18.docx

  • Uploaded by: Rafael Bimo
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 18.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,763
  • Pages: 17
Pneumonia dan Penatalaksanaannya pada Anak Usia Dua Tahun Rafael Bimo W 102016132 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

Pendahuluan Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita. Bakteri penyebab pneumonia yang paling sering adalah streptococcus pneumonia (pneumokokus), Hemophilus influenza tipe b (Hib) dan Staphylococcus aureus (S.aureus). Diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita negara berkembang termasuk Indonesia disebabkan pneumokokus dan Hib.1 Meskipun begitu, terdapat sejumlah penyebab noninfeksi seperti aspirasi makanan dan/atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon, dan bahan lipoid; reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi. Infeksi pada neonatus dan hospes terganggu imun lain berbeda dari infeksi yang terjadi pada bayi dan anak yang normal.2 Merujuk pada angka-angka diatas bisa dimengerti bahwa para ahli menyebut pneumonia sebagai “The forgotten pandemic” atau ”wabah yang terlupakan” karena begitu banyak korban meninggal akibat pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal sebagai “pembunuh balita nomor satu”.1 Anamnesis Pada pasien anak-anak maka anamesis akan dilakukan antara dokter dan ibu atau orang terdekat pasien. Pada pasien yamg dicurigai menderita pneumonia yang akan kita tanyakan adalah sebagai berikut:3

1

1. Identitas seperti nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi informasi (misalnya pasien, keluarga,dll). 2. Keluhan utama yaitu pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. 3. Riwayat penyakit sekarang (RPS) adalah penjelasan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, lokasi anatomi dan penyebarannya, waktu termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat penyakitnya membaik, memburuk, tetap, apakah keluhan konstan, intermitten harus dalam susunan yang kronologis, termasuk test diagnostik yang dilakukan sebelum kunjungan pasien. Catat riwayat yang berkaitan termasuk pengobatan sebelumnya faktor resiko dan hasil pemeriksaan yang negatif. Riwayat keluarga dan psykososial yang berkaitan dengan keluhan utama. Masalah lain yang signifikan harus dicantumkan juga dalam riwayat penyakit sekarang dalam bagian yang berbeda. Secara umum dapat ditemukan demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal (mual, muntah, diare). Gangguan respiratorik seperti batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis. 4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) adalah pengobatan yang dijalani, operasi, rawat inap di rumah sakit, trauma dan riwayat penyakit yang dulu. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya/batuk, pilek, takipnea, demam. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ; morbili, pertusis, malnutrisi, imunosupresi. Dengan penurunan imunitas, risiko untuk terinfeksi saluran napas sehingga menyebabkan terjadinya pneumonia adalah amat tinggi. 5. Riwayat Keluarga seperti umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada anggota keluarga, penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan. Hal ini adalah karena penyakit saluran napas menular melalui inhalasi droplet yang infeksius daripada penderita. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, kita lakukan pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan tandatanda vital, dan pemeriksaan abdomen lengkap (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi). 3

2

Pemeriksaan pada pneumonia umumnya dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, sebagai berikut:3 a. Inspeksi Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas. b. Palpasi Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia, meraba sela iga (normal, mencembung/mencekung), dan melakukan pemeriksaan fremitus taktil pada thoraks anterior dan posterior. c. Perkusi Mengetuk dinding dada dan mendengar hasilnya apakah pekak (adanya massa tumor/cairan), hipersonor (pada emfisema), redup (adanya infiltrate), dan timpani ( pada penyakit pneumothoraks). Pada anak yang menderita pneumonia, ditemukan pekak perkusi, suara napas yang melemah dan terdengar ronki. d. Auskultasi Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura. Pemeriksaan Penunjang 

Gambaran radiologis

Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh 3

Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.4 

Pemeriksaan mikrobiologis

Pada pneumonia anak, pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan, kecuali pada pneumonia berat yang rawat inap. Spesimen pemeriksaan ini berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru . Spesimen dari saluran napas atas kurang bermanfaat untuk kultur dan uji serologis karena tingginya prevalens kolonisasi bakteri. 4 Kultur sputum umumnya memerlukan kurang lebih dua sampai tiga hari, jadi sebagian besar dari sputum digunakan untuk konfirmasi antibiotika yang sudah diberikan dan sensitif terhadap infeksi itu. Pada contoh darah dapat dikultur dengan cara yang sama untuk mencari infeksi dalam darah(kultur darah). Setiap bakteri yang teridentifikasi kemudian di uji untuk melihat antibiotik mana yang paling efektif. 4 

Pemeriksaan darah

Pada pneumonia virus atau mikoplasma, umunya leukosit normal atau sedikit meningkat, tidak lebih dari 20.000/mm3 dengan predominan limfosit. Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan sel polimorfonuklear khususnya granulosit. Leukositosis hebat (30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan pneumonia bakteri. Adanya leukopenia (<5.000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan peningkatan LED. Namun, secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan infeksi virus dan bakteri secara pasti.4 

Tes Serologi

Uji serologis untuk deteksi antigen dan antibodi untuk bakteri tipikal memiliki sensitivitas dan spesifisitas rendah. Pada deteksi infeksi bakteri atipikal, peningkatan antibodi IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis. 4 Tes serologi darah yang spesifik untuk bakteri lain (Mycoplasma,Legionella,dan Chlamydophila) dan tes urine untuk antigen Legionella yang tersedia. Sekresi dari pernapasan dapat juga dicoba untuk menunjukan virus seperti influenza,virus syncyal respiratory dan adenovirus.4

4

Gambar 1. 1 Rontgen Anteroposterior Thorax Pada Penderita Pneumonia 5

Manifestasi Klinik Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.2 Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas selama beberapa hari, diantaranya: 2  Gejala prodromal: 

Demam : suhu dapat meningkat dengan mendadak sampai 39-40oC dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi.



Rewel



Lesu



Nafsu makan menurun.

 Gejala infeksi saluran napas bawah : 

Dipsnoe (sesak napas)



Takipnoe (pernapasan cepat dan dangkal)



Pernapasan cuping hidung



Sianosis sekitar mulut dan hidung



Muntah dan diare



Batuk kering pada awalnya kemudian menjadi produktif

5

Terdapat beberapa klasifikasi pneumonia berdasarkan manifestasi klinik yaitu:2 1. Klasifikasi Pneumonia 

Tidak ada retraksi



batuk dan atau kesukaran bernafas



napas cepat  Bayi < 2 bulan : > 60 kali per menit  anak usia 2 bulan - <1 tahun : > 50 kali per menit  anak usia 1 - < 5 tahun : .> 40 kali per menit

2. Klasifikasi Pneumonia Berat  Anak 2 bulan - <5 tahun 

batuk atau kesukaran bernafas



nafas sesak



frekuensi napas meningkat



retraksi



minum berkurang



tidak ada sianosis

3. Klasifikasi pneumonia sangat berat 

terdapat sianosis



tidak dapat minum



batuk 6



kesukaran bernapas



frekuensi napas meningkat



retraksi

Diagnosis Working Diagnosis Pneumonia Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia.2 Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.2 Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan berikut:6 

Pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop akan terdengar suara ronki halus / kering



Pemeriksaan dahak dengan pewarnaan DFA (direct fluorescent antibody) menunjukkan adanya Legionella



Biakan bakteri dari saluran pernafasan



Tes urin antigen menunjukkan hasil positif



Rontgen dada menunjukkan adanya pneumonia



Analisa gas darah arteri menunjukkan rendahnya konsentrasi oksigen



Hitung jenis darah menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel darah putih



Laju endap darah meningkat



Natrium serum rendah. 7

Diferential Diagnosis Bronkitis Akut Bronkitis merupakan peradangan akut pada membran mukosa bronkus yang dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Bronchitis akut pada anak biasanya bersamaan juga dengan trakeitis yang merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut bawah yang sering dijumpai dan penyebab tersering adalah virus. Manifestasi klinik adalah seperti :7,8 1. Demam 2. Bronchitis biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernapasan atas seperti:  Dimulai dengan batuk kering  Nyeri dada  Sesak napas 3. Dalam beberapa hari batuk menjadi produktif dengan sputum yang dapat bersifat mucus dan purulen. 4. Batuk biasanya hilang dalam masa 1-2 minggu 5. Ronki basah dan suara napas kasar 6. Pada pemeriksaan fisik : mengi ( wheezing ) Bronkiolitis Bronkiolitis merupakan suatu sindrom obstruksi yang disebabkan inflamasi pada bronkiolus yang sering diderita oleh bayi dan anak kecil yang berumur kurang dari 2 tahun. Gejala bronkiolitis dapat seperti :8 

Didahului oleh infeksi saluran napas atas ringan dengan batuk pilek selama beberapa hari



Tanpa kenaikan suhu atau hanya subfebril



Sesak napas : makin lama makin hebat



Pernafasan dangkal dan cepat



Pernapasan cuping hidung



Retraksi interkostal dan suprasternal



Anak rewel



Sianosis 8



Pemeriksaan fisik :  Perkusi hipersonor  Ekspirasi memanjang  Mengi

Tuberculosis paru ( TB paru) Tuberculosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Tuberkulosis pada anak disebut sebagai proses primer dan pada anak sukar ditegakkan karena sedikitnya jumlah kuman dan kesulitan pengambilan specimen. Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala walaupun terdapat pembesaran kelenjar hilus pada foto toraks. Gejala umun TB pada anak adalah :8 

Demam tidak tinggi dan berulang-ulang dalam waktu yang lama tanpa sebab yang jelas dan dapat disertai dengan keringat dingin



Anoreksia tanpa sebab yang jelas



Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam masa 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat



Batuk lama > 3 minggu dan sebab lain telah disingkirkan



diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare



tidak ada menifestasi respiratorik yang menonjol



Selain itu, terdapat manifestasi spesifik tergantung pada organ yang terkena seperti pada kelenjar limfe,susunan saraf pusap (SSP), kulit, ginjal dan tulang.

Bronkopneumonia Bronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari cabang-cabang tenggorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang, menimbulkan pemadatan-pemadatan bergerombol dalam lobulus paru yang berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus, dan sebagainya. 2 Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru, tetapi juga pada broncheoli.

9

Asma Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang di tandai adanya mengik, batuk, dan rasa sesak di dada yang timbul pada malam atau menjelang pagi akubat penyempitan dan penyumbatan saluran pernafasan. Penyakit ini lebih sering timbul dan menyerang pada masa anak-anak dan biasanya pada masa usia muda, hal ini dapat menganggu prtumbuhan dan perkembangan bagi anak. Etiologi Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. 1. Pneumonia karena infeksi virus Infeksi virus primer dapat menyebar melalui saluran pernapasan hingga ke paru. Pada anak terutama sekali pada satu tahun kehidupan harus dikhuatiri karena pada usia ini setiap penyakit pernapasan sangat memepengaruhi konstitasi tubuh dan mengakibatkan kegagalan sirkulasi. Penyebab tersering adalah:2  influenza virus  parainfluenza virus  adenovirus  respiratory syncytial virus (RSV) 2. Pneumonia karena infeksi pneumokokus Penyebab tersering pneumonia bakteri pada anak adalah streptococcus pneumoniae. Factor risiko untuk terinfeksi bakteri ini meningkat pada anak lai-laki dan lahir tidak cukup bulan. Selain itu, streptococcus pneumoniae dapat digunakan sebagai vaksin untuk mencegah pneumonia pada anak.2 3. Pneumonia karena infeksi stafilokokus Pneumonia stafilokokus disebabkan oleh staphylococcus aureus yang tergolong pneumonia berat karena cepat menjadi progresif dan resisten terhadap pengobatan.2 4. Pneumonia bakteri gram negative Bakteri gram negative yang biasa menyebabkan pneumonia adalah :2  Haemophilus influenza  Basil Friedlander  Pseudominas aeruginosa

10

Pneumonia ini sulit dibedakan dengan denga pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain dan hanya dapat dibedakan dengan biakan. Pneumonia yang disebabkan oleh Haemophilus influenza pada bayi dan anak kecil merupakan penakit yang berat dan sering menimbulkan komplikasi.2 5. Pneumonia karena infeksi mikoplasma Infeksi mikoplasma cenderung timbul agak tersembunyi dan memiliki perjalanan klinik yang subakut. Pada anak cenderung menjadi asma dengan wheezing yang selalu ada. Umumnya terdapat perubahan pada foto torax yang luas dan penyakit akan berlangsung selama beberapa minggu.2 6. Pneumonia karena infeksi jamur Pneumonia yang disebabkan oleh jamur biasanya terjadi pada anak dengan imunokopromise. Jamur yang sering adalah :2  Actinomyces  Aspergillus  Candida  Histoplasma  Nocardia spp. 7. Pneumonia karena infeksi protozoa Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa juga selalu terjadi pada anak dengan imunokompromise. Protozoa yang sering adalah :2  Cryptosporidium spp.  Pneumocystis jirovei  Toxoplasma

8. Pneumonia karena aspirasi Pneumonia aspirasi dapat disebabkan masuknya benda asing ke dalam sistem pernapasan dan biasanya pada lobus medius. Contohnya :2  Makanan  Bensin  Minyak tanah  Cairan amnion  Air susu 11

 Debu 9. Sindrom Loeffler Terdapatnya infiltrate besar dan kecil pada paru yang dapat berpindah-pindah. Infiltrate ini merupaka reaksi alergi terhadap protein asing dengan migrasi larva cacing Ascaris lumbricoides atau lain-lainya dari usus ke peredaran darah dan paru.2 Epidemiologi Salah satu penyebab utama pneumonia adalah Pneumokokus. Pneumokokus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9.9 Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.9 Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan, berjenis kelamin lakilaki, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A.9 Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya penyakit kronis pada bayi.9 Patofisiologi Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium yaitu :9 1. Stadium kongesti: 

Kapiler melebar dan kongesti



Di dalam alveolus terdapat eksudat jernih



Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.

12

2. Stadium hepatisasi merah: 

lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar.



Di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman.



Stadium ini berlangsung sangat pendek.

3. Stadium hepatisasi kelabu: 

Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu.



Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin.



Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus.



Kapiler tidak lagi kongesif.

4. Stadium resolusi: 

Eksudat berkurang.



Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak.



Fibrin diresorbsi dan menghilang.



Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur.



Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.

Penatalaksanaan Medikamentosa 1. Antibiotik Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian antibiotik diberikan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu Streptococcus pneumonia dan H. influenza. Pemberian antibiotik sesuai kelompok umur. Untuk umur dibawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, pilihan utama adalah ampisilin dipadu dengan kloramfenikol. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,

13

antibiotik adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7 – 10 hari. Bila diduga penyebab pneumonia adalah S.aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan untuk Stafilokokus adalah 3 – 4 minggu.10 2. Rawat inap Penatalaksanaan bergantung pada usia anak dan keadaan klinis (klinis-beratnya pneumonia). Sebagian besar pneumonia pada anak usia 3 bulan-5 tahun disebabkan infeksi virus. Oleh karena itu pada anak usia tersebut apabila anak tampak sakit ringan, tidak demam, dapat diobati dengan rawat jalan. Namun apabila tidak perbaikan dalam 48 jam atau terdapat perburukan, anak harus segera dibawa ke rumah sakit. Adapun indikasi rawat inap pada pneumonia adalah:10 1. Pneumonia sedang atau pneumonia berat 2. Usia anak < 3 bulan 3. Dehidrasi 4. Muntah-muntah 5. Sianosis 6. Kejang, letargis atau tidak sadar 7. Tidak dapat minum obat 8. Tidak berespon dengan pengobatan rawat jalan Penanganan yang dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut :10 1. Pemberian oksigen (O2) bila saturasi oksigen <92% (terutama pneumonia berat/sangat berat) 2. Antipiretik/ penurun panas. Penurun panas yang biasa diberikan adalah paracetamol dan ibuprofen. 3. Pemberian antibiotik. Pada pneumonia sedang-berat antibiotik diberikan lewat infus. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman di setiap rumah sakit. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Pada pneumonia ringan dan anak bisa minum, cairan dapat diberikan melalui oral (minum) dan pada pneumonia sedang sampai berat atau anak susah minum atau diperlukan antibiotik infus maka di perlukan untuk pemasangan infus. 14

Non Medika mentosa10

a. mengatur diet pasien anak pneumonia dengan memberikan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Selain itu diet juga berfungsi meningkatkan berat badan sehingga status gizi pasien meningkat menjadi status gizi yang baik. Satu lagi tujuan diet pasien pneumonia yakni meningkatkan berat badan sehingga status gizi pasien meningkatkan daya tahan tubuh, dengan kata lain penerapan diet pasien pneumonia memegang peranan penting dalam mendukung proses penyembuhannya. Untuk itu, sebisa mungkin setiap pasien pneumonia harus menjalankan terapi diet untuk mempercepat proses penyembuhannya. Beberapa syarat diet pneumonia yang harus dijalani di antaranya yaitu pemenuhan energy yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 100 mg/kg BBI (berat badan ideal). Selain itu juga ditambah dengan faktor stress 20 %. Kemudian syarat lain adalah pemenuhan protein 15% dari kebutuhan energy total. Disamping pemenuhan kebutuhan nutrisi pokok seperti energy, protein, lemak dan karbohidrat. Pasien pneumonia juga harus memenuhi kebutuhan vitamin serta mineralnya. b. Mencegah sebisa mungkin agar anak tidak terlalu kelelahan bermain dan menangis karena akan merangsang refleks batuk. c. Mencegah sebisa mungkin agar anak sementara waktu tidak langsung terpapar udara yang terkontaminasi seperti asap polusi. d. Memperhatikan kebersihan rumah dan lingkungan.

Komplikasi Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis prulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri, curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten meskipun sedang diberi antibiotik, ditemukan tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung yaitu adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada. Dilaporkan juga mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 224 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.10 15

Prognosis Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.9

Pencegahan Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari pneumonia maupun komplikasinya adalah:9 

Vaksin IPD (Invasive Pneumococcal Disease) Vaksin IPD merupakan vaksin pneumokokus yang dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak. Selain itu vaksin ini juga dapat mencegah terjadinya meningitis pada anak. Vaksin yang digunakan adalah vaksin PCV iaitu :  merupakan satu-satunya vaksin yang membantu mencegah penyakit pneumokokus invasif (IPD) pada bayi dan anak di bawah usia 24 bulan.  membantu melindungi anak yang berumur hingga 9 tahun  merupakan vaksin konjugasi pneumokokus (PCV) pertama yang masuk dalam memori imunologi pada bayi dan anak-anak terhadap Streptococcus (S.) pneumonia.  Vaksin ini juga digunakan untuk imunisasi aktif.  Diberikan sebanyak 4 kali : bayi berumur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan pada usia 12 bulan  Dapat diberikan bersama dengan vaksin lain seperti MMR atau Hepatitis B



Menjaga keseimbangan nutrisi anak.



Istirahat yang cukup dan olahraga supaya memiliki daya tahan tubuh yang baik. Selain itu, daya tubuh yang baik dapat mencegah infeksi sekunder.

Kesimpulan

16

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang termasuk dalam salah satu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus yang biasa disebut sebagai bronchopneumonia. Pneumonia merupakan penyebab biasa yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada anak yang ditandai dengan infeksi, inflamasi dan konsolidasi pada paru. Daftar Pustaka 1. Misnadiarly. Penyakit infeksi saluran napas pneumonia pada anak balita, oang dewasa, usia lanjut. Edisi ke – 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer; 2008. h. 26 – 7. 2. Prober CB. Pneumonia. Dalam: Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak. Volume II. Edisi ke – 15. Jakarta: EGC; 2012. h. 883 – 84, 1483 – 86. 3. Freidman LS, Isselbacher KJ, Indigestion. Dalam: Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jameson. Harrison’s principles of internal medicine. Edisi ke – 18. New York: McGrawHill; 2013. h.171-73. 4. Staff Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu kesehatan anak. Jilid ke – 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan FKUI; 2007. h.1228-1243. 5. Pneumonia

sang

pembunuh

berdarah

dngin.

Diakses

dari

:

http:

//stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/02/13605602161791823052.jpg, diunduh pada 5 Juli 2015. 6. Lay, Bibiana. W, dan Hastowo Sugoyo. Mikrobiologi. Jakarta: CV Rajawali; 2000. h. 198-211. 7. Jawetc E, Melnick JL, Adelberg EA. Mikrobiologi kedokteran. Edisi ke – 25. Jakarta: EGC; 2013. h. 340-48. 8. Djojodibroko R.D. Respirologi. Penyakit parenkim paru, penyakit pleura. Edisi ke – 1. Jakarta: ECG; 2009. h.131,143,151, 173,182-3,209. 9. Pneumonia pada anak. Edisi November 2008. Diakses dari www. medicinestuffs.com, diunduh pada 5 Juli 2015. 10. Callistania C, Indrawati W. Penumonia. Dalam: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke – 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. h.174 – 6.

17

More Documents from "Rafael Bimo"