1510054_vamila Meydiawati_resume Komplementer.docx

  • Uploaded by: Vamila Meydiawati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1510054_vamila Meydiawati_resume Komplementer.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,381
  • Pages: 37
TUGAS MANDIRI RESUME KULIAH

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

Fasilitator : Imroatul Farida, S.Kep., Ns., M.Kep. NIP. 03.033

Oleh : Vamila Meydiawati NIM. 151.0054

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2018

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berkenaan dengan Keperawatan Komplementer. Penyusunan portofolio ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Komplementer di Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada dalam menyusun portofolio ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terimakasih tersebut ditujukan kepada: 1. Ibu Imroatul Farida.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Penanggung jawab Mata Kuliah Keperawatan Komplementer 2. Rekan-Rekan mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya. Dalam menyelesaikan portofolio ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan bagi pengembangan Keperawatan Komplementer

Surabaya, 7 Desember 2018

2

DAFTAR ISI BAB 1 ..................................................................................................................... 5 Pertimbangan Etik & Aplikasi Legal Etik Dalam Praktik ............................... 5 Keperawatan Komplementer ............................................................................... 5 1.1

Konsep Etik Prinsip Keperawatan ....................................................... 5

1.2

Sikap atau Perilaku Perawat Sesuai Etik............................................. 5

1.3

Dasar Hukum Terapi Komplementer .................................................. 7

1.4

Legaltitas Hukum Terapi Komplementer ............................................ 8

BAB II .................................................................................................................. 10 Konsep Terapi Komplementer........................................................................... 10 2.1

Pengertian ............................................................................................. 10

2.2

Tujuan ................................................................................................... 10

2.3

Macam-Macam atau Jenis Terapi Komplementer ........................... 11

2.4

Jenis Terapi Komplementer yang Dapat di Akses Perawat ............. 12

2.5

Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer ................................... 13

BAB III ................................................................................................................. 16 HIPNOTERAPI .................................................................................................. 16 3.1

Pengertian Hipnoterapi ....................................................................... 16

3.2

Manfaat Hipnoterapi ........................................................................... 16

3.3

Indikasi Hipnoterapi ............................................................................ 17

3.4

Kontraindikasi Hipnoterapi ................................................................ 18

3.5

Tahapan-tahapan Hipnoterapi ........................................................... 18

3.6

Aplikasi dan Demonstrasi & SOP Hipnoterapi ................................. 20

BAB IV ................................................................................................................. 27 TERAPI ZONA ................................................................................................... 27 4.1

Pengertian Terapi Zona ....................................................................... 27

4.2

Konsep Dasar Akupuntur.................................................................... 27

4.3

Manfaat ................................................................................................. 28

4.4

Indikasi .................................................................................................. 28

4.5

Kontraindikasi ...................................................................................... 29

4.6

Bagian-Bagian Meridian Tubuh ......................................................... 29

4.7

Sop Akupuntur ..................................................................................... 31

BAB 5 ................................................................................................................... 34 TERAPI HIPERBARIK ..................................................................................... 34 3

5.1

Pengertian Terapi Hiperbarik ............................................................ 34

5.2

Manfaat Terapi Hiperbarik ................................................................ 34

5.3

Indikasi Terapi Hiperbarik ................................................................. 35

5.4

Kontraindikasi ...................................................................................... 36

4

BAB 1 Pertimbangan Etik & Aplikasi Legal Etik Dalam Praktik

Dosen

Keperawatan Komplementer : Imroatul Farida, S.Kep., Ns., M.Kep.

Tanggal

: September 2018

1.1 Konsep Etik Prinsip Keperawatan Etika berasal dari bahaya Yunani yaitu Ethos yang berarti kebiasaan, model perilaku atau standart dalam menentukan tindakan seseorang. Sedangkan menurut Kamus Webster, Etika adalah suatu ilmu yang membahas mengenai tata cara bertindak seseorang yang berkaitan dengan baik dan buruk berdasarkan nilai moral di masyarakat. Etika juga berkaitan erat dengan adat istiadat suatu wilayah secara moral yang mempengaruhi manusia dalam melakukan interaksi social. Aspek legal etik keperawatan merupakan dasar bagi praktik keperawatan professional. Tenaga professional rentan mengalami dilema etik saat menjalankan praktik keperawatan, oleh karena itu pengetahuan tentang kode etik keperawatan sangat dibutuhkan oleh tenga professional (Noviani, 2016). Etika keperawatan dapat menciptakan dan mempertahankan kepercayaan hubungan antara perawat dengan pasien, perawat dengan perawat, perawat dengan profesi lain, serta perawat dengan masyarakat (Agustine, Happy, & Utami, 2016).

1.2 Sikap atau Perilaku Perawat Sesuai Etik Menurut (Nasrullah, 2014) etik keperawatan berprinsip pada harkat martabat manusia. Antara lain : a. Otonomi Bentuk rasa menghargai yang ditunjukkan perawat bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Pasien berhak membuat keputusan mau atau tidak diberikan pelayanan

5

keperawatan. Pasien berhak untuk menerima atau menolak tindakan perawatan. b. Beneficience (Berbuat Baik) Perawat memberikan tindakan, pelayanan serta asuhan keperawatan tanpa merugikan pasien. Sebagai perawat harus berbuat baik ketika berkomunikasi ataupun memberikan pelayanan keperawatan dengan cara menjelaskan terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan. c. Justice (Keadilan) Prinsip justice dilakukan agar sesama pasien mendapat haknya secara sama dan adil antara pasien yang satu dengan yang lain dengan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. d. Non-maleficience (Tidak Merugikan) Segala bentuk tidakan yang diberikan tidak bertujuan untuk merugikan pasien. Menghindarkan pasien dari resiko infeksi e. Veracity (Kejujuran) Bersikap sebaik baiknya dan menyampaikan informasi secara jujur tanpa ada yang ditutup-tutupi dari pasien tindakan meyakinkan pasien untuk mengerti mengenai status kesehatannya tetapi dengan memperhatikan saat yang tepat saat menyampaikan. f. Fidellity (Metepati Janji) Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. g. Confidentiality (Kerahasiaan) Informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien dan perawat tidak boleh menceritakan keadaan klien atau pasien kepada orang lain kecuali untuk kepentingan medis. h. Accountability (Akuntabilitas) Semua tindakan dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali, bertanggung jawab pada setiap tindakan yang diberikan.

6

Dalam menjalankan kode etik profesi diperlukan perilaku dan sikap perawat yang baik. Aspek etika menjadi bagian penting dalam melakukan pelayanan kepada pasien antara lain (Mudayana, 2014): 1. Kognitif (pengetahuan) yang memadai 2. Emosi (psikologis) yang seimbang dan terkontrol 3. Psikomotor (skill) yang cepat, tanggap, dan tepat 4. Fisik yang sehat 5. Spiritual yang bagus 6. Dapat berkomunikasi secara efektif 7. Displin dalam bekerja 8. Rendah hati dan ramah 9. Sabar dan baik

1.3 Dasar Hukum Terapi Komplementer Pada dasarnya terapi komplementer telah didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger, dan teori lainnya. Masyarakat menggunakan terapi komplemeter dengan alasan keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian ( evidencebased practice) (Widyastuti, 2008). Dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan : 1. Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat 2. Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional 3. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan

pengobatan

komplementer-alternatif

pelayanan kesehatan.

7

di

fasilitas

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan hiperbarik. 7. Keputusan

Direktur

Jenderal

Bina

Pelayanan

Medik,

No.

HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer-alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan

1.4 Legaltitas Hukum Terapi Komplementer Menurut Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang Praktik Keperawatan pasal 30 ayat (2) huruf m yang berbunyi “Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat, perawat berwenang melakukan penatalaksanaan keperawatan kompelementer dan alternatif (UU RI no. 38, 2014) DAFTAR PUSTAKA Agustine, U., Happy, R. E., & Utami, N. W. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Cahyadi, A. (2017). Metode hipnoterapi dalam merubah perilaku, 17, 73–82. Mudayana, A. A. (2014). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Supplemen Majalah Kedokteran Andalas, 37, 69–74. NCCAM, & Statistics National Center for Health. (2008). Complementary and Alternative Medicine in the United States. Medscape General Medicine. https://doi.org/10.17226/11182 Noviani, W. (2016). Persepsi Mahasiswa Profesi Ners Tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Indonesian Journal of Nursing Practices, 1(1), 30–39. Satria, D. (2013). Complementary and alternative medicine: A fact or promise? Idea Nursing Journal, IV No. 3.

8

Teten, W. (2011). Terapi Modalitas, Terapi Komplementer dan Konseling Keluarga. UNSOED: Jurusan Keperawatan. UU RI no. 38. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Keperawatan. Departemen Kesehatan RI 2014. https://doi.org/10.1175/JCLI3783.1 Widyastuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(1), 53–57. https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.200

9

BAB II Konsep Terapi Komplementer Dosen

: Imroatul Farida, S.Kep., Ns., M.Kep.

Tanggal

: September 2018

2.1 Pengertian Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terapi komplementer disebut juga dengan pengobatan holistik, pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004) dalam (Widyastuti, 2008). Terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah sumber daya pengobatan yang meliputi sistem sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada. Complementary and Alternative Medicine (CAM) merupakan pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional (Satria, 2013).

2.2 Tujuan

10

Tujuan terapi komplementer adalah untuk untuk mengurangi stres, meningkatkan

kesehatan,

mencegah

penyakit,

menghindari

atau

meminimalkan efek samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkan penyakit. 2.3 Macam-Macam atau Jenis Terapi Komplementer National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) pengobatan alternatif dibagi menjadi 5 mencakup beberapa kategori sebagai berikut (NCCAM & Statistics National Center for Health, 2008): 1. Alternative Medical Systems a. Homeopathic medicine: suatu sistem pengobatan yang melibatkan terapi individu dengan zat yang sangat diencerkan, diberikan terutama dalam bentuk tablet, dengan tujuan memicu sistem alami tubuh untuk penyembuhan. b. Naturopathic medicine: metode pengobatan yang menggunakan sarana alami seperti makanan, latihan fisik, panas, udara, air, cahaya, dan sarana fisiologis 2.

Mind-Body Interventions. Berbagai teknik yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas pikiran dalam mempengaruhi fungsi tubuh dan meringankan gejala penyakit. Contoh : meditasi, biofeedback, hipnosis, terapi beribadah, mental healing, terapi musik, terapi seni, terapi dansa, guided imagery (suatu teknik yang menggunakan imajinasi dan visualisasi untuk membantu mengurangi stres dan mendorong relaksasi).

3. Biologacally Based Therapies. Terapi yang menggunakan substansi alami seperti bahan herbal, makanan, dan vitamin tertentu untuk terapi nyeri, penyakit, atau keadaan ketidakseimbangan. Contohnya yakni suplemen seperti megavitamin yang banyak di apotek, produk herbal seperti minyak jinten hitam, ekstrak kurma, madu, propolis, dll yang banyak dijual di toko-toko herbal.

4. Manipulative and Body-Based Methods

11

Metode ini menggunakan manipulasi dan/atau gerakan tubuh atau anggota tubuh, cotohnya: a. Chiropractic : bentuk terapi manual yang berfokus pada hubungan antara struktur dan fungsi, khususnya pada tulang belakang untuk mengurangi rasa sakit. b. Osteopathic: suatu sistem terapi yang didasarkan pada konsep bahwa tubuh memiliki kekuatan untuk menemukan pengobatannya sendiri terhadap penyakit bila tubuh berada dalam hubungan struktural yang normal, lingkungan yang normal, dan mendapatkan gizi yang baik. c. Massage: terapi dengan memanipulasi otot dan jaringan ikat untuk meningkatkan fungsi jaringan, dan relaksasi. 5. Energy Therapies Terapi menggunakan medan energi baik itu energi dari alam atau energi elektromagentik, contohnya: a. Qi gong: berasal dari Tiongkok, berupa kombinasi gerakan, meditasi, dan pola nafas untuk mengalirkan qi (suatu energi vital), sehingga melancarkan peredaran darah dan meningkatkan imunitas. b. Rei-ki: berasal dari Jepang, merupakan suatu kepercayaan mengenai adanya energi spiritual yang dapat menyembuhkan tubuh. c. Terapi sentuh: teknik kuno dengan menempelkan telapak tangan dapat mengembalikan ketidakseimbangan energi

2.4 Jenis Terapi Komplementer yang Dapat di Akses Perawat Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses keperawatan, yaitu : (Teten, 2011): 1. Akupuntur Berasal dari Cina. Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.

12

2. Terapi Hiperbarik Suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2-3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal, lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara. Oksigen bertekanan tinggi efektif memicu sel dan jaringan rusak memperbaiki diri sendiri sehingga kerap digunakan untuk memperhalus kulit dan kebugaran tubuh. Umumnya digunakan untuk pasien-pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh 3. Terapi Herbal Medik Terapi dengan menggunakan obat bahan alam yang telah melalui uji preklinik pada hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh.

2.5 Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer diantaranya sebagai berikut: 1. Konselor Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila pasien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.

13

2. Pendidik Kesehatan Perawat dapat menjadi pendidik di sekolah ataupun instansi keperawatan. Selain itu, perawat juga dapat memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya. 3. Peneliti Sebagai peneliti perawat berperan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil evidence-based practice. 4. Pemberi Pelayanan Langsung Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang terintegrasi khususnya terapi komplementer. 5. Koordinator Perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien sehingga peran Koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait. 6. Advokat Perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang munkin diberikan termasuk perawatan alternatif. DAFTAR PUSTAKA Agustine, U., Happy, R. E., & Utami, N. W. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Cahyadi, A. (2017). Metode hipnoterapi dalam merubah perilaku, 17, 73–82. Mudayana, A. A. (2014). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Supplemen Majalah Kedokteran Andalas, 37, 69–74. NCCAM, & Statistics National Center for Health. (2008). Complementary and Alternative Medicine in the United States. Medscape General Medicine. https://doi.org/10.17226/11182 Noviani, W. (2016). Persepsi Mahasiswa Profesi Ners Tentang Kode Etik

14

Keperawatan Indonesia di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Indonesian Journal of Nursing Practices, 1(1), 30–39. Satria, D. (2013). Complementary and alternative medicine: A fact or promise? Idea Nursing Journal, IV No. 3. Teten, W. (2011). Terapi Modalitas, Terapi Komplementer dan Konseling Keluarga. UNSOED: Jurusan Keperawatan. UU RI no. 38. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Keperawatan. Departemen Kesehatan RI 2014. https://doi.org/10.1175/JCLI3783.1 Widyastuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(1), 53–57. https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.200

15

BAB III HIPNOTERAPI Dosen

: Yoga Kertapati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Tanggal

: September 2018

3.1 Pengertian Hipnoterapi Hipnoterapi adalah suatu cabang ilmu psikologi yang mempelajari mengenai manfaat sugesti untuk mengatasi masalah dengan memanfaatkan kondisi alam bawah sadar manusia (Setiawan, 2009). Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana manfaat dari sugesti (hipnotis) untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku, dapat juga dikatakan sebagai teknik terapi pikiran dengan hipnotis (Meissy, 2007 dalam Ismayadi & Nasution, 2014). Hipnoterapi adalah suatu cara penyembuhan penyakit dengan hipnotis. Hipnotis salah satu cabang ilmu psikologi dengan memberikan sugesti kepada alam bawah sadar guna utuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku (Susilo & Kemala, 2010 dalam Irianto, Kristiyawati, & Supriyadi, 2014).

3.2 Manfaat Hipnoterapi Menurut Cahyadi (2017) dalam penelitiannya menuliskan bahwa hipnoerapi mempunyai banyak manfaat untuk kehidupan manusia, antara lain : 1. Manfaat hipnoterapi dalam bidang pendidikan Salah satu manfaat hipnoterapi dalam dunia pendidikan ialah sebagai selfconfidence. Hipnoterapi Selfconfidence bis digunakan untuk membangkitkan kepercayaan diri seseorang dengan cara mensetting pola pikir baru dan menyingkirkan berbagai bentuk pikiran seperti minder, cemas, gugup, dan ketakutan berinteraksi di depan umum melaui media audio hipnoterapi. 2. Manfaat hipnoterapi dalam bidang psikologi

16

Manfaat hipnoterapi dalam bidang psikologi adalah sebagai salah satu cara untuk mangatasi masalah psikis seperti panik yang terlalu berlebih, stress, depresi, frustasi, sakit hati dan emosi negatif. 3. Manfaat hipnoterapi dalam bidang kecantikan Dengan hipnoterapi, weight loss anda bisa dengan mudah mensugesti diri anda dengan hypnosis self untuk kontrol terhadap pola makan yang menunjang program diet anda. 4. Manfaat hipnoterapi dalam bidang kesehatan Dalam bidang kesehatan, hipnoterapi digunakan untuk memotivasi diri untuk bisa lepas dari penyakit yang diderita. Hipnoterapi Pain adalah memberikan kenyamanan yang luar biasa, dengan mengurangi rasa nyeri. Hipnoterapi juga dapat digunakan untuk pecandu rokok agar terlepas dari jeratan rokok yang telah meracuni tubuh dan otak anda. 5. Manfaat hipnoterapi dalam bidang peningkatan kualitas diri Digunakan untuk meningkatkan kualitas diri sebagai penghambat kesuksesan dengan adanya kebiasaan buruk yang selalu kontinyu anda lakukan.

3.3 Indikasi Hipnoterapi Gangguan-gangguan yang dapat diitangai dengan hypnosis secara garis besar dibagi dalam 3 kategori: 1. Gangguan psikomatik Gangguan yang dialami berupa faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik, jadi gejala yang nampak adalah gejala fisik. Gangguan ini meliputi sistem kardiovaskuler, pernapasan, endokrin, gastrointestinal dan genitourinaria. Hipnosis efektif pada beberapa gangguan SSP, seperti insomnia, nyeri kepala, gagap, tik, dan lain-lain.

2. Gangguan psikiatrik Gangguan yang dialami berupa faktor psikologis yang gejalanya nampak pada area psikologis. Hipnosis digunakan untuk mengatasi

17

beragam neurosis konversi, kecemasan, fobia, obsesi-kompulsif, depresi reaktif atau depresi neurotik, dan neurotik pasca trauma. 3. Kasus-kasus pada bidaang lain, seperti anestesi, nyeri persalinan, ekstraksi gigi, mengatasi obstipasi atau retensi unrin pasca bedah. 3.4 Kontraindikasi Hipnoterapi Secara garis besar, kontraindikasi hipnoterapi adalah pada keadaan: 1. Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang, gaduh gelisah, misalnya pada psikosis akut sehingga tidak dapat dilakukan kontak psikis dengan subjek. 2. Seseorang yang dalam keadaan tidak mengerti apa yang akan dilakukan, misalnya pada orang imbesil atau dimensia. Pada mereka tidakdapat dilakukan hipnotis dengan cara apapun. 3. Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang apa yang kita katakan, sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada subjek. 4. Subjek yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar seperti pasien paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian seperti obsesikompulsif. 5. Penggunaan hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik. 6. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.

3.5 Tahapan-tahapan Hipnoterapi Menurut (Wong & Andri, 2010) hipnoterapi akan berhasil apabila melalu tahapan-tahapan berikut ini : 1. Pre induction pre induction adalah mempersiapkan siatuasi yang kondusif dan tenang antara suyet dan terapis. Sebelum terapis melakukan proses hipnosis terlebih dahulu perlu mengkaji masalah/gangguan yang dialami oleh suyet sehingga memudahkan terapis untuk memberikan sugesti ditahap berikutnya. Pada tahap ini suyet harus memiliki rasa trust atau percaya pada terapis. Pada tahan pre induction diawali dengan berkenalan, berbincang santai dan membebaskan suyet untuk menceritakan perasaan yang

18

mengganggunya. 2. Induction induction atau induksi ialah proses untuk mengajak klien memasuki kondisi hipnosis atau sebuah kondisi yang terfokus dan rileks yang memiliki tingkat menerima sugesti atau saran yang tinggi. Induksi yang digunakan ialah induksi yang sesuai dengan karakter dan tingkat sugestibilitas klien. 3. Deepening Konsep dasar dari deepening ini adalah membimbing subyek klien untuk berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada di suatu tempat yang mudah dirasakan oleh subyek. Rasa mengalami secara dalam ini akan membimbing subyek memasuki trance level lebih dalam. Berdasarkan Davis-Husband Scale, tingkat kedalaman hipnosis dapat dibagi menjadi 30 tingkat kedalaman. Kedalaman pengaruh hipnosis dengan nilai skor dan gejala objektif yang bisa diintepretasikan menurut The Davis Hypnotic Susceptibility Test (Hukom, 1979, IBH, 2002). 4. Suggestion Suggestion merupakan suatu kalimat-kalimat saran yanng disampaikan oleh hipnosis ke bawah sadar obyak. Dalam hal ini sugesti tersebutlah yang menjadi tujuan kegiatan hipnosis dilakukan. 5. Termination Temination merupakan tahap pengakhiran untuk mengembalikan suyet pada keadaan semula 6. Post Hypnotic Keadaan setelah proses hipnosis selesai seperti pada awal sebelum dilakukan kegiatan hipnosis. Pada fase ini diharapkan apa yang menjadi tujuan awal dari hipnosis untuk terapi pada subjek tercapai setelah proses hipnosis selesai.

19

3.6 Aplikasi dan Demonstrasi & SOP Hipnoterapi

HIPNOTERAPI (HIPNOSIS BIASA) PROSEDUR

NO DOKUMEN

NO REVISI:

HALAMAN:

TETAP TANGGAL

DITETAPKAN OLEH:

TERBIT

1.

Hypnotherapy

PENGERTIAN

dimana

adalah

pasien

suatu

metode

dibimbing

untuk

melakukan relaksasi,

dimana setelah

kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan. 2.

Saat ini hipnoterapi dapat digunakan

TUJUAN

untuk mengatasi masalah – masalah sebagai berikut: 1. Fisik 2. Masalah Emosi 3. Masalah Perilaku 3.

1. Meningatkan

INDIKASI

(kepercayaan

mental diri,

klien

menghilangkan

trauma, mengurangi phobia) 2. Menyembuhkan psikosomatis klien (alergi, asma)

20

3. Membantu

proses

penyembuhan

klien(kanker, aids) 4.

1. Seseorang yang dalam kondisi tidak

KONTRAINDIKASI

tenang, gaduh gelisah, misalnya pada psikosisakut sehingga tidak dapat dilakukan

kontak

psikis dengan

subjek. 2. Seseorang yang dalam keadaan tidak mengerti apa yang akan dilakukan, misalnya pada orang imbesil atau dim ensia. Pada mereka tidakdapat dilakuk an hipnotis dengan cara apapun. 3. Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti

tentang

katakan,sugesti

apa

verbal

yang

kita

tidak akan

berpengaruh pada subjek. 4. Subjek

yang

memiliki

kesulitan

dengan kepercayaan dasar seperti pasien paranoidatau yang memiliki masalah pengendalian seperti obsesikompulsif. 5. Penggunaan hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik. 6. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik. 5.

1. Pasien sebagai subjek.

PERSIAPAN PASIEN

2. Terapis sebagai fasislitator 3. Bersedia dengan sukarela. 4. Memiliki kemampuan untuk fokus 5. Memahami komunikasi verbal. 6.

1. Kursi

PERSIAPAN ALAT

2. Bantal jika diperlukan

21

7.

CARA KERJA A. Pre induction 1. Klien dan penghipnotis memperkenalkan diri 2. Menganjurkan klien untuk menceritakan keluhan yang sedang dialami 3. Memberikan berbagai pemecahan masalah yang dapat diambil 4. Menjelaskan hipnoterapi secara singkat, jelas, dan mudah dipahami 5. Meminta persetujuan klien dan memberikan inform consent pada klien untuk dilakukan hipnoterapi 6. Melakukan tes subjektifitas a. Anjurkan klien duduk dengan nyaman b. Mengajarkan klien tarik napas dalam c. Menganjurkan klien untuk melakukan hand clasp test yaitu dengan meminta

subjek

menangkupkan

kedua

tangan,

kemudian

merekatkan kedua jari telunjuk dan sugestikan bahwa pada kedua telunjuk terdapat lem yang akan merekatkan jari telunjuk tersebut. Sugestikan bahwa semakin klien ingin memisahkan telunjuknya maka jari telunjuknya akan semakin lengket. Selanjutnya minta klien untuk menyatakan apakah jarinya semakin lengket atau tidak. d. Anjurkan klien untuk rileks dan menarik napas dalam e. Lepaskan jari tangan tersebut. B. Induction 1. Pada tahap induksi hypnotherapist harus mahir dalam menyusun variasi kalimat Pacing–Leading (Physical mirroring yaitu pencerminan fisik, Match the voice yaitu penyelarasan kualitas suara, Match the breathing yaitu penyelarasan irama nafas, Match the size of the pieces of information yaitu penyelarasan pengelompokan informasi, Match their common experience yaitu penyelarasan pengalaman umum) 2. Posisikan klien lebih rileks lagi dari Normal State ke Hypnosis State (suasana sangat rileks dan sugestif) 3. Latih klien untuk nafas dalam lagi untuk merilekskan tubuh dan pikiran klien

22

4. Bawa klien pada satu titik focus atau tanamkan sugesti yang berkebalikan pada masalah klien (contoh kalimat “sekarang lihat telapak tangan saya, bayangkan bahwa ditelapak tangan ini ada rokok dan rokok ini digantikan dengan petis/makanan yang tidak disukai oleh klien”) 5. Pastikan klien sudah pada posisi yang benar-benar focus dan rileks 6. Apabila sudah, tepuk kedua tangan hypnoterapist secara cepat dan keras C. Deepening dan dept level test 5

Pada tahap Deepening hypnotherapist akan membimbing klien untuk berimajinasi melakukan suatu kegiatan atau berada di suatu tempat yang mudah dirasakan oleh subjek untuk memasuki trance level yang lebih dalam.

6

Pastikan bahwa klien hanya mendengarkan suara hypnotherapist dengan memegang tubuh klien dan memberikan perintah untuk mendengarkan suara hypnotherapist saja.

7

Pastikan bahwa klien mengerti perintah yang diberikan oleh hypnotherapist dengan memerintahkan klien untuk menggerakkan bagian tubuhnya.

8

Bimbing klien untuk berimajinasi ke suatu tempat yang nyaman untuk klien dengan menggunakan 5 tahap. a. Lima, perintahkan agar tubuh dan pikiran anda memasuki relaksasi lebih dalam, total, semakin tenang, semakin lelap. b. Empat, biarkan tubuh dan pikiran anda memasuki tidur yang lebih dalam lagi, bahkan saat ini anda dapat membayangkan berada di suatu tempat lain yang menurut anda adalah tempat yang nyaman, tempat yang indah, dimanapun itu, buatlah semakin jelas, semakin riel, semakin nyata, bahkan anda dapat merasakan detailnya, emosinya. c. Tiga, semakin lelap, lebih dalam lagi, rasakan tubuh anda semakin ringan, bahkan anda dapat melupakannya. d. Dua, masuki tidur lelap berkali lipat lebih dalam, dan rasakan suasana menjadi sangat hening, bahkan anda benar-benar tidak menghiraukan suara apapun juga, begitu tenang, fisik anda terlelap,

23

fikiran anda bersitirahat, bahkan seluruh panca-indra anda benarbenar beristirahat. e. Satu, silakan nikmati relaksasi yang sangat luar biasa ini, silakan anda membayangkan diri anda di suatu tempat yang nyaman dan indah, dan saat yang sama biarkan fisik dan pikiran anda beristirahat total, nyaman, tenang, damai. D. Suggestion 1. Sampaikan pada klien untuk merilekskan seluruh tubuhnya hingga merasa rileks dan nyaman. 2. Setelah pasien sudah merasa nyaman mulailah dengan rangkaian kata menjadi kalimat yang indah dan mudah difahami klien 3. Kemudian Sampaikan sugesti dengan rangkaian kata yang sudah biasa di dengar, agar pasien akan mudah memahami dan mudah mengimajinasikannya seperti “bayangkan oleh anda bahwa anda sedang berada di tempat yang paling nyaman” dengan kalimat ini si pasien pasti dapat dengan mudah membayangkannya, karena bahasa tersebut sudah biasa di dengar dan di lakukan. 4. Tegaskan ke klien untuk memfokuskan hanya pada perkataan terapis. Contoh “dengarkan kata-kata saya, jika anda menemui rokok anda membayangkan roko adalah petis. Sesuatu yang menjijikan”. 5. Kata-kata tersebut diulang beberapa kali sampai klien benar-benar memahami 6. Berikan reinforcement positif pada klien

E. Termination 1. Kaji respon klien Membangun sugesti positif yang akan membuat tubuh seorang Client lebih segar dan rileks, kemudian diikuti dengan proses hitungan beberapa detik untuk membawa Client ke kondisi normal kembali. Contoh: “Kita akan mengakhiri sesi Hypnotherapy ini … saya akan menghitung dari 1 sampai dengan 5, dan tepat pada hitungan ke-5 nanti, silakan anda bangun dalam keadaan sehat dan segar, dst.

24

2. Simpulkan hasil kegiatan 3. Berikan reinforcement positif 4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 5. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik. 8.

HASIL Dokumentasikan tindakan: 1. Respon responden selama Hypnosis (respon subyektif dan obyektif). 2. Tanggal dan waktu pelaksaan tindakan. 3. Nama dan paraf peneliti.

9.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Klien bersedia untuk dilakukan hypnosis 2. Pastikan klien benar-benar focus saat dilakukannya hypnosis

Sumber : Fakultas Keperawatan, Universitas Jember

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA Agustine, U., Happy, R. E., & Utami, N. W. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Cahyadi, A. (2017). Metode hipnoterapi dalam merubah perilaku, 17, 73–82. Mudayana, A. A. (2014). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Supplemen Majalah Kedokteran Andalas, 37, 69–74. NCCAM, & Statistics National Center for Health. (2008). Complementary and Alternative Medicine in the United States. Medscape General Medicine. https://doi.org/10.17226/11182 Noviani, W. (2016). Persepsi Mahasiswa Profesi Ners Tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Indonesian Journal of Nursing Practices, 1(1),

25

30–39. Satria, D. (2013). Complementary and alternative medicine: A fact or promise? Idea Nursing Journal, IV No. 3. Teten, W. (2011). Terapi Modalitas, Terapi Komplementer dan Konseling Keluarga. UNSOED: Jurusan Keperawatan. UU RI no. 38. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Keperawatan. Departemen Kesehatan RI 2014. https://doi.org/10.1175/JCLI3783.1 Widyastuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(1), 53–57. https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.200

26

BAB IV TERAPI ZONA Dosen

: Yoga Kertapati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Tanggal

: September 2018

4.1 Pengertian Terapi Zona Terapi adalah sesuatu yang berhubungan dengan pengobatan. Zona adalah daerah, dalam hal ini zona diartikan sebagai bagian tubuh (Margono, n.d.). Terapi zona adalah sistem pengobatan alternartif yang menekankan pada titiktitik tubuh tertentu sesuai bagian meridian tubuh. Terapi zona merupakan turunan pengobatan tradisional Cina. Salah satu jenis terapi zona adalah akupuntur. Akupuntur adalah pengobatan dengan menusukkan jarum ke titiktitik tertentu dikulit untuk mengobati gangguan kesehatan tertentu (Hidayat, 2015). Sedangkan pijat terapi zona dilakukan dengan cara meemijat pada reflek-reflek yang berada di telapak kaki pada umumnya dan bagian-bagian tubuh lainnya. Bisa menggunakan alat bantu atau hanya dengan tangan kosong. 4.2 Konsep Dasar Akupuntur Aspek yin-yang didalam tubuh Teori yin-yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di bumi ini terdiri atas dua hal yang berlawanan, yaitu yin dan yang. Yin-yang mempunyai pengertian alamiah bahwa sesuatu di alam semesta berdasarkan dua sifat, yaitu saling berlawanan, saling seimbang, saling menghidupkan dan tidak mutlak Organ berkarakter yin dikenal sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang disebut fu. Kedua organ dalam tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk organ chang fu sebagai berikut: Organ chang :

27

 Paru-paru (Lung= LU)  Jantung (Hearth= HT)  Hearth capsule (HC)  Limpa (Spleen = SP)  Hati (Liver = LR)  Ginjal (Kidney = KI)  Perikardium (PC) Organ fu:  Usus besar (large intestine = LI)  Usus kecil (small intestine = SI)  Sanciao (three energizer = TE)  Lambung (stomach = ST)  Kantung empedu (gall blader = GB)  Kandung kemih (bladder = BL)

4.3 Manfaat Menurut WHO akupuntur telah diakui memiliki manfaat sebagai salah satu pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit (Hananta, Syukur, Widjaja, & Halim, 2015). Manfaat dari akupuntur disesuaikan dari titik-titik meridian tubuh. Karena setiap titik-titik meridian tubuh memiliki manfaat masing-masing.

4.4 Indikasi 1. Saluran nafas : berbagai radang yang ditujukan untuk mengatasi kondisi alergi dan meningkatkan daya tahan tubuh. 2. Mata : kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta refraksi. 3. Mulut : untuk penanggulangan nyeri dalam pencabutan dan peradangan kronis. 4. Saluran makanan dan lambung : berbagai kelainan fungsional yaitu otot, ekkresi asam lambung, nyeri, dan peradangan.

28

5. Syaraf, otot, dan tulang : yaitu problem nyeri, kelemahan dan kelumpuhan serta peradangan persendian. (Saputra, 2005)

4.5 Kontraindikasi Kontra-indikasi pengobatan akupunktur (Saputra, 2005) 1) Penderita dalam keadaan hamil 2) Penderita yang memakai pacu jantung 3) Menusuk dekat daerah tumor ganas 4) Menusuk pada kulit yang sedang meradang

4.6 Bagian-Bagian Meridian Tubuh Terdapat 12 meridian organ dan 2 meridian istimewa unilateral, sebagai berikut (Dharmojono, 2001) 1) Meridian paru-paru (Lung – LU) Meridian LU terdiri dari 11 meridian yang titik-titiknya tersebar mulai dari dada, tulang rusuk, tulang selangka, otot-otot biseps pada sisi radial, lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, sampai ibu jari. 2) Meridian usus besar (Large Intestine – LI) Meridian

Usus

Besar

(Large

Intestine

-

LI)

Terdiri dari 20 titik tersebar mulai dari sisi radial jari telunjuk, punggung tangan, sisi radial pergelangan tangan, lipatan siku, otot humeri dan deltoideus, tulang bahu, tulang belikat, cuping hidung, sampai nasolabialis. 3) Meridian lambung (StomachIntestine – SI) Terbagi menjadi 45 titik yang mengalir dari tepi bawah mata, sudut mulut, sudut rahang, dahi, tulang klavikula bagian dada, tulang rusuk, sisi luar garis perut, lipatan paha, lutut, lipatan kaki, sampai jari kaki. 4) Meridian Limpa (Spleen – SP) Terdiri dari 21 titik yang mengalir mulai dari ibu jari kaki, mata kaki, di bawah condylus tibiae, di atas patela, antara symfisis pubis dan patela, sisi luar pembuluh darah paha, garis sisi luar perut III, garis sisi luar dada III,

29

titik tengah penghubung antara lekukan dalam ketiak dan ujung rusuk ke12 serta antara rusuk ke-6 5) Meridian Jantung (Heart – HT) Memiliki 9 titik meliputi tepi bawah otot pektoralis, atas lipatan siku, atas lipatan pergelangan tangan, telapak tangan, dan sisi ulnar jari ke-5. 6) Meridian Usus Kecil (Small Intestine – SI) Terdiri dari 19 titik akupunktur yang berada pada alur meridian SI meliputi: sisi ulnar jari ke-5, metacarpal, lipatan pergelangan tangan, lekukan ulnaris, belakang sendi bahu, otot-otot sekitar bahu, antara lain; supraspinatus, sternocleidomastoideus, scapulae 7) Meridian Kandung Kemih (Bladder – BL) Terdiri dari 67 titik yang mengalir mulai dari pangkal hidung, alis mata, tepat diatas pupil mata dalam keadaan tertutup, dua jari dari sisi luar tulang belakang punggung, bagian tengah lipatan bokong-paha, pertengahan paha bagian belakang, lipatan lutut, mata kaki, telapak kaki, jari kelingking kaki. 8) Meridian Ginjal (Kidney – KI) Terdiri dari 27 titik yang mengalir mulai dari telapak kaki, mata kaki, di depan perlekatan tendon achiles, bagian luar meridian CV 9) Meridian Perikardium (Pericard – PC) Meridian PC terdiri dari 9 titik yang mengalir mulai dari bagian luar garis dada II, lipatan ketiak, lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, bagian belakang radial basis kuku. 10) 10) Meridian Sanciao (Triple Energizer – TE) Terdiri dari 23 titik yang mengalir mulai dari ujung jari manis tangan, jari kelingking tangan, punggung tangan, pergelangan tangan, lipatan siku, di daerah lekukan telinga, di atas apex telinga, ujung alis mata. 11) Meridian Kandung Empedu (Gallblader – GB ) Terdiri dari 44 titik yang mengalir melalui bagian bawah mandibula, di atas otot pipi, sisi luar kepala, apex telinga, di belakang telinga, daerah dahi, batas bawah ujung tulang rusuk ke-12, sisi luar sendi lutut, tulang mata kaki, telapak kaki.

30

12) Meridian Hati (Liver – LV) Terdiri dari 14 titik yang terdapat pada ibu jari kaki, mata kaki bagian depan, sisi bagian dalam arteri femoralis. Di bawah sisi luar tulang kemaluan, di bawah ujung rusuk ke-11, di bawah puting susu.

4.7 Sop Akupuntur 1. Tahap Persiapan a. Persiapan Alat: Jarum akupunktur b. Persiapan Klien 1) Memberi salam dan memperkenalkan diri 2) Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan 3) Meminta pengunjung atau keluarga menunggu di luar c. Persiapan Lingkungan 1) Menutup pintu atau memasang sampiran 2) Letakkan alat yang mudah dijangkau 2. Tahap Pelaksanaan 1) Cuci tangan 2) Pakai sarung tangan (handscoone) 3) Mendiagnosa pasien dengan 4 cara pemeriksanaan yaitu: Wang (pengamatan),

Wen

(pendengaran

dan

penghiduan),

Wun

(wawancara) dan Cie (perabaan). 4) Menentukan sebuah penyakit terdapat pada meridian ataukah organ (melihat dari shen pasien). Pengamatan terhadap shen tidak berdiri sendiri dan harus didukung oleh data yang lain, misalnya pada perabaan (cie) denyut nadi apakah sifat nadinya bersifat superfisial (mengambang) ataukah tenggelam dan sebagainya. 5) Setelah mengetahui tempat penyakit berada, buka pakaian pada bagian yang akan diperiksa untuk menentukan titik- titik yang akan ditusuk akupunktur. 6) Jika Sindromnya adalah Meridian maka titik yang dipilih adalah Titik Luo dan Titik Shu dari U-Shu. Contoh: Jika yang terkena 31

adalah pada bagian Meridian Taiyin Tangan Paru, maka yang ditusuk adalah Titik Lieque (LU 7) dan Titik Taiyuan (LU 9). Jika yang terkena adalah pada bagian Meridian Yangming Kaki Lambung, maka yang ditusuk adalah Titik Fenglung (ST 40) dan Titik Xiangu (ST 43). 7) Jika Sindromnya adalah Organ, maka perlu dibagi lagi menjadi dua, apakah Organ Cang (Padat) atau Organ Fu (Berongga). Untuk Organ Cang, titik yang ditusuk adalah Titik Yuan dan Titik Shu Belakang. Contoh: Organ Paru, maka yang ditusuk adalah Titik Taiyuan (LU 9) dan Titik Feishu (BL 13). Untuk Organ Fu, titik yang ditusuk adalah Titik Mu Depan dan Titik He Bawah. Contoh: Organ Lambung, maka yang ditusuk adalah Titik Zhongwan (CV 12) dan Titik Zusanli (ST 36). 8) Kemudian lakukan manipulasi titik. Manipulasi titik adalah teknik melakukan sedasi atau tonifikasi terhadap titik yang ditusuk Kaidahnya, jika sindrom bersifat ekses maka teknik manipulasinya bersifat

sedasi

dan

jika

sindrom

bersifat

defisien

maka

manipulasinya bersifat tonifikasi. Salah satu cara manipulasi yang digunakan adalah denga teknik Bing Xie-Bing Bu. a. Teknik Bing Xie adalah Teknik Sedasi. Dilakukan dengan cara: Setelah De Qi, jarum ditusuk dengan perlahan, setelah manipulasi pemutaran setiap 5 menit (lama penusukan biasanya di atas 10 menit) lalu diangkat dengan cepat. Pemutaran dilakukan dengan amplitudo (putaran) panjang dengan cepat. b. Teknik Bing Bu adalah Teknik Tonifikasi. Dilakukan dengan cara: Setelah De Qi, jarum ditusuk dengan cepat, setelah manipulasi pemutaran setiap 5 menit (biasanya lama penusukan di bawah 10 menit) lalu diangkat dengan perlahan. Pemutaran dilakukan dengan amplitudo (putaran) pendek dan lambat.

DAFTAR PUSTAKA Hananta, L., Syukur, C., Widjaja, N., & Halim, F. (2015). Knowledge, Attitudes

32

and Behaviour of Acupuncture in Outpatients Jaya Hospital, Jakarta. Damianus Journal of Medicine;, 14(1). Retrieved from https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&v ed=2ahUKEwjexcKv5ozeAhVOTn0KHdx9A8IQFjAGegQIARAC&url=http %3A%2F%2Fojs.atmajaya.ac.id%2Findex.php%2Fdamianus%2Farticle%2F view%2F405%2F341&usg=AOvVaw0iicbEDNuPYXLJSMIWB0I9 Hidayat, I. T. (2015). Pengaruh Akupunktur Pergelangan Tangan dan Kaki terhadap Nyeri Punggung Bawah. Pengaruh Akupunktur Pergelangan Tangan Dan Kaki Terhadap Nyeri Punggung Bawah, 3(2), 95–100. Margono, G. (n.d.). Pijat Sistem Terapi Zona. Surabaya: C.V. Karya Utama. Saputra. (2005). Akupunktur Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.

33

BAB 5 TERAPI HIPERBARIK

5.1 Pengertian Terapi Hiperbarik Terapi hiperbarik atau hyperbaric oxygen therapy adalah metode pengobatan dengan memberika oksigen murni dengan tekanan lebih dari 1 ATA melalu nafas mulut. Menurut (Susanto, Purwandono, Wittiarika, & Santoso, 2018) metode pengbatan sebagai terapi adjuvan dengan memberikan oksigen 100% dengan teknaan diatas permukaan laut sebesar 1 atmosfer absolut. Pelayanan media hiperbarik dilaksanan di Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) dan pemberian oksigen murni 100% dalam jangka waktu tertentu (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Terapi hiperbarik adalah satu metode cara penyembuhan dengan cara menghirup oksigen murni 100% didalam ruangan tertutup bertakanan tinggi (Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2006)

5.2 Manfaat Terapi Hiperbarik Terapi HBO dapat mengurangi risiko tingkat keparahan penyakit : 1. dapat meningatkan kadar oksigen ke jaringan 2. menstabilkan pembuluh darah 3. bersifat sebagai antibiotik 4. menghancurkan kuman-kman (bakteriostatik dan bakteriosit) Terapi hiperbarik dapat meningkatkan respon imun host yang meningkatkan aktifitas bakterisidal leukosit, neutrophile oxidative burst

34

dan leukocyte killing dari organisme aerob gram negatif . Oksigen bersifat sitotoksik terhadap bakteri anaerob. Sehingga mungkin menurunkan morbiditas, mortalitas dan kebutuhan untuk intervensi operasi pada berbagai macam infeksi yang ternekrotisasi (Falabela & Krisner, 2003) Menurut (Sustrani et al., 2006) terapi hiperbarik memiliki mekanismes dengan cara : 1. Hiperoksigenasi Peningkatan tekanan 1,5-3,0 ATA akan meningkatkan kadar oksigen ke jaringan sebanyak 10-13 kai dari kondisi normal. 2. Tekanan langsung Terapi hiperbarik dapat memperkecil ukuran gelembung gas sehingga dapat diabsorbis kembali terutama untuk penanganan emfolismes gas atau dekompresi 3. Vasokontriksi Peningkatan oksigen menyebabkan efek vasokontriksi yang berakibat penurunan aliran tanpa mempengaruhi oksigen ke jaringan. 5.3 Indikasi Terapi Hiperbarik Penyakit-penyakit yang dapat diberikan terapi oksigen antara lain (LAKESLA, 2009) : Penyakit-penyakit yang termasuk kategori yang diterima adalah sebagai berikut: 1) Aktinomikosis 2) Emboli udara 3) Anemia karena kehilangan banyak darah 4) Insufisiensi arteri perifer akut 5) Infeksi bakteri 6) Keracunan CO 7) Keracunan sianida 8) Penyakit dekompresi 9) Gas gangrene 10) Cangkok kulit 11) Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob 12) Osteoradinekrosis

35

13) Radionekrosis jaringan lunak 14) Sistitis akibat radiasi 15) Ekstrasi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi 16) Kanidiobolus koronotus 17) Mukomikosis 18) Osteomielitis 19) Ujung amputasi yang tidak sembuh 20) Ulkus diabetic 21) Ulkus stasis refraktori 22) Tromboangitis obliterans 23) Luka tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama 24) Inhalasi asap 25) Luka bakar 26) Ulkus yang terkait vaskulitis 5.4 Kontraindikasi Kontraindikasi pada terapi hiperbarik dibagi menjadi 2 jenis yaitu kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif (LAKESLA, 2009) : 1. kontraindikasi absolut adalah kontraindikasi yang harus benar-benar dipatuhi dan diwaspadai karena jika tetap dilakukan akan berbahaya bagi kesehatan. Penyakit yang termasuk dalam kontraindikasi absolut adalah pneumothorax 2. kontraindikasi relatif kontraindikasi relatif adalah kondisi yang dapat meningkatkan risiko buruk bagi kesehatan jika tetap menjalankan terapi hiperbarik. Jenis penyakit-penyakit yang termasuk dalam kontraindikasi relatif antara lain : 1) Infeksi saluran napas bagian atas 2) Sinusitis kronis 3) Penyakit kejang 4) Emfisema yang disertai retensi CO2 5) Panas tinggi yang tidak terkontrol 6) Riwayat pneumothorax spontan

36

7) Riwayat operasi dada 8) Riwayat operasi telinga 9) Infeksi virus 10) Spherositosis kongenital 11) Riwayat neuritis optik 12) Kerusakan paru asimptomatik yang ditentukan pada penerangan atau pemotretan dengan sinar X

DAFTAR PUSTAKA

Falabela, & Krisner. (2003). Antiseptics on Wounds: An Area of Controversy: Iodine Compounds. Health Management Publications. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). KMK No. 120 ttg Standar Pelayanan Medik Hiperbarik. Jakarta. Susanto, L., Purwandono, A., Wittiarika, I. D., & Santoso, B. (2018). Pemberian Terapi Oksigen Hiperbarik Tidak Memberikan Pengaruh Positif pada Ketebalan Endometrium pada Tikus Model Sindrom Ovari Polikistik dengan Resistensi Insulin Hyperbaric Oxygen Therapy Does Not Improve the Endometrial Thickness in PCOS Rat with Insu, 50(1), 1–5. Sustrani, L., Alam, S., & Hadibroto, I. (2006). Diabetes Informasi lengkap utk penderita & Keluarga. Jakarta: PT. Gramedia. LAKESLA. (2009). lmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Surabaya: Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL.

37

More Documents from "Vamila Meydiawati"