BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus di kembangkan dimana belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti, 2010). Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling berpengaruh dari siklus kehidupan manusia, karena pengalaman yang terjadi pada masa ini akan menjadi dasar pada tahap berikutnya yaitu proses tumbuh kembang. Berbagai konsep dipelajari anak pada masa ini, salah satunya konsep tentang sakit dan nyeri (Wong, 2009).
Penelitian
Tarwoto
(2011)
bahwa
terapi
analgetik
yang
dikombinasi dengan teknik latihan slow deep breathing dapat menurunkan nyeri. Latihan slow deep breathing dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan mandiri. Slow deep breathing ialah salah satu bagian dari latihan relaksasi dengan teknik latihan pernapasan yang dilakukan secara sadar. Slow deep breathing merupakan relaksasi yang dilakukan secara sadar untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat Terapi relaksasi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat
1
2
mengatasi berbagai masalah, misalnya stress, ketegangan otot, nyeri, hipertensi, gangguan pernapasan, dan lain-lain Relaksasi secara umum merupakan keadaan menurunnya kognitif, fisiologi, dan perilaku (Andarmoyo, 2013).
Latihan pernapasan dengan memanfaatkan bahan yang murah dapat diterapkan dengan mudah di klinik. Slow deep breathing melalui penggunaan tiupan gelembung dapat diterapkan pada anak usia 3 sampai 7 tahun. Slow deep breathing dengan meniup difasilitasi dengan mengalihkan mainan dan kegiatan. Instruksikan anak untuk mengambil napas dalam dan meniup keluar perlahan-lahan. Untuk membantu memudahkan slow deep breathing pada anak-anak dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu misalnya gelembung, baling-baling dan balon (Taddio, 2009).
Penelitian tentang manfaat slow deep breathing dengan bermain meniup baling-baling untuk menurunkan nyeri pada anak belum banyak dikembangkan oleh perawat di masyarakat. Berdasarkan hasil observasi dilapangan yang penulis lakukan ditemukan bahwa perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada anak yang dilakukan penyuntikan anestesi sirkumsisi yang mengalami nyeri umumnya memberikan terapi farmakologik berupa analgesik dan tidak pernah melakukan terapi komplementer seperti terapi slow deep breathing dengan bermain meniup
3
baling-baling yang dapat menurunkan nyeri yang dialami pasien. Salah satu nyeri yang dapat dirasakan pada anak adalah ketika akan dilakukan penyuntikan anastesi sirkumsisi (Wahyuni H, 2015).
Sirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah “sunat” atau “supit”, adalah operasi pengangkatan sebagian, atau semua dari kulup (preputium) penis (WHO, 2009). Prosedur ini biasanya dilakukan untuk alasan agama, kebersihan, ataupun kosmetik. Sirkumsisi juga dapat mengurangi masalah yang timbul dari kondisi medis tertentu, seperti phimosis. Secara medis, dikatakan bahwa sirkumsisi sangat menguntungkan bagi kesehatan. Banyak manfaat dari sirkumsisi yang diidentifikasi untuk mencegah infeksi saluran kemih, membuat penis menjadi bersih, penularan HIV, serta mengurangi resiko terkena karsinoma penis (Blank, 2012).
Secara medis tidak ada batasan umur untuk dilakukan sirkumsisi, biasanya sirkumsisi dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Di Indonesia usia yang paling sering mulai dilakukan sirkumsisi adalah usia 5 sampai 12 tahun. Sebab, pada usia tersebut biasanya ukuran penis dan kesiapan emosional menjadi pertimbangan. Selain itu, anak umumnya belum ereksi sehingga, risiko perdarahannya akan minimal. Pada proses sebeluma dilakukannya sirkumsisi terlebih dahulu anak akan dilakukan penyuntikan disekitar alat kelamin untuk mengontrol respon nyeri ketika dilakukan
4
sirkumsisi (Chairns, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Asuhan keperawatan anak yang akan dilakukan penyuntikan anastesi sirkumsisi dalam pemberian Terapi Slow Deph Breathing (Meniup baling-baling) di Kota Semarang
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran aplikasi slow deep breathing pada anak terhadap nyeri penyuntikan anastesi sirkumsisi dengan pendekatan asuhan keperawatan?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Mengaplikasikan tindakan Terapi Slow Deep Breathing (Meniup baling-baling) untuk menurunkan rasa nyeri yang dirasakan anak ketika akan dilakukan penyuntikan anastesi sirkumsisi di Kota Semarang 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan 1) Pengakajian (Assesment) 2) Masalah keperawatan yang ditemukan 3) Perencanaan untuk memecahkan masalah yan ditemukan 4) Tindakan dan penilaian outcome penerapan EBNP
5
b. Menggambarkan perbedaan nyeri sebelum dan setelah perlakukan tindakan slow deep breathing (Meniup baling-baling) c. Membahas kesenjangan antara teori dengan kondisi riil mengenai kasus nyeri anak ketika akan dilakukan penyuntikan anastesi sirkumsisi dalam pemberian tindakan Terapi Slow Deph Breathing (Meniup baling-baling) .
D. Manfaat penelitian 1. Bagi pasien Adanya pemberian asuhan keperawatan pada Anak akan dilakukan penyuntikan anastesi sirkumsisi Hipertensi dalam pemberian tindakan Terapi Slow Deph Breathing (Meniup baling-baling) dapat membantu pasien untuk mengontrol atau mengurangi nyeri yang dirasakan dan menambah ilmu pengetahuan pada pasien. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak pelayanan kesehatan di Semarang terutama untuk perawat bahwa perawat harus melakukan perannya sebagai health educator, promote healthdan
preventive
illness
khususnya
pemberian
asuhan
keperawatan anak yang akan dilakukan penyuntikan anastesi sirkumsisi dengan pemberian tindakan Terapi Slow Deph Breathing (Meniup baling-baling). 3. Bagi Institusi Pendidikan
6
Memberikan informasi mengenai pemberian tindakan Terapi Slow Deph Breathing (Meniup baling-baling) dapat menurunkan nyeri pasien anak ketika akan dilakukan penyuntikan anastesi sirkumsisi dan pentingnya pelaksanaan pada pasien. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif sebagai tambahan referensi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan.