KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya serta usaha yang dilakukan, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan ACS STEMI di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati”. Telah banyak bantuan yang diberikan kepada kami baik dalam bentuk moril maupun materil. Tanpa bantuan tersebut, makalah ini tidak dapat diwujudkan. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik. Rasa terima kasih kami sampaikan terutama kepada: 1. Bapak Mutarobin,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Sp.Kep.MB
selaku Koordinator
Mata Praktik Klinik Keperawatan Kardiovaskular. 2.
Ibu Kartikaningtyas Kusumastuti, S. Kep.,Ners sebagai dosen pembimbing kelompok 9.
3.
Ibu Ns. Masitho, S.Kep selaku CI Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati.
4.
Teman-teman yang telah memberi motivasi serta saling mendukung kami. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik kepada semua pihak yang
telah disebutkan di atas. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dengan harapan bahwa karya tulis ini akan menjadi semakin baik. Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan memperluas wawasan kita semua. Atas segala perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Jakarta,
Februari 2109
1
Kelompok DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................
i
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ...........................................................................
3
1. Tujuan Umum ......................................................................
3
2. Tujuan Khusus .....................................................................
3
C. Manfaat Penulisan .........................................................................
4
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar STEMI ...................................................................
5
1. Definisi ................................................................................
5
2. Etiologi ................................................................................
5
3. Manifestasi Klinis ................................................................
6
4. Patofisiologi .........................................................................
7
5. Pathway ...............................................................................
8
6. Pemeriksaan Penunjang .......................................................
9
7. Penatalaksanaan Medis ........................................................
10
8. Penatalaksanaan Keperawatan ............................................
11
B. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................
12
1. Pengkajian ...........................................................................
12
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................
15
3. Intervensi Keperawatan .......................................................
15
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan ...............................................................
23
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................
26
C. Perencanaan Keperawatan ............................................................
27 2
D. Implementasi Keperawatan ...........................................................
29
E. Evaluasi .........................................................................................
30
BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan ...............................................................
32
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................
35
C. Perencanaan Keperawatan ............................................................
39
D. Implementasi Keperawatan ...........................................................
41
E. Evaluasi .........................................................................................
42
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................
45
B. Saran .............................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acute Coronary Sindrome (ACS) / sindrom koroner akut (SKA) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular akibat kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard yang menyebabkan infark atau nekrosis otot jantung (Udjianti, 2011). Acute Coronary Sindrome (ACS) terdiri dari Unstable Angina Pectoris (UAP) serta Infark Miokardium Akut (IMA) seperti Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI) dan ST Elevation Myiocardial Infract (STEMI) (PERKI, 2015) Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling mematikan di dunia. Data The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukkan kematian di dunia yang disebabkan oleh penyakit terkait dengan jantung dan pembuluh darah pada 2016 mencapai 17,7 juta jiwa atau sekitar 32,26% total kematian di dunia. Sebagian besar atau 63% kematian akibat penyakit kardiovaskular merupakan penderita dengan usia di atas 70 tahun, 29,13% berusia 50-69 tahun, dan 7,61% berusia 15-49 tahun. Penyebab kematian terbesar kedua di dunia kanker (16,32%), diikuti oleh penyakit respiratori (6,48%) dan diabetes (5,83%) (katadata, 2018). Prevalensi penderita penyakit jantung menurut diagnosis dokter pada semua umur di Indonesia sebesar 1,5%. Dari 34 provinsi di Indonesia, DKI Jarkarta menempati urutan ke-5 setelah Sulawesi Tengah, DIY, Gorontalo dan Kalimantan Utara pada peringkat pertama sebesar 2,2%. Menurut data Riskesdas (2018) prevalensi penyakit jantung (Diagnosis dokter) menurut karakteristiknya masyarakat diperkotaan lebih banyak menderita penyakit jantung sebanyak 1,6% dan untuk masyarakat pedesaan sebanyak 1,3%. Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 1,6% perempuan menderita penyakit jantung sedangkan pada laki-laki lebih rendah sebanyak 1,3% (RISKESDAS, 2018). Dari data di ruangan High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat lantai 1 didapatkan jumlah pasien yang masuk sebanyak 2.519 orang sejak tanggal 30 Juli 2018 sampai 22 Februari 2019. Dari data diatas 4
pasien yang di diagnosa ACS sebanyak 158 orang dengan pasien yang di diagnosa STEMI sendiri terdapat 100 orang. Dampak yang dirasakan pada penderita ACS adalah rasa sakit atau rasa tidak nyaman yang berlangsung selama 20 menit atau lebih. Nyeri digambarkan seperti diikat, seperti terbakar, rasa berat, atau sensasi seperti diperas atau diremas, biasanya di dada bagian tengah atau epigastrium, keluhan ini dapat menjalar sampai ke punggung, lengan, bahu, leher atau rahang. Rasa tidak nyaman dapat disertai dengan dispnea, kelemahan, diaforesis atau ansietas. Pada pasien lansia dapat mengalami sesak, pusing, edema paru, dan perubahan status mental (Jones dan Fix, 2009). Gangguan kebutuhan dasar pada pasien STEMI akan menimbulkan masalah keperawatan, seperti gangguan kebutuhan aktivitas dan juga sesak napas yang diakibatkan penurunan curah jantung, serta gangguan kenyamanan pasien. Sehingga perlu dilakukan penatalaknasanaan pasien yang lebih baik seperti terapi modalitas mencakup medikasi, penatalaksanaan cairan, perubahan diet, modifikasi gaya hidup dan pemantauan tindak lanjut yang
intensif. Pendidikan pasien dan kepatuhan
merupakan aspek penting untuk hasil yang lebih baik (Black & Hawks, 2014) Upaya yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien STEMI meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu peran yang paling utama adalah peran promotif melalui edukasi, peran ini dapat merubah gaya hidup dan mengontrol kebiasaan klien untuk menghindari faktor risiko. Dengan edukasi semakin banyak klien yang mengerti bagaimana cara mengubah perilaku sehingga mereka mampu melakukan pengobatan dan perawatan mandirinya. Kerjasama antara perawat dan klien dalam mengatasi masalah dapat dicapai dengan perawatan yang baik (Perry & Potter, 2010). Berasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan”.
5
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan konsep medis STEMI dan konsep asuhan keperawatan pada penderita STEMI. b. Menggambarkan hasil 1) Pengkajian pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. 2) Penetapan diagnosa keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. 3) Perencanaan keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. 4) Implementasi keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. 5) Evaluasi keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. c. Membahas kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
6
C. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Hasil dari pengambilan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi serta sebagai referensi dalam menambah pengetahuan berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan pada klien yang mengalami STEMI. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelaksanaan proses belajar mengajar terutama pada keperawatan kardiovaskuler dan khususnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami STEMI.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar STEMI 1. Definisi STEMI adalah sindrom klinis yang didefinisikan sebagai gejala iskemik miochard khas yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi segmen ST dan diikuti pelepasan biomarker netrosis miokard (Setiati, dkk 2014). STEMI adalah terjadinya kerusakan otot jantung secara permanen, mengakibatkan pembuluh darah koroner tersumbat secara total. Sehingga alirah darah benar-benar terhenti dan otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen (Udjianti, 2011). Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI), umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak anterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini diakibatkan oleh adanya injuri yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Nurarif, 2015). 2. Etiologi a. Faktor penyebab 1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor: a) Faktor pembuluh darah: Aterosklerosis, spasme, Arteritis. b) Faktor sirkulasi: Hipertensi, Stenosis aorta, Insukisiensi. c) Faktor darah: Anemi
8
d) a, Hipoksemia, Polisitemia 2) Curah jantung yang meningkat: a) Aktivitas yang berlebihan b) Emosi c) Makan terlalu banyak d) Hypertiroidsme. 3) Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada: a) Kerusakan miokard b) Hypertropi miokard c) Hypertensi diastolik. b. Faktor predisposisi 1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah: a) Usia lebih dari 40 tahun b) Jenis kelamin insiden pada pria tinggi, sedangkan pada usia wanita setelah menopause. c) Hereditas d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam 2) Faktor risiko yang dapat diubah:
9
a) Mayor : Hyperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kalori b) Minor : Inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan (Nurarif, 2015).
3. Manifestasi Klinis a. Nyeri dada tipikal (spesifik angina pectoris) >20 menit b. EKG: ST Segmen Elevasi dan gelombang T meninggi/menurun c. Kenaikan enzim otot jantung minimal 2x nilai normal (CKMB, Troponim T, Mioglobin) d. Mual dan muntah e. Kelemahan, TD meningkat, Cemas/khawatir/keringat dingin. f. Edema perifer g. Takipnea/ dispena (PERKI, 2015).
4. Patofisiologi STEMI
umumnya
terjadi
jika
aliran
darah
koroner
menurun
secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena perkembangannya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri coroner terjadi secara cepat pada lokasi injury vaskular, dimana injury ini di cetuskan oleh faktor-faktor
10
seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak arterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrouscap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium sampai epikardium, disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial, disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan, infark sudah dapat terjadi pada subendokardium, dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit, proses remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi (Setiati, 2014).
11
5. PATHWAY
12
6. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung : 1) CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-5 hari). 2) CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali normal pada 48-72 jam 3) Troponin T dan I : kadar troponin pada penderita iskemia miokard meningkat dalam 3-12 jam setelah awal timbulnya nyeri dada, mencapai puncak pada 24-48 jam, dan kembali ke nilai normal dalam 5-14 hari. 13
b. Elektrokardiogram (EKG) Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung. Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan PJK. c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean) Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain. d. Echocardiography (Ekokardiografi) Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi jantung. e. Angiografi korener (CAG) Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan di arteri koroner. f. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT) CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh. Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan
14
gelombang radio-frekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan tampilan penampang (irisan) tubuh. g. Radionuclear Medicine Dengan menggunakan radio aktif dimasukan ke dalam tubuh pasien, kemudian dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron, sehingga pola tampilan yang terjadi berdasarkan pola organ yang memancarkan sinar gamma. (Kabo, 2008). 7. Penatalaksanaan Medis a. Nitrogliserin (NTG) NTG sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 2 dosis dengan interval 5 menit. NTG dapat menurunkan kebutuhan O2 miokard dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai O2 miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang terkena infeksi pembuluh . NTG Intravena juga digunakan untuk mengendalikan hipertensi dan edema paru. Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan TD sistolik <90 mmhg, pasien dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior Pada EKG, JVP meningkat) b. Morfin Dengan dosis 2-4mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merangsang analgesik dalam tatalaksana pada STEMI. 1) Efek samping yang perlu diwaspadai adalah kontraksi vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri . 2) Efek Vagotonik menyebabkan bradikardia/blok derajat tingi jantung, terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dan pemberian atropine 0,5mg iv. c. Aspirin 15
Inhibisi cepat sikooksigenasi trombosit yang dilarutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin dengan dosis 100-325 mg diruang emergenci. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75102mg. d. Penyekat beta Metroprolol 5mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60 menit TD sistolik >100 mmhg. Internal PR<0,24 detik dan ronkhi tidak lebih dari 10 cm diagfragma 15 menit setelah dosis iv terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50mg tiap 6 jam selama 48 jam dan dilanjutkan 100mg tiap 12 jam. e. Percutaneous coronary intervention (PCI) Suatu intervensi atau tindakan non bedah untuk membuka/dilatasi/ melebarkan arteri koroner yang mengalami penyempitan agar aliran darah dapat kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011).
8. Penatalaksanaan Keperawatan a. Istirahatkan, berikan posisi semifouleri fowler, berikan lingkungan tenang. b. Ukur TTV, kaki nyeri c. Beri oksigen selama 6 jam pertama d. Pengambilan darah untuk sample pemeriksaan laboratorium e. Aturkan teknik relaksasi nafas dalam f. Pantau cairan (Smeltzer, 2006)
16
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat Keperawatan: 1) Keluhan: serangan nyeri dada seperti rasa tertekan, berat, atau seperti diremas yang timbul secara mendadak atau hilang timbul (residif). Nyeri di anterior, prekordial, atau substernal yang menjalar ke lengan, wajah, rahang, leher, punggung, dan epigastrium. Nyeri tidak berkurag walaupun klien istirahat, mengubah posisi atau menarik napas dalam (mengatur napas). Kadang tidak terasa nyeri atau nyeri tidak hebat yang disertai pingsan tiba-tiba pada klien dengan diabetes melitus tidak terkontrol; disertai gejala penyakit lain seperti gagal jantung atau CHF, trombosis otak dan syok yang tidak diketahui penyebabnya. 2) Dapatkan tanda-tanda disritmia, hipotensi, syok, mual, muntah, atau gagal jantung. 3) Klien menunjukkan gejala dan tanda lain seperti fever, dispnea, pucat, diaforesis, paroxysmal nocturnal dsypnea (PND) 4) Klien tidur memakai bantal lebih dari 1 buah 5) Keadaan lain yang memberikan gambaran adanya faktor presipitasi atau nyeri hebat oleh karena penyakit non jantung yang juga menimbulkan nyeri dada. 6) Pekerjaan guna mendapatkan gambaran tentang tingkat tres baik fisik maupun psikis klien terutama aktivitas yang berlebihan. 7) Catat aktivitas-aktivitas atau hobi klien yang dapat mengurangi ketegangan. 8) Asupan makanan atau minuman: lemak jenuh, gula, garam, kafein, alkohol, cairan. 9) Pola eliminasi: oliguria mengindikasikan retensi cairan (congestive heart failure) atau konstipasi. 17
10) Kebiasaan merokok: cara, jumlah (batang perhari), dan jangka waktu merokok. 11) Keluhan nyeri verbal dan non-verbal: cemas, gemetar, tampak lelah, serta posisi tubuh atau grimace. 12) Riwayat penyakit sebelumnya yang menunjang infark miokard: hipertensi, angina, disritmia, kerusakan katup, bedah jantung, diabetes melitus dan trombosis. 13) Riwayat medikasi: toleransi, ketergantungan, alergi, dan jenis obat yang didapat saat ini. 14) Riwayat insomnia, kecemasan, kegelisahan, rasa takut kronis, dan tipe kepribadian. 15) Riwayat penyakit keluarga: hipertensi, stroke, diabetes melitus, penyakit jantung dan penyakit vaskular. b. Pemeriksaan Fisik 1) Tinggi badan, berat badan, letargi, warna kulit, edema dan temperatur. 2) Respirasi: pola pernapasan, frekuensi, adanya suara napas abnormal, seperti rales, ronkhi, wheezing. 3) Bunyi jantung (BJ1, BJ2, BJ3/BJ4 atau irama Gallop’s), bising, friction rub, disritmia, lokasi apeks, tekanan darah, distensi vena jugular dan denyut nadi perifer. 4) Cek toleransi klien terhadap aktivitas, hepatojugular refluks, serta clubbing fingers. 5) Kulit pucat, sianosis, dingin, lembab, berkeringat, atau diaforesis. c. Studi Diagnosis 1) Sel darah putih: leukositosis (10.000-20.000 mm³) muncul hari kedua setelah serangan infark karena inflamasi. 2) Sedimentasi meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang menunjukkan adanya inflamai. 3) Kardiak iso-enzim: menunjukkan pola kerusakan khas, untuk membedakan kerusakan otot jantung dengan otot lain: a) CPK (Creatinin Phospokinase) >50 u/L.
18
b) CK-KMB (Creatinin Kinase- MB) >10 u/L. c) LDH (Lactate Dehydrogenase) > 240 u/L. d) SGOT ( Serum Glutamic Oxalo Transaminase) > 18 u/L. e) Cardiac Troponin: positif. 4) Tes fungsi gijal: peningkatan kadan BUN ( Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin karena penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerulo filtrasi rate/ GFR) terjadi akibat penurunan curah jantung. 5) Analisa Gas Darah (Blood Gas Analysis, BGA): menilai oksigenasi jaringan (hipoksia) dan perubahan keseimbangan asam basa darah. 6) Kadar Elektrolit: menilai abnormalitas kadar natrium, kalium atau kalsium yang membahayakan kontraksi otot jantung. 7) Peningkatan
kadar
serum
kolesterol
atau
trigliserida:
dapat
meningkatkan risiko arteriosklerosis (Coronary Artery Disease). 8) Kultur
darah:
mengesampingkan
septikemia
yang
mungkin
menyerang otot jantung. 9) Level obat: menilai derajat toksisitas obat tertentu (seperti digoxin). 10) EKG. a) Segmen ST elevasi abnormal menunjukkan adanya injuri miokard. b) Gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya iskemia miokard. c) Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard 11) Radiologi a) Thorax rontgen: menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena gagal jantung kongestif. b) Echocardiogram: menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan fungsi katup jantung. c) Radioactive isotope: menilai area iskemia serta nonperfusi koroner dan miokard.
19
2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard b. Penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
irama
jantung
strokevolume, pre load dan afterload, kontraktiltas jantung. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas. d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi. (Herdman, 2012).
3. Intervensi keperawatan Intervensi pada pasien dengan STEMI menurut Diagnosa Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Nyeri akut
Hasil NOC :
berhubungan dengan:Pain Level, control, fort level
NIC : Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi,
Setelah dilakukan
secara komprehensif termasuk
kimia, fisik,
tinfakan keperawatan
lokasi, karakteristik, durasi,
psikologis), kerusakan
selama …. Pasien tidak
frekuensi, kualitas dan faktor
jaringan miokard
mengalami nyeri,
presipitasi
dengan kriteria hasil: DS: - Laporan secara verbal
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Bantu pasien dan keluarga
DO:
nyeri, mampu
untuk
Posisi untuk
menggunakan tehnik
menemukan dukungan
menahan nyeri
nonfarmakologi untuk
Kontrol
mencari
dan
lingkungan
20
yang
Tingkah laku
mengurangi nyeri,
dapat
berhati-hati
mencari bantuan)
seperti
Gangguan tidur
Melaporkan bahwa
mempengaruhi suhu
nyeri
ruangan,
pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi
(mata sayu, tampak
nyeri berkurang
capek, sulit atau
dengan menggunakan
gerakan kacau,
manajemen nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
Mampu mengenali
untuk menentukan intervensi
menyeringai) Terfokus pada diri sendiri Fokus menyempit (penurunan persepsi
nyeri (skala,
farmakologi:
dan tanda nyeri)
relaksasi, distraksi, kompres
proses berpikir,
berkurang
lingkungan) Tingkah laku
Tanda vital dalam rentang normal Tidak mengalami gangguan tidur
napas
dala,
hangat/ dingin
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
dengan orang dan
Ajarkan tentang teknik non
intensitas, frekuensi
waktu, kerusakan penurunan interaksi
nyeri
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri: ……... Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama
nyeri
akan
distraksi, contoh :
berkurang
dan
antisipasi
jalan-jalan,
ketidaknyamanan
dari
menemui orang lain
prosedur
dan/atau aktivitas,
Monitor vital sign sebelum
aktivitas berulang-
dan
sesudah
pemberian
ulang)
analgesik pertama kali
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) Perubahan autonomic dalam 21
tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) Perubahan dalam nafsu makan dan minum Diagnosa Keperawatan/
Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Hasil
Masalah Kolaborasi Penurunan curah
NOC :
jantung b/d gangguan
o Cardiac Pump
irama jantung, stroke
effectiveness
NIC : Evaluasi adanya nyeri dada Catat adanya disritmia jantung Catat adanya tanda dan gejala
volume, pre load dan
o
afterload, kontraktilitas
o Vital Sign Status
penurunan cardiac putput
jantung.
o Tissue perfusion:
Monitor status pernafasan
DO/DS: Aritmia, takikardia,
Circulation Status
perifer Setelah dilakukan
yang menandakan gagal jantung
asuhan selama………
Monitor balance cairan
Palpitasi, oedem
penurunan kardiak
Monitor respon pasien
Distensi vena
output klien teratasi
terhadap efek pengobatan
jugularis
dengan kriteria hasil:
antiaritmia
Kulit dingin dan
Tanda Vital dalam
bradikardia
lembab
rentang normal
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
22
Penurunan denyut nadi perifer
(Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Oliguria, kaplari
Dapat mentoleransi
refill lambat
aktivitas, tidak ada
Nafas pendek/ sesak nafas Perubahan warna kulit
kelelahan Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Batuk, bunyi jantung Tidak ada penurunan S3/S4 Kecemasan
kesadaran AGD dalam batas normal Tidak ada distensi vena leher Warna kulit normal
kelelahaN Monitor toleransi aktivitas pasien Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu Anjurkan untuk menurunkan stress Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
23
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen Sediakan informasi untuk mengurangi stress Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer Minimalkan stress lingkungan Diagnosa
Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Intoleransi aktivitas
Hasil NOC :
Berhubungan dengan : Self Care : ADLs
NIC : Observasi adanya pembatasan
ketidakseimbangan
Toleransi aktivitas
klien dalam melakukan
antara suplai dan
Konservasi eneergi
aktivitas
kebutuhan oksigen.
Setelah dilakukan
DS:
tindakan keperawatan
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber
Melaporkan
selama …. Pasien
secara verbal
bertoleransi terhadap
adanya
aktivitas dengan
Monitor pasien akan adanya
kelelahan atau
Kriteria Hasil :
kelelahan fisik dan emosi
kelemah
Berpartisipasi dalam
secara berlebihan
energi yang adekuat
Adanya dyspneu
aktivitas fisik tanpa
Monitor respon kardivaskuler
atau
disertai peningkatan
terhadap aktivitas (takikardi,
ketidaknyamana
tekanan darah, nadi
disritmia, sesak nafas,
24
n saat beraktivitas. DO :
Mampu melakukan aktivitas sehari hari
Respon
(ADLs) secara
abnormal dari
mandiri
tekanan darah
Keseimbangan
diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
atau nadi
aktivitas dan
merencanakan progran terapi
terhadap
istirahat
yang tepat.
aktifitas
dan RR
Bantu klien untuk
Perubahan ECG
mengidentifikasi aktivitas
: aritmia,
yang mampu dilakukan
iskemia
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, kruk Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
25
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Diagnosa Keperawatan/
Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Gangguan Pertukaran NOC:
Hasil NIC:
gas
Respiratory Status : Gas Posisikan
Berhubungan dengan:
exchange
ketidakseimbangan
Keseimbangan asam
Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi,
Basa, Elektrolit
Lakukan fisioterapi dada jika
perubahan, membran
Respiratory Status :
kapiler-alveolar
ventilationVital Sign
DS:
Status
sakit kepala ketika
Setelah dilakukan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat
bangun
tindakan keperawatan
Dyspneu
selama …. Gangguan
Berikan bronkodilator
Gangguan
pertukaran pasien
Barikan pelembab udara
teratasi dengan kriteria
Atur
penglihatan DO:
hasi:
adanya suara tambahan
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
Penurunan CO2
Takikardi
kan
Hiperkapnia
ventilasi
Keletihan
oksigenasi
Mendemonstrasi
adekuat
keseimbangan.
peningkatan Monitor respirasi dan status dan
O2
yang Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
26
Iritabilitas
Hypoxia
kebersihan paru paru
kebingungan
dan bebas dari tanda Monitor suara nafas, seperti
sianosis
tanda
warna kulit
pernafasan
Memelihara
distress
tambahan,
retraksi
otot
supraclavicular dan intercostal dengkur Monitor
pola
nafas
:
abnormal (pucat,
Mendemonstrasi
bradipena,
takipenia,
kehitaman)
kan batuk efektif dan
kussmaul,
hiperventilasi,
Hipoksemia
suara
cheyne stokes, biot.
AGD abnormal
bersih,
pH arteri abnormal
sianosis dan dyspneu
area penurunan / tidak adanya
(mampu
ventilasi dan suara tambahan
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
nafas
yang
ada Auskultasi suara nafas, catat
tidak
Monitor TTV, AGD, elektrolit
mengeluarkan
dan ststus mental
sputum,
mampu
bernafas
dengan Observasi sianosis khususnya
mudah,
tidak
ada
membran mukosa Jelaskan
pursed lips)
pada
pasien
dan
tanda
keluarga
tentang
persiapan
vital dalam rentang
tindakan
dan
tujuan
normal
penggunaan
alat
tambahan
Tanda
AGD
dalam
batas normal
Status
neurologis dalam
(O2, Suction, Inhalasi) Auskultasi
bunyi
jantung,
jumlah, irama dan denyut jantung
batas normal
27
BAB III TINJAUAN KASUS
Pada
bab
ini
penulis
akan
menguraikan
pelaksanaan
“Asuhan
Keperawatan Tn. N yang mengalami ACS (Acute Coronary syndrome) STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) Late Onset di Ruang HCU lantai 1 RSUP Fatmawati. Asuhan keperawatan dilakukan selama 5 hari mulai tanggal 18 sampai 22 Februari 2019 yang disusun berdasarkan tahapan proses keperawatan meliputi: Pengkajian Keperawatan, Perumusan Masalah Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, Evaluasi Keperawatan. A. Pengkajian Keperawatan Nama Tn. N, usia 53 tahun, Agama Islam, nomor RM 01671110, Klien memiliki 4 orang anak, klien tinggal istri dan ketiga anaknya (2 laki – laki, dan 1 perempuan) karena satu lagi sudah menikah dan berbeda rumah, pekerjaan klien adalah pegawai swasta dan alamat rumah klien di Peninggaran Cipulir Rt.001/010 Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Klien masuk melalui IGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak hari jum’at saat bekerja pada tanggal 17 Februari 2019. Nyeri memberat saat jam 03.00 pagi hari disertai keringat dingin, dada berdebar – debar dan sesak napas. Saat dikaji tanggal 18 Februari 2019, klien mengatakan sudah tidak terasa nyeri dada, namun jika terlalu banyak berbicara merasa sesak nafas, klien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Klien mengatakan memiliki keturunan Hipertensi dan Penyakit jantung dari sang Ibu. Klien mengatakan tidak mengomsumsi obat atau supl emen apapun sebelum dirawat di rumah sakit. Pada pengkajian Kardiovaskular, oksigenasi pasien mengalami batuk produktif, bersih, dan terdapat sesak. Pada inspeksi RR pasien 21x/menit, pengembangan dada simetris, dan tidak ada oto bantu pernapasan. Saat di palpasi taktil fremitus kanan dan kiri normal (positif), perkusi resonance 28
terdapat di ICS 1-5, Flat di sternum, dullness di ICS 6, dan timpani di abdomen. Auskultasi terrdengar suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru. Pada pemeriksaan penunjang, hasil foto thorax yaitu edema paru dan elongasi aorta. Hasil interpretasi EKG pada tanggal 17 februari 2019 adalah irama reguler, frekuensi 68 x/menit, gelombang P diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead, PR interval: 0,20 detik, QRS 0,08 detik, aksis Lead I +1 & AvF + 5 aksis Normal, tidak ada ST Depresi, ST Elevasi pada Lead II, III, AvF, V2-V5, T Inverted : V1 – V6, Q patologis pada V1-V4, Kesan Sinus rythm dengan small injury dan injury pada pada inferior serta infark pada anteroseptal. Hasil interpretasi EKG pada tanggal 18 Februari 2019 adalah irama reguler, frekuensi 75 x/menit, gelombang P diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead, PR interval 0,20 detik, QRS 0,08 detik, Aksis Lead I +1 AvF+3, aksis normal, tidak ada ST Depresi, ST Elevasi pada Lead I, II, III, AvF, AvL, V2-V5, T Inverted V1-V5, Q patologis V1-V4, kesan sinus rythm dengan injury pada inferior, anterior, dan lateral serta infark pada anteroseptal. Pada pengkajian sirkulasi, TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC t, irama reguler, nadi teraba kuat, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, akral hangat, CRT 3detik, JVP 5+2 cmH2O, bunyi jantung s1-s2 normal. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 17 Februari 2019, Enzim jantung 1159 (Nilai normal <=175 U/l), CK-MB 242 (Nilai Normal 7 – 25 U/l), Troponin i 7,50 (Nilai Normal <0.02 ng/mL), Hematokrit 4,91 (Nilai Normal 4.40-5.90 juta/uL), Hemoglobin 12,7 (Nilai Normal 13,2 – 17,3 g/dL), Leukosit 44 (Nilai Normal 33 – 45 %), Protombin Time (PT) 17,3 (Nilai Normal 5-10 ribu/uL). Pada nutrisi klien, TB : 168 cm, BB : 63 kg, IMT : 22.5 (normal), klien mengalami gangguan nafsu makan saat nyeri dada timbul, saat nyeri dada hilang, pasien hanya mau makan 3-4 sendok makan saja. Sebelum sakit, klien
29
makan sehari 3x sebanyak 1 porsi dengan karbohidrat, sayur, dan buah kadang – kadang, klien tidak mengonsumsi suplemen, merokok sebanyak 12 batang/hari, kopi hitam 2 gelas perhari, teh, konsumsi garam, dan gula hanya terkadang. Selama sakit, Klien mendapat diit lunak (diit jantung) 1500 kal diberikan 3x sehari dan setiap makan hanya habis ½ porsi saja. Klien mendapatkan makanan selingan yaitu bubur kacang hijau. Pada pemeriksaan inspeksi, abdomen klien normal, saat asukultasi RUQ LUQ RLQ LLQ Normal, perkusi, dan palpasi abdomen klien normal. Pada pemeriksaan Lab, Hasil Hemoglobin 12,7 (Nilai normal 13,2 – 17,3 g/dL), Hematokrit 44% (Nilai normal 40% - 50 %), SGOT 104 (Nilai normal 0 – 34 U/l). Pengkajian
pola eliminasi BAK klien tidak ada keluhan. Sebelum
sakit, frekuensi BAK klien 4-5x/hari ±800 cc, saat sakit 4-5x/hari ±1050cc. Warna urin kuning dan terdapat penggunaan obat diuretik yaitu furosemid 20 mg/12 jam via IV Pola eliminasi BAB klien tidak ada keluhan. Sebelum sakit, klien BAB 1x/hari, dan saat sakit juga 1x/hari warna kuning, klien tidak emnggunakan obat pencahar sebelum maupun saat skait. Hasil pemeriksaan lab kreatinin serum 30 (nilai normal 20 – 40 mg/dL), kalsium 107 (Nilai normal 95 – 108 mmol. Pada pengkajian istirahat dan aktivitas pasien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri, rentang gerak kepala, bahu, ekstremitas atas, dan ekstremitas abwah klien mampu melakukan secara penuh, kekuatan otot 5555 5555 5555 5555 Klien mengeluh sulit tidur pada malah hari karena dadanya nyeri, dan sakit saat inspirasi, klien mengatakan baru bisa tidur saat pukul 7 pagi. Kebiasaan tidur klien sebelum sakit dari jam 12 sampai jam 6 pagi. Pengkajian proteksi dan perlindungan suhu tubuh klien 36,7⁰C, klien dilaukan pemasanga infus ditangan kiri dengan NaCL/12 jam.
30
Pengkajian sensori nyeri P : Tiba-tiba saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Dada sebelah kiri, menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 5 (numerik), T : 25 menit, hilang timbul (terutama pada malam hari). Pengkajian Cairan dan Elektrolit input pasien 1500cc, output pasien 1645 cc, Balance pasien -145cc. Turgor kulit <1 detik, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada edema. B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan yang teelah dilakukan kelompok pada Tn. N tanggal 18 februari 2019, kelompok mengangkat tida diagnosa yatiu: Diagnosa pertama:
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload ditandai dengan data subjektif : Klien mengatakan sesak (dyspnea) lebih sering saat malam hari. Klien mengatakan saat sesak timbul lebih nyaman dengan posisi duduk. Klien mengeluh lelah setelah banyak berbicara Data objektif : TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Nadi perifer teraba lemah dan cepat, CRT 3 detik, Tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L). Diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (Sindrom Koroner Akut) ditandai dengan data subjektif : Klien mengatakan nyeri dada 3 hari SMRS, P : Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 5, T : 25 menit, hilang timbul terutama pada malam hari, klien mengatakan semalam sulit tidur, klien mengatakan nafsu makan berubah. Data objektif : klien tampak meringis, TTV = TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Klien tampak bingung ketika ditanya, Tampak gelisah
31
Diagnosa
ketiga
:
Intoleransi
Aktivitas
berhubungan
ketidakseimbangan Antara Suplai dan kebutuhan Oksigen ditandai dengan data subjektif : klien mengeluh lelah, klien mengeluh sesak saat banyak berbicara, klien merasa lemah. Data objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, 84x/menit menjadi 110x/menit setelah 10 menit berbincang, tekanan darah saat istirahat 122/80 mmHg, saat setelah berbicara 165/100 mmHg.
C. Perencanaan Keperawatan Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 Februari 2019 ada beberapa masalah keperawatan yang muncul pada Tn. N. Dari masalah yang muncul tersebut kami menyusun beberapa intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah tersebut. Masalah keperawatan yang pertama adalah Penurunan Curah Jantung. Tujuan dan kriteria hasil yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Penurunan Curah Jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam dengan kriteria hasil TTV dalam rentang normal, TD : 110 – 130 /70 – 90 mmHg, N : 60 – 100 X/menit, RR : 20 – 24 X/menit, Tidak ada disritmia, Penurunan dispnea, tidak ada penurunan kesadaran, haluaran urine adekuat. rencana keperawatan untuk mengatasi masalah Penurunan Curah Jantung adalah Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan) (rasional : Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK), Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur (rasional : Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat. S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi.
32
Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar), Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah (rasional : Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia), Kaji ulang EKG (rasional : Menunjukkan perbaikan/ kemnajuan infark fungsi ventrikel terutama pada gambar ST menunjukkan kestabilan), Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien (rasional : Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia), Auskultasi bunyi nafas (rasional : Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard), melakukan kolaborasi pemberian obat Clopidogrel 1x75mg via oral, simvastatin 1x20mg via oral, ramipril 1x2 mg via oral, spironolakton 1x20mg via oral, lovenox 2x0,2mg via subkutan, furosemide 2x20mg via Intravena (rasional: membantu proses penyembuhan) Masalah keperawatan yang kedua adalah Nyeri Akut. Tujuan dan kriteria hasil yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Nyeri Akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan Nyeri hilang atau berkurang dengan mengenali
nyeri
mengontrol
(skala,intensitas,frekuensi,dan
kriteria hasil mampu tanda
nyeri),
mampu
nyeri, melaporkan nyeri berkurang. Rencana keperawatan
untuk mengatasi masalah Nyeri Akut adalah kaji nyeri secara komprehensif (Lokasi, Karakteristik, Kualitas, dan Derajat nyeri) (rasional : Menentukan tindakan yang tepat), observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan (rasional : Menjadi data pendukung penentuan Dx), bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) (rasional
:
Membantu
menurunkan
persepsi-respon
nyeri
dengan
memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri), anjurkan pasien bedrest total (rasional : Mempercepat kesembuhan), anjurkan pasien posisi fowler
atau
semi
fowler
(rasional
:
Meningkatkan
ekspansi
paru,memaksimalkan ventilasi), monitor TTV (rasional : Mengetahui keadaan umum ), kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik
33
:Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg (rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri). Masalah keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi Aktivits. Tujuan dan kriteria hasil yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Intoleransi Aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam dengan kriteria hasil: Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, TTV dalam rentang normal, TD : 110 – 130 /70 – 90 mmHg, N : 80 – 100 X/menit, RR : 20 – 24 X/menit. Rencana keperawatan yang dibuat adalah Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas (rasional : Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik), kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan (rasional : Menurunkan resiko kelelahan), monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat (rasional : Nutrisi yang adekuat mengurangi kelehan saat aktivitas), bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan (rasional : Aktivitas yang tidak sesuai kemampuan akan menyebabkan resiko komplikasi), pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi (rasional : Menentukan respon klien terhadap aktivitas, Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi), tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal (rasional : Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk, batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung yang kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah).
D. Implementasi Keperawatan Kelompok mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun pada tanggal 18 Februari 2019 sampai 22 Februari 2019 Perawat dan kelompok mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, Merekam EKG, mengukur intake,
34
output serta balance cairan, menganjurkan untuk merubah posisi menjadi posisi semi fowler, mengauskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur, memberikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah, memberikan oksigen sesuai kebutuhan klien, mengauskultasi bunyi nafas,
melakukan
kolaborasi pemberian obat Clopidogrel 1x75 mg via oral, simvastatin 1x20 mg via oral, ramipril 1x2 mg via oral, spironolakton 1x20 mg via oral, lovenox 2x0,6 ml via subkutan, furosemide 2x20 mg via intravena, mengkaji nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri), mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, membantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi), menganjurkan pasien bedrest total, menganjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler; melakukan kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik : Miniaspi 1x80 mg, ISDN 3x5, mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, mengkaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan, memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat, membantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan; memantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi, menganjurkan untuk meningkatkan istirahat, batasi aktivitas dan menganjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal. E. Evaluasi Setelah dilakukan implementasi selama lima hari yaitu tanggal 18 sampai 22 februari 2019 didapatkan evaluasi sebagai berikut : 1. Penurunan curah jantung. S: Klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul. O : tidak ada disritmia, Kesadaran kompos mentis, Klien mulai mampu BAK dengan baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1050 cc, balance cairan: + 105 , TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%. A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi. P: intervensi dihentikan.
35
2. Nyeri Akut. S: Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya. O: Klien tampak sudah tidak merasakan nyeri, Klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail, Klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan. A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi. P: intervensi dihentikan. 3. Intoleransi Aktivitas. S: Klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul. O: Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri, Klien tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama, TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%. A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi. P: Intervensi dihentikan.
36
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, kelompok akan menguraikan bahasan tentang asuhan keperawatan yang telah dilakukan selama 5 hari, mulai tanggal 18 - 22 Februari 2019 di ruang High Care IGD Lantai 1 RSUP Fatmawati dengan ACS STEMI Late Onset. Pembahasan ini bertujuan untuk menganalisis kesenjangan yang mungkin ditemukan antara teori dan kasus. Kelompok melakukan terhadap semua komponen asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi. A. Pengkajian Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan melakukan kegiatan pengumpulan data, memvalidasi data, mengorganisasian data dan mencatat data yang diperoleh. Pengkajian keperawatan mendapat informasi mengenai keadaan klien dari hasil wawancara, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya (Dinarti, dkk, 2013). Pengkajian yang dilakukan kelompok meliputi pengkajian identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan 11 pola Gordon serta pemeriksaan fisik head to toe (Potter dan Perry, 2009) Klien di diagnosa menderita ACS STEMI late onset sejak masuk IGD RSUP Fatmawati pada tanggal 17 februari 2019. STEMI adalah terjadinya kerusakan otot jantung secara permanen, mengakibatkan pembuluh darah koroner tersumbat secara total. Sehingga alirah darah benar-benar terhenti dan otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen (Udjianti, 2011). Berdasarkan teori faktor risiko STEMI dibagi menjadi dua yaitu, faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah, faktor yang dapat diubah meliputi hyperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi lemak
37
jenuh, kalori, inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu usia lebih dari 40 tahun, jenis kelamin insiden pada pria tinggi, hereditas, dan ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam (Nurarif, 2015). Sedangkan berdasarkan kasus pada Tn. N kelompok mendapatkan data bahwa Tn. N berjenis kelamin laki-laki, usia 53 tahun, ayah dari Tn. N memiliki riwayat penyakit jantung, serta ibu dari Tn N menderita hipertensi. Tn. N sendiri mempunyai kebiasaan merokok sejak remaja, dan memiliki riwayat hipertensi, Tn. N bekerja di sebuah restoran siap saji, sehingga Tn. N sering mengkonsumsi makanan siap saji. Tn N mengatakan sangat jarang berolahraga. Analisa: terdapat kesinambungan faktor risiko antara teori dan kasus pada Tn. N, yaitu pada jenis kelamin, usia, faktor hereditas, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsin makanan siap saji. Menurut PERKI (2015) terdapat beberapa tanda dan gejala dari penderita STEMI, yaitu nyeri dada tipikal (spesifik angina pectoris) >20 menit, EKG: ST Segmen Elevasi dan gelombang T meninggi/menurun, kenaikan enzim otot jantung minimal 2x nilai normal (KMB, Troponim T, Mioglobin), kelemahan, TD meningkat, Cemas/ khawatir/ keringat dingin, edema perifer, takipnea/ dispena. Pada kasus ditemukan data bahwa Tn N memiliki nyeri dada kiri yang menjalar ke punggung, nyeri dirasa terutama pada malam hari +25 menit, pada pemeriksaan EKG tanggal 18 ditemukan adanya elevasi segmen ST pada V2, V3, V4 dan V5 (small), terdapat peningkatan hasil lab CK-MB dan troponin I, dimana nilai CK-MB sebesar 242 u/i (normal: 7-25 u/i), sedangkan untuk nilai troponin I sebesar 7,50 ng/mL (normal: <0,02 ng/mL). Takanan darah 165/100 mmHg. Analisa: tanda dan gejala yang dialami Tn N sama dengan yang dijelaskan pada teori terutama adanya nyeri dada, pada gambaran EKG terdapat elevasi segmen ST, serta peningkatan biomarka jantung seperti CK-MB dan troponin I. Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu terdapat data yang tidak diperoleh dari pengkajian dimana Tn N tidak megalami edema perifer karena Tn N telah mendapatkan diuretik untuk mencegah timbulnya pembengkakan.
38
Menurut Kabo (2008), pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakan penyakit ACS STEMI
adalah pemeriksaan laboratotium
pemeriksaan enzim jantung (CK, CK-MB dan Troponin), Elektrokardiogram (EKG), Tes Treadmill atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean), Echocardiography, Angiografi korener (CAG), Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT), dan Radionuclear Medicine. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan oleh Tn. N adalah pemeriksan adalah elektrokardiografi (EKG) yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan enzim jantung (CK, CK-MB, dan Troponin) serta Angiografi Korener (CAG). Analisa : pemeriksaan yang dilakukan Tn. N sudah sesuai dengan teori Kabo (2008), namun ada beberapa pemeriksaan penunjang yang tidak dilakukan diantaranya adalah tes treadmill, Echocardiografi, Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT), dan Radionuclear Medicine. Tn. N tidak dilakukan tes Treadmill atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan beban) karena kontra indikasi dari treadmill diantaranya ada nyeri dada, sesak, dan hipertensi. Pada Tn. N sendiri ketika Tn. N banyak berbicara menyebabkan tekanan darah meningkat (122/80 mmHg menjadi 165/100) dan nadi juga meningkat (84x/menit menjadi 105x/menit). Penatalaksanaan medis menurut Davis (2011) adalah pemberian Nitrogliserin (NTG), Morfin, Aspirin, Penyekat beta, dan Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Pada Tn. N dilakukan pemberian obat Clopidogrel, simvastatin, ramipril, spironolakton, lovenox, furosemide, dan penatalaksanaan Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Analisa : terdapat kesinambungan antara teori Davis (2011) dengan kasus Tn. N, namun terdapat pula keenjangan yaitu tidak diberikannya morfin karena morfin adalah jenis obat yang termasuk dalam golongan analgeik opium atau narkotik. Penggunaan obat ini hanya dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang amat parah dan berkepanjangan atau biasa dikenal dengan kronis. Meskipun memiliki manfaat yang besar untuk menghilangkan rasa sakit yang amat parah, seseorang yang menggunakan morfin dapat
39
menyebabkan ketergantungan efek samping yang berbahaya bahkan kematian. Dari perbandingan antara pengkajian kasus dan teori yang ada, kelompok dapat menyimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan antara teori STEMI yang ada dan hasil pengkajian yang Tn. N yang mengalami STEMI. Faktor pendukung : pengumpulan data dapat berjalan dengan baik, lancar dan tanpa hambatan karena klien dan keluarga sangat kooperatif dan sudah terjalin hubungan saling percaya. Pendokumentasian RS yang cukup lengkap dan adanya dari perawat ruangan dalam proses pengkajian. Faktor penghambat : kurangnya kelompok dalam mengkaji keluarga karena keterbatasan waktu kunjungan di HCU dan ICCU. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual, potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian (Asmadi,2014) Menurut Herdman (2012) terdapat empat diagnosa yang dapat ditemukan pada seseorang yang mengalami STEMI diantaranya adalah nyeri akut, penurunan curah jantung, intoleransi aktiitas, dan gangguan pertukaran gas. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. N didapatkan diagnosa
keperawatan
sebagai
berikut
:
penurunan
curah
jantung
berhubungan dengan afterload, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis,
dan
intoleransi
aktivitas
berhubungan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Adapun 3 diagnosa prioritas yang sesuai dengan kondisi klien adalah : 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (PPNI, 2017). Batasan karakterisktik pada diagnosa nyeri akut adalah adanya gejala dan tanda mayor yaitu dispnea, tekanan darah meningkat atau menurun, nadi perifer teraba
40
lemah, CRT > 3 detik, oliguri, serta warna kulit pucat dan/sianosis. Gejala dan tanda minor meningkat/menurun
dan
Pulmonary vascular resistance (PVR) systemic
vascular
resistance
(SVR)
meningkat/menurun (PPNI, 2017). Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien mengatakan sesak (dyspnea) lebih sering saat malam hari, klien mengatakan saat sesak timbul lebih nyaman dengan posisi duduk. klien mengeluh lelah setelah banyak berbicara. Data objektif : TD istirahat : 122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC; nadi perifer teraba lemah dan cepat; CRT 3 detik; tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L) (PPNI, 2017). Analisa : Penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan dimana pompa darah oleh jantung tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh. Penurunan curah jantung ini disebabkan akibat adanya gangguan pada jantung. Jantung mempunyai fungsi utama yaitu untuk memompakan darah. Hal ini dapat dilakukan dengan baik apabila kemampuan otot jantung untuk memompa cukup baik, sistem katupnya sendiri
serta
irama
pemompaan
yang
baik.
Bila
ditemukan
ketidaknormalan pada salah satunya maka mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompa yang mengakibatkan adanya tanda-tanda penurunan curah jantung. 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berinteraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI, 2017). Batasan karakterisktik pada diagnosa nyeri akut adalah adanya gejala dan tanda mayor yaitu mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (misalnya bersikap waspada dan posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit
41
tidur. Gejala dan tanda minor yaitu tekanan darah meningkat, nafsu makan berubah, pola nafas berubah, menarik diri, proses berpikir terganggu, berfokus pada diri sendiri dan diaforesis (PPNI, 2017). Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien mengatakan nyeri dada 3 hari SMRS; P : Muncul malam hari saat sedang istirahat; Q : Seperti tertimpa beban berat; R : Menjalar ke bagian punggung; S : Skala nyeri 5; T : 25 menit, hilang timbul terutama pada malam hari; klien mengatakan semalam sulit tidur dan klien mengatakan nafsu makan berubah. Data objektif : Klien tampak meringis; TTV = TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmHg; N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC; klien tampak bingung ketika ditanya; dan tampak gelisah (PPNI, 2017). Analisa : adanya proses penyempitan arteri koronen (atherosklerosis) yang memperdarahi otot jantung menyebebkan ketidakcukupan antara kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen sehingga timbul kekurangan darah. Bila melakukan aktivitas fisik atau stress maka akan menyebabkan aliran darah meningkat sehingga menimbulkan adanya nyeri pada dada. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (PPNI, 2017). Batasan karakterisktik pada diagnosa nyeri akut adalah adanya gejala dan tanda mayor yaitu mengeluh lelah dan frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat. Gejala dan tanda minor yaitu dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah beraktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, dan sianosis (PPNI, 2017). Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien
42
mengeluh lelah; klien mengeluh sesak saat banyak berbicara; dan klien merasa lemah. Data objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, 84x/menit menjadi 110x/menit setelah 10 menit berbincang; tekanan darah saat istirahat 122/80 mmHg, saat setelah berbicara 165/100 mmHg (PPNI, 2017). Analisa : proses penyempitan pembuluh darah arteri koroner membuat terhambatnya atau terputusnya suplai nutrisi dan oksigen ke sel, dengan kata lain membantu pembentukan energi dalam tubuh yang dapat menimbulkan respon tubuh yang berupa intoleransi aktivitas. Jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh, apabila jantung mengalami gangguan maka darah yang membawa oksigen dan nutrisi menjadi berkurang jumlahnya sehingga produksi energi menjadi berkurang. Sedangkan diagnosa lain yang sesuai dengan teori dan tidak penulisa angkat yaitu gangguan pertukaran gas. Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (PPNI, 2017). Pada Tn. N tidak mengalami gangguan pertukaran gas karena tidak dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah sebagai gejala tanda mayor dari gangguan pertukaran gas. Dari hasil pengkajian yang kelompok susun kelompok menetapkan masalah keperawatan penurunan curah jantung sebagai diagnosa prioritas. Pasien yang mengalami penurunan curah jantung dapat berdampak pada hipoksia karena kurangnya suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan selain itu dalam piramida kebutuhan dasar manusia Masslow yang utama yaitu fisiologis, sehingga salah satu kebutuhan fisiologis yang harus terpenuhi adalah oksigen. Sedangkan pada diagnosa kedua, kelompok mengangkat nyeri dan pada diagnosa ketiga kelompok mengangkat intoleransi aktivitas dimana rasa nyaman dan intoleransi aktivitas merupakan bagian dari kebutuhan Masslow yang kedua yaitu kebutuhan aman, nyaman serta perlindungan. Masalah keperawatan kedua yaitu nyeri, menjadi diagnosa prioritas yang kedua karena nyeri merupakan salah satu dampak dari
43
penurunan curah jantung, dimana nyeri dapat membuat pasien terganggu kesehatan jasmani dan rohani serta kenyamanannya. Pada diagnosa ketiga kelompok mengangkat masalah keperawatan sebagai diagnosa prioritas ketiga, dimana selain masuk pada hirarki kebutuhan maslow yang kedua, penurunan curah jantung menimbulkan adanya kelelahan yang menyebabkan adanya intoleransi aktvitas yang dialami pasien.
C. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan memberi kesempatan kepada perawat, klien, dan keluarga untuk merumuskan rencana tindakan keperwatan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pada diagnosa keperawatan (Asmadi, 2014). Proses perencanaan keperwatan meliputi perumusan tujuan dan menentukan intervensi-intervensi yang tepat dengan melibatkan klien dan keluarga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Dinarti, dkk, 2013). Intervensi keperawatan yang disusun mengacu kepada tinjauan teori dan disesuaikan dengan kondisi klien. Adapun pembahasan perencanaan kepada Tn. N dengan masalah keperwatan : 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi klien yaitu monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan); auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur; berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah; kaji ulang EKG; kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien; auskultasi
bunyi
nafas;
melakukan
kolaborasi
pemberian
obat
Clopidogrel 1x75 mg via oral, simvastatin 1x20 mg via oral, ramipril 1x2 mg via oral, spironolakton 1x20 mg via oral, lovenox 2x0,6 ml via subkutan, furosemide 2x20 mg via intravena 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
44
Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi
klien
yaitu
kaji
nyeri
secara
komprehensif
(Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri); observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan; bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi); anjurkan pasien bedrest total; anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler; monitor TTV; kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik : Miniaspi 1x80 mg, ISDN 3x5 mg 3. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi klien yaitu observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas; kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan; monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat; bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan; pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi; tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal. Perencanaan pada Tn. N disusun oleh kelompok mengacu pada teori menurut Nurarif (2015) dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien. Faktor pendukung: kelompok mendapat masukan dari pembimbing institusi, kepala ruangan, CI ruangan, dan perawat ruangan sehingga memudahkan kelompok dalam menyusun intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Faktor penghambat: kurangnya sumber terbaru yang disediakan oleh institusi, khususnya buku mengenai perencanaan keperwatan pada gangguan sistem kardiovakular. Solusi : kelompok menggunakan berbagai sumber, seperti jurnal dan buku yang didapatkan dari perpustakaan institusi lain serta sumber yang didapatkan dari media elektronik.
45
D. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan kepeerwatan kedalam bentuk implementasi keperawatan untuk membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam intervensi keperawatan
(Asmadi,2014).
Implementasi
keperawatan
merupakan
rangkaian keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan setiap tindakan yang telah dilakukan (Dinarti, dkk, 2013). Berikut ini merupakan tindakan yang telah kelompok lakukan pada tanggal 18 Februari – 22 Februari 2019 yang sesuai dengan perencanaan, sebagai berikut: 1. Diagnosa pertama : Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload. Semua perencanaan yang dibuat telah penulis lakukan yaitu monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan); auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur; berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.; kaji ulang EKG; auskultasi bunyi nafas; kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien; melakukan kolaborasi pemberian obat Clopidogrel 1x75 mg via oral, simvastatin 1x20 mg via oral, ramipril 1x2 mg via oral, spironolakton 1x20 mg via oral, lovenox 2x0,6 mg via subkutan, furosemide 2x20 ml via intravena. 2. Diagnosa kedua : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Semua perencanaan yang dibuat telah penulis lakukan yaitu kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri); observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan; bantu melakukan
teknik
relaksasi
(napas
dalam/perlahan,
distraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi); anjurkan pasien bedrest total; anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler; monitor TTV; molaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg. 3. Diagnosa
ketiga
:
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Semua
46
perencanaan yang dibuat telah penulis lakukan yaitu observasi adanya pembatasan; klien dalam melakukan aktivitas; kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan; monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat; bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan; pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi; tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal. Berdasarkan implementasi yang sudah kelompok lakukan, kelompok menemukan faktor pendukung dan penghambat elama dilakukannya implementasi keperawatan dari tanggal 18-22 Februari 2019. Faktor pendukung: implementasi berjalan dengan baik dengan bantuan dari berbagai pihak seperti perawat HCU, perawat ICCU dan perawat cathlab yang membantu penatalaksaan kepada Tn. N. Faktor penghambat : pindahnya klien ke ICCU sehingga menyulitkan kelompok untuk melakukan implementasi dari intervensi yang sudah kelompok susun. Solusi : kelompok mengikuti klien pindah ke ICCU dan tetap melakukan implementasi sesuai intervensi serta berkolaorasi dengan perawat ICCU dalam penataksanaan implementasi keperwatan. E. Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperwatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Asmadi, 2014). Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatanmeliputi data subjektif (S), objektif (O), analisa permasalahan (A), berdasarkan data subjektif dan objetif serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa diatas (Dinarti, dkk, 2013). Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 5 hari yaitu tanggal 18-22 Februari 2019, kelompok melakukan evaluasi terakhir yaitu pada tanggal 22 Februari 2019. Hasil evaluasi keperawatan yang kelompok peroleh dari
47
tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada setiap diagnosa yang telah diangkat kelompok diantaranya : 1. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload telah teratasi dengan tercapainya tujuan tidak adanya tanda-tanda penurunan curah jantung selama waktu perawatan yang dibuktikan dengan data subjektif : klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul. Data tidak ada disritmia; kesadaran kompos mentis; klien mulai mampu BAK dengan baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1050 cc; TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.6 0C , saO2: 100% 2. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis telah teratasi dengan tercapainya tujuan terjadi penurunan neri elama waktu perawatan yang dibuktian dengan data subjektif : klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya. Data objetif : klien tampak sudah tidak merasakan nyeri; klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail; klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan 3. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen telah teratasi dengan tercapainya tujuan terjadi penurunan neri elama waktu perawatan yang dibuktian dengan data subjektif : klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul. Data objektif : klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri; klien tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup
48
lama; TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100% Faktor pendukung : keterbukaan klien terhadap keluhan atau perbaikan yang dirasaan dan tersedianya fasilitas atau alat dari pihak RS maupun kelompok dalam melakukan
evaluasi
perkembangaan klien. Faktor
penghambat : tidak ada. Solusi : tidak ada.
49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan SKA adalah suatu situasi kegawat daruratan yang dikarakteristikan dengan onset terjadinya iskemia miokardium dan mengakibatkan kematian jaringan miokardium, bila tidak ada penanganan segera. SKA meliputi unstable angina, non- elevasi St segmen (NSTEMI) dan elevasi ST segmen (STEMI). Penegekaan diagnose
SKA tidak hanya berdasarkan dengan
keluhan tapi data didukung dengan pemeriksaan penunjang, seperti perubahan gelombang EKG yang mendukung baik perubahan ST segmen, gelombang Q patologis atau dengan adanya hiper T, atau gelombang LBB baru disertai ada/tidaknya perubahan nilai enzim jantung. Pengkajian terhadap Tn.N usia 53 tahun, nomor RM 01671110, Klien masuk melalui IGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak hari jumat saat bekerja. Nyeri memberat saat jam 03.00 pagi hari disertai keringat dingin, dada berdebar – debar dan sesak napas. Saat dikaji tanggal 18 Februari, klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri dada, namun jika terlalu banyak berbicara merasa sesak nafas. Pada pemeriksaan penunjang, hasil foto thorax yaitu edema paru dan elongasi aorta. Hasil pemeriksaan EKG pada tanggal 17 februari 2019 adalah Sinus rythm dengan injury pada pada inferior dan anterior serta infark pada anteroseptal. Diagnosa yang mungkin terdapat pada Tn.N tidak dapat kelompok munculkan semua. Sesuai dengan data yang didapat dari pengkajian, ditemukan tiga diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus, diagnosa tersebut antara lain, Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload, nyeri akut berhungan dengan agen pencedera fisiologis (Sindrom Koroner Akut), dan Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan Antara Suplai dan kebutuhan Oksigen
50
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.N dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Evaluasi telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload telah teratasi, nyeri akut berhungan dengan agen pencedera fisiologis (Sindrom Koroner Akut) telah teratasi, dan Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan Antara Suplai dan kebutuhan Oksigen telah teratasi. Diagnosa Faktor Pendukung dalam pelakasanaan intervensi diagnosa ini Tn.N dan keluarga Tn.N kooperatif. B. Saran 1.
Bagi Profesi Keperawatan Perawat diharpkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan keperawatan pasien dengan ACS STEMI Late Onset baik dalam pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, maupun evaluasi keperawatan. Sehingga dalam melakukan proses keperawatan dapat mencapai hasil yang optimal.
2.
Bagi institusi Rumah Sakit Rumah Sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama antara tenaga kesehatan, klien dan keluarga klien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal. Rumah Sakit juga diharpkan menyediakan fasilitas dan prasarana kesehatan yang dapat mendukung kesembuhan klien.
3.
Bagi Institusi Pendidikan Institusi hendaknya dapat menambah dan memperbaharui koleksi bukubuku di perpustakaan kampus serta memberi tambahan ilmu atau wawasan tentang bayi dengan prematur sehingga dapat tercapai hasil karya tulis ilmiah yang maksimal serta berkualitas.
51
DAFTAR PUSTAKA Asmadi. (2014). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Black, J. M & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: PT. Salemba Patria Dariana, Devi. (2016). Manajemen Pasien ST elevasi Miokard Infark (STEMI). Davis. (2011). Percutaneous Coronary Intervention. Diakses pada tanggal 1 Maret 2019 dari http://www.emedicinehealth.com/percutaneous_coronary_intervention_pci /page10_em.htm Dinarti, dkk. (2013). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media (TIM) Dokter, P., Kardiovaskular, S., & Ketiga, E. (2015). Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut. Herdman, H. T. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC Jones, J & Fis, B. (2009). Seri Panduan Klinis : Perawatan Kritis. Jakarta : Erlangga Kabo, P. (2008). Penyakit Jantung Koroner. Jakarta :Gramedia Katadata. (2018). Penyakit Kardiovaskular, Penyebab Kematian Terbanyak di Dunia,
2016.
Retrieved
from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/03/13/penyakitkardiovaskular-penyebab-kematian-terbesar-di-dunia
Diakses tanggal 1
Maret 2019 pukul 17.04 WIB Nurarif, A. H dan Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.
52
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Sistem Koroner Akut Edisi ketiga. Perhimpunan
Dokter
Spesialis
Kardiovaskular.
Indonesia:
Centra
Communications. Perry & Potter. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika RISKESDAS. (2018). Hasil utama riskesdas 2018, 61. https://doi.org/1 Desember 2013 Setiati S, Alwi I, Suyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC. Udjianti, WJ. (2011). Keperawatan Kardiovasular. Jakarta : Salemba Medika.
53
LAMPIRAN
54
INFORMASI UMUM A. Identitas Pasien Nama
: Tn.N
RM
: 01671110
Umur
: 53 Tahun
Jenis kelamin
:L/P*
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
terakhir Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Alamat
: Peninggaran Cipulir Rt.001/010 Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Diagnos medis
: ACS Stemi Late Onset
B. Identitas Penanggung jawab Nama
: Ny.S
Pendidikan terakhir
: SMA
Umur
: 53 Tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Hubungan
: Istri
No. Tlp
: 02172793129
Alamat
: Peninggaran Cipulir Rt.001/010 Kebayoran Lama Jakarta Selatan
C. Riwayat Kesehatan Keluhan utama
: Nyeri dada kiri sejak hari jum’at saat bekerja. Nyeri memberat saat jam 03.00 pagi disertai keringat dingin, dada berdebar – debar dan sesak napas.
Riwayat kesehatan Sekarang
: Mengatakan sudah tidak terasa nyeri dada, namun jika terlalu banyak berbicara merasa sesak nafas.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Klien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Alergi Obat
: Tidak ada alergi obat
Makanan
: Tidak ada alergi makanan
Lainnya
: tidak ada
Riwayat Operasi : Tidak Ada Riwayat Penyakit Keturunan
: 55
Diabetes Hipertensi
Asma Jantung Kanker
Lainnya : Tidak ada
Konsumsi Obat/ Suplemen saat ini Terlampir I. Pengkajian Kariovaskular Terfokus 1. Oksigenasi a. Fisik Batuk
: Tidak
Produktif Non Produktif
Ya
Putih
Bersih (jernih) Hijau
Kuning
Merah Sesak
: Tidak
Ya
Tidak
Fatique
Ya
Inspeksi Nafas
: RR 21x/menit
Irama : Normal Bradypnea Takypnea Cheyne-stokes
: Tidak
Ya
Reraksi dada : Tidak
Ya
Simetris
Kussmaul
Palpasi Taktil Fremitus
: Kanan: +
Kiri: +
Perkusi Resonance
Letak: ICS 1-5
Hiperesonance Letak: tidak ada Flat
Letak: sternum
Dullnes
Letak: ICS 6
Tympany
Letak: abdomen
Auskultasi Bronchial
: Letak : -
Bronchovesikuler : Vesicukuler
Letak Krakles
:-
Whezze
:-
: basal, lobus kanam & kiri Ronchi
: Apeks kanan & 56
apeks kiri Friction Rub : b. Lab Nilai pH
-
Nilai normal 7,35 – 7,45
H/L
PO2
-
35,00 – 45,00 mmHg
PCO2
-
75,00 – 100,00 mmHg
PCO3
-
21,00 – 25,00 mEq/liter
Total CO2
-
21,00 – 27,00 mEq/liter
saO2
-
95 – 100%
BE (Base Excess/
-
-2 smp 2 mEq/liter
kelebihan basa) c. Pemeriksaan diagnostik lain (Radiologi Thorax paru dll) Terlampir 2. Sirkulasi a. Fisik TD istirahat : 122/80 mmHg
TD setelah berbicara : 165/100 mmHg
Nadi istirahat : 84 x/mnt
nadi seetelah berbicara: 110x/menit
Irama : Reguler
Irreguler
Klien mengeluh sesak saat banyak berbicara Konjungtiva
: Normal
Pucat
Kekuatan
: Kuat Lemah Absent
Sianosis
: Ya Tidak
Mukosa/bibir : lembab
Kulit pucat
: Ya Tidak
Kapillary reffil: 3 detik
Akral dingin : Ya Tidak
CVP
JVP
Membran
: Normal
:
Pucat
-
Bunyi jantung: S1 – S2 normal Paradoksial
: 5+2 cm H2O
Gallop Murmur
b. Lab Tanggal 17 Februari 2019 Nilai
Nilai normal
H/L
Enzim Jantung 57
Creatinin Kinase total
1159
<=175 U/l
H
CK – MB
242
7 – 25 U/l
H
Serum Lipid
-
Lipid
-
Kholesterol
-
Triglycerida
-
Plasma High-density
-
Lipoproteins (HDLs)
-
Plasma Low-density
-
Lipoprotein (LDL) Serum Markers Troponin I
7.50
Myglobin
-
<0.02 ng/mL < 90 mcg/l
Hematologi Red Blood Cell (RBC)
-
Hematocrit (Hct)
4,91
4.40-5.90 juta/uL
Normal
Hemoglobin (Hgb)
12.7
13,2 – 17,3 g/dL
Low
White Blood Cell (WBC)
44
33 – 45 %
Normal
Prothrombin time (PT)
17,3
______
______
5-10 ribu/uL ______
c. Pemeriksaan diagnostik lain (EKG dll) Terlampir 3. Nutrisi a. Fisik TB : 168 cm BB : 63 kg Gangguan makan
IMT : 22.5 (normal)
: Tidak nafsu makan
Mual
Sariawan Gangguan mengunyah Diet sebelumnya
: Porsi makan besar
3
Muntah : - cc/hr Gangguan menelan
x/hr
Jenis makanan dan minuman : karbohidrat, sayur dan buah Jenis makanan ringan/selingan : 58
Konsumsi suplemen: Ya
Tidak
Nama : Kebiasaan: merokok
: ya, 12
alkohol
:-
gls/hr/minggu
soda
:-
gls/hr/minggu
kopi
:2
gls/hr
teh
: Terkadang
konsumsi gula
: Terkadang
btg/hr
konsumsi garam : Terkadang Diet saat ini
: Porsi makan besar ½ porsi, terkadang 1 porsi x/hr
Cair
-
Padat
-
Lunak
Jenis makanan dan minuman Klien mendapat diit lunak (diit jantung) 1500 kal diberikan 3 kali sehari Jenis makanan ringan/selingan : bubur kacang hijau Pantangan : Tidak ada
Abdomen
:
Inspeksi
: Normal
Asites : -
Caput medusa
Auskultasi
cm
Stoma
Luka
Spider nevi
: Bowel Sound RUQ : normal
meningkat menurun
absent
LUQ : normal
meningkat menurun
absent
RLQ : normal
meningkat menurun
absent
LLQ : normal
meningkat menurun
absent 59
Perkusi
: Normal
Abnormal di Quadran
Palpasi
: Lunak
Padat
Quadran
Tegang
-
: Pembesaran hati
Kesimpulan
-
Pembesaran Spleen Normal
b. Lab Nilai Hemoglobin (Hgb)
Nilai normal 13,2 – 17,3 g/dL
12.7 g/dL
Hematocrit (Hct)
44%
Serum Albumin
-
3,5 – 5,5 g/dL
Bilirubin total
-
0,1- 1,0 mg/dL
Bilirubin direk
-
0,1 – 0,3 mg/dL
Bilirubin indirek
-
0,2 – 0,8 mg/dL
Calcium
-
Potasium
-
40% - 50 %
SGOT
104 U/l
0 – 34 U/l
SGPT
18 U/l
0– 14 U/l
Ammoniak
-
Transferin
-
H/L Low
High
c. Pemeriksaan diagnostik lain (USG abdomen dll) Tidak ada 4. Eliminasi a. Fisik BAK
: Keluhan : Tidak Ada
Frekuensi
: Sebelum sakit
: 4-5 x/hr
Saat sakit : 4-5x/hr
Jumlah
: Sebelum sakit
:
cc
Warna
: Kuning
Penggunaan obat diuretik BAB
800
Saat sakit :
1050
cc
Merah ya (furosemid 20 mg/12 jam via IV)
: Keluhan : Tidak ada Konstipasi : Diare : Hemoroid : klien mengatakan 10 tahun yang lalu pernah ambeyen, 60
namun hanya berobat tradisional dan sudah kempes, tidak pernah sakit kembali. Frekuensi
: Sebelum sakit
Warna
: Kuning
: 1 x/hr
Merah
Saat sakit : 1 x/hr
Hitam
Penggunaan oba pencahar : klien tidak mendapatkan obat pencahar b. Lab Nilai Kreatinin serum
30
Blood Urea Nitrogen
-
(BUN)
-
pH urine
-
Ketone
-
Protein
-
Crystal
-
Sodium
-
Calsium
107
Chloride
-
Nilai normal 20 – 40 mg/dL
H/L Normal
95 – 108 mmol
Normal
c. Pemeriksaan diagnostik lain (Kultur urine atau feces) Tidak Ada 5. Aktivitas dan Istirahat a. Fisik ADL
Independent
Kemampuan Sendiri berjalan
Bantuan sebagian
Dependent
Membutuhkan alat Membutuhkan bantuan orang lain
Membutuhkan alat dan orang lain
Kemampuan
Kepala Flekssi
Ekstensi
rentang gerak
Bahu Elevasi
Depresi
Rotasi
Ekstremitas atas kanan Fleksi Ekstensi Abduksi Aduksi Supinasi Pronasi Sirkumduksi Ekstremitas atas kiri 61
Fleksi Ekstensi Abduksi Aduksi Supinasi Pronasi Sirkumduksi Ekstremitas bawah kanan Fleksi Ekstensi Abduksi Aduksi Supinasi Pronasi Sirkumduksi Ekstremitas bawah kiri Fleksi Ekstensi Abduksi Aduksi Supinasi Pronasi Sirkumduksi Kekuatan otot
Keluhan Tidur
Segmem
Kanan
Kiri
Lengan atas
5
5
Lengan bawah
5
5
Tangan
5
5
Tidak
Ya Insomnia
Lainnya : Klien
mengatakan selama sakit sulit tidur karena merasa sakit dada saat menarik nafas dan baru bisa tidur saat pagi hari jam sekitar jam 7. Istirahat
Kualitas tidur : Cukup
Kebiasaan tidur
Malam: Saat sehat dari jam 12 sampai jam 6 pagi total : 6 jam
Kurang
Saat sakit tidur tidak bisa dan selalu terbangun karena mengeluh sakit dada saat menarik nafas, tampak gelisah Siang : Klien mengatakan tidur siang namun sering terbangun. Kegiatan pengantar Lampu redup tidur
Minum air putih
Lampu terang
Membaca
lainnya :
b. Pemeriksaan diagnostik lain (Rongsen tulang dll) Tidak Ada 6. Proteksi dan Perlindungan
62
a. Fisik Suhu
36,7 0C
Luka
Tidak ada luka ataupun tanda – tanda infeksi. Gambar :
Risiko jatuh
Ya
Tindakan invasif
Klien dilakukan pemasanga Pemasangan Infus di tangan kiri.
Tidak
b. Lab Nilai
Nilai normal
Hematologi
-
Eosinofil
-
Neutrofil
-
Limfosit
-
Monosit
-
LED
-
H/L
c. Pemeriksaan diagnostik lain (dll) Tidak ada
7. Sensori a. Fisik Nyeri P : Tiba-tiba saat sedang istirahat. Q : Seperti tertimpa beban berat R : Dada sebelah kiri, menjalar ke bagian punggung S : Skala nyeri 5 (numerik) 63
T : 25 menit, hilang timbul (terutama pada malam hari)
8. Cairan dan Elektrolit a. Fisik Intake cairan sebelumnya :
-
cc
Intake
Output
Minum
:
1050
ml/hr
Urine
:
1350
ml/hr
Intravena
:
1000
ml/hr
Draine
:
-
ml/hr
IWL
: 15X63: 945 ml/hr
Diare
:
-
ml/hr
Muntah
:
-
ml/hr
Perdarahan
:
-
ml/hr
Total
:
2295
ml/hr
Total
:
2050
ml/hr
Balance Tanda
: 2050 - 2295 = -245 Rasa haus Kulit kering Mukosa bibir kering
Dehidraasi
Turgor kulit
<1
dtk Ya
Distensi vena Tidak Jugularis Edema
Ya
Tidak
Sacral
Anasarca
Ekstremitas atas RU
+1
+2
+3
+4
LU
+1
+2
+3
+4
RL
+1
+2
+3
+4
LL
+1
+2
+3
+4
Ekstremitas bawah RU
+1
+2
+3
+4
LU
+1
+2
+3
+4
RL
+1
+2
+3
+4
LL
+1
+2
+3
+4
Other :
64
b. Lab Nilai Natrium
-
Kalium
-
Kalsium
-
Magnesium
-
Phospat c. Lainnya
Nilai normal
H/L
-
Genogram
65
OBAT DAN CAIRAN N o 1
Nama Obat
Dosis
Manfaat
ISDN
5
untuk
Indikasi
mg/8
Angina (nyeri dada) aktivitas
Dinitrat)
jam
yang
oral
oleh jantung.
Efek Samping
mengatasi Dapat digunakan sebelum
(Isosorbid
via
Kontra Indikasi
fisik
seperti
disebabkan olahraga,
Pasien
yang
diketahui
mengalami
sebagai
reaksi
terhadap
hipersensitivitas atau alergi
angina pada orang dengan
terhadap Isosorbid Dinitrat.
penyakt pencegahan penyakit
jantung
koroner. Obat
ini
juga
angina
ketika
sedang
terjadi.
Hanya
tablet
sublingual
digunakan
yang untuk
pengobatan angina karena waktu
timbul
yang
diketahui
karena dapat
obat
ini
melebarkan
pembuluh darah.
menyebabkan darah yang terjadi
terhadap
ketika bangkit dari
obat
yang
termasuk golongan Nitrat
posisi
lainnya.
(hipotensi
duduk
ortostatik),
aksinya
Pasien hipotensi
yang
mengalami
berat,
anemia,
menit. Terkadang ISDN
jantung akibat obstruksi.
dan
gagal
pusing,
vertigo,
jantung
berdebar,
dan kelemahan.
untuk
mengobati gagal jantung kongestif.
Kemerahan terjadi
hipersensitivitas atau alergi
hipovolemia,
digunakan
penurunan tekanan
yang cepat yaitu 2 - 5 juga
Sakit kepala
reaksi
mengalami
dapat digunakan sebagai pereda
Pasien
Pasien
yang
peningkatan
mengalami tekanan 66
intrakranial akibat trauma kepala
atau
pendarahan
otak. 2
Miniaspi
80
Mencegah
mg/
agregasi
24
pada
jam
miokard
via
anginatidak stabil.
oral
plaletet infark
dan
Iritasi pencernaan
asma
Mual, muntah
Tukak peptic, varisela dan
Pendarahan
gejala influenza
Mencegah serangan iskemik
Hipersensitivitas, termasuk
otak sepintas
pencernaan
Perdarahan subkutan, terapi
Serangan dispneu
anti koagulan
Reaksi kulit
trombositopenia
Lebam
Hemofila
dan
trombositopenia
Anak-anak usia kurang dari 12 tahun
3
Clopidogrel
75
Mencegah
mg/2
penggumpalan
4 jam darah
obat
untuk
mencegah seranga pada
n
penderita serangan
orang yang baru
oral
jantung,
stroke
terkena penyakit
iskemik
(akibat
jantung, stroke, ata u
penyakit
Menderita sakit maag, atau pernah
jantung pada
via
penyumbatan),
mengalami
sakit
perdarahan bawah
maag di masa lalu
Telah
mengalami
dan
kulit
Mimisan
Nyeri perut.
pendarahan di otak Anda (perdarahan otak)
67
penyakit
arteri
sirkulasi
darah
Menderita hemofilia atau
perifer, penyakit
(penyakit
jantung
koroner,
peripheral
gangguan
dan
pemasangan
vascular).
lainnya
ring,
baik
pembuluh
pada
untuk mengobati
darah
sesak napas yang
arteri jantung atau
memburuk akibat
pembuluh
serangan
darah
arteri lainnya
jantung
perdarahan
Memiliki masalah hati atau
atau
diare.
Konstipasi
Gangguan pencernaan.
ginjal
Pernah mengalami reaksi
baru, angina tidak
alergi terhadap obat apa
stabil, dan untuk
pun sebelumnya
mencegah penyumbatan
Minum obat lain - ini
darah
setelah
kadang-kadang
prosedur
tertentu
menimbulkan masalah
(misalnya cardiac stent).
Sedang
bisa
hamil
atau
menyusui
Clopidogrel
seharusnya
hanya diambil oleh anakanak
jika
direkomendasikan
oleh 68
dokter spesialis 4
Simvastatin
20
membantu
mg/2
menurunkan
4 jam kolesterol
dan
Pengobatan
pada
penderita
yang
Penderita yang diketahui mempunyai
riwayat
via
lemak jahat (seperti
mengalami
hipersensitif terhadap obat
oral
LDL,
peningkatan risiko
simvastatin
dan meningkatkan
kekakuan
komponennya.
kolesterol
pembuluh
(HDL)
trigliserida) baik dalam
darah.
Penderita yang mengalami
oleh
kadar
gangguan fungsi hati atau
kolesterol
yang
pernah mengalaminya.
lainnya
respon yang baik.
Demam, kelelahan dan urin berwarna
peningkatan kadar serum
gelap
Sakit atau panas saat buang air kecil
Penderita yang merupakan
pecandu alkohol.
tidak
memberikan
Penderita yang mengalami
normal.
ketat,
pengobatan
daya ingat
transaminase di atas nilai
pada
apabila diet dan
dengan
yang tidak biasa,
Pengobatan yang
Kebingungan, masalah
disebabkan
diet
lemah
atau
yang
penunjang
Nyeri otot tanpa sebab, linu, atau
darah
tinggi.
Pembengkakan, peningkatan
Penderita
yang
hamil dan menyusui.
sedang
berat
badan, buang air kecil sedikit atau 69
Pengobatan penderita
dengan
penyakit
jantung
koroner
disertai
hiperkolesterolemi a,
simvastatin
digunakan
untuk
menurunkan risiko kematian
akibat
penyakit
jantung
Rasa
haus
menurunkan risiko kematian
otot
jantung
dan
serangan jantung, serta menurunkan risiko komplikasi pada pasien yang menjalani
prosedur revaskularisasi
yang
meningkat, frekuensi
perut
bagian atas, gatalgatal, hilang napsu makan, urin gelap, tinja
berwarna
lumpur, (kulit
koroner,
akan
tidak sama sekali
pada
jaundice dan
mata
menguning)buang air kecil meningkat, kelaparan,
mulut
kering,
napas
berbau
buah-
buahan, mengantuk,
kulit
kering, penglihatan buram, penurunan berat badan 70
Mual, sakit
pada
Sakit kepala
hiperkolesterolemi
Nyeri sendi, nyeri
otot jantung.
Pengobatan penderita a
otot ringan
primer,
simvastatin digunakan
untuk
sakit
perut atau masalah
menurunkan kadar kolesterol
Konstipasi, pencernaan,
total
mual
ringan
dan LDL dalam darah.
Ruam kulit ringan
Masalah
tidur
(insomnia)
Gejala flu seperti hidung
tersumbat,
bersin-bersin, sakit tenggorokan 5
Ramipril
2
untuk
mg/2
tekanan
mengatasi darah
Menangani
Jangan digunakan pada penderita
hipertensi
yang
memiliki
riwayat
Pembengkakan 71
4 jam tinggi
Gagal jantung
via
Mencegah
oral
atau hipertensi
hipersensitiv terhadap obat ini jaringan di bawah kulit (angioedema)
masalah ginjal dan pembuluh darah.
Batuk
Hipotensi
Sakit kepala
Pusing
Mual
Muntah
Hipotensi ortostatik
Pingsan
Vertigo
Diare
Gagal Jantung 72
6
Spironolakto
20
Menurunkan
n
mg/2
tekanan
4 jam tinggi
Pemberian
obat
Hindari
mengonsumsi
darah
spironolakton bisa
spironolactone
dapat
dilakukan kepada
memiliki alergi terhadap
penderita
obat ini.
jika
via
mencegah
stroke,
oral
serangan
jantung,
jantung kongestif,
dan masalah pada
sindroma nefrotik,
konsultasikan
ginjal. Ini juga bisa
dan hiperaldostero
dahulu kepada dokter jika
digunakan
nism primer.
sedang
diberikan kepada
mengonsumsi obat-obatan
pasien
lain,
untuk
mengobati
pembengkakan
gagal
yang
atau termasuk
oleh
darah tinggi dan
terutama suplemen yang
tertentu
hipokalemia yaitu
mengandung kalium.
gagal
suatu kondisi di
kongestif)
suplemen,
mengonsumsi
mana
tubuh
spironolactone
dengan
memiliki
kadar
mengalami
mengeluarkan
kalium
yang
kesehatan
kelebihan
rendah di dalam
menyebabkan kadar kalium
darah.
dalam
darah
menjadi
tinggi,
seperti
penyakit
cairan
dan meningkatkan gejala
seperti
atau
Nyeri
otot
atau
lemah
Lambat, cepat, atau detak jantung tidak beraturan
produk
disebabkan
dan
Hindari
rasa
perasaan geli
berencana
herba
jantung
Mati
terlebih
mengalani tekanan
dan
yang
(contoh,
Hipertensi
Berhati-hatilah
(edema) kondisi
Jarang buang air kecil
atau
tidak
sama sekali
gangguan dapat
lelah,
gelisah, atau pusing
jika
yang
Merasa
Napas cepat
Tremor, kebingungan 73
masalah pernapasan
Addison
.
ginjal.
Obat
ini
juga
atau
Berhati-hatilah
digunakan
untuk
konsultasikan
mengobati
kadar
dokter
kalium rendah dan kondisi tubuh,
abnormal
penyakit
gatal,
Beritahu
seni
dokter
tubuh
spironolactone jika akan
akan mengeluarkan
menjalani tindakan operasi,
banyak zat kimia
termasuk operasi gigi. Hindari sedang
menjalani
pengobatan
dengan
spironolactone.
tinja
berwarna tanah
seperti
liat,
sakit
kuning (menguning pada
kulit
atau
mata); atau
mengonsumsi
minuman beralkohol ketika
berwarna
gelap,
bahwa
Anda sedang mengonsumsi
kehilangan
nafsu makan, air
menderita
penyakit hati.
dimana
alami (aldosterone).
atas terasa sakit,
dan kepada
jika
Mual, perut bagian
Reaksi alergi pada kulit
–
demam,
sakit tenggorokan, bengkak
pada
Spironolactone
wajah dan lidah,
menyebabkan pusing dan
mata terasa panas,
kantuk. Jangan mengemudi
kulit terasa sakit,
kendaraan, mengoperasikan
diikuti
mesin,
ruam
atau
melakukan
dengan berwarna 74
aktivitas
lain
yang
membutuhkan konsentrasi penuh.
overdosis
keunguan
yang
(khususnya
setelah
pada
wajah dan tubuh
mengonsumsi spironolactone,
atau
menyebar
Jika terjadi reaksi alergi atau
kemerahan
bagian atas) dan
segera
menyebabkan kulit
temui dokter.
melepuh
dan
mengelupas 7
Lovenox
0,6
obat untuk menghe
ml/12
ntikan
gumpalan
jam
darah
terjadi,
via SC
Pencegahan
Wanita hamil dan menyusui
kelainan
karena akan ada dampak
dokter
tromboemboli vena,
negatif
menggunakannya
terutama
bagi bayi.
setelah
prosedur
melakukan
operasi
dengan
setelah
tulang atau bedah
menyuntikkannya ke
agar
yang
darah
resiko
peredaran
lancar kembali.
memiliki sedang
maupun tinggi.
Munculnya
gejala
berupa pendarahan
berbahaya
Timbul
reaksi
alergi pada kulit
bedah
umum pada pasien
pasien
yang
Pasien dengan gangguan hati dan ginjal.
Diare dan mual
Pasien pasca operasi tulang
Demam
Pembengkakan
dan tulang belakang.
di
kaki atau tangan 75
Mencegah
Pembengkakan,
timbulnya trombosis
ruam,
pada
nekrosis kulit pada
sirkulasi
ekstrakorporeal
ataupun
area penyuntikan
selama hemodialisa.
Terapi angina yang tidak
stabil
infark
miokard
gelombang jika
dan non-Q
diberikan
bersama
dengan
asetosal.
Profilaksis penyakit tromboembolik vena pada setiap pasien yang sedang dalam keadaan
harus
terbaring di tempat 76
tidur, dengan tingkat resiko 8
Furosemide
sedang
20
Digunakan
untuk
hingga tinggi. Mengurangi cairan
mg/1
membuang
cairan
di Edema karena
menimbulkan
2 jam atau garam berlebih
gangguan jantung.
serius
Edema
elektrolit,
via IV di
dalam
tubuh
yang
Terapi
furosemide dapat masalah
berupa
deplesi dehidrasi,
melalui urine dan
berhubungan
hipovolemia hingga syok
meredakan
dengan
akibat diuresis berlebihan.
pembengkakan
ginjal dan sirosis
yang
hati.
gangguan sirkulasi maupun
Supportive
risiko
disebabkan
oleh gagal jantung, penyakit
hati,
measures
penyakit ginjal atau kondisi terkait.
ganguan
emboli
dan
thrombosis vascular lebih
pada
Pusing.
Vertigo.
Mual dan muntah.
Penglihatan buram.
Diare.
Konstipasi
Kram perut.
Merasa lelah.
Mudah mengantuk.
Mual parah.
besar
edema otak.
Pada pasien lansia , risiko
Edema
yang
disebabkan
luka
Sirosis dengan ensefalopati hepatik : Koreksi terlebih
bakar.
dulu kadar elektrolit dan
Untuk pengobatan
asam basa ketika pasien
hipertensi
dalam
ringan
kondisi
dan sedang.
hepatik
Pendukung
memberikan
koma sebelum terapi
77
diuresis
yang
dipaksakan
pada
furosemide.
keracunan
Diabetes :
Terapi
furosemide
dapat
mempengaruhi kadar gula darah
Lupus
eritematosus
dipicu
Aritmia.
Telinga
Insufisiensi adrenal : Pada pasien
hipertensi
insufisiensi
berdenging.
oleh
pemberian furosemide
akibat
Kulit menguning.
Reaksi alergi (ruam atau pembengkakan
adrenal
pada
sebaiknya berikan terapi dan/atau
disertai
pemberian
terapi
antihipertensi
selain
mulut
dan
wajah).
glukokortikoid/mineralokor tikoid
terasa
kering.
sistemik: Eksaserbasi SLE dapat
Mulut
Pingsan
Demam
iritasi atau infeksi
diuretik 9.
Nacl 0,9%
500
cairan
Hipernatremia
isotonik
Asidosis
hipokalemia.
Pengganti
ml/
plasma
12
yang hilang.
78
jam
Pengganti pada
cairan
pada tempat injeksi
kondisi
alkalosis
hipokloremia
trombosis
atau
flebitis
yang
meluas dari tempat injeksi
ekstravasasi
Jakarta, 18 februari 2019 Yang mengkaji
(kelompok 9)
79
PEMERIKSAAN PENUNJANG Rontgen thoraks (17/2/2019)
Kesan: Edema paru Elongasi aorta
80
EKG (17/2/2019)
Interpretasi: 1. Irama 2. Frekuensi
: Reguler : 1500 = 68 x/menit 22
Gelombang P: diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead 4. PR interval : 0,20 detik 5. QRS : 0,08 detik 6. Aksis : Lead I: (+2) + (-1) = +1 3.
AvF
:+5
Aksis = Normal 7. ST Depresi : ST Elevasi : Lead II, III, AvF, V2-V5 8. T Inverted
: V1 – V6 9. Q patologis : V1-V4 10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada pada inferior dan anterior serta infark pada anteroseptal
81
EKG (18/2/2019)
Interpretasi: 1. Irama : Reguler 2. Frekuensi : 1500 = 75 x/menit 20 Gelombang P: diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead 4. PR interval : 0,20 detik 5. QRS : 0,08 detik 6. Aksis : Lead I: (+2) + (-1) = +1 3.
AvF
: (+3) + (0) = +3
Aksis = Normal 7. ST Depresi : ST Elevasi : Lead I, II, III, AvF, AvL, V2-V5 8. T Inverted : V1-V5 9. Q patologis : V1-V4 10. Kesan : sinus rythm dengan injury pada inferior, anterior, dan lateral serta infark pada anteroseptal
82
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Nama
: Tn. N
Dokter
: Dewi Intan Mayasari, Dr
Alamat
: Penanggaran cipulir
Tgl. Lahir
: 28.08.1965 / L
Kamar/ruang : IRD
No RM
: 01671110
No. Lab
: 2019020552455 (159D)
Tgl ACC
: 17.02
Tgl. Terima
: 17.02.2019 (11:23:39) METODE
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Hemoglobin
Automatic
14.7
g/dL
13.27 – 17.3
Hematokrit
Automatic
44
%
33 - 45
Lekosit
Automatic
17.3 (H)
ribu/ul
5.0 – 10.0
Trombosit
Automatic
327
ribu/ul
150 – 440
Eritrosit
Automatic
4.91
juta/ul
4.40 – 5.90
Automatic
88.8
fi
80.0 – 100.0
Automatic
29.9
pg
26.0 – 34.0
Automatic
33.7
g/dl
32.0 – 36.0
Automatic
13.3
%
11.5 – 14.5
IFCC, 37oC
104 (H)
u/l
0 – 34
IFCC, 37oC
18
u/l
0 – 40
Urease
30
mg/dl
20 – 40
Jaffe No
0.8
mg/dl
0.6 – 1.5
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
VER/HER/KHER/RD W VER HER KHER RDW KIMIA KLINIK FUNGSI HATI SGOT SGPT FUNGSI GINJAL Ureum darah Kreatinin darah
Deprot 83
DIABETES GLUKOSA DARAH SEWAKTU
Hexokinase
Glukosa darah sewaktu JANTUNG
125
mg/dl
70 – 140
1159 (H)
u/l
<= 175
242 (H)
u/l
7 – 25
7.50 (H)
mg/ml
< 0.02
ISE
139
mmol/l
135 – 147
ISE
3.50
mmol/l
3.10 – 5.10
107
mmol/l
95 – 108
IFCC, 37oC
CK
Enzimatic
CK – MB Troponin I ELEKTROLIT DARAH Natrium (darah) Kalium (darah) klorida (darah)
ISE
ANALISA DATA NO
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
TTD
84
1
Ds :
Agen Pencedera
- Klien mengatakan nyeri dada 3
Fisiologis
hari SMRS
(Sindrom Koroner
P : Muncul malam hari saat
Akut)
Nyeri Akut
sedang istirahat. Q : Seperti tertimpa beban berat R : Menjalar ke bagian punggung S : Skala nyeri 5 T : 25 menit, hilang timbul terutama pada malam hari - Klien mengatakan semalam sulit tidur
Kelompok
- Klien mengatakan nafsu makan
9
berubah Do : - Klien tampak meringis - TTV = TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC - Klien tampak bingung ketika ditanya - Tampak gelisah
NO
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
TTD
85
2
Ds : -
Klien mengatakan sesak
-
Penurunan
(dyspnea) lebih sering saat
Perubahan
malam hari.
Afterload
Curah Jantung
Klien mengatakan saat sesak timbul lebih nyaman dengan posisi duduk.
-
Kelompok
Klien mengeluh lelah
9
setelah banyak berbicara Do : -
TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC
-
Nadi perifer teraba lemah dan cepat
3
-
CRT 3 detik
-
Tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L)
Ds : 1.
-
Klien mengeluh lelah
-
Klien mengeluh sesak saat
Ketidakseimbangan
Intoleransi
banyak berbicara
Antara Suplai dan
Aktivitas
Klien merasa lemah
kebutuhan Oksigen
Do : -
Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, 84x/menit
Kelompok 9
menjadi 110x/menit setelah 10 menit berbincang. -
Tekanan darah saat istirahat 122/80 mmHg, saat setelah 86
berbicara 165/100 mmHg
87
DIAGNOSA KEPERAWATAN Berdasarkan hasil pengkajian diatas, diagnosa yang muncul pada Tn.N berdasarkan SDKI 2017, antara lain : 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload ditandai dengan Klien mengatakan sesak (dyspnea) lebih sering saat malam hari, Klien mengatakan saat sesak timbul lebih nyaman dengan posisi duduk, Klien mengeluh lelah setelah banyak berbicara, TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, CRT 3 detik, Tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L) 2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (Sindrom Koroner Akut) ditandai dengan Klien mengatakan nyeri dada 3 hr SMRS, P : Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 5, T : ±25 menit. Klien mengatakan semalam sulit tidur, Klien mengatakan nafsu makan berubah, Klien tampak meringis , TTV = TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Klien tampak bingung ketika ditanya, tampak gelisah 3. Intoleransi Aktivitas berhubungan ketidakseimbangan Antara Suplai dan kebutuhan Oksigen ditandai dengan Klien mengeluh lelah, Klien mengeluh sesak saat banyak berbicara, Klien merasa lemah, Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, 84x/menit menjadi 110x/menit setelah 10 menit berbincang. Tekanan darah saat istirahat 122/80 mmHg, saat setelah berbicara 165/100 mmHg.
88
INTERVENSI KEPERAWATAN NO 1
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Keperawatan Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. jantung
Intervensi Monitor
TTV,
periksa
Rasional dalam 1.
Hipotensi
TTD
dapat
terjadi
berhubungan keperawatan selama 4 x 24 keadaan baring, duduk dan berdiri sebagai akibat dari disfungsi
dengan
perubahan jam,
afterload
diharapkan
penurunan (bila memungkinkan)
ventrikel, hipoperfusi miokard
ditandai curah jantung dapat teratasi 2. Auskultasi adanya S3, S4 dan dan rangsang vagal. Sebaliknya,
dengan
Klien dengan Kriteria Hasil :
adanya murmur.
hipertensi juga banyak terjadi
mengatakan
sesak 1. TTV dalam rentang normal
3. Berikan makanan dalam porsi kecil yang
mungkin
berhubungan
(dyspnea) lebih sering TD : 110 – 130 /70 – 90 dan mudah dikunyah.
dengan
saat malam hari, Klien mmHg
4. Kaji ulang EKG
peningkatan katekolamin dan
mengatakan saat sesak N : 80 – 100 X/menit
5. Auskultasi bunyi nafas
atau
timbul lebih nyaman RR : 20 – 24 X/menit
6.
dengan posisi duduk, 2. Tidak ada disritmia
sesuai kebutuhan klien
berhubungan dengan komplikasi
klien mengeluh lelah 3. Penurunan dispnea
7. melakukan kolaborasi pemberian
GJK.
setelah
banyak 4.
berbicara,
Tidak
ada
Kolaborasi
pemberian
masalah
cemas, vaskuler
oksigen sebelumnya. Hipotensi ortostatik Klmpk
penurunan obat Clopidogrel 1x75mg via oral,
ditunjukkan oleh denyut nadi
1x2 mg via oral, spironolakton
yang
mmHg, Nadi perifer 6. AGD dalam batas normal
1x20mg via oral, lovenox 0,6mili via
meningkat.
teraba
subkutan, furosemide 2x20mg via
S3 dihubungkan dengan GJK,
Intravena
regurgitasi mitral, peningkatan
165/100 5. Haluaran urine adekuat
lemah
cepat, CRT 3 detik.
dan
9
2. Penurunanan curah jantung
simvastatin 1x20mg via oral, ramipril
meningkat
TD kesadaran
nyeri,
lemah
dan
HR
yang
kerja ventrikel kiri yang disertai 89
infark yang berat. S4 mungkin berhubungan
dengan
iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel dan
hipertensi.
Murmur
menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar. 3. Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal
yang
mengakibatkan
terjadinya bradikardia. 4.
Menunjukkan
kemnajuan
perbaikan/
infark
fungsi
ventrikel terutama pada gambar ST menunjukkan kestabilan. 5.
Krekels
menunjukkan
kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard. 90
6. Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia. 7. membantu proses 2
Nyeri
Akut Setelah dilakukan tindakan
berhubungan Agen
dengan keperawatan selama 4 x 24
Pencedera jam, diharapkan nyeri pada
Fisiologis
1.Kaji
nyeri
secara
penyembuhan komprehensif 1. Menentukan tindakan yang
(Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan
tepat
Derajat nyeri)
2. Menjadi data pendukung
(Sindrom pasien dapat berkurang dengan 2. Observasi reaksi non verbal dari penentuan Dx
Koroner
Akut) Kriteria Hasil :
ditandai dengan Klien
ketidaknyamanan
3. Membantu menurunkan
Mampu mengenali nyeri
3. Bantu melakukan teknik relaksasi persepsi-respon nyeri dengan
mengatakan nyeri dada
(intensitas,frekuensi,dan
(napas
3 hr SMRS, Klien
tanda nyeri).
visualisasi, bimbingan imajinasi)
tubuh terhadap nyeri.
4. Anjurkan pasien bedrest total
4. Mempercepat kesembuhan
mengatakan semalam sulit
tidur,
Klien
mengatakan
nafsu
makan berubah, Klien tampak
meringis
,
2. Mampu Mengontrol nyeri 3. Melaporkan skala nyeri berkurang (skala 1-3)
dalam/perlahan,
5. Anjurkan pasien posisi fowler atau 5. Meningkatkan ekspansi semi fowler
paru,memaksimalkan ventilasi
Klmpk
7. Monitor TTV
7. Mengetahui keadaan umum
9
8. Kolaborasikan dengan dokter untuk 8. Analgetik dapat mengurangi
TTV = TD : 165/100
pemberian
mmHg,
1x80mg, ISDN 3x5mg
105x/menit,
N RR
:
distraksi, memanipulasi adaptasi fisiologis
analgetik
:Miniaspi nyeri
:
20x/menit, S : 36,7ºC, 91
Klien tampak bingung ketika ditanya, P : Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban Menjalar
berat, ke
R
:
bagian
punggung, S : Skala nyeri 5, T : ±25 menit. 3
Intoleransi Aktivitas
Setelah
dilakukan
tindakan 1.Observasi adanya pembatasan
berhubungan
keperawatan selama 3 x 24
ketidakseimbangan
jam,
Antara Suplai dan
peningkatan
kebutuhan Oksigen
pasien,dengan Kriteria Hasil :
ditandai dengan Klien
1.
diharapkan aktivitas
Keseimbangan
mengeluh sesak saat banyak berbicara,
klien dalam melakukan aktivitas
ada 2.Kaji pada
2. TTV dalam rentang normal TD : 110 – 130 /70 – 90
adanya
factor
Keterlibatan
pembicaraan
yang melelahkan
menyebabkan kelelahan yang adekuat 4.
Bantu
klien
dalam
panjang
dapat
klien
tetapi
kunjungan orang penting dalam
3. Monitor nutrisi dan sumber energy suasana
antara
mengeluh lelah, Klien aktivitas dan istirahat
1.
tenang
bersifat
terapeutik.
Klmpk
mengidentifikasi 2. Menurunkan resiko kelelahan
aktivitas yang mampu dilakukan
3.
Nutrisi
5. Pantau HR, irama, dan perubahan mengurangi
Klien merasa lemah,
mmHg
TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Frekuensi jantung
N : 80 – 100 X/menit
aktivitas sesuai indikasi.
meningkat >20% dari
RR : 20 – 24 X/menit
yang kelehan
9
adekuat saat
4. Aktivitas yang tidak sesuai
6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas kemampuan akan menyebabkan 92
kondisi istirahat,
3. tidak ada sesak dispnea
dan
anjurkan
klien
untuk resiko komplikasi
88x/menit menjadi
menghindari peningkatan tekanan 5. Menentukan respon klien
110x/menit setelah 10
abdominal.
terhadap aktivitas.
menit berbincang.
Menurunkan
kerja
Tekanan darah saat
miokard/konsumsi
istirahat 122/80
menurunkan risiko komplikasi.
mmHg, saat setelah
6.
berbicara 165/100
menahan
mmHg. Gambaran
batuk keras dan mengedan dapat
EKG : Normal sinus
mengakibatkan
rhythm, Anterolateral
penurunan curah jantung yang
infract, possibly
kemudian
disusul
acute, Acute STEMI
takikardia
dan
Manuver
oksigen,
Valsava
napas,
seperti
menunduk, bradikardia, dengan
peningkatan
tekanan darah.
93
IMPLEMENTASI No
Waktu Senin, 18
Implementasi
TTD
Februari 2019 1
11.30
Merekam EKG
Dwi
H/ gambaran EKG: sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4, dan V5 (anterior) 1
12.15
Menganjurkan makan dalam porsi kecil dan lunak
Resti
H/ pasien mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat 1
12.30
Memberi obat ISDN 5 mg via sublingual
Utari
H/ ISDN sudah diletakkan pasien dibawah lidah 1 3
13.00 15.45
Menghitung intake dan output
Soni
H/ makan 1/2 porsi, intake: 200 mili, output: 400 mili, BAB –
Dwi
Membantu klien mandi H/ pasien tampak lebih bersih dan segar
2 2,1,
16.00 16.05
3
Menganjurkan untuk merubah posisi menjadi posisi semi fowler H/ pasien mengatakan lebih nyaman saat posisinya setengah duduk
2,1 18.30
nadi setelah aktivitas: 107x/menit, RR: 21x/menit, S: 36.70C, saO2: 100% irama nadi: irreguler
Fitri
Memonitor TTV H/ TD istirahat : 136/78 mmHg, TD setelah aktivitas: 155/87 mmHg, N istirahat: 83x/menit,
18.00
Soni
Memberi obat furosemid 20 mg via IV dan ISDN 5 mg via sublingual H/ furosemid telah diberikam via iv dan telah meletakkan ISDN dibawah liidah
Syifa Fitri
94
1 20.00 1 20.30 22.00 03.00 05.00 06.00 1 Selasa
Menghitung intake dan output Memberi obat furosemid 20 mg via IV H/ furosemid telah diberikam via iv Memberi obat oral miniaspi 80 mg, clopidogrel 75 mg, spironolakton 20 mg, dan ISDN 5 mg via sublingual H/ miniaspi, sprironolakton dan clopidogrel sudah pasien minum, ISDN sudah diletakkan pasien
08.00 09.00 1
di bawah lidah
Perawat
Membantu pasien mandi
H/ makan ½ porsi, intake: 600 mili, output: 800 mili, BAB –
2,1
Perawat
Memberi obat oral simvastatin 20 mg dan ramipril 2 mg
H// pasien tampak lebih bersih dan segar
07.00 1,2
Menghitung intake dan output
H/ simvastatin dan ramipril telah pasien minum sebelum tidur
1
Perawat
H/ makan ½ porsi, intake: 250 mili, output:150 mili, BAB
3
Memberi lovenox 0,6 ml via SC H/ Lovenox telah diberikan di perut
1,3
Suci
H/ furosemid telah dimasukkan via iv, flebitis (-)
1
Memberi furosemid 20 mg via iv
Memberi Lovenox 0.6 ml via SC H/ l ovenox telah diberikan di perut
Perawat Syifa Syifa Perawat Perawat Bianca Bianca 95
12.00
1
H/ gambaran EKG: sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4, dan V5 (anterior) 13.00
1
2
2,1,
20.00
1
20.30
1
03.00
2,1,
03.30
3 04.00 3
Memberi obat oral furosemid 20 mg dan ISDN 5 mg via sublingual H/ ramipril telah diminum setelah makan malam, sublingual
Memberi lovenox 0,6 ml via SC H/ lovenox telah diberikan di perut
Menghitung intake dan output H/ makan 1 porsi, intake: 250 mili, output: 150 mili, BAB –
Perawat
Memberi oksigen nasal kanul 3 liter/menit H/ klien mengatakan sesak mulai berkurang
2
Perawat
Memonitor TTV TD: 146/83 mmHg, N: 98x/menit, RR: 24x/menit, S: 37.00C, saO2: 98%
18.00
Perawat
Menghitung intake dan output H/ makan ½ porsi, intake: 250 mili, output: 350 mili, BAB +
14.00
Perawat
Memberi sprinolakton 20 mg via oral H/ Obat telah diminum
14.00
3
Merekam EKG
Memberi simvastatin 20 mg dan ramipril 2 mg
Fitri Fitri Fitri Perawat perawat
H/ ramipril sudah diminum oleh pasien
Membantu memandikan pasien
perawat
H/ pasien merasa lebih bersih dan segar 2,1,
05.00
Memonitor TTV 96
3
H. TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit, RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
05.30 1
05.45 06.00 Rabu 07.00
Memberi fuurosemid 2o mg via iv H/ Obat telah diberikan
1
Menghitung intake dan output H/ makan ½ porsi, intake: 450 mili, output: 700 mili, BAB –
1
Mengganti cairan infus dengan NaCl 0.9% / 12 jam
soni soni soni
H/ cairan telah diganti dengan yang baru, tetesan lancar, flebitis (-)
1
Memberi furosemid 20 mg H/ furosemid telah diberikan via iv
08.00
soni
1,2
Memberi obat oral miniaspi 80 mg, clopidogrel 75 mg, spironolakton 20 mg, dan ISDN 5 mg
perawat
perawat
via sublingual 09.00
H/ miniaspi, sprironolakton dan clopidogrel sudah pasien minum, ISDN sudah diletakkan pasien
1
Mengkaji EKG pasien
utari
H/ gambaran EKG: Sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4 dan V5 (anterior) R/ pasien menhatakan bersedia untuk di rekam jantungnya
2,1,
Memonitor tanda-tanda vital H/ - TTV = TD : 165/100 mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC
3 09.10
R/ Pasien tampak bingung ketika ditanya, Pasien tampak tidak mampu berbicara terlalu banyak karena nyeri pada dada dan sesak, Pada saat diajak berbicara nadi pasien meningkat dari
Utari
97
88x/menit, menjadi 105x/menit 10.00
Mengkaji nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri)
Utari
H/ - P : Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 6, T : ±25 menit.
2 11.45
Mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam H/pasien dapat mengikuti apa yang diajarkan, dan akan melakukannya saat nyeri timbul
Perawat
kembali
1 12.00
R/pasien mengatakan nyeri pada dada sedikit berkurang dan bisa lebih rileks dari sebelumnya.
Pearawat
Memberikan obat levenox gr H/ obat masuk melalui infus
1
12.30
Mengubah posisi klien senyaman mungkin
Perawat
H/ posisi diubah 2
1
13.00
R/ klien mengatakan nyaman dengan posisi saat ini
14.00
17.00
R/ pasien mengatakan merasa kenyang
Perawat
Menghitung intake dan output H/ makan 1 porsi, intake: 200 mili, output: 250 mili, BAB
Mengkaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan H/ saat ini klien tidak nampak kelelahan
1
Perawat
H/ makanan habis tidak ada sisa
1
Memberikan makanan untuk pasien dalam porsi yang mudah dikunyah
Suci
R/ klien mengakatan lelah saat aktivitas berat dan sesak 98
17.10
Meantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas H/ sebelum aktivitas : HR : 100 , TD : 128/95mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S :
2,1,
36,7ºC. Setelah aktivitas HR: 117, TD : 165/100 mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S :
3
36,7ºC 20.00
R/ sebelum aktivitas respon pasien hanya tidur, dan saat aktivitas pasien terlihat sedikit sesak.
21.00
Membantu klien melakukan aktivitas yang mampu dilakukan
02.45
Menghitung intake dan output
03.00
Memberikan klien istirahat yang cukup H/ klien istirhat R/ klien mengatakan ingin tidur
3
04.00
3
2,1,
05.00 05.30 Kamis 05.00
rest rest
Memberi obat ISDN 5 mg H/ ramipril sudah diminum oleh pasien
1
Perawat
H/ makan 1/2 porsi, intake: 250 mili, output: 200 mili, BAB
2
Syifa
H/ klien mampu melakukan aktivitas ringan dengan mekukan sediri R/ klien mengatakan sedikit lelah saat melakukan aktivitas ringan
2,3
Suci
bianca
Membantu memandikan pasien H/ pasien merasa lebih bersih dan segar
Memonitor TTV
bianca
H. TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit, RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
Menghitung intake dan output
perawat
99
3
H/ makan 1 porsi, intake: 350 mili, output: 600 mili, BAB 08.00
1
Memberi furosemid 20 mg
perawat
H/ furosemid telah diberikan via IV 12.30
dwi
menganjurkan puasa untuk melakukan CAG dan PCI 1
R/ pasien dan keluarga mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat
perawat
Pemeriksaan glukosa darah H/ GDS: 101 mg/dl
1
13.00
Memonitor tanda-tanda vital (Post PCI) H/ - TTV = TD : 165/100 mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC
1
R/ Pasien tampak bingung ketika ditanya, Pasien tampak tidak mampu berbicara terlalu banyak
13.15
Perawat
karena nyeri pada dada dan sesak, Pada saat diajak berbicara nadi pasien meningkat dari 1,2, 3
15.30
88x/menit, menjadi 105x/menit
H/ intake: 300 mili, output: 250 mili, BAB: +
19.30 19.50 20.00
Perawat syifa
Melakukan pemeriksaan APTT H/ 36.0 detik (normal)
1
Perawat
Memberi makan dan minum setelah tindakan R/ klien mengatakan kenyang setelah berpuasa sejak pukul 05.00 pagi
19.45 1
Mengukur intake & output
perawat
Mengobservasi Up Sheat H/ perdarahan (-), hematom (-)
perawat 100
1 20.45
1 1 1 1
H/ bantal pasir telah diletakkan di daerah femoralis pasien
1
Memberi bantal pasir Menganjurkan untuk tidak melepas bantal pasir selama 6 jam R/ pasien mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat
21.00
Perawat
Menganjurkan untuk tidak menggerakan kaki terlalu ekstrem dan menekuk kaki untuk menghindari hematom setelah bantal pasir dilepas H/ pasien mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat
03.30 05.00
08.30
Memberi furosemid 20 mg via iv Mengukur intake & output
Perawat Soni
H/ intake: 450 mili, output: 550 mili, BAB: +
11.00
Menganjurkan pasien untuk banyak minum untuk mengeluarkan zat kontras
Perawat
R/ pasien mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat
1 11.30
Melepas bantal pasir, dan mengobservasi daerah yang telah dilakukan tindakan PCI
H/ furosemid telah diberikan via IV
09.00 1
Perawat
H/ bantal pasir telah di lepas, hematom (-), perdarahan (-), balutan dalam keadaan baik
3
Perawat
H/ TD: 99/68 mmHg, N: 72x/menit, RR: 21x/menit, S:37.0 C, saO2: 99%
06.00 Jumat
Memonitor TTV
dwi
0
1,2,
Perawat
Mengukur intake & output H/ intake: 350 mili, output: 250 mili, BAB: -
02.00
Perawat
Mengobservasi TTV 101
1 12,30
H/ TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100% Merekam EKG H/ gambaran EKG: Sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4, dan V5 (anterior)
1,2, 3
Mengukur intake & output H/ intake: 300 mili, output: 250 mili, BAB: +
Memonitor tanda-tanda vital H/ - TTV = TD : 128/95 mmHg, N : 100x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC
1 1
Melakukan edukasi mengenai perawatan post PCI H/ pasien dan keluarga mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran dari perawat
1 1,2, 3 1
102
EVALUASI
NO 1
Waktu Selasa 19/2/19 03.00
Evaluasi S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya seperti belum adanya seperti pertama kali merasakan sesak O: - tidak ada disritmia
Kesadaran kompos mentis
Klien belum mampu BAK dengan baik di tandai dengan minimnya jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1200cc
Balance cairan: - 195
Hasil pengukuran TTV terakhir: 1. sebelum aktivitas : , TD : 121/85mmHg, N : 98x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC. 2.Setelah aktivitas , TD : 145/95 mmHg, N : 105x/menit, RR : 26x/menit, S : 36,7ºC
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung belum teratasi P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut: 1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan) 2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur. 3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah. 4. Kaji ulang EKG 5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien 2
Selasa 19/2/19 03.02
6. Auskultasi bunyi nafas S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul spslsgi ketika malam hari O: - Klien tampak belum mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan belum mampu dengan baik menjelaskan nyeri yang dirasakannya 103
Klien tampak belum mampu mengontrol nyeri dibuktikan dengan klien apabila nyeri terlihat tidak tenang
Klien mengatakan nyeri lebih berkurang
A: masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi P: intervensi dilanjutkan yaitu: 1. Kaji kembali nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri) 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) 4. Anjurkan pasien bedrest total 5. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler 7. Monitor TTV 8. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg 3
Selasa 19/2/19 03.04
9. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya seperti belum adanya seperti pertama kali merasakan sesak dan masih sulit melakukan pergerakan karena cepat lelah O: - Klien tampak tampak mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri
Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena cepat lelah
Hasil pengukuran TTV terakhir:1. sebelum aktivitas : , TD : 121/85mmHg, N : 98x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC. 2.Setelah aktivitas , TD : 145/95 mmHg, N : 105x/menit, RR : 26x/menit, S : 36,7ºC
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut: 1.Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 104
2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan 3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat 4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi. 6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal. EVALUASI
NO 1
Waktu Rabu 20/2/19 06.00
Evaluasi S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul tetapi lebih berkurang dari hari sebelumnya O: - tidak ada disritmia
Kesadaran kompos mentis
Klien belum mampu BAK dengan baik di tandai dengan minimnya jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1050cc
Balance cairan: - 45
TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit, RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung belum teratasi P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut: 1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan) 2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur. 3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah. 4. Kaji ulang EKG 105
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien 2
Rabu 20/2/19 06.02
6. Auskultasi bunyi nafas S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul apalagi ketika malam hari tetapi tidak sesering seperti hari sebelumnya O: - Klien tampak mulai mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan mulai mampu mendeskripsikan nyeri yang dirasakannya walaupun masih belum begitu detail
Klien tampak mulai mampu mengontrol nyeri walaupun masih harus diingatkan oleh anggota keluarga maupun perawat
Klien mengatakan nyerinya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan yaitu: 1. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 2. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) 3. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler 4. Monitor TTV 5. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg 6. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala
3
Rabu 20/2/19 03.04
S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya dan masih sulit melakukan pergerakan karena cepat lelah O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri tetapi dengan dampingan dari keluarga dan perawat
Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena cepat lelah 106
TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit, RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut: 1.Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan 3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat 4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi. 6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal. EVALUASI
NO 1
Waktu Kamis 21/2/19 05.32
Evaluasi S: Klien mengatakan sesaknya berkurang dari hari sebelumnya O: - tidak ada disritmia
Kesadaran kompos mentis
Klien mulai mampu BAK dengan baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1050 cc
Balance cairan: + 105
TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit, RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi sebagian 107
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut: 1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan) 2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur. 3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah. 4. Kaji ulang EKG 5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien 2
Kamis 21/2/19 05.34
6. Auskultasi bunyi nafas S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul O: - Klien tampak mulai mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan mulai mampu mendeskripsikan sakitnya walaupun masih terbata-bata lebih baik disbanding hari sebelumnya
Klien tampak mulai mampu mengontrol
Klien mengatakan nyerinya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan yaitu: 1. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 2. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) 3. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler 4. Monitor TTV 5. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg 3
Kamis 21/2/19 05.06
6. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya tetapi mulai mampu melakukan pergerakan tetapi masih cepet lelah 108
O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri tetapi dengan dampingan dari keluarga dan perawat
Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena masih merasa cepat lelah
TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit, RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut: 1.Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan 3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat 4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi. 6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
EVALUASI
NO 1
Waktu Jumat
Evaluasi S: Klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul 109
22/2/19 06.00
O: - tidak ada disritmia
Kesadaran kompos mentis
Klien mulai mampu BAK dengan baik
Balance cairan: + 105
TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi 2
Jumat 22/2/19 06.02
P: intervensi dihentikan S: Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya O: - Klien tampak sudah tidak merasakan nyeri
Klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail
Klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi 3
P: intervensi dihentikan Jumat S: Klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul 22/2/2019 O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri 06.04 Klien tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama
TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi P: Intervensi dihentikan
EVALUASI 110
NO 1
Waktu Jumat 22/2/19 11.30
Evaluasi S: Klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul O: - tidak ada disritmia
Kesadaran kompos mentis
Klien mulai mampu BAK dengan baik.
TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi 2
Jumat 22/2/19 11.32
P: intervensi dihentikan S: Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya O: - Klien tampak sudah tidak merasakan nyeri
Klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail
Klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi P: intervensi dihentikan 3
Jumat S: Klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul 22/2/2019 O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri 11.33 Klien tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama
TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi P: Intervensi dihentikan
111
112
PEMERIKSAAN PENUNJANG EKG (19/2/2019)
Interpretasi: 1. Irama
: Reguler
2. Frekuensi
: 1500 = 100 x/menit 15
3. Gelombang P: diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead 4. PR interval : 0,20 detik 5. QRS
: 0,08 detik
6. Aksis
: Lead I: (+2) + (-0) = +2 AvF : + 3 + (-0) = +3 Aksis = Normal
7. ST Depresi : ST Elevasi 8. T Inverted
: Lead I, II, AvF, V2-V5 : AvL, V1 – V6
9. Q patologis : V1-V6 10. Kesan
: Sinus rythm dengan injury pada lateral dan
anterior dan extensive infark
113
EKG (20/2/2019)
Interpretasi: 1. Irama
: Reguler
2. Frekuensi
: 1500 = 94 x/menit 16
3. Gelombang P
: diikuti QRS, gelombang P ada di semua
lead 4. PR interval
: 0,20 detik
5. QRS
: 0,08 detik
6. Aksis
: Lead I: (+1) + (-0) = +1 AvF : + 3 + (-0) = +3 Aksis = Normal
7. ST Depresi ST Elevasi
:: Lead I, II, AvF, V2-V6
8. T Inverted
: VI-V5
9. Q patologis
: VI-V5
10. Kesan
: Sinus rythm dengan injury pada lateral dan
anterior serta infark pada anterior
114
EKG (21/2/2019)
Interpretasi: 1. Irama
: Reguler
2. Frekuensi
: 1500 = 88 x/menit 17
3. Gelombang P
: diikuti QRS, gelombang P ada di semua
lead 4. PR interval
: 0,20 detik
5. QRS
: 0,08 detik
6. Aksis
: Lead I: (+1) + (-0) = +1 AvF
: + 2 + (-1) = +2
Aksis = Normal 7. ST Depresi ST Elevasi
:: Lead I, II, VI, V2, V3, V4, V5, V6
8. T Inverted
: V1
9. Q patologis
: V1-V6
115
10. Kesan
: Sinus rythm dengan injury pada anterior
dan ekstensive infark EKG (22/2/2019)
Interpretasi: 1. Irama
: Reguler
2. Frekuensi
: 1500 = 75 x/menit 20
3. Gelombang P
: diikuti QRS, gelombang P ada di semua
lead 4. PR interval
: 0,20 detik
5. QRS
: 0,08 detik
6. Aksis
: Lead I: (+1) + (-0) = +1 AvF
: + 5 + (-0) = +5
Aksis = Normal 7. ST Depresi ST Elevasi
:: Lead II, III, AvF, V2, V3, V4, V5, V6
8. T Inverted
:-
9. Q patologis
: V1-V5
116
10. Kesan
: Sinus rythm dengan injury pada inferior
dan anterior serta infark pada anterior
117
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tanggal 21-02-2019 (08:03:30) PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK
METODE
HASIL
SATUAN
NILA RUJUKAN
101 (H)
mg/dl
<90
METODE
HASIL
SATUAN
NILA RUJUKAN
Mekanik
36.0
detik
26.3 – 40.3
30.7
detik
DIABETES Glukometer (POCT) Tanggal 21-02-2019 (15:42:33) PEMERIKSAAN HEMATOLOGO HEMOSTASIS APTT Kontrol APTT
118
BALANCE CAIRAN (18/2/2019) Waktu 08. 00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00 07.00 Jumlah
Makan ½ porsi
Minum 100
Parenteral
BAK
BAB
Muntah
500 400 ½ porsi
100 + 50
½ porsi
200 150 200
500
250 800 150 1050
1000
1350
-
IWL
: 15 x 63 = 945
Intake
: 1050 + 1000 = 2050 cc
Output
: 1350 cc
Balance caran : intake – (output + IWL) = 2050 – (1350 + 945) = - 245
119
BALANCE CAIRAN (19/2/2019) Waktu 08. 00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00 07.00 Jumlah
Makan ½ porsi
Minum 150
Parenteral
BAK
BAB
Muntah
500 + 350 ½ porsi
100 50
1 porsi
200 150 150
500
200 700 100 950
1000
1200
-
IWL
: 15 x 63 = 945
Intake
: 950 + 1000 = 1950 cc
Output
: 1200 cc
Balance caran : intake – (output + IWL) = 1950 – ( 1200 + 945) = -195
120
BALANCE CAIRAN (20/2/2019) Waktu 08. 00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00
Makan ½ porsi
Minum 100
Parenteral
BAK
500
BAB
Muntah
+ 250
1 porsi
100
50 ½ porsi
150 50
200 500
350 Puasa PCI
06.00 07.00 Jumlah
950
1000
600 1050
IWL
: 15 x 63 = 945
Intake
: 950 + 1000 = 1950
Output
: 1050
Balance caran : intake – (output + IWL) = 1950 – (1050 + 945) = -45
-
121
BALANCE CAIRAN (21/2/2019) Waktu 08. 00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00 07.00 Jumlah
Makan Puasa PCI
Minum 50
Parenteral
BAK
500
BAB
Muntah
+ 250
1 porsi
250 150
1 porsi
200 250 100
500
200 150 1100
1000
550 1050
-
IWL
: 15 x 63 = 945
Intake
: 1100 + 1000 = 2100
Output
: 1050
Balance caran : intake – (output + IWL) = 2100 – (1050 + 945) = +105
122
BALANCE CAIRAN (22/2/2019) Waktu 08. 00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00 07.00 Jumlah
Makan 1 porsi
Minum 100
Parenteral
BAK
500
BAB
Muntah
+
500 Pasien pulang
100
500
IWL
: 15 x 63 = 945
Intake
: 100 + 500 = 600
Output
: 500
Balance caran : -
500
-
123
124