EFEKTIFITAS SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSIUTERI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Puput Risti Kusumaningrum*
ABSTRAK
Latar belakang : Involusiuteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Involusiuteri diamati dengan memeriksa tinggi fundusuteri, kontraksi uterus, dan lochea. Ibu postpartum dapat mengalami proses involusiuteri yang terlambat disebut subinvolusiuteri. Subinvolusiuteriakanmengakibatkan terjadinya perdarahan postpartum. Salah satu upaya untuk mencegah masalah tersebut dengan senam nifas.Tujuan penenilitianuntuk Mengetahui efektifitas senam nifas terhadap involusiuteri pada ibu postpartum. Metodologi : Desain penelitian Quasy experimentdengan rancangan non equivalent control group pretest postest design. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidentalsampling sebanyak 36 responden. Analisa data menggunakan uji fisher exact probability test. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa involusiuteri normal pada kelompok intervensi sebanyak 14 responden (77,8 %) dan pada kelompok kontrol sebanyak 7 responden (38,9 %). Sedangkan involusiuteri tidak normal pada kelompok intervensi sebanyak 4 responden (22,2 %) dan pada kelompok kontrol sebanyak 11 responden (61,1 %). Hasil uji fisher exact probability test menunjukkan p v = 0,041; α = 0,05. Kesimpulan : Senam nifas efektif untuk involusiuteri.
Kata kunci :Senam Nifas, Involusiuteri
*Dosen Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten
A. Latar Belakang Perempuan di negara berkembang cenderung lebih mendapat perawatan selama hamil dibandingkan mendapat perawatan selama persalinan atau masa nifas (Shine, 2001). Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2007). Negara berkembang maupun negara maju, 60 % kematian ibu terjadi pada post partum. Kematian ibu post partum ini 45 % terjadi pada hari pertama, lebih dari 65 % dalam satu minggu pertama dan lebih dari 85 % minggu kedua. Jadi satu hari sampai satu minggu post partum
dalam
merupakan waktu kritis bagi perawatan obstetri (Bobak, 2004). Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2009,
menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 226 per 100.000 kelahiran hidup. Artinya setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada 226 ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, 64% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui bedah sesarea lebih cenderung melaporkan komplikasi 59%, yang sebagian besar
merupakan persalinan lama 42%
(Depkes, 2003). Masa nifas (puerperium) sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya bayi. Komplikasi nifas antara lain emboli, trombophebitis, perdarahan,
infeksi,
eklamsi,
gangguan-gangguan
menyusui
dan
sebagainya(Dunstall, 2006). Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas yaitu perdarahan. Perdarahan adalah salah satu penyebab utama kematian maternal terutama di negara berkembang. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam post partum pada persalinan pervaginam dan tidak lebih dari 1000 ml pada persalinan sectio sesarea.
Anggrek (2007), menjelaskan bahwa frekuensi perdarahan post partum dari seluruh persalinan berdasarkan penyebabnya adalah atonia uteri (50-60%), retensio plasenta (16-17%), sisa plasenta (23-24%), laserasi jalan rahim (45%), kelainan darah (0,5-0,8%). Untuk mencegah kejadian tersebut perlu dilakukan salah satu tindakan keperawatan yaitu senam nifas. Setelah persalinan terjadi perubahan
prosesinvolusi uterus.Proses
involusi uterus dapat dilihat dari kontraksi uterus, tinggi fundus dan pengeluaran lochea. Involusi uteri melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea(Farrer, 2001). Senam nifas adalah suatu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan bagi ibu pada masa nifas.Senam nifas dilakukan ibu sesudah melahirkan dan dapat dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan.Senam nifas dapat dilakukan 6 jam setelah melahirkan dan untuk ibu yang melahirkan dengan operasi, senam nifas dapat dilakukan setelah 24 jam operasi. Tujuan dilakukan senam nifas yaitu memperbaiki elastisitas otot-otot yang telah mengalami peregangan, memperlancar sirkulasi darah, mencegah kesulitan buang air kecil, mengembalikan rahim pada posisi semula (involusi), memperlancar lochea dan kontraksi uterus, dan membantu kelancaran ASI. Manfaat senam nifas antara lain untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki peregangan otot abdomen, dan membantu ibu untuk lebih rileks pada masa nifas (Hammah, 2003). Senam nifas akan mempengaruhi involusiuteri berlangsung secara cepat dan normal karena dengan dilakukan gerakan senam akan membuat otot-otot uterus berkontraksi dan beretraksi sehingga membuat uterus cepat mengecil (Muhabbah, 2008). RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro merupakan rumah sakit di Kabupaten Klaten yang memberikan pelayanan rawat pada ibu post partum. Jumlah persalinan pada bulan Februari 2010 di Ruang Melati 1 sebanyak 161 persalinan. Persalinan spontan 92 (57,14%), persalinan dengan sectio sesarea 58 (36,02%), persalinan dengan vacum ekstraksi 11 (6,83%), perdarahan
persalinan 9. Angka rawat inap pada bulan Februari 2011 sebanyak 81 primipara dan 25 pasien multipara. Senam nifas dilakukan 2 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit yang dilakukan oleh fisioterapi. Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian “ Efektifitas senam nifas terhadap InvolusiUteriDi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ”. B. Metode Penelitian Desain penelitian
Quasi experimentdengan non Equivalent Control
GroupPretest Posttest Design yaitu membandingkan hasil intervensi senam nifas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2010).Tehnik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan “Accidental sampling” sebanyak 36 responden yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan control. Analisa data dilakukan 2 kali yaitu univariat dan bivariat.Analisi bivariat menggunakan Fisher Exact Probability Test dengan taraf kesalahan 5 %. C. Hasil Penelitian Hasil penelitian tampak seperti tabel berikut ini: Tabel 4.1 Hasil analisis TFU Pada kelompok Intervensi Tinggi Fundus Uteri No. Hasil n 1 2
Normal
Tidak Normal
%
n
%
Pretest Postest
6 33,3 1477,8 4
n
Total
% 1266,7 22,2 18
18 100
100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi saat pretest yaitu tinggi fundus uteri sebagian besar tidak normal sebanyak 12 orang (66,7 %) dan yang normal sebanyak 6 orang (33,3 %), sedangkan tinggi fundusuterisaat postest sebagian besar normal sebanyak 14 orang (77,8 %) dan yang tidak normal sebanyak 4 orang (22,2 %).
Tabel 4.2 Hasil analisis kontaraksi uterus pada kelompok Intervensi Kontraksi Uterus No. Hasil n
Normal
Tidak Normal
% 1 2
Pretest Postest
16 18
Berdasarkan
tabel
n
%
n
%
211,1 0
18 0
100 18
100
menunjukkan
bahwa
88,9 100 4.2
diatas
Total
kontraksi
uteruspada kelompok intervensi saat pretest yaitu kontraksi uterus sebagian besar normal sebanyak 16 orang (88,9 %) dan yang tidak normal sebanyak 2 orang (11,1 %). Sedangkan kontraksi uterus saat postest seluruhnya normal sebanyak 18 orang (100 %). Tabel 4.3 Hasil analisis lochea kelompok intervensi Lochea No. Hasil
Normal
n 1 2
Pretest Postest
18 18
Tidak Normal
Total
%
n
%
n
%
100 100
0 0
0 0
18 18
100 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa lochea pada kelompok intervensi saat pretest yaitu lochea secara keseluruhan normal sebanyak 18 orang (100 %). Sedangkan locheasaatpostest tidak ada perubahan yaitu secara keseluruhan normal sebanyak 18 orang (100 %). Tabel 4.4 Hasil analisis TFU pada kelompok kontrol
Tinggi Fundus Uteri No. Hasil n
%
Normal n
%
Tidak Normal n
%
Total
1 2
Pretest Postest
6 7
33,3 38,9
12 11
66,7 61,1
18 18
100 100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol saat pretest yaitu tinggi fundus uteri sebagian besar tidak normal sebanyak 12 orang (66,7 %) dan yang normal sebanyak 6 orang (33,3 %). Sedangkan tinggi fundusuterisaat postest sebagian besar tidak normal sebanyak 11 orang (61,1 %) dan yang normal sebanyak 7 orang (38,9 %). Tabel 4.5 Hasil analisis kontraksi uterus pada kelompok kontrol
Kontraksi Uterus No. Hasil n
Normal
Tidak Normal
% 1 2
Pretest Postest
17 17
94,4 94,4
Total
n
%
n
%
1 1
5,6 5,6
18 18
100 100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa kontraksi uteruspada kelompok kontrol saat pretest yaitu kontraksi uterus sebagian besar normal sebanyak 17 orang (94,4 %) dan yang tidak normal sebanyak 1 orang (5,6 %). Sedangkan kontraksi uterus saat posttest tidak ada perubahan yaitu sebagian besar normal sebanyak 17 orang (94,4 %) dan yang tidak normal sebanyak 1 orang (5,6 %). Tabel 4.6Hasil analisis lochea Pada kelompok kontrol Lochea No. Hasil
Normal
n 1 2
Pretest Postest
18 18
Tidak Normal
Total
%
n
%
n
%
100 100
0 0
0 0
18 18
100 100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa lochea pada kelompok kontrol saat pretest yaitu lochea secara keseluruhan normal sebanyak 18 orang (100 %). Sedangkan locheasaat posttest tidak ada perubahan yaitu secara keseluruhan normal sebanyak 18 orang (100 %). Tabel 4.7 Hasil analisis efektifitas senam nifas terhadap involusi uterus Involusi Uteri Kelompok n
Normal
%
Tidak Normal
n
%
n
Total
pv
%
Intervensi Kontrol
14 7
77,8 38,9
4 11
22,2 61,1
18 18
100 100
Jumlah
21
58,3
15
41,7
36
100
0,041
Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai efektifitas senam nifas terhadap involusiuteri pada ibu postpartum persalinan spontan menunjukkan hasil bahwa involusiuteri normal pada kelompok intervensi sebanyak 14 responden (77,8 %) dan pada kelompok kontrol sebanyak 7 responden (38,9 %). Sedangkan involusiuteri tidak normal pada kelompok intervensi sebanyak 4 responden (22,2 %) dan pada kelompok kontrol sebanyak 11 responden (61,1 %).Hasil analisis selanjutnya menunjukkan p v = 0,041; α = 0,05maka dapat diambil kesimpulan bahwa senam nifas efektif untuk involusiuteri. E. Pembahasan Pemantauan tinggi fundusuteri dilakukan dengan menggunakan jari tangan, kontaksi uterus dengan palpasi, dan lochea dengan melihat pembalut responden. Hasil
penelitian
mengenai
efektifitas
senam
nifas
terhadap
involusiuteri pada ibu postpartum dengan persalinan spontan yang dilakukan selama 2 hari pada pagi dan sore hari menunjukkan hasil bahwa involusiuteri normal pada kelompok intervensi sebanyak 14 responden (77,8 %) dan pada kelompok
kontrol
sebanyak
7
responden
(38,9
%).
Sedangkan
involusiuteritidak normal pada kelompok intervensi sebanyak 4 responden (22,2 %) dan pada kelompok kontrol sebanyak 11 responden (61,1 %). Hasil analisis selanjutnya menggunakan uji Fisher Exact Probability Test didapatkan hasil p v = 0,041; α = 0,05maka dapat diambil kesimpulan bahwa senam nifas efektif untuk involusiuteri pada ibu post partum dengan persalinan spontan di Ruang Melati 1 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa senam nifas dapat digunakan untuk memberikan intervensi pada ibu postpartum untuk mempercepat proses involusiuteri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Inayat (2004) berjudul pengaruh senam nifas terhadap pemulihan fisik ibu postpartumprimipara fase puerperiumdini di ruang Flamboyan RSUD Dr. KOESMA Tuban. Hasil penelitian menunjukkan ibu postpartum yang sudah melakukan senam nifas pemulihan fisiknya lebih meningkat. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa senam nifas mempunyai pengaruh yang bermakna Melakukan senam nifas akan merangsang kontraksi uterus karena dengan dilakukan gerakan-gerakan senam nifas akan membuat otot-otot uterus berkontraksi dan beretraksi sehingga proses involusi berjalan cepat sehingga untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum. Konsistensi dari senam nifas membuktikan bahwa senam nifas mempunyai hasil yang signifikan untuk mempercepat proses involusiuteri pada ibu postpartum (Muhabbah, 2008). Menurut Suherni (2008) tujuan dilakukan senam nifas yaitu memperbaiki elastisitas otot-otot yang telah mengalami peregangan, memperlancarkan sirkulasi darah, mencegah pembuluh darah yang menonjol terutama kaki, mencegah kesulitan buang air kecil, mengembalikan kerampingan tubuh, membantu kelancaran pengeluaran ASI, mempercepat proses involusi uteri dan pemulihan fungsi alat kandungan, memperlancar pengeluaran lochea, sertameminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,trombosia, dan lain-lain.
Hasil penelitian yang dilakukan, kelompok intervensi mengalami involusiuteri lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan senam nifas merupakan salah satu terapi yang membantu ibu postpartum untuk mempercepat involusiuteri. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan dari Huliana (2003) yang mengemukakan bahwa senam nifas digunakan untuk mengembalikan uterus pada posisi semula, mempercepat proses involusiuteri dan pemulihan fungsi alat kandungan, memperbaiki kontraksi uterus, memperlancar pengeluaran lochea. Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi involusiuteri pada ibu postpartum yaitu usia, paritas serta motivasi yang berbeda-beda pada ibu postpartum dalam melakukan senam nifas. Usia ibu postpartum> 35 tahun membutuhkan kontraksi uterus yang lebih kuat agar terjadi proses involusiuteri yang cepat. Paritas yang berbeda antara primipara dan multipara.Primipara mengalami proses involusiuteri lebih cepat daripada multipara. Serta motivasi ibu postpartum dalam melakukan senam berbedabeda dikarenakan kondisi nyeri atau ambang nyeri pada ibu postpartum satu dengan yang lain berbeda. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2003) berjudul penurunan keluhan fisik pada ibu postpartummultipara setelah melakukan senam nifas di RSUD kota Yogyakarta dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan senam nifas terjadi penurunan keluhan fisik yang bermakna pada ibu postpartummultipara yang melakukan senam nifas. Bahwa dengan dilakukan senam nifas akan mempercepat penurunan tinggi fundusuteri pada ibu post partum primipara.
D. Simpulan 1.
Pada kelompok intervensi sebelum diberi senam nifas sebagian besar involusiuteri tidak normal. Tinggi fundusuteri tidak normal pada saat pretest sebanyak 66,7 %.
2.
Pada kelompok intervensi sesudah diberi senam nifas sebagian besar involusiuteri normal sebanyak 77,8 %.
3.
Pada kelompok kontrol involusiuteri sebagian besar tidak normal sebanyak 61,1 %.
4.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senam nifas efektif terhadap involusiuteri pada ibu postpartumDi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
E. Daftar Pustaka Allenidekania, et all. 2001. IdentifikasiKebutuhan Perawatan Mandiri Ibu Nifas. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 5. No. 2 : 60 – 66. Almatsier, S. 2003 . Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Ambarwati, 2008.Asuhan KebidananNifas.Yogyakarta: Mitra Cendikia. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Bailey, C. and Bishop, L. 2001. Can Exercise Make Me High? From : http://www.healthcentral.com/fitorfat/408/41285.html accessed 9 Maret 2011. Benson, R., Pernol,M. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Bobak,.Lowdermilk.,Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed.4.Jakarta: EGC Dunstall, M. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Kebidanan. Jakarta: EGC. Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Hammah,S.2003. Senam nifas dalam: http://www.asysyriah.com/syariahdiakses 9 Maret 2011. Hidayat, A. 2007. MetodePenelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika. Himapid, 2009. Kematian maternal dalam: http://himapid.blogspot.com/2009/03/kematian-maternal.html diakses 20 Februari 2011. Huliana, A. 2007. Perawatan Paca Melahirkan: Jakarta: Puspa Warna Idea, A. 2007. Perdarahan post partum dalam: http://anggrekidea.blogspot.com/2007/11/perdarahanpostpartum_15.html. diakses 9 Maret 2011. Larson-Mayer, E. 2003. Effects of Regular Exercise on Mother and Child. International SportMed JournalVol. 4. No. 6. Leveno, Kenneth J. 2009. Williams Manual of Obstretrics, 21st Ed. Jakarta: EGC.
Lewellyn., Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Ed.6. Jakarta: hipokarates Manuaba. 2007. Imu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC. Manuaba,C.,Manuaba,F.,Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstretri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC Muhabbah, G. 2008. Perubahan Fisiologis Masa Nifas dalam : http://zietraelmartmultiply.com diakses 7 Maret 2011. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika. Prabowo, E. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Proses Involusi dalam : http://mediabelajarkeperawatan.blogspot.com diakses 11 Maret 2011. Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Buku 4. Jakarta. Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Sjahruddin, C. 2006. Pro-Kontra Penggunaan Bengkung/Stagen/Gurita. File://G:/Khasanah_Nakita.htm. Sopiyudin, Muhammad. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Suherni,Widyasih,H.,Rahmawati,A,. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. Sugiyono, 2010.Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Taber, B. 2001. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC Winkjosastro, H. 2007. .Ilmu Kebidanan Ed.3. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.