Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU
http://repositori.usu.ac.id
Departemen Agribisnis
Tesis Magister
2016
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Di Sumatera Utara Juniarsih, Triara http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2845 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) DI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
TRIARA JUNIARSIH 147039009/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) DI SUMATERA UTARA
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh TRIARA JUNIARSIH 147039009/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
Judul
Nama Nim Program Studi
: Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Di Sumatera Utara : Triara Juniarsih : 147039009 : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Ketua
Ketua Program Studi,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)
(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) Anggota
Dekan,
(Dr. Ir. Hasanuddin, MS)
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada hari Selasa tanggal 26 Juli 2016
Tim Penguji Ketua
: Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
Anggota
: 1. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si 2. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS 3. Sri Fajar Ayu, SP.MM. DBA
Dipersembahkan kepada : Ibunda, Ayahanda dan Seluruh Keluarga
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) DI SUMATERA UTARA Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Juli 2016 yang membuat pernyataan,
Triara Juniarsih NIM. 147039009/MAG
Some Factors Which Influenced The Price of Red Chilies In North Sumatera Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Cabai Mrah di Sumatera Utara Triara Juniarsih Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara
[email protected] Abstract Chili is an important horticultural commodity consumed by most people of all social classes. Besides that, it is very prospective and potential in increasing farmers’ life standard. Market demand (consumers) on chili product tends to increase from time to time, along with the average increase in consumption in various countries. Therefore, the price of chili is increasing and fluctuating. The objective of the study was to analyze some factors which influence the price of red chilies in North Sumatera. The data were secondary data in the form of time series, from 2009 until 2014 (in monthly data) and analyzed by using Two Stage Least Square (2SLS) simultaneous equation model with Eviews application. Some factors which influenced the price of red chilies in North Sumatera were the price of small chilies in the level of consumers, the demand in the previous period, the price of red chilies in the level of producers, rainfall, the price of red chilies in the level of consumers in the previous period, income per capita, and the supply of red chilies in North Sumatera in the previous period. The result of the analysis showed that the factors of the price of small chilies in the level of consumers, the demand for red chilies in the previous period, the price of red chilies in the level of producers, and rainfall in North Sumatera had positive and significant influence on the price of red chilies (Capsicum annuum.L) in North Sumatera, while the price of red chilies in the level of consumers in the previous period, income per capita, and the supply of red chilies in North Sumatera in the previous period had negative influence on the price of red chilies in the level of consumers in North Sumatera. Keywords: Price of Chili, Demand for Chili, Supply of Chili, Chili Product, Income per Capita, Rainfall ABSTRAK Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Selain itu sangat prospektif dan potensial dalam upaya peningkatan taraf hidup petani. Permintaan pasar (konsumen) terhadap produk cabai cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi di berbagai negara. Seiring kebutuhan cabai yang terus meningkat, harga cabai pun semakin lama semakin naik dan berfluktuasi. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis i
faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabai merah di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dimulai tahun 2009 sampai tahun 2014 (dalam data perbulan). Metode analisis yang digunakan adalah model persamaan simultan Two Stage Least Square (2SLS) dengan menggunakan aplikasi Eviews. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabai merah di Sumatera Utara adalah Harga Cabai Rawit Tingkat Konsumen, Permintaan periode sebelumnya, Harga Cabai Merah tingkat Produsen, Curah Hujan, harga Cabai merah tingkat konsumen periode sebelumnya, pendapatan perkapita dan penawaran Cabai merah Sumatera Utara periode sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor Harga Cabai Rawit Tingkat Konsumen, Permintaan Cabai Merah periode sebelumnya, Harga Cabai Merah tingkat Produsen dan Curah Hujan Sumatera Utara berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga Cabai Merah (Capsicum annuum.L) di Sumatera Utara. Sedangkan harga Cabai merah tingkat konsumen periode sebelumnya, pendapatan perkapita, penawaran Cabai merah Sumatera Utara periode sebelumnya memberikan pengaruh negatif terhadap harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara. Kata Kunci : harga cabai, permintaan cabai, penawaran cabai, produksi cabai, pendapatan perkapita, curah hujan
ii
RIWAYAT HIDUP
Triara Juniarsih lahir di Langsa pada tanggal 08 Juni 1989. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Sukana dan Hj. Suhartini, SE. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1.
Tahun 1994 masuk Taman Kanak-kanak di TK. Al-Azhar Langsa dan tamat pada tahun 1995.
2.
Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 7 Banda Aceh dan tamat pada tahun 2001.
3.
Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam dan tamat pada tahun 2004.
4.
Tahun 2004 Masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam dan tamat pada tahun 2007.
5.
Tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala melalui jalur SPMB.
6.
Tahun 2014 diterima di Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah puji dan syukur kami ucapkan kehadiarat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis yang berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Cabai Merah di Sumatera Utara”. Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, doa dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan ketua program Studi Magister Agribisnis FP USU. 2.
Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.
3.
Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP.MM.DBA selaku Dosen Penguji Tesis.
4.
Ayahanda dan Ibunda tercinta, Sukana dan Hj, Suhartini, SE yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Master di Universitas Sumatera Utara.
5. Abangda, Kakanda dan Adinda tercinta, Niko Aprizal Amd, Dwi Astika SE, dan Catrin Novrista Harni SE. 6.
Keluarga Magister Agribisinis khususnya Khalida, Rafika, Miryam, Wulan, Faradina, Raifina, Arifandi dkk, serta teman-teman yang saya sayangi yang telah mendorong dan memotivasi penulis dalam meneyelesaikan tesis ini.
iv
7.
Segenap pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu serta instansi-instansi terkait yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan dalampenulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon ridho-Nya berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan dan yang membutuhkan.
Medan, Juli 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT/ABSTRAK ...................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR TABEL............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
I.
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah................................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8 2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 8 2.1.1 Cabai (Capsicum annum. L) ............................................................ 8 2.1.2 Fluktuasi Harga .............................................................................. 10 2.1.3 Permintaan (Demand) .................................................................... 15 2.1.4 Penawaran (Supply) ....................................................................... 20 2.1.5 Kondisi Cuaca dan Iklim (Tingkat Curah Hujan) .......................... 25 2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 27 2.3 Kerangka Konsep Pemikiran ................................................................. 29 2.4 Hipotesis ................................................................................................ 31
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 32 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian .................................................... 32 3.2 Metode Pengumpulan Data.................................................................... 33 3.3 Metode Analisis Data ............................................................................ 33 3.3.1 Model dan Prosedur Estimasi ....................................................... 33 3.4 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) .............................................. 38 3.4.1 Koefisien Determinasi (R-Square).................. ..... ......................... 38 3.4.2 Uji F – Statistik (Uji Keseluruhan) ....................... .... ................... 38 3.4.3 Uji t-statistik (Uji Parsial) .............................................. .............. 39 3.5 Uji Penyimpangan Klasik ...................................................................... 41 3.5.1 Uji Normalitas ................................................................. ... ......... 41 vi
3.5.2 Autokorelasi ...................................................................................41 3.6 Definisi dan Batasan Operasional ........... ...............................................43 3.6.1 Definisi .............................................. ........................................... 43 3.6.2 Batasan Operasional .......................... ........................................... 44 IV. HASIl DAN PEMBAHASAN. ...................................................................45 4.1 Gambaran Daerah Penelitian Sumatera Utara ........................................45 4.2 Perkembangan Parameter-Parameter ........ .............................................46 4.2.1 Perkembangan Harga Cabai Merah Provinsi Sumatera Utara ........46 4.2.2 Perkembangan Penawaran/ Produksi Cabai Merah Provinsi Sumatera Utara .................................................................48 4.2.3 Permintaan/Kebutuhan Cabai Merah di Sumatera Utara ................50 4.3 Hasil dan Pembahasan Estimasi Model Persamaan Simultan .................................................................................................52 4.3.1 Tes Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ....................................51 4.3.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................61 V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................65 5.1 Kesimpulan ........................................................................................65 5.2 Saran ..................................................................................................66 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................68 LAMPIRAN ..........................................................................................................72
vii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1
Judul
Halaman
Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Besar menurut Kabupaten/ Kota Sentra Tahun 2012-2014 .....................................
4
2
Review Penelitian Terdahulu...........................................................
27
3.
Jumlah Produksi Cabai Merah Besar terbesar menurut provinsi Di Indonesia Tahun 2014 ................................................................
32
4.
Uji Identifikasi Persamaan ..............................................................
37
5.
Perkembangan Harga Rata-rata Produsen Cabe Besar dan Keriting Tahun 2011-2014 .............................................................................
47
6.
Perkembangan Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Cabai Besar Menurut Triwulan, Tahun 2012-2014 .............................................. 50
7.
Hasil Uji Persamaan Permintaan ............... .....................................
52
8.
Hasil Uji Persamaan Penawaran ........... .........................................
55
9.
Hasil Uji Persamaan Harga ............. ...............................................
57
10.
Hasil Uji Nilai Jarque Bera ............. ...............................................
61
11.
Hasil Uji Nilai Prob. Chi-Square Obs*R-Squared ............... ..........
62
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1.
Judul
Halaman
Harga Rata-rata Cabai Merah di Tingkat Produsen Sumatera Utara .......................................................................................
5
2.
Kurva Permintaan ................................... .................. ............
16
3.
Pergeseran Kurva Permintaan ..... ......................................
17
4.
Kurva Penawaran ................................................................
21
5.
Pergeseran Kurva Penawaran ........ ................. ....................
22
6.
Kerangka Pemikiran penelitian ...........................................
31
7.
Perkembangan Harga Cabai Merah Tingkat Konsumen......
48
8.
Perkembangan Produksi Cabai Besar Menurut Kabupaten/
9.
Kota sentra Tahun 2012-2014 ..................... ..........................
49
Permintaan/ Kebutuhan Cabe Merah Sumatera Utara ... ............
51
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.
Judul
Halaman
1.
Data Variabel Dependen dan Variabel Independen ................
72
2.
Hasil Output Analisis Variabel Dependen dan Independen ......
74
x
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang
dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial.Selain itu sangat prospektif dan potensial dalam upaya peningkatan taraf hidup petani. Permintaan pasar terhadap cabai ini cukup tinggi, mulai dari pasar tradisional hingga ke supermarket hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi cabai sebagai penyedap dan pelengkap berbagai menu masakan. Faktanya aneka makanan di Indonesia mayoritas didalamnya menggunakan cabai salah satu buah yang terbilang populer dan penting. Sejak dahulu, cabai sudah digunakan sebagai salah satu komponen bumbu dalam setiap masakan. Orang-orang zaman dahulu sudah menyadari bahwa cabai dengan berbagai jenisnya dapat dimanfaatkan sebagai penguat rasa masakan. Bahkan, oleh masyarakat Sumatera, khususnya Padang cabai dianggap sebagai sepuluh bahan pokok, dimana banyak masakan yang sangat sulit dipisahkan dari buah ini. (Tosin dan Nurma, 2014). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata tingkat konsumsi cabai merah per kapita mencapai 1.4 kg per tahun dengan kisaran harga cabai Rp 30.000-, sampai Rp 40.000-,. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang saat ini dengan jumlah penduduk sebanyak 252.370.792 jiwa (sensus tahun 2015), berarti Indonesia membutuhkan cabai sebesar ±252 ribu ton per tahun.
2
Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi cabai merah dalam bentuk segar untuk keperluan sehari-hari dan belum terdapatnya bahan yang dapat mensubstitusi kebutuhan cabai tersebut. Meskipun saat ini terdapat industri yang menghasilkan cabai merah olahan, namun jumlah dan skala usahanya relatif masih terbatas dan umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Permintaan pasar (konsumen) terhadap produk cabai dunia cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi di berbagai negara. Seiring kebutuhan cabai yang terus meningkat, tak dipungkiri harga cabai pun semakin lama semakin naik (Bina Karya Tani, 2009).Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena naik turunnya harga cabai yang terjadi di pasaran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasaran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran.Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan (produksi dan distribusinya) cabai merah belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai merah adalah petani kecil-kecilyang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik (Anonimous, 2011). Cabai merupakan salah satu komoditi yang menjadi primadona pasar dan termasuk komoditi strategis di Indonesia. Mengingat kebutuhan cabai di pasaran tidak mengenal pasang surut. Di sisi lain, karakter cabai hanya bisa ditanam dengan lahan yang tidak begitu basah, dan tanaman cabai sangat sensitif dengan
3
musim penghujan. Jadi, cabai merupakan tanaman musiman, akan tumbuh lebat jika ditanam pada musim kemarau, atau musim pancaroba di mana intensitas hujan rendah. Harga cabai merah sering berfluktuasi, bukan karena kekurangan pasokan, namun lebih karena karakteristik dari komoditas tersebut. Cabai merupakan komoditas yang mudah rusak (perishable) dan produksinya sangat bergantung pada musim (Sutrisno, S. 2011). Cabai termasuk di dalamnya cabai merah yang dikonsumsi oleh masyarakat hampir seluruhnya berasal dari produksi dalam negeri. Untuk cabai merah, hingga saat ini terdapat 29 propinsi yang merupakan daerah penghasil cabai merah dengan tingkat produksi yang beragam 10 - 172 ton per tahun. Propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara merupakan kontributor utama produksi cabai merah nasional dengan rata-rata pangsa terhadap produksi nasional masing-masing sebesar 26%, 15%, 14%, dan 13%. Secara lebih terinci, kabupaten/kota penghasil cabai merah terbesar di wilayah Jawa adalah Bandung, Garut, Cianjur, Magelang, Temanggung, Brebes, Malang, Banyuwangi dan Blitar. Sementara untuk wilayah Sumatera Utara, kabupaten/kota yang merupakan sentra produksi cabai merah adalah Karo, Deli Serdang dan Simalungun. (Dinas Pertanian, 2014).Berikut ini data luas panen, produksi, dan produktivitas Cabai Besar menurut Kabupaten/Kota Sentra Propinsi Sumatera Utara pada Tabel 1.
4
Tabel 1. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Besar menurut Kabupaten/Kota Sentra Tahun 2012-2014 Uraian 2012 2013 2014 Produksi (ton) Karo 50.734 44.111 33.633 Batu Bara 28.335 33.623 32.433 Simalungun 47.460 26.773 24.328 Lainnya 70.879 57.466 57.416 Sumatera Utara 197.409 161.933 147.810 Luas Panen (ha) Karo 6.031 6.224 4.663 Batubara 2.646 1.783 2.151 Simalungun 2.099 2.507 1.672 Lainnya 6.875 6.650 6.732 Sumatera Utara 17.651 17.164 15.218 Produktivitas Karo 8,41 7,09 7,21 Batu Bara 17,94 14,99 15,08 Simalungun 13,50 13,41 14,55 Lainnya 10,31 8,64 8,53 Sumatera Utara 11,18 9,43 9,71 Keterangan: - Bentuk hasil produksi cabai besar adalah buah segar dengan tangkai - Cabai besar terdiri dari cabai merah besar, cabai hijau besar, cabai merah keriting, dan cabai hijau keriting Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Selama periode 2012–2014 produksi tertinggi terjadi di Kabupaten Karo pada tahun 2012 sebesar 50.734 ton, sedangkan di tahun 2014 produksi tertinggi di kabupaten yang sama sebesar 33.633 ton. Luas panen tertinggi juga terjadi pada tahun 2012 di Kabupaten Karo, yaitu seluas 6.224 hektar, sedangkan luas panen tertinggi tahun 2014 juga terjadi di Kabupaten Karo seluas 4.663 hektar. Produktivitas tertinggi terjadi di tahun 2012 di Kabupaten Langkat sebesar 20,49 ton per hektar. Kenaikan produksi cabai besar pada tahun 2014 yang relatif besar terjadi di Kabupaten Dairi, Padang Lawas Utara, dan Toba Samosir. Sementara
5
itu, penurunan produksi yang relatif besar terjadi di Kabupaten Karo, Simalungun, dan Deli Serdang. Mengingat cabai merupakan jenis komoditas yang mudah membusuk, maka perubahan cuaca ini sangat mempengaruhi produksi cabai yang sangat bergantung kepada cuaca khususnya kelembaban udara dan kadar air tanah. Oleh karena itu banyak petani yang mengalami gagal panen akibat lahannya terkena banjir. Akibatnya keberadaan cabai di Pasaran menjadi langka dan secara otomatis harganya melonjak tajam (Agromedia, 2008). Berikut harga rata-rata cabai merah tingkat produsen di Provinsi Sumatera Utara. 60000 50000 40000 2011 30000
2012 2013
20000
2014
10000 0 Jan
Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Ags Sep
Nov Oct
Des
Sumber : BPS, 2015 Gambar 1. Harga Rata-rata Cabai Merah di Tingkat Produsen Sumatera Utara
Dari Gambar 1dapat kita lihat harga rata-rata cabai/kg terus berubah mengalami fluktuasi setiap bulannnya. Meskipun cenderung naik pada akhir tahun namun harga cabai mengalami penurunan yang cukup signifikan pada
6
pertengahan tahun. secara serentak hampir di seluruh daerah penghasil cabai merah khususnya. Keadaan pasar cabai saat ini berada pada kondisi shortage dimana jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran sehingga terjadilah keterbatasan supply cabai di pasaran. Inilah yang kemudian menyebabkan kenaikan harga. Terbatasnya jumlah pasokan cabai juga diakibatkan oleh terganggunya produksi yang dialami oleh para petani yang diakibatkan oleh bergesernya perubahan cuaca yang mengganggu pola dan kuantitas produksi cabai.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat di
identifikasi yaitu : 1.
Apakah
faktor-faktor
Permintaan
Cabai
Merah
(Capsicum
annuum.L),permintaan periode sebelumnya, harga cabai rawit tingkat konsumen, pendapatan perkapita Sumatera Utara mempengaruhi harga Cabai Merah (Capsicum Annuum.L) di Sumatera Utara? 2.
Apakah
faktor-faktor
Penawaran
Cabai
Merah
(Capsicum
annuum.L),penawaran periode sebelumnya, harga cabai merah tingkat produsen dan rata-rata jumlah curah hujan Sumatera Utara mempengaruhi harga Cabai Merah (Capsicum Annuum.L) di Sumatera Utara?
7
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Menganalisis faktor-faktor Permintaan Cabai Merah (Capsicum annuum.L), permintaan periode sebelumnya, harga cabai rawit tingkat konsumen, pendapatan perkapita Sumatera Utara yang mempengaruhi harga Cabai Merah (Capsicum annuum.L) di Sumatera Utara.
2.
Menganalisis faktor-faktor Penawaran Cabai Merah (Capsicum annuum.L), penawaran periode sebelumnya, harga cabai merah tingkat produsen dan rata-rata jumlah curah hujan Sumatera Utara yang mempengaruhi harga Cabai Merah (Capsicum annuum.L) di Sumatera Utara.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1.
Sebagai bahan informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan sebagai landasan dalam penelitian dan mengambil keputusan.
2.
Sebagai usaha dalam mengaplikasikan dan memperdalam pengetahuan di bidang ilmu Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Cabai (Capsicum annuum.L) Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabai besar, Cabai keriting, Cabai rawit dan paprika. Secara umum Cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, Cabai juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu (Rukmana, 1994). Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai yang telah didomestikasi, namun hanya Capsicum annuum L. dan C. frutescens L. yang memiliki potensi ekonomis (Sulandari, 2004). Cabai yang dibudidayakan secara luas di Indonesia juga termasuk kedua spesies ini. Cabai besar dan cabai keriting, misalnya, termasuk spesies C. annuum sedangkan cabai rawit termasuk C. frutescens.
9
Cabai juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri makanan jadi, sebagai penghasil minyak atsiri dan bahan makanan ramuan obat tradisional. Sebagai bahan obat-obatan, cabai dapat menggantikan fungsi minyak kayu putih untuk memberikan rasa hangat, dan dapat juga menyembuhkan radang pada tenggorokan akibat udara dingin. Tanaman cabai juga tergolong ke dalam jenis tanaman obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit sesak napas pegalpegal, penyakit kulit (gatal-gatal), dan lain sebagainya. Cabai merah banyak juga dimanfaatkan untuk industri ternak, dapat merangsang dan meningkatkan produktifitas ternak, misalnya pada ayam petelur. Pada umumnya cabai diperdagangkan dan dikonsumsi dalam bentuk cabai kering dan cabai basah. Sebagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, cabai mempunyai pasaran, baik dalam negeri maupun luar negeri.Sebagai salah satu jenis jenis tanaman holtikultura dan komoditi sayuran yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, cabai merupakan salah satu komoditi tanaman sayuran buah semusim yang berbentuk perdu. Cabai tergolong sayuran buah multi guna dan multi fungsi yang dapat dibudidayakan di lahan dataran rendah ataupun di lahan dataran tinggi (Bina Karya Tani, 2009). Walaupun demikian, pada saat-saat tertentu harga cabai dapat melonjak naik sehingga memberikan nilai tambah bagi petani. Lonjakan harga cabai ini antara lain disebabkan oleh gangguan musim dan hari raya tertentu. Kenaikan harga tersebut dapat berlipat ganda kalau saat gangguan musim terjadi bersamaan atau berdekatan dengan perayaan hari raya (Setiadi, 2004).
10
2.1.2 Fluktuasi Harga Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Menurut Tjiptono (2002), Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya (kekuatan) tarik menarik antar konsumen-konsumen danprodusen-produsen yang bertemu di pasar. Pada suatu waktu, harga sesuatu barang mungkin naik karena gaya tarik konsumen (karena sesuatu hal) menjadi lebih kuat (yaitu para konsumen meminta lebih banyak barang tersebut). Sebaliknya harga sesuatu barang turun apabila permintaan para konsumen melemah (Boediono, 1984). Fluktuasi adalah ketidak tetapan atau guncangan, sebagai contoh terhadap harga barang dan sebagainya, atas segala hal yang bisa dilihat di dalam sebuah grafik (Wikipedia, 2016). Fluktuasi harga adalah gejala atau keadaan yang menunjukkan turunnaiknya harga dan sebagainya yang berlaku dari sehari ke sehari atau dari satu periode ke periode lainnya, perubahan (harga tersebut) karena pengaruh permintaan dan penawaran (KBBI, 2016). Fluktuasi adalah lonjakan atau ketidak tetapan segala sesuatu yang bias digambarkan dalam sebuah grafik, seperti fluktuasi harga barang, fluktuasi harga yang tinggi merupakan salah satu yang sering muncul dalam pemasaran
11
komoditas holtikultura. Harga yang sangat berfluktuatif secara teoritis akan menyulitkan prediksi bisnis, fluktuasi harga komoditas pada dasarnya terjadi akibat ketidak seimbangan antara jumlah pasokan dan permintaan yang dibutuhkan konsumen. Jika pasokan berlebih maka harga komoditas akan turun, sebaliknya jika terjadi kekurangan pasokan maka harga naik. Dalam proses pembentukan harga, perilaku petani dan pedagang menjadi penting karena mereka dapat mengatur volume penjualan sesuai dengan kebutuhan konsumen (Irawan, 2007). Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah (Adiyoga, 1996). Lonjakan harga disebabkan pasokan petani merosot setelah sebagian besar hasil panen rusak diserang jamur yang merebak saat curah hujan tinggi. Sementara sebagian petani cabai lain memilih mengganti komoditas tanam karena menghindari kerugian puluhan juta rupiah yang selalu dialami setiap musim hujan ekstrim (Stranton, 1996).
12
Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan (Pracoyo, 2006). Ada tiga cara penetapan harga jual produk pertanian yaitu: 1) Sesuai dengan harga yang berlaku tawar-menawar dan borongan. 2) Pemasaran sesuai dengan harga yang berlaku 3) Tergantung pada penawaran serta permintaan yang mengikuti mekanisme pasar. Penetapan harga melalui tawar-menawar lebih bersifat kekeluargaan, jika sudah tercapai kesepakatan antara penjual dan pembeli maka transaksi akan terlaksana. Sedangkan praktek pemasaran dengan cara borongan biasanya terjadi karena keadaan dari sisi keuangan petani yang cenderung masih lemah. Cara ini biasanya dilakukan melalui pedagang perantara. Awalnya pedagang perantara ini membeli produk dengan jalan memberikan uang muka kepada petani. Hal ini dilakukan sebagai jaminan terhadap produk yang diingini pedagang bersangkutan, sehingga petani tidak berkesempatan untuk menjualnya kepada pedagang lain (Syahza, 2007). Harga produksi hasil pertanian cenderung mengalami fluktuasi karena tergantung dari perubahan yang terjadi pada besarnya permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga dapat terjadi dalam jangka pendek (per hari, minggu atau bulan) dan dapat pula terjadi dalam jangka panjang. Untuk komoditas pertanian yang cepat rusak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan pengaruh perubahan
13
permintaan pasar kadang-kadang sangat menyolok sekali sehingga harga yang berlaku berubah dengan cepat. Hal ini dapat diamati perubahan harga pasar yang berbeda pada pagi, siang dan sore hari. Perbedaan harga jual yang paling signifikan adalah biasanya pada saat musim produk melimpah ruah atau saat musim panen besar
harga rendah, sebaliknya pada saat tidak musim dan
jumlahnya cenderung sedikit maka harga meningkat drastis. Keadaan tersebut menyebabkan petani sulit dalam melakukan perencanaan produksi, begitu juga dengan pedagang sulit dalam memperkirakan permintaan (Syahza, 2007). Naik turunnya harga yang relatif tinggi pada hasil pertanian biasanya terjadi akibat kegagalan petani dan pedagang dalam mengatur banyaknya pasokan yang dipasok sesuai dengan kebutuhan konsumen. Menurut Irawan (2007) terjadinya hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1.
Penanaman oleh petani cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu saja, Struktur produksi yang seperti ini sangat tidak kondusif bagi kestabilanharga karena jika terjadi anomali produksi misalnya gagal panen akibat hama atau lonjakan produksi akibat pengaruh iklim yang terjadi di salah satu daerah
produksi maka akan berpengaruh besar terhadap
keseimbangan pasar secara keseluruhan. 2.
Struktur produksi yang terkonsentrasi secara regional diperparah pula oleh pola produksi yang tidak sinkron antar daerah produsen. Setiap daerah produsen sayuran umumnya memiliki pola produksi bulanan yang relatif sama sehingga total produksi sayuran cenderung terkonsentrasi pada bulanbulan tertentu.
14
3.
Permintaan komoditas sayuran umumnya sangat sensitif terhadap perubahan kesegaran produk. Kebanyakan hasil pertanian relatif cepat busuk sehingga petani dan
pedagang tidak mampu menahan penjualannya terlalu lama dalam rangka mengatur volume pasokan yang sesuai dengan kebutuhan pasar, akan berdampak pada penurunan harga jual yang disebabkan oleh penurunan kesegaran produk. Pengaturan volume pasokan yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen tidak mudah dilakukan karena setelah dipanen petani cenderung segera menjual hasil panennya agar sayuran yang dipasarkan masih dalam keadaan segar untuk mengatur volume pasokan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen maka dibutuhkan sarana penyimpanan yang mampu mempertahankan kesegaran produk secara efisien. Namun ketersediaan sarana penyimpanan tersebut umumnya relatif terbatas akibat kebutuhan investasi yang cukup besar sedangkan teknologi penyimpanan sederhana yang dapat diterapkan oleh petani sangat terbatas. Posisi harga produk pertanian sebagai produk utama sangat menentukan besarnya jumlah permintaan produk tersebut. Apabila karakter produk pertanian memiliki nilai elastisitas permintaan yang rendah, akan menyebabkan gerakan harga akan senantiasa dalam arah
yang menaik. Sebagai produk pertanian
memiliki tingkat elastisitas permintaan yang tidak elastis karena jika harga produk naik, para pembeli enggan untuk mencari barang pengganti (karena merupakan produk utama) dan oleh karenanya harus tetap membeli produk tersebut sehingga permintaannya tidak akan banyak berubah. Karakter elastisitas permintaan produk pertanian tersebut cendrung mendorong para pedagang untuk menaikkan tingkat harga produk pertanian sehingga terjadilah gerak harga produk yang semakin
15
menaik. Hal ini menyebabkan terjadinya Inflasi bahan makanan yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi makro (Widiarsih, 2012). Penentuan Harga oleh Permintaan dan Penawaran Dalam teori ekonomi mikro, harga terbentuk oleh keseimbangan antar kurva permintaan dan kurva penawaran. Hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah yang diminta mengikuti suatu hipotesa dasar ekonomi yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditas, semakin banyak jumlah komoditas tersebut yang diminta, apabila variabel lain konstan (ceteris paribus) (Lipsey, 1995). Lipsey (1995) menerangkan lebih jauh mengenai kekuatan penawaran dan permintaan. Kedua kekuatan tersebut saling berinteraksi dalam membentuk harga pada suatu pasar yang bersaing. Kondisi keseimbangan (equilibrium condition) akan tercapai, jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pada kondisi ini kedua belah pihak (produsen dan konsumen) akan terpuaskan.
2.1.3 Permintaan (Demand) Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang dibeli, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan, selera, dan lain-lain (Arsyad, 2000). Daya beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan seseorang berubah maka jumlah barang yang diminta juga akan berubah. Demikian halnya dengan harga barang yang
16
dikehendaki juga dapat berubah. Secara matematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap jumlah yang diminta dapat diketahui secara serentak. Dalam hukum permintaan dikatakan bahwa “apabila harga suatu barang turun maka permintaan konsumen akan barang itu meningkat dan sebaliknya, jika harga suatu barang naik maka permintaan konsumen akan barang itu menurun”, apabila semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah cateris paribus. Artinya kuantitas yang diminta akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Nopirin, 1994). Bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Kurva Permintaan
Variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan oleh rumah tangga adalah : harga barang bersangkutan, pendapatan rata-rata rumah tangga, jumlah penduduk, harga-harga komoditi yang ada hubungannya dengan komoditi tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel tersebut di atas, semua variabel lainnya dianggap tetap (Djojodipuro, 1991).
17
Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada Gambar 3berikut :
Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan
Pergeseran kurva permintaan ke kanan dari kurva Dx bergeser ke Dx1 menunjukkan adanya pertambahan dalam permintaan suatu barang yang dapat disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor diluar harga barang itu sendiri misalnya: pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan lain-lain (Nuraini, 2006). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu : 1.
Harga barang itu sendiri Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya
terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991).
18
2.
Harga Barang Pengganti (Substitusi) Kenaikan harga barang substitusi berarti penurunan harga barang tersebut
secara relatif meskipun harga barang tersebut tetap tidak berubah. Hal ini akan mengakibatkan permintaan akan suatu barang akan naik bila harga barang substitusinya naik. Begitu juga sebaliknya bila harga barang penggantinya turun maka permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena harga barang tersebut lebih mahal jika dibandingkan dengan harga barang penggantinya (Simbolon, 2007). 3.
Pendapatan Pendapatan konsumen merupakan faktor penentu permintaan konsumen
tersebut terhadap suatu barang dan jasa. Semakin tinggi pendapatan konsumen maka permintaan terhadap suatu barang dan jasa cenderung tinggi pula , dan sebaliknya dengan pendapatan yang menurun konsumen mestinya dapat mengurangi permintaan terhadap suatu barang dan jasa. Dengan demikian antara pendapatan dengan permintaan memiliki hubungan yang positif (Rasul dkk, 2013). Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif.
Bila
pendapatan
seseorang/masyarakat
meningkat
maka
akan
meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas rendah maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).
19
4.
Jumlah Penduduk Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan
permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut (Sugiarto, dkk, 2000). Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2003). 5.
Selera Selera masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa. Perubahan selera masyarakat tentunya akan mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen akan suatu komoditi meningkat, permintaan akan komoditi tersebut akan meningkat. Sebaliknya, bila selera konsumen berkurang, permintaan akan komoditi tersebut menurun (Sugiarto, dkk, 2000). Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi suatu barang misalnya karena pengaruh iklan akan mengakibatkan lebih banyak barang yang akan diminta pada setiap tingkat harga sehingga permintaannya akan naik sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan barang tersebut akan menyebabkan permintaannya turun (Simbolon, 2007). 6.
Ekpektasi Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa depan
mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut sekarang untuk
20
menghindari kemungkinan kerugian adanya kenaikan harga tersebut. Demikian juga halnya bila konsumen memperkirakan pendapatannya akan naik di masa depan. Namun sebaliknya penurunan permintaan akan terjadi bila konsumen memperkirakan bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatannya akan turun (Simbolon, 2007).
2.1.4 Penawaran (Supply) Dalam istilah ekonomi, secara umum dikenal istilah supply yang berarti penawaran. Penawaran adalah jumlah barang yang ingin ditawarkan (dijual) oleh produsen pada berbagai tingkat harga selama satu periode waktu tertentu (Rahardja dan Mandala, 2006). Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. (Sukirno, 2003). Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002).
21
Bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Kurva Penawaran
Kurva penawaran menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Yang dimaksud dengan penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran, melainkan seluruh kurva penawaran, ialah hubungan yang lengkap (seluruh hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi yang bersangkutan. Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah suatu komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana variabelvariabel lain dianggap tetap. Suatu titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan (the quantity supplied) pada harga tersebut (Kadariah, 1994).
22
Pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 5. Pergeseran Kurva Penawaran
Pergeseran kurva penawaran dari kurva Sx ke Sx1 atau perpindahan dari titik A ke titik B disebut dengan pergeseran kurva penawaran. Perpindahan dari titik A ke titik B menunjukkan adanya pertambahan dalam jumlah suatu barang yang ditawarkan (Nuraini, 2006). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu : 1.
Harga komoditi itu sendiri Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi, perlu
dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari setiap komoditi dan harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebabnya ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi suatu komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan input yang dipakainya tetap (Djojodipuro, 1991).
23
2.
Harga Komoditi Lain Secara umum dapat dikatakan bahwa apabila harga barang substitusi naik
maka penawaran terhadap suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang komplementer, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplementer naik, maka penawaran terhadap suatu barang akan berkurang, dan begitu juga sebaliknya (Rahardja, 2006). 3.
Harga Faktor Produksi Semakin tinggi harga faktor-faktor produksi, maka akan mengakibatkan
semakin tingginya biaya produksi, sehingga menjadi kendala untuk meningkatkan jumlah produksi. Hal ini dapat mengakibatkan semakin rendahnya penawaran atas suatu barang. Demikian sebaliknya, jika harga faktor-faktor produksi menurun mengakibatkan biaya produksi menjadi rendah, sehingga perusahaan akan lebih untung dengan memproduksi dalam jumlah yang besar. Ini dapat mengakibatkan jumlah penawaran atas suatu barang akan meningkat (Bangun, 2007). 4.
Tujuan Perusahaan Pada umumnya perusahaan berusaha memaksimumkan keuntungan
sehingga mereka akan memanfaatkan kapasitas produksinya pada tingkat kapasitas yang memaksimumkan keuntungannya. Meskipun demikian, ada pula perusahaan yang melakukan kegiatan dengan lebih mementingkan faktor keselamatan dan tidak mau terlalu menantang risiko. Dengan demikian perbedaan tujuan perusahaan menimbulkan pengaruh yang berbeda pada penentuan tingkat produksi, sehingga penawaran suatu komoditi akan berbeda-beda sifatnya tergantung pada tujuan perusahaan (Sugiarto, dkk, 2000).
24
Besarkecilnya keuntungan yang diinginkan oleh produsen akan ikut mempengaruhi besar-kecilnya harga jual sehingga jumlah barang yang ditawarkan pun akan banyak terpengaruhi. Semakin besar keuntungan yang akan diperoleh semakin besar harga jual dan semakin banyak barang yang ditawarkan, sebaliknya semakin kecil keuntungan semakin rendah harga jual, maka semakin sedikit harga yang ditawarkan (Sukwiaty, 2006). 5.
Tingkat teknologi Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti
teknologi lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan biaya produksi (Rahim dan Hastuti, 2008). Perbaikan teknologi akan menyebabkan proses produksi menjadi lebih efisien sehingga pada harga jualnya tetap maka keuntungan akan lebih besar bila biaya produksinya turun. Kurva penawaran bergeser ke kanan (kenaikan penawaran). Teknik produksi yang lebih efisien atau penawaran harga sumber menyebabkan biaya produksi menjadi turun dan kurva penawarannya akan naik. Sebaliknya kenaikan harga sumber-sumber atau penggunaan teknologi yang kurang efisien akan menaikkan biaya produksi dengan demikian kurva penawaran akan menurun (Simbolon, 2007). 6.
Ekspektasi harga di masa depan Bila ekspektasi bahwa harga akan naik di masa yang akan datang, produsen
akan mengurangi penawarannya sekarang dan menaikkan penawarannya di masa depan. Tetapi mungkin dapat terjadi dengan adanya ekspektasi akan menaikkan
25
harga menyebabkan produsen segera menaikkan produksinnya dengan demikian kurva penawaran naik dan bergerak ke kanan (Simbolon, 2007). 7.
Pajak dan Subsidi Pajak dan subsidi akan mempengaruhi biaya produksi. Pengenaan pajak
akan menaikkan biaya produksi dan pemberian subsidi akan menurunkan biaya produksi. Dengan demikian pengenaan pajak akan menurunkan penawaran dan pemberian subsidi akan menyebabkan penawaran naik (Simbolon, 2007). 8.
Permintaan Bertambahnya permintaan konsumen akan merangsang untuk meningkatkan
penawaran. Walaupun kemampuan financial terbatas, jika terjadi penambahan permintaan sedapat mungkin untuk mencari sumber modal dalam rangka memenuhi permintaan. Sebaliknya penurunan permintaan akan menurunkan penawaran, karena jika tetap mempertahankan penawaran yang tinggi ketika penurunan permintaan maka barang tidak terjual dipasaran (Rasul dkk, 2013).
2.1.5. Kondisi Cuaca dan Iklim (Tingkat Curah Hujan) Iklim (climate) adalah sintesis atau bentukan dari unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam jangka panjang yang terjadi pada suatu daerah yang luas. Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu periode yang cukup lama dan daerah yang luas. Sintesis tersebut meliputi nilai rata-rata, ekstrim (maksimum dan minimum), frekuensi terjadinya nilai tertentu dari unsur cuaca ataupun frekuensi dari tipe iklim (Sabarudin, 2012). Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai
26
sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu (Budianto, 2001). El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut, yang menyebabkan terjadinya musim kemarau panjang. La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. La Nina mengakibatkan angin membawa banyak uap air, sehingga sering terjadi hujan lebat dan kemungkinan terjadinya banjir sangat besar (Budianto, 2001). Iklim berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan, hewan dan manusia. Keberadaan suatu spesies tumbuhan pada suatu wilayah dapat dijadikan indikator iklim pada wilayah bersangkutan. Unsur-unsur iklim yang menunjukkan pola keragaman yang jelas merupakan dasar utama dari klasifikasi iklim yang dilakukan oleh pakar atau institusi yang relevan. Unsur-unsur iklim yang sering dipakai tersebut adalah suhu dan curah hujan. Unsur iklim yang lain seperti cahaya dan angin sangat jarang digunakan sebagai dasar klasifikasi iklim (Lakitan, 1994). Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada waktu tertentu, dalam pertanian tingkat curah hujan berpengaruh dalam jenis tanaman yang dibudidayakan dan juga teknik pengairan yang digunakan (Dwijoseputro, 1989). Faktor utama yang mengakibatkan harga jual melonjak yaitu akibat cuaca yang sangat ekstrim dan tidak dapat di prediksi, akibatnya sangat berpengaruh kepada perkembangan pertanian, dan akibat itu para petani mengakibatkan gagal panen
27
terus menerus dan para petani pun mengalami kerugian yang sangat besar. Sedangkan para petani (Irawan, 2007).
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang diambil berkaitan dengan penelitian ini dilampirkan pada Tabel 2. Tabel 2. Review Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti/ tahun.
Topik Penelitian
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian
1.
Alex Muharlis (2007)
Peramalan dan Faktor-Faktor Penentu Fluktuasi Harga Cabai Merah Di Jawa – Bali
Variabel Independen : Harga cabai merah besar, jumlah pasokan cabai,harga cabai merah di tingkat produsen, harga jual cabai merah besar, dan dummy budaya masyarakat (D1). Variabel dependen : Perubahan harga cabai merah besar di Jakarta, Bandung, Semarang,Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar.
Perubahan harga cabai merah besar di enamkota dalam jangka panjang memiliki trend yang meningkat. Untuk harga cabai merah keriting akan meningkat pada saat menjelang dan saat hari lebaran.
2.
Tria Rosana Dewi (2009)
Analisis Permintan Cabai Merah (Capsicum annuum.L) di Surakarta.
Variabel Independen :Harga cabai merah besar, cabai merah keriting, harga bawang merah, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Variabel Dependen : Permintaan cabai merah di Kota Surakarta.
Variabel harga cabai merah besar, cabai merah keriting, harga bawang merah, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita secara bersama berpengaruh terhadap permintaan cabai merah di Kota Surakarta.
28
No.
3.
Nama Peneliti/ tahun. Evi Silfinda (2012)
Topik Penelitian
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Merah di Kab. Deli Serdang
Variabel yang digunakan Variabel Independen:harga bibit, harga pupuk kimia, harga pestisida, harga mulsa, harga polybag, impor cabai, kondisi cuaca/iklim, perayaan hari-hari besar keagamaan, hajatan/pesta, dan biaya pemasaran. Variabel Dependen: Harga cabai merah di Deli Serdang
Hasil Penelitian
(1) Perkembangan harga cabai di Kabupaten Deli Serdang berfluktuasi, namun cenderung tetap (tidak naik dan juga tidak turun). (2) Faktor-faktor yang diidentifikasi mempengaruhi fluktuasi harga cabai merah di Kabupaten Deli Serdang adalah : Faktor Saprotan (Sarana Produksi Tanaman), Perayaan hari-hari besar keagamaan, dan Faktor cuaca.
4.
Dyah Anjarwani Rosoutami (2012)
Permintaan dan Penawaran Serta Fluktuasi Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) di Kabupaten Jember
1.Variabel Independen : Harga cabai rawit, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita. Variabel Dependen : Permintaan cabai rawit di Kabupaten Jember 2. Varibabel Independen : harga cabai rawit waktu t -1 , luas area tanam waktu t -1 , dan biaya produksi waktu t -1 . Variabel Dependen: Penawaraan cabai rawit di Kabupaten Jember.
(1) Variabel Independen 1 mempengaruhi permintaan cabai rawit di Kabupaten Jember (2) Variabel Independen 2 mempengaruhi penawaran cabai rawit di Kabupaten Jember serta (3) Permintaan dan penawaran cabai rawit berpengaruh secara signifikan terhadap fluktuasi harga.
5.
Aisyah Arfani (2013)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen dalam Mengkonsumsi Cabai Merah
Variabel Independen : Harga, pendapatan dan jumlah konsumsi. Variabel Dependen : Sikap konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah adalah harga, pendapatan dan jumlah konsumsi. Pernyataan sikap positif lebih banyak ditunjukkan konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah yaitu diperoleh dengan persentase sebanyak 90%.
29
No. 6.
7.
2.3
Nama Peneliti/ tahun. Lisa Lestari (2015)
Topik Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Konsumsi Pangan Strategis di Sumatera Utara
Variabel Independen : produksi cabai, harga cabai, harga ikan dan konsumsi beras. Variabel Dependen : Ketersediaan cabai di Sumatera Utara.
Ketersediaan cabai di Sumatera Utara secara serempak dan parsial dipengaruhi oleh produksi cabai, harga cabai, harga ikan, konsumsi beras Konsumsi cabai di Sumatera Utara secara serempak & parsial dipengaruhi oleh pendapatan, harga cabai, & produksi cabai.
Chairia (2015)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Cabai Merah di Sumatera Utara
1.Variabel Independen : Harga cabai merah tingkat konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Variabel Dependen : Permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara 2.Variabel Independen : Harga cabai merah tingkat produsen, harga pupuk (Urea, ZA, SP36) bersubsidi, dan luas panen cabai merah. Variabel Dependen : Penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara.
(1) Serempak harga cabai merah tingkat konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. (2) Secara serempak harga cabai merah tingkat produsen, harga pupuk (Urea, ZA, SP36) bersubsidi, dan luas panen cabai merah berpengaruh nyata terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara.
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian
Kerangka Konsep Pemikiran Fluktuasi harga cabai merah dapat disebabkan oleh besarnya jumlah
penawaran dan besarnya jumlah permintaan. Semakin tinggi jumlah penawaran maka harga akan rendah, sedangkan semakin sedikitnya jumlah penawaran harga akan semakin meningkat (ceteris paribus). Tinggi rendahnya jumlah penawaran dapat disebabkan oleh penawaran/produksi cabai merah sebelumnya, harga cabai merah tingkat produsen dan tingkat curah hujan. Dilihat dari sisi permintaan,
30
tingginya harga dapat dipengaruhi permintaan sebelumnya, harga cabai merah tingkat konsumen, harga komoditi komplementer/pelengkap (cabai rawit) dan pendapatan perkapita. Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi harga cabai maka dapat diambil kerangka pemikiran pada Gambar 6.
Harga Cabai Merah Tingkat Produsen (P-θ)
Harga Cabai Merah Tingkat Konsumen (P) Permintaan periode sebelumnya(D-1) Harga Cabai Rawit Tingkat Konsumen (Pc)
Permintaan Cabai Merah (D)
Penawaran Cabai Merah (S)
Pendapatan Perkapita (I)
Keterangan :
= Menyatakan hubungan Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penawaran periode sebelumnya(S-1) Faktor Alam/ Curah Hujan (N)
31
2.4
Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalahfaktor-faktor Harga Cabai Rawit Tingkat
Konsumen,Permintaan Cabai Merah periode sebelumnyaSumatera Utara, Harga Cabai Merah tingkat Produsen dan Curah Hujan Sumatera Utaraberpengaruh positif terhadap harga Cabai Merah (Capsicum annuum.L) di Sumatera Utara. Sedangkan harga Cabai merah tingkat konsumen periode sebelumnya, pendapatan perkapita, penawaran Cabai merah periode sebelumnya Sumatera Utara memberikan pengaruh negatif terhadap harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara.
32
III. METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan metode purposive atau
sengaja, mengenai metode purposive area ini menurut Suharsimi Arikunto (2002) adalah tempat penelitian bukan berdasarkan atas strata, akan tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Daerah penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Alasan memilih Sumatera Utara adalah dengan pertimbangan bahwa Sumatera Utara salah satu provinsi yang merupakansentraproduksi cabai merah nasional. Berikut Produksi Cabai Merah Besar terbesar menurut provinsi di Indonesia tahun 2014 : Tabel3. Jumlah Produksi Cabai Merah Besar terbesar menurut provinsi di Indonesia tahun 2014 No. Provinsi Produksi/ton 1.
Sumatera Utara
147.810
2.
Jawa Barat
253.296
3.
Jawa Tengah
167.794
4.
Jawa Timur
111.022
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Sumatera Utara mempunyai kontribusi terbesar ketiga dari provinsi-provinsi lainnya di Indonesia dalam memproduksi Cabai besar dari jumlah total produksi Indonesia sebanyak 1.074.602 ton. Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara merupakan kontributor utama produksi cabai merah nasional dengan rata-rata pangsa terhadap produksi nasional masing-masing sebesar 26%, 15%, 14%, dan 13%.
33
3.2
MetodePengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk time series dimulai tahun 2009 sampai tahun 2014(dalam data perbulan), melalui pengambilan data ke Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara danBadan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utaraserta instansi terkait lainnya yang diperlukan serta terbitan atau publikasi lainnya, yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian.
3.3
Metode Analisis Data
3.3.1 Model dan Prosedur Estimasi Permintaan dan penawaran suatu komoditas merupakan suatu sistem yang tidak dapat dianalisis secara terpisah. Hubungan antara penawaran dan permintaan suatu komoditas selalu dipengaruhi oleh variabel-variabel secara simultan. Oleh karena itu, untuk mengukur keragaan penawaran dan permintaan komoditas di dalam pendekatan ekonometrika atau statistika ekonomi digunakan pendekatan simultan. Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah model persamaan simultan Two Stage Least Square (2SLS)dengan menggunakan aplikasi Eviews. Analisis ini digunakan untuk menguji simultanitas antara permintaan, penawaran dan harga cabai merah Sumatera Utara sebagai variabel dependen dengan tujuan untuk mengetahui hubungan ketiga variabel tersebut beserta faktor-faktor (Permintaan dan penawaran periode sebelumnya, Harga Cabai Rawit, Pendapatan perkapita, Harga Cabai merah tingkat produsen, dan cuaca/curah hujan di Sumatera Utara) sebagai
34
variabel independen yang mempengaruhi permintaan, penawaran serta harga cabai merah Sumatera Utara. Secara sistematis persamaan permintaan, penawaran serta harga cabai merah Sumatera Utara dirumuskan sebagai berikut : D = f (D -1 , P, Pc, I) S = g (S -1 , P -θ , N) P = h (P -1, D, S) ....................................................(Walter C. Labys, 1975) Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan berikut: D
= α1
α 2 D -1
+
+
α3
P
+
α4
Pc
+
α5
I
+
e1
............................................(3.1) S = α 6 + α 7 S -1 + α 8 P -θ + α 9 N + e 2 .......................................................(3.2) P
= α 10
+
α 11
P -1
+
α 12
D
+
α 13
S
+
e3
....................................................(3.3) Dimana : D S P
= Demand/Permintaan Cabai Merah Sumatera Utara = Supply/ Penawaran/Produksi Cabai Merah Sumatera Utara = Price/ Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Konsumen D -1 = Permintaan Cabai Merah Sumatera Utara periode sebelumnya Pc = Harga Komoditi Komplementer/pelengkap Harga Cabai Rawit tingkat Konsumen Sumatera Utara I = Income/ Pendapatan perkapita penduduk Sumatera Utara P -θ = Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Produsen = Produksi Cabai Merah Sumatera Utara periode sebelumnya S -1 P -1 = Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Konsumen periode sebelumnya N = Natural Factors/ Cuaca/ Jumlah Curah Hujan Sumatera Utara α 0, α 6, α 10 = Intercept e 1, e 2, e 3 =Error Terms / Kesalahan Pengganggu Berdasarkan ketiga persamaan 3.1, 3.2 dan 3.3, dapat dilihat bahwa variabel Permintaan Cabai Merah Sumatera Utara dan Penawaran Cabai Merah Sumatera
35
Utara selain menjadi variabel dependen juga menjadi variabel independen pada persamaan Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Konsumen (persamaan 3.3), demikian halnya dengan Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Konsumen selain menjadi variabel dependen juga menjadi variabel independen pada persamaan Permintaan Cabai Merah Sumatera Utara (persamaan 3.1). Kondisi tersebut mencerminkan bahwa antara Permintaan Cabai Merah Sumatera Utara dan Penawaran Cabai Merah Sumatera Utara serta Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Konsumen saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. Maka persamaan reduce-form dari persamaan struktural(3.1, 3.2 dan 3.3) adalah sebagai berikut : D = C(1)+C(2)*D -1 +C(3)*P -1 + C(4)*Pc + C(5)*I + v 1 ..................................(3.4)S = C(6) + C(7)*S -1 + C(8)*P -θ + C(9) N + v 2 .................................................(3.5) P = C(10) + C(11)*D -1 + C(12)*P -1 + C(13)*Pc + C(14)*I + C(15)* S -1 + C(16)*P -θ + C(17) N + v 3 ..........................................................................(3.6) Dimana : D S P
= Demand/ Permintaan Cabai Merah Sumatera Utara = Supply/ Penawaran/Produksi Cabai Merah Sumatera Utara = Price/ Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Konsumen = Permintaan Cabai Merah Sumatera Utara periode sebelumnya D -1 Pc = Harga Komoditi Komplementer/pelengkap Harga Cabai Rawit tingkat Konsumen Sumatera Utara I = Income/ Pendapatan perkapita penduduk Sumatera Utara P -θ = Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Produsen = Produksi Cabai Merah Sumatera Utara periode sebelumnya S -1 P -1 = Harga Cabai Merah Sumatera Utara Tingkat Konsumen periode sebelumnya N = Natural Factors/ Cuaca/ Jumlah Curah Hujan Sumatera Utara C 1, C 6, C 10 = Intercept v 1, v 2, v 3 = Error Terms / Kesalahan Pengganggu
36
Dalam model persamaan simultan ada dua jenis variabel, yaitu: Pertama, Variabel Endogen (endogenous variable) yaitu varibel yang sudah ditetapkan dalam model tersebut. Kedua, Variabel Eksogen (Exogenous Variable), yaitu variabel yang berasal dari luar variabel yang bersifat Non-stochastic (bebas dari faktor gangguan) atau disebut dengan Predetermined Variable. Persamaan simultan meliputi dua jenis model, yaitu Persamaan Struktural dan Persamaan Reduced Form. Persamaan struktural seperti tertulis pada persamaan 3.1, 3.2 dan 3.3, Sedangkan persamaan reduce form yang telah terbebas dari variabel endogen tertulis dalam persamaan 3.4, 3.5 dan 3.6. Gujarati (2007) mejelaskan bahwa dalam persamaan simultan sangat besar kemungkinan variabel dependen berkorelasi dengan error term, dengan kondisi tersebut maka analisis dengan menggunakan regresi biasa (OLS) sangat potensial untuk menghasilkan taksiran yang bias dan tidak konsisten. Selanjutnya dikatakan bahwa metode 2SLS lebih tepat digunakan untuk analisis simultan, mengingat dalam analisis ini semua variabel diperhitungkan sebagai suatu sistem secara menyeluruh. Sebelum memasuki tahap analisis 2SLS, setiap persamaan harus memenuhi persyaratan identifikasi. Suatu persamaan dikatakan identified hanya jika persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk statistik unik, dan menghasilkan taksiran parameter yang unik. Menurut Gujarati (2007), untuk memenuhi syarat tersebut maka suatu variabel pada persamaan satu harus tidak konsisten dengan persamaan lain. Dalam hal ini identifikasi persamaan dapat dilakukan dengan memasukkan atau menambah, atau mengeluarkan beberapa variabel independen
37
atau dependen ke dalam persamaan. Kondisi identified dibagi menjadi dua yaitu : exactly identified dan over identified. Penentuan kondisi exactly identified maupun over identified dilakukan dengan rumus sebagai berikut : K-k < m-1 : disebut under identification K-k = m-1 : disebut exact identification K-k > m-1 : disebut over identification Dimana : K = jumlah variabel eksogen/independen predetermined dalam model k = jumlah variabel eksogen/independen predetermined dalam persamaan m = jumlah variabel dependen dalam persamaan/endogen Berdasarkan kriteria di atas maka identifikasi persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4. Uji Identifikasi Persamaan Persamaan K-k m–1
Hasil
Identifikasi
D
7–4
2–1
3>1
Overindetified
S
7–3
1–1
4>0
Overindetified
P
7–1
3–1
6>2
Overindetified
Menurut Gujarati (2007), Johnston (1997), metode yang dapat digunakan untuk persamaan simultan yang teridentifikasi berlebihan (overidentified) adalah metode 2SLS. Metode 2SLS (Two Stage Least Squares) merupakan teknik informasi terbatas dan merupakan prosedur terpenting dan digunakan secara meluas. Metode 2SLS yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah korelasi antar peubah endogen sebagai peubah bebas dengan unsur galat dari setiap persamaan dalam model simultan sekaligus untuk mengatasi masalah korelasi peubah-peubah antar persamaan dalam model. Dalam prakteknya, metode 2SLS digunakan lebih sering daripada setiap metode penduga lain untuk menduga
38
persamaan simultan karena dapat digunakan dengan baik bilamana jumlah sampel kecil.
3.4
Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit)
3.4.1 Koefisien Determinasi ( R – Square ) Koefisien Determinasi (R – Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan 2
penjelasan terhadap variabel dependen dimana nilai koefisien determinasi (R ) 2
adalah antara 0 sampai 1 (0≤ R ≤1). Koefisien Determinasi bernilai nol tidak berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat, sebaliknya nilai koefisien determinasi 1 berarti tidak ada hubungan sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat. 𝑅𝑅𝑅𝑅 =
Dimana: R = Koefisien Determinasi Xi= Variabel Independen Y = Variabel Dependen i = 1, 2, 3, ..., dst
Σ Xi Y
√Xi2 √𝑌𝑌 2
3.4.2 Uji F – Statistik (Uji Keseluruhan) Uji F-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut: Ho : b1 ≠ b2 ................. bk = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : b2 = 0.................. 1 = 1 (ada pengaruh)
39
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan Ftabel.Jika F*>F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secarabersama-sama mempengaruhi variabel dependen, nilai F* dapat diperoleh denganrumus:
Dimana:
𝐹𝐹 ∗=
R2/(k − 1) (1 − R2)/(n − k)
F* = F-hitung R2 = Koefisien Determinasi K = Jumlah Variabel Independen n = Jumlah Sampel Kriteria pengambilan keputusan: Ho : β1 = β2 = 0 : Ho diterima (F*
F-tabel) artinya variabel independen secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
3.4.3 Uji t–statistik (Uji Parsial) Uji t–statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : b i = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : b i ≠ 0 (ada pengaruh) Di mana b i adalah koefisien variabelindependen ke – i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila
40
t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang di uji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen, dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima, ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel independen. Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan meggunakan rumus sebagai berikut:
𝑡𝑡 ∗= Dimana:
(bi − b) Sbi
t* = t-hitung ; b i = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol ; Sb i = simpangan baku dari variabel independen ke-i Kriteria pengambilan keputusan: H o : β 1 = β 2 = 0 Ho diterima (t*
1
≠ β 2 ≠ 0 Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara
parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
3.5
Uji Penyimpangan Klasik
3.5.1 Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk melihat asumsi data model simultan 2SLS terdistribusi normal. Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Distribusi normal data dimana data memusat pada nilai rata-rata
41
dan median. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel – variabel yang digunakan baik yang dijadikan sebagai variabel dependen ataupun variabel yang dijadikan sebagai variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distibusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera Test (J-B Test). Untuk melihat apakah data telah berdistribusi normal adalah dengan memperhatikan nilai (angka) probability dari hasil regresi. Dalam bukunya, Pratomo (2007) menyebutkan bahwa angka probability > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probability < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
3.5.2 Autokorelasi Uji autokolinearitas merupakan hubungan variabel-variabel dari serangkaian yang tersusun dalam rangkaian waktu. Autokorelasi juga menunjukkan hubungan nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi jika kesalahan pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu: a) Dengan menggunakan/mem-flot grafik b) Dengan uji Durbin-Watson (Uji D-W Test) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut: Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi
42 Ha : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi Untuk menguji masalah autokorelasi ini kita harus menentukan besarnya nilai kritis dari d u dan d l . Berdasarkan jumlah observasinya dari variabel independen, jika hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi, maka: 1) Jika DW < dt, maka Ho ditolak, berarti bahwa suatu regresi mengalami autokorelasi 2) Jika du< DW < 4-du, maka Ho diterima yang berarti bahwa suatu persamaan regresi tidak mengalami autokorelasi. 3) Jika d l ≤ DW ≤ d u atau 4 – du ≤ DW ≤ 4 - dl, berarti pengujian tidak dapat disimpulkan.
3.6 Definisi dan Batasan Operasional 3.6.1 Definisi Masing-masing variabel dan cara pengukurannya perlu diperjelas untuk memperoeh kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep penelitian ini, antara lain : 1. Harga Cabai Merah adalah Suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk membeli diukur dengan satuan kg cabai merah 2. Harga tingkat produsen adalah harga jual yang diterima produsen sebelum komoditi di pasarkan. 3. Harga tingkat konsumen adalah harga beli yang konsumen bayarkan pada komoditi yang dipasarkan. 4. Produksi cabai merah adalah banyaknya cabai merah yang dihasilkan dari propinsi Sumatera Utara, biasanya dalam per satuan kilogram.
43
5. Jumah Kebutuhan Cabai merah adalah Angka-angka konsumsi/pengeluaran rata-rata cabai merah yang dikonsumsi masyarakat per satuan kilogram. 6. Permintaan Cabai merah adalah Jumlah cabai yang diminta di pasaran Sumatera Utara diukur dengan satuan ton. 7. Penawaran Cabai merah adalah Jumlah cabai yang ditawarkan di Pasaran Sumatera Utara diukur dengan satuan ton. 8. Cabai merah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cabai merah besar jenis lokal dan cabai merah keriting. 9. Cabai rawit di penelitian ini adalah suatu komoditi komplementer untuk cabai merah. 10. Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada waktu tertentu, dalam pertanian tingkat curah hujan berpengaruh dalam jenis tanaman yang dibudidayakan. 11. Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk Sumatera Utara perbulan/rupiah (PDRB/perkapita) 12. Fluktuasi harga adalah persenan dari harga sekarang dikurangi harga tahun lalu dibagi harga tahun lalu dan dikali seratus.
3.6.2
Batasan Operasional
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik, Badan Ketahanan Pangan, Dinas PertanianSumatera Utara yaitu data tentang harga cabai merah dan rawit , luas panen, jumlah produksi cabai
dan
produktivitas
cabai
merah,
Jumlah
Kebutuhan
Cabai
44
merah/PermintaanCabai Merah di Sumatera Utara, pendapatan perkapita penduduk Sumatera utara, faktor alam/ cuaca seperti curah hujan. Komoditi yang menjadi fokus penelitian adalah salah satu tanaman holtikultura yaitu cabai merah. Beberapa variabel yang menjadi fokus penelitian adalah harga cabai merah dan rawit tingkat produsen dan konsumen, jumlah produksi cabai merah/ penawaran cabai merah, Jumlah Kebutuhan cabai merah/ permintaan cabai merah, pendapatan perkapita, jumlah curah hujan di Sumatera Utara.
45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Gambaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34.2oC, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13.4oC. Sebagaimana Provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.
46
4.2
Perkembangan Parameter-Parameter Uji
4.2.1 Perkembangan Harga Cabai Merah Provinsi Sumatera Utara Komoditas cabai merah dapat mempengaruhi harga pangan dalam negeri dan memiliki andil terhadap inflasi Indonesia karena volatilitas harga yang tinggi. Perubahan harga cabai merah tidak mudah untuk diprediksi dan cukup menyita perhatian masyarakat dan pemerintah sehingga penanganannya perlu keterlibatan berbagai pemangku kepentingan.Penawaran dan permintaan yang stabil sepanjang tahun menunjukkan respon perubahan harga kecil. Kenaikan harga cabai merah baru-baru ini akibat beberapa faktor, antara lain: a) Persoalan supply–demand, harga cabai merah sangat rendah pada periode JuliSeptember karena over supply menyebabkan petani tidak merawat tanaman cabainya. b) Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM juga berdampak terhadap harga cabai merah akibat spekulasi pelaku usaha. Harga produsen dan konsumen yang volatil menyebabkan tingkatan perubahan harga yang tidak menentu, sehingga menurunkan semangat petani produsen untuk bertanam, berinovasi, petani tidak mampu bertahan terhadap guncangan harga input dan berimplikasi terhadap pengeluaran belanja rumah tangga konsumen. Volatilitas harga cabai merah di kawasan regional Jawa dan luar Jawa sangat penting diperhatikan untuk mencari strategi pemecahan masalah on farm dan off farm dengan harapan dapat memberikan keuntungan ganda (Multiflier Effect) bagi pelaku usaha (petani, pedagang dan konsumen) dan mengurangi
47
terjadinya fluktuasi harga cabai yang terlalu tinggi (Badan Ketahanan Pangan, 2014). Tabel 5. Perkembangan Harga Rata-rata Produsen Cabai Besar dan keriting Tahun 2011-2014 Harga Nominal (Rp) Fluktuasi Harga (%) Bulan 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Januari 37081,6 26598,5 15677,9 33382,2 Februari 28829,6 19528,3 19272,4 21309,1 -22 36,21 -18,65 56,66 Maret 18911,5 14806,3 18246,8 16718,8 52 31,89 5,62 27,46 April 11885,8 16385,9 16892,6 15086,7 60 -9,64 8,02 10,82 Mei 7702,38 16240,5 28551,3 16272,4 54,31 0,90 -40,83 -7,29 Juni 7098,29 22979,4 31759,6 13485,7 8,51 -29,33 -10,10 20,66 Juli 8693,45 23315,5 36351,5 11526,9 -18,4 -1,44 -12,63 16,99 Agustus 8896,95 21554,5 27909,2 14405,1 -2,29 8,17 30,25 -19,98 September 18100,5 15613,7 21132,3 24046,5 -50,9 38,05 32,07 -40,09 Oktober 21300,6 15193 28430,3 26279,7 -15 2,77 -25,67 -8,50 Nopember 24485,1 11493,6 39137,8 45065,7 -13 32,19 -27,36 -41,69 Desember 24199,4 10560,8 25852 49440,3 1,18 8,83 51,39 -8,85 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat perkembangan harga cabai merah di Sumatera Utara dari tahun 2011-2014 sangat befluktuatif setiap bulannya. Fluktuasi harga terbesar yang terjadi yaitu pada bulan februari 2014 dengan sebesar 56,66% dan kenaikan harga nominal cabai merah yang tertinggi terjadi pada bulan desember 2014 rata-rata sebesar Rp. 49440,3. Sejalan penjelasan diatas, pada Gambar 7memaparkan kenaikan harga Cabai merah tingkat konsumen tertinggi pada bulan desember tahun 2014. Kenaikan harga terus berfluktuatif dan mengalami kenaikan pada awal tahun dan akhir tahun, sedangkan harga cabai merah sangat rendah pada pertengahan tahundikarenakan over supply cabai merah di Sumatera Utara.
48
60000 50000 40000 2011
30000
2012
20000
2013
10000
2014
0
Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 7. Perkembangan Harga Cabai Merah Tingkat Konsumen
Harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar menawar.
Penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang
diharapkan akan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawar lebih rendah dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar menawar mereka akan sampai pada suatu kesepakatan tentang harga (Swastha, 2000).
4.2.2 Perkembangan Penawaran/Produksi Cabai Merah Provinsi Sumatera Utara Produksi cabai besar Sumatera Utara tahun 2014 sebesar 147.810 ton (Gambar 8) mengalami penurunan sebesar 14.123 ton (8,72%) dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi cabai besar tahun 2014 terbesar terjadi di Kabupaten Karo sebesar 10.479 ton. Persentase produksi cabai besar pada tahun 2014 menurut wilayah di 3 (tiga) kabupaten sentra (Karo, Batu Bara, dan Simalungun) sebesar 61,16 persen dan di kabupaten/kota lainnya sebesar 38,84 persen.
49
Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 8. Perkembangan Produksi Cabai Besar Menurut Kabupaten/Kota Sentra Tahun 2012-2014
Selama periode 2012–2014, produksi tertinggi terjadi di Kabupaten Karo pada tahun 2012 sebesar 50.734 ton, sedangkan di tahun 2014 produksi tertinggi di kabupaten yang sama sebesar 33.633 ton. Luas panen tertinggi juga terjadi pada tahun 2012 di Kabupaten Karo, yaitu seluas 6.224 hektar, sedangkan luas panen tertinggi tahun 2014 juga terjadi di Kabupaten Karo seluas 4.663 hektar. Produktivitas tertinggi terjadi di tahun 2012 di Kabupaten Langkat sebesar 20,49 ton per hektar. Kenaikan produksi cabai besar pada tahun 2014 yang relatif besar terjadi di Kabupaten Dairi, Padang Lawas Utara, dan Toba Samosir. Sementara itu, penurunan produksi yang relatif besar terjadi di Kabupaten Karo, Simalungun, dan Deli Serdang.
50
Tabel 6. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Besar Menurut Triwulan, Tahun 2012-2014 Uraian 2012 2013 2014 Produksi (ton) Triwulan I 47711 37651 39680 Triwulan II 47003 36861 33703 Triwulan III 51963 48649 38593 Triwulan IV 50732 38772 35835 Luas Panen (Ha) Triwulan I 6257 5764 5428 Triwulan II 5351 4778 4577 Triwulan III 5750 5956 5047 Triwulan IV 6952 5116 5681 Produktivitas (%) Triwulan I 7,63 6,53 7,31 Triwulan II 8,78 7,71 7,36 Triwulan III 9,04 8,17 7,65 Triwulan IV 7,3 7,58 6,31 Sumber : Badan Pusat Statistik
Perkembangan produksi cabai besar per triwulan dari tahun 2012 ke tahun 2014 disajikan pada Tabel 6. Pada periode tahun 2013-2014, peningkatan produksi hanya terjadi pada triwulan I yaitu sebesar 2.029 ton (5,39%) sedangkan penurunan produksi cabai terbesar terjadi pada triwulan III yaitu sebesar 10.056 ton (20,67 %).
4.2.3 Permintaan/Kebutuhan Cabai Merah di Sumatera Utara Pada perkembangannya, permintaan Cabai merah Sumatera Utara terus meningkat setiap tahunnya seiring bertambahnya jumlah penduduk Sumatera Utara, rata-rata peningkatan permintaan Cabai merah Sumatera Utara pertahun adalah 18,43%. Perubahan peningkatan permintaan Cabai Merah Sumatera Utara tertinggi pada tahun pengamatan terjadi pada tahun 2011 dimana permintaan
51
Cabai Merah Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah 53480 ton meningkat menjadi 78932 ton pada tahun 2011 dengan persentase peningkatan 47%. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa kebutuhan Cabai merah Sumatera Utara berfluktuatif setiap bulannya dimana permintaan tertinggi terjadi pada awal tahun dan akhir tahun. 12000 10000 8000 6000 4000 2000 Jan'11 Mar'11 Mei'11 Jul'11 Sep'11 Nop'11 Jan'12 Mar'12 Mei'12 Jul'12 Sep'12 Nop'12 Jan'13 Mar'13 Mei'13 Jul'13 Sep'13 Nop'13 Jan'14 Mar'14 Mei'14 Jul'14 Sep'14 Nop'14
0
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, diolah Gambar 9. Permintaan/Kebutuhan Cabai Merah Sumatera Utara
Untuk komoditas pertanian yang cepat rusak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan pengaruh perubahan permintaan pasar kadang-kadang sangat menyolok sekali sehingga harga yang berlaku berubah dengan cepat. Hal ini dapat diamati perubahan harga pasar yang berbeda pada pagi, siang dan sore hari. Perbedaan harga jual yang paling signifikan adalah biasanya pada saat musim produk melimpah ruah atau saat musim panen besar harga rendah, sebaliknya pada saat tidak musim dan jumlahnya cenderung sedikit maka harga meningkat drastis. Keadaan tersebut menyebabkan petani sulit dalam melakukan perencanaan produksi, begitu juga dengan pedagang sulit dalam memperkirakan permintaan (Syahza, 2007).
52
4.3
Hasil dan Pembahasan Estimasi Model Persamaan Simultan
4.3.1 Uji Kesesuain (Test of Goodness of Fit) Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel secara simultan 3 persamaan dilakukan dengan menggunakan model Two-Stage Least Squares. Hasil estimasi sistem persamaan dengan Two-Stage Least Square adalah sebagai berikut : 1. Hasil uji persamaan 1: Permintaan Komoditi (D) Persamaan pertama adalah persamaan yang digunakan untuk mengetahui secara simultan terhadap penawaran domestik. Berdasarkan hasil output eviews dengan model Two-Stage Least Squares: Tabel 7. Hasil Uji Persamaan Permintaan (D) Variabel Nilai Koefisien Nilai Probability Regresi t C 902,774 0,4381 Permintaan periode -0,0127 0,8605 sebelumnya (D -1 ) Harga periode 0,0387 0,2316 sebelumnya (P -1 ) Harga Cabai 0,0428 0,0393 Rawit (P c ) Pendapatan (I) 0,0012 0,0028 2 R = 0,4566 Sumber : Lampiran
Nilai t statistic 0,7800 -0,1763 1,2073 2,1022 3,1013
Berdasarkan hasil estimasi di atas diketahui bahwa R2sebesar 0,4566 yang bermakna bahwa variabel demand/permintaanperiode sebelumnya, Harga periode sebelumnya, Harga Cabai rawit tingkat konsumen, dan pendapatan perkapita penduduk Sumatera Utara mampu menjelaskan variasi variabel permintaan Cabai merah sebesar 45,66persen dan sisanya sebesar 54,34 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.Adanya pertambahan dalam permintaan suatu barang yang disebabkanoleh adanya perubahan faktor-
53
faktor diluar harga barang itu sendiri misalnya: Pendapatan, selera, jumlah pendudukdan lain-lain (Nuraini, 2006). Koefisien regresi untuk permintaan Cabai merah
periode sebelumnya
adalah -0,0127 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 ton permintaan Cabai merah periode sebelumnya maka permintaan Cabai merah akan turun sebesar 0,0127 ton,ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap permintaan Cabai merah periode sebelumnya maka permintaan Cabai merah akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Koefisien regresi untuk harga Cabai merah periode sebelumnya adalah 0,0387 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap Rp.1-, harga Cabai merah periode sebelumnya maka permintaan Cabai merah akan naik sebesar 0,0387 ton,ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap harga Cabai merah periode sebelumnya maka permintaan Cabai merah akan mengalami peningkatan dan sebaliknya. Koefisien regresi untuk harga Cabai rawit adalah 0,0428 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap Rp.1-, harga Cabai rawit maka permintaan Cabai merah akan naik sebesar 0,0428 ton, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap harga Cabai rawit maka permintaan Cabai merah akan mengalami peningkatan dan sebaliknya.Kenaikan harga barang substitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif meskipun harga barang tersebut tetap tidak berubah. Hal ini akan mengakibatkan permintaan akan suatu barang akan naik bila harga barang substitusinya naik. Begitu juga sebaliknya bila harga barang penggantinya turun maka permintaan akan barang tersebut juga turun(Simbolon, 2007).
54
Koefisien regresi untuk pendapatan perkapita adalah 0,012 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap Rp.1-, pendapatan perkapita maka permintaan Cabai merah akan naik sebesar 0,0012 ton, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap pendapatan perkapita maka permintaan Cabai merah akan mengalami peningkatan dan sebaliknya.Tinggi atau rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang (Setiadi, 2004). Berdasarkan hasil estimasi diperoleh juga nilai t-hitung. Secara parsial variabel yang signifikan mempengaruhi permintaan Cabai Merah Sumatera Utara yaitu pendapatan perkapita dan harga Cabai rawit dengan nilai t probability pendapatan perkapita sebesar 0,0022 dan harga Cabai rawit sebesar 0,036yang nilainya lebih kecil dari nilai signifikan pada α = 0,05.
55
2. Hasil uji persamaan 2: Penawaran Komoditi (S) Berdasarkan hasil output eviews dengan model Two-Stage Least Squares: Tabel 8. Hasil Uji Persamaan Penawaran (S) Nilai Koefisien Nilai Probability Variabel Regresi t C 3307,355 0,0000 Penawaran periode 0,8054 0,0000 sebelumnya (S -1 ) Harga Produsen (P -θ ) 0,0078 0,6802 Curah Hujan (N) -1,0330 0,2019 R2 = 0,7844 Sumber : Lampiran
Nilai t statistic 4,3315 15,312 0,4139 -1,2885
Hasil estimasi di atas diketahui bahwa R2sebesar 0,7844 yang bermakna bahwa variabel supply/penawaran periode sebelumnya, Harga Cabai Merah tingkat produsen dan jumlah curah hujan Sumatera Utara mampu menjelaskan variasi variabel penawaran Cabai merah sebesar 78,44 persen dan sisanya sebesar 21,56 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi, seperti harga komoditi lain, harga faktor produksi, tujuan perusahaan, tingkat teknologi, ekspektasi harga masa depan, pajak dan subsidi, permintaan dan lain-lain. Koefisien regresi untuk penawaran/produksi Cabai merah periode sebelumnyaadalah 0,8054 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 tonpenawaran/produksi Cabai merah periode sebelumnyamaka penawaran/produksi Sumatera Utara akan naik sebesar 0,8054 ton, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap penawaran/produksi Cabai merah periode sebelumnyamaka penawaran/produksi Sumatera Utara akan mengalami peningkatan dan sebaliknya.
56
Koefisien regresi untuk harga Cabai merah tingkat produsen adalah 0,0078 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap Rp.1-,harga Cabai merah tingkat produsen maka penawaran/produksi Sumatera Utara akan naik sebesar 0,0078 ton, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap harga Cabai merah tingkat produsen maka penawaran/produksi Sumatera Utara akan mengalami peningkatan dan sebaliknya. makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002). Koefisien regresi untuk curah hujan adalah -1,0330 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 mm curah hujan maka penawaran/produksi Sumatera Utara akan turun sebesar 1,0330 ton, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap curah hujan maka penawaran/produksi Sumatera Utara akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Mengingat cabai merupakan jenis komoditas yang mudah membusuk, maka perubahan cuaca ini sangat mempengaruhi produksi cabai yang sangat bergantung kepada cuaca khususnya kelembaban udara dan kadar air tanah. Oleh karena itu banyak petani yang mengalami gagal panen akibat lahannya terkena banjir. Akibatnya keberadaan cabai di Pasaran menjadi langka dan secara otomatis harganya melonjak tajam (Agromedia, 2008). Berdasarkan hasil estimasi diperoleh juga nilai t-hitung. Secara parsial variabel yang signifikan mempengaruhi penawaran Cabai Merah Sumatera Utara yaitu supplyperiode sebelumnya, Harga Cabai Merah tingkat produsen Sumatera
57
Utara yang masing-masing memiliki nilai t probability sebesar 0,000yang nilainya lebih kecil dari nilai signifikan pada α = 0,05.
3. Hasil uji persamaan 3: Harga Komoditi (P) Berdasarkan hasil output eviews dengan model Two-Stage Least Squares: Tabel 9. Hasil Uji Persamaan Harga (P) Nilai Koefisien Nilai Probability Variabel Regresi t C 17636,51 0,0000 Harga periode 0,2222 0,0586 sebelumnya(P -1 ) Permintaan periode -1,1577 0,0000 sebelumnya (D -1 ) Harga konsumen 0,2341 0,0041 Cabai Rawit (P c ) Pendapatan (I) -0,0020 0,1158 Penawaran -0,4712 0,0513 periode sebelumnya(S -1 ) Harga Produsen 0,6524 0,0000 Cabai Merah (P -θ ) Curah Hujan (N) 8,3626 0,0035 2 R = 0,7585 Sumber : Lampiran
Nilai t statistic 4,3528 1,9252 -4,7781 2,9791 -1,5942 -1,9861
7,9864 3,0298
Berdasarkan hasil estimasi di atas diketahui bahwa R2sebesar 0,7585 yang bermakna bahwa variabel demand periode sebelumnya, Harga periode sebelumnya, Harga Cabai rawit tingkat konsumen, pendapatan perkapita penduduk, supply periode sebelumnya, Harga Cabai Merah Tingkat Produsen, dan jumlah curah hujan Sumatera Utara mampu menjelaskan variasi variabel harga Cabai merah sebesar 75,85 persen dan sisanya sebesar 24,15 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
58
Koefisien regresi untuk PermintaanCabai merah Sumatera Utaraperiode sebelumnya adalah 1,1577 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 ton Permintaan Cabai merah Sumatera Utara periode sebelumnya maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan turun sebesar Rp. 1,1577, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap PermintaanCabai merah Sumatera Utara periode sebelumnya maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan mengalami penurunan dan sebaliknya.Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya (kekuatan) tarik menarik antar konsumen-konsumen dan produsen-produsen yang bertemu di pasar. Pada suatu waktu, harga sesuatu barang mungkin naik karena gaya tarik konsumen (karena sesuatu hal) menjadi lebih kuat (yaitu para konsumen meminta lebih banyak barang tersebut). Sebaliknya harga sesuatu barang turun apabila permintaan para konsumen melemah (Boediono, 1984). Koefisien regresi untuk Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara periode sebelumnya adalah 0,2222 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap Rp. 1-, harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara periode sebelumnya maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan naik sebesar Rp 0,2222, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap harga Cabai merah Sumatera Utara periode sebelumnya maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan mengalami peningkatan dan sebaliknya. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya (Rahardja dan Mandala, 2006). Koefisien regresi untuk Harga Cabai rawit tingkat konsumen Sumatera Utara adalah 0,2341 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap
59
Rp. 1-, Harga Cabai rawit tingkat konsumen Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan naik sebesar Rp 0,2341, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap Harga Cabai rawit tingkat konsumen Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan mengalami peningkatan dan sebaliknya. Koefisien regresi untuk Pendapatan perkapita Sumatera Utara adalah -0,002 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap Rp.1-, Pendapatan perkapita Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan turun sebesar Rp. 0,0020, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap Pendapatan perkapita Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Untuk efek perubahan pendapatan maka jika pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya (Kotler, 2001). Koefisien regresi untuk penawaran Cabai merah Sumatera Utara periode sebelumnya adalah 0,4712 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 ton, Penawaran cabai merah Sumatera Utara periode sebelumnya maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan turun sebesar Rp. 0,04712-, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap penawaran
60
Cabai merahperiode sebelumnya Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Fluktuasi harga yang relatif tinggi pada komoditas sayuran pada dasarnya terjadi akibat kegagalan petani dan pedagang sayuran dalam mengatur volume pasokannya sesuai dengan kebutuhan konsumen (Irawan, 2007). Koefisien regresi untuk harga Cabai merah tingkat produsen Sumatera Utara adalah 0,6524 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap Rp.1-, harga Cabai tingkat produsen Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan naik sebesar Rp. 0,6524, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap harga Cabai tingkat produsen Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan mengalami peningkatan dan sebaliknya. Koefisien regresi untuk Curah hujan Sumatera Utara adalah 0,6524 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1mm Curah hujan Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan naik sebesar Rp. 0,6524, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap Curah hujan Sumatera Utara maka Harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara akan mengalami peningkatan dan sebaliknya. Faktor utama yang mengakibatkan harga jual melonjak yaitu akibat cuaca yang sangat ekstrim dan tidak dapat di prediksi, akibatnya sangat berpengaruh kepada perkembangan pertanian, dan akibat itu para petani mengakibatkan gagal panen terus menerus dan para petani pun mengalami kerugian yang sangat besar (Irawan, 2007). Berdasarkan hasil estimasi diperoleh juga nilai t-hitung. Secara parsial variabel yang signifikan mempengaruhi Harga Cabai Merah Tingkat Konsumen
61
Sumatera Utara yaitu penawaran Cabai merah periode sebelumnya, Harga Cabai rawit tingkat Konsumen Sumatera Utara, Harga Cabai Merah tingkat produsen Sumatera Utara dan Curah Hujan yang masing-masing memiliki nilai t probability permintaan Cabai merah periode sebelumnya, sebesar 0,000, Harga Cabai Merah tingkat produsen Sumatera Utara sebesar 0,0042, Harga Cabai rawit tingkat Konsumen Sumatera Utara sebesar 0,000, Curah hujan sebesar 0,0035yang nilainya lebih kecil dari nilai signifikan pada α = 0,05.
4.3.2 Uji Asumsi Klasik 1.
Uji Normalitas Sebelum analisis simultanitas data, diperlukan normalitas data penelitian.
Normalitas data merupakan salah satu asumsi yang diperlukan dalam regresi liniear ganda. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual dari data berdistribusi normal atau tidak.
Pada penelitian ini, untuk menguji
normalitas data digunakan uji Jarque-Bera. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai probabilitas Jarque-Bera (JB) test > alpha (0,05), maka data dikatakan berdistribusi normal. Berikut hasil pengujian Jarque-Bera (JB) test: Tabel 10. Hasil Uji Nilai Jarque Bera Variabel Nilai Jarque Endogen Bera Permintaan 0,520 Komoditi Penawaran 1,646 Komoditi Harga Jual 2,691 Komoditi Sumber : Lampiran
Probability
Kesimpulan
0,770
Normal
0,438
Normal
0,260
Normal
62
Pada Tabel 7 diketahui bahwa nilai probabilitas untuk masing-masing pengujian persamaan adalah lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi pada persamaan permintaan Cabai merah Sumatera Utara, persamaan penawaran Cabai merah Provinsi Sumatera Utara dan persamaan Harga Cabai merah tingkat konsumen.
2.
Hasil Pengujian Autokorelasi Persamaan Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
eviews 6 pengujian autokorelasi diuji dengan serial correlation LM Test, dimana nilai Prob. Chi-Square Obs*R-Squared pada model dibandingkan dengan refrensi α sebesar 0.05. Menurut Widarjono, (2013) Prob. Chi-Square Obs*R-Squared pada model > 0.05 maka model yang diuji tidak mengalami masalah autokorelasi. Ringkasan hasil pengujian autokorelasi pada model permintaan, penawaran dan harga Cabai merah Sumatera Utara disajikan pada tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji Nilai Prob. Chi-Square Obs*R-Squared Persamaan
Prob Chi-Square (2)
Kesimpulan
Permintaan Komoditi
0.2956
Tidak Terjadi Autokorelasi
Penawaran Komoditi
0.0628
Tidak Terjadi Autokorelasi
0,5141
Tidak Terjadi Autokorelasi
Harga Komoditi Sumber : Lampiran
Hasil pengujian Autokorelasi pada persamaan permintaan Cabai merah Sumatera Utara disajikan pada Lampiran. Berdasarkan hasil dari pengujian
63
autokorelasi pada permintaan Cabai merah Sumatera Utara menujukkan bahwa nilai dari Prob. Chi-Square Obs*R-Squared bernilai 0.2956. Hasil ini menunjukkan bahwa model permintaan Cabai merah Sumatera Utara tidak mengalami masalah Autokorelasi. Hasil dari pengujian autokorelasi pada penawaran Cabai merah Sumatera Utara menujukkan bahwa nilai dari Prob. Chi-Square (2) Obs*R-Squared dari model permintaan bernilai 0.0628. Hasil ini menunjukkan bahwa model penawaran Cabai merah Sumatera Utara tidak mengalami masalah Autokorelasi. Hasil dari pengujian autokorelasi pada harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara menujukkan bahwa nilai dari Prob. Chi-Square (2) Obs*RSquared dari model harga bernilai 0,5141. Hasil ini menunjukkan bahwa model harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara tidak mengalami masalah Autokorelasi. Setelah dilakukan pengujian 3 persamaan, persamaan permintaan Cabai merah Sumatera Utara, persamaan penawaran Cabai merah Provinsi Sumatera Utaradan persamaan Harga Cabai merah tingkat konsumen disimpulkan bahwa ketiga persamaan tersebut tidak terjadi autokorelasi dan memenuhi asumsi klasik (Autokorelasi).
64
V. KESIMPULAN& SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil uraian analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.
Secara parsial harga Cabai rawit tingkat konsumen (Pc) dan pendapatan perkapita penduduk (I) Sumatera Utara memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap permintaan Cabai merah (D) Sumatera Utara sedangkan Permintaan Cabai Merah periode sebelumnya(D -1 ), harga Cabai merah tingkat
konsumen
periode
sebelumnya(P -1 )
memberikan
pengaruh
negatifterhadap permintaan Cabai merah Sumatera Utara. 2.
Secara parsial Penawaran Cabai Merah periode sebelumnya(S -1 ) Sumatera Utara memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap penawaran Cabai merah (S) Sumatera Utara sedangkan harga Cabai merah tingkat produsen (P -θ ) dan curah hujan (N) Sumatera Utara memberikan pengaruh negatif terhadap penawaran Cabai merah Sumatera Utara.
3.
Secara parsial permintaan Cabai merah periode sebelumnya(D -1 ), harga Cabai rawit tingkat konsumen(Pc), harga Cabai merah tingkat produsen(P -θ ) dan curah hujan (N) Sumatera Utara memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap harga Cabai merah tingkat konsumen Sumatera Utara (P) sedangkan pendapatan perkapita (I), harga Cabai merah tingkat konsumen periode sebelumnya(P -1 ), dan penawaran Cabai merah periode sebelumnya(S -1 ) Sumatera Utara memberikan pengaruh negatif terhadap harga Cabai merah tingkat konsumen (P) Sumatera Utara.
65
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan saran yang dapat disampaikan :
1.
Produksi cabai merah sebelumnya akan mempengaruhi harga cabai merah Sumatera Utara. Dengan ini bisa menjadi masukan bagi para petani untuk lebih mengatur hasil produksi agar pasokan cabai di pasaran tetap stabil dengan melihat Penawaran Cabai Merah periode sebelumnya dalam perencanaannya dan peran pemerintah pun di butuhkan dalam memberikan sosialisasi maupun kebijakan yang menyeimbangkan harga cabai di pasaran agar tidak terlalu melonjak saat produksi berkurang.
2.
Permintaan cabai merah Sumatera Utara sangat berfluktuatif sehingga harga yang berlaku berubah. Keadaan tersebut memberikan acuanpada pemerintah dalam memperkirakan permintaan kebutuhan cabai merah masyarakat agar dapat terpenuhi dengan melihat harga Cabai rawit tingkat konsumen dan pendapatan perkapita penduduk Sumatera Utara yang merupakan faktor penentu permintaan konsumen.
3.
Pengendalian harga cabai merah sebaiknya dilakukan melalui kebijakan penetapan harga jual dari pemerintah sehingga para spekulan tidak memainkan harga di pasaran, dengan hasil penelitian diatas disarankan pemerintah menetapkan harga dengan melihatpermintaan Cabai merah periode sebelumnya, harga Cabai rawit tingkat konsumen, harga Cabai merah tingkat produsen dan curah hujan. Curah hujan mempengaruhi harga cabai merah Sumatera Utara, dikarenakan karakter cabai yang ditanam dengan lahan yang tidak begitu basah dan sangat sensitif dengan musim penghujan. Untuk para petani yang menanam pada periode musimpenghujan
66
sebaiknya menggunakan benih yang tahan kelembaban dan tanaman cabai tersebut akan tahan dengan organisme pengganggu tanaman pada saat hujan dan diharapkan bagi pemerintah memberikan bantuan dan sosialisasi menggunakan teknologi yang menangani cabai sehingga hasil cabai tidak cepat busuk pada musim penghujan sehingga penawaran cabai merah di pasaran memenuhi permintaan dengan harga yang tetap stabil.
67
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga. 1996. Produksi dan Konsumsi Cabai Merah. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Agromedia. 2008.Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Anonimous, 2011. Budidaya Tanaman Cabai Merah. http://herihariyadi.blogspot.com/p/pertanian.html (diakses 20 Desember 2015) Arfani, Aisyah. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen dalam Mengkonsumsi Cabai Merah. USU. Medan. Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Arsyad, L. 2000. Ekonomi Manajerial. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2015. Sumatera Utara dalam Angka. Medan, Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik. 2015. Statitistik Harga Pangan di Tingkat Produsen. BPS : Medan, Sumatera Utara Badan Ketahanan Pangan. 2014. Laporan Pemantauan Ketersediaan Kebutuhan dan Cadangan Pangan Provinsi Sumatera Utara. BKPG. Medan. Bangun, W. 2007. Teori Ekonomi Mikro. PT. Refika Aditama. Bandung. Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Cabai. CV. Yrama Widya. Bandung. Boediono, Dr. 1984. Pengantar Ilmu Ekonomi no. 1, Ekonomi Mikro Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta. Chairia. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Cabai Merah di Sumatera Utara. USU. Medan. Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Dewi, Tria Rosana. 2009. Analisis Permintaan Cabai Merah (Capsicum annum) di Kota Surakarta. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Dinas Pertanian. 2014. Statistik Pertanian Tanaman Holtikultura Hias dan Obatobatan Provinsi Sumatera Utara. Medan.
68
Djojodipuro, M. 1991. Teori Harga. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Dwidjoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Gujarati, Damodar. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta. Erlangga. Irawan, B. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga, Dan Marjin Pemasaran Sayur Dan Buah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Johnston, John. 1997. Econometric Methods. McGraw-Hill. New York. Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. kbbi.web.id. (diakses tanggal 1 Maret 2016) Kotler, Philip. dan Armstrong, G. 2001. Prinsip - prinsip Pemasaran. Jilid 2. EdisiKedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Labys, Walter C. 1975. Quantitative Models of Commodity Markets. Cambridge, Mass. USA. Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. Lestari, Lisa. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Strategis di Sumatera Utara. USU. Medan. Lipsey, Richard G, Peter o. Steiner dan Douglas D. Purvis. 1995. Economics. Seventh Edition. New York: Harper anf Row Publisher. Muharlis, Alex. 2007. Peramalan dan Faktor-Faktor Penentu Fluktuasi Harga Cabai Merah Di Jawa – Bali. IPB. Bogor. Nopirin, 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. BPFE. Yogyakarta. Nuraini, I. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. UMM Press. Malang. Pracoyo, A. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Pratomo, Ario dkk. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews daam Ekonometrika. Cetakan Pertama. Medan. USU Press. Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2006. Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar. FakultasEkonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
69
Rahim, A. dan Hastuti, D.R.D. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta. Rasul, Agung Abdul, Nuryadi dan Tupi Setyowati. 2013. Ekonomi Mikro Edisi 2. Mitra Wacana Media. Jakarta. Rosoutami, Dyah Anjarwan. 2012. Permintaan Dan Penawaran Serta Fluktuasi Harga Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) Di Kabupaten Jember. Universitas Jember. Jember. Rukmana, Rahmat. 1994. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. Sabaruddin,Laode.2012. Agroklimatologi.Alfabeta. Bandung. Setiadi dan dok.Trubus. 2004. Bertanam Cabai.Penebar Swadaya. Jakarta. Silfinda, Evi. 2012. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Merah. USU. Medan. Simbolon, S. 2007. Teori Ekonomi Mikro. USU Press. Medan. Stranton, W, J. 1996. Prinsip Pemasaran. Penerjemah Yohanes Lemarto. Erlangga: Jakarta Sugiarto, Said Kelana, Tedy Herlambang, Rachmat Sudjana dan Brastoro. 2000. Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan Praktis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sukirno, S. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga). Grafindo. Jakarta. Sukwiaty. 2006. Ekonomi 1. Yudhistira. Bandung. Sulandari, S. 2006. Penyakit Daun Keriting Kuning Cabai di Indonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia (Indonesian Journal of Plant Protection) Vol. 12.Nomor 1Juli 2006. Introduction. H. 1-12. Bogor. Sutrisno. Suvi. 2011. Komoditas Cabai. https://suvisutrisno93.wordpress.com/2014/04/06/komoditas-cabai/(diaskes 20 Desember 2015) Swastha, Basu dan Irawan. 2000. Manajemen Pemasaran Modern, FE UGM: Yogyakarta. Syahza, A. 2007. Model Pemasaran Produk Pertanian Berbasis Agribisnis Sebagai Upaya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan. Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Andy Offset. Yogyakarta.
70
Tosin, Dachlan dan Nurma Ratna Sari. 2014. Sukses Usaha dan Budi Daya Cabai. Atma Media Press. Yogyakarta. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika : Pengantar dan Aplikasinya. Ekonosia. Jakarta. Widiarsih, Dwi.2012.Pengaruh Sektor Komoditi Beras Terhadap Inflasi Bahan Makanan.Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan.Tahun II No.6, Juli 2012.
71
Lampiran 1. Tabel Data Variabel Dependen dan Variabel Independen Obs
P (Rp/K g)
Pc D S (Ton) (Ton)
(Rp/Kg)
P -1 (Rp/Kg)
P -θ (Rp/Kg)
I (Rp)
N (mm)
D -1
S -1
(Ton)
(Ton)
Jan'09
18912
4578
10369
17400
18452
15544
1486682
399
9748
9748
Feb'09
19282
4985
9833
18393
17393
13690
1392029
105
10239
10239
Mar'09
18287
3809
11390
16309
18283
12083
1351632
519
9374
9374
Apr'09
18273
4147
10235
16280
17253
16202
1334933
408
10283
10283
Mei'09
19282
4735
9543
16490
17750
13220
1363789
733
10879
10879
Jun'09
20198
3241
13301
17392
18283
14203
1398302
127
10490
10490
Jul'09
19282
4334
9433
16375
18239
15273
1537481
400
9473
9473
Agu'09
23488
4563
9912
15728
18293
18202
1628201
498
9393
9393
Sep'09
19283
5978
9832
18390
19272
12893
1638392
738
9819
9819
Okt'09
21283
4678
11023
17400
19273
17951
1353730
612
9181
9181
Nov'09
19348
4567
9183
18272
18589
16878
1528729
344
8894
8894
Des'09
28938
5321
10369
20371
20344
20389
1826282
111
9203
9203
Jan'10
17953
4457
14657
18721
18912
16153
2117673
297
10369
10369
Feb'10
18079
3562
10095
20956
19282
17202
2019828
96
9833
9833
Mar'10
16555
5351
15191
20130
18287
15273
2192023
170
11390
11390
Apr'10
17013
2387
15482
19339
18273
16282
2029303
112
10235
10235
Mei'10
16972
5957
10815
18196
19282
15382
2028393
197
9543
9543
Jun'10
22545
2897
11095
21846
20198
21029
2128372
353
13301
13301
Jul'10
27154
3678
10062
31376
19282
25256
2027262
349
9433
9433
Agu'10
23640
2309
10856
30482
23488
21191
2018272
563
9912
9912
Sep'10
22311
7347
13996
37433
19283
20214
2102838
237
9832
9832
Okt'10
21865
3713
14762
36389
21283
20831
2026009
305
11023
11023
Nov'10
26593
5033
15238
36082
19348
25128
2211821
494
9183
9183
Des'10
31249
6789
12444
41273
28938
27187
2510282
378
10369
10369
Jan'11
40113
8978
18934
41790
17953
37082
2397797
374
4457
14657
Feb'11
37733
4380
20346
41908
18079
28830
2113453
180
3562
10095
Mar'11
35622
5872
14208
37820
16555
18911
2030412
521
5351
15191
Apr'11
31992
3985
15390
33410
17013
11886
2121022
449
2387
15482
Mei'11
29035
6578
17679
30688
16972
7702
2397797
360
5957
10815
Jun'11
29876
3981
19987
30979
22545
7098
2210031
236
2897
11095
Jul'11
30315
5935
17876
31376
27154
8693
2194820
288
3678
10062
Agu'11
30665
7968
13279
30482
23640
8897
2301499
568
2309
10856
Sep'11
36886
6938
16482
37433
22311
18100
2406037
481
7347
13996
Okt'11
37974
4892
12107
36389
21865
21301
2204321
774
3713
14762
Nov'11
38470
9898
15797
36082
26593
24485
3294060
471
5033
15238
Des'11
45013
9529
15698
41273
31249
24199
3102311
501
6789
12444
Jan'12
27075
6578
14879
29300
40113
26599
2928829
174
8978
18934
Feb'12
27214
5679
16844
26126
37733
19528
2029313
171
4380
20346
Mar'12
22549
7736
15989
22781
35622
14806
2070604
351
5872
14208
Apr'12
24789
5720
16084
21319
31992
16386
2291283
468
3985
15390
Mei'12
25339
7690
15563
20184
29035
16240
2748910
779
6578
17679
72
Lanjutan... Pc
P -1
P -θ
D -1
S -1
(Ton)
(Ton)
Obs
P (Rp/K g)
D (Ton)
Jun'12
29275
5822
15355
20564
29876
22979
2139018
179
3981
19987
Jul'12
24125
6201
18730
22550
30315
23315
2719201
400
5935
17876
Agu'12
23467
8327
14774
27133
30665
21554
2394801
298
7968
13279
Sep'12
26814
3895
10459
20888
36886
15614
2793010
486
6938
16482
Okt'12
24527
6839
17455
19066
37974
15193
3491203
636
4892
12107
Nov'12
19339
5490
16768
17556
38470
11494
2139310
214
9898
15797
Des'12
19172
8954
16510
27338
45013
10561
3817722
431
9529
15698
Jan'13
25664
6938
16349
38727
27075
15678
2940437
166
6578
14879
Feb'13
23981
3965
14750
37378
27214
19272
2568640
242
5679
16844
Mar'13
21949
7022
15839
38948
22549
18247
2345709
190
7736
15989
Apr'13
22962
6938
13580
37144
24789
16893
2510163
324
5720
16084
Mei'13
27554
5430
13523
42311
25339
28551
2467098
253
7690
15563
Jun'13
32003
5979
14426
39477
29275
31760
3031096
246
5822
15355
Jul'13
37704
5082
13789
46551
24125
36352
2976043
264
6201
18730
Agu'13
30296
7651
12430
47056
23467
27909
2758034
635
8327
14774
Sep'13
26725
8021
12528
46537
26814
21132
3897650
555
3895
10459
Okt'13
32070
9938
10920
47885
24527
28430
2987086
854
6839
17455
Nov'13
40399
7550
12012
46595
19339
39138
3034276
326
5490
16768
Des'13
36208
8743
11786
55143
19172
25852
3769012
523
8954
16510
Jan'14
40263
7096
10827
33150
25664
33382
3170487
44
6938
16349
Feb'14
23121
6389
15426
33975
23981
21309
3087676
77
3965
14750
Mar'14
18521
6096
13427
36500
21949
16719
3124567
208
7022
15839
Apr'14
16971
7794
16611
36600
22962
15087
2971027
255
6938
13580
Mei'14
19721
5934
9147
15600
27554
16272
3247854
476
5430
13523
Jun'14
16782
5874
7945
11350
32003
13486
3347784
165
5979
14426
Jul'14
14823
5893
8984
14731
37704
11527
3234638
211
5082
13789
Agu'14
19088
9372
10010
31283
30296
14405
3087970
447
7651
12430
Sep'14
28618
6520
19599
26580
26725
24046
3196509
587
8021
12528
Okt'14
31200
8983
9471
22400
32070
26280
3086760
561
9938
10920
Nov'14
51000
6749
11807
32000
40399
45066
3010980
431
7550
12012
Des'14
57500
8453
14557
43000
36208
49440
3479601
726
8743
11786
S (Ton)
(Rp/K g)
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
I (Rp)
N (mm)
Sumber : Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, dan Bada Ketahanan Pangan Sumatera Utara
73
Lampiran 2. Hasil Output Analisis Variabel Dependen dan Independen System: SIMULTAN Estimation Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/22/16 Time: 23:55 Sample: 2009M01 2014M12 Included observations: 72 Total system (balanced) observations 216
C(1) C(2) C(3) C(4) C(5) C(6) C(7) C(8) C(9) C(10) C(11) C(12) C(13) C(14) C(15) C(16) C(17)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
902.7761 -0.012755 0.038770 0.042806 0.001223 3307.355 0.805465 0.007875 -1.033000 17636.51 -1.157743 0.222275 0.234163 -0.002001 -0.471245 0.652424 8.362637
1157.375 0.072319 0.032113 0.020361 0.000394 763.5467 0.052603 0.019023 0.801679 4051.748 0.242300 0.115451 0.078600 0.001255 0.237262 0.081692 2.760052
0.780021 -0.176372 1.207311 2.102286 3.101313 4.331568 15.31214 0.413961 -1.288545 4.352816 -4.778139 1.925276 2.979166 -1.594267 -1.986176 7.986432 3.029884
0.4363 0.8602 0.2287 0.0368 0.0022 0.0000 0.0000 0.6793 0.1991 0.0000 0.0000 0.0556 0.0033 0.1125 0.0484 0.0000 0.0028
Determinant residual covariance
4.75E+19
Equation: DEMAND=C(1)+C(2)*DEMANDT+C(3)*PRICET+C(4)*PRICESUB +C(5)*INCOME Instruments: C DEMANDT PRICESUB INCOME SUPPLYT PRICEPROD RAINFALL PRICET Observations: 72 R-squared 0.456617 Mean dependent var 6037.375 Adjusted R-squared 0.424176 S.D. dependent var 1839.484 S.E. of regression 1395.856 Sum squared resid 1.31E+08 Durbin-Watson stat 2.264960 Equation: SUPPLY=C(6)+C(7)*SUPPLYT+C(8)*PRICEPROD+C(9) *RAINFALL Instruments: C DEMANDT PRICESUB INCOME SUPPLYT PRICEPROD RAINFALL PRICET Observations: 72 R-squared 0.784486 Mean dependent var 13651.83 Adjusted R-squared 0.774978 S.D. dependent var 2717.654 S.E. of regression 1289.160 Sum squared resid 1.13E+08 Durbin-Watson stat 1.454829 Equation: PRICE=C(10)+C(11)*DEMANDT+C(12)*PRICET+C(13) *PRICESUB+C(14)*INCOME+C(15)*SUPPLYT+C(16)*PRICEPROD +C(17)*RAINFALL Instruments: C DEMANDT PRICESUB INCOME SUPPLYT PRICEPROD RAINFALL PRICET Observations: 72
74
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Durbin-Watson stat
0.758526 0.732114 4428.947 0.938289
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid
26670.65 8557.085 1.26E+09
1. Hasil Uji Persamaan 1 Dependent Variable: DEMAND Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/22/16 Time: 23:16 Sample: 2009M01 2014M12 Included observations: 72 Instrument list: DEMANDT PRICESUB INCOME SUPPLYT PRICEPROD RAINFALL PRICET Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DEMANDT PRICET PRICESUB INCOME
902.7761 -0.012755 0.038770 0.042806 0.001223
1157.375 0.072319 0.032113 0.020361 0.000394
0.780021 -0.176372 1.207311 2.102286 3.101313
0.4381 0.8605 0.2316 0.0393 0.0028
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.456617 0.424176 1395.856 14.07540 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR
6037.375 1839.484 1.31E+08 2.264960 1.31E+08
10
Series: Residuals Sample 2009M01 2014M12 Observations 72
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-8.61e-14 28.81132 2714.078 -3151.633 1355.967 -0.083548 2.618560
Jarque-Bera Probability
0.520253 0.770954
0 -3000
-2000
-1000
0
1000
2000
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
2.437377
Prob. Chi-Square(2)
0.2956
75
2. Hasil Uji Persamaan 2 Dependent Variable: SUPPLY Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/23/16 Time: 00:06 Sample: 2009M01 2014M12 Included observations: 72 Instrument list: DEMANDT PRICESUB INCOME SUPPLYT PRICEPROD RAINFALL PRICET Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C SUPPLYT PRICEPROD RAINFALL
3307.355 0.805465 0.007875 -1.033000
763.5467 0.052603 0.019023 0.801679
4.331568 15.31214 0.413961 -1.288545
0.0000 0.0000 0.6802 0.2019
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.784486 0.774978 1289.160 82.50815 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR
13651.83 2717.654 1.13E+08 1.454829 1.13E+08
12
Series: Residuals Sample 2011M01 2014M12 Observations 48
Series: Residuals Sample 2009M01 2014M12 Observations 72
10
8
6
4
2
0 -8000
-6000
-4000
-2000
0
2000
4000
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-3.00e-12 400.8285 5344.542 -7368.672 2953.344 -0.453114 2.953840
Jarque-Bera Probability
1.646758 0.438946
6000
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
5.534979
Prob. Chi-Square(2)
0.0628
76
3. Hasil Uji Persamaan 3 Dependent Variable: PRICE Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/24/16 Time: 12:05 Sample: 2009M01 2014M12 Included observations: 72 Instrument list: DEMANDT PRICESUB INCOME SUPPLYT PRICEPROD RAINFALL PRICET Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PRICET DEMANDT PRICESUB INCOME SUPPLYT PRICEPROD RAINFALL
17636.51 0.222275 -1.157743 0.234163 -0.002001 -0.471245 0.652424 8.362637
4051.748 0.115451 0.242300 0.078600 0.001255 0.237262 0.081692 2.760052
4.352816 1.925276 -4.778139 2.979166 -1.594267 -1.986176 7.986432 3.029884
0.0000 0.0586 0.0000 0.0041 0.1158 0.0513 0.0000 0.0035
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.758526 0.732114 4428.947 28.71980 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR
26670.65 8557.085 1.26E+09 0.938289 1.26E+09
12
Series: Residuals Sample 2009M01 2014M12 Observations 72
10
8
6
4
2
0 -12000
-8000
-4000
0
4000
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-2200.876 -3062.485 8364.953 -11882.24 4301.710 0.453340 2.725762
Jarque-Bera Probability
2.691826 0.260302
8000
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
1.330859
Prob. Chi-Square(2)
0.5141