BERITA TERKINI
A
nemia dapat berkembang sejak awal penyakit gagal ginjal khronik (CKD), efek anemia ini akan terlihat lebih jelas pada individu CKD derajat 5 (GFR <15 mL/menit/ 1,73 m2), dan erat berhubungan dengan peningkatan kejadian kardiovaskuler dan penurunan kualitas hidup. Selain defisiensi ertitropoetin, defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pasien CKD; diperkirakan prevalensi anemia ini mencapai 25% - 70% pasien CKD. Penyebab defisiensi zat besi ini diperkirakan oleh: penurunan asupan atau penyerapan zat besi, sequestrasi zat besi akibat proses peradangan, kehilangan darah, peningkatan penggunaan zat besi untuk produksi sel-sel darah merah akibat perangsangan oleh zat-zat ataupun agen yang bersifat merangsang proses eritropoiesis. Produksi eritropoietin Inadekuat akibat proses peradangan berkontribusi terhadap anemia selama fase akhir dari CKD. Penatalaksanaan anemia pada pasien CKD memerlukan dua preparat yaitu zat besi maupun ESA (erythropoiesis stimulating agents). Terapi suplementasi zat besi peroral ternyata mempunyai keterbatasan khususnya dalam hal proses penyerapan zat besi maupun efek samping saluran cerna yang mungkin akan memengaruhi kenyamanan pasien; diperlukan zat besi yang diberikan parenteral agar dapat mengatasi keterbatasan tersebut. Panduan yang dikeluarkan oleh The National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative, merekomendasikan pemberian zat besi secara parenteral atau intravena terutama untuk pasien CKD fase 5D, juga untuk pasien yang menjalani hemodialisis; sedangkan masingmasing pemberian oral maupun parenteral baik untuk pasien yang menjalani PD (peritoneal dialysis), atau semua pasien stage I - V ; dan tidak untuk pasien yang menjalani HD. Terapi zat besi intravena biasanya memerlukan dosis 1 gram.
524
Zat besi yang diformulasikan untuk pemberian intravena di USA termasuk sediaan besi dextran, besi sukrosa, dan sodium ferric gluconate. Untuk sediaan besi dextran, sampai dengan 1 gram dapat diberikan dalam sekali pemberian dengan infus lambat, dengan risiko anafilaksis yang sangat jarang. Formula besi sukrosa dan sodium ferric gluconate kelihatannya mempunyai risiko anafilaktik lebih rendah, dan aman jika diberikan dalam dosis kecil (£ 200 mg), namun memerlukan 5 - 8 kali kunjungan untuk pemberian sebesar 1 gram atau untuk dosis yang lebih besar. Hal ini tidak praktis pada pasienpasien yang rawat jalan dan mungkin akan menyebabkan jumlah zat besi yang masuk menjadi lebih rendah pada saat pasien CKD stage 1 - 5 memerlukan zat besi. Ferumoxytol merupakan suatu nanopartikel dari besi oxide superparamagnetik, yang dilapisi dengan poliglukosa sorbitol karboksimetileter. Ferumoxytol ini bersifat isotonik . Data menujukkan kandungan zat besi bebas yang lebih rendah daripada preparat zat besi lainnya namun sifat fisikokimianya mungkin dapat menjelaskan mengapa ferumoxytol ini dapat diberikan secara cepat dengan dosis relatif tinggi. Selain itu ferumoxytol ini secara cepat tersedia di dalam sirkulasi sel darah merah, dan tentunya siap digunakan untuk proses eritropoiesis. Saat ini masuk dalam studi klinis fase III. Studi ini melibatkan 304 pasien CKD, yang secara acak tersamar ganda diberi ferumoxytol atau zat besi oral dengan rasio 3:1. Pemberian ferumoxytol adalah sebesar 510 mg dalam waktu 5 ± 3 hari atau 200 mg zat besi peroral selama 21 hari. Parameter utama yang dinilai adalah peningkatan kadar Hb pada hari ke35 serta profil keamanan dua preparat tersebut.
adalah sebesar 0,82 ± 1,24 g/dl dengan ferumoxytol dan 0.16 ± 1.02 g/dl dengan zat besi peroral (P < 0.0001), sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan ESA peningkatan kadar Hb masing-masing adalah sebesar 0,62 ± 1,02 g/dL dengan ferumoxytol dan sebesar 0,13 ± 0,93 g/dL dengan zat besi oral. Jika dikombinasi dengan ESA, besar peningkatan kadar Hb yang dihasilkan adalah masing-masing adalah 1,16 ± 1,49 g/dl dengan ferumoxytol dan 0,19 ± 1,14 g/dL pada kelompok zat besi peroral. (Grafik) 13 Fer+ESA Fer-ESA
12.5
Mean Hemoglobin (g/dL)
Ferumoxytol mengatasi Anemia pada Gagal Ginjal Khronik
12
Cl+ESA Cl-ESA
11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 0
21
35
Study Day
Grafik Peningkatan kadar Hb
Efek samping yang diperkirakan berhubungan dengan pemberian obat terjadi pada sekitar 10.6% pasien yang diberi ferumoxytol dan sebesar 24.0% dari kelompok zat besi peroral, dan dalam studi ini tidak ada laporan efek samping serius. Tabel 1. Summary of adverse events in the safety population* Parameter
Ferumoxytol Oral iron (n=217) (n=75) Events (n) Patients (n [%]) Events (n) Patients (n [%])
Adverse events Related adverse events Serious adverse events Related serious adverse events
158 41
77 (35.5) 23 (10.6)
102 25
39 (52.0) 18 (24.0)
15
10 (4.6)
11
7 (9.3)
0
0 (0.0)
0
0 (0.0)
*Patients who received at least one dose of study drug.
Simpulan studi ini adalah bahwa regimen ferumoxytol intravena dengan dosis 510 mg secara cepat meningkatkan kadar Hb dalam kurun waktu 5 ± 3 hari dan secara umum ditoleransi dengan baik. Regimen ini dapat dipakai sebagai salah satu pilihan dalam terapi suplementasi zat besi iv pada pasien CKD dengan defisiensi zat besi. (KTW) REFERENSI: Spinowitz BS, Kausz AT, Baptista J et al. Ferumoxytol for Treating Iron Defieciency Anemia in CKD. J Am Soc Nephrol 2008;19:1599-605. Spinowitz BS, Schwenk MH, Jacobs PM et al. The safety and efficacy of ferumoxytol therapy in anemic chronic kidney disease patients. Kidney International 2005: 68: 1801–7.
Hasil peningkatan kadar Hb pada hari ke-35
CDK 188 / vol. 38 no. 7 / November 2011