BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proses keperawatan merupakan kerangka kerja perawat saat ia memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Ini berarti, proses keperawatan adalah pendekatan yang digunakan oleh perawat saat ia merawat pasien. Dengan demikian, penampilan kerja seorang siswa perawat atau perawat seharusnya memperlihatkan urutan-urutan yang sesuai dengan urutan-urutan yang terdapat dalam proses keperawatan, yaitu dimulai dengan melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, menetapkan rencana asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan, serta mendokumentasikan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan perlu didokumentasikan karena pendokumentasian sangat penting untuk menghindari pemutar balikkan fakta, mencegah kehilangan informasi dan agar dapat dipelajari oleh perawat yang lain. Asuhan keperawatan yang perlu didokumentasikan salah satunya adalah mendokumentasikan pemulangan pasien dan pemberian pendidikan tentang kesehatan kepada keluarga. Proses keperawatan merupakan pendekatan kerja yang sistematis, terorganisasi, fleksibel ,dan berkelanjutan. Oleh karena itulah proses keperawatan telah ditetapkan sebagai pendekatan kerja seorang perawat yang juga dinilai berdasarkan tahap-tahap dalam proses keperawatan. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian discharge planning? b. Apa tujuan discharge planning? c. Apa manfaat discharge planning? d. Apa saja jenis discharge planning? e. Apa prinsip pelaksanaan discharge planning? f. Apa saja komponen discharge planning? g. Apa faktor yang memengaruhi pelaksanaan discharge planning? h. Siapa pemberi discharge planning? i. Siapa penerima discharge planning? j. Bagaimana pelaksanaan discharge planning? k. Bagaimana peluang keberhasilan discharge planning? l. Apa pengertian penyuluhan kesehatan? m. Apa tujuan penyuluhan kesehatan? n. Apa saja metode dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan? o. Siapa sasaran penyuluhan kesehatan? p. Apa materi untuk penyuluhan kesehatan? q. Apa saja media dan alat bantu dalam penyuluhan kesehatan? r. Apa saja faktor yang memengaruhi penyuluhan kesehatan?
1.3 Tujuan Penulisan a. Mengetahui pengertian discharge planning b. Mengetahui apa tujuan discharge planning c. Mengetahui manfaat discharge planning d. Mengetahui jenis discharge planning e. Menmahami prinsip pelaksanaan discharge planning f. Mengetahui komponen discharge planning g. Mengetahui faktor yang memengaruhi pelaksanaan discharge planning h. Mengetahui pemberi discharge planning i. Mengetahui penerima discharge planning j. Mengetahui bagaimana pelaksanaan discharge planning k. Mengetahui peluang keberhasilan discharge planning l. Mengetahui pengertian penyuluhan kesehatan m. Mengetahui tujuan penyuluhan kesehatan n. Mengetahui metode dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan o. Mengetahui sasaran penyuluhan kesehatan p. Mengetahui materi untuk penyuluhan kesehatan q. Mengetahui media dan alat bantu dalam penyuluhan kesehatan r. Mengetahui faktor yang memengaruhi penyuluhan kesehatan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 DISCHARGE PLANNING A. Pengertian Discharge Planning Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan. (Potter & Perry, 2005:1106) Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. National Council of Social Service (2006) dalam Wulandari (2011:9) mendefinisikan bahwa “discharge planning is aprocess used to decide what client needs to maintain his present level of well-being or move to the next level of care”. The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:10) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain. Perencanaan pulang merupakan proses perencanaan sistematis yang dipersiapkan bagi pasien untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan serta bekerjasama dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah/pulang. (Carpenito, 2002 dalam Hariyati dkk, 2008:54) Discharge planning dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan kesehatan di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek. (Sommerfeld, 2001 dalam Rahmi, 2011:10) Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan. (Kozier, 2004) Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien. (Potter & Perry, 2005 dalam Herniyatun dkk, 2009:128) Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan
(tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang terjadi pada pasien. (Potter & Perry, 2006) Perawat menghadiri putaran perencanaan pemulangan klien dan berkonsultasi dengan staf pekerja medis, keperawatan, serta sosial di rumah sakit dan klinik. Mereka memfasilitasi akses ke semua peralatan dan pelayanan kesehatan rumah selama klien keluar dari rumah sakit atau klinik. Koordinator apakah klien memenuhi syarat untuk layanan kesehatan di rumah dalam hal asuransi, kebutuhan perawatan kesehatan, dan keluarga dan situasi rumah. Setelah menentukan bahwa klien memenuhi syarat untuk layanan perawatan kesehatan di rumah, bentuk rujukan koordinator melengkapi formulir rujukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari berikut ini: a. Wawancara pada klien dan keluarga b. Konsultasi dengan dokter, perawat lainnya, dan anggota staf c. Catatan medis klien Program yang dilakukan oleh perawat ini, tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa terjadi ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang perawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang. (Potter & Perry, 2005:96) B. Tujuan pelaksanaan Discharge Planning Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang. (Carpenito, 1999 dalam Rahmi, 2011:10) Tindakan ini juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif. (Discharge Planning Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:12) Taylor et al (1989) dalam Yosafianti & Alfiyanti (2010:115) juga menyatakan bahwa discharge planning adalah proses sistematis yang bertujuan menyiapkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan program perawatan yang berkelanjutan dirumah atau diunit perawatan komunitas. Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:12-13) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah: a. Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui. b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan. c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien.
d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan diri. C. Manfaat dari Discharge Planning Discharge Planning memiliki manfaat, yaitu (Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2008:229)): a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit. b. Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien. c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru. d. Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di rumah. Sedangkan menurut Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut: a. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission) b. Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah c. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit d. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan e. Menghemat biaya selama proses perawatan f. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di masyarakat karena perencanaan yang matang. g. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.
D. Jenis-jenis Discharge Planning Discharge planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: (Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:229)) a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat. b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali. c. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.
E. Prinsip Pelaksanaan Discharge Planning P rinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan pulang adalah sebagai berikut: (Nursalam & Efendi (2008:229)) a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi. b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin muncul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang muncul di rumah dapat segera di antisipasi. c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama. d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan MedikDepartemen Kesehatan R.I (2008) dalam Wulandari (2011:13-14), prinsip yang diperhatikan perawat dalam membuat discharge planning (perencanaan pulang) adalah: a. Dibuat saat pasien masuk Pengkajian pada saat pasien masuk akan mempermudah proses pengidentifikasian kebutuhan pasien. Merencanakan pulang pasien sejak awal juga akan menurunkan lama waktu rawat yang pada akhirnya akan menurunkan biaya perawatan. b. Berfokus pada kebutuhan pasien Perencanaan pulang tidak berfokus pada kebutuhan perawat atau tenaga kesehatan atau hanya pada kebutuhan fisik pasien. Lebih luas, perencanaan pulang berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga secara komprehensif. c. Melibatkan berbagai pihak yang terkait Pasien, keluarga, dan care giver dilibatkan dalam membuat perencanaan. Hal ini memungkinkan optimalnya sumber-sumber pelayanan kesehatan yang sesuai untuk pasien setelah ia pulang. d. Dokumentasi Pelaksanaan Discharge Planning Pelaksanaan discharge planning harus didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada pasien dan pendamping minimal 24 jam sebelum pasien dipindahkan. F. Komponen-komponen Discharge Planning Komponen yang dapat mendukung terselenggaranya discharge planning yang efektif adalah keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim kesehatan, dan dukungan dari care giver/pendamping pasien. G. Faktor-faktor yang Memengaruhi Discharge Planning Keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari perawat dan juga dari pasien. Menurut Notoadmodjo (2003) dalam Waluyo (2010:17-18), faktor yang berasal dari perawat yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu. a. Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian informasi kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti pasien. b. Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan demikian informasi yang disampaikan lebih mudah diterima pasien. c. Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada kegiatan pembelajaran pasien. Pasien akan semakin banyak menerima informasi dan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien. d. Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih terarah sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang memengaruhi keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan, menurut Potter & Perry (1997), Suliha dkk (2002) dan Machfoedz dkk (2005) yang dikutip oleh Waluyo (2010:18-19) adalah motivasi, sikap, rasa cemas/emosi, kesehatan fisik, tahap perkembangan dan pengetahuan sebelumnya, kemampuan dalam belajar, serta tingkat pendidikan. a. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan mengarahkan pasien untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka pasien akan giat untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya serta tindakan yang perlu dilakukan untuk melanjutkan pengobatan dan meningkatkan kesehatannya. b. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan memudahkan pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan kesehatan. c. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan perasaan cemas akan mengurangi kemampuan untuk menerima informasi. d. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan informasi terganggu. e. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia kemampuan menerima informasi semakin baik dan didukung pula pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. f. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk menerima dan memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan pendidikan kesehatan. Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan tingkat
pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang umumnya kemampuan belajarnya juga semakin tinggi. H. Pemberi Discharge Planning Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning. (Discharge Planning Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:11) Seorang discharge planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan. Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses perawatan pasien dan dalam tim discharge planner rumah sakit, karena pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan sangat berpengaruh dalam memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning. (Caroll & Dowling, 2007 dalam Rahmi, 2011:12) I.
Penerima Discharge Planning Menurut Rice (1992) dalam Potter & Perry (2005:93), setiap pasien yang dirawat di rumah sakit memerlukan discharge planning atau rencana pemulangan. Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan. (Medical Mutual of Ohio, 2008 dalam Siahaan, 2009:12) J.
Pelaksanaan Discharge Planning Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya. (The Royal Marsden Hospital, 2004 dalam Siahaan, 2009:23) Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit. (Hou, 2001 dalam Potter & Perry, 2006) Indikator hasil yang diperoleh harus ditujukan untuk keberhasilan discharge planning pasien, yaitu: a. Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obatobatan dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi keperawatan tingkat lanjut, dan respon ynag diambil pada kondisi kedaruratan. b. Pendidikan khusus diberikan kepada pasien dan keluarga untk memastikan perawatan yang tepat setelah klien pulang. c. Sistem pendukung di masyarakat dikoordinasikan agar memungkinkan pasien untuk kembali ke rumahnya dan untuk membantu klien dan keluarga membuat koping terhadap perubahan dalam status kesehatan pasien.
d. Melakukan relokasi pasien dan koordinasi sistem memindahkan pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain
pendukung
atau
Persiapan Sebelum Hari Kepulangan Pasien 1) Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi. 2) Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat kepada pasien dan keluarga. 3) Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah pasien di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala, komplikasi, informasi tentang obat-obatan yang diberikan, penggunaan perawatan medis dalam perawatan lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang harus dihindari sehubungan dengan penyakit atau oprasi yang dijalani). Pasien mungkin dapat diberikan pamflet atau buku.
Pada Hari Kepulangan Pasien 1) Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan). 2) Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan, atau alat-alat khusus yang diperlukan. 3) Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang ke rumah. 4) Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh barang-barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika diperlukan. 5) Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik pasien yang telah ditandatangani dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk mengembalikan barang-barang berharga tersebut kepada pasien. Hitung semua barang-barang berharga yang ada. 6) Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa kembali instruksi sebelumnya. 7) Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih perlu membayar sisa tagihan biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke kantor tersebut. 8) Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien. berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan dengan kereta dorong ambulans. 9) Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan menggunakan mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar. 10) Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain.
11) Bantu keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan tersebut. 12) Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen lain yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien. 13) Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa institusi pasien akan menerima salinan dari format tersebut. 14) Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang.
K. Keberhasilan Pelaksanaan Discharge Planning Pelaksanaan discharge planning menurut Potter & Perry (2005:102) sebagai berikut: a. Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang kebutuhan pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat keperawatan, rencana perawatan dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang dilakukan secara terus menerus. b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindarkan akibat dari gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkin terjadi. c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah yang dapat mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar jalan, langkah, fasilitas kamar mandi). d. Berkolaborasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat pelayanan yang lainnya. e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut. f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan klien setelah pulang. g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus. Tentukan tujuan pulang yang relevan, yaitu sebagai berikut: 1) Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya. 2) Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya. 3) Lingkungan rumah akan menjadi aman 4) Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah 2.2 PENYULUHAN KESEHATAN A. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. (Depkes, 2002)
Menurut UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan. (Effendy, 1998) B.
C.
Tujuan Penyuluhan Kesehatan Adapun tujuan penyuluhan, antara lain: (Effendy, 1998) a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang sesuai dengan konsp hidup sehat baik fisik, mental, dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
Metode Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi. (Depkes, 2008:114) a. Berdasarkan Teknik Komunikasi 1) Metode penyuluhan langsung Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Metode ini dibedakan menjadi 2, yaitu: i. Metode Didaktik Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun. Dan proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh metode ini adalah metode ceramah. ii. Metode Sokratik Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi,
demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan dijelaskan sebagai berikut: - Diskusi Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topic pembicaraan di antara 15–20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. - Curah pendapat Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapatpendapat tadi dilakukan kemudian. - Demonstrasi Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metod ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. - Bermain Peran (role playing) Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. - Simposium Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan. - Seminar Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. - Studi kasus Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya, yang memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu. Permasalahan tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga berupa rekaman. - Metode Seminar Suatu acara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. 2) Metode penyuluhan tidak langsung Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi melalui pertunjukan film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar) dan media eletronik (televisi, radio).
b. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai 1) Pendekatan Perorangan Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain: kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain. 2) Pendekatan Kelompok Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain. 3) Pendekatan Massal Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah: Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll. c. Berdasarkan indera penerima 1) Metode Melihat/Memperhatikan Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti: - Penempelan Poster - Pemasangan Gambar/Photo - Pemasangan Koran dinding - Pemutaran Film 2) Metode Pendengaran Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya - Penyuluhan lewat radio - Pidato - Ceramah, dll 3) Metode Kombinasi Dalam hal ini termasuk: Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba) 4)
5)
Sasaran Penyuluhan Kesehatan Sasaran penyuluhan kesehatan dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu: a. Primer (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) b. Sekunder (petugas kesehatan, LSM, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat) c. Tersier (para pengambil keputusan)
Materi Penyuluhan Kesehatan Materi /pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari sasaran, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran. (Effendy, 2003) 6)
Media dan Alat Bantu Penyuluhan Kesehatan Menurut Depkes (2004:62), alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar, yaitu: a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini memiliki kelemahan yaitu tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Contoh: 1) Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dan lain sebagainya. 2) Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dan lain-lain. 3) Sampel yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dan lain-lain. b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain. c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain. 1) Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. 2) Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diabetes mellist dan pencegahan ataupun penatalaksanaannya, dan lain-
lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuanpertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy. 3) Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok sasaran. Ciri lain dari booklet adalah: - Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari - Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi - Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri. d. Gambar Optik, seperti photo, slide, film, dan lain-lain. 1) Photo sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk album dan dokumentasi lepasan. 2) Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup efektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak sekolah, karena alat ini lebih “trendi” dibanding dengan gambar, leaflet. 3) Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar, dan kolosal.
4)
Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyuluhan Kesehatan Menurut Effendy, factor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan adalah: a. Tingkat pendidikan Pendidikan dapat memengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya. b. Tingkat social-ekonomi Semakin tinggi tingkat social ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. c. Adat istiadat Pengaruh adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan. d. Kepercayaan masyarakat Masyarakat lebih memerhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu masyarakat Waktu penyampaian informasi harus memerhatikan tingkat akivitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya. Perawat adalah salah satu anggota tim Discharge Planner, yang mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Tujuan penyuluhan kesehatan terbagi tiga, yaitu tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yangdilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.
3.2
Saran Sebagai mahasiswa/(i) keperawatan, kita bisa memahami bagaimana peranan kita sebagai calon perawat dalam membuat pencatatan pemulangan pasien sehingga pemulangan pasien bisa terkoordinasi dengan baik dan dapat membantu proses perawatan pasien di rumah.
DAFTAR PUSTAKA Basford, Lynn. 2006. Teori & Praktik Keperawatan. Jakarta:EGC. Ester, Monica. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Hegner, Barbara R. 2003. Asuhan Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta:EGC. Stevens, P.J.M. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2. Jakarta: EGC. Anonim, Universitas Udayana, Discharge Planning, [online] (https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://erepo.unud. ac.id/10152/3/fa2104ae80541e76edc51580ea985749.pdf&ved=0ahUKEwjgo6m PiJ7UAhUIMo8KHWNCCccQFggsMAE&usg=AFQjCNHqMiCIRdIWLE1R_uDnIUKgMRtEA&sig2=Ds5wwnFMRille3n7qDtqpg, diakses 2 Juni 2017) Anonim, Universitas Lampung, Penyuluhan Kesehatan, [online] (https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unila. ac.id/8870/13/bab%2520ii.pdf&ved=0ahUKEwje0IaGwJ7UAhWJ34MKHWmwA MAQFghGMAY&usg=AFQjCNGF4wyqH73lJK0nCnN5XcyFytlXhA&sig2=4zxb0LE6u wnfeDVjw0UakQ, diakses 1 Juni 2017] Anonim, Universitas Sumatera Utara, Penyuluhan kesehatan, [online] (https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.u su.ac.id/bitstream/handle/123456789/45339/Chapter%2520II.pdf%3Fsequence %3D4%26isAllowed%3Dy&ved=0ahUKEwje0IaGwJ7UAhWJ34MKHWmwAMAQF ghEMAU&usg=AFQjCNEo4wQtLXvIXE6oBRDX2VS6kVKW2A&sig2=VAc9DJzcViqZr D60tAXndA, diakses 1 Juni 2017)
LAMPIRAN RINGKASAN PASIEN PULANG
Nama
:
Tanggal
:
Umur
:
Jam
:
Ruangan/No
Diagnosa medis waktu pulang: Pasien pulang
Dengan izin dokter Tanpa izin dokter Permintaan sendiri Meninggal dunia
Sarana pasien pulang
Berjalan sendiri Dengan kursi roda Dengan kereta dorong Dengan tongkat Sendiri Dijemput oleh: Nama : Hubungan kekeluargaan dengan pasien :
Pasien pulang
Pasien pulang ke
Rumah sendiri Rumah keluarga Lain-lain
Alamat Keadaan kesehatan waktu Suhu: pulang Nadi: Pernapasan: Tekanan darah: BB: Kesadaran: Status penyakit pasien Sembuh saat pulang Belum sembuh Pasien dikirim ke Puskesmas Rumah sakit Lain-lain Tanggal Sebelum pulang pasien Saat periksa ulang diberi penyuluhan Pantangan/diit
:
tentang
Cara minum obat-obatan
Pasien Keluarga Hubungan kekeluargaan dengan pasien Bukti nomor : Obat-obatan yang dibawa Nama : pulang Jumlah : Bukti urusan administrasi Nomor : selesai Lain-lain Makan minum tergantung Total Sebagian Sendiri Kebersihan diri tergantung Total Sebagian Sendiri Ambulasi tergantung Total Sebagian Sendiri BAK tergantung Total Sebagian Sendiri BAB tergantung Total Sebagian Sendiri Barang berharga yang dititipkan, dikembalikan kepada
Diisi tanggal: Yang mengisi,
(Nama jelas)
Sumber: Lynn Basford, Teori & Praktik Keperawatan
FORMULIR PENGALIHAN PERAWATAN Rumah sakit: Rumah: Ke rumah sakit ya □ Pasien keluar pada Tanggal: Pulang ke rumah Rumah sakit Keluarga Menginap
tidak □ dari bagian :
PERAWATAN :
□ □ □
No. Telepon, alamat keluarga/lain-lain yang dapat dihubungi: Diagnosa :
Alasan keluar/pindah : Pasien mengetahui diagnosa ya □ Keluarga mengetahui diagnosa ya □ Latihan AKS Tindakan terdiri dari : Tirah baring □ Ya tidak dengan bantuan Logopedi □ Berpakaian □ □ □ Reaktivasi □ Mandi □ □ □ Revalidasi □ Ambulasi □ □ □ Naik tangga □ □ □ Makan □ □ □ Ke toilet □ □ □
tidak □ tidak □ Rujuk pada : Bagian medis □ Pelayanan komunitas
□
Perawatan keluarga
□
Ahli gizi □ Konsul dengan : □ No. Telepon: Alat-alat bantu yang dianjurkan Tindakan perawatan khusus yang
AP
□
Kateter □
Diberikan atas pesanan medis
UP
□ Restrein
□
Injeksi
□
Ada gangguan pada :
Pendengaran □
Penglihatan □
Bicara □
Diet : Obat-obatan:______________________________________________________
Ant ipembekuan Masalah dengan trombosi
ya □ ya □
tidak □ tidak □
obat-obatan : tanggal trombotes :____
Keluarga di rumah yang dilatih oleh personel bagian perawatan dan Apa yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri ya □ tidak □__ Interaksi sosial kemasyarakatan : Penghilangan rasa tegang : Kesibukan : Mengadakan dan memelihara kontak : Informasi tentang : Tanggal
:
Tanda tangan :
Sumber: Barbara R Hegner, Asuhan Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELITUS
Topik
: Diabetes Melitus
Sub Topik
: Pengertian, macam-macam, penyebab, gejala, dan pencegahan diabetes mellitus
Sasaran
: Warga Rt. 09/Rw. 03 Desa Sei. Tuan
Tempat
: Balai Desa Rt. 09/Rw. 03 Sei.Tuan
Hari/tanggal
: Sabtu, 23 April 2017
Waktu
: 1 jam
Penyuluh
: Perawat Agil, Perawat Rahmika, dan Perawat Mida dari Rumah Sakit Ratu Zaleha Martapura
I.
Analisa data A. Kebutuhan Peserta didik Masyarakat Rt. 09 Rw. 03 Sei Tuan mempunyai karakteristik bervariasi.berdasarkan survey yang telah dilakukan masyarakat Sei Tuan, khususnya Rt. 09 di pandang dari sudut kesehatan cukup memadai tetapi dari 80 KK terdapat 34 KK yang salah satu anggota keluarganya pernah mengalami diabetes mellitus, hal itulah yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya kejadian diabetes mellitus di RT.09, maka dari itu perlu di adakan penyuluhan. Penyuluhan dalam rangka memberikan pengetahuan kepada masyarakat yang masih belum mengetahui tentang diabetes mellitus. B. Karakteristik peserta didik Masyarakat Desa Sei. Tuan Rt.09 Rw. 03 yang rata-rata berpendidikan SMP/SMA.
II.
Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan, masyarakat Rt. 09 Rw. 03 Desa Sei Tuan 80% mampu memahami tentang penyakit Diabetes Melitus dan bisa menerapkan gaya hidup sehat baik untuk penderita Diabetes Melitus ataupun yang belum mengalaminya.
III. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 20 menit,diharapkan masyarakat Rt. 09 Rw. 03 Desa Sungai Tuan dengan diabetes mellitus mampu : a. Menjelaskan pengertian diabetes militus b. Menyebutkan macam-macam diabetes militus c. Menjelaskan gejala diabetes militus d. Menyebutkan penyebab terjadinya diabetes militus e. Menjelaskan bagaimana pencegahan diabetes militus IV. Materi (terlampir) a. Pengertian diabetes militus b. Macam-macam diabetes militus c. Gejala diabetes militus d. Penyebab diabetes militus e. Pencegahan diabetes militus V.
Metode Ceramah dan diskusi
VI.
Media Lembar balik dan Leaflet
VII. Kegiatan Penyuluhan No. Waktu
1.
Pembukaan 10 menit
2.
Inti 25 menit
3.
Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Memberikan salam Menjawab salam Perkenalan Mendengarkan dan Menjelaskan TIU dan TIK memperhatikan Menyebutkan materi yang akan diberikan Menanyakan (review) kepada Menjawab bapak-bapak dan ibu-ibu tentang pertanyaan diabetes militus menurut penyuluh pengetahuan warga Mendengarkan Menjelaskan materi tentang : dan a. Pengertian diabetes militus memperhatikan b. Macam-macam diabetes Bertanya pada militus penyuluh bila c. Gejala diabetes militus masih ada yang d. Penyebab diabetes militus belum jelas e. Pencegahan diabetes militus Evaluasi Menjawab
Penutup 25 menit
Menyimpulkan Mengucapkan salam penutup
pertanyaan Memperhatikan Menjawab salam
VIII. Evaluasi Bentuk tes Tanya jawab lisan di akhir penyuluhan yaitu : 1. Jelaskan pengertian diabetes militus 2. Sebutkan macam-macam diabetes militus 3. Jelaskan gejala-gejala diabetes militus 4. Sebutkan penyebab diabetes militus 5. Jelaskan bagaimana pencegahan diabetes militus
IX.
Referensi Mirza, Maulana. 2008. Mengenal Diabetes Militus. Yogyakarta : Katahati
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELLITUS
A. Definisi Diabetes Diabetes melitus (DM) (dari kata Yunani, diabain-ein, “tembus” atau “pancuran air”, dan kata Latin mellitus “rasa manis”) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglikemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskuler (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangrene dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila control kadar gula darah buruk. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormone insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel. Akibatnya seseorang akan kekurangan energy, sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Gula memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urine dan selalu merasa haus. Diabetes militus diartikan pula sebagai penyakit metabolisme yang termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia (lebih dari 120 mg/dl atau 120 mg %). Karena itu DM sering disebut juga dengan penyakit gula. Sekarang, penyakit gula tidak hanya dianggap sebagai gangguan metabolisme karbohidrat, tetapi juga menyangkut metabolisme protein dan lemak. Akibatnya DM sering menimbulkan komplikasi yang bersifat menahun (kronis), terutama pada struktur dan fungsi pembuluh darah. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, akan timbul komplikasi lain yang cukup fatal, seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan, aterosklerosis, bahkan sebagian tubuh bias diamputasi.
B. Macam-macam diabetes Diabetes sendiri terdiri dari dua jenis yang masing masing dapat diobati dengan cara tersendiri, yaitu : 1. Diabetes militus yang tergantung pada insulin (IDDM atau Diabetes Tipe I) Diabetes militus tipe I atau diabetes anak-anak dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. 2. Diabetes militus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM atau Diabetes Tipe II) Diabetes militus tipe II terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin” atau “berkurangnya sensitivitas terhadap insulin” (adanya defekasi respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.
C. Gejala Diabetes Melitus Gejala Diabetes Melitus mulai nampak ketika tingkat kadar gula dalam darah telah mencapai lebih dari 200 mg / dL. Hal ini dapat terjadi tiba-tiba, tetapi dalam banyak kasus gula darah tinggi berkembang selama beberapa hari. Gejala hiperglikemia ditandai meliputi 1) kelelahan yang berlebihan 2) poliuria / peningkatan buang air kecil 3) polidipsia / haus, mulut terasa kering 4) penurunan berat badan 5) polifagia / sering lapar, 6) penglihatan kabur. 7) Perasaan kebingungan 8) kerentanan terhadap infeksi tertentu
D. Penyebab Diabetes Beberapa faktor yang menyebabkan DM sebagai berikut: 1) Genetik atau faktor keturunan. Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom sex atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan
2)
3)
4)
5) 6) 7) 8)
kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya. Virus dan bakteri. Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau kerusakan sel.bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otimunitas yang menyebabkan hilang nya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM. Bahan toksik atau beracun. Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan,pyrinuron(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong. Nutrisi. Nutrisi yang berlebihan(overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebuhan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM. Kadar korikosteroid yang tinggi. Kehamilan diabetes gestasional, yang akan hilang setelah melahirkan. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
E. Mencegah Terjadinya Diabetes Diabetes tipe 2 merupakan penyebab utama dari kebutuhan pada orang dewasa, kerusakan ginjal dan amputasi non-traumatik, dan merupakan penyebab utama dari penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Orang dewasa bukan merupakan satu-satunya yang beresiko terhadap diabetes. Kondisi ini dengan cepat meningkat pada remaja yang mengidap obesitas. Munculnya penyakit jantung arteri biasanya muncul sebelum dipastikan menderita diabetes, dan mulai pada usia yang sangat muda. Sebelum berkembang menjadi diabetes tipen2, biasanya selalu menderita prediabete, yang memiliki gejala tingkat gula darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosa diabetes. Setidaknya 20 % dari populasi usia 40 hingga 74 menderita pre-diabetes. Penilaian menunjukkan beberapa kerusakan dalam jangka panjang, terutama pada jantung dan system peredaran darah selama pre-diabetes ini. Dengan pre-diabetes, anda akan memiliki resiko satu setengah kali lebih besar terkena penyakit jantung. Saat anda menderita diabetes, maka resiko naik menjadi 2 hingga 4 kali. Akan tetapi, pada beberapa orang yang memiliki pre-diabetes, kemungkinan untuk menjadi diabetes dapat ditunda atau dicegahdengan perubahan gaya hidup.
Media Penyuluhan Kesehatan
1. Leaflet
2. Flip Chart
3. Poster