LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO ( LUKA BAKAR )
I.
TINJAUAN KASUS A. DEFINISI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan
kerusakan
organ.
Bahan
kimia
terutama
asam
menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2007). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2006). Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007).
5
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif. B. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis menurut ( Suriadi, 2010) : 1. Riwayat terpaparnya 2. Lihat derajat luka bakar 3. Status pernapasan; tachycardia, nafas dengan menggunakan otot asesoris, cuping hidung dan stridor 4. Bilasyok; tachycardia, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya pengeluaran urine atau anuri 5. Perubahan suhu tubuh dari demam kehipotermi Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya. Luka bakar superfisial menyebabkan nyeri selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan
dengan
berikutnya. Individu
pengelupasan yang
menderita
kulit luka
selama bakar
beberapa berat
hari
mungkin
menunjukkan perasaan tidak nyaman atau mengeluhkan adanya tekanan dibandingkan nyeri. Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit mungkin sepenuhnya tidak sensitif terhadap sentuhan ringan atau tusukan.Luka bakar superfisial biasanya berwarna merah, sedangkan luka bakar berat bisa berwarna merah muda, putih atau hitam.Luka bakar di sekitar mulut atau rambut yang terbakar di dalam hidung bisa mengindikasikan terjadinya luka bakar di saluran napas, tetapi temuan ini sifatnya tidak pasti.
6
Tanda-tanda yang lebih mengkhawatirkan meliputi sesak napas, serak, dan stridor atau mengi.Rasa gatal umum dialami selama proses penyembuhan, serta terjadi pada 90% orang dewasa dan hampir semua anak.Mati rasa atau kesemutan masih dapat dirasakan dalam waktu yang lama setelah cedera listrik.Luka bakar juga bisa menyebabkan gangguan Lapisan Jenis
yang
Waktu Tampilan Tekstur
Sensasi
dilibatkan
Penyem-
Prognosis Contoh
buhan Sembuh dengan baik, Sen gatan matahari yang
Superfisial (derajat I)
Epidermis
Merah tan pa lepuh
Kering
Nyeri
5-10 hari
berulang meningka tkan risiko kan ker kulit di kemudian hari
Agak
Meluas ke Merah superfisial, lapisan der denganlep mengenai
mis(papile
uh yang
sebagian
r)
jelas.
lapisan
superfisial
Pucat
kulit
Infeksi
Lembab
Sangat nyeri
kurang
lokal
dari 2–3 biasanya minggu
tanpa parut
dengan emosional dan psikologis.
7
(derajat II)
tekanan.
Cukup
Kuning
dalam,
Meluas ke atau putih.
mengenai
lapisan
Lebih
sebagian
dermis
tidak
lapisan
(retikular)
pucat.
kulit
dalam
Mungkin
(derajat II)
Parut, kerut
Tekana Agak
n
dan 3–
kering
tidak
8 minggu
nyaman
(mungkin memerluk an eksisi dancangk
melepuh
ok kulit) Parut,
Seluruh lapisan kulit (Derajat III)
Lama
Meluas ke Kaku dan seluruh
putih/cokl
lapisan
at
dermis
pucat
tidak
Kasar]
Tidak nyeri
kerut,
(berbulan amputasi -bulan)
(eksisi
dan tidak dini sempurna dianjurka n)
Derajat IV
Meluas ke
Amputasi,
seluruh
gangguan
lapisan
fungsiona
kulit, dan Hitam;
l
ke
dalam hangus
lapisan
dengan es
lemak,
kar
otot tulang
Kering
yang
Tidak
Perlu
signifikan
nyeri
eksisi
dan, dalam
dan
beberapa
di
kasus,
bawahnya
kematian
8
C. KLASIFIKASI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR 1. Berdasarkan penyebab: a. Luka bakar karena api b. Luka bakar karena air panas c. Luka bakar karena bahan kimia d. Luka bakar karena listrik e. Luka bakar karena radiasi f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar: a. Luka bakar derajat I Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
Gambar 1. Luka bakar derajat I b. Luka bakar derajat II Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, 9
dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua: 1) Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises
kulit
seperti
folikel
rambut,
kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari. 2) Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
Gambar 2. Luka bakar derajat II
c. Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
10
Gambar 3. Luka bakar derajat III 3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka a. Luka bakar ringan/ minor 1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa 2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut 3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. b. Luka bakar sedang (moderate burn) 1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % 2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % 3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. c. Luka bakar berat (major burn) 1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun 2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama 3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum 4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar 5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
11
6) Disertai trauma lainnya 7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
D. ETIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 1. Paparan api a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak. b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak. 2. Scalds (air panas) Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas
12
dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan. 3. Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru. 4. Gas panas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema. 5. Aliran listrik Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan. 6. Zat kimia (asam atau basa) 7. Radiasi 8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
E. PATOFISIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasiisi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi. Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15
13
menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natriumserta protein dari ruang intravaskuler kedalam ruangan interstisial. Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali kedalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara drastis pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
14
Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi Karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombosit openia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan responlokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin sertakomplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imuno supresi membuat pasien luka bakar berisiko tinggi untuk mengalami sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi
yang
diakibatkan
hipermetabolisme.
(Crowin.2013)
F. KOMPLIKASI Sejumlah
komplikasi
bisa
muncul,
dan infeksi merupakan
komplikasi yang paling umum terjadi. Berdasarkan urutan frekuensi terjadinya, mulai dari yang paling sering sampai yang paling jarang, komplikasi untuk luka bakar dapat meliputi: pneumonia, selulit, infeksi saluran kencing dan kegagalan pernafasan. Faktor risiko untuk infeksi termasuk: luka bakar dengan lebih dari 30% LPB, luka bakar ketebalan
15
lengkap, usia ekstrim (muda atau tua), atau luka bakar yang terjadi pada kaki atau perineum. Pneumonia umumnya terjadi pada mereka dengan cedera inhalasi. Anemia sekunder pada luka bakar ketebalan lengkap dengan LPB lebih dari 10% sering ditemukan. Luka bakar karena listrik bisa menyebabkan sindrom
kompartemen atau rabdomiolisis karena
kerusakan otot. Penggumpalan darah dalam vena kaki diperkirakan terjadi pada 6% hingga 25% orang. Keadaan hipermetabolik yang mungkin tidak sembuh selama bertahun-tahun setelah luka bakar berat menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan hilangnya massa otot.Keloidbisa terjadi sebagai akibat dari luka bakar, terutama pada orang yang berusia muda dan berkulit gelap.Setelah mengalami luka bakar, anak-anak mungkin mengalami trauma dan mengalami gangguan stress paska trauma.Bekas luka juga bisa mengakibatkan gangguan citra tubuh.Di
Negara-negara
berkembang,
luka
bakar
parah
bisa
mengakibatkan isolasi sosial, kemiskinan ekstrim dan di kalangan anakanak pengucilan. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG LUKA BAKAR 1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah. 2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi. 3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
16
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis. 5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan 6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium 7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress. 8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan. 9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan. 10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera. 11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia. 12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar. 13. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasI 14. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi 15. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi. 16. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
H. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Medis : 1.
Hidroterapi
17
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau kurang untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara perlahan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipokloride, profidon iodine dan chlorohexidine. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas diatas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba. 2.
Debridemen Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan
proliferasi
bakteri
di
bagian
bawah
eschar.
Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement secara mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan 3.
Obat-obatan a. Antibiotika
: Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak
kejadian Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. b. Analgetik
: Kuat (Morfin, petidin)
c. Antasida
: Kalau perlu
Penatalaksanaan Keperawatan : 1. Penanganan awal ditempat kejadian Tindakan yang dilakukan terhadap luka bakar : a. Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api, jangan biarkan korban berlari, anjurkan korban untuk berguling – guling atau bungkus tubuh korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup. b. Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban
18
c. Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan korbam dan oksigen bila diperlukan. d. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu
200C selama 15 – 20 menit segera setelah
terjadinya luka bakar. e. Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak – banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuhnyaKaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta cedera lain yang menyertai luka bakar. Segera bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut 2. Penanganan luka bakar di unit gawat darurat Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama yaitu : a. Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan nafas), B : Breathing (pernafasan), C : Circulation (sirkulasi) 1) Airway (Jalan Nafas) Terpaparnya jalan nafas oleh udara panas yang dihisap oleh penderita luka bakar kemungkinan besar dapat terjadi pada: 1. Luka bakar pada wajah. 2. Hangusnya alis mata dan bulu hidung 3. Adanya
timbunan
karbon
dan
tanda-tanda
peradangan akut di dalam orofaring 4. Sputum yang mangandung arang/karbon 5. Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api/ terbakar dalam ruang tertutup. 6. Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badan 7. Karboksi hemoglobin lebih dari 10% setelah berada dalam lingkungan api.
19
2) Breathing Penilaian terhadap proses pernafasan sangat penting setelah penyelamatan Airway dilakukan, 1. Lepaskan
pakaian
dan
semua
hal
yang
menghambat gerakan rongga dada berikan oksigen yang adekuat melalui sungkup atau kanul. 3) Sirkulasi / Pemberian cairan infus 1. Setiap penderita dengan luka bakar berat, diatas 20% sudah perlu diberikan cairan infus. 2. Setelah jalan nafas dijamin baik dan cedera lainnya yang mengancam nyawa telah diidentifikasi dan ditangani selanjutnya penderita disiapkan untuk pemasangan infus. 3. Carilah vena-vena besar untuk memasang jarum infus
yang
cukup
besar,
upayakan
agar
pemasangan infus jangan di daerah yang terkena luka bakar, kecuali terpaksa karena tidak ada deravena daerah ekstremitas atas terlebih dahulu b. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar c. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran pernafasan d. Kaji adanya faktor – faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal,) e. Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III biasanya dipasang. f. CVP (kolaborasi dengan dokter) g. Pasang kateter urin h. Pasang NGT jika diperlukan i. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan j. Berikan suntikan ATS / toxoid
20
3. Perawatan luka : k. Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100) l. Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang mengganggu pergerakan m. Selimuti pasien dengan selimut steril
II.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Biodata Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi yang tepat dalam pendekatan. 2. Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, region, severe, time, quality (p,q,r,s,t). Sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. 3. Riwayat penyakit sekarang Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien
selama
menjalan
21
perawatan
ketika
dilakukan
pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang). 4. Riwayat penyakit masa lalu Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol. 5. Riwayat penyakit keluarga Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan. 6. Pola ADL Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri .
7. B1-B6 Breathing (B1) Kaji adanya tanda disteres pernapasan, seperti rasa tercekik, tersedak, malas bernafas, atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atu tenggorokan, hal ini menandakan adanya iritasi pada mukosa.Adanya sesak napas atau kehilangan suara, takipnea atau kelainan pada uaskultasi seperi krepitasi atau ronchi. (Sjaifuddin, 2006)
22
Blood (B2) Pada luka bakar yang berat, perubahan permiabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyababkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravascular
mengalami
defisit,
timbul
ketidak
mampuan
menyelenggarakan proses transportasi oksigen kejaringan (syok). Sjaifuddin (2006) Brain (B3) Manifestasi sistem saraf pusat karena keracunan karbon monoksida dapat berkisar dari sakit kepala, sampai koma, hingga kematian (Huddak dan Gallok, 1996) Bledder (B4) Haluaran urin menurun disebabkan karena hipotensi dan penurunan aliran darah ke ginjal dan sekresi hormone antideuretik serta aldosteron (Hudak dan Gallok, 1996) Bowel (B5) Adanya resiko paralitik usus dan distensi lambung bisa terjadi distensi dan mual. Selain itu pembentukan ulkus gastrduodenal juga dikenal dengan Curling’s biasanya merupakan komplikasi utama dari luka bakar (Hudak dan Gallok, 1996). Bone (B6) Penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain misalnya mengalami patah tulang punggung atau spine 8. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat
kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat b. TTV
23
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama c. Pemeriksaan kepala dan leher 1) Kepala dan rambut Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar 2) Mata Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar 3) Hidung Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok. 4) Mulut Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang 5) Telinga Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen 6) Leher Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan 7) Pemeriksaan thorak / dada Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi 8) Abdomen
24
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis. 9) Urogenital Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter. 10) Muskuloskletal Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri 11) Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik) 12) Pemeriksaan kulit Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut : Bagian tubuh
1 th
2 th
Dewasa
Kepala leher
18%
14%
9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri)
18%
18%
18 %
Badan depan
18%
18%
18%
Badan belakang
18%
18%
18%
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri)
27%
31%
30%
Genetalia
1%
1%
1%
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka 25
1) Grade I : Luka bakar ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis, terdapat warna merah pada kulit tidak ada vesikel, tanpa odema, nyeri dan biasanya sembuh tanpa adanya pengobatan dalam waktu 3-7 hari. 2) Grade II : Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat penumpukan cairan, intersisiel. Timbul rasa nyeri yang hebat, biasanya sembuh 21-28 hari. tanpa disertai jaringan parut bila tidak terjadi infeksi. 3) Grade III : Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak kering, keluhan nyeri berkurang karena jaringan lemak, otot terkena. Biasanya penyembuhan agak lama 1bulan atau lebih dan terdapat jaringan granulasi 4) Grade IV : Sudah mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan luka kering, warna merah, putih, hitam / coklat, tidak nyeri pada grade ini. Kesembuhannya lama dan memerlukan tindakan skin graft. Adapun data pengkajian pasien luka bakar tergantung pada tipe, berat dan permukaan tubuh yang terkena, antara lain : 1.
Aktivitas / Istirahat Tanda : Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak, perubahan tonus.
2.
Sirkulasi Tanda : Hipotensi (syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang cidera, kulit putih dan dingin (syok listrik), edema jaringan, disritmia.
3.
Integritas ego Tanda dan Gejala : Kecacatan, kekuatan, menarik diri
4.
Eliminasi Tanda : diuresis, haluaran urine menurun fase darurat, penurunan motilitas usus.
26
5.
Makanan / Cairan Tanda : edema jaringan umum, anoreksi, mual dan muntah
6.
Neurosensori Gejala : area kebas, kesemutan Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, aktivitas kejang, paralisis (Cidera aliran listrik pada aliran saraf)
7.
Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri, panas
8.
Pernafasan Gejala : Cidera inhalasi (terpajan lama) Tanda : serak, batuk, sianosis, jalan nafas atas stridor bunyi nafas gemiricik, ronkhi secret dalam jalan nafas
9.
Keamanan Tanda : distruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur seperti : lepuh, ulkus, nekrosis atau jaringan parut tebal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pertukaran gas a.
Definisi Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
b.
Batasan Karakteristik 1)
Perubahan kedalaman pernapasan
2)
Perubahan ekskursi dada
3)
Mengambil posisi tiga titik
4)
Bradipneu
5)
Penurunan tekanan ekspirasi
6)
Penurunan ventilasi semenit
7)
Penurunan kapasitas vital
8)
Dipneu
9)
Peningkatan diameter anterior-posterior
10)
Pernapasan cuping hidung
27
11)
Ortopneu
12)
Fase ekspirasi memanjang
13)
Pernapasan bibir
14)
Takipneu
15)
Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas
c. Faktor yang Berhubungan 1)
Ansietas
2)
Posisi tubuh
3)
Deformitas tulang
4)
Deformitas dinding dada
5)
Keletihan
6)
Hiperventilasi
7)
Sindrom hipoventilasi
8)
Gangguan muskuloskeletal
9)
Kerusakan neurologis
10)
Imaturitas neurologis
11)
Disfungsi neuromuskular
12)
Obesitas
13)
Nyeri
14)
Keletihan otot pernapasan
15)
Cedera medula spinalis
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan Factor risiko: b.
Kehilangan volume cairan aktif
c.
Kurang pengetahuan
d.
Usia lanjut
e.
Kegagalan fungsi regulator
f.
Status hipermetabolik
g.
Penyimpangan absorpsi
28
3. Nyeri Akut a. Definisi Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan
b. Batasan Karakteristik 1)
Perubahan selera makan
2)
Perubahan tekanan darah
3)
Perubahan frekuensi jantung
4)
Perubahan frekuensi pernapasan
5)
Laporan isyarat
6)
Diafroesis
7)
Perilaku distraksi (mis, berjalan modar mandir, mencari orang lain dan/atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8)
Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
9)
Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
10) Sikap melindungi are nyeri 11) Fokus menyempit (mis,gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) 12) Indikasi nyeri yang dapat diamati 13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri 14) Sikap tubuh melindungi 15) Dilatasi pupil 16) Melaporkan nyeri secara verbal
29
17) Fokus pada diri sendiri 18) Gangguan tidur c. Faktor yang Berhubungan Agens cedera (mis.,biologis, zat kimia, fisik, psikologis.
4.
Risiko Infeksi a. Definisi : Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik b. Faktor-faktor resiko 1) Penyakit kronis a) Diabetes melitus b) Obesitas 2) Pengetahuan yang tidak cukup untuk mengindari pemanjanan patogen 3) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat a) Gangguan peritalsis b) Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif c) Perubahan sekresi pH d) Penurunan kerja siliaris e) Pecah ketuban lama f) Merokok g) Stasis cairan tubuh h) Trauma jaringan (mis.,trauma destruksi jaringan) 4) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder a) Penurunan hemoglobin b) Imunosupresi (mis., imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal, imunomudulator) c) Supresi respon inflamasi 5) Vaksinasi tidak adekuat
30
6) Pemanjanan terhadap patogen lingkungan meningkat a) Wabah 7) Prosedur invasif 8) Malnutrisi
5.
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan Otak a. Definisi : Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menganggu kesehatan b. Batasan Karakteristik : 1)
Masa tromboplastin parsial abnormal
2)
Masa protrombin abnormal
3)
Sekmen ventrikel kiri akinetik
4)
Ateroklerosis aerotik
5)
Diseksi arteri
6)
Fibrilasi atrium
7)
Miksoma atrium
8)
Tumor otak
9)
Stenosis karotid
10) Aneurisme serebri 11) Koagulopati (mis. Anemia sel sabit) 12) Kardiomiopati dilatasi 13) Embolisme 14) Trauma kepala 15) Hierkolesterolemia 16) Hipertensi 17) Endokarditis infeksi 18) Katup prostetik mekanis 19) Stenosis mitral 20) Neoplasma otak 21) Baru terjadi infak miokardium
31
22) Sindrom sick sinus 23) Penyalahgunaan zat 24) Terapi trobolitik 25) Efek samping terkait terapi (bypass kardiopulmunal,obat)
6.
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh a. Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. b. Batasan Karakteristik : 1) Kram abdomen 2) Nyeri abdomen 3) Menghindari makanan 4) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal 5) Kerapuhan kapiler 6) Diare 7) Kehilangan rambut berlebihan 8) Bising usus hiperaktif 9) Kurang makanan 10) Kurang informasi 11) Kurang minat pada makanan 12) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat 13) Kesalahan konsepsi 14) Kesalahann informasi 15) Membran mukosa pucat 16) Ketidakmampuan memakan makanan 17) Tonus otot menurun 18) Mengeluh gangguan sensasi rasa 19) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA 20) Cepat kenyang setelah makan 21) Sariawan rongga mulut 22) Steatorea
32
23) Kelemahan otot pengunyah 24) Kelemahan otot untuk menelan c. Faktor-faktor yang berhubungan : 1) Faktor biologis 2) Faktor ekonomi 3) Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien 4) Ketidakmampuan untuk mencerna makanan 5) Ketidakmampuan menelan makanan 6) Faktor psikologis
7.
Ansietas a. Definisi : Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi bencana b. Batasan Karakteristik : Menurut NANDA,2012 batasan karakteristik dari ansietas adalah sebagai berikut 1) Perilaku a) Penurunan produktivitas b) Gerakan yang irelevan c) Gelisah d) Melihat sepintas e) Insomnia f) Kontak mata yang buruk g) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
33
h) Agitasi i) Mengintai j) Tampak waspada 2) Afektif a) Gelisah b) Kesedihan yang mendalam c) Distress d) Ketakutan e) Perasaan tidak adekuat f) Berfokus pada diri sendiri g) Peningkatan kewaspadaan h) Iritabilitas i) Gugup j) Senang berlebihan k) Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan l) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten m) Bingung n) Menyesal o) Ragu/tidak percaya diri p) Khawatir 3) Fisiologis a) Wajah tegang b) Tremor tangan c) Peningkatan keringat d) Peningkatan ketegangan e) Gemetar f) Tremor g) Suara bergetar 4) Simpatik a) Anoreksia b) Eksitasi kardiovaskuler
34
c) Diare d) Mulut kering e) Wajah merah f) Jantung berdebar-debar g) Peningkatan tekanan darah h) Peningkatan denyut nadi i) Peningkatan reflex j) Peningkatan frekuensi pernapasan k) Pupil melebar l) Kesulitan bernapas m) Vasokonstriksi superficial n) Kedutan pada otot o) Lemah 5) Parasimpatik a) Nyeri abdomen b) Penurunan tekanan darah c) Penurunan denyut nadi d) Diare e) Vertigo f) Letih g) Mual h) Gangguan tidur i) Kesemutan pada ekstremitas j) Sering berkemih k) Anyang-anyangan l) Dorongan segera berkemih 6) Kognitif a) Menyadari gejala fisiologis b) Bloking pikiran c) Konfusi d) Penurunan lapang persepsi
35
e) Kesulitan berkonsentrasi f) Penurunan kemampuan untuk belajar g) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah h) Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik i) Lupa j) Gangguan perhatian k) Khawatir l) Melamun m) Cenderung menyalahkan orang lain c. Faktor yang Berhubungan : Menurut NANDA 2012-2014 faktor yang berhubungan dari ansietas adalah sebagai berikut 1) Perubahan dalam : a) Status ekonomi b) Lingkungan c) Status kesehatan d) Pola interaksi e) Fungsi peran f) Status peran 2) Pemajanan toksin 3) Terkait keluarga 4) Herediter 5) Infeksi/kontaminan interpersonal 6) Penularan penyakit interpersonal 7) Krisis maturasi 8) Krisis situasional 9) Stress 10) Penyalahgunaan zat 11) Ancaman kematian 12) Ancaman pada : a) Status ekonomi
36
b) Lingkungan c) Status kesehatan d) Pola interaksi e) Fungsi peran f) Status peran g) Konsep diri 13) Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting hidup 14) Konflik
yang
tidak
disadari
mengenai
nilai
yang
esensial/penting 15) Kebutuhan yang tidak dipenuhi 8.
Gangguan citra tubuh a. Definisi : Konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik dan individu b. Batasan karakteristik : 1) Prilaku mengenali tubuh individu 2) Prilaku menghindari tubuh individu 3) Prilaku memantau tubuh individu 4) Respon nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh 5) Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh 6) Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tbuh individu 7) Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu dalam penampilan c. Faktor yang berhubungan: 1) Biofisik 2) Budaya 3) Kognitif 4) Tahap perkembangan 5) Penyakit 6) Cedera 7) Perseptual
37
8) Psikososial 9) Spiritual 10) Pembedahan 11) Trauma 12) Terapi penyakit
9.
Defisiensi Pengetahuan a. Definisi Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. b. Batasan Karakteristik 1) Perilaku hiperbola 2) Ketidakakuratan mengikuti perintah 3) Ketidakakuratan melakukan tes 4) Perilaku tidak tepat (misalnya: histeris, bermusuhan, agitasi, apatis) 5) Pengungkapan masalah c. Faktor yang Berhubungan 1) Keterbatasan kognitif 2) Salah interpretasi informasi 3) Kurang pajanan 4) Kurang minat dalam belajar 5) Kurang dapat mengingat 6) Tidak familier dengan sumber informasi
10. Penurunan Curah Jantung a. Definisi: Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. b. Batasan Karakteristik: 1. Perubahan frekuensi/irama jantung
38
a. Aritmia b. Bradikardia, takikardia c. Perubahan EKG d. Palpitasi 2. Perubahan pre load a. Penurunan tekanan vena sentral (CVP) b. Penurunan tekanan arteri paru (PAWP) c. Edema, keletihan d. Peningkatan CVP dan PAWP e. Distensi vena jugular f. Murmur g. Peningkatan berat badan 3. Perubahan afterload a. Kulit lembab b. Penurunan nadi perifer c. Penurunan resistensi vascular paru 4. Perubahan kontraktilitas a. Batuk, crackle b. Penurunan indeks jantung c. Ortopnea d. Bunyi S3 dan S4 5. Perilaku a. Ansietas, gelisah
11. Hambatan mobilitas fisik Adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah Batasan karakteristik: a. Kesulitan membolak-balik posisi b. Dispnea setelah beraktivitas c. Perubahan cara berjalan
39
d. Gerakan bergetar e. Keterbatasan rentang pergerakan sendi f. Pergerakan lambat g. Pergerakan tidak terkoordinasi Factor berhubungan: a. Intoleran aktivitas b. Ansietas c. Penurunan ketahanan tubuh d. Penurunan kendali otot e. Penurunan kekuatan otot f. Kaku sendi g. Nyeri h. Malnutrisi i. Gaya hidup monoton 12. Risiko jatuh Adalah peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik Factor risiko Dewasa a. Riwayat jatuh b. Penggunaan alat bantu c. Kursi roda
Kognitif Penurunan status mental Lingkungan a. Lingkungan yang tidak terorganisasi b. Pengekangan Medikasi a. Agens antihipertensi b. Agens antiansietas
40
c. Diuretic d. Hipnotik e. Obat penenang Fisiologis a. Sakit akut b. Anemia c. Arthritis d. Neoplasma e. Kesulitan melihat f. Kesulitan mendengar g. Gangguan keseimbangan h. Kondisi postoperatif i. Neuropati j. Penurunan kekuatan ekstremitas
C. INTERVENSI No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
Hasil 1.
Ganggua
Setelah
diberikan 1.
n
asuhan
keperawatan untuk
pertukara
3x24 jam, diharapkan ventilasi udara
n gas
kerusakan pertukaran gas teratasi, dengan kriteria hasil:
Posisikan
pasien
memaksimalkan
2. Lakukan terapi fisik dada, sesuai kebutuhan
1. Melancarkan pernapasan klien
2. Merilekskan dada untuk memperlancar
Klien mampu mengeluarkan secret
RR klien normal 16-20
pernapasan klien 3.
Keluarkan
secret
dengan melakukan batuk efektif
atau
dengan
melakukan suctioning
x/menit
3. Mengeluarkan secret
yang
menghambat jalan pernapasan
41
Irama
4. Catat dan monitor
pernapasan
pelan,
teratur
pernapasan dan batuk
4. Mengetahui
Kedalaman
factor
penyebab
inspirasi
batuk
dan
normal
dalamnya
Oksigenasi pasien adekuat
5.
Berikan
treatment
aerosol,
sesuai
gangguan pernapasan
kebutuhan 5. Memperlancar
AGD dalam batas normal skala 5 (no deviation from
6.
Berikan
oksigen,
terapi sesuai
Tanda-tanda sianosis mencapai skala
6. Memenuhi kebutuhan 7. Regulasi intake cairan
oksigen
untuk
tubuh
mencapai
keseimbangan
7. Menyeimbangkan
Klien tidak
cairan
mengalami somnolen
8.
Monitor
status dan
oksigenasi
Capitary refill
8. Mengetahui status
pada jari-jari dalam rentang normal
9.
Monitor
ritme,
frekuensi, kedalaman
from normal
10. suara
respirasi lancar ada
mencapai skala pernapasan. 5 (no deviation
dalam
tubuh
mencapai skala respiratory 5 (none).
dalam
cairan
5 (none)
pernapasan
keebutuhan
normal range).
saluran
klien ataukah gangguan
adanya
9. Untuk mendeteksi
abnormal/noisy
adanya gangguan
Monitor
pernapasan
42
range)
pada pernapasan seperti snoring atau crowing.
10. Untuk mendeteksi adanya gangguan pernapasan
11.
Kaji
keperluan
suctioning
dengan
melakukan
auskultasi
untuk
mendeteksi
adanya
crackles
rhonchi
di
dan
11. Memperlancar saluran pernapasan
sepanjang
jalan napas. 12.
Catat
onset,
karakteristik dan durasi batuk. 12. Mengetahui karakteristik batuk untuk dapat 13.
Monitor
tekanan
memberikan
darah, nadi, temperature,
intervensi
dan
tepat
status
sesuai
respirasi,
yang
kebutuhan. 13. Mendeteksi adanya gangguan respirasi
14. Monitor respiration rate
dan
(kedalaman
dan
kardiovaskuler
ritme dan
simetris) 15. Monitor suara paru
14. Mengecek adanya gangguan pernapasan
43
15. Mendeteksi 16.
Monitor
adanya
abnormal status respirasi (cheyne stokes, apnea,
adanya keabnormalan suara
paru
kussmaul) 17. Monitor warna kulit, temperature
dan
Monitor
adanya gangguan system
kelembapan. 18.
16. Mendeteksi
adanya
tubuh
17. Monitor
adanya
sianosis pada central dan
gangguan
perifer
respirasi
dan
kardiovaskular. 19.
Pertahankan
kepatenan jalan napas.
18. Untuk
membuat
klien
agar
bernafas
dengan
baik tanpa adanya gangguan.
19. Untuk 20. Pantau gas darah
mengetahui
arteri (AGD), serum dan
tekanan gas darah
tingkat elektrolit urine.
(O2
dan
CO2)
sehingga kondisi pasien tetap dapat dipantau.
20. Agar klien tidak 21. Monitor hilangnya
44
mengalami
asam (misalnya muntah,
alkalosis
output nasogastrik, diare
kekurangan asam
dan
yang
diuresis).
akibat
berlebihan
dari
tubuh.
21. Posisi yang tepat menyebabkan berkurangnya tekanan 22. Berikan posisi untuk memfasilitasi
ventilasi
yang
memadai
(misalnya
membuka
jalan
napas
mengangkat
dan kepala
tempat
diafragma ke atas sehingga ekspresi paru
maksimal
sehingga dapat
bernafas
dengan
leluasa.
tidur) 22. Agar
23. Pantau gejala gagal pernafasan PaO2
(misalnya
rendah,
PaCO2
tinggi dan kelelahan otot
perawat
cepat mengetahui jika
terjadinya
gagal
nafas
sehingga
tidak
membuat kondisi
pernafasan).
klien semakin 24.
klien
Pantau
pernapasan.
pola
menjadi buruk.
23. Sebagai indikator adanya gangguannafas dan
indikator
dalam tindakanselanjutn
45
ya.
24. Untuk mempelancar pernafasan klien dan
memenuhi
kebutuhan oksigen klien. 2.
Risiko
Setelah
diberikan 1. Berikan penjelasan 1.
Ketidakef
asuhan
ektifan
3x24
perfusi
Ketidakefektifan
jaringan
perfusi jaringan otak jaringan
otak
dapat teratasi, dengan akibatnya
Keluarga
keperawatan kepada keluarga klien berpartisipasi jam,
masalah tentang
lebih dalam
sebab-sebab proses penyembuhan
gangguan
perfusi otak
dan
kriteria hasil:
Klien
tidak 2.
Tidak
kepada 2.
Untuk
mencegah
klien untuk bed rest total perdarahan ulang
gelisah
Anjurkan
ada
keluhan nyeri 3. Observasi dan catat 3. kepala
tanda-tanda
vital
GCS 456
kelainan
Tanda-tanda
intrakranial tiap dua jam
Mengetahui
setiap
dan perubahan yang terjadi
tekanan pada klien secara dini dan
untuk
penetapan
tindakan yang tepat
vital normal(nadi :
kali 4. Berikan posisi kepala 4. Mengurangi tekanan lebih tinggi 15-30 arteri dengan permenit, suhu: 36-36,7 dengan letak jantung meningkatkan draimage 60-100
C, pernafasan (beri bantal tipis)
vena dan memperbaiki
16-20
sirkulasi serebral
kali
46
permenit) 5. Anjurkan klien untuk 5. Batuk dan mengejan menghindari batuk dan dapat mengejan berlebihan
meningkatkan
tekanan intra kranial dan potensial
terjadi
perdarahan ulang 6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi 6. Rangsangan aktivitas pengunjung
yang meningkat meningkatkan
dapat
kenaikan
TIK. Istirahat total dan ketenangan
mungkin
diperlukan
untuk
pencegahan
terhadap
perdarahan dalam kasus stroke
hemoragik
/
perdarahan lainnya 7. Kolaborasi dengan tim
dokter
dalam 7. Memperbaiki sel yang
pemberian
obat masih viabel
neuroprotektor3 3.
Resiko
Setelah diberikan
Mandiri :
kekurang
asuhan keperaawatan
1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui keadaan
an
selama 3 x 24 jam
volume
diharapkan tidak
cairan
terjadi kekurangan
masuk dan cairan
berhubun
volume cairan dengan
keluar.
gan
criteria hasil :
dengan
1. Mempertahankan
penguapa
urine output sesuai
n akibat
dengan usia dan
vital
umum pasien.
2. Observasi cairan
2. Mengetahui keadaan hidrasi pasien
3. Observasi turgor kulit 3. Mengetahui kelebihan dan kelemban
dan kekurangan
mukosa.
volume cairan 4. Meningkatkan
47
luka bakar.
BB. 2. Tanda-tanda vital dalam batas normal 3. Tidak ada tandatanda dehidrasi
4. Berikan pasien
masukan peroral
masukan cairan per
untuk memenuhi
oral sesuai kebutuhan.
kebutuhan cairan
5. Ajarkankeluargamem
tubuh.
otivasipasienuntukme 5. Memberi dukungan nambah intake oral.
untuk meningkatkan
4. Turgor kulit elastis
masukan cairan
5. Membrane mukosa Kolaborasi :
peroral
lembab. 6. Tidak ada rasa haus yang berlebih.
1. Delegatif dalam pemberian IVFD
Kolaborasi:
NaCl 0,9% 20Tpm.
1. Memberi cairan melalui parenteral
4.
Resiko
Setelah diberikan
Mandiri :
Infeksi
asuhan keperawatan
1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui keadaan
berhubun
selama 3x24 jam
gan
diharapkan pasien
2. Lakukan cuci tangan
dengan
tidak menunjukan
sebelum kontak
kerusaka
tanda-tanda infeksi
dengan pasien
n
dengan kriteria :
integritas
Infeksi tidak terjadi
kulit (luka
vital
umump asien.
3. Gunakan APD saatkontak dengan
2. Mencegah terjadinya infeksi silang
3. Mencegah terjadinya infeksi silang.
pasien 4. Batasi pengunjung
bakar)
4. Untuk menghindari terjadinya paparan bakteri pathogen dariluar.
Kolaborasi :
Kolaborasi:
1.Pemberian tindakan
1. Meningkatkan
delegatif pemberian
antibody pasien
obat antibiotic
terhadap infeksi.
:cefotaxime
48
5.
Nyeri
Stelah diberikan
Mandiri :
akut.
asuhan keperawatan
1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahuai keadaan
selama 3 x 24 jam diharapkan pasien
vital
umum pasien
2. Kaji keluhan nyeri
dapat
2. Mengetahui
yang dirasakan pasein
perubahan dalam
mempertahankan perilaku adaptasi
nyeri yang dirasakan 3. Istirahatkan pasien
terhadap nyeri.
dengan posisi yang
Dengankriteria :
nyaman.
pasien 3. Posisi yang nyaman dapat mengurangi
1. Melaporkan secara verbal nyeri
rasa nyeri. 4. Bantu pasien
berkurang atau
memenuhi ADL
4. Mencegah terjadinya
hilang.
nyeri saat bergerak
2. Skala nyeri 1-2
dan membuat pasien
3. Wajah tempak
nyaman.
tenang/ tidakmeringis.
5. Ajarkan teknik
4. Tidakgelisah
distraksi relaksasi
5. Pasien secara mandiri
5. Tidakberhata-
mampu mengontrol
hatidanmenghindar
nyeri yang dirasakan.
idaerah yang nyeri. 6. Berikaninformasitenta 6. Tanda-tanda vital
ngnyeri
6. Meningkatkan
dalambatas
pengetahuan pasien
normal.
tentang nyeri yang Kolaborasi :
dirasakan.
1. Pemberian analgetik bila diperlukan.
Kolaborasi: 1. Analgetik mengurangi nyeri
7.
Ganggua
Setelah
diberikan 1.
Kaji
49
tingkat 1.
Penting
dalam
n
Citra asuhan
Tubuh
selama
keperawatan kekhawatiran 3x24
jam tentang
klien menentukan
intervensi
kondisinya
Gangguan citra tubuh teratasi
2. Beri kesempatan klien 2. Membina hubungan
Kriteria Hasil :
mengungkapkan
luka perasaannya
Daerah bakar
percaya
perawat
antara
dengan
klien
Tindakan
ini
dalam 3. Lakukan perawatan 3.
perbaikan
saling
dapat yang
Klien
tepat
sehingga mengurangi
menerima
tidak terjadi komplikasi komplikasi
kondisinya
berupa
cacat
dan
fisik. memburuknya luka
Klien tampak lebih tenang.
potensi
keadaan
akibat
luka.
Dukungan
mental
4. Beri support mental dan ajak keluarga dalam 4. memberikan dorongan.
mendorong
penerimaan
yang akan meningkatkan harga diri klien
8.
Kurang
Setelah
pengetah
asuhan
keperawatan pengetahuan
uan
selama
3x24
Klien
diberikan 1. Kaji sejauh mana 1.
dan
jam tentang
klien menentukan
kondisi
keluarga harapan
Penting
masa
dalam intervensi
dan depan.
memahami penanganan
luka
bakar Kriteria Hasil :
2. Beri penjelasan pada 2.
Menyatakan
klien tentang perawatan pengetahuan
dasar
yang
dilakukan perawatan.
50
Menambah tentang
pemikiran
3. Jelaskan pentingnya
untuk berbagai partisipasi
klien
dan 3.
Informasi
ini
aspek
keluarga
dalam memberikan arah yang
penanganan
perawatan
untuk spesifik
yang berbeda.
mendapatkan hasil yang
Berpartisipasi
optimal
dalam menyusun
4.
Jelaskan
lamanya
rencana
waktu yang diperlukan
perawatan dan untuk penyembuhan.
4.
Kejujuran
bekerja
sama
meningkatkan
dalam
proses
harapan
realistis
penanganan & perawatan luka.
Klien mengerti tentang kondisinya
9.
Ansietas
Setelah
diberikan 1.
Kaji
tingkat 1.
Mengetahui
asuhan
keperawatan kecemasan
kecemasan klien
selama
3x24
digunakan
kecemasan
jam teratasi
menentukan
tingkat yang dalam
intervensi.
Kriteria Hasil :
Klien
terihat 2. Beri kesempatan klien 2.
tingkat
lebih tenang
mengungkapkan
kecemasan dan perasaan
Klien
perasaannya.
klien.
Membina
mengatakan
hubungan saling percaya
tidak
antara perawat dengan
cemas
klien.
lagi
Mengetahui
Klien bersabar
51
dan menerima 3. Beri dorongan spritual
keadaannya
3. Klien bersabar dan
Klien mengerti
berdoa
tentang
kesembuhannya.
perawatan luka 4.
Beri
demi
penjelasan
yang tentang perawatan luka 4.
bakar
klien
dideritanya
Mengurangi
kecemasan
dengan
mengetahui
perawatan
yang
dilakukan,
penjelasan
yang
diberikan
memdorong
kerjasama klien dalam pelaksanaan perawatan.
10. Ketidakse Setelah
diberikan 1. Beri diit TKTP
1. Pasien memerlukan
imbangan
asuhan
keperawatan
nutrient
nutrisi
selama
3x24
untuk kesembuhan luka
kurang
Intake nutrisi adekuat
dan
dari
sesuai
dengan
kebutuhan metabolisme.
kebutuha
kebutuhan
dengan
n tubuh
Kriteria hasil:
jam
yang
peningkatan
2. Pantau berat badan 2.
Tindakan
Terjadi
klien dan jumlah asupan membantu
penambahan
kalori
berat
setiap
cukup
ini
menentukan
hari apakah kebutuhan nutrisi telah
badan
terpenuhi.
setelah
sebelumnya
3. Beri nutrisi enteral 3.
terjadi
atau parenteral jika diit nutrisi
penurunan
melalui
berat badan.
terpenuhi.
oral
intervensi menjamin
tidak terpenuhinya kebutuhan
Tidak 4. Kolaborasi pemberian
52
Tehnik
nutrisi.
memperlihatka
suplemen vitamin dan 4.
ini
n tanda – tanda mineral
memenuhi
defisiensi
nutrisi,
vitamin
mineral
yang
protein,
dan
vitamin.
Suplemen
Porsi
kebutuhan
untuk
dan
adekuat
penyembuhan
luka.
makan
dihabiskan 12. Hambata
Setelah
diberikan Mandiri :
n
asuhan
keperawatan 1. Observasi
1. mengetahui
mobilitas
selama
3x24
perkembangan
fisik
Klien
berhubun
mobilotas fisik dengan
gan
kriteria hasil :
2.memfasilitasi
dengan
1.
Mampu mebolak 2. Berikan promosi
penggunaan postur dan
balikan
pergerakan dalam
nyeri
2.
3.
jam kemampuan gerak
menunjukkan pasien
kemampuan gerak pasien
posisi mekanika tubuh
tubuh
aktivitas sehari-hari
Meningkatkan
untuk mencegah
waktu reaksi
keletihan dan ketegangan
Tidak
atau cedera
dispnea
saat beraktifitas 4.
5.
6.
Cara
berjalan 3. Berikan promosi
normal
latihan fisik: latihan
3.memfasilitasi pelatihan
Mampu
kekuatan
otot resistif secara rutin
melakukan
untuk mempertahankan
gerakan motorik
atau meningkatkan
halus dan kasar
kekuatan otot.
Pergerakan sendi 4. Berikan terapi latihan bebas
7.
muskuloskeletal.
fisik: ambulasi
4.meningkatkan dan
Tidak terjadinya
membantu dalam
tremor
berjalan untuk
yang
53
diinduksi
oleh
mempertahankan atau
pergerakan 8.
Postur
mengembalikan fungsi tubuh
tubuh autonom dan
stabil 9.
Gerakan
voluntir selama teratur
pengobatan dan
dan
5. Berikan terapi latihan
pemulihan dari kondisi
terkoordinasi.
fisik
sakit atau cedera.
5. mobilitas sendi menggunakan gerakan tubuh aktif dan pasif 6. Berikan terapi latihan
untuk mempertahankan
fisik: pengendalian otot
atau mengembalikan fleksibilitas sendi. 6. menggunkan aktivitas tertentu atau protokol latihan yang sesuai untuk meningkatkan atau
7. Berikan pengaturan
mengembalikan gerakan
posisi
tubuh yang terkendali.
7. mengatur posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara hati-hati untuk 8. berikan edukasi
meningkatkan
kepada pasien dan
kesejahteraan fisiologis
keluarga pasien akan
dan psikologis.
bahaya tirah baring yang lama.
8. pasien dan keluarga memahami akan bahaya
Kolaborasi :
54
tirah baring yang lama.
9. kolaborasikan terapi kepada ahli fisiotherapi
9. memberikan terapi yang lebih terkontrol untuk pasien
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Dalam hal ini, prinsip yang harus diterapkan dalam pembuatan implementasi keperawatan adalah kita harus menentukan perencanaan yang tepat sebelum kita membuat implementasi keperawatan, adapun yang harus diperhatikan adalah: 1. Mencegah terjadinya komplikasi 2. Meningkatkan konsep diri dan penerimaan situasi 3. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, risiko komplikasi dan kebutuhan pengobatan lainnya
E. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan : a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan). b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan). c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
55
56