198748_aksesbilitas Jaringan.docx

  • Uploaded by: Azmia Kayla
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 198748_aksesbilitas Jaringan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 796
  • Pages: 4
AKSESIBILITAS JARINGAN Disusun untuk memenuhi Tugas dari Mata Kuliah Lokasi dan Pola Keruangan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019

Disusun oleh: Farrel Achmad F. Dinda Tri A. Tresna Fuji I. Dofi khaikal A. Dinda Erina Utami Azmia Kayla G. H. Ahmad Gozali

(10070318115) (10070318120) (10070318084) (10070318123) (10070318133) (10070318136) (10070318157)

FAKULTAS TEKNIK PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2019 M / 1440 H

AKSESIBILITAS JARINGAN A.

Pengertian Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dengan kata lain,Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tataguna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan bagaimana “Mudah” atau “Susah”nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Setiap lokasi memiliki geografis yang berbeda maka tingkat aksesibilitasnya pun berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kegiatan dari masing-masing tata guna lahan. Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (aktifitas). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa fakto seperti: Bahan baku lokal (local input) Permintaan lokal (local demand) Bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input) Dan permintaan luar (outside demand) (Hoover dan Giarratani, 2007) Menurut Isard (1959), masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Isard menekankan pada faktor-faktor jarak, aksebilitas, dan keuntungan aglomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan lokasi. Richardson (1969) mengemukakan bahwa aktivitas ekonomi atau perusahaan cenderung untuk beralokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha untukmengurangi ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna meminimunkan risiko. Dalam hal ini, baik kenyamanan (amenity) maupun keuntungan aglomerasi merupakan factor penentu lokasi yang penting, uang menjadi daya tarik lokasi karena aglomerasi bagaimanapun juga hasil konsentrasi industri dan aktivitas lainnya.

B.

Teori-teori Aksesibilitas 1. Aksesibilitas berdasarkan Tujuan dan Kelompok Sosial Aksesibilitas menyediakan ukuran kinerja antara tata guna lahan dan sistem transportasi. Penghuni perumahan lebih tertarik dengan aksesibilitas tempat kerja, sekolah, toko, pelayanan kesehatan, dan tempat rekreasi. Pedagang lebih memperhatikan aksesibilitas menuju konsumen, sedangkan para pemilik industri bergantng dengan aksesibilitas ke pasar

tenaga kerja dan penyedia bahan baku transportasi ( J. Black, Urban Transport Planning, 1981) 2. Indikator Aksesibilitas Indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan aksesibilitas antar keduanya rendah. Selain jarak dan waktu, biaya merupakan indikator aksesibilitas. Apabila antar kedua tempat memiliki waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua tempat tersebut memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga mendapatkan menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya gabungan yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran bentuk hubungan transportasi. 3. Aksesibilitas dalam Kebijakan Tata Guna Lahan Perkotaan Aksesibilitas menjadi kunci penting terhadap kebijakan tata guna lahan dimana tata guna lahan yan memiliki aksesibilitas tinggi akan mempunyai nilai tinggi yang lebih baik. Fakta ini telah menjadi pendorong utama bagaimana suatu daerah perkotaan dikembangkan dan berpengaruh langsung terhadap kebijakan tata guna lahan saat ini. 4. Keterkaitan Tata Ruang dengan Transportasi Kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi. Ruang merupakan kegiatan yang “ditempatkan” diatas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu ruang kegiatan dengan kegiatan lainnya. Antara ruang kegiatan dengan transportasi disebut siklus penggunaan ruang transportasi.

C.

Klasifikasi Aksesibilitas

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa suatu tempat dikatakan “Aksesibel” jika sangat dekat dengan tempat lainnya dan “Tidak Aksesibel” jika berjauhan. Ini merupakan konsep yang sangat sederhana dimana hubungan transportasi dinyatakan dalam jarak (Km). Karena jarak (Km) merupakan suatu variabel yang tidak begitu cocok. Pada umumnya orang lebih cenderung menggunakan variabel waktu tempuh sebagai ukuran aksesibilitas.

D.

Contoh Aksesibilitas

Jika jarak sebagai ukuran aksesibilitas, maka AB lebih tinggi aksesibilitasnya dibandingkan AC. Sebaliknya jika ukurannya adalah waktu tempuh, maka AC > AB (aksesibilitas AC lebih tinggi dari AB). sebagai contoh 2 lokasi yang berjauhan akan tetapi mempunyai sistem transportasi yang dapat dilewati dengan kecepatan tinggi yang mengakibatkan waktu perjalanan menjadi pendek, yang mana kondisi ini menunjukkan bahwa aksebilitas kedua lokasi tinggi. Untuk meningkatkan aksesibiltas dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem transportasi seperti pelebaran jalan, pembuatan jalan baru, peningkatan layanan angkutan umum. (eningkatan aksesibilitas tidak menjamin meningkatan mobilitas penduduk dalam memanfaatkan jaringan jalan yang ada. ketidakmampuan orang membayar biaya transportasi mengakibatkan investasi yang telah dilakukan terasa sia-sia, karena tidak semua kalangan merasakan manfaatnya, yang secara tidak langsung mengakibatkan rendahnya mobilitas. Sehingga dalam pengambilan kebijakan terkait mengatasi permasalahan transportasi tidak hanya fokus pada peningkatan aksesibilitasnya saja, akan tetapi harus dapat menjamin bahwa setiap orang mampu memanfaatkan infrastruktur yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur aksesibilitas & lokasi dapat dilhat dari jarak, waktu dan faktor biaya, yang mana ketiga komponen ini merupakan suatu faktor hambatan perjalanan.

More Documents from "Azmia Kayla"