1.docx

  • Uploaded by: wk
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,021
  • Pages: 13
GREEN

ARSITEKTUR

BAB

I

PENDAHULUAN 1.1

Latar

Belakang

Zaman yang sudah modern seperti saat ini, banyak sekali fasilitas yang sudah memadai. Dengan adanya kebutuhan yang serba instant, membuat orang semakin malas untuk melakukan sesuatu secara konvensional. Kebutuhan papan yang sekarang menjadi kebutuhan capital bagi setiap orang membuat bidang properti menjadi meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi percepatan arus urbanisasi dan dampak social yang terjadi. Mereka yang belum memiliki tempat tinggal secara permanen, telah membentuk lingkungan yang kumuh. Selain itu, pemanfaataan sumber daya alam yang sudah tidak diperhitungkan lagi seberapa besar

dampak

yang

akan

terjadi,

menambah

kerusakan

pada

alam

ini.

Banyak sekali dampak yang terjadi dari pemanfaatan alam yang tidak dimanfaatkan secara sebaikbaiknya. Akhir-akhir ini telah kita rasakan dampak yang terjadi akibat pengaruh dari kerusakan alam ini. Sekarang, ruang hijau menjadi semakin berkurang, dan resapan air juga semakin berkurang sehingga menyebabkan

terjadinya

1.2

banjir.

Rumusan

Masalah

Bagaimana cara menangani semua yang terjadi di permukaan bumi ini dengan cara arsitektural.Karena arsitektur adalah salah satu pemeran utama sebagai penyebab dan penanggung jawab atas segala perubahan dimuka bumi Salah satu cara yang paling tepat untuk menangani damak pergantiaan iklim ini dalam bidang arsitektur ialah ndengan cara menerapkan konsep”Green Architecture”.Karena dengan cara ini segala dampak perusakkan alam, penghematan energy dan lain – lainya dapat ditekan.

1.3

Pemecahan

Masalah

Dengan adanya bencana yang terjadi, kini ramai dengan istilah “Green Architecture”. Green Architecture merupakan sebuah konsep merancang dengan memadukan antara bangunan dengan kondisi lingkungan yang sudah ada, sehingga keberadaan bangunan tersebut tidak merugikan lingkungannya. Konsep ini semakin

banyak

dikembangkan

seiring

dengan

isu

internasional

yaitu

global

warming.

Green Architecture pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari sebuah bangunan. Keselarasan hidup manusia dan alam terangkum dalam konsep green architecture. Konsep yang kini tengah

digalakkan

dalam

kehidupan

manusia

modern.

Dalam perencanaannya, harus meliputi lingkungan utama yang berkelanjutan. Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau (green architecture) yang berkelanjutan, di antaranya lanskap, interior, dan segi arsitekturnya I.KATA

menjadi

satu

kesatuan. PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MAha Esa atas terselesaikan penulisan ilmiah ini. Penulisan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika Bangunan. Kami berharap penulisan ini dapat

membantu

dan

memjadikan

bahan

referensi.

Penulisan ini berisikan tentang analisa hasil data – data yang berkaitan tentang konsep “ Green Architecture



yang

sekarang

bayak

diperbincangkan

public.

Kami berterima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan ilmiah

ini

-

Ibu

-

Kepada

Diana teman



:

Susilowati

teman

yang

sebagai

telah

membantu

Dosen menyelesaikan

pengajar. penulisan

ini.

Dan yang tidak kalah pentingnya kepada berbagai sumber – sumber pencarian data – data ini.

-

Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas penulisan kami selanjutnya. Tim

penulis

Jakarta,

1

BAB

April

II

2010

GREEN

ARSITEKTUR

1.Pengertian. Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Green arsitektur ialah”sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas yang sangat baik. Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab, dan diharapkan

digunakan

di

masa

kini

dan

masa

yang

akan

datang.

Dalam jangka panjang, biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama juga dengan manfaat sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan kepentingan profesional bagi arsitek

yang

sasarannya –

2.Prinsip

untuk

prinsip

PRINSIP-PRINSIP 1.

adalah

pada

GREEN

meningkatkan

kualitas

green

hidup. architecture

ARCHITECTURE

:

Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan

bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ). 2.

Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim

yang

berlaku

di

lokasi

tapak

kita,

dan

sumber

energi

yang

ada.

3.

Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang

baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang / Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam. 4.

Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect

for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak 5.

lingkungan

ada

).

Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan harus

memperhatikan 6.

yang

semua

pengguna

bangunan

dan

memenuhi

semua

kebutuhannya.

Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism : Ketentuan

diatas

tidak

baku,



3.Sifat

artinya

sifat

dapat

kita

pada

pergunakan

bangunan

sesuai

kebutuhan

berkonsep

bangunan

green

kita.

architecture.

Green architecture (arsitekture hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis.Alasan lain digunakannya arsitektur hijau

adalah

untuk

memaksimalkan

potensi

site.

Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan

material

dapat

dihemat.

Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high

performance

building

A.Sustainable

(bangunan

dengan

(

performa

sangat

baik).

Berkelanjutan

).

Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa

merusak

B.

Earthfriendly

alam (

sekitar.

Ramah

lingkungan

).

Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi.Oleh karena itu bangunan berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan

sekitar,

energi

C.

dan

aspek

High



aspek

pendukung

performance

lainnya. building.

Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat – sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building”. Mengapa pada bangunan green architecture harus mempunyai sifat ini?. Salah satu fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan energi yang berasal dari alam ( Enrgy of nature ) dan dengan dipadukan dengan teknologi 1).

tinggi

(

High

technology

performance

).

Contohnya

:

Penggunaan panel surya ( Solar cell ) untuk memanfaatkan energi panas matahari sebagai

sumber

pembangkit

tenaga

listrik

rumahan.

Penggunaan material – material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi – konstruksi

2.)

maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung konsep green architecture.

bangunan perkantoran yang menggunakan bentuk bangunan untuk menyatakan symbol green architecture.

Hotel

yang

menggunakan

konsep

green

architecture.

Secara sederhana konsep green architecture ini bisa kita terapkan di dalam rancangan rumah sederhana sekalipun, hanya apakah ada goodwill atau tidak untuk penerapannya.konsep-konsep sedrehana seperti rumah hemat listrik, hemat air, dan sebagainya dapat mulai diterapkan untuk mengantisipasi berkurangnya 4.

Beberapa

1.)

sumber contoh

listrik

bangunan

Healthy

dan yang

air

di

kehidupan

konsep

menggunkan

House

“GREEN

(

sehari-hari.

ARCHITECTURE”.

Indonesia

).

Salah satu prinsip Green Architecture adalah working with Climate (bekerjasama dengan iklim). Wilayah Indonesia yang beriklim tropis dengan ciri-ciri udara panas-lembab, curah hujan rata-rata cukup tinggi dan sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun, diperlukan penanganan khusus dalam merancang bangunan Healthy House pada daerah tropis. Perencanaan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan ini akan memperoleh hasil yang maksimal. Tidak jarang kita temui bangunan dibuat tanpa memperhitungkan aspek iklim, misalnya dengan menggunakan dinding kaca keseluruhan, padahal pantulan

sinar

dan

panas

matahari

menambah

panas

dalam

ruangan.

healty 2.)

house Architecture

Design

Kindergarten

School

(

Croatia

)

kindergarden

Berdiri

.

school

diatas

sebidang

tanah

dengan

luas

2300

m2

.s

Sekolah ini didirikan dengan sebuah konsep green architecture. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan pengaturan sirkulasinya. Sekolah ini banyak mengambil ruang terbuka untuk mengambil sirkulasi udara alami dan memanfaatkan kaca – kaca sebagai pencahayaan alami melaui sinar matahari. Bentuk geometri ada setelah sang perancang telah melakukan tahapan ” perancangan”namun satu hal yang perlu diketahui, kita adalah arsitek-bukan seniman.proses meracangan seorang arsitek tidak sesederhana seorang seniman patung. Tulisan ini tidak akan membahas beberapa luas geometri (yang sudah saya simpulkan secara luas dan bebas), namun tulisan ini akan membahas bagai mana proses perancangan

arsitektur

sehingga

membentuk

sebuah

bentuk

geometri.

Setujunya saya akan berpendapat bahwa ‘geometri mengikat perancangan’ terkait dengan perjalanan saya setelah melewti serangkaian proses perancangan arsitektur. Ada sebuah kecenderungan untuk pendekatan perancangan yang mem-bypass sebuah tahapan pra-perancangan seperti analisis site, konsep fungsi dan studi tipologi.seringkali tahapan tersebut di tempatkan dibelakang atau sekedar dilampirkan dalam lembar peyanjian akhir sebagai formalitas belaka, sebuah proses perancangan yang terbaik. Ironisnya, metode tersebut banyak ‘bertengger’ dalam banyak proses perancangan, dan harus saya akui banyak metode tersebut seringkali menghasilkan masa yang sangat kaya secara geometri, namun gagal secara makna bila dikaitkan dengan lingkungan sekitar atau konteks tampat. D’Archy Thompson mengemukakan bahwa terbentuknya sebuah bentuk (form) merupakan resultan dari kehadiran dari banyak force yang berada didalam atau di sekitarnya. Bentuk akan terus ber-evolve serta beradaptasi dengan force yang ada (Thompson, 1961:11). Bentuk geometri yang dihasilkan merupakan terjemahan dari proses evolusi tersebut. Force sendiri di akui oleh D’Archy sebagai sesuatu yang abstrak yang sangat luas, namun pemakaian kata force merupakan simbol dari konsep’sebab’ (Thompson, 1961:12) form yang dijelaskan D’Archy merupakan penggambaran dari proses evolusi, bentuk dari bentuk organik mahluk hidup. Kata form dan force akan diangkat sebagai kata kunci dalam penulisan ini. Sekarang bagaimana dengan arsitektur?. Apakah bentuk arsitektural juga ikut dipengaruhi dari beragam foce yang ada?. Untuk itu saya mencontohkan konsep mengenai terbentuknya bentuk vernakular[1]. Amos Rapoport dalam buku house form and culture menyatakan bahwa terjadinya bentuk-bentuk atau model vernacular disebabkan oleh enam faktor yang dikenal sebagai modifying faktor (Rapoport, 1969:78)

diantaranya

adalah:

Amos Rapopor juga mengakui bahwa factor diatas tidak bersifat statis namun bersifat dunamis sehingga model vernacular akan terus berevolusi seiring dengan berubahnya factor diatas. Keenam factor diatas membuktikan bahwa bentuk geometri dari model vernacular merupakan hasil trial dan error setelah melalui evaluasi dari beragam force yang ada. Evolusi dari model vernacular terus berkembang menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai arsitektur modern. Diawali dari arsitektur klasik (baroque, ecclictism, art nouveau, Victorian dll.) dan diakhiri dengan gaya arsitektur post-modern. Keseluruhan gaya arsitektur modern diatas tidak hanya berdiri sendiri namun juga mengalami proses trial and error menghadapi beragamnya factor atau force yang ada. Yang membedakan arsitektur modern dengan arsitektur vernacular adalah evolusi atau berkembangnya motivasi pembentuknya – force-nya. TAMAN

DIATAS

ATAP

Taman diatas atap adalah jenis atap yang baru-baru ini berkembang dengan pesat, digunakan baik untuk rumah tinggal maupun bangunan komersial. Tujuannya adalah agar bisa memiliki taman meskipun berada diatas bangunan. Dalam merencanakan konstruksi taman diatas atap, kita harus memperhatikan dahulu faktor keamanan berupa beban yang harus dipikul oleh keseluruhan struktur yaitu dak beton itu sendiri, beban tanah dan lapisan taman, tanaman dan juga manusia. Dalam artikel ini saya pilihkan buku yang

ditulis

Heinz

Frick

berjudul

’Atap

bertanaman

ekologis

dan

fungsional’.

sumber

gambar:

Kutipan: •

Beban

tambahan

yang

http://www.thaigardendesign.com

perlu

diperhitungkan

dalam

tahap

desain

meliputi:

beban mati yang meliputi berat dari kotak tanaman atau dinding pembatas taman lainnya. Untuk

bahan beton bertulang, berat lazimnya mencapai 24 kN/m2. Berat ini tentunya dapat bervariasi tergantung •

apakah

orang

ini

dalam

keadaan

basah

atau

kering.

yang

menggunakan

atap

bertanaman

ini.

Beban hidup yang diperhitungkan untuk penggunaan (untuk atap datar yang dapat dipergunakan tidak

hanya •

beton

Beban hidup dapat terdiri atas berat kering dan bash dari media tanam (tanah), pepohonan, air, dan

juga •

struktur

untuk

pemeliharan

taman)

adalah

sekitar

1.5

kN/m2

denah.

Berat dari tanah yang basah mencapai sekitar 22 kN/m3. Tanah pada atap bertanaman ini beratnya

tentu bervariasi tergantung pada ketebalan lapisan tanah yang dipakai. Sebagai gambaran umum, kedalaman lapisan tanah ini berkisar antara 0.3-0.5 m untuk jenis taman yang ditanami oleh rumput dan perdu dan berkisar antara 1-1.5m untuk pohon pelindung yang berukuran kecil dan sedang. •

Beban angin harus dipertimbangkan dengan matang dalam desain atap bertanaman dengan jalan

memasukkan angka yang sesuai untuk beban tekanan yang disebabkan oleh angin. Beban tekanan (tiupan) angin ini tergantung pada ketinggian tempat, bentuk pohon (rimbun tidaknya) dan tipe struktur bangunan •

yang

menopang

atap

bertaman

tersebut.

Posisi dari beban terpusat di suatu lokasi atap bangunan yang ditimbulkan oleh pohon dan beban

tambahan struktural lainnya sangat penting untuk dipikirkan sejak awal sehingga pekerjaan kedap air (waterproofing) telah dipersiapkan sebelumnya dan pelat atap mempunyai kekuatan yang memadai untuk diberi •

beban

tekanan

akibat

dari

tambahan

berat

ini.

Sangat penting bagi para pemilik, pengguna, dan pihak manajemen gedung untuk memperhatikan

kterbatasan beban atap yang diizinkan dengan cara tidak membuat taman di sembarang lokasi pada atap. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan keamanan struktur bangunan akibat diletakkannya taman dan pepohonan yang berat pada atap yang seharusnya tidak boleh •

dibebani.

Secara alamiah, setiap pohon dan tanaman akan tumbuh dan bertambah berat sejalan dengan

perkembangannya. Hal ini juga harus diperhatikan dalam perhitungan struktur sebagai beban tambahan yang

akan

terkumpul

Aspek • • • • • •

seiring

dengan

bertambahnya

Konstruksi Atap Atap

bertanaman pelat

atap lapisan lapisan

beton

konstruksi kedap pelindung lapisan

dasarnya

bertulang

air lapisan

bangunan.

dan

pada

kayu

usia

dengan dengan

yang kedap drainase

Susunannya

disusun plesteran

lapisan tahan air

sebagai

finishing

berikut:

semen;

atau

papan

atau

multipleks;

terhadap

akar

tanaman;

terhadap

kerusakan

(pengaliran

mekanis; air);



lapisan



lapisan

media

tanam



penyaring; (tanah

dan

sebagainya);

vegetasi

serta

(tanaman/pepohonan)

Ketebalan dari konstruksi taman diatas atap akan bervariasi tergantung pada tanaman yang akan ditanam,

rancangan

sistem,

BANGUNAN

dan

fungsi

tambahan

ARSITEKTUR

Arsitektur

lainnya

disekitar

RAMAH

taman.

LINGKUNGAN

Ramah

Lingkungan

Dasar

Pemikiran

Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building didorong menjadi tren dunia, terutama bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah

dengan

penghematan

air

dan

energi

serta

penggunaan

energi

terbarukan.

Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau

bersifat

kompleks,

padat

dan

vital

dibanding

dengan

arsitektur

pada

umumnya.

Green architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan. Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) adalah praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Praktek ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan. Tujuan umumnya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun pada kesehatan *

Efisien

*

Kesehatan

*

manusia

dan

menggunakan penghuni

Mengurangi

energi,

Melindungi limbah,

lingkungan air, dan polusi

dan meningkatkan dan

alam sumber

oleh: daya

produktivitas degradasi

lain karyawan

lingkungan

Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain building

interior,

pembangunan,

hingga

pemeliharaan

bangunan

itu

ke

depan.

Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari. Bentuk arsitek design bangunan yang baik dan ramah lingkungan adalah bangunan yang memperhatikan lingkungan sekitarnya seperti membuat taman di lingkungan rumah dan gedung selain itu kurangi jumlah penggunaan kaca pada rumah atau bangunan gedung kantor. Untuk desain interior, menggunakan interior yang ramah lingkungan dan mengurangi pengunaan listrik yang sangat berlebihan, selain itu gunakan bahan bahan seperti kayu, dan kurangin penggunaan kaca dan lampu atau interior lainnya yang menggandung bahan kaca. Sedangkan pada desain eksteriornya, dengan menghindari penggunaan bahan bangunan yang berbahaya dan diganti dengan yang ramah lingkungan, dengan memperbanyak taman hijau dan taman yang memang di butuhkan untuk mengatur keseimbang lingkungan sekitar. Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran

berkurang,

ruang

hijau

bertambah).

Pemilihan material yang ramah lingkungan dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston. Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan yang praktis dan efisien, atau pun memilih keran

yang

memakai

tap

yang

hanya

mengeluarkan

air

dalam

volume

tertentu.

Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga baik building interior maupun eksteriornya tetap berkualitas.Bahan baku building interior design maupun eksteriornya yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan

bangunan

yang

berkualitas

sekaligus

ramah

lingkungan.

Konstruksi design bangunan yang berkelanjutan dilakukan dengan penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi sebelumnya. Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam. Bahan bangunan juga memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi yang dikonsumsi selama masa hidup

bangunan.

Fenomena

Arsitektur

Hijau,

Arsitektur

Ramah

Lingkungan

dan

Arsitektur

Berkelanjutan

Antariksa Dalam arsitektur hijau, filosofi desain struktur dan bangunan mempunyai tujuan untuk menggunakan seminimal mungkin bahan-bahan non-renewable dan/atau bahan-bahan yang dapat mencemari yang digunakan dalam konstruksi. Berarti arsitek yang melakukan pekerjaan mendesain bangunan, seharusnya sudah memahami dan mengerti bahwa tahapan dari proses perencanaan dan desain bangunannya mengikuti pemikiran tersebut. Kalau saat ini banyak digembar-gemborkan mengenai apa itu ‘arsitektur hijau’, ‘arsitektur berkelanjutan’, dan juga ‘arsitektur ramah lingkungan’, sudah seharusnya menjadi bagian yang perlu dipikiran oleh para arsitek saat ini. Dewas ini, arsitektur hijau/berkelanjutan adalah interpretasi dari berbagai macam ragam. Definisi yang paling umum adalah bahwa itu melibatkan adanya reduksi dari keseluruhan pengaruh dan proses dari desain melalui konstruksi serta operasional bangunan pada penggunakan kembali dari struktur dan elemen-elemennya. Hal itu mengambil beberapa dasar di antaranya: - efisiensi penggunaan site, ruang, bahan-bahan dan energi; - mereduksi pencemaran baik internal maupun eksternal, pemborosan, dan kesehatan lingkungan; dan – memperbaiki

produktifitas

pekerja,

dan

perlindungan

kesehatan

seluruh

penghuni.

Oleh karena itu, ‘arsitektur berkelanjutan’ adalah arsitektur yang didesain dengan keramahan lingkungan. Kemudian tujuan dari ‘berkelanjutan’ atau ‘arsitektur hijau’ adalah untuk menciptakan struktur yang indah dan fungsional, akan tetapi juga memberikan kontribusi untuk keberlanjutan budaya dan kehidupan. Perhatian di dalam arsitektur keberlanjutan tumbuh secara radikal di awal abad ke-21, hal ini terjadi akibat dari respon perkembangan lingkungan, tetapi pada kenyataannya masyarakat telah membangun keberlanjutan selama ribuan tahun. Di sini ‘hijau’ atau ‘berkelanjutan’ berhubungan dengan efisiensi penggunaan bahan-bahan seperti air, energi, bahan-bahan, habitat alam serta menyumbangkan pada lingkungan dan kesehatan manusia yang ‘well being’. Banyak praktik kita yang sekarang adalah buta karena tidak dibimbing oleh teori atau bersandar pada teori yang tidak mampu bertahan (viable). Penggabungan teori dengan praktik secara khusus mencolok di dalam arsitektur (Skolimowski 2004:122). Perkembangan desain inilah yang membuat kesalahan dalam memahami lingkungan dan alam serta kehidupan masyarakat urban dan tradisional. Tempat menjadi sangat penting dalam mengungkapkan proses desainnya, sehingga pengalaman teori dari pendidikan formal yang didapat para arsitek harus dapat diterjemahkan ke dalam pemikiran praksis lingkungan alamnya. Ditambahkan oleh Skolimowski (2004:122) bahwa arsitektur membangun suatu jembatan di antara logos dengan praksis; ia adalah suatu titik di mana kedua hal itu bertemu. Karena alas an ini arsitektur memperlihatkan secara nyata kebesaran visi-visi kita dan juga kegagalan konsepsi-konsepsi kita yang lebih besar. Singkatnya, di dalam arsitektur banyak ide yang didiskusikan di dalam bab-bab sebelumnya menemukan suatu perwujudan yang dapat dilihat. Pendapat Wines (2008) menjadi sangat jelas bahwa bangunan-bangunan telah mengkonsumsi

seperenam sumber air bersih dunia, seperempat produksi kayu dunia, dan duaperlima bahan bakar dari fosil. Oleh karena itu arsitektur merupakan salah satu target utama dari reformasi ekologi. Meskipun beberapa arsitek telah melakukan rancangan bangunannya yang katanya ‘environmental friendly’, namun kenyataanya masih banyak yang belum sadar akan hal itu. Mereka tetap melakukan rancangannya baik dengan spirit teknologi maupun mengkopi masa lalu yang dikombinasikan dengan industrialisasi. Sebenarnya pemikiran ke depan adalah bagaimana arsitek sebagai manusia tidak akan membiarkan sebuah bangunan yang secara estetika buruk meskipun bangunan itu dibalut dengan nama arsitektur ‘hemat energi’ atau arsitektur ‘ramah lingkungan’. Radikalisme arsitektur mulai berkembang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian alam dijadikan tempat sebagai pelampiasan inspirasi untuk merepresentasikan model karya arsitekturnya, yang dikatakan arsitektur yang tanggap terhadap kondisi alam dan bumi saat ini. Apakah arsitektur yang berkelanjutan itu merupakan spirit atau style dapat terintegrasi dalam sutuasi dan kondisi lingkungan sekitarnya. Apakah arsitektur ‘hijau’ itu bagian dari perilaku manusia untuk melawan dan mengurangi kerusakan lingkungan. “Hijau merupakan istilah yang menjadi konsep sustainable development atau pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang diterapkan pada bangunan industri. Arsitektur ‘hijau’ ialah arsitektur yang memepertimbangkan konsep pembangunan berkelanjutan (Saraswati 2011:4). Jawaban itu harus dimulai sejak awal rancangan bangunan itu, kemudian proses pembangunannya dan terakhir sesudah bangunan itu berdiri. Sebenarnya pengertian bangunan ‘hijau’ dalam konteks arsitektur bangunan gedung tidak terlepas denga pengertian arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi (Saraswati 2011:11). Arsitektur hijau atau desain hijau adalah sebuah pendekatan pada bangunan yang meminimalkan efek kerusakan terkait dengan kesehatan manusia dan lingkungannya. Arsitek hijau atau perancang berusaha untuk melindungi udara, air dan tanah dengan memilih material bangunan ramah lingkungan dan praktek konstruksi. Bangunan hijau menggunakan konstruksi nyata dan material yang bertanggung-jawab pada lingkungan, dan efisiensi bahan dan fase desain melalui perawatan dan idealnya

untuk

merenovasi

maupun

dekonstruksi.

Kecenderungan saat ini banyak yang menoleh pada arsitektur vernakular dan tradisional dalam melihat sebagai latar belakang keilmuan, dan dijadikan dasar rancangan bangunan-bangunan di Indonesia. Bentuk-bentuk arsitekturnya menyatu dengan alam lingkungan sekitarnya, dengan elemen-elemen ekologisnya menjadikan salah satu inspirasi yang dapat diterapkan untuk bangunan arsitektur di Indonesia. Mereka kaya dengan tawaran tradisi bahan dan teknologi serta menawarkan berbagai macam solusi permasalahan iklim tropis, dan yang paling utama adalah iklim panas lembabnya. Namun sebagian besar teknologi yang berkembang saat ini dalam industri arsitektur belum tentu cocok untuk kondisi geografis-budaya di tempat kita. Iklim tentu saja sangat berpengaruh terhadap bahan bangunan, kemudian perilaku dan tatanan budaya juga akan memberikan dampak besar terhadap hasil karya arstektur tersebut. Untuk itu pendidikan arsitektur sangat berperan besar untuk mengontrol pemahaman teknik bahan dan bangunan berdasar lingkungan tradisi budaya kita yang bersahabat dengan alam lingkungannya. Sebagai kenyataan bangunan modern yang dirancang berdasar prinsip arsitektur

berkelanjutan atau arsitektur hijau tentunya dilakukan dengan memasukkan unsur-unsur elemen yang berkaitan dengan penghawaan. Bangunan ‘hijau’ (green building) ialah bangunan yang berkinerja tinggi (high-performance building) yang dirancang agar responsive terhadap lingkungan, secara ekonomi cukup profit, dan sebagai tempat yang sehat untuk ditempati dan untuk bekerja (envoronmentaly responsible, economically profitable, and healthy places to live and work). Konsep ‘hijau’ tidak sekedar sebagai trend masa kini, namun harus diperlakukan sebagai prinsip dasar ketika kita mulai merancang bangunan (Saraswati Bagaimana

2011:5-6). Bangunan

Menjadi

Hijau

Lebih dari lima tahun terakhir beberapa penekanan telah diletakkan untuk menuju hijau. Di dalam mendorong individu untuk mengubah kebiasaan agar mereka lebih ramah lingkungan. Disana juga telah dilakukan tekanan besar agar mereka dapat membuat bangunan lebih hijau. Dikatakan pula bahwa arsitektur hijau adalah tidak lebih dari percampuran cat warna kuning dan biru untuk merapikan ruang luar dari rumah mereka. Arsitektur hijau adalah integrasi dari teknologi, dalam teknik konstruksi dengan berpikir sehat ketika memulai merancang sebuah bangunan. Hal ini untuk memperkecil dampak lingkungan dari struktur serta untuk mereka yang tinggal atau bekerja di dalamnya. Bangunan hijau juga dikenal sebagai ‘konstruksi hijau’ atau ‘bangunan berkelanjutan’ berhubungan dengan sebuah struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Efisiensi bahan melalui siklus usia bangunan dimulai dari awal ke desain, konstruksi, operasional, perawatan, renovasi, dan demolisi. Praktik ini diperluas dan komplemen desain bangunan klasik terdiri dari ekonomi, utiliti, daya tahan, dan kenyamanan. Arsitektur ramah lingkungan adalah menjadi lebih popular hampir disemua Negara. Bentuk dari bangunan yang keberlanjutan mengambil ke dalam sebuah pandangan luas dari dunia dan akibat dari hal-hal yang telah ada di dalamnya. Arsitektur ramah lingkungan bertujuan untuk mengendalikan keseimbangan lingkungan pada bangunan dan area yang mengelilinginya. Arsitektur ramah lingkungan adalah kerapkali menyerah pada sebagian bangunan berkelanjutan atau desain hijau. Struktur hijau dengan struktur paling tidak-kecil, ruang keluarga yang movabel yang menggunakan bahan yang dapat diperbaharui. Dengan demikian arsitektur ramah lingkungan dapat dikembangkan untuk membantu lingkungan melalui desain mereka dan memproduksi mereka menggunakannya di dalam rumah dan pada

ruang

publik.

Dalam pengertian umum, arsitektur berkelanjutan dapat menjelaskan ke lingkungan mengenai kesadaran teknik desain dalam bidang arsitektur. Keberlanjutan adalah kerangka dengan diskusi yang luas dari ‘keberlanjutan’ dan menekankan issue ekonomi dan politik dari dunia kita. Dalam konteks yang luas, arsitektur berkelanjutan meminta untuk mengurangi akibat negatif bangunan terhadap lingkungan dengan menaikkan efisiensi dan tidak berlebihan dalam penggunaan material, energi, dan pengembangan ruang. Sangatlah mudah bahwa ide dari keberlanjutan, atau desain ekologi adalah untuk memastikan bahwa aktifitas kita dan keputusan hari ini tidak menghalangi kesempatan generasi masa depan. Pengertian ini dapat digunakan untuk menjelaskan energi dan sadar secara ekologis pendekatan pada desain dan

lingkungan binaan. Dewas ini melalui kata-kata di dalam arsitektur telah muncul, keberlanjutan, ramah lingkungan, hi-tech, daur-ulang, dan modern. Semua fenomena aktual itu merupakan representasi melalui kata-kata adalah bentuk arsitektur rumah tinggal. Keberlanjutan adalah sebuah kata yang telah menggantikan daya tahan dalam millennium baru. Di abad ke-20 penekanan telah dilakukan pada struktur bangunan dan melakukan segala-galanya. Arsitektur berkelanjutan termasuk inovasi desain atau usia dari desain yang telah ribuan tahun diketemukan kembali dan akan diadaptasi ke dalam kehidupan modern untuk dan untuk kebutuhan personal anda sementara berharap kehidupan yang berkelanjutan. Konsep pemikiran efisiensi energi, adalah penting selama mereka dapat mengurangi kebutuhan energi dari rumah anda menjadi nol, sesuatu yang sangat berat untuk meningkatkan kemampuan perabot yang terdapat

pada

bangunan

itu.

Sebagai pengguna kita sering berhadapan keputusan gaya hidup yang dapat memebrikan akibat pada lingkungan kita. Ada beberapa pilihan dalam hidup yang akan membuat perbedaan yang mana kualitas hidup yang akan diikuti oleh mereka. Berjalan dengan aliran dari budaya kita adalah sangat berat untuk menghindari, dan tidak menguntungkan aliran itu tidak pada arah yang benar untuk mengembangkan ke masa depan. Ada beberapa prinsip dari ‘arsitektur berkelanjutan’ yang diungkapkan oleh Kelly Hart. Daftar dari tiga belas prinsip dari arsitektur berkelanjutan yang dapat menunjukkan anda di dalam memilih rumah. Prinsip dari arsitektur berkelanjutan tersebut adalah: small is beautiful, heat with the sun, keep your cool, let nature cool your food, be energy efficient, conserve water, use local material, use natural material, save the forests, recycle material, build to cast, grow your food, dan share facilities. Belajar

dari

Lokalitas

Arsitektur

Tradisional

Pelajaran dari arsitektur tradisional dan vernakular yang terdapat di nusantara ini sebenarnya telah banyak memberikan jawaban yang dapat digunakan dan diterapkan dalam mendesain bangunan saat ini. Kedewasaan lokalitas arsitektur tersebut dengan segala macam bentuk fisiknya telah banyak memberikan contoh, dan tentu saja hal itu merupakan salah satu yang dapat dikontribusikan sebagai bagian dari perjalanan berarsitektur di Indonesia. Salah satu bentuk penerapan nilai lokalitas adalah adaptasi tempat tinggal terhadap iklim. Menurut Skolimowski (2004:123-124) arsitektur mengikhtisarkan kebudayaan di mana ia merupakan bagian. Di dalam suatu kebudayaan yang maju, arsitektur ikut serta di dalam kemegahan. Kemudian ia mengungkapkan bukan hanya kekokohan dan komoditi tetapi juga kegembiraan. Ketika sebuah kebudayaan sedang runtuh dan tak mampu mempertahankan corak khasnya, arsitektur mendapat bagian yang banyak dipersalahkan karena kekurangan-kekurangannya terlihat sangat mencolok dan dialami semua orang. Kita lihat konstruksi rumah tradisional Suku Tengger Desa Wonokitri mempunyai kemampuan dalam beradaptasi terhadap iklim setempat. Karena adanya faktor adaptasi terhadap iklim tersebut mengakibatkan adanya beberapa perubahan dan perkembangan dalam penggunaan bahan dan material bangunan pada rumah tradisional masyarakat Suku Tengger di Desa Wonokitri dari waktu ke waktu (Ayuninggar et al. 2011). Rumah-rumah yang terdapat di Desa Kemiren Banyuwangi sebagian besar merupakan rumah yang usianya sudah tua, prosentase paling besar menunjukkan bahwa rumah yang ditinggali memiliki usia lebih dari 50 tahun. Dilihat dari konstruksi

rumah asli di Desa Kemiren, hanya tersusun dari tembok berupa kayu dan gedeg, namun mempunyai kekuatan yang melebihi rumah dari dinding bata. Meskipun konstruksinya hanya terbuat dari kayu, rumah asli bisa tahan dari serangan binatang pengerat karena dinding kayu atau gedeg tidak menempel dengan tanah. Antara tanah dan dinding terdapat jarak antara 5-10 cm. Hal ini merupakan salah satu faktor ketahanan rumah Using hingga berpuluh-puluh tahun (Muktining Nur et al. 2009). Di Propinsi nanggroe Aceh Darussalam, jejak-jejak kearifan para arsitek jaman dahulu masih dapat ditemukan. Seperti rumahrumah tradisional lain di Asia Tenggara, rumoh (rumah) Aceh berupa rumah panggung, yang dirancang sesuai dengan kondisi iklim, arah angin dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Tidak sekedar sebagai hunian, rumoh Aceh juga menyiratkan budaya dan tata cara hidup orang Aceh yang kaya makna (Burhan

2008).

Kerifan lokal telah menjadi bagian yang akan mengisi arsitektur masa depan, lokalitas memberikan sumbangan yang sangat besar melalui budaya dan tradisi dari masyarakat. Teknologi dan struktur budaya masyarakat tradisional yang kita punyai ini mempunyai nilai sejarah dan makna arsitektural yang besar bagi perkembangan arsitektur di masa mendatang. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu (Ernawi 2009:7). Masih banyak lagi tradisi budaya masyarakat tradisional nusantara Indonesia ini yang masih terpendam dan perlu untuk diungkapkan kearsitekturannya. Menjadi tinggalan abadi yang perlu dilestarikan menjadi bagain dari apa yang sekarang banyak dibicarakan dan menjadi bagian dalam pembelajaran berarsitektur, yaitu arsitektur keberlanjutan. Alam tropis nusantara memberikan karunia besar bagi masyarakat dan arsitektur huniannya. Keragaman dengan kecirian tradisi budaya yang tinggi telah membentuk fisik alam lingkungannya berdasar letak geografisnya. Hal ini dapat terlihat dari bentuk dan teknologi masing-masing bangunannya. Alam

nusantara telah memberikan keindahan dalam

berkehidupan, tradisi dan budaya menciptakan teknoligi dan struktur ruang yang menakjubkan, sehingga dengan mempelajari hasil budaya masyarakat masa lalu, kemudian mengambil nilai keilmuannya akan menjadi kebangkitan baru dalam berarsitektur di nusantara Indonesia.

Related Documents


More Documents from "Kevin Bran"