KEBUTUHAN DASAR DAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Dosen : Devi Azriani, SST, M.Keb
Disusun oleh : Dwi Putri C
P17124012008
Nely Apec C
P171240120
Muharrum Zulfa T
P171240120
Retno Budiyant
P171240120
Rizka Fadhila H
P171240120
Tingkat II A
JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I Jalan RS. Fatmawat, Cilandak - Jakarta Selatan Telp/Fax. 021-7656536 0
TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus yang berjudul “Rencana Asuhan Kebidanan Pada Bayi 2-6 Hari”. Selain untuk menambah pengetahuan mengenai Rencana Asuhan Kebidanan Pada Bayi 2-6 Hari , Makalah ini juga disusun guna memenuhi tugas salah satu mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus pada program studi DIII Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta I. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang kepada Ibu Devi Azriani,SST,M.Keb selaku dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Jakarta, 26 September 2013
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . .................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 3
1.2.
RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 3
1.3.
TUJUAN PENULISAN .................................................................................................... 3
BAB II KEBUTUHAN DASAR NEONATUS .................................................................................... 2.1.
DEFINISI NEONATUS ................................................................................................... 4
2.2.
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS DAN BAYI ................................................................ 2.2.1. KEBUTUHAN FISIK PADA NEONATUS DAN BAYI ............................................... 2.2.2. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA NEONATUS DAN BAYI ....................................
2.3.
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DAN BAYI.....................................................
BAB III KEBUTUHAN DASAR BALITA ......................................................................................... 3.1.
DEFINISI BALITA .........................................................................................................
3.2.
KEBUTUHAN DASAR BALITA ....................................................................................... 3.2.1. KEBUTUHAN FISIK PADA BALITA ...................................................................... 3.2.2. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA BALITA ...........................................................
3.3.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA ...........................................................................
BAB IV KEBUTUHAN DASAR PRASEKOLAH ............................................................................... 4.1.
DEFINISI ANAK PRASEKOLAH .....................................................................................
4.2.
KEBUTUHAN DASAR ANAK PRASEKOLAH ................................................................... 4.2.1. KEBUTUHAN FISIK ANAK PRASEKOLAH ............................................................. 4.2.2. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS ANAK PRASEKOLAH ................................................
4.3.
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK PRASEKOLAH .......................................................
BAB V PENUTUP ...................................................................................................................... 5.1
KESIMPULAN ..............................................................................................................
5.2
SARAN .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak terpenuhi. Kebutuhan dasar ini mencakup asah, asih, dan asuh. Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan. Kebutuhan dasar yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keadaan ekonomi, sosial dan spiritual keluarga serta peran bidan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema pada anak. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Peran bidan dalam hal ini adalah memberi informasi yang baik dan benar berkaitan dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
1.2
RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Apa definisi dari neonatus, balita dan anak pra sekolah? 1.2.2 Apa sajakah kebutuhan dasar neonatus, balita dan anak pra sekolah? 1.2.3 Bagaimana asuhan kebidanan pada neonatus, balita dan anak prasekolah?
1.3
TUJUAN PENULISAN 1.3.1 Mengetahui definisi dari neonatus.balita dan anak pra sekolah. 1.3.2 Mengetahui dan memahami kebutuhan dasar neonatus, balita dan anak pra sekolah 1.3.3 Mengetahui dan memahami asuhan kebidanan pada neonatus, balita dan anak prasekolah
3
BAB II PEMBAHASAN KEBUTUHAN DASAR NEONATUS DAN BAYI 2.1.
DEFINISI NEONATUS Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan bahwa neonatal adalah jabang bayi baru lahir hingga berumur empat minggu. Menurut Jumiarni (1995) neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterine ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir adalah bagian dari neonatus yaitu suatu organisme yang sedang bertumbuh yang baru mengalami trauma kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak III oleh Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia tahun 1985) Menurut Ibrahim (1984) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 – 4000 gram.
2.2. KEBUTUHAN DASAR NEONATUS DAN BAYI 2.2.1. KEBUTUHAN FISIK PADA NEONATUS DAN BAYI Kebutuhan Fisik-Biologis meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat. – Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama (ASI Eksklusif). – Imunisasi : anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. – Kebersihan : meliputi kebersihan makanan, minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi. – Bermain, aktivitas fisik, tidur : anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein merangsang pertumbuhan otot dan tulang merangsang perkembangan. – Pelayanan Kesehatan : anak perlu dipantau / diperiksa kesehatannya secara teratur. Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK minimal 2 kali setahun. Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan bulan Agustus. – Tujuan pemantauan yang teratur untuk : mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah penyakit serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. – Memandikan Neonatus : Neonatus harus selalu dijaga agar tetap bersih, hangat, dan kering. Beberapa cara untuk menjaga agar kulit neonatus bersih adalah memandikan neonatus, mengganti popok atau pakaian neonatus sesuai keperluan, pastikan bahwa neonatus tidak terlalu panas/dingin, dan menjaga kebersihan pakaian dan hal – hal yang bersentuhan dengan neonatus. Memandikan neonatus sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini dimaksudkan agar neonatus tidak hipotermi. Selain itu juga meminimalkan resiko infeksi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan neonatus antara lain : o Menjaga neonatus agar tetap hangat 4
o Menjaga neonatus agar tetap aman dan selamat o Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Memandikan neonatus dianjurkan memakai sabun dengan pH netral dengan sedikit bahkan tanpa parfum atau pewarna (jangan gunakan sabun mandi dewasa). Permukaan kulit yang asam (acid mantle) memberi perlindungan kepada neonatus terhadap infeksi, sedangkan pH kulit yang kurang dari 5,0 bersifat bakteriostatik. Pada saat lahir kulit neonatus tidak begitu asam (pH 6,34) kemudian menurun sampai 4,95 dalam 4 hari. Memandikan neonatus dengan sabun alkalin (sabun dewasa) akan meningkatkan pH kulit sehingga keasaman kulit menurun (dapat menimbulkan infeksi pada neonatus). Memandikan neonatus juga memiliki beberapa maanfaat diantaranya yaitu untuk menjaga kebersihan tubuh neonatus, tali pusat, dan memberikan rasa nyaman pada neonatus. – Memberi Minum/Menyusui pada Neonatus : BBL normal dapat segera disusui hanya dalam waktu 1-2 menit pada setiap payudara. Neonatus baru lahir segera mungkin dilakukan IMD. Proses ini berlangsung minimal 1 jam pertama setelah neonatus lahir. IMD sangatlah baik kegunaannya, selain sebagai pengerat hubungan batin ibu dan anak IMD juga memiliki keuntungan lainnya, yaitu mempercepat keluarnya kolostrum. Pada waktu IMD neonatus mendapat kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan minum pada neonatus yaitu : o Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari o Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari o Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari o Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari. Dalam menyusui juga hrus diperhatikan tentang cara menyusui yang benar, karena menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : o Bayi tampak tenang. o Badan bayi menempel pada perut ibu. o Mulut bayi terbuka lebar. o Dagu bayi menmpel pada payudara ibu. o Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang o masuk. o Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan. o Puting susu tidak terasa nyeri. o Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. o Kepala bayi agak menengadah. – Menyendawakan Neonatus : Menyendawakan neonatus penting dilakukan dan berfungsi untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam perut neonatus atau agar tidak kembung.Biasanya udara masuk ke perut neonatus bersamaan ketika neonatus menyusu.Makin banyak udara yang masuk, semakin kembunglah perut neonatus. Akibatnya neonatus merasa tidak nyaman dan akan menyebabkan rewel. Berikut adalah teknik-teknik menyendawakan neonatus : o Menaruh di Pundak o Posisi Telungkup – Pijat Bayi : Manfaat memijat neonatus Yang terutama yaitu neonatus akan merasakan kasih sayang dan kelembutan dari orang tua saat dipijat. Kasih sayang merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan neonatus. Sentuhan hangat dari tangan dan jari orang tua bisa membuat neonatus merasakan pernyataan kasih sayang orang tua. o Menguatkan otot 5
–
–
–
–
–
o Pijatan terhadap neonatus sangat bagus untuk menguatkan otot neonatus o Membuat neonatus lebih sehat o Memijat neonatus bisa memerlancar sistem peredaran darah, membantu proses pencernaan neonatus, dan juga memerbaiki pernapasan neonatus. Bahkan memijat neonatus bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh si neonatus. o Membantu pertumbuhan o Menurut penelitian, pertumbuhan neonatus seperti berat badan akan lebih baik dengan memijat neonatus. Bahkan untuk neonatus prematur, berat badan bisa bertambah hingga 47 persen dibanding jika tidak dipijat. o Meningkatkan kesanggupan belajar o Dengan merangsang indra peraba, indra penglihatan dan pendengaran si neonatus, akan meningkatkan daya ingat dan kesanggupan belajar sang neonatus. o Membuat neonatus tenang. Hygiene diri dan lingkungan Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi resiko tertularnya berbagai penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain secara aman. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga kebersihan balita oleh orang tua, adalah sebagai berikut : o Mencuci tangan o Memotong kuku o Mandi teratur o Bersihkan mainannya Buang air besar ( BAB ) Kotoran yang dikeluarkan bayi baru lahir, pada hari-hari pertama disebut mekonium. Mekonium adalah ekskresi gastrointestinal bayi yang diakumulasi dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekonium adalah hijau kehitaman, lengket dan bertekstur lembut, terdiri atas mulkus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan pibmen empedu. Mekonium dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Kemudian feses bayi yang diberi ASI akan berubah warnanya menjadi hijau-emas dan terlihat seperti bibit. Bayi yang diberi susu formula memiliki feses yang berwarna coklat gelap, seperti pasta atau padat. Bayi akan berdefekasi 5-6 kali tiap hari dan akan berkurang pada minggu ke 2. Apabila bayi tidak defekasi selama lebih dari dua hari segera hubungi tenaga kesehatan. Buang air kecil ( BAK ) Bayi berkemih sebanyak 4-8 kali sehari. Pada awalnya volume urin sebanyak 20-30 ml/ hari, meningkat menjadi 100-200 ml/ hari pada akhir pertama. Warna urin keruh/ merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat Tidur Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunya untuk tidur, sediakan lingkungan yang nyaman, atur posisi dan minimalkan gangguan agar bayi dapat tidur saat ibu ingin tidur. Lama tidur BBL antara 16-20 jam sehari dengan masing-masing periode antara 1,5 jam-5/ 6 jam (Doenges, M, E, 2001 : 219). Perawatan kulit Kulit bayi masih sangat sensitive terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Verniks kaseosa bermanfaat untuk melindungi kulit bayi sehingga jangan dibersihkan saat memandikan bayi. Lanugo menutupi kulit terutama bahu, lengan atas, paha. Pastikan semua alat yang digunakan oleh bayi selalu dalam keadaan bersih dan kering. 6
– Keamanan bayi Hal-hal yang harus diperhatikan menjaga keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekalipun meninggalkan tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga jangan memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat di tempat tidur bayi. Menjauhi orang-orang yang menderita infeksi, lingkungan yang banyak asap dan orang merokok. Dan biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani bayi. (PusdiknakesWHO-JHPIEGO, 2003 : 23) – Perawatan tali pusat Tali pusat merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman, dan bisa terjadi infeksi lokal, sehingga perlu adanya perawatan tali pusat yang baik. Sisa tali pusat sebaiknya dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian popok sebaiknya dilipat dibawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran / feses maka harus segera dicuci dengan menggunakan air bersih dan sabun kemudian dikeringkan. Biasanya tali pusat akan terlepas sekitar 1-2 minggu. – Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir o Pernafasan sulit/ lebih dari 60 dan < 40 kali/ menit o Suhu terlalu panas ( > 38ocelsius ) atau terlalu dingin ( < 36ocelsius ) o Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan, o Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah, o Tidak BAB dalam 2 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair, sering berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah, o Mengigil, rewel, lemas.mengantuk, kejang,tidak bisa tenang, dan menangis terus-menerus o Bayi kulit kering ( terutama 24 jam pertama ) berwarna biru , pucat atau memar. o Bagian putih mata menjadi kuning atau warna kulit tampak kuning, coklat atau persik – Penyuluhan sebelum bayi pulang Pelayanan kebidanan sebelum ibu dan bayi pulang mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan. Kegiatan Penyuluhan sebelum bayi pulang meliputi : o Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan ibu dan anak selama perawatan di rumah. o Cara menyusui yang baaik dan benar. o Perawatan tali pusat dan cara memandikan bayi. o Pemelihaaan kesehatan ibu,bayi dan balita. o Pengobatan sederhana bagi ibu bayi dan balita. o Perbaikan gisi keluarga, ibu agar mengkomsumsi makanan yang mengandung gizi tinggi seperti buah-buahan, sayur2 an yang hijau, o Imunisasi bayi/ anak, pelaksanaan imunisasi agar dilakukan secara lengkap o Kebersihan ibu dan bayi selalu dijaga sehingga infeksi tidak terjadi selama perawatan di rumah o Pelayanan KB, melakukan program KB dengan kontrasepsi yang sesuai dengan kesehatan ibu Peran Bidan Pada Bayi Sehat Beberapa prinsip pedekatan asuhan terhadap anak (termasuk didalamnya bayi dan balita) yang dipegang oleh bidan yaitu: – Anak bukanlah miniatur orang dewasa tetapi merupakan sosok individu yang unik yang mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhannya. – Berdasarkan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga permasalahan asuhan terhadap klien sesuai dengan tahap perkembangan anak. – Asuhan kesehatan yang diberikan menggunakan pendekatan sistem. – Selain memenuhi keutuhan fisik, juga harus memperhatikan keutuhan psikologis dan sosial. 7
Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian baik untuk orang tua maupun bayi, oleh karena itu bidan harus bisa memfasilitasi proses tersebut. Semua bayi lahir harus menjalani minimal 2 kali pemeriksaan fisik sebelum dipulangkan dari rumah bersalin atau rumah sakit. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan screening/ penapisan yang dilakukan saat kelahiran. Pemeriksaan kedua lebih komprehensif. Tujuan kunjungan ulang bayi sehat adalah : – Mengidentifikasi gejala penyakit – Menawarkan tindakan screening metabolik – Memberikan KIE kepada orang tua Bidan harus mempunyai perencanaan atau planing untuk melakukan kunjungan meliputi : – Kaji riwayat maternal, persalinan, dan riwayat tindakan segera pada bayi baru lahir. – Amati dan tanyakan kepada orangtua tentang penyesuaian keluarga – Kaji riwayat pemenuhan nutrisi bayi, perhatian, usaha menangis, BAB, BAK dan masalah lainnya. – Lakukan pemeriksaan fisik – Beri penyuluhan dan anticipatry guidance pada orang tua – Buat jadwal kunjungan ulang dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan check up. 2.2.2. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA NEONATUS DAN BAYI Asih (kebutuhan emosional) adalah kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik maupun mental. Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam kandungan), anak mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh kembang fisik-mental dan psikososial anak . Cara memenuhi kebutuhan psikologis neonatus dan bayi bisa dengan melalui Bounding Attachment. 1. Pengertan Bounding Attachment Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment. Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Adapun beberapa definisi para ahli: o Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir. o Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir,attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab. o Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. o Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu. o Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama. 2. Tahap-tahap Bounding Attachment o Perkenalan, dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya o Bounding (keterikatan) 8
o Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain 3. o
o
o
o
o
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berhasil atau Tidaknya Proses Bounding Attachment Kesehatan emosional orang tua Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya. Kedekatan orang tua dan anak Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin) Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
4. Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment o Pemberian ASI ekslusif Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. o Rawat gabung Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga. o Kontak mata (Eye to Eye Contact) Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat 9
o
o
o
o
o
melihat pada orang tuanya. Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya. Suara (Voice) Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga. Aroma /Odor (Bau Badan) Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu. Gaya bahasa (Entrainment) Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara. Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif. Bioritme (Biorhythmicity) Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar. Inisiasi Dini Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek sucking dengan segera.
5. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment o Dilakukan segera (menit pertama jam pertama). o Sentuhan orang tua pertama kali. o Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak. o Kesehatan emosional orang tua. o Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan. 10
o o o o o o o o o 6.
7.
Persiapan PNC sebelumnya. Adaptasi. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman. Fasilitas untuk kontak lebih lama. Penekanan pada hal-hal positif. Perawat maternitas khusus (bidan). Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
Manfaat Bounding Attachment Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu: o Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial. o Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi. o Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak. Hambatan Bounding Attachment Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding attachment dan dapat dikatakan sebagai penghambat dalam bounding attachment adalah: o Prematuritas Bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan prematur, kurang mendapat kasih sayang dari ibunya karena kondisi belum cukup viabel(kelangsungan hidup terus) dan belum cukup untuk menyesuaikan dengan extra uterine, bahkan bayi diletakkan dalam inkubator sampai bayi dapat hidup sebagai individu yang mandiri. o Bayi atau ibu sakit Pada keadaan ibu atau bayi salah satu menderita sakit dan harus mendapat perawatan khusus, maka ikatan ibu dan bayi akan tertunda. o Cacat Fisik Bayi lahir cacat fisik atau cacat bawaan atau kelainan lainnya, dapat menimbulkan stres pada keluarga, utamanya ibu. Ibu merasa malu dan kurang menyukainya. o Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya. o Kedekatan orang tua ke anak Dengan metode rooming/rawat gabung kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya. o Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin) Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat/normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
8. Peran Bidan dalam Mendukung Terjadinya Bonding Attachment o Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran. o Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan. 11
o o o
o
Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. ( Yetti Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75)
KEBUTUHAN STIMULASI (ASAH) Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak. Dasar perlunya stimulasi dini. Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan dan belum ada hubungan antar sel-sel otak (sinaps)orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps). Asah merupakan stimulasi mental yang akan menjadi cikal bakal proses pendidikan di mana bertujuan untuk mengembangkan mental, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama, moral, produktifitas, dan lain-lain. Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, menjelang tidur. Stimulasi pada masa neonatus dilakukan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda berbunyi, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan – Ketika bayi rewel, cari penyebabnya dan peluk ia dengan penuh kasih sayang. – Gantung benda-benda yang berbunyi dan berwarna cerah di atas tempat tidur bayi agar bayi dapat melihat benda tersebut bergerak-gerak dan berusaha menendang/meraih benda tersebut. – Latih bayi mengangkat kepala dengan cara meletakkannya pada posisi telungkup. – Ajak bayi tersenyum, terutama ketika ia tersenyum kepada anda. Stimulasi pada masa bayi dilakukan dengan cara : – Bantu bayi duduk sendiri, mulai dengan mendudukan bayi di kursi yang mempunyai sandaran. – Latih kedua tangan bayi masing-masing memegang benda dalam waktu yang bersamaan. – Latih bayi menirukan kata-kata dengan cara menirukan suara bayi dan buat agar bayi menirukan kembali. – Latih bayi bermain seperti melambaikan tangan – Angkat bayi dan bantu ia berdiri diatas permukaan yang datar dan kokoh. – Latih bayi memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah. – Perlihatkan gambar benda dan bantu bayi menunjuk nama benda yang anda sebutkan. 12
– – – – –
Ajak bayi bermain dengan permainan yang perlu dilakukan bersama. Latih bayi berjalalan sendiri. Latih bayi menggelindingkan bola. Berikan kesempatan kepada bayi untuk menggambar, Ajak bayi makan bersama TABEL : Macam Stimulus yang Diperlukan pada Anak Berusia Kurang dari 1 Tahun Umur
Stimulus Visual
Stimulus Auditif
Stimulus Taktil
Stimulus Kinetik
0-3 bulan
Objek warna terang di atas tempat tidur
Mengajak bisacara dan mendengarkan suara lonceng
Membelai, menyisir, menyelimuti
Berjalan-jalan
4-6 bulan
Menonton TV dan bermain benda terang yang dapat dipegang Sama halnya dengan usia 4-6 bulan di tambah bermain ci luk ba
Mengajak bicara Memanggil nama
Bermain air
Berdisi pada paha orang tua, membantu tengkurap, duduk
Panggil nama bayi, ajari memanggil nama orang tua, memberi tahu yang sedang dilakukan Suara binatang dan menyebutkan bagian tubuh
Mengenai berbagai tekstur Bermain air
Membantu tengkurap, latih berdiri, bermain tarik dorong
Merasakan hangat atau dingin dan memegang makan sendiri
Bermain tarik dorong, bersepeda
7-9 bulan
10-12 bulan
2.3.
Ajak ke tempat ramai dan kenalkan gambar
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DAN BAYI Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir: – Apakah kehamilan cukup bulan? – Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium? Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian (selintas) berikut : – Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan? – Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas? Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi. 1. PENGKAJIAN AWAL Ciri-ciri bayi baru lahir normal : – Berat badan 2500 - 4000 gram. – Panjang badan 48 - 52 cm. 13
– – – – – – – –
– – – –
Lingkar dada 30 - 38 cm. Lingkar kepala 33 - 35 cm. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit. Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna. Kuku agak panjang dan lemas. Genetalia o Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora o Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada Reflek sucking (hisap) dan menelan sudah terbentuk dengan baik. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik. Reflek graps atau menggenggam sudah baik. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
2. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir : – Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat – Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera mungkin. – Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas : o Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu o Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir). o Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
PENILAIAN APGAR SKOR Nilai Tanda
0
1
2
Denyut jantung (pulse)
Tidak ada
Lambat < 100
>100
Usaha nafas (respisraton)
Tidak ada
Lambat, tidak teratur
Menangis dengan keras
Tonus otot (actvity)
Lemah
Fleksi pada ekstremitas
Gerakan aktif
Kepekaan reflek (grimace)
Tidak ada
Merintih
Menangis kuat
Biru pucat
Tubuh merah muda, ekstremitas biru
Seluruhnya merah muda
Warna (apperence)
14
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR : – Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan Resusitasi segera sampai Ventilasi. – Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan Resusitasi. – Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 – Bayi normal dengan nilai APGAR 10 a) Pemberian ASI dini Memberikan ASI dini (dalam 1 jam pertama setelah bayi baru lahir) akan memberikan keuntungan yaitu: – Merangsang produksi ASI : Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin (hormon ini yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI. – Memperkuat reflek menghisap o Reflek rooting (reflek mencari putting susu) o Reflek suckling (reflek menghisap) o Reflek swallowing (reflek menelan) – Mempercepat hubungan batin ibu dan bayi (membina ikatan emosional dan kehangatan ibubayi). – Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum. – Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan pada ibu. b) Perawatan mata Memberikan eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata diberikan pada 1 jam pertama setelah persalinan. c) Pemberian vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir lakukan hal-hal berikut : – Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1mg/hari. – Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM dipaha kiri. d) Pemberian Imunisasi Hepatts B Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi Hepatitis B di berikan pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject) di suntik, IM dipaha kanan dan selanjutnya di berikan ulangan sesuai imunisasi dasar lengkap. e) Pemantauan lanjutan Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian dan tindak lanjut dari petugas kesehatan. Dua jam pertama sesudah lahir Hal-hal yang di nilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah kelahiran yaitu: – Kemampuan menghisap kuat atau lemah – Bayi tampak aktif atau lunglai 15
–
Bayi tampak kemerahan atau biru
16
BAB III KEBUTUHAN DASAR BALITA 3.1.
DEFINISI BALITA Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. 3.2. KEBUTUHAN DASAR PADA BALITA 3.2.1
KEBUTUHAN FISIK PADA BALITA Pemenuhan nutrisi pada balita Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi yang mencukupi pada anak harus dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa balita dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak. Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi dan protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/ kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/ kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak dan juga protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, mengganti sel-sel yang rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh, serta sebagai sumber energi. Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi, selain itu lemak juga mempunyai 3 fungsi, diantaranya sebagai sumber lemak esensial, sebagai zat pelarut vitamin A, D, E, K, serta dapat memberi rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60-70% dari total energi. Sumber karbohidrat dapat diperoleh dari beras, jagung, singkong, tepung-tepungan, gula, dan serat makanan. Serat makanan sangat penting untuk menjaga kesehatan alat pencernaan. Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan. Kebutuhan akan vitamin dan mineral jauh lebih kecil dari pada protein, lemak, dan karbohidrat. Ada beberapa hal yang perlu dihindari bagi anak agar makannya tidak berkurang, seperti membatasi makanan yang kurang menguntungkan, seperti coklat, permen, kue-kue manis karena dapat membuat kenyang sehingga nafsu makan berkurang. Menghindari makanan yang merangsang seperti pedas dan terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan menyenangkan, memilih makanan dengan nilai gizi tinggi, memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan 17
serta tidak menghidangkan porsi makanan terlalu banyak. Usia balita dapat kita bedakan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut. 1. Balita usia 1-3 tahun : Jenis makanan yang paling disukai anak balita di usia ini biasanya adalah makanan yang manis-manis, seperti cokelat, permen, es krim, dll. Pada anak usia ini sebaiknya makanan yang banyak mengandung gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak atau berlubang (caries). Pada usia ini, biasanya anak sangat rentan terhadap gangguan gizi, seperti kekurangan vitamin A, zat besi, kalori dan protein. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan gangguan fungsi pada mata, sedangkan kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan anak. 2. Anak usia 4-6 tahun : Pada usia ini, anak-anak masih rentan terhadap gangguan penyakit gizi dan infeksi. Sehingga pemberian makanan yang bergizi tetap menjadi perhatian orang tua, para pembimbing dan pendidik di sekolah. Pendidikan tentang nilai gizi makanan, tidak ada salahnya mulai diajarkan pada mereka. Dan ini saat yang tepat untuk menganjurkan yang baik-baik pada anak, karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu yang dilihat dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga akhirnya anak dapat memilih menyukai makanan yang bergizi. Di bawah ini terdapat beberapa makanan yang dianjurkan untuk balita : 1. Makanan pendamping ASI untuk balita dapat berupa bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan cairan, kaldu daging, susu formula atau air 2. Makanan pendamping lainnya selain bubur adalah buah-buahan yang dihaluskan dengan blender, seperti buah papaya, pisang, apel, melon, dan alpukat. 3. Sayur-sayuran dan kacang-kacangan juga dapat dijadikan makanan pendamping balita dengan cara direbus dan dihaluskan dengan blender. Sebaiknya, ketika diblender, bahan makanan pendamping balita ini ditambah dengan kaldu atau air matang supaya lebih halus. Sayuran dan kacang-kacangan tersebut adalah kacang polong, kacang merah, wortel, tomat, kentang, labu kuning, dan kacang hijau. 4. Makanan pendamping balita pun dapat berupa daging pilihan yang tidak mengandung lemak dan diblender. 5. Makanan pendamping lainnya juga bisa berupa ikan yang diblender, yaitu ikan yang tidak berduri (ikan salmon, fillet ikan kakap, dan gindara). Penyebab status nutrisi kurang pada anak : 1. Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif 2. Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang 3. Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi 4. Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi makanan tidak adekuat. 3.2.2 KEBUTUHAN PSIKOLOGIS Untuk dapat menjalin ikatan emosi yang erat dengan anak kita, berikut ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman bagi orangtua atau orang yang dekat dengan anak dalam melakukan interaksi dengan balita : – Berikan rangsangan positif kepada balita. Misalnya dengan belaian/ sentuhan /pijatan–pijatan lembut, ucapan-ucapan lembut, kecupan, dan suara-suara yang menenangkan – Tanggap terhadap kebutuhan balita. 18
– Ajak anak bermain yang dapat membuatnya gembira atau tertawa. Misalnya dengan main “ciluk ba”, menggelitikinya sesekali, memainkan boneka dengan suara-suara lucu atau menunjukkan wajah-wajah ganjil (memasang ekspresi lucu), membadut (bicara dengan cara yang dilebih-lebihkan), kemudian tertawalah bersama anak. Pada umumnya, kita akan merasa lebih dekat dengan seseorang yang tertawa bersama kita, demikian pula halnya dengan anak. – Sengaja meluangkan waktu bersama anak untuk dapat memberikan kualitas pengasuhan yang baik. Jangan menghadapi anak dengan terpaksa atau hanya hadir secara fisik saja. Usahakan menghadapi anak dengan menghadirkan “hati” juga. – Terima anak apa adanya dengan tulus dan ikhlas, sekalipun ia cacat atau tidak sesuai dengan harapan kita. Sebab penolakan terhadap anak, menyebabkan hubungan orangtua-anak menjadi tegang dan menghalangi orangtua untuk memberikan kasih sayangnya. – Jangan bersikap kasar, kesal dan menunjukkan kemarahan terhadap balita karena balita juga bisa merasakan ketidaknyamanan ini dan merekamnya dalam ingatannya sehingga membuat orangtua menjadi “jauh” terhadap anak. – Toleransi : Bertoleransi terhadap kesalahan anak, bukan kebalikan dari disiplin. Kesalahan yang dilakukan anak sering kali hanya karena perbedaan pandang kita sebagai orang tua atau orang dewasa dengan cara pandang anak. Menghargai perbedaan perlu dikenalkan pada saat anak mulai dapat berbicara dan bermain dengan teman sebayanya. Konflik yang sering terjadi karena kita tidak bisa menghargai perbedaan. Hal terkecil tetapi penting untuk dilakukan orangtua adalah mendengarkan dan menghargai pendapat anak. – Menjadi Motivator : Anak tidak sekedar mencontoh dan anak tidak hanya membutuhkan keteladanan orangtua. Dorongan atau motivasi sering lebih penting daripada ajakan. Terlebih pada usia setahun, saat anak memerlukan kemampuan untuk mengontrol dirinya, motivasi berperan penting agar kelak tidak menjadi anak yang pemalu atau peragu. Dorongan orang tua akan muncul dengan sendirinya jika orangtua atau pengasuh sering mendampingi atau memfasilitasi kegiatan bermain anak. Tentu saja dorongan untuk mendikte yang sering muncul tanpa kita sadari harus benar-benar kita hindari. Peran bidan dalam hal ini adalah : – Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran. – Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan. – Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar – Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi – Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan – Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.
19
3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA Bidan berperan dalam asuhan terhadap balita terutama dalam hal : a) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak, meliputi: – Pemeriksaan fisik – Pemeriksaan tanda-tanda vital – Penampilan umum – Perkembangan psikologis b) Penyuluhan kesehatan kepada keluarga : – Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita – pemberian ASI – pola pemberian makanan balita – hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI – saat penggantian ASI dengan susu buatan – menghentikan pemberian ASI – mengatur makanan anak usia 1-5 tahun – Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita, imunisasi, pencegahan kecelakaan, kesehatan gigi, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain
20
BAB IV KEBUTUHAN DASAR ANAK PRASEKOLAH 4.1.
DEFINISI ANAK PRASEKOLAH Menurut Joyce Engel (1999) Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Menurut Biechler dan Snowman (1993), mereka biasanya mengikuti program prasekolah baik di taman kanak-kanak, kelompok bermain maupun tempat penitipan anak dan menurut Elizabeth dalam buku psikologi perkembangan, usia prasekolah adalah usia mainan, karena pada masa itu anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk untuk bermain dengan mainannya. (Dalam Bambang, 2005) Usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak. Pada usia ini anak mempunyai sifat imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah dilihatnya. Orang-orang dewasa yang paling dekat dengan anak adalah orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak yang mempunyai pengaruh sangat besar. Haryoko (1997) berpendapat bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya sebagai stimulans dalam perkembangan anak. Pada usia prasekolah anak-anak akan mengalami perkembangan sangat cepat dari segi fisik, kognitif, emosi maupun sosial. Hal ini akan sangat berpengaruh pada masa depan anak kelak. Taman kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan formal pertama merupakan salah satu sarana untuk membantu memberi rangsangan dan dukungan dalam masa pertumbuhan dan perkembangn anak. Faktor-faktor yang berperan dalam menunjang perkembangan anak di taman kanakkanak adalah kulitas guru, program kegiatan dan lingkungan fisik. (Sujiono, 2003) Pada usia ini berkembang rasa inisiatif anak. prilaku yang nampak adalah anak banyak bertanya, banyak meniru aktivitas orang lain dan mencoba melakukan tugas tertentu. Anak mulai menunjukkan inisiatif misalnya mandi, membereskan mainannya sendiri, membantu adiknya dan sebagainya. Pada usia ini anak juga mulai melibatkan diri dalam aktivitas bersama. Anak pada usia ini juga mulai menghadapi tuntutan oleh lingkungannya untuk berprilaku dalam batas tertentu. Ini dapat menimbulkan krisis, sehingga anak dapat mengalami kekecewaan. Bersama munculnya inisiatif, anak juga mulai merasakan rasa bersalah yang dapat mengahambatnya untuk maju. Bila lingkungan tidak kondusif terhadap inisiatif anak maka rasa bersalah akan menjadi lebih dominan dalam kehidupan anak selanjutnya. (Sulistiawati, 2005) Menurut Jean piaget, bahwa perkembangan intelektual anak usia 5-6 tahun termasuk fase praoperasional, yaitu masa prasekolah. Pada masa ini anak belum bisa membedakan dengan tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realita dunia luar, sehingga pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak masih terbatas ( Nasution dalam Nurlindah 2009) Menurut Sulistiawati (2005) prilaku-prilaku yang kadang ditunjukkan anak pada usia ini diantaranya : – Perilaku yang menunjukkan inisiatif : o Berinisiatif memulai suatu tugas dengan keinginan yang benar. o Banyak ingin tahu segala sesuatu. – Perilaku yang menunjukkan rasa bersalah : o Lebih suka meniru orang lain daripada mengembangkan ide-idenya sendiri. o Meminta maaf secara berlebihan dan menjadi sangat malu hanya karena kesalahan kecil dan takut memulai pekerjaan baru. Untuk itu dalam mempersiapkan anak masuk sekolah orang tua diharapakan mampu mengembangkan rasa percaya diri anak untuk menjalankan sesuatu, memberikan minat dan motivasi pada anak, menumbuhkan kemauan anak untuk berusaha dan bekerja, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menumbuhkan inisiatif dan ketekunan pada anak, sikap mau bekerjasama dan memperhatikan 21
orang lain, serta mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan baik. (Panduan BKB, 2001). 4.2.
KEBUTUHAN DASAR ANAK PRASEKOLAH
4.2.1 KEBUTUHAN FISIK PADA ANAK PRASEKOLAH Pemenuhan nutrisi pada anak pra sekolah Anak usia Pra Sekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kgBB. Penurunan normal dalam nafsu makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian terbesar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Biasanya, orang tua bertanggung jawab untuk memberi kesehatan, makanan pada usia yang cocok dan penentuan waktu dan tempat; anak bertanggung jawab menentukan jumlah masukan makanan. Anak – anak biasanya mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Masukan setiap hari bervariasi, kadang – kadan luas, akan tetapi masukan selama periode 1 minggu relative stabil. Upaya orang tua untuk mengatur masukan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya adalah kelebihan atau kekurangan makanan. Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi Gizi seimbang merupakan keadaan yang menjamin tubuh memperoleh makanan yang cukup mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan. Gizi lengkap dan seimbang harus mengandung : – Bahan makanan sumber tenaga yang berfungsi untuk beraktifitas. Contoh : beras, roti, kentang, mie. – Bahan makanan sumber zat pembangun, berfungsi untuk pembentukan, pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh. Contoh: daging, ikan, telur (protein hewani) tempe, tahu (protein nabati) – Bahan makanan sumber zat pengatur berfungsi untuk mengatur proses metabolisme. Contoh : sayuran: bayam, buncis, wortel, tomat, buah-buahan: pisang, pepaya, jeruk, apel. Pada anak usia prasekolah : – Nafsu makan berkurang – Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya daripada makan – Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru – Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan Bersosialisasi dengan keluarga Cara mengatasi kesulitan makan : – Berikan makan pada saat anak tidak lelah – Porsi disesuaikan dengan kebutuhan anak, kecil tapi sering – Jadwal disesuaikan – Tunggu anak lapar – Beri kasih sayang – Variasikan makanan – Berikan bersama makanan kesukaannya – Ajak makan dengan keluarga – Berikan makan sambil bermain – Biarkan anak belajar makan sendiri – Tempatkan makanan pada wadah yang menarik – Beri pujian bila anak menghabiskan porsinya 22
– Berikan sugesti bahwa makanan yang diberikan enak – Ibu harus rileks – Merayu anak untuk makan makanan yang sudah disediakan Kebutuhan nutrisi anak bisa dipenuhi dengan memberikan makanan dari keempat kelompok makanan pentng, yaitu : – Nasi dan alternative. – Makanan ini memberikan energi yang baik, sedikit vitamin dan mineral. Pilihan lain yang meliputi : bubur ayam, mie atau bubur kacang ijo. – Buah-buahan. – Buah-buahan adalah sumber serat yang baik, khususnya vitamin A, C dan mineral seperti kalium. Lebih sering memberikan buah-buahan yang mengandung citrun dan buah-buahan yang isinya berwarna kuning. – Sayur-sayuran. Merupakan sumber serat dan mineral yang baik seperti kalium, juga memberikan vitamin A, C dan asam folik. Berikan sayuran berwarna hijau atau sayuran berwarna kuning kehijauan – Daging dan alternative – Kelompok ini meliputi tempe, tahu, ikan, susu, telur yang memberikan protein penting, lemak, vitamin dan mineral. Berikan ikan paling sedikit 3 kali dalam seminggu dan berikan sebanyak 5 telur dalam seminggu. Tips Memberi Makan pada Anak Pra Sekolah – Tetap memberikan susu. Anak perlu minum susu 2-3 cangkir susu sehari. Susu memberikan kalsium dan pospor yang penting untuk menguatkan tulang dan gigi – Menciptakan makanan yang diinginkan. Melibatkan anak dalam memilih makanan dan merencanakan menu. Ajaklah dia ke pasar dan terangkan mengenai fungsi dari jenis makanan yang berbeda. Ceritakan kepadanya bahwa makan telur bisa menjadikan otot kuat dan makan wortel bisa menjadikan mata sehat untuk melihat, kesemuanya akan membantu anak untuk memahami mengapa orang tua memberikan makanan ini. – Menyiapkan makanan yang menarik. Di samping aneka dan sajian makanan, penting juga untuk menarik minat dan perhatian anak. Memotong sayur-sayuran dalam bentuk yang menarik. Anak diberikan sayuran dengan warna dan bentuk yang berbeda seperti wortel, buncis, bayam, jagung. Selain itu atur buah-buahan dalam bentuk yang menarik karena anak akan lebih berselera untuk menikmati rasa buah tersebut. Yang tidak kalah penting adalah jangan mencampur makanan ke dalam satu mangkok. Pisahkan jenis makanan yang berbeda dengan mempergunakan piring yang berbeda. – Menghindari anak makan yang berlebihan. Kegemukan pada anak-anak merupakan suatu kekuatiran. Anak yang kegemukan bisa mempunyai problema kesehatan dalam kehidupannya di kemudian hari. Untuk mencegah anak kegemukan orang bisa membantu dengan membentuk kebiasaan makan makanan yang baik ketika masih muda. Misalnya hindari menggunakan makanan sebagai bentuk hadiah atau bujukan, memberi makanan kecil yang menyehatkan serta jangan makan yang berlebihan. – Memberi makanan kecil yang sesuai usia pra sekolah karena dengan ukuran tubuhnya dan seleranya kecil, sangat baik dengan pemberian makanan yang tidak terlalu banyak, yang diberikan empat – enam kali dalam sehari. Oleh karena itu 23
makanan kecil sama pentingnya dengan makanan pokok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak selama sehari. Makanan kecil yang baik seperti sop kacang merah, kue yang berisi daging, buah-buahan segar, susu, jus buah, susu kedelai, roti, singkong rebus, ubi rebus. Kebersihan Kebutuhan kebersihan meliputi kebersihan makanan, minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi. Bermain, aktvitas fisik, tdur Anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein merangsang pertumbuhan otot dan tulang merangsang perkembangan. 4.2.2
KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA ANAK PRASEKOLAH Ikatan emosi dan kaish sayang yang erat antara ibu/orangtua sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan prilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak terhadap dunia luar.Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi : – Kasih sayang orangtua Orangtua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan senang. – Rasa aman Adanya interaksi yang harmonis antara orangtua dan anak akan memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. – Harga Diri Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak diacuhkan, maka hal ini akan menyebabkan frustasi – Dukungan/dorongan Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari lingkungannya. Apabila orangtua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu, orangtua perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi. – Mandiri Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan. – Rasa memiliki Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang yang dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk memelihara barangnya. – Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orangtua memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan kemauan anak. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ikatan kasih sayang : – Berikan rangsangan positif. Misalnya dengan belaian/ sentuhan / pijatan – pijatan lembut, ucapanucapan lembut, kecupan, dan suara-suara yang menenangkan.
24
– –
–
–
–
Tanggap terhadap kebutuhan anak. Misalnya bila anak menangis, segera cari tahu apa yang menyebabkannya untuk kemudian segera mengatasinya. Ajak anak bermain yang dapat membuatnya gembira atau tertawa. Misalnya dengan main “ciluk ba”, menggelitikinya sesekali, memainkan boneka dengan suara-suara lucu atau menunjukkan wajah-wajah ganjil (memasang ekspresi lucu), membadut (bicara dengan cara yang di lebih-lebihkan), kemudian tertawalah bersama anak. Pada umumnya, kita akan merasa lebih dekat dengan seseorang yang tertawa bersama kita, demikian pula halnya dengan anak. Sengaja meluangkan waktu bersama anak untuk dapat memberikan kualitas pengasuhan yang baik. Jangan menghadapi anak dengan terpaksa atau hanya hadir secara fisik saja. Usahakan menghadapi anak dengan menghadirkan “hati” juga. Terima anak apa adanya dengan tulus dan ikhlas, sekalipun ia cacat atau tidak sesuai dengan harapan kita. Sebab penolakan terhadap anak, menyebabkan hubungan orangtua-anak menjadi tegang dan menghalangi orangtua untuk memberikan kasih sayangnya. Jangan bersikap kasar, kesal dan menunjukkan kemarahan terhadap anak karena anak bisa merasakan ketidaknyamanan ini dan merekamnya dalam ingatannya sehingga membuat orangtua menjadi “jauh” terhadap anak.
4.2.3
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK PRASEKOLAH Deteksi Deteksi dini tumbuh kembang adalah langkah antisipasi yang dilakukan untuk menemukan kasus penyimpangan tumbuh kembang sejak dini dan mengetahui serta mengenali faktor risiko penyimpangan tersebut. Penyimpangan tumbuh kembang dapat bersifat positif, misalnya anak mempunyai tingkat kecerdasan di atas rata-rata, atau negatif, misalnya balita yang mengalami keterlambatan perkembangan. Intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang adalah upaya intervensi segera yang diberikan sesuai dengan keadaan anak untuk membantu anak mencapai kemampuan yang optimal. Contohnya, pemberian sirup Fe pada balita dengan anemia, pemberian suplementasi makan rutin dan makan tambahan pada balita dengan KEP, stimulasi perkembangan pada balita dengan keterlambatan perkembangan atau melakukan perujukan ke fasilitas layanan kesehatan yang lebih mampu. Tujuan umum deteksi dini tumbuh kembang bayi atau balita adalah tercapainya tumbuh kembang bailita dan anak prasekolah yang optimal dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tujuan khususnya adalah mengupayakan terselenggaranya kegiatan deteksi dan intervensi tumbuh kembang balita dan anak prasekolah di tingkat pelayanan dasar dan rujukan, serta terlaksananya pembinaan keluarga, kader dan masyarakat dalam kegiatan stimulasi, pemantauan, dan perujukan kasus penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Kegiatan deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang yang mencakup pemeriksaan kesehatan, pemantauan berat badan sekaligus deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang di tingkat pelayanan dasar akan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan pemeriksaan kesehatan dan pemantauan berat badan biasa. Dengan demikian, untuk memberikan pelayanan KIA yang berkualitas dan komprehensif serta mempertimbangkan kemudahan petugas puskesmas dan kenyamanan ibu anak, kegiatan deteksi tumbuh kembang balita dapat dilakukan saat anak bertemu dengan petugas kesehatan baik di puskesmas, posyandu, polindes maupun fasilitas layanan swasta seperti bidan praktik. Deteksi dini pada anak dilanjutkan secara terus menerus dengan melakukan pemeriksaan fisik seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pemeriksaan gigi dan mulut, dan sebagainya. 25
Apabila ditemukan suatu penyimpangan, bidan sebagai tenaga kesehatan dapat mendeteksi dini dan melakukan rujukan ke spesialis anak guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal. KEBUTUHAN IMUNISASI PADA NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH Imunisasi berasal dari kata Imun, kebal atau resistan. Imunisasi berarti pemberian kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, bila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematian. Macam – macam imunisasi adalah sebagai berikut : 1. Imunisasi BCG (bacille celmette guerin) Vaksin ini agar tubuh bayi kebal terhadap bakteri tuberkulosis (TBC). BCG diberikan sekali sebelum anak berumur dua bulan. Imunisasi polio diberikan empat kali pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi Campak diberikan satu kali pada bayi usai 9-11 bulan. Imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi ini bersifat wajib dan disubsidi pemerintah. 2. Imunisasi DPT Imunisasi DPT adalah vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis (batuk rejan) dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi fatal. DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi ini juga diwajibkan pemerintah. 3. Imunisasi DT Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi diberikan bagi anak dengan kebutuhan khusus, misalnya sudah mendapat suntikan DPT. 4. Imunisasi TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. 5. Imunisasi MMR Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama, meningitis, pembengkakan buah zakar yang berakibat kemandulan. 6. Imunisasi Hib
26
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Dua jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax. 7. Imunisasi Meningitis Imunisasi ini belum diwajibkan pemerintah karena biayanya masih cukup besar. Imunisasi dilakukan bagi bayi di bawah usia satu tahun hingga balita. Imunisasi ini mencegah terjadinya infeksi meningitis atau lapisan otak yang banyak terjadi pada bayi dan balita. 8. Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. 9. ImunisasiHBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. 10. Imunisasi Pneumokokus Konjugata Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah) 11. Imunisasi Tipa Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima tahun dan harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. 12. Imunisasi Hepatitis A Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan.
27
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI
Umur pemberian imunisasi Bulan
Vaksin Lahir
1
2
3
4
5
Tahun 6
9
1 15 2
18
2
3
5
6
1 0
12
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan) BCG Hepatitis B
1
Polio
0
DTP
2
3 1 1
2 2
4
3
4
3
Campak
1
5 6 dT atau TT
5 2
Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (non PPI, dianjurkan) Hib MMR
1
2
4
3 1
2
Tifoid
Ulangan, tiap 3 tahun
Hepatitis A
diberikan 2x, interval 6-12 bulan
28
BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan bahwa neonatal adalah jabang bayi baru lahir hingga berumur empat minggu. Kebutuhan Fisik-Biologis neonatal meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat.Kebutuhan psikologi neonatal meliputi kebutuhan asih (kebutuhan emosional), kebutuhan asah (kebutuhan stimulasi). Asuhan kebidanan pada neonatus segera lakukan penilaian (selintas) berikut : – Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan? – Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas? Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi. Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).Kebutuhan Fisik pada balita meliputi kebutuhan nutrisi, imunisasi, kebersihan, bermain, aktivitas fisik, tidur. Kebutuhan psikologi pada balita dengan memberikan rangsangan positif kepada balita, Ajak anak bermain yang dapat membuatnya gembira atau tertawa,tanggap terhadap kebutuhan balita, dan lain- lain. Asuhan kebidanan pada balita meliputi: – Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak – Penyuluhan kesehatan kepada keluarga :Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita, imunisasi,
pencegahan kecelakaan, kesehatan gigi, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan) Menurut Joyce Engel (1999) Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.Kebutuhan fisik-biologis pada anak pra sekolah meliputi nutrisi, imunisasi, kebersihan, b ermain, aktivitas fisik, tidur.Kebutuhan psikologis anak pra sekolah meliputi Kasih sayang orangtua, rasa aman, harga diri, dukungan/dorongan, mandiri, rasa memiliki, kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman. Asuhan kebidanan pada anak pra sekolah yaitu dengan mendeteksi tumbuh kembang pada anak. 5.2 SARAN Dengan ini diharapkan ibu dapat mengetahui kebutuhan dasar pada neonatus, balita dan anak pra sekolah untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan. Bidan harus dapat memberikan asuhan yang sesuai pada masing-masing tahap perkembangan meliputi asuhan terhadap kebutuhan dasar neonatus, balita dan anak pra sekolah. 29
DAFTAR PUSTAKA MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : DepKes.RI DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : DepKes.RI Saifuddin, abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Neonatal .
Jumiarni, dkk 1995. Asuhan Perawatan Perinatal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC) ( Ibrahim, Kristiana. 1984. Perawatan Kebidanan jilid II. Bandung : Bhratara ) (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak III oleh Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia tahun 1985) Mirriamstoppard, complete baby and child care, 1995 Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New York. Hal. 623-625 Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders. San Fransisco California. Hal. 330-335 Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum. Hal. 30-37 Hidayat, Azis Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba MedikaHasni. (2012). asuhan kebidanan neonatus, bayi dan “imunisasi” . [ 24 Septembar 2013]
balita
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Purnamasari, Dewi, 2011. Panduan Pijat Praktis Balita Anda agar Cerdas dan Sehat. Yogyakarta: Pustaka Salomon Putri, Alissa, 2009. Pijat dan Senam Untuk Bayi dan Balita Panduan Praktis Memijat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Brilliant Offset Muaris.H. (2006). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Anggraini dan Sutomo. 2010. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta: Demedia
30