1540352166647_1. Cover + Teori + Pengkajian + Analisa Data.docx

  • Uploaded by: UL
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1540352166647_1. Cover + Teori + Pengkajian + Analisa Data.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,251
  • Pages: 29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal (Asmadi, 2008). Menurut Guyton & Hall (2006), bahwa mekanisme dasar pernapasan meliputi: 1) ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfir; 2) difusi dari oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah; 3) transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel; 4) pengaturan ventilasi (Priyanto, 2010). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga diperlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Hidayat, 2006) . Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari peranan fungsi sisitem pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Dan dalam implementasinya mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa oksigenasi, bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana praktik keperawatan yang mengalami masalah atau gangguan oksigenasi (Asmadi, 2008). Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Fatwa, 2009).

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi meliputi: saraf otonomik, hormon dan obat, alergi pada saluran nafas, perkembangan dan perilaku (Hidayat, 2006). Untuk itu permasalahan kebutuhan dasar oksigenasi harus diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun asuhan keperawatan terkait masalah oksigenasi. B. Tujuan 1. Tujuan Umun Tujuan umum penyusunan makalah ini agar mahasiswa khususnya mahasiswa S1 keperawatan, mampu mengingat kembali (review) mengenai konsep pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan praktek keperawatan pada klien yang mengenai gangguan oksigenasi. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih memahami: a. Pengertian oksigenasi b. Anatomi fisiologi struktur pernafasan c. Etiologi gangguan oksigeasi d. Fisiologi perubahan fungsi pernafasan e. Faktor-faktor yang berhubungan f. Batasan karateristik g. Patofisiologi h. Pathway i. Manisfestasi klinis j. Pemeriksaan penunjang k. Penatalaksanaan l. Focus pengkajian m. Nurse care plans

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel Mubarak, 2007). Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas (Andarmoyo,2012). Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. B. Anatomi Fisiologis Struktur pernafasan manusia dibagi menjadi 2 bagian (Ward, 2008): 1. Sistem pernafasan Atas Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring. a. Hidung. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan. b. Faring. Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara danmakanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan

jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara. c. Laring. Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisadisebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk. 2. Sistem pernafasan Bawah Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura. a. Trakea. Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincinkartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. b. Paru. Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri.Masingmasing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastik. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan friksi selama bernafas.

Menurut Ward (2008) berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua yaitu: a.

Pernapasan eksternal Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni : 1) Ventilasi pulmoner

Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat. 2) Pertukaran gas alveolar Setelah oksigen masuk alveolar,

proses

proses

pernapasan

berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas. 3) Transport oksigen dan karbon dioksida. Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru. b. Pernapasan internal Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial (Ward, 2008). C. Etiologi 1. Faktor Fisiologi a. Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia. b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran pernafasan bagian atas.

c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya oksigen (O2). d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll. e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru. 2. Faktor Perilaku a. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang. b. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen. c. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner. d. Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi/ Fe mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan. e. Kecemasan; menyebabkan metabolisme meningkat. (Muttaqin, 2008)

D. Fisiologi Perubahan Fungsi Pernafasan 1. Hiperventilasi. Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paruparu agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus. 2.

Hipoventilasi. Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.

3. Hipoksia.

Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia

adalah

kelelahan,

kecemasan

menurunnya

kemampuan

konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas. E. Faktor – faktor yang Berhubungan (Ward, 2008) 1.

Patologi a.

Penyakit

pernafasan

menahun

(TBC,

Asma,

Bronkhitis)

Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa. b.

Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania gravis).

2.

c.

Depresi SSP/ Trauma kepala.

d.

Cedera serebrovaskuler (stroke)

Maturasional a.

Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.

b.

Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.

c.

Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.

d.

Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

e.

Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi paru menurun.

3.

Situasional (Personal, Lingkungan) a.

Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat: pembedahan atau trauma nyeri, ketakutan, ansietas, keletihan.

b.

Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban rendah.

c.

Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernafasan mulut.

F. Batasan Karakteristik 1. MAYOR a.

Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya).

b.

Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas).

c.

Dispnea pada usahan napas.

d.

Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas.

e.

Peningkatan laju metabolik.

f.

Batuk tak efektif atau tidak ada batuk.

2. MINOR a.

Orthopnea

b.

Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi

c.

Pernafasan sukar/ berhati-hati

d.

Bunyi nafas abnormal

e.

Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal

f.

Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada lutut, condong ke depan).

g.

Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama.

h.

Penurunan isi oksigen.

i.

Peningkatan kegelisahan.

j.

Ketakutan.

k.

Penurunan volume tidal.

l.

Peningkatan frekuensi jantung.

(Diagnosa keperawatan, Lynda Juall Carpennito, hal 383 – 387) G. Patofisiologi Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi

yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan (Price & Wilson, 2008).

H. Pathways Obstruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi fungsi pernapasan terganggu Gangguan ventilasi pernafasan

Obstruksi jalan nafas

Hipoventilasi/ hiperventilasi

pengeluaran mukus yang banyak

perubahan volume sekuncup preload dan afterload serta kontraktilitas Gangguan difusi pertukaran O2 dan CO2 di alveolus

Takipneu dan bradipneu Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Ketidakefektifan pola napas

Perubahan irama/ gambaran EKG Keletihan dan kelemahan Intoleransi aktivitas (Sumber: Andarmoyo, 2012) I. Manifestasi Klinis 1. Suara napas tidak normal. 2. Perubahan jumlah pernapasan. 3. Batuk disertai dahak. 4. Penggunaan otot tambahan pernapasan. 5. Dispnea. 6. Penurunan haluaran urin. 7. Penurunan ekspansi paru. 8. Takhipnea.

Gangguan pertukaran gas

J. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu: 1.

EKG, menghasilkan rekaman gravik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

2.

Pemeriksaan stress latihan digunakan untuk mengevaluasi respon jantung terhadap stress fisik. Pemeriksaan ini meemberikan informasi tentang respon miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah korener.

3.

Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi; pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD)

K. Penatalaksanaan 1.

Pemantauan hemodinamika.

2.

Pengobatan bronkodilator.

3.

Pengobatan mukolitik.

4.

Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, missal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk pemberian oksigen jika diperlukan.

5.

Penggunaan ventilator mekanik.

6.

Fisioterapi dada.

L. Fokus Pengkajian 1.

Riwayat Keperawatan a. Masalah keperawatan yang pernah dialami.  Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.  Pernah mengalami batuk dengan sputum.  Pernah mengalami nyeri dada.  Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala - gejala di atas. b. Riwayat penyakit pernapasan  Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lainlain?  Bagaimana frekuensi setiap kejadian?

c. Riwayat kardiovaskuler Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau peredaran darah. d. Gaya hidup Merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok. 2. Pemeriksaan Fisik a. Mata 

Konjungtiva pucat (karena anemia)



Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)



Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)

b. Kulit 

Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)



Penurunan turgor (dehidrasi)



Edema.



Edema periorbital.

c. Jari dan kuku 

Sianosis



Clubbing finger.

d. Mulut dan bibir 

Membran mukosa sianosis



Bernapas dengan mengerutkan mulut.

e. Hidung Pernapasan dengan cuping hidung. f. Vena leher Adanya distensi / bendungan. g. Dada 

Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan).



Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.



Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan).



Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)



Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction)

3.



Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)



Pola pernapasan



Pernapasan normal (eupnea)



Pernapasan cepat (tacypnea)



Pernapasan lambat (bradypnea)

Pemeriksaan penunjang a.

EKG

b.

Echocardiography

c.

Kateterisasi jantung

d.

Angiografi

M. Nurse Care Plans Diagnosa 1: ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret yang berlebihan dan kental. Tujuan: kepatenan jalan napas. Kriteria Hasil: 1.

Menunjukkan pernapasan yang efektif baik secara mandiri maupun dengan alat bantu (suction, nebulizer, dll),

2.

Frekuensi pernapasan kisaran 16-24 x/menit,

3.

Tak ada wheezing, ronkhi basah kasar/ halus.

4.

Mampu mempraktekkan batuk efektif.

Intervensi umum: 1. Mandiri a. Kaji faktor penyebab. b. Kurangi atau hilangkan faktor penyebab. c. Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan. d. Sesuaikan pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk.

e. Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot. f. Ajarkan cara batuk efektif. g. Jika sekret kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatkan asupan cairan hingga 2-3 x sehari jika ada kontraindikasi). h. Pertahankan kelembapan udara inspirasi yang adekuat. 2. Kolaborasi a. Kolaborasikan

dengan

dokter

untuk

tindakan

suction

guna

mempertahankan kepatenan jalan napas. b. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian oksigen melalui masker, kanula hidung, dan transtrakea guna mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi. Rasional 1. Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan tidak efektif, dan bisa menyebabkan bronchitis. 2. Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas. 3. Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru, akibatnya pengembangan paru menjadi lebih besar. 4. Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilas alveolar. 5. Sekret yang kental sulit dikeluarkan dan dapat menyebabkan henti mukus, kondisi ini dapat menimbulkan atelektasis. 6. Secret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan. 7. Nyeri atau rasa takut akan nyari dapat melelah dan menyakitkan. 8. Dukungan emosional menjadi semangat bagi klien, air hangat dapat membantu relaksasi. Diagnosa 2: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi Tujuan: pola nafas lebih efektif dan kembali normal. Kriteria Hasil: 1.

Frekuensi, irama, dan kedalaman bernapas dalam batas normal;

2.

Tanda – tanda vital dalam batas normal;

3.

Suara paru dalam batas normal (tidak ada wheezing).

Intervensi umum: 1. Mandiri a. Monitor pernapasan dan status oksigen yang sesuai. b. Posisikan semi fowler. c. Catat pergerakan dada, simetris atau tidak, penggunaan otot bantu dalam bernapas. 2. Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian oksigen terapi sesuai kebutuhan. b. Kolaborasi pemberian bronkhodilator Rasional 1. Memonitor respirasi dan keadekuatan oksigen. 2. Memaksimalkan potensial respirasi. 3. Meilhat apakah ada obstruksi pada salah satu bronkhus atau adanya gangguan pada ventilasi. 4. Meningkatkan ventilasi dan memberikan asupan oksigen. 5. Menjaga kepatenan diameter jalan napas pada bronkhus.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Nama

: Ny.M

b. Umur

: 51 Tahun

c. Jenis Kelamin

: Perempuan

d. Agama

: Kristen

e. Pendidikan

: Strata satu

f. Pekerjaan

: Dosen

g. Suku/ Bangsa

: Nusa Tenggara Timur/ Indonesia

h. Alamat

: Taibenu, Kupang

i. Diagnosa Medis

: Efusi Pleura

j. Tanggal & jam masuk : k. Sumber informasi

: Klien, suami klien, anak klien dan rekam medis

l. Keluarga/ wali

: Tn. S

2. Status Kesehatan Saat Ini a. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluhkan sesek napas, RR : 26x/menit dan nyeri bagian kepala seperti ditusuk-tusuk dengan skala 4. b. Penyakit dahulu : Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk kerumah sakit dengan riwayat hipertensi. 3. Gaya Hidup Pasien mengatakan memang jarang olah raga, hanya melakukan pekerjaan sehari – hari, dan klien juga rajin mengkonsumsi sayur tapi jarang mengkonsumsi buah-buahan. 4. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Baik Kesadaran : Composmetis a. TTV:

Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi

: 92 x/menit

Pernafasan

: 26 x/menit

Suhu

: 36,3oC

b. Mata: Konjungtiva

: anemis

Sklera

: jernih, putih

Reflek pupil

: normal (peka terhadap rangsangan)

c. Kulit: Perifer

: tidak ada sianosis

Turgor

: elastisitas baik, dalam batas normal

Akral

: hangat

Pitting edema : tidak ada d. Jari dan kuku: Sianosis

: tidak ada.

CRT

: kembali dalam <2 detik

e. Mulut dan bibir: Warna

: pucat, sianosis.

Kebersihan

: cukup.

f. Hidung: Pergerakan cuping hidung

: mengembang dan mengempis dalam batas normal

Kebersihan

: cukup.

g. Leher: Distensi vena : tidak ada. Massa

: tidak ada pembesaran massa ataupun nyeri palpasi.

Warna

: tidak ada perubahan warna.

h. Dada: 1) Jantung: Inspeksi

: tidak ada perubahan warna. Dada bagain kanan tampak lebih besar dari bagian kiri.

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis di ICS V

Perkusi

: Batas kiri: atas: ICS II linea parasternalis Sn, bawah: ICS V linea midclavicula Sn. Batas kanan: Atas: ICS II linea parasternal Dx, Bawah: ICS IV linea parasternal Dx.

Auskultasi : S1 – S2, irama teratur, terdengar kencang. 2) Paru: Inspeksi

: adanya otot bantu pernapasan

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan, retraksi otot dada teraba.

Perkusi

: paru kiri: hipersonor, paru kanan: hipersonor, agak meredup pada bagian basal.

Auskultasi : terdengar bunyi ronkhi basah halus di paru-paru. i. Abdomen: Inspeksi

: tidak ada pembesaran, sianosis, lesi.

Auskultasi

: peristaltik dalam batas normal.

Perkusi

: terdengar bunyi timpani, tidak ada perbesaran hepar.

Palpasi

: Tidak Ada nyeri tekan.

j. Ekstremitas atas dan bawah: ROM

: aktif

Keseimbangan

: seimbang antara kanan dan kiri

Kekuatan otot: Ekstremitas superior dextra :0/5 gerakan penuh, menentang gravitasi dengan penahanan penuh. Ekstremitas superior sinistra :0/5 gerakan penuh, menentang gravitasi dengan penahanan penuh. Ekstremitas inferior dextra :0/5 gerakan penuh, menentang gravitasi dengan penahanan penuh Ekstremitas inferior sinistra :0/5 gerakan penuh, menentang gravitasi dengan penahanan penuh Ket : 0 : tidak ada pergerakan otot

1 : pergerakan otot yang dapat terlihat, namun tidak ada pergerakan sendi 2 : pergerakan sendi, namum tidak dapat melawan gravitasi. 3 : pergerakan melawan grafitasi, namum tidak melawan tahanan. 4 : pergerakan melawan tahanan, namuam kurang dari normal. 5 : kekuatan normal. k. Genetalia: saat diwawancarai tidak terdapat masalah pada genitalnya, terpasang kateter urine. 5. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Nama pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai normal

Natrium

128,4

mmol/L

135,37 – 145,0

Kalium

3,31

mmol/L

3,48 – 5,5

Clorida

89,1

mmol/L

96,0 – 106,0

ELEKTROLIT

HEMATOLOGI

Darah rutin Hemologbin

12,0 – 16,8

9,8

Leukosit

8.860

mm³

4,600 – 10.000

Eritrosit

30,9

jl/ mm³

3,9 – 5,9

Hematokrit

3,86

%

40 – 54

Trombosit

388.000

mm³

150.000 – 400,000

MCV

80,2

FL

82,0 – 95,0

MCH

25,4

PG

27,0 – 31,0

MCHC

31,7

G/DL

32,0 36,0

40

mm/jam

< 20

LED

Hitung jenis leukosit

Basofil

0

%

0-1

Eosinofil

0

%

2-4

Batang

0

%

3-5

Segmen

80

%

50-70

Limfosit

7

%

25-40

Monosit

13

%

2-6

Natrium

129,2

mmol/L

135,37-145,0

Calium

3,61

mmol/L

3,48-5,5

Clorida

86,8

mmol/L

96,0-106,0

ELEKTROLIT

b. EKG Hari/tgl/jam

Kesan

08/10/2018

1. Irama

: Sinus Arrhytmia

05.00 WIB

2. Axis

: normal axis

3. Interval

:

P

: 58 ms

QRS

: 65 ms

QT

: 336 ms

VAT

:-

c. Rontgen Regio Thoraks

Kesan 1. Klinis

: effusi pleura, MBC

2. Jantung : CTR sulit di evaluasi tapi kesan membesar Aorta elongasio dan mediastinum tak membesar

3. Pulmo : kedua hilus tidak membesar Tampak gambaran perselubungan opak homogen di paru-paru kanan/kiri terutama kanan sinus dan diafragma kanan terselubung. Kiri relative normal Tulang-tulang dan jaringan lunak sekitar tenang. Kesan: Effusi pleura bilateral – metataste tipe (MBC)

6. Terapi TERAPI/ PROGRAM MEDIS Nama Obat Tab

Fungsi Obat mengobati

Candesastra tekanan n

Dosis

Rute

8mg/24

Oral

jam

Indikator untuk

Kontra Indikator 

perawatan Tek

terhadap komponen

darah tinggi

anan darah

candesartan cilexetil

(hipertensi)

tinggi

apapun dan obat derivat

pada orang

sulfonamid lainnya

dewasa



Hamil dan menyusui

maupun



Gangguan hepar berat

anak-anak Ketorolac

Hipersensitivitas

Mengatasi nyeri

dan/atau kolestasis 30mg/8 jam

IV

Mengatasi penatalaksa-

sedang

naan nyeri

hingga berat

berat jangka pendek



Hipersensitif terhadap ketorolac thromethamine, pasien riwayat ulkus peptikum, penderita gagal ginjal berat, ibu menyusui

(<5hari) Anbacim

untuk mencegah

1g/12ja m

IV 1. Mengobati

Hentikan penggunaan

ispa bawah

obat Anbacim ini pada

serta

yang

saat pengguna sedang

mengobati

disebabkan

mengonsumsi alkohol,

Infeksi

oleh bakteri

karena dapat

penyakit

Parainfluenza,

menyebabkan

yang

Influenza tipe

menyebabkan kerusakan

disebabkan

A,

pada hati

oleh bakteri

Streptococcus

seperti gono

pneumoniae,

re, uretritis,

ataupun

ispa,

Enterobacteria

ataupun

2. Menyembuhka

penyakit

n infeksi

Lyme.

jaringan lunak seperti contohnya penyakit Selulitis (infeksi kulit). 3. Antibiotik untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri yang

Jangan menggunakan obat Anbacim ini untuk bayi berusia di bawah tiga bulan, karena sangat berbahaya. Dilarang menggunakan obat Anbacim ini untuk pengguna yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap obat-obatan yang masuk kedalam kelompok sefalosporin (jenis antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat terbentuknya dinding sel bakteri)

hidup dan berkembangbia

Jangan pernah

k di saluran

memberikan obat

kemih.

Anbacim ini untuk

Biasanya

pengguna yang memiliki

infeksi ini

riwayat gangguan

disebabkan

pencernaan, karena obat

oleh bakteri

Anbacim ini akan

escherichia

memperparah gangguan

coli (E. coli),

pencernaan pengguna.

Klamidia

ataupun

Pengguna yang sedang

mycoplasma

mengalami malnutrisi

4. Digunakan

atau gizi buruk dilarang

untuk terapi

menggunakan obat

infeksi tulang

Anbacim ini karena

dan sendi

dapat berpotensi

seperti

memperparah kondisi

contohnya

kesehatan tubuh

penyakit

pengguna.

Osteomielitis yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus. 5. Biasanya digunakan untuk pengobatan infeksi obstetri dan ginekologis seperti penyakit Dysfunctional Uterine Bleeding

Penderita Diabetes tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat Anbacim ini karena obat Anbacim dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah penggunanya. Tidak boleh menggunakan obat Anbacim ini untuk pengguna yang memiliki gangguan ginjal permanen, karena dapat meningkatkan kadar obat Anbacim ini di dalam tubuh pengguna

6. Pengobatan gonorea, yaitu

Untuk pengguna yang

sebuah

sedang mengalami

penyakit

gangguan hati, jangan

kelamin yang

mengkonsumsi obat

disebabkan

Anbacim ini dahulu.

oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menyebabkan munculnya nanah dan bau tidak sedap dari lubang alat kelamin, baik pada wanita maupun pria. 7. Dapat juga digunakan untuk terapi penyakit Sifilis, yaitu sebuah penyakit kelamin yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. 8. Mengobati penyakit septikemia, yaitu sebuah kondisi medis

Dilarang menggunakan obat Anbacim ini pada pengguna yang memiliki riwayat reaksi anafilaksis terhadap penisilin

dimana penderitanya mengalami keracunan darah akibat senyawasenyawa yang dihasilkan oleh bakteri patogenik. 9. Penyembuhan penyakit meningitis, yaitu sebuah penyakit yang menyerang selaput otak yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Neisseria meningitidi, Listeria monocytogene s, ataupun Haemophilus influenzae 10.

Digunakan untuk mencegah terjadinya

resiko terkena infeksi bakteri pada saat melakukan operasi esofageal dan vaskuler. Dexametha sone

berfungsi

0,5mg/

untuk

8 jam

IV

Penyakit inflamasi akut

mengobati

Penyakit

kondisi

inflamasi pada

seperti arthr

kulit

itis,

Penyakit

gangguan

inflamasi pada

darah/horm

mata

on/sistem

Penyakit

kekebalan

rematik sendi

tubuh, reaks

Penyakit asma

i alergi,

bronkhial

masalah

Penyakit

kulit dan

sistemik lupus

mata

eritematosus

tertentu,

Penyakit

masalah

keganasan

pernapasan,

sistem limfati

gangguan usus tertentu, dan

Deksametason tidak boleh digunakan pada penderita dengan beberapa kondisi berikut : Memiliki penyakit tuberkulosis paru aktif (TBC) Memiliki penyakit infeksi yang sifatnya akut (sedang berlangsung dan berat) Memiliki penyakit infeksi jamur, misalnya panu, kurap, keputihan akibat jamur dan sebagainya Memiliki penyakit herpes mata (herpes occular) Memiliki penyakit tukak lambung (ulkus peptikum) Sedang mengalami osteoporosis atau pengeroposan rulang Sedang mengalami psikosis maupun psikoneurosis berat Sedang mendapatkan vaksin hidup Ibu hamil atau berencan untuk hamil.

kanker tertentu Combivent

mengatasi

2,5ml/8

Inhalsi

Kardiomiopati obstruktif

penyakit

jam

hipertrofi,

saluran

takiaritmia. Hipersensitif

pernapasan,

terhadap derivat atropin

seperti PPO K atau asma Ranitidine

untuk menangani

50mg/1 2 jam

IV

1. tukak



1. Bagi wanita hamil dan

lambung,

menyusui, sesuaikan

gejala atau

2. tukak

dosis dengan anjuran

penyakit

duodenum

dokter.

yang

3. sakit maag

berkaitan

4. nyeri ulu

dengan

hati

produksi

5. serta

asam

gangguan

berlebih di

pencernaan

2. Konsultasikan dosis ranitidin untuk anak-anak dengan dokter. 

3. Harap berhatihati bagi penderita

dalam

gangguan ginjal.

lambung.

4. Harap waspada bagi yang memiliki riwayat perdarahan, sulit menelan, muntah, dan penurunan berat badan tanpa alasan jelas. 

5. Penderita yang memiliki riwayat porfiria akut tidak boleh menggunakan ranitidin.



Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter

B. ANALISIS DATA No. 1.

Data Fokus

Problem

Etiologi

DS: Pasien mengatakan lemes, Ketidakefektifan

Sindrom

dan sesek napas

hipoventilasi

pola nafas

DO:

(ketidak mampuan

RR: 26 x/ menit, px fisik:

alveoli untuk

auskultasi

mengembang

terdengar

bunyi

RBH di paru kanan. Tampak

akibat akumulasi

penggunaan otot bantu dalam

cairan di pleura).

bernapas. Hasil RO thorax: efusi pleura-MBC. 2.

DS: -

Nyeri akut Klien mengatakan nyeri

Agen cedera biologi

di bagian dada P : Efusi pleura Q : nyerinya seperti di tusuk-tusuk R : bagian dada S : 4 ( 1 – 10 ) T

:

nyerinya

terus

menerus. DO: -

Klien tampak menahan nyeri.

-

Hasil

pemeriksaan

penunjang

:

Efusi

pleura – MBC

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d. sindrom hipoventilasi. (Diagnose Aktual) 2. Nyeri b.d agen cidera biologi

Related Documents


More Documents from ""

1. Cover.docx
December 2019 36
Telaah Kritis Jurnal.docx
December 2019 35
Mkep Bab Iv - V.docx
November 2019 33
Leafleat.docx
December 2019 35