AGRIBISNIS DAN PEREKONOMIAN INDONESIA Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997/1998, menimbulkan pertanyaan “Mengapa hal ini bisa terjadi?” Dari berbagai analisis, akhirnya ditemukan salah satu penyebabnya kebijakan pembangunan industri berteknologi tinggi yang menyedot devisa sangat besar dan mengandalkan hutang luar negeri Indonesia. Namun kebijakan pembangunan Indonesia melupakan sumberdaya domestik yang merupakan suatu keunggulan komperatif. Untuk mencapai perekonomian yang sehat maka kita harus memperhatikan empat kriteria. Pertama ekonomi harus bertumbuh. Kedua, ekonomi mengalami perubahan struktural yang seimbang. Ketiga perekonomian harus mampu mengurangi tingkat kemiskinan seiring dengan pertumbuhannya. Keempat, ekonomi yang terlanjutkan dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Dengan demikian, masalah kita lima sampai 25 tahun ke depan adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang dapat mengurangi kemiskinan dengan perubahan struktur yang seimbang tanpa merusak sumberdaya lingkungannya. Amanat konsitusi Negara Indonesia di bangun berdasarkan UUD 1945. Dengan demikian kebijakan ekonomi Indonesia harus sesuai dengan amanat konstitusi yang telah diatur pasal 33 UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa sistem perekonomian yang dikembangkan di Indonesia adalah demokrasi ekonomi yang berbasis kerakyatan. Pembangunan ekonomi haruslah menggunakan subyek dan modal yang dimiliki Indonesia seperti sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Dalam membangun ekonomi yang berbasis kerakyatan kita harus memanfatkan sumberdaya modal, teknologi maju, teknologi informasi, dan manajemen modern untuk mendukung sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Namun penggunaan sumberdaya impor tetap dalam memperkuat kemampuan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam domestik. Amanat
konstitusi
tersebut
juga
dipertegas
dalam
GBHN1999-2004
yang
mengamanatkan arah pembangunan ekonomi nasional sebagai berikut: (1) Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dan berdasarkan
keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris. (2) Memberdayakan pengusaha kecil menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing tinggi serta menciptakan peluang usaha seluas-luasnya. (3) mengembangkan sistem ketahanan pangan yangberbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal. (4) Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. (5) Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi dan potensi ekonomidaerah. (6) Mempercepat pembanngunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Sumberdaya rakyat di setiap daerah adalah sumberdaya agribisnis karena 90% usaha kecil menengah dan koperasi berada pada agribisnis. Maka pembangunan sistem ekonomi nasional merupakan pembangunan sistem agribisnis. Perkiraan Situasi ke Depan Di masa mendatang akan terjadi kesulitan yaitu kesulitan dalam mendapatkan dana pinjaman, persaingan yang semakin ketat, terjadinya pergeseran paradigma pembangunan dari sentralisasi ke desentralisasi, kesadaran bahwa pelaku pembangunan adalah masyarakat luas, dan momentum depresiasi rupiah yang harus digunakan secara cermat dalam memacu ekspor dan substitusi impor. Untuk menjamin terciptanya fundamental ekonomi yang kuat, Indonesia harus menggerakkan perekonomian nasional yang cepat dan mengandalkan sumberdaya domestik. salah satunya adalah bidang agribisnis. Harus diketahui bahwa pembangunan masa lalu pada tingkat tertentu telah mampu memecahkan masalah tenaga kerja, kemiskinan, dan stabilitas makro-ekonomi nasional dengan fokus pertanian yang merupakan salah satu sub sistem agribisnis. setidaknya dalam dua kali krisis yaitu tahun 1997 dan 1998 pertanian tetap tegar menghadapinya. Harus diakui bahwa sektor pertanian secara terpisah tidak mampu menjadi penggerak ekonomi masa depan, tetapi pertanian akan menjadi kekuatan yang sangat besar apabila dikombinasikan dengan agroindustri, perdagangan dan jasa penunjang. dengan demikian sektor agribisnis merupakan bisnis terbesar di Indonesia yang selama ini terabaikan. Dengan
membanggun perekonomian sistem agribisnis maka kita telah membangun perekonomian bangsa. Hal inilah yang harus menjadi visi kita ke depan.
Agribisnis Sektor Andalan Sektor andalan adalah merupakan sektor kunci atau tulang punggung dan penggerak perekonomian nasional. Secara umum, sektor yang layak dijadikan sebagai andalan perekonomian nasional adalah sektor yang memberikan kontribusi yang dominan. Baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan agribisnis diyakini dapat memenuhi syarat tersebut secara simultan, sehingga diharapkan mampu menjamin kelanjutan pembanguan ekonomi nasional. Ketangguhan sektor agribisnis diindikasikan oleh kemampuannya untuk tumbuh secara pasitif (0,22%) saat krisis 1998, namun perekonomian nasional secara agregat mengalami kontraksi. dari fakta empiris menunjukkan bahwa sektor pertanian paling tangguh dalam menghadapi krisis dan paling berjasa dalam mengangguran sebagai akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Agribisnis penggerak pembangunan ekonomi Kekeliruan srategi pembangunan ekonomi di masa lalu harus dikoreksi dengan suatu strategi pembangunan ekonomi yang baik dan tidak menimbulkan permasalahan baru. Srategi alternatif harus memenuhi beberapa syarat antara lain: (1) memiliki kemampuan memecahkan masalah. ekonomi yang luas. (2) jika diimplementasikan tidak mengtidak mengharuskan penggunaan pembiayaan eksternal, sehingga tidak menambah hutanng luar negeri. (3) hendaknya tidak dimulai dari nol, melainkan dapat memanfaatkan hasil-hasil pembangunan sebelumnya. (4) jika di implementasikan mampu mampu membawa perekonomian Indonesia yang lebih baik. Pembangunan ekonomi yang memenuhi syarat dari strategi tersebut adalah pembangunan agribisnis. Strategi pembanguan sistem agribisnis diyakini mampu mengantarkan Indonesia untuk menjadi negara yang berdaya saing dan bersinergis dalam perekonomian dunia.
Pembangunan Agribisnis Pembangunan agribisnis tersebut perlu dijadikan sebagai penggerak utama pembanguan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Hal ini berdasarkan pertimbangan pada beberapa pertimbangan strategis yakni : (1) Amanat konstitusi GBHN 1999-2004, (2)Agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan produk domestik bruto(PDB). (3) Sistem agribisnis merupakan sektor utama perekonomian daerah. (4) pembangunan sistem agribisnis secara tidak langsung membangun sistem ketahanan pangan nasional. (5) pembanguan agribisnis berperan penting dalam pelestarian lingkungan hidup. Perekonomian nasional dapat pulih dengan cepat jika pembanguan sistem dan usaha agribisnis dilakukan dengan konsep yang benar. Dengan kata lain, menempatkan pembangunan sistem agribisnis sebagai penggerak utama pembanguan ekonomi nasional. Membangun sistem dan usaha agribisnis yang kokoh berarti membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan sehingga menjadi keseimbangan sektor. Karena sebagian besar sumberdaya terdapat di daerah pedesaan. Sehingga ketimpangan antara kota-desa teratasi. Sektor agribisnis jelas memiliki peranan yang sangat dominan, khususnya dalam hal pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan. Semua hal tersebut merupakan tujuan pembangunan ekonomi yang sangat penting. Dunia usaha merupakan pelaku utama dari pembangunan agribisnis. Sementara pemerintah berperan dalam peningkatan sumberdaya manusia. sedangkan propesi public relation sangat berperan dalam membangun public good image baik bagi pembangunan agribisnis maupun bagi perusahaan dan produk agribisnis.
Agribisnis dan Perekonomian Rakyat
Agribisnis,Pangan dan Ekonomi-Indonesia adalah tiga kata yang saling terkait ketika terjadi krisis ekonomi. Krisis Bath Thailand bulan juli 1997, secara perlahan merambat ke Negara-negara Asia Tenggara dan menjadi krisis keuangan Indonesia yang akhirnya memicu krisis ekonomi.
Agribisnis Penggerak Perekonomian Rakyat Fenomena sebelumnya
diuraikan sebelumnya mengisyaratkan kepada pemerintah
perlunya memberdayakan perekonomian rakyat atau ekonominya rakyat kecil atau usaha kecil yang jumlahnya relative banyak. Sementara ini Indonesia, usaha besar (konglomerat) yang jumlahnya hanya 0,2 persen menguasai sekitar 60 persen dari pendapatan nasional. Sedangkan usaha kecil yang jumlahnya lebih dari 99,8 persen hanya menguasai kurang dari 40 persen pendapatan nasional. Struktur ekonomi berbentuk piramida terbalik ini sangat riskan terhadap gejolak perubahan ekonomi global. Perekonomian rakyat adalah suatu subsistem ekonomi berkaitan dengan aktivitas rakyat kecil ( petani, pekebun, peternak, nelayan,pengrajin,pedagang kaki lima, koperasi dsb) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pelaku ekonomi dalam pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan adalah rakyat secara lansung, baik secara individu maupun dalam bentuk organisasi ekonomi seperti koperasi, usaha kecil, menengah, besar dan BUMD/BUMN. Pembangunan
ekonomi
nasional
ditujukan
sebesar-besarnya
untuk
kemakmuran
masyarakat luas. Hal ini merupakan konsekuensi lansung dari pembangunan ekonomi berbasis kerakyatanyakni melalui pendapatan atas factor produksi yang dimiliki rakyat dan keuntungan pelaku ekonomi ( organisasi ekonomi). Pencetusan ekonomi kerakyatan ini dimaksudkan sebagai koreksi kebijakan yang keliru selama rezim Orde Baru yang lebih berpihak kepada sekelompok pengusaha besar ( konglomerat), sekaligus merefleksikan perubahan model pembangunan ekonomi dari Growth with Trikle down effect menjadi Growth with redistribution. Agribisnis Perkebunan Rakyat
Salah satu usaha membangun ekonomi kerakyatan adalah pengembangan agribisnis perkebunan, baik perkebunan dengan pola PIR maupun perkebunan rakyat dengan asosiasi pemasaran bersama. Manfaat pembangunan agribisnis ini yaitu: 1. Sumber devisa. Berbagai jenis komoditas perkebunan mempunyai peranan sebagai komoditas ekspor penghasil devisa, baik yang dihasilkan oleh perusahaan Negara, perusahaan swasta maupun perkebunan rakyat. 2. Memperluas kesempatan kerja. Perluasan investasi dalam bidang perkebunan pasti akan memperluas kesempatan kerja. 3. Ahli teknologi. Investasi dibidang perkebunan juga memerlukan teknologi khusus yang berkaitan dengan rantai kegiatannya. 4. Penyediaan bahan kebutuhan pokok rakyat. Selain beraneka ragam komoditas perkebunan berfungsi sebagai komoditas ekspor penghasil devisa, tetapi juga dapat berfunsi sebagai penyedia kebutuhan pokok rakyat Indonesia. 5. Mendorong usaha pengembangan daerah. Melalui pembangunan bidang perkebunan seperti proyek PIR-Bun yang dikaitkan dengan program transmigrasi, praktis akan mendorong usaha pengembangan daerah dimana dilaksanakan proyek tersebut.
Strategi Pemasaran Produk Agribisnis
Pasar dalam ilmu ekonomi tidak hanya diartikan sebagai tempat seperti dalam pengertian seharihari yaitu gedung atau bangunan khusus, tetapi jauh lebih luas yaitu dimana saja terjadi transaksi antara penjual (seller) dan pembeli (buyer)
Pasar dan Pemasaran Dalam ilmu ekonomi makro dikenal empat macam pasar yaitu, pasar komoditi atau barang, pasar uang, pasar modal, dan pasar tenagakerja. Setiap komiditi ekonomi mempunyai
pasarnya sendiri- sendiri. Dalam terminologi proses input-output, pasar komoditas termasuk pasar output, sedangkan pasar uang, pasar modal, dan pasar tenaga kerja termasuk pasar input. Di masing-masing pasar terjadi transaksi untuk barang yang bersangkutan, maka ini bearti telah terjadi suatu persetujuan antara pembeli dan penjual mengenai harga dan volume menjadi pusat perhatian praktisi atau ahli-ahli ekonomi apabila ingin menganalisis suatu pasar. Dalam
menganalisis
suatu
pasar,
ahli
ekonomi
tidak
membayangkan
suatu
tempatterjadinya transaksi, tetapi melihatnya secara lebih konsepsual atau abstrak. Dalam konsep sistem agtibisnis, pasar adalah salah satu dari empat subsistem lainnya yaitu subsistem usaha tani (produksi), subsistem industry pengolahan hulu-hilir (upstearem dan downstream) dan lembaga penunjang(supporting institution). Pemasaran (marketing) adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang didasrkan atas transaksi bisnis. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Seseorang yang bekerja di bidang pemasaran (marketing) disebut pemasar (marketer). Pemasar sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dari prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama konsumen yang menjadi target pemasaran. Pemasaran Produk Agribisnis Secara klasik dan tradisional, pemasaran pertanian atau agribisnis diartikan sebagai suatu keragaman semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa secara fisik dan ekonomi, mulai dari titik usahatani (produsen) melalui pedagang perantara sampai ke tangan konsumen. System pemasaran yaitu proses yang mengakibatkan aliran produk melalui suatu system dari produsen ke konsumen. Sistem pemasaran terdiri atas sub-sub system melibatkan berbagai macam kegiatan yang berbeda, pembelian, distribusi, pengolahan (grading, standarisasi, penyimpanan, packing), penjualan sehingga menambah nilai produk bergerak melalui system tersebut. Pelaku pemasaran adalah lembaga pemasaran antara lain: pedagang perantara/ pialang, pedagang borongan, dan pengecer. Marjin pemasaran adalah harga di tingkat produsen dan tingkat konsumen, yang mana marjin pemasaran ini dinikmati dan dibagi habis oleh pelaku-
pelaku pemasaran sebagai insentif atau balas jasa mengantarkan barang dari produsen ke konsumen. Pemasaran produk-produk pertanian atau agribisnis dapat menciptakan kegunaan (utility) atau menambah nilai (added value), yaitu kegunaan bentuk (form utility), kegunaan waktu (time utility), kegunaan tempat (place utility), dan kegunaan pemilikan (own utility) dan semua lembaga pemasaran mendapat nafkah atau memeroleh manfaat dari usahanya menambah kegunaan atau nilai produk ini. Agribisnis hortikultura memiliki beberapa kekhasan yaitu: 1. Usahatani yang dilakukan lebih berorientasi pasar 2. Bersifat padat modal 3. Resiko harga relative besar karena sifat komoditis yang cepat rusak 4. Dalam jangka pendek harga relative berfluktuasi Ada beberapa faktor yang menyebabkan produk agribisnis hortikultura kurang memiliki daya saing yaitu: 1. Tidak ada keterkaitan fungsional setiap subsistem dalam system agribisnis dan antara setiap pelaku agribisnis 2. Terbentuknya margin ganda mulai dari subsistem produksi, pengolahan dan pemasaran, sehingga harga jual menjadi relatif mahal, yang akhirnya tidak memiliki daya saing dengan produk sejenis dari sentra produksi lain atau Negara lain. 3. Tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dengan pelaku agribisnis lainnya, sehingga petani sulit mendapatkan harga pasar yang wajar 4. Tidak adanya pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam
kegiatan produksi, pengolahan dan
pemasaran produk agribisnis tersebut. Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam dalam pemasaran produk-produk pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai pemasaran dan besarnya biaya
pemasaran. Besarnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara harga di tingkat petani produsen dengan tingkat konsumen. Pada sistem pemasaran produk pertanian, pendapatan petani akan meningkat sejalan semakin efisiennya saluran pemasaran. Strategi 4P dam 4C Pasar komoditis agribisnismempunyai fungsi sebagai jembatan untuk mempertemukan antara kepentingan produsen dengan konsumen. Di dalam proses pemasaran komoditas agribisnis terdapat tiga fungsi utama yaitu fungsi transaksi (jual beli), fungsi fisik (pengangkutan, pengolahan, penyimpanan), dan fungsi pelancar (standarisasi dan granding, penanggulangan risiko,pembiayaan dan informasi pasar). Jika dalam pemasaran terdapat kelembagaan yang kurang berfungsi akan menyebabkan tidak tercapai pemasaran yang efisien yang dicirikan antara lain biaya pemasaran yang tinggi dan distribusi marjin yang tidak merata. Tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa, sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran. Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Factor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah : 1. Faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat 2. Faktor makro, yaitu demografi, ekonomi, politik, hokum, teknologi dan sosial budaya. Strategi dan kiat pemasaran dari sudut pandang penjual yang dikenal dengan strategi 4P yaitu: tempat yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar (promotion). Sedangkan srategi dari sudut pandang pelanggan yang dikenal dengan stategi 4C yaitu: kebutuhan dan keinginan pelanggan (costumer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the custumer), kenyamaan pelanggan (convenience) dan komunikasi pelanggan (communication). Tujuan akhir dari strategi, konsep, dan kiat pemasaran adalah kepuasan total pelanggan (total custumer statisfaction).
Definisi Ulang tentang Pemasaran Buku Rethinking Marketing: Sustainable Market Enterprise in Asia(2003) yang ditulis Philip Kloter bersama Hermawan Kertajaya, Hool Den Huan, dan Sandra Liu, memperkenalkan Model Sustainable Marketing Enterprise (SME), yaitu sebuah model pemasran yang didefinisikan ulang, komprehensif, dan sederhana, tetapi sangat kuat. Pertama definisi ulang (rethinking) yang dimaksud Kloter bersama rekan-rekannya itu, yakni konsep pemasaran (marketing) yang sebelumnya diartikan secara sempit hanya sebuah konsep funfgsional yang using dan hampir kehilangan makna harus dikembangkan melalui SME menjadi konsep marketing. Banyak mahasiswa dan pengajar mengartikan pemasaran (marketing) secara sempit yakni studi tentang menjual atau penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Melalui model SME Kloter dkk beerpendapat bahwa dalam lingkungan bisnis yang bersifat turbulen dewasa ini, setiap bisnis harus menang dalam pasar yang berubah. Itulah sebabnya marketing harus juga diinterprestasikan sebagai dealing with the market.
Sub-Submodel SME Jika dipilah-pilah lagi, model Sustainble, Maeketing, dan Enterprise (SME) mengandung tiga submodel sustainble yaitu, submodel Sustainble, submodel Marketing, dan submodel Enterprise. Bagian pertama, submodel sustainable, yakni bagaimana anda membangun berkelanjutan (sustainability) agar bisnis anda bisa bertahan hidup dalam lanskap yang terus berubah.
Bagian kedua, submodel Marketing yang merupakan inti dari model SME, memiliki tiga komponen yaitu: outlook, architecture, dan scorecard. Ketiganya berkaitan dengan pertanyaanpertanyaan, bagaimana anda menganalisis outlook lanskap bisnis anda di masa mendatang? Bagaimana merancang arsitektur bisnis anda? Dan akhirnya, bagaimana menyeimbangkan scorecard pelanggan, orang-orang serta para pemegang saham anda. Pada komponen Architecture, anda mulai merancang apa yang disebutkan oleh kloter dkk sebagai arsitektur bisnis. Dalam melakukan hal ini, anda akan mengembangkan lanskap bagi exploration, engagement, dan execution (E3). Sub-submodel Architecture terdiri dari tiga komponen: stategy (S), tactic (T), dan value (V) yang secara kolektif disebut sebagai STV Triangle 2. Strategy tentang bagaimana merebut mind share. Tactic tentang bagaimana merebut market share. Value adalah tentang bagaimana merebut hear share. Masing-masing dari ketiga komponen selanjutnya dibagi menjadi tiga unsure, sehingga seluruhnya ada Sembilan elemen. Strategy terdiri dari segmentation, targeting, dan positioning. Tactic terdiri dari differentiation, marketing mix, dan selling. Value terdiri dari brand, service, dan process. Terakhir, pada komponen scorecard, anda harus terus menerus menyeimbangkan proposisi-proposisi nilai anda kepada tiga stakeholder utama anda:orang-orang(people), pelanggan (custumer), dan pemegang saham (shareholders). Bagian ketiga, submodel enterprise memiliki tiga komponen: inspirasi (inspiration), budaya( culture), dan institusi (institution). Komponen pertama dari dari submodel enterprise adalah inspirasi, yang diilistrasikan oleh Kloter dkk menggunakan sebuah jam pasir, dan membaginya menjadi dua aspek, dimensi filosofi (philosophy) pada sisi kiri dan dimensi tujuan (objektif) pada sisi kanan. Komponen kedua, dari submodel enterprise adalah budaya, diperlihatkan pada bagian tengah ilustrasi sebagai simbol yin-yang. Sebaimana direpresentasikan oleh symbol itu, budaya berisi dua unsur, yaitu nilai-nilai bersama (shared valued) serta perilaku bersama (common behavior). Komponen ketiga dari submodel enterprise adalh institusi, yang juga diilustrasikan oleh Kloter dkk dengan jam pasar. Gerakan Rodagila Jadi dengan model SME Kloter dkk ingin mengatakan bahwa bila anda mendorong bisnis anda melalui gerakan rodagila secara berkelanjutan (sustainability loop), maka anda harus
melakukan Rethingking Marketing (Marketing) yakni mengkaji kembali outlook, architecture, dan scoreced, sementara pada saat yang sama anda harus mengkaji kembali elemmen-elemen enterprise yakni inspiration, culture, dan institution. Dalam marketing, yang penting juga bukan Cuma tentang market share, namun tentang mind share dan heart share juga. Inilah kelemahan sebagai marketer, banyak yang bingung kalau market share-nya turun. Orientasi terhadap market share semata ini membuat mereka lantas melakukan berbagai upaya agar market share-nya bisa naik lagi. Orientasi kepada market share semata bisa mengakibatkan terjadinya marketing myopia, tidak ada orientasi jangka menengah dan jangka panjang.