihkan lantai berupa kotoran sampah kering atau debu b. Sapu lidi berfungsi untuk membersihkan halaman bengkel dari sampahsampak kering. c. Alat Pel berfungsi untuk membersihkan air atau zat cair dari lantai.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 26 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

d. Vacuum Cleaner berfungsi untuk menyedot debu/kotoran yang tidak dapat dibersih dengan sapu atau kain pel,misalnya; Sofa, karpet, dan saluran ventilasi udara, baik pada ruangan bengkel ataupun pada kendaraan yang sedang diperbaiki. e. Pasir/serbuk kayu berfungsi untuk menyerap tumpahan oli atau minyak pada lantai, sebelum disapu atau dipel.

. Gambar 13. Menjaga kebersihan lingkungan kerja 2. Kerugian dari Kebersihan yang Buruk Kebersihan yang buruk dapat menimbulkan berbagai kecelakaan, cidera, kerusakan dan masalah : a. Kesuban, terpotong dan cidera mata terjadi bila butiran metal dan serpihan tertinggal diatas meja kerja dan permesinan. b. Terpotong Jari dan Tangan terjadi bila sisa metal yang tajam ditinggalkan tergeletak diatas meja kerja. c. Kecelakaan Terpeleset dan Jatuh terjadi bila perkakas, peralatan dan sisa material ditinggalkan tergeletak di lantai. d. Cidera tertumbu terjadi bila tumpukan yang tidak stabil atau laci penyimpanan kelebihan beban ambruk. e. Waktu Terbuang karena perkakas, peralatan dan material yang selalu berpindah dan harus diatur kembali. f. Terlepas dari Kecelakaan dan cidera, kebersihan yang buruk juga dapat mnyebabkan masalah lain. g. Kebakaran dengan mudah menjalar kesuluruh tempat kerja bila sisa kertas dibiarkan menumpuk.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 27 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

h. Cidera Serius atau kematian bias terjadi pada saat orang berusaha menyelamatkan bangunan, bila jalan masuk dan jalan keluar darurat tertutup atau terganggu. Pengaturan tempat kerja yang buruk dan tidak rapi juga dapat menimbulkan: a. Tempat kerja yang padat; dan b. Kesulitan mencari perkakas, material dan peralatan Tempat kerja yang padat, tidak rapi dan tidak teratur membuat kesulitan kepada setiap orang untuk bekerja dan tidak mendorong kualitas kerja. 3. Keuntungan dari Kebersihan yang Baik Berikut ini beberapan keuntungan dari bengkel yang bersih: a. Berkurang resiko kecelakaan dan cidera; b. Berkurang resiko kebakaran; c.

Tempat kerja lebih nyaman; dan

d. Berkurang waktu yang terbuang untuk mencari perkakas, peralatan dan material Kebersihan yang efektip mensyaratkan anda untuk: a. Mengatus empat kerja; b. Menjaga tempat kerja bersih dan tidak kacau; dan c. Menyimpan segala sesuatu ditempat yang tepat. 4. Metode Pembersihan Banyak orang menggunakan angin dari kompressor untuk menghilangkan debu dari pakaian, bangku kerja, struktur, almari dan fiting lampu. Hal ini beresiko tinggi dan berbahaya karena dapat menimbulkan ledakan debu. Debu dan partikel kotor lainnya dapat terhirup atau mengenai mata yang tidak terlindungi. Bahaya dari terhirupnya asbestos fibres (debu rem) dapat menyebabkan kangker paru-paru, hal ini tidak secara luas disadari bahwa hampir semua short fiber terhirup paruparu dapat mengakibatkan kerusakan yang sama. Peralatan vacum cleaner yang tepat dengan alat untuk menjangkau sudut-sudut yang sempit, filter debu yang Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 28 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

terpelihara dengan baik adalah sesuatu hal yang harus dilakukan pada pekerjaan yang menimbulkan debu. Sapu, sikat untuk membersihkan lantai, alat-alat pembersih dan sabun detergen atau larutan pembersih harus tersedia untuk digunakan oleh para pekerja. Pada saat membersihkan ruangan, pindahkan matrial yang tidak diperlukan ketempat dimana material tersebut dapat dengan mudah dipindahkan ke tempat sampah. Jangan di sebarkan di atas lantai. Tempat penampungan limbah harus dikosongkan secara periodik dan isinya (limbah) dimusnahkan dengan cara yang direkomendasikan/ dianjurkan. 5. Pemeliharaan dalam Penataan Tempat Kerja Di bawah ini diberikan tiga contoh latihan penataan tempat kerja yang baik: a. Bagi pekerja yang mengambil kotak peralatan untuk memelihara atau memperbaiki kendaraan, peralatan-peralatan atau mesin-mesin.

Gambar 14. Sebuah kotak alat pekerja b. Buatlah apa yang akan dikerjakan menjadi aman untuk

dikerjakan.

Putuskan dari segala sumber listrik. c. Bersihkan, cuci, atau sikat komponen agar pekerja tidak terkena kotoran. d. Bersihkan seluruh sisa kotoran yang timbul dari kegiatan pembersihan di atas. e. Gunakan peralatan yang cocok, dan jangan sampai melebihi beben kerjanya. f. Sebelum membuka tabung, container atau pipa, tanyakan pada diri anda sendiri bagaimana jika benda-benda tersebut berisi cairan? g. Cairan yang dialirkan dari bak penampung harus dibuang dengan cara yang benar bukan dibuang pada saluran air. h. Tempatkan bagian kendaraan yang sudah dilepas ke dalam container. i. Simpan bagian-bagian yang tak terbungkus dalam suatu form atau urutan. Gunakan

sistem

pelabelan

jika

anda

belum

terbiasa

dengan

asembling/perakitan. Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 29 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

j. Jangan simpan bagian kendaraan di tempat yang terganggu

oleh

pergerakan atau jalan masuk. k. Amankan sudut-sudut tajam , tonjolan tajam, dan bagian tajam lainnya. l. Gunakan penutup debu jika diperlukan. m. Gantikan bagian/parts yang rusak. n. Setelah merakit ulang lepaskan semua karat dan perbaiki cat kendaraan yang rusak. o. Hilangkan penetesan dan kebocoran-kebocoran. p. Buang barang yang sudah tidak akan digunakan lagi.

Gambar 15. Buang benda-benda yang sudah tidak penting/terpakai Bagi pekerja yang akan bekerja pada bangku kerja a. Gunakan rak, laci meja dan almari untuk menyimpan peralatan dan pisahkan setiap bagiannya. b. Simpan barang yang sering dipakai sitempat yang dekat dan simpan barang yang berat dalam ketinggian yang sesuai. c. Bersihkan kembali bangku kerja setiap akhir pekerjaan dan setiap akhir jam kerja. d. Bersihkan

kembali

peralatan

sebelum

dikembalikan

pada

tempat

penyimpanannya.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 30 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Gambar 15. Sebuah tempat kerja yang diatur dengan baik Pada saat anda bekerja, jangan sampai barang/benda kerja anda tercecer di daerah kerja selain daerah kerja anda. Setiap tiga bulan, cuci permukaan cat disekitar daerah kerja anda kemudian dilanjutkan dengan laci dan almari anda, simpan kembali atau buang barang yang sudah tidak dipakai sementara waktu khususnya zat pembersih, zat-zat kimia dan produk-produk bahan bakar. Hindari menghiasi bangku kerja, dinding, almari dsb dengan gambar wanita, pakaian dan kertas kerja. Bagi pekerja yang sedang mengerjakan mesin-mesin (Mesin pengangkat, mesin bubut dll) a. Gunakan rak-rak, laci, dan almari untuk menyimpan alat-alat dan setiap alat mempunyai tempat sendiri-sendiri. Simpan alat yang sering digunakan di tempat yang dekat dan benda/alat yang berat pada ketinggian yang sesuai. b. Bersihkan kembali permukaan tempat kerja pada saat selesai tiap-tiap pekerjaan atau setiap akhir jam kerja. c. Lumasi mesin sesuai dengan instruksi buku petunjuk dari pabrik pembuatnya. d. Bersihkan mesin setiap seminggu sekali. e. Cuci permukaan mesin yang dicat setiap tiga bulan. f. Lakukan tindakan anti karat pada akhir pekan dan hari libur dan hilangkan segera jika timbul karat. g. Hilangkan serpihan dari mesin segera dan ambil langkah untuk menhentikan penyebabnya.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 31 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

h. Kembalikan seluruh alat ke tempat masing-masing pada setiap akhir pekerjaan atau setiap akhir jam kerja. i. Rawat dan perbaiki mesin pada saat diperlukan. Tindakan pencegahan lebih diutamakan daripada menunggu bencana terjadi. 6. Perawatan Dan Pemeliharaan Peralatan Perbengkelan Peralatan perbengkelan baik itu peralatan keselamatan kerja maupun alat bantu yang digunakan serta kunci-kuncinya penting untuk dipelihara dan dirawat. Pemeliharaan diperlukan untuk mencegah kerusak-an dari alat. Pemeliharaan bisa berupa: a. Pembersihan setelah alat dipakai b. Meletakkannya di tempat yang semestinya (terlindung dari air hujan dan cahaya matahari yang terik) Sementara itu untuk merawatnya perlakuan yang harus diberikan antara lain: a. Membersihkannya secara berkala (dari debu dan karat) b. Menservisnya secara berkala (agar alat selalu siap pakai dan dalam kondisi baik) Alat-alat bengkel bagi pebengkel pemula bisa dibeli secara berangsur-angsur tergantung dari modal yang dimilki, karena untuk membeli alat-alat tersebut secara lengkap akan sangat menguras keuangan. Bagi orang yang punya tekad kuat mendirikan sebuah bengkel sederhana sebagai permulaan baik juga untuk dilakukan, karena dari pengalaman dan pengamatan penulis banyak bengkel sepeda motor yang bermula dari kondisi seperti itu, yang penting kualitas kerja dan cara menghadapi konsumen yang paling perlu diperhatikan. Pekerjaan yang bersih, rapi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi konsumen bisa menjadi daya tarik utama dari pekerjaan berbengkel, apalagi dengan pelayanan yang ramah dan cekatan, konsumen akan merasa senang dan terlayani sehingga bila ada kendala mereka akan datang lagi, awal yang bagus tersebut akan terus terbina hingga secara tak langsung seorang pebengkel telah menyiapkan langganannya untuk kedepan. Banyak orang yang lebih mengutamakan rasa nyaman dalam memilih tempat langganan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 32 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Kelengkapan alat juga penting namun bagi lulusan SMK standar ini bisa dijadikan kriteria nomor kesekian, tak sedikit orang yang memulai dengan apa yang ada, bagaikan kata-kata bijak ”tak ada rotan akarpun jadi”. Karena memanfaatkan apa yang ada, mengusahakan apa yang tak ada, menerima kondisi yang ada dan mengatur strategi untuk melengkapkannya adalah lebih bijak, lalu lakukan apa yang bisa anda

lakukan,

dan

jangan

tunda

semangat

anda

dengan

rasa

putus

asa”. Bagaimanapun banyak jalan menuju Roma. 1) Jenis-jenis Pemeliharaan Pemeliharaan adalah suatu bentuk tindakan yang dilakukan dengan sadar untuk menjaga agar suatu peralatan selalu dalam keadaan siap pakai atau tindakan melakukan perbaikan sampai pada kondisi peralatan tersebut dapat bekerja kembali. Secara garis besar pemeliharaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a) Pemeliharaan terencana (planned maintenance) Pemeliharaan terencana adalah porses pemeliharaan yang diatur dan diorganisasikan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi terhadap peralatan di waktu yang akan datang.Dalam pemeliharaan terencana terdapat unsur pengendaliandan unsur pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pemeliharaan terencana merupakan bagian dari sistem manajemen pemeliharaan yang terdiri atas pemeliharaan preventif, pemeliharaan prediktif, dan pemeliharaan korektif. ~ Pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu tertentu dan pelaksanaannya dilakukan secara rutin dengan beberapa kriteria yang dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan suatu komponen tidak memenuhi kondisi normal. Pekerjaan yang dilakukan dalam ~pemeliharaan preventif adalah : mengecek, melihat, menyetel, mengkalibrasi, melumasi, dan pekerjaan lain yang bukan penggantian suku cadang berat. Pemeliharaan preventif membantu agar peralatan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan pabrik pembuatnya. Semua pekerjaan yang masuk dalam lingkup pemeliharaan preventif dilakukan secara rutin dengan berdasarkan pada hasil kinerja alat yang diperoleh dari pekerjaan pemeliharaan prediktif atau adanya Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 33 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

anjuran dari pabrik pembuat alat tersebut. Apabila pemeliharaanpreventif dikelola dengan baik maka akan dapat memberikan informasi tentang kapan mesin atau alat akan diganti sebagian komponennya. Proses peralihan dari pemeliharaan yang bersifat kadang-kadang dan sembarangan atau bahkan tidak ada pemeliharaan sama sekali menuju kepada pemeliharaan terencana yang dengan sengaja melakukan pemeliharaan secara rutin memerlukan waktu, tenaga, dan pekerjaan tambahan di luar pekerjaan biasanya. Namun berdasarkan pengalaman, hal tersebut akan terjadi pada awal pekerjaansaja dan selanjutnya apabila sistem tersebut telah berjalan, maka akan lebih mudah dalam menangani pemeliharaan setiap peralatan sehingga diharapkan dapat memiliki efisiensi yang tinggi. b)Pemeliharaan tak terencana Pemeliharaan tak terencana adalah jenis pemeliharaan yang dilakukan secara tiba-tiba karena suatu alat atau peralatan akan segera digunakan. Seringkali terjadi bahwa peralatan baru digunakan sampai rusak tanpa ada perawatan yang berarti, baru kemudian dilakukan perbaikan, apabila akan digunakan. Dalam manajemen system pemeliharaan, cara tersebut dikenal dengan pemeliharaan tak terencana atau darurat (emergency maintenance). Pada umumnya metode yang digunakan dalam penerapan pemeliharaan adalah metode darurat dan tak terencana. Metode tersebut membiarkan kerusakan alat yang terjadi tanpa atau dengan sengaja sehingga untuk menggunakan kembali peralatan tersebut harus dilakukan perbaikan atau reparasi. Pemeliharaan tak terencana jelas akan mengganggu proses produksi dan biasanya biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan jauh lebih banyak disbanding dengan pemeliharaan rutin. 2) Tujuan Pemeliharaan Rutin Dalam setiap tindakan pemeliharaan, tujuan pokoknya adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan dan mencegah adanya perubahan fungsi alat serta mengoptimalkan usia pakai peralatan. Reliabilitas alat dan kinerja yang baik hanya dapat dicapai dengan melakukan program pemeliharaan yang terencana. Selain untuk alasan reliabilitas dan kinerja alat, program pemeliharaan terencana juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu dalam hal efisiensi keuangan, perencanaan, standardisasi,

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 34 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

keamanan kerja dan semangat kerja. Pada aspek keuangan sudah jelas bahwa kerusakan yang terlalu cepat pada peralatan akan mengakibatkan pengeluaran yang tidak terencana. Hal tersebut juga akan berakibat terhadap perencanaan fasilitas lainnya tidak mungkin dapat berjalan tanpa didukung peralatan yang bekerja secara efisien. Apabila peralatan dioperasikan hingga mendekati rusak atau bahkan rusak sama sekali tanpa adanya pemeliharaan, maka mungkin saja dapat membahayakan dan mencelakakan. Banyak kerugian yang timbul akibat kecelakaan, bukan hanya manusia, tetapi hilangnya waktu, tenaga dan biaya. Rendahnya tingkat pemeliharaan dan tingginya resiko kecelakaan berakibat kurang bergairahnya orang lain untuk melanjutkan pekerjaan dan akan menurunkan produktivitas kerja. Secara garis besar terdapat empat tujuan pokok pemeliharaan preventif yaitu : a) Memperpanjang usia pakai peralatan. Hal tersebut sangat penting terutama apabila dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli satu peralatan jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan memelihara sebagian dari peralatan tersebut. Walaupun disadari bahwa kadangkadang untuk jenis barang tertentu membeli dapat lebih murah apabila alat yang akan dirawat sudah sedemikian rusak. b) Menjamin peralatan selalu siap dengan optimal untuk mendukung kegiatan kerja, sehingga diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal pula c) Menjamin kesiapan operasional peralatan yang diperlukan terutama dalam keadaan darurat, adanya unit cadangan, pemadam kebakaran dan penyelamat. d) Menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan tersebut. 3) Sistem Pemeliharaan Rutin Untuk memenuhi prosedur pemeliharaan baku, harus disiapkan data pemeliharaan dan mulai dengan pertanyaan sederhana yaitu : peralatan apa yang akan dirawat ? dimana lokasi penyimpanan alat ? bagaimana merawatnya ? dan kapan akan dirawat ?

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 35 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

a) Peralatan yang perlu pemeliharaan Sebelum sistem pemeliharaan terencana diterapkan, harus diketahui peralatan apa saja yang sudah ada dan berapa jumlahnya. Untuk itu, pekerjaan dapat dimulai dengan suatu daftar inventaris yang lengkap untuk menjawab pertanyaan di atas. Hal tersebut merupakan persyaratan utama dan layak dijadikan sebagai tugas pertama untuk menyusun system pemeliharaan yang baik. Daftar inventaris yang akurat dan rinci dari segi teknis akan sangat berguna untuk sistem pemeliharaan terencana. Selanjutnya daftar inventaris peralatan tersebut dikelompokkan menjadi sejumlah kelompok yang sesuai dengan jenisnya. Sebagai contoh : kelompok alat-alat tangan, alat-alat khusus (Special service tool/SST), alat-alat ukur dan sebagainya. b) Lokasi penyimpanan alat Masalah yang biasanya timbul pada hal penyimpanan adalah tidak cukupnya tempat/ruang untuk meletakkan barang-barang. Pada beberapa instansi masalah ini dapat diatasi dengan menambah rak-rak peralatan dan material. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan pada sistem penyimpanan barang: (1) Penyimpanan material harus direncanakan terlebih dahulu. (2) Barang-barang yang sering digunakan diletakkankan pada tempat yang terdekat dengan pekerja dan barang yang lebih berat ditaruh pada ketinggian yang sesuai.

Gambar 16. Menyimpan barang pada ketinggian yang sesuai (3) Alarm, lampu penerangan, saklar dan panel kontrol, peralatan pertolongan pertama dan fasilitas cuci, kesemuanya ini harus lancar/berfungsi baik. (4) Pemadam kebakaran harus mudah dicapai/didapatkan. (5) Jalan keluar/masuk dan jalan/gang kerja harus bebas hambatan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 36 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

(6) Tabung-tabung yang berisi cairan, gas yang mudah terbakar atau beracun, zat kimia yang reaktif harus disimpan di dalam bangunan yang terpisah dan harus mematuhi MSDS recommendations. (7) Wadah-wadah barang, rak, palet digunakan dimana itu dimungkinkan, dengan peralatan penanganan mekanik yang sesuai. (8) Pipa-pipa, ruji-ruji dan material bulat lainnya harus ditumpuk dalam lapisan-lapisan yang terpisah oleh strip pada ujung-ujungnya atau di dalam rak. (9) Lembaran baja, khususnya plat tipis, berbahaya jika diangkat dengan tangan, harus ditangani secara mekanik. (10)

Material yang mudah terbakar (seperti kain yang berminyak) tidak boleh

ditumpuk dalam tumpukan yang tinggi. Penempatan tiap peralatan harus jelas sesuai dengan pengelompokannya sehingga memudahkan dalam pencarian alat tersebut. Apabila terjadi pemindahan alat hendaknya bersifat sementara dan setelah selesai digunakan dapat dikembalikan pada tempat semula. Penyimpanan alat dan perkakas dapat dilakukan pada : panel alat, ruang gudang, ruang pusat penyimpanan, dan kit alat-alat. (1) Panel alat (tool panel) Banyak pekerja yang lebih senang menggunakan panel alat untuk menyimpan dan meletakkan alat-alat. Pada umumnya yang diletakkan pada panel alat adalah sekelompok alat sejenis tetapi yang berbeda ukurannya misal obeng atau tang dari berbagai ukuran. Dengan panel alat tersebut petugas peminjaman alat lebih mudah mengontrolnya. Panel alat dapat diatur letaknya menurut keseringan penggunaan yang disusun dalam rentangan warna yang kontras atau dalam warna-warna kombinasi yang serasi. (2) Ruang gudang alat Kadang-kadang tidak cukup dinding untuk meletakkan panel alat tersebut. Disamping itu penggunaan panel alat juga tidak sesuai dengan sifat alat karena ada alat yang tidak baik untuk disimpan di udara terbuka. Untuk menyimpan alat yang mempunyai sifat demikian diperlukan almari kecil atau ruangan penyimpanan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 37 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

(3) Ruang pusat penyimpanan Cara lain untuk menyimpan alat dan perkakas adalah menggunakan ruang pusat penyimpanan alat dan perkakas. Ruangan tersebut dapat digunakan untuk menyimpan berbagai alat untuk keperluan semua jenis alat yang ada. Penyimpanan dengan cara ini lebih baik karena petugas peminjaman alat dapat dengan mudah mengadakan pengawasan. Kelemahannya ruang pusat tersebut tidak dapat dekat dengan semua jenis kegiatan yang memerlukan. (4) Kit alat-alat Kit alat-alat didesain untuk pekerja secara individual, berisi sejumlah alat yuang lengkap untuk suatu kegiatan perbaikan/servis. Kebaikan kit alat14 alat tersebut bahwa siapa saja yang membutuhkan dapat dipenuhi dengan segera tanpa harus memilih jenis-jenis alat yang diperlukan untuk saat itu. c) Prosedur pemeliharaannya Pemeliharaan preventif memerlukan suatu daftar seperti halnya pekerjaan rutin, mencakup : jadwal pemeliharaan peralatan, data hasil pengetesan, peralatan khusus (apabila diperlukan), keterangan pengisian pelumas, buku petunjuk pemeliharaan, tingkat pengetahuan pekerja terhadap pekerjaan tersebut. Untuk memberikan informasi kepada bagian pemeliharaan, maka tiap jadwal pemeliharaan dibuat pada kartu control atau formulir yang dapat member informasi dengan jelas. Pada setiap jadwal pemeliharaan dituliskan identifikasi alat dengan nomor sandi, nama alat, nomor pengganti, dan tanggal pemasangan pertama serta pengerjaan perawatan yang telah dilakukan. d) Waktu pemeliharaan Pemeliharaan rutin dilakukan secara periodic dengan selang waktu tertentu berdasarkan hitungan bulan, hari atau jam. Selang waktu hari atau bulanan dicatat seperti : periodik 1 bulanan = 1 B, 3 bulanan = 3 B, 6 bulanan = 6 B atau periodik waktu 120.000 jam, 5.000 jam, atau 1.000 jam. Tanggal pekerjaan pemeliharaan dicatat pada papan kontrol yang diletakkan di ruang penaggung jawab dan pencatatan tanggal pekerjaan dilakukan pula pada lembar data peralatan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 38 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Informasi yang dicatat termasuk waktu pakai alat, komponen yang diganti, dan kinerja peralatan. Dari data yang dicatat tersebut dapat diproyeksikan dan diramalkan waktu pakai alat, sehingga dapat direncanakan untuk menggantinya pada saat yang ditentukan. 4) Rambu-rambu Pemeliharaan Peralatan Pemeliharaan peralatan sangat erat kaitannya dengan masalah pemakaian, perbaikan, dan penyimpanan serta pengadministrasiannya. a) Perbaikan alat dibedakan antara perbaikan ringan yang dapat dikerjakan sendiri oleh pekerja dan perbaikan khusus yang harus dilakukan oleh ahlinya. Peralatan yang diketahui rusak harus dipisahkan dan ditindaklanjuti. b) Penyimpanan peralatan berorientasi pada prinsip kebersihan dan prinsip identifikasi. Kebersihan mencakup persyaratan sifat kering dan tidak lembab. Rambu-rambu penyimpanan peralatan adalah sebagai berikut : (1) Peralatan percobaan disimpan menurut jenisnya (alat percobaan Fisika, Kimia, dsb.) (2) Peralatan percobaan yang bersifat umum sebagai alat aneka guna disimpan di tempat khusus yang mudah dan cepat mendapatkannya. (3) Peralatan yang memerlukan perlindungan dengan lapisan cat atau pelumas perlu selalu diperiksa fungsi pelapisannya. (4) Peralatan yang mempersyaratkan kondisi kering harus selalu diperiksa tentang kelembaban tempat peyimpanannya. (5) Peralatan yang terbuat dari logam, plastik, atau kayu yang pipih dan relatif panjang disimpan dalam posisi terletak mendatar/tidur untuk menghindari pelengkungan tetap. (6) Peralatan yang berbentuk memanjang dan rapuh, dalam mobilitas pemindahannya harus selalu dibawa dalam posisi tegak. c) Pemeliharaan dan pencegahan kerusakan dilakukan dengan pemeriksan secara rutin dengan penjadwalan yang pasti. Dibedakan antara pemeriksaan harian, mingguan, bulanan dan seterusnya. Dengan pemeriksaan yang rutin dan terus menerus, maka setiap gejala kerusakan akan segera dapat dideteksi dan ditindaklanjuti. d) Pengadministrasian peralatan dilakukan untuk mempermudah pengendalian dalam hal pemakaian/penggunaan, penyimpanan, perbaikan, perawatan dan pengadaan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 39 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

peralatan baru. Pengendalian pengelolaan dan pengadmistrasian memerlukan perangkat instrument yang berupa buku, lembar dan kartu, meliputi : (1) Kartu stok ; warna kartu dibedakan untuk masingmasing jenis peralatan sesuai dengan pengelompokkannya. (2) Buku inventaris ; memuat nomor sandi, nama alat, ukuran, merek/tipe, produsen, asal tahun, jumlah dan, kondisi (3) Daftar peralatan ; memuat kode, nama alat, dan jumlah alat (4) Buku harian ; digunakan untuk mencatat setiap kejadian yang terjadi dan yang berkaitan dengan kegiatan di tempat kerja. (5) Label ; memuat kode alat, nama alat, jumlah dan kondisi alat. Label dipasang di tempat penyimpanan alat. (6) Format permintaan alat 7. Peralatan dan Area Kerja Dibersihkan Dipelihara, Sesuai dengan Spesifikasi Pabrik. Pendahuluan Area kerja dan peralatan merupakan komponen penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu membersihkan area kerja dan peralatan merupakan hal pertama kali yang harus dilakukan. Memahami dan membenahi area kerja dapat mempermudah jalannya proses pengolahan, meminimumkan perpindahan bahan, memelihara fleksibilitas, dan menghemat pemakaian ruang bangunan. Demikian juga hal yang berkaitan dengan peralatan, ketepatan penggunaan alat dapat

memberikan

kemudahan, keselamatan, dan kenyamanan bagi karyawan dalam melakukan pekerjaannya dan meminimumkan

barang yang rusak. Upaya untuk mendapatkan

hasil masakan yang bersih dan sehat ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah kebersihan alat-alat yang digunakan baik alat untuk persiapan, pengolahan, maupun alat untuk penyajian. disamping faktor lain seperti bahan makanan, orang yang memasak maupun lingkungan kerja. Apabila kurang berhati-hati dalam menjaga kebersihan, maka penyakit akan mudah masuk dalam tubuh. dan sekarang ini banyak penyakit yang disebabkan karena keracunan makanan, seperti pepatah mengatakan "Bersih Pangkal Sehat" artinya untuk mencapai derajat kesehatan yang baik maka

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 40 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

diperlukan upaya kebersihan yang baik pula. Sebelum kita membersihkan area kerja dan peralatan maka kita harus mengetahuinya terlebih dahulu. A. Area Kerja dan Peralatan 1. Area Kerja Area kerja adalah tempat dimana kita melakukan sebuah pekerjaan. Area kerja yang dimaksud adalah dapur. Salah satu persyaratan dapur yang baik adalah dapur yang selalu bersih, untuk itu kita harus tahu bagaimana cara membersihkan dapur yang benar. 2. Membersihkan, Mensanitasi dan Menyimpan Peralatan a. Pengertian Alat Peralatan dan perlengkapan dapur adalah semua perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan didapur untuk mengolah makanan

(Kitchen Equipment & utensil).

Dewasa ini banyak sekali dijual dan beredar dipasaran jenis dan macam peralatan yang sering digunakan di dapur. Ada yang terbuat dari tanah liat, bambu, kayu , besi, aluminium, seng,

stainless steel , atau plastik. Didalam

pemilihan peralatan dan

perlengkapan dapur diperlukan persyaratan antara lain : 1) Mudah dibersihkan. 2) Mudah diketahui bahwa alat tersebut sudah bersih. 3) Keras dan tidak menyerap bahan-bahan makanan 4) Permukaan halus sehingga mudah dibersihkan, 5) Tidak mudah berkarat atau antikarat 6) Tidak mudah pecah. Apabila beberapa bagian dari peralatan yang sulit dibersihkan terdapat sisa-sisa makanan yang tertinggal maka akan mudah sekali menjadi tempat bakteri berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan makanan menjadi basi dan dapat menimbulkan keracunan. Demikian pula bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat peralatan dapur tidak boleh terbuat dari bahan-bahan yang mengakibatkan keracunan misalnya besi dan timah hitam. b. Bahan Pembuat Alat

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 41 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Bahan baku yang digunakan oleh pabrik-pabrik alat penyimpanan makanan, menghidangkan, memasak, melayani dan mencuci peralatan seharusnya berasal dari bahan yang bebas dari bahan yang membahayakan manusia, mampu menahan serangan serangga, tidak dapat mempengaruhi keadaan makanan ataupun minuman, menimbulkan bau busuk dan berpengaruh terhadap warna masakan seperti mangkuk dan bahan-bahan keramik yang telah dikerjakan oleh orang-orang dahulu. Permukaan alat untuk meletakkan makanan sebaiknya mempunyai permukaan yang halus, agar mudah dibersihkan. Solder atau alat untuk mengelas sambungan hendaknya menggunakan logam sejenis yang tahan korosi terhadap bahan-bahan baku. 1) Baja Tahan Karat Baja tahan karat yang umum digunakan untuk alat pelayanan makanan terdiri dari 18% chromium, 8% nikel dan 0,08% karbon. Jenis baja tahan karat yang lain adalah mengandung karbon 0,08%. Baja tahan karat mempunyai sifat cemerlang, menarik, mudah dibersihkan, kuat, tidak berkarat, tidak mudah bereaksi dengan asam dan soda. Jadi baja tahan karat tersebut siap digunakan baik di dapur maupun untuk peralatan pelayanan. Baja tahan karat tersebut mempunyai lapisan yang memperbaharui sendiri yang tahan terhadap oksidasi dan korosi. Walaupun begitu warnanya tidak berubah, kenampakan yang cemerlang dengan mudah memperlihatkan kotoran yang ada. 2) Besi Peralatan dari besi saat ini masih banyak digunakan seperti untuk pembuatan periuk, panci, beberapa wajan, tutup kompor, kompor gas dan peralatan yang sejenis. Besi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: b) Besi polos Besi polos mempunyai sifat : berat, kuat, mudah berkarat, penghantar panas yang baik, mempengaruhi rasa dan warna pada masakan. Besi polos sangat baik untuk membuat wajan di samping cepat panas, masakan yang digoreng tidak melekat diwajan. Namun sebaiknya besi polos tidak digunakan untuk memasak sayur ataupun lauk pauk terutama yang menggunakan santan atau yang berasa asam. Besi polos apabila digunakan akan mengubah dan mempengaruhi rasa Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 42 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

dan warna masakan, yaitu warna masakan menjadi kebiruan dan berasa kurang enak. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi kimia antara logam dengan bahan dan bumbu yang mendapatkan suhu tinggi. c) Besi berlapis Besi berlapis mempunyai sifat: berat, kuat, tidak mudah berkarat, penghantar panas, tidak mempengaruhi rasa dan warna masakan. Besi berlapis adalah besi yang mendapatkan lapisan tertentu sehingga sifat asli yang kurang baik dari besi akan hilang untuk sementara. Namun bila lapisan tersebut mengelupas, maka sifat asli dari besi akan timbul kembali seperti mudah berkarat dan berlubang. Dengan melindungi logam besi dan baja dari sifat korosi maka alat tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak, meningkatkan kualitas dari alat tersebut dan mudah untuk dibersihkan. Ada beberapa macam lapisan yang sering digunakan untuk memberi lapisan pada besi atau logam seperti: d) Email acrylic adalah sebuah lapisan organik yang dibuat dari damar-damar sintetis pada sebuah logam. Biasanya pada bagian permukaan. e) Email bakar Email bakar adalah sebuah cat alkyd yang disemprot-kan pada sebuah logam dasar kemudian dibakar dengan panas 93-204 derajat celcius. Bahan seperti cuka, chlorine, bahan pemutih dan alkohol dapat merusak lapisan ini. f)

Porselin email Porselin email

adalah sebuah campuran antara bahan gelas yang dicampur

dengan sebuah logam dasar pada panas 760-817 derajat celcius, sehingga tidak berlubang-lubang dan tidak mudah tergores, tidak mudah berkarat atau bernoda. g) Silicone Silicone adalah suatu lapisan yang merupakan perantara zat (benda) antara benda-benda organic yang berkualitas dan bahan membuat gelas yang Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 43 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

disemprotkan pada permukaan dengan membakar alat tersebut akan memberi pelepasan dengan baik. h) Teflon Teflon adalah sebuah campuran damar fluorocarbon yang disemprotkan pada permukaan alat tersebuL kemudian dioven / dibakar pada panas 371-399 derajat celcius. Bahan teflon ini mengandung kimia dan larutan-larutan tetapi bahantersebut dapat dihilangkan dengan dicuci dengan deterjen dan air panas. Alat yang menggunakan lapisan teflon ini jangan sampai terkena goresan benda tajam sebab lapisan teflon akan mudah terkelupas. Lapisan teflon ini sering pula disebut lapisan anti lengket. Lapisan ini sering gunakan pada alat seperti : wajan dadar, wajan bertelinga dll. Sebagai alat pengaduk sebaiknya terbuat dari bahan kayu. 3) Plastik Plastik sebagai bahan untuk pembuatan peralatan pelayanan makanan sekarang ini banyak disukai. Macam-macam plastik : a) Akrlikik Akrilik digunakan dalam berbagai produk dengan merk Incite., Plexiglass. Lucite digunakan untuk alat-alat makanan Plexsiglass b) Melanine Digunakan dalam pembuatan berbagai piring plastik Boontonware, Texasware, juga digunakan dalam Countertop seperti foemika. c) Fiberglass Menggunakan serabut gelas dalam panas damar yang biasanya suatu polyster . Sebagai contoh penggunaan bahan ini adalah untuk meja counter atau meja penyaji hidangan. d) Nilon Bahan ini sehari-hari seringkali digunakan untuk peralatan yang banyak memerlukan pergeseran.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 44 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

e) Phenolik Biasanya berwarna coklat, digunakan untuk bahan baku pembuatan baki. f) Polyethylene Suatu termoplastik bahan ini biasa digunakakan untuk pembuatan mangkok yang fleksibel, penyimpanan botol, bak sampah dan sebagainya. g) Polypropylene Polypropylene adalah suatu plastik yang tahan terhadap pengaruh panas tinggi, biasanya digunakan sebagai rak mesin cuci dan penerapan yang lain. h) Styrene Styrene mempunyai pengaruh kekuatan yang tinggi, tetapi tidak dapat digunakan pada temperatur lebih dari 71° C. Bahan ini biasanya digunakan untuk pembuatan tutup, lemari pendingin. 4) Aluminium Aluminium saat ini banyak digunakan karena mempunyai sifat, ringan, warna putih keabuan, pengantar panas yang baik, tidak beracun, tak tahan terhadap soda, chlor , asam, bila lembab lekas bersenyawa dengan zat asam. Masakan yang dimasak dengan menggunakan alat dari aluminium harus segera dituang agar masakan tidak berubah baik rasa maupun warnanya, misalnya masakan sayur asam, acar, masakan telur. Bila masakan ini dibiarkan diataspanel aluminium maka masakan akan berubah menjadi biru atau kebiruan. Selain digunakan untuk peralatan dapur aluminium juga banyak digunakan untuk perkakas, peralatan interior dan eksterior pada kereta dan peralatan lain. Anoda aluminium akan meminimumkan oksida yang menghitamkan segala sesuatu/ makanan yang menempel. 5) Logam-logam lain Pada waktu-waktu yang lalu, semua peralatan makanan dan peralatan memasak terbuat dari kayu, kecuali peralatan yang mudah terbakar. Sekarang peralatan tersebut masih kita jumpai karena: murah, ringan, kuat, terlihat indah. Peralatan dari

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 45 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

kayu tersebut tidak mudah bereaksi dengan makanan. Sifat kayu yang lain adalah cepat dan mudah menyerap cairan dan bau. Dari sifat-sifat tersebut akhir-nya kebanyakan peralatan sekarang banyak terbuat dari logam atau besi tuang dan plastik.

C. Membersihkan dan Mensanitasi Tempat Kerja 1. Macam-Macam Bahan Pembersih Tujuan dari membersihkan dan memelihara peralatan adalah: a. Agar peralatan yang kotor menjadi bersih kembali dari sisa makanan dan debu. b. Menjauhkan diri dari sumber penyakit c. Menghemat biaya. d. Peralatan menjadi lebih tahan lama masa pakainya. Agar dapat membersihkan dan merawat peralatan dengan benar maka, harus terlebih dahulu mengetahui sifat dari masing-masing bahan. sehingga langsung dibahas tentang

cara

membersihkan

dan

memelihara

peralatan.

Peralatan

dapur

dikelompokkan berdasarkan pada bahan dasar yang dipergunakan untuk membuat peralatan. 2. Macam-Macam Peralatan a. Alat yang dibuat dari besi Besi banyak digunakan untuk membuat wajan. Karena besi mudah berkarat maka perlu dibersihkan dengan air sabun, garam halus, sabut gosok. Untuk jenis besi yang berlapis tergantung dari jenis lapisannya, besi berlapis email dibersihkan dengan air sabun, serbuk vim, sabut halus. Besi berlapis teflon dibersihkan dengan air sabun dan busa halus. Untuk lapisan teflon jangan sekali-kali menggunakan abu gosok dan sabut yang kasar karena lapisan teflon akan mengelupas dan rusak. Untuk menghilangkan bau dan sisa lemak sebaiknya disiram dengan air panas, kemudian dilap dan dikeringkan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 46 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

b. Alat dari timah Saringan dan sejenisnya sering terbuat dari bahan timah. Dalam merawat diperlukan cara yang teliti, terutama sisa makanan yang melekat. Untuk mencuci sebaiknya tidak menggunakan sabun, karena soda akan merusak alat dari bahan timah. Jadi cukup menggunakan vim atau abu gosok halus dengan sabut kemudia dibilas dan disiram dengan air panas dan dikeringkan. c. Alat dari tembaga Alat yang dibuat dari tembaga sangat baik dan mahal. Kelemahannya adalah apabila tidak dibersihkan dengan baik akan terlihat kotor dan tidak menarik. Untuk membersihkannya diperlukan campuran tepung, cuka, serta serbuk perak lalu dicuci air panas dan dikeringkan. d. Alat dari aluminiun Aluminium dibersihkan dengan air sabun, serbuk gosok halus atau vim, busa, dibilas sampai bersih lalu dikeringkan. e. Stainless steel Peralatan dari bahan stainless steel sangat baik digunakan. Harganya cukup mahal, namun banyak disukai karena pemeliharaannya mudah. Alat ini dibersihkan dengan air sabun, busa atau spon, dibilas sampai bersih lalu dikeringkan atau dilap. f. Alat dari bahan kuningan Peralatan dari kuningan yang langsung berhubungan dengan makanan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air jeruk nipis, asam, belimbing wuluh, serbuk bata halus, dibilas dan disiram dengan air panas lalu dikeringkan. g. Alat dari tanah liat Alat dari tanah liat dibersihkan dengan menggunakan sabut, abu gosok dan dibilas dengan air bersih lalu dikeringkan . h. Alat dari bambu dan kayu Peralatan dari kayu dibersihkan atau dicuci dengan air sabun, serbuk atau abu gosok, sabut ataupun sikat, dibilas dan dikeringkan agar tidak berjamur.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 47 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

i. Alat dari bahan batu Alat dari batu dibersihkan dengan abu gosok atau vim, sikat dan dibilas sampai bersih, lalu dikeringkan. j. Alat dari bahan plastik dan melanine Alat ini dibersihkan dengan sabun biasa atau sabun cair, busa lalu dibilas sampai bersih dan dikeringkan. k. Alat dari bahan kaca, keramik, porselin Alat ini dibersihkan dengan air sabun, vim, sabut hijau atau spon lalu dibilas dan dikeringkan

D. Membersihkan dan Mensanitasi Area Kerja Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam membersihkan area kerja adalah sebagai berikut: 1. Membersihkan debu ( dusting & damp dusting ) Setiap ruangan baik ruangan yang terbuka maupun ruang tertutup beserta perabotannya dapat terkena debu setiap saat. Untuk menjaga kebersihan ruangan atau perralatannya maka perlu diadakan pembersihan. Teknik pembersihan untuk membersihkan debu ádalah: a) Dusting Dusting berasal dari kata dust yang berati debu. Dusting berarti membersihkan atau menghilangkan debu.

Dusting

sebaiknya dilakukan sesering mungkin untuk

menghindari debu menjadi lengket. Adapun alat pembersih yang diperlukan adalah: Lap lembut (soft cloth), digunakan untuk menghindari agar permukaan benda yang dibersihkan tidak rusak atau lecet. Cara penggunannya dengan menggosokkan lap tersebut diatas permukaan yang berdebu. Ember kembali.

(bucket),

dipakai untuk mencuci lap supaya bersih dan dapat digunakan

Bahan pembersih lain tidak diperlukan, tetapi air dan sabun cuci diperlukan

untuk mencuci lap sebelum disimpan untuk digunakan kembali.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 48 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

b) Dump dusting Dump berarti lembab. Alat yang digunakan untuk teknik dump dusting adalah kain lap yang lembab, yaitu kain basah yang telah diperas airnya. sehingga dapat diartikan bahwa dump dusting adalah membersihkan kotoran atau debu yang sudah melekat dengan menggunakan lap lembab. Kelebihan dump dusting adalah: 

Lebih hiegienis, karena debu dan kotoran melekat pada lap dengan baik.



Dapat menghilangkan kotoran yang sudah melekat.

Alat pembersih yang diperlukan: 

Container /ember



Lap katun (cotton cloth)

Bahan pembersih yang diperlukan adalah air bersih. Bahan tambahan lain adalah sabun cuci, digunakan untuk mencuci lap sebellum disimpan.Teknik ini jangan terlau sering dilakukan pada furniture yang terbuat dari kayu beripolitur atau bahan lain yang menyerap air karena air yang masuk kedalam pori-pori kayu akan menyebabkan pelapukan. 2. Menyapu Dalam istilah perhotelan teknik pekerjaan menyapu dikenal dengan istilah “sweeping”. Teknik ini diterapkan untuk membersihkan lantai. Teknik ini sangat efektif untuk membersihkan kotoran yang belum melekat/lengket pada semua jenis lantai kecuali karpet dan permadani. Alat pembersih yang diperlukan 

Sapu ( broom )



Sodo ( dustpan )



Tempat sampah ( waste basket )

Prosedur kerja: 1) Usahakan tidak banyak perlengkapan dalam ruangan yang menghalangi, seperti meletakkan kursi-kursi diatas meja dengan posisi terbalik. 2) Mulailah menyapu dari sudut terjauh dari pintu masuk. 3) Peganglah sapu dengan tangan kanan dan sodo dengan tangan kiri. 4) Kumpulkan sampah dan debu dalam dustpan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 49 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

5) Perhatikan tempat-tempat yang tersembunyi seperti di balik pintu, di sudut ruangan dan sebagainya. 6) Sampah atau debu yang terdapat pada dustpan buang di tempat sampah. 7) Bersihkan dustpan dengan lap atau jika perlu dicuci. 8) Simpan alat-alat dengan benar. 3. Mengepel Mengepel adalah membersihkan kotoran dengan lap lembab yang terdapat pada lantai. Sebelum mengepel, harus dilakukan teknik menyapu terlebih dahulu. Alat pembeersih yang dibutuhkan: a. Tangkai pel b. Ember c. Lap pel Bahan pembersih a. Air b. Pembersih lantai Prosedur kerja: 1) Celupkan kain pel pada ember yang berisi air bersih 2) Peras lap pel sehingga kondisi lap tidak terlalu basah. 3) Pasang atau jepit lap pel pada tangkai pel. 4) Pekerjaan dilakukan mulai dari sudut terjauh dari pintu masuk. 5) Pegang tangkai pel dengan kedua tangan, tangan kanan di atas dan tangan kiri di bawah. 6) Gosokkan lap pel maju mundur dengan langkah mundur. 7) Jika lap pel sudah kotor, lepaskan dari penjepit, kemudian cuci dengan air yang tersedia pada ember. Bila air pada ember telah kotor, ganti dengan air yang bersih. 8) Lakukan kembali mengepel, sampai seluruh lantai telah bersih. 9) Setelah selesai, ember dan kain lap, dicuci kemudian keringkan dan simpan. 4. Membersihkan kaca Alat pembersih yang digunakan untuk membersihkan Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 50 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

kaca adalah: a. Penggosok kaca (glass wiper) b. Botol semprotan (bottle spayer) c. Lap katun (cotton cloth/cleaning rag) Bahan pembersih a. Air b. Spritus atau amoniak c. Produk baru lainnya Prosedur kerja: 1) Isi botol semprotan dengan air dan spritus atau amoniak. Kadar spritus 20%. 2) Semprotkan larutan pada kaca atau cermin dari bagian atas, setengah dari seluruh permukaan. 3) Keringkan dengan lap katun. 4) Lakukan hingga seluruh permukaan kaca telah bersih. 5) Apabila masih kotor, semprot sekali lagi dan ulangi dengan cara yang sama. 5. Menyikat lantai Menyikat lantai atau brushing floor , karena alat yang digunakan adalah sikat. Alat pembersih yang diperlukan adalah: a. Sikat lantai b. Ember c. Sapu air d. Tangkai pel e. Kain pel f. Sodo (dust pan) Bahan pembersih: a. Air b. Sabun cair c. Bubuk pembersih Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 51 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Prosedur kerja: 1) Persiapan Buat larutan antara air dan sabun cair dalam 1 ember. Atur semua peralatan pada posisi yang benar agar pelaksanaan menyikat dapat dilakukan dengan lancar. Ruangan telah disapu terlebih dahulu. 2) Pelaksanaan Mulai bekerja dari sudut yang terjauh dari pintu masuk. Celupkan sikat lantai ke dalam ember yang berisi larutan. Gosokkan sikat dengan gerakan maju mundur. Bersihkan sisa larutan yang tertinggal pada lantai denggan sapu air ( floor squeezer). Lakukan hingga seluruh lantai tergosok dengan merata. Bilas lantai dengan air bersih menggunakan lap pel. Tunggu lantai hingga kering. 3) Penggudangan/penyimpanan alat Cuci semua alat pembersih. Simpan dalan kondisi kering.

E. Penataan Peralatan di Area Kerja Tata letak peralatan harus disesuaikan dengan manusia sebagai pekerjanya. Peralatan harus didekatkan dengan orang yang sering menggunakannya dan pertimbangkan bagaimana pekerja dengan mudah menjangkaunya tanpa harus membungkuk atau meregangkannya. Berdasarkan ukuran tubuh manusia. Maka peralatan dapur dirancang sesuai dengan tinggi tubuh manusia. Panjang lengan berhubungan dengan jarak jangkauan untuk penempatan peralatan yang dibutuhkan. Besar tubuh manusia digunakan sebagai pertimbangan untuk tata letak penataan antara satu alat dengan alat yang lainnya. Setiap peralatan mempunyai karakteristik yang berbeda, oven, lemari es, microwave, dan salamander memiliki pintu yang sering dibuka, sehingga harus dipikirkan penempatannya. Kompor, oven, atau alat-alat pemanas lainnya akan mempengaruhi suhu ruangan di dapur. Begitu pula dengan alatalat lainnya yang juga memiliki karakteristik masing-masing. Dengan demikian karakristik tersebut menghendaki penataan dan penempatan yang tepat supaya tidak

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 52 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

menghambat, bahkan dapat memperlancar pekerjaan di dapur. Penempatan oven dengan meja kerja harus dapat memberikan keleluasaan untuk membuka pintu oven karena benda tersebut panas, maka jarak yang disarankan dari pintu tersebut sebanyak 135 cm. Jarak antara satu meja dengan meja lainnya dimana hitungan tersebut dapat dipergunakan untuk bekerja, dengan kemungkinan karyawan dapat lewat mengangkat barang disediakan lebar 135 cm, pada ruangan yang biasa dilewati dengan kereta dorong maka dibuat jarak 150 cm. Tata letak dan alur kerja perlu dipikirkan untuk menghindari pemborosan waktu, tenaga, dan bahan-bahan. Penataan yang tepat sangat berguna untuk: (1) mengurangi terjadinya kecelakaan di tempat

kerja.

(2) mengurangi terjadinya kesakitan dalam bekerja, (3) meningkatkan kinerja dan produktifitas.

F. Menangani Limbah dan Linen 1. Menangani dan mengatur pembuangan limbah bahan kimia secara aman. a. Bacalah isi tata cara pelaksanaan b. Pastikan wadahnya tidak bocor dan rusak c. Yakinkan wadahnya diberi label yang benar d. Gunakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan bila diperlukan e. Jangan mencampur bahan kimia f. Jangan mencampur limbah kimia. 2. Semua sampah harus dibuang tepat pada waktunya demi kesehatan umum. 3. Semua tempat limbah harus anti bocor dan kokoh. 4. Tempat limbah harus dipelihara dan ditangani dalam kondisi yang aman. 5. Sebelum tempat sampah penuh, gantilah dengan yang baru. 6. Pembuangan limbah sampah padat. 7. Setiap pembuangan sampah yang bukan cair atau gas jangan dibuang begitu saja ke sistem pipa. 8. Sampah

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 53 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Suatu campuran kertas, karton, plastik, pembuangan kain linen , kotak kayu, perabotan yang rusak, kaleng-kaleng, botol-botol, kaca-kaca dan sampah umum, tidak termasuk limbah bekas makanan dan sampah lain yang telah ditetapkan. 9. Sampah makanan Termasuk sampah dari dapur, café, toko dan termasuk potongan-potongan kertas, plastik, pelapis wadah makanan padat dan cair. Tidak termasuk kartonkarton dan kotak-kotak kayu, semuanya ini bagian dari sampah. 10. Membasuh 11. Sampah cair yang meliputi sampah dari persiapan pembuatan makanan, dapat juga termasuk yang mengandung lemak tetapi tidak dalam bentuk padat. 12. Kotoran di jalanan 13. Menyapu kotoran yang melekat, daun, isi keranjang sampah 14. Sisa yang masih ada (Residu) 15. Hasil pembakaran termasuk abu, kaleng-kaleng dan botol-botol. 16. Abu yang beterbangan ( Fly Ash ) Abu kertas padat, abu arang, debu, shoot atau partikel lain. Pembakaran benda padat yang menghasilkan produk bakar.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 54 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

BAB IV PENEMPATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN JENIS PEMADAM KEBAKARAN, PENGGUNAAN DAN PROSEDUR PENGOPERASIAN DITEMPAT KERJA

A. Pengidentifikasi Pemadam Kebakaran yang Sesuai pada Tipe yang Tepat untuk Lingkungan Tempat Kerja. 1. Terjadinya Pembakaran Syarat terjadinya pembakaran : 

Adanya Bahan bakar,



Panas dan



Oksigen

Bahan bakar adalah bahan yang dapat terbakar, baik padat, cair maupun gas. Bahan yang mudah terbakar adalah setiap benda yang mudah menyala dan terbakar dengan cepat. Panas dapat berasal dari nyala api, percikan bunga api, puntung rokok, gesekan, sumber listrik, pipa panas dan perlengkapan. Oksigen umumnya berasal dari udara dan juga sebagian dari reaksi kimia I.

Mencegah api

Tanpa bahan bakar, tidak akan terjadi api. Membantu mencegah timbulnya api yang tidak diinginkan dengan cara: 

Menghilangkan bahan bakar yang tidak diinginkan seperti sampah dan limbah.



Menyimpan bahan bakar dan bahan yang dapat terbakar dengan hati-hati



Berhati-hati bila bekerja dengan panas.



Menghilangkan sumber panas yang tidak diinginkan

Memadamkan api yang tidak diinginkan dengan cara mendinginkan bahan bakar yang sedang terbakar untuk menghilangkan panas.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 55 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

II. Tanpa oksigen tidak akan terjadi api. Membantu mencegah timbulnya api yang tidak diinginkan dengan cara menjauhkan bahan bakar yang terbakar agar tidak berhubungan dengan oksigen. Memadamkan api yang tidak diinginkan dengan menutupnya sehingga tidak berhubungan dengan oksigen. Api tidak dapat muncul tanpa panas. Jagalah selalu semua kemungkinan munculnya sumber panas:  Berhati-hati dengan listrik.  Rawat alat, kabel-kabel, kabel extensi dan stop kontaknya tetap dalam keadaan baik.

Gambar 17. Peralatan listrik  Gunakan stop kontak yang telah diakui, jangan berimprovisasi.  Jangan membebani kabel berlebihan.  Jangan menginjak atau menggilas dengan troli kabel listrik fleksibel, insulator yang rusak dapat menimbulkan percikan api.  Jangan menggunakan api (sebagai penerangan) tanpa perlindungan yang cukup agar api tersebut tidak menyambar bahan-bahan yang dapat terbakar.

Gambar 18. Perlindungan Kabel listrik

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 56 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Berhati-hatilah saat memanaskan atau mengelas:  Singkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar saat menggunakan lampu semprot (blow lamp), obor gas dan peralatan potong oksigen.  Periksa percikan api dari busur pemotong dan pengelasan tidak jatuh pada bahan yang dapat terbakar.  Gunakan hanya pemanas yang disarankan.  Tempatkan pemanas sedemikian rupa sehingga tidak terbalik.  Jauhkan pemanas dari sekat kayu, kain terpal dan bahan yang dapat terbakar lainnya.  Singkirkan bahan yang dapat terbakar dari peralatan pemanas, bahan bakar yang panas, knalpot engine, dan perlengkapan panas lainnya.  Patuhi tanda “dilarang merokok”.  Jangan merokok di area yang dapat menimbulkan kebakaran.  Buang puntung rokok pada tempat yang aman.  Pada sebagian benda seperti kain lap yang berminyak, panas dapat muncul karena reaksi kimia. Sebagai contoh, pembakaran yang tiba—tiba dapat menyebabkan kebakaran di tumpukan lap tersebut.  Api tidak dapat menyala tanpa panas. Hilangkan semua bahan-bahan yang dapat terbakar yang tidak diperlukan sesegera mungkin.  Bersihkan tempat kerja anda secara teratur.  Buang kotoran dan limbah pada wadah yang benar.  Buang kain lap yang berminyak dan berlemak ke dalam tempat sampah yang dilengkapi dengan tutup dan seal perapat.  Hati-hati dengan gas yang mudah terbakar (seperti asetilin, LPG, dll.) dan cairan yang mudah terbakar (seperti, bensin, minyak tanah, cairan pembersih, solvent, tiner, dll.) Gas dan cairan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan pada area yang terisolasi dan jauh dari sumber panas  Rawat semua pipa gas, katup-katup dan perlengkapan tetap dalam kondisi baik.  Gunakan hanya alat tangan yang tidak dapat menimbulkan percikan bunga api untuk membuka wadah cairan yang dapat terbakar.  Bila cairan yang dapat terbakar diperlukan, gunakan sesedikit mungkin. Simpan cairan yang dapat terbakar pada wadah logam yang tertutup. Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 57 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

 Jangan merokok saat menggunakan cairan yang dapat terbakar.  Bersihkan setiap tumpahan cairan yang dapat terbakar pada pakaian anda, hindarkan dari sumber panas dan segera informasikan kepada supervisor anda.  Jangan gunakan bensin, minyak tanah atau spiritus untuk menyalakan api.

Mendinginkan bahan yang sedang terbakar adalah cara yang paling efektif untuk mematikan api kelas A. Air dari ember, atau dari selang adalah cara yang terbaik untuk mematikan api kelas A. Air biasanya tepat untuk mendinginkan bahan sampai pada titik dimana dia tidak dapat menyala lagi dan merembes jauh ke dalam sumber api

Gunaka n air Api klas “A” Gambar 19. Bahan Pemadam Api klas “A”  Pemadam kebakaran jenis air juga sangat baik untuk mematikan api kelas A.  Pemadam kebakaran jenis busa juga dapat digunakan. Pemadam kebakaran jenis lain akan mematikan api kelas A yang kecil tetapi tidak seefektif air.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 58 dari 107



Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Api kelas B Api kelas B adalah berasal dari cairan yang mudah terbakar seperti bensin, minyak tanah, oli, grease, lemak, lilin, cat, thinner dan solvent. Menutupi api agar tidak berhubungan dengan oksigen adalah cara yang paling efektif untuk memadamkan api kelas B.

Bens in Oli Cat/Th inner Gambar 20. Sumber api klas B

Gambar 21. Peralatan listrik.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 59 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

2. Peralatan Listrik Menutupi api agar tidak berhubungan dengan oksigen adalah cara yang paling efektif untuk memadamkan api kelas C. Pemadaman Api Klas C Bahan

pemadam kebakaran harus bukan penghantar listrik untuk menghindari

kejutan atau kerusakan peralatan.

Jangan sekali-kali menggunakan pemadam

kebakaran dengan bahan air atau busa untuk mematikan api kelas C. Bila anda dapat melakukannya dengan sangat hati-hati, matikan semua peralatan listrik yang sedang terbakar. Alat pemadam api portable Pemadam api portable biasanya ditempatkan pada tempat yang aman. Ada 4 jenis alat pemadam kebakaran dengan be beberapa perbedaan pada masingmasing jenisnya. Pada bagian sisi alat pemadam biasanya dilengkapi dengan label instruksi. Label ini memberikan rincian bagaimana menggunakan

pemadam api, juga

dijelaskan untuk api jenis apa digunkan. Selalu baca plat instruksi sebelum anda menggunakan pemadam api!!!!! 1. Pemadam kebakaran yang berisi air Ketiga pemadam kebakaran jenis berisi air hanya cocok untuk memadamkan api kelas A. Pemadam ini dicat merah. Rentang semprotannya berkisar 10m. Digunakan sesuai petunjuknya. Jenis pemadam bertekanan udara diaktifkan dengan alat picu dan dapat dihentikan setiap saat dengan cara melepas pemicu. 2. Pemadam Kebakaran Karbon Dioksida (CO2) Alat ini diisi deengan karbon dioksida, cairan ini mempunyai tekanan yang sangat tinggi. Jenis ini paling sesuai untuk memadamkan api kelas B dan kelas C.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 60 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Jenis ini dicat warna merah dengan garis/pita hitam. Ukuran kecil mempunyai kemampuan semprot sampai 1,2m dan yang berukuran besar mempunyai kemampuan sampai 3m.

Prosedur penggunaan. 

Gunakan sedekat mungkin dengan sumber api.



Pertama arahkan semprotan ke bagian belakang sumber api.



Gerak-gerakkan nozel dari kiri ke kanan.



Secara perlahan bergerak ke bagian depan samapi api mati.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 61 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Peringatan: Berada dalam waktu tertentu dalam ruang tertutup yang berisi Karbon dioksida dapat menyebabkan sesak bahkan mati lemas. Segera bersihkan tempat setelah digunakan. Buka semua jendela dan pintu untuk membersihkan ruangan dari gas karbondioksida. 3. Pemadam Kebakaran Busa Variasi mekanisme dan bahan kimia yang digunakan pada pemadam kebakaran busa cocok digunakan untuk memadamkan api kelas B dan terbatas pada api kelas A. Tabung alat ini dicat dengan warna

BIRU. Jarak semprotnya berkisar 6m.

Operasikan sesuai petunjuk. Busa digunakan untuk membentuk selimut untuk menutupi dan memadam api. Pemadam kebakaran jenis busa adalah yang paling efektif untuk memadamkan api dari bahan bakar cair yang berada dalam wadah diaman bahan ini cukup panas untuk dapat terbakar sendiri bila bersinggungan dengan oksigen. Selimut busanya akan tetap berada pada tempatnya cukup lama untuk mendinginkan bahan yang terbakar sehingga temperaturnya tidak cukup untuk dapat terbakar sendiri. Busa kurang efektif pada tumpahan yang menyebar. Jenis ini bias jadi tidak efektif cairan yang terbakar seperti alkohol. Untuk memadamkan cairan yang sedang terbakar, arahkan semprotan pemadam ke bagian sisi wadah di atas cairan . Hal ini akan menyebabkan busa mengalir ke bawah an menyebar di atas permukaan cairan.

Gambar 22. Proses pemadaman api dari cairan dalam tangki

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 62 dari 107

4.

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Pemadam Kebakaran Tepung Kering

Pemadam ini diisi dengan bahan kimia berbentuk tepung kering yang diinjeksikan dengan tekanan gas, atau dengan tekanan udara. Jenis ini sesuai untuk memadamkan api kelas B dan C. Tabung pemadam ini dicat warna MERAH dengan lingkaran PUTIH. Alat ini mempunyai nozel beebentuk kipas. Rentang semprotan yang berukuran kecil samapi 3m, dan yang berukuran besar samapai 6 meter. Operasikan berdasarkan petunjuk pemakaian Pemadam kebakaran jenis tepung kering Pemadam kebakaran jenis tepung kering mempunyai reaksi pemadaman yang sangat cepat. Kabut bahan kimia kering ini cenderung melindungi orang yang memadamkan api dari panas.Tepung kering adalah pemadam api yang paling efektif untuk memadamkan cairan yang terbakar pada area yang luas, khususnya pada tumpahan yang mengalir bebas. Semprotkan tepung ke bagian dasar api dan tutupi apinya dengan menggerakan nozel ke kanan dan ke kiri. Pemadam jenis ini yang berukuran kecil dengan gagang berbentuk pistol dapat dibawa masuk dan dapat digunakan dengan cepat. Hal ini membuat alat ini efektif memadamkan semua jenis api yang muncul tiba-tiba dan juga untuk api kecil yang sulit dijangkau. Pemadam kebakaran bentuk kecil sebaiknya tidak digunakan untuk memadamkan api yang besar dan dalam. 5. Menyelamatkan diri dari Api Anda harus tanggap kalau sedang terjadi kebakaran dan harus mengenal seluruh alat-alat pemadam yang ada . Pelajari lokasi terjadinya kebakaran, alaram kebakaran, telephone dan pintu darurat yang ada di tempat kerja anda.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 63 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Adalah sangat penting bila pekerja perawatan, dan yang lainnya, yang berganti lokasi kerja secara teratur mengetahui bagaimana menyelamatkan diri dari kebakaran di setiap tempat kerja mereka. Ketika terjadi kebakaran, putuskan apakah anda dapat membantu memadamkan api. Jika tidak, keluarlah segera. Jika anda memutuskan untuk memadamkan api, pertama periksa apakah ada tempat yang lowong dan aman untuk jalan ke luar. Posisi selalu berada diantara api dan jalan keluar. Tinggalkan tempat kebakaran sesegera mungkin bila: 

Api yang timbul sudah tidak dapat dikontrol lagi.



Api telah menguasai jalan ke luar.



Asap telah mengaburkan atau menggelapkan jalan ke luar.



Pada saat anda meninggalkan tempat tersebut, buka setiap pintu dengan hati-hati untuk mencegah asap atau nyala api menyerbu masuk ruangan.



Tutuplah pintu-pintu di belakang anda untuk mencegah aliran udara menghembus api.



Berhati-hatilah terhadap asap dan gas-gas yang ditimbulkan api.



Di dalam area yang penuh asap, tetap pada posisi rendah dan merangkak untuk menghindarkan mulut dan hidung sedekat mungkin dengan lantai



Walau dalam keadaan bagaimanapun juga jangan pernah mundur atau berhenti.



Saat meninggalkan bangunan, tutuplah pintu di belakang anda.



Jangan sekali-kali memasuki bangunan yang sedang terbakar

Selalu siap memadamkan api. Anda harus tahu apa yang harus diperbuat bila terjadi kebakaran: 

Pahamilah semua peralatan pemadam kebakaran yang ada di ttempat kerja anda.



Ketahui tempat semua peralatan pemadam kebakaran.



Pelajari tempat semua alarm pemadam kebakaran.



Pelajari fungsi semua peralatan pemadam kebakaran.



Mampu menggunakan peralatan dan mengikuti langkah pemadaman api dengan pasti.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 64 dari 107



Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Menghindarkan peralatan pemadam kebakaran dari penghalang agar mudah dijangkau.



Pelajari setiap lokasi penyelamatan diri.



Jaga agar rute penyelamatan diri bebas dari hambatan.



Jaga akses ke tangga dan perancah mudah dijangkau dimana tangga belum dibangun.



Menjaga pintu penyelamatan diri memberikan akses ke tangaga tertutup, tetapi tidak terkunci.

Tempatkan pemadam api yang sesuai sehingga mudah dijangkau saat menggunakan peralatan yang dapat meningkatkan bahaya kebakaran. 

Hindarkan pemadam kebakaran dari panas yang tinggi atau yang dingin sekali.



Jangan sekali-kali mengembalikan pemadam api yang telah digunakan ke tempat semula. Beri label dan kembalikan untuk diisi ulang.



Pastikan setiap pemadam api yang telah dipakai segera diganti dengan yang baru.

Memadamkan Api/Kebakaran. Bila terjadi kebakaran, tindakan yang tepat memberikan peluang dapat memadamkan api dengan cepat, mengurangi bahaya dan meminimalisasi kerusakan. Jika anda menemukan kebakaran, ingat 6 langkah kesalamatan berikut: 

Hidupkan segera alarm.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 65 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03



Beritahu regu pemadam kebakaran.



Peringatkan setiap orang agar segera keluar.



Padamkan api dengan peralatan yang tersedia.





Bila dipandang perlu segera keluar. Jangan masuk kembali ke gedung yang sedang terbakar

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 66 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

B. Seluruh kegiatan penerapan pemadam kebakaran dan prosedur kerja diidentifikasikan berdasarkan SOP , Undang – undang K 3 , peraturan undang – undang dan prosedur/kebijakan perusahaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 67 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

BAB V PELAKSANAAN PROSEDUR DARURAT A. Prosedur Perlindungan Mesin Pada Saat Tanda Bahaya Muncul 1. Kecelakaan dapat terjadi didarat, laut maupun udara pada /kapal-kapal /industri baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha supaya yang kuat untuk menghindarinya. Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Health and Safety work Act, 1974 untuk melindungi pelaut pelayar dan mencegah resiko-resiko dalam melakukan suatu aktivitas di atas kapal terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat. Suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu sistem secara prosedural ataupun karena gangguan alam. 2. Definisi Prosedur dan Keadaan Darurat Prosedure : Suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik. Keadaan darurat : Keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. 1. Prosedur Keadaan Darurat Tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 68 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Jenis jenis Prosedur Keadaan Darurat : a) Prosedur intern (lokal) Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing bagian/ departemen, dengan pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat di atasi oleh bagianbagian yang bersangkutan, tanpa melibatkan kapal-kapal atau usaha pelabuhan setempat. b) Prosedur umum (utama) Merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah menyangkut keadaan darurat yang cuku besar atau paling tidak dapat membahayakan kapalkapal lain atau dermaga/terminal. Dari segi penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang banyak atau melibatkan kapal-kapal / penguasa pelabuhan setempat. Jenis-jenis keadaan darurat 1) Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan mengalami berbagai problematika yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan manusia dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal. 2) Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut atau untuk hares meninggalkan kapal. 3) Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokkan menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai berikut : 

Tubrukan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 69 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03



Kebakaran/ledakan



Kandas



Kebocoran/tenggelam



Orang jatuh ke laut



Pencemaran.

Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal maupun Iingkungan taut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya 'ekosistem' dasar taut, sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerjasama dengan pihak yang terkait. Tubrukan 

Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya adalah kepanikan atau ketakutan

petugas

di

kapal

yang

justru

memperlambat

tindakan,

pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat tersebut. Kebakaran / ledakan 

Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, . instalasi listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan anak buah kapal.



Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu untuk diatasi.

Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah. Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 70 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Kandas 

Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran balingbaling terasa berat, asap di cerobong mendadak menghitam, badan kapal bergetar dan kecepatan kapal berubah kemudian berhenti mendadak.



Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung pada permukaan dasar taut atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.



Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak menimbulkan nyala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran.



Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi kapal.



Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara tergantung pada posisi permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini akan membuat situasi di lingkungan kapal akan terjadi rumit.

Kebocoran/Tenggelam 

Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta kerusakan kulit pelat kapal karena korosi, sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera tenggelam.



Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 71 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Orang jatuh ke laut ( Man Over Board ) 

Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan.



Pertolongan yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia.

Pencemaran  Pencemaran laut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan minyak saat bunkering, buangan limbah muatan kapal tangki, buangan limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm dan karena muatan kapal tangki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran.  Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit karena untuk mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia yang terlatih dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh pihak yang melanggar ketentuan tentang pencegahan pencemaran. B. Denah Keadaan Darurat a. Persiapan b. Perencanaan dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan keadaan darurat dikapal. c.

Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang mereka harus lakukan pada keadaan darurat yang bermacam-macam, misalnya kebakaran di tangki muatan, kamar mesin, kamar A.B.K. dan orang pingsan di dalam tangki, kapal lepas dari dermaga dan Hanyut, cara kapal lepas dermaga dan lain-lain.

d. Harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi segala macam keadaan darurat.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 72 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Data/info yang selalu harus siap :  Jenis jumlah dan pengaturan muatan.  Apakah ada cairan kimia yang berbahaya.  General arrangement dan stabilitas info, serta  Rencana peralatan pemadam kebakaran.  Organisasi keadaan darurat  Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat.  Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk :  Menghidupkan tanda bahaya.  Menemukan dan menaksir besarnya kejadian dan kemungkinan bahayanya.  Mengorganisasi tenaga dan peralatan. Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti : 1. Pusat komando. Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan Nahkoda atau perwira senior serta dilengkapi perangkap komunikasi intern dan extern. 2. Satuan kesadaran darurat. Kelompok di bawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melapor kepusat komando menyarankan tindakan apa yang harus diambil apa dan dari mana bantuan dibutuhkan. 3. Satuan pendukung. Kelompok pendukung ini di bawah seorang perwira harus selalu slap membantu kelompok induk dengan perintah pusat komando dan menyediakan bantuan pendukung seperti peralatan, perbekalan, bantuan medis, termasuk alat bantuan pernapasan dan lain-lain. 4. Kelompok ahli mesin. Kelompok di bawah satuan pendukung Engineer atau Senior Engineer menyediakan bantuan atas perintah pusat komando. Tanggung jawab utamanya di ruang kamar mesin, dan bisa memberi bantuan bila diperlukan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 73 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Tindakan pendahuluan. Seseorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya, laporkan kepada perwira jaga yang kemudian menyiapkan organisasi, sementara itu yang berada dilokasi segera mengambil tindakan untuk mengendalikan keadaan sampai diambil alih oleh organisasi keadaan darurat. Setiap orang harus tahu dimana tempatnya dan apa tugasnya termaksud kelompok pendukung harus stand-by menunggu perintah selanjutnya. C. Pengenalan Isyarat Bahaya a. Tanda untuk mengingatkan anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya. b. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya dapat digunakan secara umum untuk kapal laut adalah sebagai berikut: 

Suatu isyarat letusan yang diperdengarkan dengan selang waktu kira-kira 1 (satu) menit.



Bunyi yang diperdengarkan secara terus-menerus oleh pesawat pemberi isyarat kabut (smoke signal )



Cerawat – cerawat atau peluru-peluru cahaya yang memancarkan bintangbintang memerah yang ditembakkan satu demi satu dengan selang waktu yang pendek.



Isyarat yang dibuat oleh radio telegrafi atau sistim pengisyaratan lain yang terdiri atas kelompok SOS dari kode morse.



Isyarat yang dipancarkan dengan menggunakan pesawat radio telepon yang terdiri atas kata yang diucapkan "Mede" (mayday )



Kode isyarat bahaya internasional yang ditujukan dengan NC.



Isyarat yang terdiri atas sehelai bendera segi empat yang di atas atau sesuatu yang menyerupai bola.



Nyala api di kapal (misalnya yang berasal dari sebuah tong minyak dan sebagainya, yang sedang menyala).



Cerawat payung atau cerawat tangan yang memancarkan cahaya merah.



Isyarat asap yang menyebarkan sejumlah asa jingga (orange).

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 74 dari 107



Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Menaik-turunkan

lengan-lengan

yang

terentang

kesamping

secara

perlahan-lahan dan berulang- ulang. 

Isyarat alarm radio telegrafi



Isyarat alarm radio teleponi



Isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu radio petunjuk posisi darurat.

c. Sesuai dengan kemungkinan terjadinya situasi darurat di kapal, isyarat bahaya yang umumnya dapat terjadi adalah: 

Isyarat kebakaran



Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setia orang di atas kapal yang pertama kali melihat adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut pada mualim jaga di anjungan.

d. Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya pemadaman kebakaran dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat di atasi dengan alat-alat pemadam portable dan dipandang perlu untuk menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan peran seluruh anak buah kapal, maka atas keputusan dan perintah Nakhoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan kode suling atau bel satu pendek dan satu panjang secara terus menerus seperti berikut : 

Setiap anak buah kapal yang mendengar isyarat kebakaran wajib melaksanakan tugasnya sesuai dengan perannya pada sijil kebakaran dan segera menuju ke tempat tugasnya untuk menunggu perintah lebih lanjut dari komandan regu pemadam kebakaran.



Isyarat sekoci / meninggalkan kapal

e. Dalam keadaan darurat yang menghendaki Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus meninggalkan kapal maka kode isyarat yang dibunyikan adalah melalui bel atau suling kapal sebanyak 7 (tujuh) pendek dan satu panjang secara terus menerus seperti berikut: 

Isyarat Orang Jatuh ke Laut Man Over Board



Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh ke laut, bila seorang awak kapal melihat orang jatuh ke laut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah :

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 75 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03



Berteriak "Orang jatuh ke laut"



Melempar pelampung penolong (lifebuoy)



Melapor ke Mualim jaga.



Selanjutnya Mualim jaga yang menerima laporan adanya orang jatuh ke laut dapat melakukan manouver kapal untuk berputar mengikuti ketentuan "Willemson Turn" atau "Carnoevan turn" untuk melakukan pertolongan.



Bila ternyata korban tidak dapat ditolong maka kapal yang bersangkutan wajib menaikkan bendera internasional huruf "O".

f. Isyarat Bahaya lainnya 

Dalam hal-hal tertentu bila terjadi kecelakaan atau keadaan darurat yang sangat mendesak dengan pertimbangan bahwa bantuan pertolongan dari pihak lain sangat dibutuhkan maka setiap awak kapal wajib segera memberikan tanda perhatian dengan membunyikan bel atau benda lainnya maupun berteriak untuk meminta pertolongan.



Tindakan ini dimaksud agar mendapat bantuan secepatnya sehingga korban dapat segera ditolong dan untuk mencegah timbulnya korban yang lain atau kecelakaan maupun bahaya yang sedang terjadi tidak meluas.



Dalam keadaan bahaya atau darurat maka peralatan yang dapat digunakan adalah peralatan atau mesin-mesin maupun pesawat-pesawat yang mampu beroperasi dalam keadaan tersebut.



Sebuah kapal didesain dengan memperhitungkan dapat beroperasi pada kondisi normal dan kondisi darurat.



Oleh sebab itu pada kapal dilengkapi juga dengan mesin atau pesawat yang mampu beroperasi pada kondisi darurat.



Adapun mesin-mesin atau pesawat-pesawat yang dapat beroperasi pada keadaan darurat terdiri dari :  Emergency steering gear  Emergency generator  Emergency radio communication  Emergency fire pump  Emergency ladder  Emergency buoy

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 76 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

 Emergency escape trunk 

Emergency alarm di kamar pendingin, cargo space, engine room space, accomodation space



Setiap mesin atau pesawat tersebut di atas telah ditetapkan berdasarkan ketentuan SOLAS 1974 tentang penataan dan kapasitas atau kemampuan operasi.



Sebagai contoh Emergency Fire Pump (pompa pemadam darurat) berdasarkan ketentuan wajib dipasang di luar kamar mesin dan mempunyai tekanan kerja antara 3 - 5 kilogram per sentimeter persegi dan digerakkan oleh tenaga penggerak tersendiri. Sehingga dalam keadaan darurat bila pompa pemadam utama tidak dapat beroperasi, maka alternatif lain hanya dapat menggunakan pompa pemadam darurat dengan aman di luar kamar mesin.

D. Tindakan Darurat Contoh di laut: Dalam keadaan darurat atau bahaya setia awak kapal wajib bertindak sesuai ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat senantiasa dibuat dan diinformasikan pada seluruh awak kapal. Sijil darurat di kapal perlu di gantungkan di tempat yang strategis, sesuai, mudah dicapai, mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan perincian prosedur dalam keadaan darurat, seperti: 

Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan darurat oleh setiap anak buah kapal.



Sijil darurat selain menunjukkan tugas-tugas khusus, juga tempat berkumpul (kemana setiap awak kapal harus pergi).



Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus sudah dibuat dan salinannya digantungkan di beberapa tempat yang strategis di kapal, terutama di ruang ABK.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 77 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan bagi setiap ABK, misalnya: 

Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis dari lubang-lubang pembuangan air di kapal dll,



Perlengkapan sekoci penolong termasuk perangkat radio jinjing maupun perlengkapan Iainnya.



Menurunkan sekoci penolong.



Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat lainnya.



Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang.



Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran.

Selain itu di dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang dikerjakan oleh anak buah kapal bagian CID (koki, pelayan dll), seperti: 

Memberikan peringatan kepada penumpang.



Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang mereka secara semestinya atau tidak.



Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat.



Mengawasi gerakan dari para penumpang dan memberikan petunjuk di gang-gang atau di tangga.



Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa sekoci / rakit penolong.

Dalam hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil darurat memberikan petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan dalam terjadi kebakaran, serta tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan dalam hubungan dengan operasi pemadaman, peralatan-peralatan dan instalasi pemadam kebakaran di kapal. Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan panggilan bagi ASK untuk berkumpul di sekoci penolong mereka masing-masing, di rakit penolong atau di tempat berkumpul untuk memadamkan kebakaran. Semboyansemboyan tersebut diberikan dengan menggunakan ruling kapal atau sirine, kecuali di kapal penumpang untuk pelayaran internasional jarak pendek dan di kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki (45,7m), yang harus

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 78 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

dilengkapi dengan semboyan¬-semboyan yang dijalankan secara elektronis, semua semboyan ini dibunyikan dan anjungan. Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri dari 7 atau lebih tiup pendek yang diikuti dengan 1 tiup panjang dengan menggunakan suling kapal atau sirine dan sebagai tambahan semboyan ini, boleh dilengkapi dengan bunyi bel atau gong secara terus menerus. Jika semboyan ini berbunyi, itu berarti semua orang di atas kapal harus mengenakan pakaian hangat dan baju renang dan menuju ke tempat darurat mereka. ABK melakukan tugas tempat darurat mereka. Sesuai dengan apa yang tertera di dalam sijil darurat dan selanjutnya menunggu perintah. Setiap juru mudi dan anak buah menuju ke sekoci dan mengerjakan : 

Membuka tutup sekoci, lipat dan masukkan ke dalam sekoci (sekoci-sekoci kapal modern sekarang ini sudah tidak memakai tutup lagi tetapi dibiarkan terbuka).



Dua orang di dalam sekoci masing-masing seorang di depan untuk memasang tali penahan sekoci yang berpasak (cakil) dan seorang yang dibelakang untuk memasang pro sekoci.



Tali penahan yang berpasak tersebut dipasang sejauh mungkin ke depan tetapi sebelah dalam dari lapor sekoci dan disebelah luar tali-tali lainnya, lalu dikencangkan.



Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai rompi renang dengan benar/tidak.



Selanjutnya siap menunggu perintah.

Untuk mampu bertindak dalam situasi darurat maka setiap awak kapal harus mengetahui dan terampil menggunakan perlengkapan keselamatan jiwa di laut dan mampu menggunakan sekoci dan peralatannya maupun cakap menggunakan peralatan pemadam kebakaran.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 79 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Adapun perlengkapan keselamatan jiwa di laut meliputi: Life saving appliances: 

Life boat



Life jacket



Life raft



Bouyant apparatus



Life buoy



Line throwing gun



Life line



Emergency signal (parachute signal, red hand flare, orange smoke signal)

Fire fighting equipment : 

Emergency fire pump, fire hidrants



Hose & nozzles



Fire extinguishers (fixed and portable)



Smoke detector and fire detector system



C02 Installation



Sprinkler system (Automatic water spray)



Axes and crow bars



Fireman outfits and breathing apparatus



Sand in boxes.

Sedangkan latihan sekoci dan pemadam kebakaran secara individual dimaksudkan untuk menguasai bahkan memiliki segala aspek yang menyangkut karakteristik daripada penggunaan pesawat-pesawat penyelamat dan pemadam kebakaran yang meliputi pengetahuan dan keterampilan tentang :

Boat drill 

Alarm signal meninggalkan kapal (abandon ship)



Lokasi penempatan life jacket dan cara pemakaian oleh awak kapal dan penumpang



Kesiapan perlengkapan sekoci

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 80 dari 107



Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Pembagian tugas awak kapal disetia sekoci terdiri dari komandan dan wakil komandan, juru motor, juru mudi, membuka lashing dan penutup sekoci, memasang tali air / keliti tiller / tali monyet / prop, membawa selimut / sekoci / logbook / kotak P3K / mengarea sekoci l melepas ganco / tangga darurat / menolong penumpang.

Fire drill 

Alarm signal kebakaran di kapal



Pembagian tugas awak kapal terdiri dari :



Pemimpin pemadam, membawa slang, botol api, kapak, linggis, pasir, fireman outfit, sedangkan perwira jaga, juru mudi jaga di anjungan, menutup pintu dan jendela kedap air, membawa log book, instalasi C02, menjalankan pompa pemadam kebakaran, alat P3K.

Tata Cara Khusus Dalam Prosedur Keadaan Darurat Kejadian Tubrukan (Imminent collision): 

Bunyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)



Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan



Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis di tutup

Lampu-lampu dek dinyalakan: 

Nakhoda diberi tahu



Kamar mesin diberi tahu



VHF dipindah ke chanel 16



Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat



Posisi kapal tersedia di ruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan.



Setelah tubrukan got-got dan tangki-tangki di ukur.

Kandas, Terdampar (Stranding) Stop mesin 

Bunyikan sirine bahaya



Pintu-pintu kedap air di tutup



Nakhoda diberi tahu

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 81 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03



Kamar mesin diberi tahu



VHF di pindah ke chanel 16



Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan



Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan



Lampu dek dinyalakan



Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding



Kedalaman laut disekitar kapal diukur.



Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan.

Kebakaran/Fire 

Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)



Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran.



Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.



Lampu-lampu di dek dinyalakan



Nakhoda diberi tahu



Kamar mesin diberi tahu



Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan



Air masuk ke dalam ruangan (Flooding)



Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)



Siap-siap dalam keadaan darurat



Pintu-pintu kedap air di tutup



Nakhoda diberi tahu



Kamar mesin diberi tahu



Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan



Berkumpul di sekoci/rakit penolong (meninggalkan kapal)



Sirine tanda berkumpul di sekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal, misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda



Awak kapal berkumpul di sekoci/rakit penolong

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 82 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Orang jatuh ke laut (Man overboard) 

Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap sedekat orang yang jatuh



Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling-baling



Posisi dan letak pelampung diamati



Mengatur gerak untuk menolong (bile tempat untuk mengatur gerak cukup disarankan menggunakan metode "Williamson" Turn)



Tugaskan seseorang untuk mengawasi orang yang jatuh agar tetap terlihat



Bunyikan tiga suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan



Regu penolong slap di sekoci



Nakhoda diberi tahu



Kamar mesin diberi tahu



Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan

Pencarian dan Penyelamatan (Search and Rescue) 

Mengambil pesan bahaya dengan menggunakan radio pencari arah



Pesan bahaya atau S.O.S dipancarkan ulang



Mendengarkan poly semua frekwensi bahaya secara terus menerus



Mempelajari buku petunjuk terbitan SAR (MERSAR)



Mengadakan hubungan antar SAR laut dengan SAR udara pada frekwensi 2182 K dan atau chanel 16



Posisi, haluan dan kecepatan penolong yang lain di plot



Latihan-latihan bahaya atau darurat



Di kapal penumpang latihan-latihan sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan 1 kali seminggu jika mungkin. Latihan-latihan tersebut di atas juga harus dilakukan bila meninggalkan suatu, pelabuhan terakhir untuk pelayaran internasional jarak jauh.



Di kapal barang latihan sekoci dan latihan kebakaran harus dilakukan 1 x sebulan. Latihan-latihan tersebut di atas harus juga dilakukan dalam jangka waktu 24 jam setelah meninggalkan suatu pelabuhan, dimana ABK telah diganti Iebih dari 25 %.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 83 dari 107



Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Latihan-latihan tersebut di atas harus dicatat dalam log book kapal dan bila dalam jangka waktu 1 minggu (kapal penumpang) atau 1 bulan (kapal barang) tidak diadakan latihan-latihan, maka harus dicatat dalam log book dengan alasan-alasannya.



Di kapal penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh dalam waktu 24 jam setelah meninggalkan pelabuhan harus diadakan latihan-latihan untuk penanggulangan.



Sekoci-sekoci penolong dalam kelompok penanggulangan harus digunakan secara bergilir pada latihan-latihan tersebut dan bila mungkin diturunkan ke air dalam jangka waktu 4 bulan. Latihan-latihan tersebut harus dilakukan sedemikian

rupa

sehingga

awak

kapal

memahami

dan

memperoleh

pengalaman-pengalaman dalam melakukan tugasnya masing-masing termasuk instruksi-instruksi tentang melayani rakit-rakit penolong. 

Semboyan bahaya untuk penumpang-penumpang supaya berkumpul di stasion masing-masing, harus terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek disusul dengan tiupan panjang pada suling kapal dengan cara berturut-turut. Di kapal penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh harus ditambah dengan semboyan-semboyan yang dilakukan secara elektris.

Maksud dari semua semboyan-semboyan yang berhubungan dengan penumpangpenumpang dan lain-lain instruksi, harus dinyatakan dengan jelas di atas kartu-kartu dengan bahasa yang bisa dimengerti (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) dan dipasang dalam kamar-kamar penumpang dan lain-lain ruangan untuk penumpang.

E. Mengikuti Prosedur Alarm/Peringatan/Evakuasi di Tempat Kerja 1. Tata Cara Khusus dalam Prosedur Keadaan Darurat Kejadian Tubrukan (Imminent collision):  Bunyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)  Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan  Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis di tutup  Lampu-lampu dek dinyalakan  Nakhoda diberi tahu Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 84 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

 Kamar mesin diberi tahu  VHF dipindah ke chanel 16  Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat  Posisi kapal tersedia di ruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan.  Setelah tubrukan got-got dan tangki-tangki di ukur. Kandas, Terdampar (Stranding)  Stop mesin  Bunyikan sirine bahaya  Pintu-pintu kedap air di tutup  Nakhoda diberi tahu  Kamar mesin diberi tahu  VHF di pindah ke chanel 16  Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan  Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan  Lampu dek dinyalakan  Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding  Kedalaman laut disekitar kapal diukur.  Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan. Kebakaran/Fire  Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)  Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran.  Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.  Lampu-lampu di dek dinyalakan  Nakhoda diberi tahu  Kamar mesin diberi tahu  Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan  Air masuk ke dalam ruangan (Flooding)  Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)  Siap-siap dalam keadaan darurat  Pintu-pintu kedap air di tutup Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 85 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

 Nakhoda diberi tahu  Kamar mesin diberi tahu  Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan  Berkumpul di sekoci/rakit penolong (meninggalkan kapal)  Sirine tanda berkumpul di sekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal, misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda  Awak kapal berkumpul di sekoci/rakit penolong Orang jatuh ke laut (Man overboard)  Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap sedekat orang yang jatuh  Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling-baling  Posisi dan letak pelampung diamati  Mengatur gerak untuk menolong (bile tempat untuk mengatur gerak cukup disarankan menggunakan metode "Williamson" Turn)  Tugaskan seseorang untuk mengawasi orang yang jatuh agar tetap terlihat  Bunyikan tiga suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan  Regu penolong slap di sekoci  Nakhoda diberi tahu  Kamar mesin diberi tahu  Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan Pencarian dan Penyelamatan (Search and Rescue)  Mengambil pesan bahaya dengan menggunakan radio pencari arah  Pesan bahaya atau S.O.S dipancarkan ulang  Mendengarkan poly semua frekwensi bahaya secara terus menerus  Mempelajari buku petunjuk terbitan SAR (MERSAR)  Mengadakan hubungan antar SAR laut dengan SAR udara pada frekwensi 2182 K dan atau chanel 16  Posisi, haluan dan kecepatan penolong yang lain di plot  Latihan-latihan bahaya atau darurat

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 86 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

BAB VI MENJALANKAN DASAR-DASAR PROSEDUR KEAMANAN

A. Kebijakan/Prosedur Keamanan Dijalankan Berdasarkan Pelatihan Perusahaan dan Undang Undang yang telah Dibuat dan Disepakati Oleh Perusahaan 1. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja Pengertian Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja a. Keamanan Kerja Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi

yang lebih maju dan

mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut: 1) Baju kerja 2) Helm 3) Kaca mata 4) Sarung tangan 5) Sepatu

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 87 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut: 1) Buku petunjuk penggunaan alat. 2) Rambu-rambu dan isyarat bahaya. 3) Himbauan-himbauan. 4) Petugas keamanan. Tujuan Keselamatan Kerja: 1) Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja. 2) Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan effisien. 3) Menjamin proses produksi berjalan secara aman. b. Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan. c. Keselamatan Kerja Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut: 1) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas. 2) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja. 3) Teliti dalam bekerja.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 88 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

4) Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja. 5) Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta caracara melakukan pekerjaan (Suma’mur).Sasaran Segala tempat kerja (darat, di dalam tanah, permukaan dan dalam air, udara) : a) Industri b) Pertanian c) Purtambangan d) Perhubungan e) Pekerjaan umum f) Jas Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya. Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh : 1. Mesin 2. Alat angkutan 3. Peralatan kerja yang lain 4. Bahan kimia 5. Lingkungan kerja 6. Penyebab yang lain Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja 1)

Kerugian Langsung Penderitaan pribadi, rasa kehilangan dari anggota keluarga korban

2)

Kerugian Tak langsung (tersembunyi) Kerusakan mesin dan peralatan, terganggunya produksi, terganggunya waktu kerja karyawan dll.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 89 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Sebab-sebab kecelakaan 1) Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts) 2) Keadaan- keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions) Faktor utama: 1) Peralatan teknis 2) Lingkungan kerja 3) Pekerja 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia Suatu pendapat: Langsung atau tidak langsung semua kecelakaan disebabkan oleh semua manusia yang terlibat dalam suatu kegiatan. Teori penyebab kecelakaan yang pernah diajukan 1) Teori kemungkinan murni (pure change theory) 2) Teori kecenderungan untuk celaka (Accident prone theory ) Tidak dapat menjelaskan asal usul penyebab sesungguhnya kecelakaan 2. Tujuan Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja Kesehatan,

keselamatan,

dan

keamanan

kerja

bertujuan

untuk

menjamin

kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah sebagaai berikut : a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat. b. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja d. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja. e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan f. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 90 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan terhadap terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat. Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja. c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dinilai seperti berikut: Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja, kecelakaan selain menjadi sebab hambatanhambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat kecelakaan kerja, baik langsung ataupun tidak langsung, cukup bahkan kadangkadang terlampau besar sehingga bila diperhitungkan secara nasional hal itu merupakan kehilangan yang berjumlah besar. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya, dewasa ini seolah-olah relatif rendah dibandingkan dengan banyaknya jam kerja tenaga kerja.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 91 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor kegiatan ekonomi jelas dapat diobservasi, misalnya: (a) Sektor pertanian yang juga meliputi perkebunan menampilkan aspek-aspek bahaya potensial seperti modernisasi pertanian dengan penggunaan racun-racun hama dan pemakaian alay baru seperti mekanisasi. (b) Sektor industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunankeracunan bahan kimia, kecelakaan-kecelakaan oleh mesin, kebakaran, ledakanledakan dan lain-lain. (c) Sektor pertambangan mempunyai risiko-risiko khusus sebagai akibat kecelakaan tambang, sehingga keselamatan pertambangan perlu dikembangkan secara sendiri, minyak dan gas bumi termasuk daerah rawan kecelakaan. (d) Sektor perhubungan ditandai dengan kecelakaan-kecelakaan lalu lintas darat, laut dan udara serta bahaya-bahaya potensial pada industri pariwisata, demikian pula telekomunikasi mempunyai kekhususan dalam risiko bahaya. (e) Sektor jasa, walaupun biasanya tidak rawan kecelakaan juga menghadapkan problematik bahaya kecelakaan khusus. Menurut observasi, angka frekuensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu tinggi. Padahal dengan hilangnya satu atau dua jam sehari mengakibatkan kehilangan jam kerja yang besar secara keseluruhan. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor penyebabnya, sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Untuk mencegah kecelakaan, penyebabpenyebab ini harus dihilangkan. 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia, maka dari itu usaha-usaha keelamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam hubungan ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja merupakan sarana yang sangat penting. Sekalipun upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih mungkin terjadi dan dalam hal ini adalah besar peranan kompensasi kecelakaan sebagai suatu segi jaminan sosial untuk meringankan bebab penderita.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 92 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

3. Undang-undang Keselamatan Kerja UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan. Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah: a. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha. b. Adanya tenaga kerja, dan c. Ada bahaya di tempat kerja.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 93 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

B. Seluruh Keamanan yang Berhubungan dengan Kejadian Dicatat/Dilaporkan pada Formulir yang Sesuai 1. Pengawasan Pelaksanaan K3 Meliputi : a. Safety Patrol : Suatu team yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli selama lebih kurang 2 jam (tergantung lingkup proyek). Dalam patroli masing-masing anggota safety patrol mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan/yang mempunyai resiko kecelakaan. Ketentuan/tolok ukurnya adalah : Safety Plan, Panduan pelaksanaan K3 dan hal-hal yang secara teknis mengandung resiko. b. Safety Supervisor : Petugas yang ditunjuk oleh Manager Proyek yang secara terus menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3 : Safety Supervisor berwenang menegur dan memberikan instruksi langsung terhadap para pelaksana di lapangan. c. Safety Meeting : Rapat membahas hasil/laporan dari safety patrol maupun hasil/laporan dari safety supervisor. Yang paling utama dalam safety meeting adalah perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai K3 dan perbaikan system kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang kembali. d. Pelaporan dan Penanganan Kecelakaan : Pelaporan dan Penanganan kecelakaan terdiri dari kecelakaan ringan, kecelakaan berat, kecelakaan dengan korban meninggal dan kecelakaan peralatan berat. Perlengkapan Diri (APD) 

Helmet: Alluminium, Standard (CIC)



Sepatu lapangan : kulit, karet



Jas hujan



Masker las



Kaca mata las



Sabuk pengaman



Tali pengaman



Masker hidung



Penutup telinga



Sarung tangan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 94 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03



Handy Talky



Senter



Tas Pinggang



Kartu pengenal.

Perlengkapan K3 

Tandu Orang



Alat pemadam kebakaran



Rambu-rambu petunjuk



Spanduk K3



MCK



Pompa air



Mushola



Bedeng pekerja



Ruang Klinik



P3K



Papan pengumuman.

2. Manajemen Pelaksanaan K3L dalam Pelaksanaan di Proyek Perusahaan Jasa Konstruksi dalam melaksanakan pekerjaannya banyak menyerap tenaga kerja, baik yang mempunyai kemampuan dan keahlian cukup maupun yang terbatas. Kegiatan jasa konstruksi melibatkan banyak tenaga kerja, peralatan konstruksi, mesin-mesin, bahan bangunan dan menerapkan berbagai macam teknologi. Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi sering terjadi berbagai macam masalah seperti robohnya perancah, tenaga kerja jatuh dari ketinggian, terkena aliran listrik dan kecelakaan kerja lainnya. Untuk itu disusun Standart K3L bagi sector jasa konstruksi yang ditujukan agar ditempat kerja tidak terjadi kerugian, gangguan ataupun kecelakaan, menjaga keselamatan, kesehatan, sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan merasa aman terhadap bahaya. Syarat-syarat Manajemen K3L yang akan diterapkan di proyek antara lain sebagai berikut : a. Memberi pengarahan langsung kepada tenaga kerja setiap melaksanakan kegiatan guna mencegah dan mengurangi kecelakaan. Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 95 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

b. Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan c. Membekali peralatan keamanan pada para pekerja pada saat melaksanakan pekerjaan d. Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit dengan menjaga kebersihan setiap pekerja. e. Memberikan fasilitas yang mencukupi dalam melaksanakan pekerjaan seperti lampu penerangan, ataupun peralatan lain yang dibutuhkan. f. Memelihara kesehatan dengan mengadakan pemeriksaan berkala dari ahli dalam bidang kesehatan. g. Memperoleh keserasian antara kondisi lingkungan setempat dengan keberadaan tenaga kerja, peralatan kerja dan proses dan metode kerja. h. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada para pekerja yang sedang bekerja. i. Menyediakan fasilitas MCK yang mencukupi bagi pekerja. j. Menyediakan obat-obatan di proyek.

C. Seluruh Staf Disarankan Menggunakan Prosedur Keamanan Perusahaan dan Metode yang Tepat dalam Penerapannya. 1. Standard Operating Procedure (SOP) Dalam merancang suatu Standard Operating Procedure (SOP), diperlukan suatu pemahaman tentang defenisi dari SOP tersebut, fungsi dan tujuan SOP, Manfaat SOP, maupun bentuk dan cara pembuatan SOP. Berikut penjelasan dari hall-hal yang di sebut di atas : Defenisi Standard Operating Procedure: a. Ada banyak defenisi tentang Standard Operating Procedure (SOP) adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus dilaksanakan. b. Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang mengambarkan pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara berulang pada sebuah organisasi.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 96 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

c. Standard

Operating

Procedure

(SOP)

adalah

sebuah

panduan

yang

dikemukakan secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. d. Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk mendefinisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan dibutuhkan, yang ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan memberikan kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti. Manfaat Standard Operating Procedure Standard Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujun tertentu, sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan. Berikut beberapa manfaat dari SOP : 

Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.



Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.



Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan.



Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.



Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi pengembangan SOP.



Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.



Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama pekerja dengan pihak manajemen.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 97 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Bentuk Dan Cara Pembuatan Standard Operating Procedure Bentuk Standard Operating Procedure Tujuan utama dari pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) adalah memberikan kemudahan bagi para orang yang berkepentingan dalam membacanya, sehingga orang tersebut dapat mengerti dan dapat menjalankan prosedurnya dengan benar. Oleh sebab itu diperlukan suatu pertimbangan untuk dapat menentukan bentuk SOP yang digunakan, yaitu jumlah keputusan yang akan diambil dan jumlah langkah yang akan dilakukan dalam suatu proses. Berikut macam-macam bentuk SOP yang dapat dipilih untuk digunakan : a. Simple Steps Bentuk SOP ini dipakai untuk prosedur rutin yang singkat dan tidak terlalu membutuhkan banyak keputusan. b. Hierarchical Steps Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi tidak memerlukan banyak keputusan.Bentuk ini memudahkan orang yang sudah berpengalaman karena bagian dari masing-masing langkah dijelaskan secara terperinci. Sedangkan untuk orang baru, dapat memudahkan untuk mempelajari prosedur tersebut. c. Graphic Procedures Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi ini tidak memerlukan banyak keputusan, sama seperti Hierarchical Steps. Grafik dapat membantu menyederhanakan suatu proses dari bentuk yang panjang menjadi bentuk yang singkat. Gambar ataupun diagram juga dapat digunakan untuk mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan dari suatu prosedur. d. Flowchart Flowchart merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah prosedur dalam pembuatan suatu keputusan. Bentuk flowchart digunakan untuk prosedur yang memiliki banyak keputusan. Dalam pembuatan SOP bentuk flowchart ini diperlukan simbol-simbol yang dapat membantu menjelaskan setiap langkah. Berikut simbol-simbol yang di gunakan. Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 98 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Selain bentuk SOP, ada hal-hal yang juga penting untuk disertakan dalam pembuatannya, yaitu judul harus jelas dan dapat menggambarkan apa yang menjadi tujuan dari prosedur tersebut, nama orang atau unit yang bertanggung jawab terhadap prosedur tersebut, tanggal berlakunya prosedur ataupun hasil revisinya. Penulisan Standard Operating Procedure Standard Operating Procedure (SOP) dapat dikaitkan baik jika semua yang tertulis didalamnya dapat dibaca dan dimengerti oleh setiap orang yang menggunakannya. Oleh sebab itu diperlukan suatu cara yang benar dalam pembuatan Standard Operating Procedure. Berikut cara efektif dalam membuat Standard Operation Procedure : a. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam kalimat yang pendek. Kalimat yang panjang lebih susah dimengerti. b. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam bentuk kalimat perintah. Kalimat perintah menunjukan langsung apa yang harus dilakukan. c. Mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan pada suatu prosedur. d. Menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang memang sudah umum digunakan dalam kegiatan sehari-hari. e. Pembuatan Standard Operating Procedure harus dengan format yang konsisten, sehingga pihak yang menggunakan menjadi terbiasa dan mudah. 2. Memahami Standard Operating Procedure yang dimaksud. Berikut Susunan Isi Standard Operating Procedure : a. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet). Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui, ringkasan dar isi dokumen, dll.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 99 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

b. Tujuan dan Ruang Lingkup. Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya prosedur dan alasan mengapa prosedur tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan prosedur yang dibuat. c. Prosedur Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dalam detail setiap urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan. d. Tugas dan Tanggung Jawab Berisi tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait dalam suatu proses. Pelaksanaan Standard Operating Procedure Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat suatu prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada, antara lain sebagai berikut : a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai. Suatu prosedur akan berjalan dengan baik apabila dirancang dengan tujuan yang spesifik yang ingin dicapai. Selanjutnya menentukan tujuan akhir oleh perusahaan melalui manajemen yang baik dengan SOP yang sudah dibuat. b. Membuat rancangan awal Setelah tujuan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk SOP yang akan digunakan. Jika bentuk awalnya adalah flowchart, langkah awalnya adalah menentukan point utama yang menjadi pokok permasalahan. Selanjutnya, menentukan keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh pekerja untuk dilakukan dan tindakan penanganannya. Dalam membuat rancangan awal disarankan tidak membuat secara detail, sampai didapatkan prosedur yang benar-benar sesuai dengan kenyataan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 100 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

c. Melakukan evaluasi internal Setelah prosedur selesai dibuat, lakukan evaluasi dengan cara menyerahkan prosedur kepada orang-orang yang bersangkutan. Dengan menyerahkan tersebut diharapkan dapat menerima saran-saran perbaikan sehingga dapat dilakukan perbaikan supaya menjadi dipahami dan lebih akurat. d. Melakukan evaluasi eksternal Hal yang paling penting dalam melakukan evaluasi eksternal adalah keberadaan tim penasehat yang berasal dari perusahaan. Tim penasehat tersebut akan menilai dan mengevaluasi secara murni berdasarkan ilmu yang dimiliki dan hasil perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis. e. Melakukan uji coba Satu-satunya cara untuk mengetahui prosedur yang dibuat sudah efektif yaitu dengan mencoba menjalankan langsung prosedur tersebut. Setelah dijalankan langsung, maka akan diketahui apakah ada langkah-langkah pada prosedur yang tidak benar dan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. f. Menempatkan Prosedur pada unit terkait Setelah dilakukan uji coba, SOP diletakan pada bagian atau unit yang terkait. Peletakan SOP sebaiknya pada tempat yang memungkinkan setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan mudah. Jika memungkinkan, prosedur dicetak dalam ukuran yang besar sehingga para operator dapat dengan mudah melihat dan membacanya. g. Menjalankan Prosedur yang sudah dibuat Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam pembuatan SOP adalah menjalankan prosedur yang sudah dibuat sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Pastikan semua pihak bersangkutan mengerti mengapa pelaksanaan SOP harus benar-benar dijalankan. 3. Konsep Work Instruction (WI) Work Instruction (WI) menyediakan seluruh yang dibutuhkan secara detail untuk melakukan pekerjaan yang spesifik dengan benar dan sesuai standar yang baku. Work Instruction (WI) menunjukan bagaimana organisasi menghasilkan suatu produk atau

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 101 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

menyediakan pelayanan dan system control untuk meningkatkan system kualitas dari produk tersebut agar sesuai dengan standar. Work Instruction (WI) merupakan bagian dari Standard Operating Procedure (SOP). Pembuatan Work Instruction (WI)harus jelas, akurat, dan selalu didokumentasikan serta

tidak

boleh

mengandung

penjelasan

yang

meragukan.

WI

harus

menggambarkan kenapa WI tersebut dibuat, kapan harus selesai, apa yang harus dikerjakan, perlengkapan apa saja yang akan dipakai, dan kriteria apa saja yang harus dipenuhi. Penyusunan WI membuat berbagai komponen didalamnya, yaitu sebagai berikut : a. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet). Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui, ringkasan dari isi dokumen, dll. b. Tujuan dan Ruang Lingkup. Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya dokumen dan alas an mengapa dokumen tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan prosedur yang dibuat. c. Peosedur Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dengan detail setiap urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 102 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

BAB VII PELAKSANAAN PROSEDUR PENYELAMATAN PERTAMA DAN CARDIO-

PULMONARY-RESUSCIATION (CPR )

A. Seluruh Kegiatan Pertolongan Pertama yang Telah Dilakukan Dicatat /Dilaporkan Berdasarkan SOP Undang Undang K3 , Peraturan Undang Undang dan Prosedur/Kebijakan Perusahaan. 1. Mengenakan Perlengkapan APD

APD adalah alat pelindung diri, dalam bahasa asing disebut PPE, personal protective

equipment merupakan bagian yang efektif dan diperlukan dalam Program Pencegahan Kecelakaan.

Penggunaan dan penerapan yang ketat telah mencegah atau

mengurangi tingkat keparahan potensi cedera atau rasa sakit. Ada bayak APD dari yang dikenakan pada bagian atas yaitu kepala sampai ke kaki, namun tidak semua APD digunakan, tergantung dari kondisi kerja yang dilakukan. Hal-hal berikut adalah pertimbangan dalam menentukan keperluan APD: a. Riwayat kecelakaan, near miss dan cedera dalam pekerjaan b. Mengidentifikasi bahaya-bahaya atau potensi bahaya c. Menganalisa penyingkiran bahaya yang potensial Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 103 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

d. Menganalisa berbagai jenis APD yang sesuai e. Faktor-faktor lain, termasuk kewajiban hukum 2. Mengakses Informasi tentang K3 Tahukan anda, informasi apa saja yang perlu diketahui dari sebuah informasi tentang K 3? Informasi tersebut antara lain: a. S O P b. Informasi K3 Perusahaan c. Cara memeriksa atau melakukan SOP d. Kebersihan lingkungan 3. Mengisi Form APD Form penilaian Penggunaan APD No.

Kelengkapan

Standar

Penilaian

Kesimpulan

4. Memberikan Rekomendasi K3 …………………………………………………………………………………………………………….... ………………………………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………………….

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 104 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

DAFTAR PUSTAKA H. N. C. Stam, 1993, Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja, Jakarta: Penebar Swadaya. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2004, Himpunan Peraturan Keselamatan Kerja, Jakarta. Suma’un, P.K, 1987, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: C.V Haji Masagung

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 105 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

DAFTAR ALAT DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. 1.

Nama Peralatan/Mesin

Keterangan

Helmet: Alluminium, Standard (CIC)

2.

Sepatu lapangan : kulit, karet

3.

Handy Talky

4.

Jas hujan

5.

Masker las

6.

Penutup telinga

7.

Sarung tangan

8.

Handy Talky

9.

Senter

10.

Tas Pinggang, Kartu pengenal

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 106 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

B. Daftar Bahan

No.

Nama Bahan

1.

Alat – tulis yang diperlukan

2.

Pralatan untuk Kesehatan

3.

Dll.

Keterangan

4. 5. 6. 7. 8. 9. DAFTAR PENYUSUN

No.

Nama

Profesi 1. WI Bidang Otomotif BOE Malang

1.

Drs.Amirono,MT

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

2. Asesor LSP P2 P4TK BOE Malang

Halaman: 107 dari 107

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi

Kode Modul

Sub-Sektor Kendaraan Ringan

OTO.KR10.016.03

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi Buku Informasi - Versi 2018

Halaman: 108 dari 107

Related Documents


More Documents from "novikristin tobing"