SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) “MOBILISASI” DI RUANG BEDAH ASTER RSUD DR. SOETOMO
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 DIANA SHINDY VANTIKA
(P27820716030)
NUR HARIROTUS
(P27820716011)
MUHAMMAD INSAN DZAKY
(P27820716026)
RAHMA AMALIA SYAFITRI
(P27820716012)
ELITA REZI SAFIRA
(P27820716007)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi di Ruang Bedah Aster Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya dilakukan pada tanggal 15 November 2018 telah dilaksanakan oleh : Mahasiswa DIV Keperawatan Gawat Darurat Semester IV 1. Diana Shindy Vantika
(P27820716030)
2. Nur harirotus Sa’diyah
(P27820716011)
3. M. Insan Dzaky
(P27820716026)
4. Rahma Amalia Syafitri
(P27820716012)
5. Elita Rezi Safira
(P27820716007)
Surabaya, 15 November 2018 Pembimbing Akademik
Pembimbing Ruangan
Dwi Adji Norontoko, S.Kep,Ns.M.Kep
Adi Sukrisno, S.Kep.Ners
NIP. 19630917199003 1 002
NIP. 197410061996031001
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Mobilisasi
Sub Topik
: Mobilisasi aktif dan pasif
Waktu
: 30 menit
Tempat
: Ruang Bedah Aster RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hari/Tanggal
: Kamis, 15 November 2018
I.
Pendahuluan Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi ( Mubarak, 2008 ). Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam untuk menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam. Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan gerakannya secara total. Tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya ( Mubarak, 2008 )
I.Tujuan Instruksional Umum Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, klien dan keluarga yang hadir dapat memahami pentingnya mobilisasi pasif dan aktif.
II.
Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan kembali pengertian Mobilisasi 2. Menjelaskan jenis – jenis Mobilisasi 3. Menyebutkan manfaat Mobilisasi 4. Menjelaskan hal – hal yang perlu diperhatikan dalam Mobilisasi 5. Mendemonstrasikan gerakan Mobilisasi
III.
Sasaran Keluarga dan pasien yang dirawat di Ruang Bedah Aster RSUD Dr. Soetomo Surabaya
IV.
Materi: Mobilisasi Pasif dan Aktif 1. Pengertian Mobilisasi 2. Jenis – jenis Mobilisasi 3. Manfaat Mobilisasi 4. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam Mobilisasi 5. Mendemostrasikan gerakan Mobilisasi
V.
Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Demonstrasi
VI.
MEDIA Leaflet dan PPT
VII.
KEGIATAN PENYULUHAN No.
Waktu
1
Pembukaan (5 menit)
Kegitan Penyuluh 1. Membuka acara dengan
Kegiatan Peserta 1. Menjawab salam
mengucapkan salam kepada sasaran 2. Memperkenalkan diri
2. Memperhatikan penyuluh
kepada sasaran 3. Menyampaikan topik,
3. Mendengarkan penyuluh
maksud dan tujuan penkes
menyampaikan topik dan
kepada sasaran
tujuan.
4. Kontrak waktu untuk
4. Menyetujui
kesepakatan pelaksanaan
kesepakatan waktu
penkes dengan sasaran
pelaksanaan penkes
2
Penyajian
1. Menggali kemampuan
1. Menyampaikan
(20 menit)
sasaran tentang materi
pengetahuannya
yang akan disampaikan.
tentang materi penyuluhan.
2. Memberikan penjelasan tentang materi yang akan
2. Mendengarkan penyuluh
diberikan kepada sasaran
menyampaikan materi.
dengan menggunakan leafleat.
3. Mendemonstrasikan gerakan yang telah
3. Memberikan kesempatan
dicontokan oleh pemateri.
kepada sasaran untuk bertanya.
4. Bertanya tentang materi yang telah
4. Memberikan pertanyaan
diberikan. 5. Menjawab pertanyaan tentang materi yang sudah disampaikan penyuluh. 3
Penutup
1. Menyimpulkan materi penyuluhan yang telah
1. Mendengarkan 2. Menyepakati perencanaan
disampaikan kepada sasaran
tindak lanjut. 3. Mendengarkan
2. Membuat perencanaan dari materi yang telah disampaikan 3. Menutup acara dan mengucapkan salam serta terima kasih kepada sasaran.
VIII. SETTING TEMPAT: Ruang tunggu Bedah Aster RSUD Dr. Soetomo Surabaya
penyuluh menutup acara dan menjawab salam
IX.
X.
PENGORGANISASIAN Pembimbing Akademik
: Dwi Adji Norontoko, S.Kep,Ns.M.Kep
Pembimbing Klinik
: Adi Sukrisno, S.Kep.Ners
Moderator
: Muhammad Insan Dzaky
(Mahasiswa)
Pemateri
: Nur Harirotus S
(Mahasiswa)
:Diana Shindy V.
(Mahasiswa)
Observer
: Elita Rezi Safira
(Mahasiswa)
Fasilitator
: Rahma Amalia S
(Mahasiswa)
Kriteria Evaluasi 1. Kriteria struktur : a. Kehadiran peserta b. Pengorganisasian penyelanggaraan penyuluhan sebelum dan saat penyuluhan. 2. Kriteria Proses : a. Antusiasme peserta penyuluhan b. Konsentrasi peserta terhadap kegiatan penyuluhan c. Keaktifan peserta terhadap materi-materi yang disuluhkan 3. Kriteria Hasil : a. Kemampuan peserta menjawab pertanyaan seputar materi yang dilakukan oleh penyaji b. Kemampuan peserta menjelaskan kembali materi yang sudah dijelaskan
MATERI PENYULUHAN MOBILISASI
A. Pengertian Mobilisasi Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat menuju kemandirian. B. Jenis – jenis Mobilisasi 1. Aktif Yaitu latihan pada tulang dan sendi yang dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan perawat atau keluarga.Contoh pasien terlihat bergerak tanpa menggunakan alat bantu atau bantuan dari pihak keluarga. 2. Pasif Mobilisasi pasif adalah latihan yang diberikan pada klien yang mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang dan sendi dimana pasien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga pasien memerlukan bantuan perawat atau keluarga. Mobilisasi Pasif ini sebaiknya dilakukan sejak hari pertama pasien tidak diperkenankan meninggalkan tempat tidur atau klien yang jarang bergerak sehingga terjadi kekakuan pada otot, maka dalam hal ini dilakukan mobilisasi pasif.
C. Manfaat Mobilisasi 1. Memelihara fleksibilitas dari sendi 2. Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulang 3. Meningkatkan kekuatan otot 4. Meningkatkan mobilisasi sendi. 5. Meningkatkan massa otot. 6. Mencegah terjadinya kekakuan sendi ( Kontraktur ) 7. Memperlancar sirkulasi darah. 8. Dapat mengurangi luka decubitus. 9. Dapat mengurangi resiko yang lebih besar terjadinya infeksi dan luka Dekubitus yang baru. 10. Agar bisa melatih klien untuk imobilisasi secara mandiri, walaupun awal masih dibantu dengan keluarga.
D. Jangka waktu mobilisasi pada pasien post operasi:
Mobilisasi harus diulang 8 kali dan minimal dikerjakan 2 kali sehari.
Mobilisasi dilakukan secara perlahan lahan dan hati hati agar tidak melelahkan pasien.
Mobilisasi sering dikerjakan oleh fisioterapi atau perawat.
Melakukan Mobilisasi harus sesuai dengan waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan secara rutin.
E. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam Mobilisasi 1. Perhatikan keadaan umum penderita, apakah merasa kelelahan, pusing atau kecapaian 2. Pastikan cincin dan perhiasan dilepas untuk menghindari terjadinya pembengkakan dan luka 3. Pastikan pakaian dalam keadaan longgar 4. Jangan lakukan pada penderita patah tulang 5. Jangan lakukan latihan fisik segera setelah penderita makan 6. Gunakan gerakan badan yang benar untuk menghindari ketegangan atau luka pada penderita 7. Gunakan kekuatan dengan pegangan yang nyaman ketika melakukan latihan 8. Gerakan bagian tubuh dengan lancar, pelan dan berirama 9. Hindari gerakan yang terlalu sulit 10. Jika kejang pada saat latihan, hentikan 11. Jika terjadi kekakuan tekan pada daerah yang kaku, teruskan latihan dengan perlahan F. Gerakan – gerakan Mobilisasi 1. Pergerakan bahu a. Pegang pergerakan tangan dan siku penderita, lalu angkat selebar bahu, putar ke luar dan ke dalam b. Angkat tangan gerakan ke atas kepala dengan di bengkokan, lalu kembali ke posisi awal c. Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan kearah badan, hingga menjangkau tangan yang lain
2. Pergerakan siku a. Buat sudut 90 0 pada siku lalu gerakan lengan ke atas dan ke bawah dengan membuat gerakan setengah lingkaran b. Gerakan lengan dengan menekuk siku sampai ke dekat bahu lalu kembalikan ke posisi semula.
3. Pergerakan tangan a. Pegang tangan pasien seperti bersalaman, lalu putar pergelangan tangan b. Gerakan tangan sambil menekuk tangan ke bawah
4. Pergerakan lutut a. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lain. b. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha. c. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin. d. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas. e. Kembali ke posisi semula.
5. Pergerakan jari kaki dan tangan a. Putar jari dan kaki tangan satu persatu b. Pada ibu jari lakukan pergerakan menjauh dan mendekat dari jari telunjuk, lalu dekatkan pada jari – jari yang lain.
6. Pergerakan kaki a. Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut kaki lalu angkat sampai 30 o lalu putar b. Gerakan lutut dengan menekuknya sampai 90 o lalu diluruskan kembali (fleksi ekstensi) c. Angkat kaki lalu dekatkan ke kaki yang satu kemudian gerakan menjauh (adduksi dan abduksi) d. Putar kaki ke dalam dan ke luar (infersi dan efersi) e. Jari kaki ditekuk – tekuk ke bawah kemudian dorong ke belakang.
G. Mobilisasi Pada Pasien Dengan Trauma Servikal
1. Definisi Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang mengalami cidera spinal. Asuhan yang benar harus dilakukan untuk mencegah cidera tambahan. Teknik ini membutuhkan 2-5 perawat. Untuk klien yang mengalami cidera servikal, seorang perawat harus mempertahankan kepala dan leher klien tetap sejajar (Berman, 2009).
2. Tujuan Mempertahankan posisi tubuh yang benar dalam usaha untuk mencegah kemungkinan cedera saraf yang lebih lanjut dan mencegah penekanan area cedera. Sedikitnya empat orang penolong dibutuhkan untuk membantu dalam prosedur log roll dengan tugas sebagai berikut : 1. Satu penolong untuk menahan kepala klien 2. Dua penolong untuk menahan dada, abdomen dan lengan bawah. Tambahan satu orang mungkin juga akan dibutuhkan pada saat melakukan log roll klien trauma yang gemuk, tinggi atau memiliki cedera pada lengan bawah. 3. Satu penolong melakukan prosedur yang dibutuhkan (misalnya pengkajian tulang belakang klien).
DAFTAR PUSTAKA Buku kompetensi I. (2006). Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia, tidak dipublikasikan. Surabaya : STIKES Hang Tuah Hidayat, AAA. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Buku 2. Jakarta : Salemba Medika Berman, A. et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Koizer & Erb, Edisi 5. Jakarta: EGC.