140600110.pdf

  • Uploaded by: Nancy Amelia Rosa
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 140600110.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 18,691
  • Pages: 105
Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU

http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Kedokteran Gigi

Skripsi Sarjana

2018

Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik dan Porselen dengan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Josethang, Angeline Univesitas Sumatera Utara http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7676 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

PERBEDAAN KEKUATAN IKATAN GESER ANTARA ANASIR GIGI TIRUAN AKRILIK DAN PORSELEN DENGAN BASIS GIGI TIRUAN NILON TERMOPLASTIK

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: ANGELINE JOSETHANG NIM: 140600110

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2018 Angeline Josethang Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik dan Porselen dengan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik xv + 79 halaman Penyatuan antara anasir gigi tiruan dengan basisnya merupakan faktor yang sangat penting karena banyaknya kasus perbaikan gigi tiruan disebabkan oleh anasir gigi tiruan yang terlepas dari basisnya. Basis gigi tiruan nilon termoplastik tidak dapat berikatan secara kemis dengan anasir gigi tiruan akrilik dan porselen. Oleh karena itu dibutuhkan sistem retensi tambahan dengan pembuatan retensi mekanis seperti T-shaped diatoric hole pada anasir gigi tiruan akrilik agar dapat berikatan dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik dan porselen dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris, sampel yang digunakan adalah anasir gigi tiruan akrilik dan porselen molar satu rahang bawah regio kanan yang disatukan dengan tiga jenis merek basis gigi tiruan nilon termoplastik. Basis tempat menanam gigi tiruan berbentuk silindris dengan diameter 18 mm dan ketinggian 20 mm. Bagian yang tertanam untuk semua anasir gigi tiruan sama, yaitu pada bagian mesial dan distal sedalam 1 mm dan untuk bagian bukal sedalam 3 mm. Jumlah sampel sebanyak 24 sampel untuk 6 kelompok. Sampel tersebut dilakukan pengujian kekuatan ikatan geser, kemudian dianalisis dengan uji Anova satu arah serta uji LSD. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan Valplast dan basis gigi tiruan TCS dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), untuk kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan TCS dan basis gigi tiruan Biotone juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,009 (p < 0,05), dan untuk kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan Valplast dan basis gigi

Universitas Sumatera Utara

tiruan Biotone juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan Valplast dan basis gigi tiruan TCS dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), untuk kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan TCS dan kelompok basis gigi tiruan Biotone juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,015 (p < 0,05), dan untuk anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan Valplast dan kelompok basis gigi tiruan Biotone juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian, kekuatan ikatan geser yang tertinggi untuk masing-masing kelompok terjadi pada kombinasi anasir gigi tiruan akrilik dan porselen dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik Valplast. Daftar Rujukan: 52 (1995-2018).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu papa Djohan Harginto, S.E dan mama Setiawati Muliate, S.E yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak terbalas, doa, nasehat, semangat, dan dukungan baik moril maupun materi kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada abang penulis yaitu dr. Alexander Josethang serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Hubban Nasution, drg., MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, saran, nasehat, dorongan, serta meluangkan waktu, tenaga pemikiran dan kesabaran kepada penulis selama penelitian dan penulisan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 3. Syafrinani, drg., Sp. Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera 4. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp. Pros (K) selaku Koordinator Skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera 5. Eddy Dahar, drg., M.Kes dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros selaku ketua dan tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. iv Universitas Sumatera Utara

6. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa pendidikan maupun selama penulisan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 7. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. 8. Pimpinan dan seluruh karyawan Unit Jasa Industri Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya Hasnidar, AMTG selaku laboran yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel penelitian dan memberikan dukungan kepada penulis. 9. Dekan Fakultas Teknik USU yaitu Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph.D, Ketua Jurusan Teknik Mesin USU, dan Maragi Mutaqin, ST.MT selaku Kepala Laboratorium yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 10. Prana Ugiana Gio, S.Si, M.Si dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statistik. 11. Rekan bimbingan penulis dalam menyelesaikan skripsi, Miftahussakinah Rizani yang telah bersama-sama berjuang, saling mendoakan, memberi semangat dan membantu dalam seluruh tahap penyelesaian skripsi. 12. Sahabat-sahabat terbaik penulis: Cindy Liantono, Cindy Rusli, Wiewin Masli, Cindy Leony dan juga seluruh anggota Rotaract Club Medan Diversity yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam pembuatan skripsi ini. 13. Teman-teman terdekat penulis terutama Actara Rahmadita, Yuli Panjaitan, Desy Jesryanti, Indah Cahyani, Elisabeth Pardede, Jesslyn Okto, Desy Siahaan, Irmayani Harahap, Nicole Rose, Bintang Serdalina serta rekan-rekan sejawat stambuk 2014 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan, perhatian dan dorongan semangat serta dukungan moril yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 14. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara:

v Universitas Sumatera Utara

Winna, Dicky, Try, Angelline, Lidya, Sherly, Try, Wilda, Manogarie, Riska, Loshene, Anita, Ayu, Mahrizka, Windy, Monica, Piter, Yogi, Azizatul atas dukungan dan bantuannya selama penulisan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dan bagi kita semua.

Medan, 02 Oktober 2018 Penulis,

(Angeline Josethang) NIM : 140600110

vi Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... HALAMAN TIM PENGUJI ..................................................................... KATA PENGANTAR ...............................................................................

iv

DAFTAR ISI ..............................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xi

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Permasalahan ..................................................................... 1.3 Rumusan Masalah .............................................................. 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 1.5.1 Manfaat Teoritis ...................................................... 1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................

1 6 8 8 8 8 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anasir Gigi Tiruan ............................................................ 2.1.1 Persyaratan.............................................................. 2.1.2 Klasifikasi ............................................................... 2.1.2.1 Anasir Gigi Tiruan Akrilik ......................... 2.1.2.2 Anasir Gigi Tiruan Porselen ...................... 2.2 Basis Gigi Tiruan .............................................................. 2.2.1 Pengertian ............................................................... 2.2.2 Persyaratan.............................................................. 2.2.3 Bahan Basis Gigi Tiruan......................................... 2.2.3.1 Basis Gigi Tiruan Logam ..........................

10 10 10 10 11 12 12 12 13 13

vii

Universitas Sumatera Utara

2.3 2.4

2.5

2.6 2.7 2.8

2.2.3.2 Basis Gigi Tiruan Non Logam .................. 2.2.3.2.1 Termoset..................................... 2.2.3.2.2 Termoplastik .............................. Bahan Basis Gigi Tiruan Termoplastik ............................ Bahan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik .................. 2.4.1 Pengertian ................................................................ 2.4.2 Komposisi ................................................................ 2.4.3 Kelebihan ................................................................. 2.4.4 Kekurangan .............................................................. 2.4.5 Indikasi .................................................................... 2.4.6 Kontraindikasi ......................................................... 2.4.7 Berbagai Bahan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ........................................................... 2.4.8 Manipulasi ............................................................... 2.4.9 Sifat Nilon Termoplastik ......................................... 2.4.9.1 Sifat Mekanis .............................................. 2.4.9.2 Sifat Fisis..................................................... 2.4.9.3 Sifat Kemis .................................................. 2.4.9.4 Sifat Biologis ............................................... Kekuatan Ikatan Geser...................................................... 2.5.1 Alat Pengujian Kekuatan Ikatan Geser .................... 2.5.2 Faktor yang Meningkatkan Kekuatan Ikatan........... 2.5.3 Faktor yang Menurunkan Kekuatan Ikatan ............. Kerangka Teori................................................................. Kerangka Konsep ............................................................. Hipotesis Penelitian..........................................................

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ........................................................ 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ................................ 3.2.1 Sampel Penelitian ................................................... 3.2.2 Besar Sampel Penelitian ......................................... 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................... 3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian ............................. 3.3.2 Definisi Operasional ............................................... 3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 3.4.1 Tempat Penelitian ................................................... 3.4.1.1 Tempat Pembuatan Sampel ...................... 3.4.1.2 Tempat Pengujian Sampel ........................ 3.4.2 Waktu Penelitian...................................................... 3.5 Alat dan Bahan Penelitian ................................................. 3.5.1 Alat Penelitian ...................................................... 3.5.1.1 Alat untuk Membuat Model Sampel ........ 3.5.1.2 Alat untuk Membuat T-Shaped Diatoric Hole pada Anasir Gigi Tiruan Akrilik ......

13 14 14 14 15 15 16 16 16 17 17 18 19 20 20 21 21 22 22 24 25 27 29 30 31

32 32 32 33 34 34 35 37 37 37 37 38 38 38 38 38

viii Universitas Sumatera Utara

3.5.1.3 Alat untuk Membuat Sampel Basis Nilon Termoplastik ............................................. 3.5.1.4 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel ...................................................... 3.5.2 Bahan Penelitian ................................................... 3.6 Cara Penelitian .................................................................. 3.6.1 Pembuatan Retensi T-shaped Diatoric Hole Pada Anasir Gigi Tiruan Akrilik .......................... 3.6.2 Pembuatan Model Sampel .................................... 3.6.3 Pembuatan Sampel Nilon Termoplastik ............... 3.6.4 Penyelesaian Sampel ............................................ 3.6.5 Pengukuran Kekuatan Ikatan Geser ..................... 3.7 Analisis Data ..................................................................... 3.8 Kerangka Operasional Penelitian ..................................... 3.8.1 Pembuatan Sampel Kelompok Nilon Termoplastik 3.8.2 Pengujian Sampel ................................................. BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Nilai Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ............................................... 4.2 Nilai Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Porselen Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ............................................... 4.3 Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ....................................... 4.4 Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Porselen Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ....................................... BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Nilai Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ............................................... 5.2 Nilai Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Porselen Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ....................................... 5.3 Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ....................................... 5.4 Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Porselen Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik .......................................

40 43 43 45 45 45 47 51 52 54 55 55 56

57

58

59

60

63

64

65

69

ix Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……………………………………………… 6.2 Saran……………………………………………………..

73 74

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..

75

LAMPIRAN

x Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1

Definisi operasional variabel bebas .............................................

35

2

Definisi operasional variabel terikat ...........................................

35

3

Definisi operasional variabel terkendali ......................................

36

4

Nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik .................................................................................

57

Nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik .................................................................................

58

Perbedaan rerata kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik .................................................................................

60

Perbedaan kekuatan ikatan geser antar kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik ........................................................................

60

Perbedaan rerata kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon nilon termoplastik ........................................................................

61

Perbedaan kekuatan ikatan geser antar kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik .............................................................

62

5

6

7

8

9

xi Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1

2

Halaman Rata-rata dan standar deviasi dari nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone .....

59

Rata-rata dan standar deviasi dari nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone .....

61

xii Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1

Sketsa alat pengujian sampel ......................................................

24

2

Bentuk dan ukuran sampel .........................................................

32

3

Pipa PVC untuk membuat model sampel ....................................

38

4

Mesin bur tangan........................ .................................................

39

5

Mata bur dengan diameter 0,7 mm..............................................

39

6

Ragum .........................................................................................

39

7

Injection flask ..............................................................................

40

8

Model sampel dari wax ...............................................................

40

9

Vibrator .......................................................................................

40

10

Cartridge .....................................................................................

41

11

Furnace .......................................................................................

41

12

Injector ........................................................................................

41

13

Mesin bubut .................................................................................

42

14

Inkubator .....................................................................................

42

15

Universal Testing Machine .........................................................

43

16

Anasir gigi tiruan akrilik molar satu rahang bawah ....................

43

17

Anasir gigi tiruan porselen molar satu rahang bawah .................

44

18

Anasir gigi tiruan dengan retensi T-shaped diatoric hole ...........

45

19

Pipa yang diisi dengan wax cair untuk pembuatan model sampel

45

xiii Universitas Sumatera Utara

20

Anasir gigi tiruan yang dilekatkan pada permukaan bur disc .....

46

21

Anasir gigi tiruan yang sedang dibenamkan ke dalam wax cair ...............................................................................................

46

22

Model sampel sebelum dikeluarkan dari dalam pipa ..................

47

23

Model sampel yang sudah dikeluarkan dari dalam pipa .............

47

24

Model sampel yang sedang dibenamkan dalam kuvet berisi gips keras ............................................................................................

48

25

Pemasangan spru .........................................................................

48

26

Pengisian kuvet diatas vibrator ...................................................

49

27

Pembuangan wax dan spru ..........................................................

49

28

Cartridge yang berisi nilon termoplastik dipanaskan ke dalam furnace ........................................................................................

50

29

Penginjeksian nilon termoplastik ke dalam kuvet .......................

51

30

Sampel setelah dipoles ................................................................

51

31

Sampel diletakkan pada mesin penguji .......................................

53

xiv Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Ethical Clearance

2

Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Unit Jasa Industri Dental Fakultas Kedokteran Gigi USU

3

Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Laboratorium Magister Teknik Mesin USU

4

Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Laboratorium Biokimia FMIPA USU

5

Surat Keterangan Selesai Konsultasi Uji Statistik

6

Analisis Statistik

xv Universitas Sumatera Utara

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak muncul di masyarakat. Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies, penyakit periodontal, dan iatrogenik.1 Berbagai laporan memperlihatkan bahwa kehilangan gigi pada manusia cukup besar, seperti yang dilaporkan oleh World Health Organization pada tahun 2012 untuk kasus kehilangan gigi pada orang yang berusia 65-74 tahun ditemukan sebanyak 30% dari seluruh dunia.2 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 telah dilaporkan bahwa kehilangan gigi ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 0,1%, 35-44 tahun sebesar 0,4%, 45-54 tahun sebesar 1,8%, 55-64 tahun 5,9% dan semakin meningkat pada kelompok umur diatas 65 tahun yaitu sebesar 17,6%.3 Kehilangan gigi biasanya lebih banyak terjadi pada gigi posterior daripada anterior dan paling sering terjadi pada gigi molar satu dan molar dua.4 Kehilangan gigi akan menyebabkan gangguan pada gigi geligi yang tinggal seperti terganggunya fungsi fonetik, mastikasi, estetik, gangguan oklusi, serta menyebabkan perubahan linggir alveolar.1,5 Hilangnya gigi juga dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan menelan dan mencerna makanan. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan menyebabkan terjadinya retensi makanan di bagian bukal mulut. Sisa makanan yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit periodontal, dan jika tidak segera diganti dengan gigi tiruan maka dapat menyebabkan bergesernya gigi asli ke ruang bekas gigi yang hilang. Bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar dan perubahan dimensi vertikal.5

Universitas Sumatera Utara

2

Dengan terjadinya kehilangan beberapa gigi asli dari lengkung gigi, maka gigi yang telah hilang itu dapat digantikan dengan gigi tiruan jembatan, implan atau dengan menempatkan gigi tiruan pada bagian dari lengkung gigi yang telah kehilangan gigi. Meskipun implan sekarang banyak digunakan, namun sebagian besar perawatan kehilangan gigi tetap dengan pembuatan gigi tiruan lepasan. Lebih dari setengah lansia yang berusia 80-84 tahun menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan dan sebagian besar manula berusia 85 tahun ke atas menggunakan gigi tiruan penuh.6 Gigi tiruan selain untuk menggantikan gigi yang hilang, juga berfungsi untuk mengembalikan estetika serta kondisi fungsional pasien. Gigi tiruan terdiri dari anasir gigi tiruan yang dilekatkan pada basis gigi tiruan. Basis gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan tempat melekatnya gigi tiruan. Basis gigi tiruan mendapatkan dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya. Fungsi basis gigi tiruan adalah menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan, sebagai tempat elemen atau anasir gigi menempel, menyalurkan kekuatan (tekanan oklusal) dari gigi ke mukosa (jaringan pendukung), dan gigi lainnya serta meningkatkan estetis. Gigi tiruan yang baik adalah gigi tiruan yang memenuhi faktor biologis, estetis, dan tahan lama agar dapat berfungsi secara efektif.4,7 Gigi tiruan tersedia dalam berbagai bentuk dan warna. Pada umumnya, gigi tiruan harus menunjukkan fungsi fisik dan mekanis yang optimal untuk menahan beban fungsi mastikasi seperti mengunyah, menggigit, menghancurkan makanan, serta menampilkan estetis yang baik terutama pada bagian anterior. Berdasarkan materialnya ada beberapa tipe anasir gigi tiruan, yaitu gigi tiruan porselen dan gigi tiruan akrilik.8 Porselen pertama kali digunakan sebagai bahan gigi tiruan sejak tahun 1790. Gigi tiruan ini dibuat dari bahan keramik dan cukup kuat dan tahan untuk digunakan. Gigi tiruan porselen juga lebih translusen sehingga dalam segi estetis lebih baik. Namun, gigi tiruan porselen cenderung menyalurkan daya kunyah pada mukosa dibawahnya yang akan menyebabkan resorpsi tulang lebih cepat pada linggir yang tersisa. Karena terbuat dari keramik, gigi tiruan ini sulit untuk dikontur.8,9,10 Gigi tiruan akrilik lebih kompatibel dengan basis gigi tiruan dibandingkan gigi tiruan

Universitas Sumatera Utara

3

porselen dimana ada perbedaan yang cukup jauh antara gigi tiruan porselen dan akrilik dalam hal ekspansi termal dan modulus elastisitasnya. Namun, pada gigi tiruan akrilik lebih mudah terjadi abrasi dibandingkan dengan gigi porselen.9,10 Pada dasarnya, bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non logam. Salah satu bahan basis non logam adalah resin. Berdasarkan sifat termalnya resin dibedakan menjadi dua kelompok yaitu termoset dan termoplastik. Bahan termoset adalah bahan yang mengalami perubahan kimia dalam proses dan pembentukannya sehingga hanya dapat dibentuk satu kali dengan adanya pemanasan, contohnya antara lain vulkanit, silikon, dan resin akrilik. Sedangkan bahan termoplastik adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia dalam proses pembentukannya, sehingga dapat dilunakkan dan dibentuk berulang kali dengan suhu dan tekanan yang tinggi tanpa terjadi perubahan kimia, contoh

resin

termoplastik

antara

lain

polikarbonat,

poliester,

dan

nilon

10,11

termoplastik.

Selama bertahun-tahun, berbagai material telah banyak digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan. Sejak tahun 1937, material yang paling sering digunakan sebagai bahan basis adalah polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Polimetil metakrilat telah diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan material basis gigi tiruan sebelumnya dimana setelah perang dunia kedua terjadi kekurangan bahan material vulkanit sebagai bahan basis gigi tiruan.12 Salah satu jenis resin akrilik yang sering digunakan adalah resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas ini tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan yang dicampur serta membutuhkan energi panas untuk menjadi kaku dan padat.9 Bahan ini mudah dimanipulasi dan mudah direparasi bila terjadi fraktur, memiliki warna yang stabil, tidak toksik, tidak larut dalam cairan mulut, dan harganya yang relatif ekonomis. Bahan ini juga memiliki kelemahan yaitu menghasilkan monomer sisa yang dapat menyebabkan gejala hipersensitivitas pada pasien dan mudah patah.11,13 Estetika merupakan masalah yang menjadi perhatian penting bagi pasien yang mendapat perawatan gigi, terutama perawatan prostetik. Oleh karena itu, aspek estetika harus menjadi pertimbangan dalam rencana perawatan untuk memastikan

Universitas Sumatera Utara

4

pasien merasa puas dengan perawatan giginya. Adanya cangkolan logam pada gigi tiruan sebagian lepasan pada bagian yang membutuhkan estetika merupakan salah satu alasan mengapa pasien tidak suka dengan pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan.14 Nilon adalah nama generik pada tipe resin termoplastik yang tergolong dalam kelas poliamida.11 Nilon termoplastik mulai diperkenalkan sekitar tahun 1950 sebagai bahan basis gigi tiruan. Penggunaan nilon termoplastik di bidang kedokteran gigi terus meningkat karena memiliki sifat dan karakterisktik yang baik serta biokompatibel. Selain itu, nilon termoplastik dapat menjadi pilihan yang baik ketika pasien mementingkan estetis pada pemakaian gigi tiruan.12,13,14 Nilon sebagai basis gigi tiruan dapat digunakan sebagai alternatif dari resin akrilik, khususnya bagi pasien yang alergi terhadap monomer resin akrilik dan logam. Nilon memiliki sifat elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas, aman digunakan bagi pasien yang alergi terhadap metal karena tidak memakai cangkolan logam.15,16 Cangkolan pada nilon terbuat dari bahan termoplastik yang translusen sewarna gingiva sehingga memiliki nilai estetis yang lebih baik.16 Nilon memiliki keuntungan seperti sifat elastisitas yang tinggi, tidak menghasilkan monomer sisa, kekuatan mekanis yang tinggi, ringan, menawarkan kenyamanan dan nilai estetis yang baik kepada pasien serta mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh cangkolan logam seperti stres yang berlebihan pada gigi penyangga dan pada pasien yang alergi terhadap logam. Kerugian utama dari nilon adalah penyerapan air yang tinggi sehingga dapat memengaruhi kekuatan, modulus elastisitas, stabilitas warna, dan dimensi nilon serta sulit dipolis.12,13,16 Penyatuan antara anasir gigi tiruan dengan basis merupakan faktor yang sangat penting dalam integritas dari gigi tiruan. Menurut Health Services of Britain, banyaknya kasus perbaikan dari gigi tiruan yang ada adalah lebih dari 60% dari jumlah gigi tiruan yang diproduksi setiap tahunnya. Perbaikan yang dimaksud dapat berupa fraktur pada basisnya maupun anasir gigi tiruan yang lepas dari basis gigi tiruannya. Frekuensi terlepasnya gigi tiruan akrilik dari basisnya mencakup sekitar 25-33% dari total kegagalan yang terjadi. Kejadian ini dapat terjadi ketika gigi tiruan berada di dalam maupun di luar mulut pemakai. Beberapa penyebabnya yaitu adanya

Universitas Sumatera Utara

5

kesalahan dalam proses pembuatannya, dari material bahannya atau adanya kekuatan yang berlebihan ketika pemakaian.12,18,19 Sebuah penelitian melaporkan antara 2230% dari total perbaikan gigi tiruan terjadi karena lepasnya anasir gigi tiruan dari basisnya dan umumnya terjadi pada regio anterior. Kejadian lepasnya anasir gigi tiruan ini menurutnya terjadi karena adanya kondisi yang tidak kompatibel pada permukaan antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yaitu adanya kontaminasi permukaan atau karena adanya perbedaan struktur antara komponen anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruannya.12 Kegagalan penyatuan ini juga dapat disebabkan karena kecilnya luas permukaan ridge lap yang tersedia untuk dapat berikatan dengan basisnya serta besar dan arah dari beban yang diterima oleh anasir gigi tiruan ketika berfungsi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meneliti kegagalan ikatan antara anasir dengan basis gigi tiruan. Menurut sebuah penelitian yang mengamati tentang efek dari kontaminasi wax, petroleum jelly, dan alginate pada kekuatan ikatan gigi tiruan dihasilkan bahwa wax merupakan kontaminan utama yang menyebabkan kegagalan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basisnya.20 Penelitian lain juga menyatakan bahwa kegagalan ikatan ini merupakan masalah yang penting dalam keberhasilan perawatan gigi. Wax serta alginate yang mengontaminasi permukaan anasir gigi tiruan harus dibersihkan untuk mendapatkan nilai kekuatan ikatan yang maksimal.21,22 Ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dengan basis gigi tiruan resin akrilik adalah melalui ikatan kemis sedangkan untuk anasir gigi tiruan porselen dengan basis gigi tiruan resin akrilik adalah melalui ikatan mekanis.23,24 Namun, basis gigi tiruan nilon termoplastik tidak dapat berikatan secara kemis dengan anasir gigi tiruan akrilik dan porselen.25,26 Oleh karena itu, beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yaitu dengan pembuatan sistem retensi pada anasir gigi tiruan. Beberapa sistem retensi yang disarankan untuk anasir gigi tiruan yaitu dengan pembuatan retensi makromekanikal, mikromekanikal atau dengan pengaplikasian bahan kemis.27 Sebuah penelitian menyatakan bahwa dengan pembuatan retensi mekanis pada anasir gigi tiruan akrilik dapat meningkatkan kekuatan ikatan yang terjadi.22 Ada penelitian lain juga

Universitas Sumatera Utara

6

merekomendasikan beberapa jenis perlakuan terhadap permukaan gigi sebelum disatukan dengan basis gigi tiruan yang dapat meningkatkan nilai kekuatan ikatannya. Perlakuan tersebut dapat berupa pembuatan retensi kemis seperti mengoleskan cairan monomer metilmetakrilat pada permukaan anasir gigi yang akan disatukan dengan basis

gigi

tiruan.28

Terdapat

penelitian

lain

yang

menyatakan

dengan

mengaplikasikan bonding agent seperti diklorometana pada anasir gigi tiruan akan meningkatkan nilai kekuatan ikatan antara anasir dengan basis gigi tiruan.29 Selain itu, terdapat juga penelitian lain yang mengatakan bahwa dengan pembuatan diatoric hole dapat secara signifikan meningkatkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dengan basis gigi tiruan akrilik. Bahan basis akrilik akan masuk ke dalam dan mengisi ruang diatoric yang mana akan meningkatkan kekuatan ikatannya secara mekanis.25

1.2 Permasalahan Kehilangan gigi dapat berdampak pada kehilangan fungsi mastikasi, perubahan vertikal dimensi, berkurangnya estetika wajah, serta berkurangnya fungsi fonetik. Kehilangan gigi biasanya lebih banyak terjadi pada gigi posterior daripada anterior dan paling sering terjadi pada gigi molar satu dan molar dua. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan pembuatan gigi tiruan. Pembuatan gigi tiruan bertujuan untuk meningkatkan kondisi kesehatan umum dan kualitas hidup individu. Komponen gigi tiruan terdiri dari anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan. Bahan basis gigi tiruan yang masih sering digunakan adalah resin akrilik polimerisasi panas karena banyak kriteria yang memenuhi sebagai bahan basis gigi tiruan. Resin akrilik polimerisasi panas juga memiliki kekurangan yaitu mudah fraktur dan menghasilkan monomer sisa yang dapat menyebabkan gejala hipersensitivitas pada pasien. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka ditemukan alternatif pengganti bahan basis gigi tiruan yaitu nilon termoplastik. Penggunaan bahan nilon termoplastik sebagai basis gigi tiruan banyak diminati karena memiliki estetis yang baik karena cangkolan yang ada gigi tiruan ini merupakan perluasan dari basisnya sendiri, fleksibilitas yang tinggi karena modulus elastisitas yang rendah sehingga tahan terhadap fraktur. Selain itu, pada nilon

Universitas Sumatera Utara

7

termoplastik tidak terdapat monomer sisa yang dapat menimbulkan gejala hipersensitivitas. Di pasaran, banyak perusahaan yang memproduksi bahan basis gigi tiruan nilon termoplastik dengan merek dan cara manipulasi yang berbeda beda walaupun semuanya merupakan golongan yang sama yaitu poliamida seperti Valplast, TCS, dan Biotone. Merek ini merupakan bahan yang banyak digunakan di pasaran sebagai bahan basis gigi tiruan nilon termoplastik dan yang paling mudah didapatkan di Medan. Begitu juga dengan anasir gigi tiruan, banyak perusahaan yang memproduksi berbagai jenis anasir gigi tiruan seperti anasir gigi tiruan akrilik dan porselen. Basis gigi tiruan nilon termoplastik tidak dapat berikatan secara kemis dengan anasir gigi tiruan akrilik. Dibutuhkan tambahan retensi seperti retensi mekanis yaitu dengan pembuatan T-shaped diatoric hole pada anasir gigi tiruan akrilik agar dapat berikatan dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik. Penyatuan antara anasir gigi tiruan dengan basis merupakan faktor yang sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan. Penyebab kegagalan penyatuan antara ansir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan adalah karena kurangnya luas permukaan pada ridge lap yang tersedia untuk dapat berikatan dengan basis gigi tiruan dan juga karena adanya perbedaan struktur komponen anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruannya. Selain itu, adanya kesalahan ketika proses pembuatan gigi tiruan seperti adanya kontaminasi permukaan anasir gigi tiruan yang akan berikatan dengan basis gigi tiruan oleh material asing seperti sisa wax serta adanya kekuatan yang berlebihan ketika pemakaian ataupun ketika berfungsi juga dapat menjadi penyebab lepasnya anasir gigi tiruan dari basisnya. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kepuasan pasien serta untuk mendapatkan kualitas gigi tiruan yang lebih baik. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yaitu dengan teknik mekanis dan kemis seperti pembuatan lubang dan dengan pengaplikasian zat kemis pada permukaan anasir gigi tiruan, namun penelitian tentang besar kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan juga masih sangat terbatas. Hal ini merupakan alasan peneliti untuk melakukan penelitian tentang besarnya perbedaan

Universitas Sumatera Utara

8

kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dan porselen dengan berbagai merek basis nilon termoplastik yaitu Valplast, TCS, dan Biotone.

1.3 Rumusan masalah Pada penelitian ini, permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1.

Berapa kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan

berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik? 2.

Berapa kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior

dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik? 3.

Apakah ada perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik

posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik? 4.

Apakah ada perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen

posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik?

1.4 Tujuan Penelitian 1.

Untuk mengetahui kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik

posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik. 2.

Untuk mengetahui kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen

posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik. 3.

Untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan

akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik. 4.

Untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan

porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan

ilmu kedokteran gigi khususnya di bidang prostodonsia.

Universitas Sumatera Utara

9

2.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi

untuk penelitian selanjutnya tentang kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dan porselen dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik.

1.5.2 Manfaat Praktis 1.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi sebagai

pertimbangan dalam pemilihan bahan yang baik untuk bahan anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan. 2.

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan informasi untuk dokter gigi dan

laboran dalam menentukan kombinasi antara anasir gigi tiruan akrilik dan porselen dengan bahan basis gigi tiruan yang mempunyai kekuatan ikatan yang paling baik.

Universitas Sumatera Utara

10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anasir gigi tiruan 2.1.1 Persyaratan Bahan anasir gigi tiruan harus memenuhi syarat berikut: 8 1. Melekat baik dengan basis gigi tiruan 2. Resisten terhadap cairan rongga mulut 3. Tahan terhadap beban pengunyahan 4. Ketahanan terhadap abrasi tinggi dengan keausan pemakaian sedikit atau tidak sama sekali untuk mempertahankan vertikal dimensi oklusi dan menahan gerak parafungsional 5. Estetis baik 6. Mudah digrinding dan dipolis

2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan materialnya anasir gigi tiruan dibagi menjadi anasir gigi tiruan akrilik dan anasir gigi tiruan porselen.30

2.1.2.1 Anasir Gigi Tiruan Akrilik Komposisi dari anasir gigi tiruan akrilik biasanya adalah poli (metil metakrilat) yang berkopolimerisasi dengan cross-linking agent. Cross-linking agent digunakan dalam anasir gigi tiruan akrilik untuk mengurangi kecenderungan dari anasir untuk crazing ketika berkontak dengan campuran monomer-polimer ketika proses pembuatan gigi tiruan belangsung.10 Anasir gigi tiruan akrilik dibuat dengan teknik dough moulding atau injection moulding menggunakan reusable metal mould.9

Universitas Sumatera Utara

11

Kelebihan anasir gigi tiruan akrilik adalah : 7,30 1. Mudah dalam penyusunan 2. Resisten terhadap kerusakan dan pecahnya gigi 3. Tidak ada suara klik ketika digunakan 4. Memiliki kemampuan untuk menyatu dengan baik dengan kebanyakan bahan basis gigi tiruan 5. Lebih mudah untuk dibuat 6. Menimbulkan trauma yang lebih kecil pada area tempat bersandarnya gigi tiruan Kekurangan anasir gigi tiruan akrilik adalah : 7,30 1. Kurang tahan terhadap pemakaian 2. Ketahanan terhadap abrasi rendah 3. Anasir gigi tiruan cenderung berubah menjadi kusam seiring dengan pemakaian 4. Butuh perhatian yang khusus saat melakukan polis pada gigi tiruan agar tidak terjadi perubahan pada kontur gigi 5. Sulit untuk memisahkan anasir gigi tiruan ketika rebasing

2.1.2.2 Anasir Gigi Tiruan Porselen Material dasar dari anasir gigi tiruan porselen adalah feldspar, 15% quartz, dan 4% kaolin.33 Anasir gigi tiruan porselen dibuat dengan high fusing porselen dimana suhu pembakarannya mencapai 1288 ºC sampai 1371ºC.10,31 Pada gigi anterior, pin metal ditanam pada basis anasir gigi tiruan porselen sebagai retensi mekanis pada basis gigi tiruan. Pada gigi posterior, lubang diatoric terdapat pada ridge lap yang nantinya akan terisi dengan bahan basis gigi tiruan untuk mempertahankan gigi tetap berada pada basis.30

Universitas Sumatera Utara

12

Kelebihan anasir gigi tiruan porselen adalah : 6,30,31 1. Warna dan bentuk mirip dengan gigi asli 2. Tahan terhadap abrasi dan distorsi 3. Dapat mempertahankan vertikal dimensi dari pasien dalam jangka waktu yang panjang 4. Retensi lebih baik pada permukaan yang telah dipolis dan finishing 5. Tidak dapat ternodai atau berubah warna 6. Mudah untuk dilepaskan ketika rebasing Kekurangan anasir gigi tiruan porselen adalah : 7,30,31 1. Gigi cenderung rapuh 2. Memerlukan retensi mekanis untuk menyatu dengan basis gigi tiruan akrilik 3. Terdapat bunyi klik yang terdengar jelas saat digunakan 4. Sulit untuk dipolis setelah digrinding 5. Menimbulkan trauma yang lebih besar pada area tempat bersandarnya gigi tiruan

2.2 Basis Gigi tiruan 2.2.1 Pengertian Basis gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan yang berada di atas linggir sisa yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir gigi tiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.9

2.2.2 Persyaratan Syarat basis gigi tiruan yang ideal antara lain: 4,8 1. Biokompatibel (tidak toksik dan tidak bersifat mengiritasi) 2. Dapat beradaptasi secara akurat ke jaringan 3. Memiliki sifat fisik dan mekanis yang adekuat seperti kekuatan transversal dan impak yang tinggi, modulus elastisitas yang tinggi, tahan terhadap abrasi,

Universitas Sumatera Utara

13

konduktivitas termal yang tinggi, densitas yang rendah, kelarutannya rendah dan tidak menyerap cairan rongga mulut, dimensinya stabil dan akurat 4. Estetis dan warna stabil 5. Radiopak saat diradiografi 6. Berikatan adhesi yang baik dengan anasir gigi tiruan 7. Harga ekonomis dan mudah terjangkau 8. Mudah diperbaiki bila terjadi fraktur 9. Mudah dibersihkan

2.2.3 Bahan Basis Gigi Tiruan Bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu logam dan non logam.10

2.2.3.1 Basis Gigi Tiruan Logam Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigi tiruan pada umumnya berupa aluminium kobalt, logam emas, aluminium, dan stainless steel.10 Basis logam ini memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah memiliki konduktivitas termal yang tinggi dimana basis ini dapat menyerap substansi panas dan meningkatkan persepsi termal sehingga pasien masih bisa merasakan suhu panas makanan, memiliki bentuk yang stabil, resisten terhadap abrasi, memiliki poreus yang lebih sedikit daripada resin, dan dapat mencegah terjadinya atropi pada tulang alveolar yang mungkin juga terjadi pada basis berbahan resin, sehingga basis logam dapat mempertahankan kesehatan jaringan yang berkontak dengan basis gigi tiruan. Sementara itu, kekurangan basis gigi tiruan logam adalah basis ini lebih sulit beradaptasi dengan jaringan lunak apabila dibandingkan dengan resin, basis sulit direparasi atau reline apabila basis patah, dan kurang estetis. 4,8

2.2.3.2 Basis Gigi Tiruan Non Logam Berdasarkan reaksi termal, basis gigi tiruan non logam dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu termoset dan termoplastik.10,11

Universitas Sumatera Utara

14

2.2.3.2.1 Termoset Bahan termoset merupakan bahan yang mengalami perubahan kimia pada saat proses pembentukan. Produk akhir dari bahan ini secara kimia berbeda dari substansi awalnya. Setelah diproses bahan tidak dapat dilunakkan kembali dengan panas ataupun dibentuk ulang. Bila pemanasan terus dilakukan melalui titik leburnya maka bahan ini akan mengalami dekomposisi. Polimer jenis termoset memiliki ketahanan terhadap abrasi dan stabilitas dimensi yang tinggi jika dibandingkan dengan polimer termoplastik. Bahan termoset yang banyak digunakan pada kedokteran gigi antara lain polimetilmetakrilat (PMMA), vulkanit, silikon.10,31,32

2.2.3.2.2 Termoplastik Bahan termoplastik merupakan bahan yang tidak mengalami perubahan kimia dalam proses pembentukannya. Produk yang dihasilkan sama dengan bahan dasar, hanya saja terjadi perubahan dalam bentuknya. Bahan ini dapat dilunakkan dengan panas dan dibentuk menjadi bentuk yang lain. Bahan termoplastik dapat berubah menjadi lunak ketika dipanaskan melewati glass transition (Tg), yaitu suhu dimana pergerakan molekul memaksa terjadinya pemisahan termal. Resin ini kemudian dapat dibentuk sesuai cetakan dan mengeras secara reversibel ketika terjadi penurunan suhu. Reaksi yang terjadi bersifat reversibel karena ikatan yang relatif lemah diantara rantai-rantai molekul. Termoplastik tidak seperti bahan termoset yang membentuk ikatan cross link, oleh karena itu termoplastik bersifat lebih fleksibel. 10,31,32

2.3 Bahan Basis Gigi Tiruan Termoplastik Ada berbagai jenis resin termoplastik seperti: a. Asetal termoplastik Asetal termoplastik sebagai homopolimer memiliki sifat mekanik jangka pendek yang baik, tetapi sebagai kopolimer asetal memiliki stabilitas jangka panjang yang lebih baik. Resin ini sangat cocok digunakan untuk menjaga vertikal dimensi selama terapi restorasi sementara. Meskipun kuat, asetal tidak memiliki sifat transulensi yang alami dan vitalitas seperti yang dimiliki akrilik termoplastik dan

Universitas Sumatera Utara

15

polikarbonat, sehingga bahan ini lebih baik digunakan pada restorasi sementara jangka pendek.11,34 b. Polikarbonat termoplastik Polikarbonat termoplastik adalah sebuah rantai polimer dari bisphenol-A carbo. Termoplastik ini memiliki estetika yang baik, kuat, tahan terhadap fraktur, dan cukup fleksibel. Namun, polikarbonat lebih tidak tahan terhadap tekanan oklusal dibandingkan dengan asetal sehingga tidak dapat mempertahankan vertikal dimensi dalam waktu yang lama. Polikarbonat termoplastik ini tidak cocok digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan tetapi lebih cocok digunakan sebagai bahan jembatan dan mahkota sementara.11,34 c. Akrilik termoplastik atau polimetil metakrilat (PMMA) Polimetil metakrilat memiliki kekuatan tensil dan fleksural yang kurang adekuat dalam aplikasinya. Kekurangan dari bahan ini adalah kekuatan impaknya rendah, adanya porositas serta penyerapan air yang tinggi dan terdapat monomer sisa. Perbedaan akrilik termoset dengan akrilik termoplastik terdapat pada cara pembuatannya yaitu akrilik termoset menggunakan teknik compression moulding sedangkan akrilik termoplastik menggunakan teknik injection moulding.11,26,34 d. Nilon termoplastik Nilon termoplastik ini memiliki keunggulan utama yaitu tahan terhadap tekanan yang berulang kali, memiliki ketahanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan polimetil metakrilat. Bahan basis gigi tiruan ini memiliki kekuatan lentur yang lebih baik dan modulus elastisitas yang rendah sehingga tahan terhadap fraktur.11

2.4 Bahan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik 2.4.1 Pengertian Nilon merupakan nama suatu polimer termoplastik yang dikenal secara generik dan tergolong dalam kelas poliamida yang ditemukan pertama kali pada tahun 1935 oleh Wallace Carothers di DuPont. Nilon saat ini dipercaya menjadi alternatif gigi tiruan bagi pasien yang memiliki sensitivitas terhadap monomer metilmetakrilat

Universitas Sumatera Utara

16

ataupun logam. Dokter gigi telah banyak menyarankan pemakaian bahan ini untuk gigi tiruan karena diketahui memiliki estetis yang baik dan memberikan kenyamanan pada saat pemakaian. Bahan nilon termoplastik ini cocok untuk kondisi rongga mulut yang bervariasi, memiliki desain yang tidak rumit, dan dapat menyalurkan gaya-gaya saat digunakan sehingga dapat berfungsi dengan baik terutama sebagai bahan basis gigi tiruan sebagian lepasan.35

2.4.2 Komposisi Nilon termoplastik merupakan turunan polimer yang dihasilkan oleh reaksi kondensasi monomer diamin NH2-(CH2)6-NH2 dan dibasic acid CO2H-(CH2)4COOH. Terdapat perbedaan utama dalam hal sifat antara resin akrilik dan nilon, yaitu nilon merupakan polimer kristalin sedangkan resin akrilik merupakan polimer amorphous.13

2.4.3 Kelebihan Kelebihan basis gigi tiruan nilon termoplastik adalah:11,35,36,37 1. Memiliki estetis yang baik 2. Alternatif gigi tiruan bagi pasien yang alergi karena tidak mengandung monomer sisa (hipoalergenik) 3. Gaya-gaya pada saat pemakaian disalurkan dengan baik ke jaringan dibawahnya 4. Memiliki elastisitas yang tinggi 5. Tidak menggunakan cangkolan logam 6. Lebih nyaman pada saat pemakaian

2.4.4 Kekurangan Kekurangan basis gigi tiruan nilon termoplastik adalah: 11,35,36,37 1. Sulit dipoles sehingga permukaan lebih kasar 2. Kekasaran permukaan bertambah setelah pemakaian dalam waktu singkat 3. Mudah terjadi perubahan warna

Universitas Sumatera Utara

17

4. Penyerapan air tinggi 5. Proses pembuatan lebih sulit 6. Proses relining dan perbaikan lebih sulit 7. Stabilitas dimensi lebih rendah

2.4.5 Indikasi Indikasi penggunaan nilon termoplastik yaitu : 19,37 1. Pasien yang alergi terhadap bahan basis resin akrilik polimetil metakrilat atau logam 2. Pada pasien dengan torus palatinus yang besar 3. Sebagai basis gigi tiruan lepasan 4. Indikasi pada pasien yang mempunyai masalah gigi tiruan konvensional yang mudah patah atau fraktur 5. Pasien dengan gigi yang tilting 6. Pasien yang memiliki mikrostomia, penyakit sistemik seperti skleroderma dan penyakit lain yang menyebabkan penurunan kemampuan membuka mulut 7. Pasien anak, pasien yang mengidap kanker mulut dan celah palatum

2.4.6 Kontraindikasi Kontraindikasi penggunaan nilon termoplastik adalah : 19,37 1. Pada kasus free-end bilateral perluasan distal pada rahang atas dengan atrofi linggir alveolar yang ekstrim, adanya linggir yang tajam atau adanya torus lingualis pada rahang bawah 2. Pada pasien dengan oral hygiene yang buruk 3. Pada kasus deep overbite 4 mm atau lebih 4. Jika terdapat ruang interoklusal pada daerah posterior kurang dari 4 mm atau 6 mm 5. Kualitas gigi penyangga yang sudah tidak baik lagi

Universitas Sumatera Utara

18

2.4.7 Berbagai Bahan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Di pasaran, banyak perusahaan yang memproduksi bahan basis gigi tiruan nilon termoplastik dengan merek dan cara manipulasi yang berbeda beda walaupun semuanya merupakan golongan yang sama seperti Valplast, TCS, dan Biotone. Merek ini merupakan bahan yang banyak digunakan di pasaran sebagai bahan basis gigi tiruan nilon termoplastik dan yang mudah didapatkan di Medan. Valplast merupakan resin golongan poliamida yang dikembangkan dari jenis tipe nilon dengan 99,9% dari komposisinya mengandung polylaurolactam (nilon 12, dengan rumus kimianya {CO(OH2)11NH}n). Bahan ini dipanaskan dengan suhu 288ºC selama 15 menit kemudian diinjeksikan ke dalam kuvet. Valplast mempunyai modulus elastisitas yang lebih rendah dari resin akrilik dimana hanya mencapai kira kira sepertiga dari nilai modulus elastisitas resin akrilik.34 Bahan ini bersifat elastis sehingga dapat digunakan pada gigi penyangga dengan gerong yang besar. Bahan ini juga dapat dibuat lebih tipis dari basis resin akrilik sehingga dapat meminimalkan ketidaknyamanan ketika dipakai. Valplast memiliki estestis yang baik karena berwarna merah muda yang semitransparan sehingga sulit dibedakan dari warna gusi. Kelemahan dari penggunaan nilon ini adalah permukaannya yang mudah rusak dan sulit untuk dipoles. Kekasaran permukaannya juga lebih besar dari resin akrilik sehingga lebih rentan terhadap adhesi plak dan diskolorisasi. Pasien dengan kehilangan gigi yang banyak cenderung akan merasa goyang pada gigi tiruannya dan mengalami kesulitan dalam merasakan gigitan. Karena bahan ini tidak berikatan dengan resin akrilik maka reline dan repair sulit untuk dilakukan di praktek. Adapun beberapa sifat mekanis dan fisis yang dimiliki oleh bahan ini yaitu berat jenis 1,161,20 g/cm3, modulus elastisitas sebesar 2140 ± 70 MPa, kekuatan tensil 60 MPa, kekuatan impak 6,9 kJ/mm2, peyerapan air sebesar 17 µg/mm3, kekuatan ikatan geser tanpa retensi sebesar 2,5 MPa.34,44 TCS atau Thermoplastic Comfort System juga merupakan golongan nilon termoplastik yang memiliki beberapa keunggulan seperti fleksibel, ringan, tahan lama, tidak mudah patah, bebas monomer dan hipoalergenik, dapat diperbaiki maupun di rebase dan memiliki banyak pilihan warna. TCS dimanipulasi dengan

Universitas Sumatera Utara

19

teknik injection moulding dengan TCS Hydraulic Injector atau dengan alat injektor lain dengan dipanaskan suhu 288ºC selama 11 menit dan kemudian diinjeksikan. Salah satu sifat mekanis TCS adalah fleksibel dengan nilai modulus elastisitas sebesar 2000 ± 110 MPa.44,4 Biotone juga merupakan salah satu jenis nilon termoplastik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan yang fleksibel dan tahan patah karena dapat diperbaiki dan dilakukan reline dengan zat kemis khusus Biotone. Pada bahan ini dapat ditambahkan kerangka logam ketika diperlukan kekakuan tambahan dan sangat cocok untuk kasus gerong yang dalam karena memiliki fleksibilitas yang tinggi.34,46 Elastisitas dari Biotone ini dapat dikontrol dari ketebalan basis ketika diproduksi. Bahan ini dapat dibuat dengan sangat tipis dan mudah untuk dipoles dalam waktu singkat tanpa menggunakan alat yang khusus dan menghasilkan basis yang kilat dan tidak kasar serta tahan lama. Biotone juga tidak menghasilkan monomer sisa dan bebas alergi.46 Biotone dimanipulasi dengan menggunakan teknik injection moulding dengan suhu 300ºC sampai mencair kemudian diinjeksikan ke dalam kuvet dan dilakukan pendinginan. Beberapa sifat mekanis yang dimiliki oleh bahan ini yaitu kekuatan fleksural sebesar 57 ± 10 MPa dan modulus elastisitas dengan nilai sebesar 1340 ± 50 MPa.34,44,46

2.4.8 Manipulasi Teknik manipulasi nilon adalah dengan injection moulding. Nilon termoplastik harus dilelehkan dan diinjeksikan kedalam kuvet khusus dengan tekanan. Prosedur dimulai dengan nilon dimasukkan ke dalam suatu cartridge dan dilelehkan pada suhu yang sesuai dengan bahan nilon termoplastik tersebut (mengikuti instruksi pabrik) selama 15-20 menit. Setelah itu nilon akan ditekan ke dalam kuvet khusus menggunakan alat injektor lalu diinjeksikan ke dalam cetakan. Bahan akan mengalir ke cetakan melalui spru. Agar bahan dapat mengalir ke daerah cetakan secara rata dan menyeluruh, tekanan dijaga agar tetap berada dalam tekanan 5 bar selama 3 sampai dengan 5 menit dan segera setelah itu, kuvet beserta cartridge dilepaskan. Kemudian didinginkan selama 15-20 menit sebelum kuvet dibuka.11,26,38

Universitas Sumatera Utara

20

2.4.9 Sifat Nilon Termoplastik 2.4.9.1 Sifat Mekanis a. Kekerasan Kekerasan bahan poliamida lebih rendah daripada RAPP. Kekerasan pada nilon adalah 14,5 VHN sedangkan pada RAPP adalah 20 VHN.9 Penelitian Gladstone (2012) yang mendapatkan kekerasan permukaan nilon termoplastik (Lucitone FRS) memiliki rentang sekitar 7,67-8,45 VHN dan menyatakan bahwa nilon termoplastik memiliki kekerasan yang rendah dan penelitian Shah dkk (2014) mendapatkan kekerasan permukaan nilon termoplastik (Valplast) adalah 10,2 VHN. Ikatan amida pada nilon termoplastik mempegaruhi kekerasan permukaan karena adanya kecenderungan ikatan tersebut untuk mengkristal.36,39,40 b. Kekuatan Fatique Nilon memiliki daya tahan terhadap fatique dibandingkan dengan PMMA.11 Mathew dan Smith (1955) menyatakan bahwa daya tahan nilon terhadap fatigue atau stressing yang berulang juga merupakan salah satu kelebihan utama nilon.41 c. Kekuatan Transversal Kekuatan transversal merupakan kombinasi dari kekuatan tarik dan kekuatan geser. Hasil penelitian Kohli (2013) menunjukkan kekuatan transversal pada bahan Valplast adalah 77,28 MPa.11 d. Modulus Elastisitas Nilon termoplastik mempunyai modulus elastisitas yang lebih rendah dibanding dengan resin akrilik sehingga bersifat lebih fleksibel.11 Modulus elastisitas atau modulus Young menunjukkan sifat kekakuan dari suatu material yang dapat dihitung dengan rumus tegangan yang dibagi dengan regangan. Tegangan merupakan hasil pembagian dari gaya atau beban dengan luas daerah penampang yang diberi beban atau gaya. Jika luas penampang dari bahan tersebut sama maka gaya akan menjadi berbanding lurus dengan modulus elastisitas bahan tersebut. Semakin besar modulus elastisitasnya maka gaya yang diperlukan untuk menahan atau menerima beban yang diberikan hingga menyebabkan deformitas akan semakin besar pula.32,42 Nilai modulus elastisitas yang tinggi menunjukkan bahwa material tersebut lebih

Universitas Sumatera Utara

21

kaku, sementara nilai modulus elastisitas yang rendah menunjukkan bahwa bahan tersebut lebih fleksibel.9,42

2.4.9.2 Sifat Fisis a. Perubahan Dimensi Nilon mengembang jika direndam di dalam air karena adanya ekspansi linear. Pengolahan bahan basis gigi tiruan menghasilkan deformasi yang tidak sama dan perubahan dimensi yang berbeda-beda. Besarnya perubahan dimensi tergantung pada kondisi bentuk cetakan dan arah pengukurannya.11 Stabilitas dimensi yang rendah pada nilon diakibatkan karena sifatnya yang mudah menyerap air sehingga menyebabkan ekspansi pada basis gigi tiruan dan perubahan dimensi yang terjadi akan berdampak pada proses fitting pada gigi tiruan.11,13 b. Porositas Nilon termoplastik hampir tidak memiliki porositas.14 Porositas yang terjadi pada nilon termoplastik disebabkan kesalahan pada saat proses injection moulding dan metode pemolesan. Porositas juga akan menyebabkan kekasaran permukaan pada basis gigi tiruan.33 c. Kekasaran Permukaan Abuzar dkk (2010) mengevaluasi perbedaan kekasaran permukaan basis gigi tiruan poliamida (Flexiplast) dengan PMMA (Vertex RS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bahan basis gigi tiruan poliamida memiliki permukaan yang lebih kasar daripada resin akrilik baik sebelum dan sesudah pemolesan. Permukaan poliamida yang kasar telah dipengaruhi oleh adanya disintegrasi pada permukaan cetakan yang dipanaskan sampai suhu yang lebih tinggi atau karena tekanan selama proses injeksi.13,41

2.4.9.3 Sifat Kemis Penyerapan air yang tinggi merupakan salah satu kekurangan utama dari nilon termoplastik. Diantara semua bahan basis gigi tiruan non logam, nilon memiliki penyerapan air yang paling besar. Lai dkk (2003) membandingkan penyerapan air

Universitas Sumatera Utara

22

pada resin akrilik polimerisasi panas (PMMA) dan resin termoplastik poliamida (Flexite Supreme). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan air terbesar terdapat pada poliamida. Takabayashi (2010) membandingkan nilai penyerapan air antara rantai poliamida, polikarbonat, dan polietilen terephthalat yang hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan signifikan nilai penyerapan air dari 3 bahan tersebut. Poliamida memiliki derajat hidrofilik yang tertinggi.43

2.4.9.4 Sifat Biologis a. Biokompatibilitas Nilon termoplastik tahan terhadap pelarut dan bahan kimia. Nilon termoplastik tidak memiliki monomer sisa dan hampir tidak memiliki porositas karena diproses dengan teknik injection moulding. Nilon merupakan alternatif yang tepat untuk pasien yang alergi terhadap logam dan monomer dari resin akrilik.38 b. Pembentukan Koloni Bakteri Pembentukan koloni bakteri pada permukaan gigi tiruan dipengaruhi oleh penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan, dan kekasaran permukaan.9 Kekasaran permukaan nilon termoplastik masih dalam batas normal dan terlihat halus setelah dipoles dengan cara konvensional. Pertumbuhan dari spesies Candida albicans terlihat sangat tinggi pada nilon termoplastik jika dibandingkan dengan dengan resin akrilik polimerisasi panas. 9,11

2.5 Kekuatan Ikatan Geser Ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dengan basis gigi tiruan resin akrilik adalah melalui ikatan kemis sedangkan untuk anasir gigi tiruan porselen dengan basis gigi tiruan resin akrilik adalah melalui ikatan mekanis.23,24 Namun, basis gigi tiruan nilon termoplastik tidak dapat berikatan secara kemis dengan anasir gigi tiruan akrilik dan porselen. Dibutuhkan retensi mekanis yaitu dengan pembuatan T-shaped diatoric hole pada anasir gigi tiruan akrilik agar terdapat ruang interkoronal yang adekuat sehingga dapat berikatan dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik dimana bahan

Universitas Sumatera Utara

23

basis gigi tiruan ini ketika diinjeksikan akan masuk dan mengeras dalam lubang retensi sehingga dapat menahan anasir gigi tiruan akrilik pada basisnya.25,26 Kegagalan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan utamanya adalah kegagalan adhesif atau kegagalan kohesif. Menurut The Glossary of Prosthodontics, jika tidak terdapat bekas basis gigi tiruan pada ridge lap anasir gigi tiruan ketika terlepas maka ini termasuk dalam kegagalan adhesif. Sebaliknya, jika terdapat bekas basis gigi tiruan pada ridge lap anasir gigi tiruan ketika terlepas maka hal ini termasuk dalam kegagalan kohesif. Kegagalan ikatan bisa terjadi karena kondisi permukaan anasir dengan basis gigi tiruan yang tidak kompatibel.24 Terdapat beberapa standar dalam menentukan kekuatan ikatan yaitu The American National Standards /American Dental Association Specification no. 15 (ANSI/ADA 15) yang menyatakan bahwa standar kekuatan ikatan yang dapat diterima adalah sebesar 31 MPa. Menurut The Australian Standard (AS 1626), standar kekuatan ikatan yang dapat diterima adalah tidak kurang dari 32 MPa. Berbeda dengan dua standar sebelumnya, International Organization for Standardization for synthetic resin teeth (ISO 3336) menyatakan bahwa hasil kekuatan ikatan dapat diterima bila tidak terdapat bekas basis gigi tiruan pada anasir gigi tiruan ketika terlepas.20 Penentuan nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan merupakan hal yang penting karena tingginya kejadian terlepasnya anasir gigi tiruan dari basisnya karena beban fungsional atau stres yang melebihi kekuatan ikatan pada permukaan anasir gigi tiruan dengan basisnya. Untuk mengetahui kekuatan ikatan yang terjadi antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan dapat menggunakan metode pengukuran shear bond strength atau kekuatan ikatan geser. Kekuatan ikatan geser ini merupakan indikator yang baik untuk menentukan kualitas dari ikatan antara dua material yang berbeda. Ikatan yang semakin kuat menandakan ikatan geser dan kemampuan menahan beban interfasial antara permukaan anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yang semakin tinggi pula.

Universitas Sumatera Utara

24

2.5.1 Alat Pengujian Kekuatan Ikatan Geser Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine. Prosedur yang dilakukan adalah tempatkan sampel pada pemegang sampel kemudian ditempatkan pada alat pencekam yang terdapat pada Survopulser Universal Testing Machine. Beban penekanan diberikan pada bagian lingual dari anasir gigi tiruan dengan menggunakan kecepatan crosshead sebesar 0,5 mm per menit dan beban tekan yang digunakan sebesar 1000 N sampai terpisah antara anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan (Gambar 1).23,24

Gambar 1. Sketsa alat pengujian sampel Nilai kekuatan ikatan geser ini dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: 23 Ke uatan i atan

⁄mm

L A mm

Keterangan : L = beban maksimum (N) A = luas permukaan penampang (mm2)

Universitas Sumatera Utara

25

2.5.2 Faktor yang Meningkatkan Kekuatan Ikatan Geser a. Pemilihan anasir gigi tiruan Tipe dari anasir gigi tiruan yang digunakan akan memegaruhi kekuatan ikatan dengan basisnya. Anasir gigi tiruan akrilik yang homogen mempunyai kekuatan ikatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang crosslinked.17 Menurut Corsalini (2014), dari segi bahan anasir gigi tiruan, nilai kekuatan ikatan pada anasir gigi tiruan akrilik adalah 70,5% lebih tinggi dari anasir gigi tiruan porselen ketika disatukan dengan basis gigi tiruan akrilik. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya ikatan kimia yang terjadi antara anasir gigi tiruan porselen dengan basis gigi tiruan resin akrilik. 23 Ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dengan basis gigi tiruan resin akrilik adalah melalui ikatan kemis sedangkan untuk anasir gigi tiruan porselen dengan basis gigi tiruan resin akrilik adalah melalui ikatan mekanis. Dari hasil penelitian lain juga terlihat bahwa ikatan kemis secara umum masih lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan ikatan mekanis walaupun telah dibuatkan sistem retensi mekanis seperti lubang dan groove pada penelitian tersebut 23,24 b. Pemilihan basis gigi tiruan Dari berbagai macam basis gigi tiruan PMMA, resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekuatan ikatan yang paling tinggi dan resin akrilik swapolimerisasi yang memiliki kekuatan ikatan yang paling rendah.17 Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekuatan ikatan yang lebih tinggi ketika disatukan dengan anasir gigi tiruan akrilik dibandingkan dengan nilon termoplastik.24 Salah satu sifat mekanis bahan nilon termoplastik adalah modulus elastisitas. Modulus elastisitas menunjukkan kekakuan relatif suatu bahan sampai batas elastisnya dan juga menunjukkan kemampuan suatu bahan untuk menerima gaya atau beban hingga terjadi deformasi atau kerusakan yang permanen. Modulus elastisitas untuk setiap bahan juga berbeda tergantung kepada gaya interatomik dan intermolekular dari suatu material. Semakin kuat gaya ikatan antar atom dalam suatu material, semakin besar pula nilai dari modulus elastisitasnya. Nilai modulus elastisitas yang tinggi juga menandakan semakin kaku material tersebut yang juga berarti semakin besar gaya

Universitas Sumatera Utara

26

yang dibutuhkan untuk menahan atau menerima beban yang diberikan hingga menyebabkan kerusakan yang permanen.31,32,42,49 c. Kompatibilitas dari anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan Kekuatan ikatan yang lebih tinggi dapat diperoleh jika anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan yang dipakai diproduksi oleh produsen yang sama. Namun, belum ada statistik yang secara signifikan membuktikan hal tersebut.17 d. Rasio monomer dan polimer Untuk mendapatkan kekuatan ikatan yang maksimal, disarankan untuk mengikuti instruksi produsen dalam hal rasio polimer dan monomer. 17 e. Processing cycle Perbedaan kekuatan ikatan dari anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan PMMA dipengaruhi oleh siklus curing. Siklus curing yang pendek menyebabkan kekuatan ikatan menjadi menurun. Direkomendasikan untuk mengikuti instruksi produsen untuk lamanya siklus curing agar mendapatkan kekuatan ikatan yang maksimal. 17 f. Cooling regime Siklus pendinginan yang lama menyebabkan distorsi pada basis gigi tiruan menjadi minimal dan jika dibiarkan selama 24 jam sebelum deflasking akan menurunkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan. Direkomendasikan untuk melakukan proses pendinginan sampai pada suhu ruang sebelum deflasking. 17 g. Pembuatan sistem retensi Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yaitu dengan pembuatan sistem retensi pada anasir gigi tiruan. Beberapa sistem retensi yang disarankan untuk anasir gigi tiruan yaitu retensi makromekanikal (menggunakan pin atau diatoric hole), retensi mikromekanikal (high-energy abrasion), atau dengan bahan kemis (silanisasi).27 Terdapat beberapa jenis retensi mekanis yaitu dengan pembuatan lubang, grooves, atau dengan mengasari permukaan ridge lap dari anasir gigi tiruan.21 Salah satu contoh pembuatan lubang sebagai retensi mekanis yaitu T-shaped diatoric hole.

Universitas Sumatera Utara

27

Retensi ini dibuat pada anasir gigi tiruan akrilik agar dapat berikatan dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik ini dikenal sebagai Retento-Grip tissue bearing technique.26 Cara pembutannya yaitu pertama buat lubang yang posisinya berada di tengah area ridge lap kemudian lubangi bagian mesiodistal hingga menjadi tembus. Lubang mesiodistal yang dibuat harus terhubung dengan lubang yang dibuat pada bagian tengah dari ridge lap anasir gigi tiruan tersebut sehingga membentuk koneksi berbentuk T. Ketika pembuatan retensi ini harus hati-hati untuk menghindari pembukaan pada bagian oklusal maupun fasial dari anasir gigi tiruan. Sebuah instruksi menyatakan bahwa pembuatan lebih dari satu lubang pada bagian ridge lap anasir gigi tiruan tidak akan menambah kekuatan retensinya namun hanya akan melemahkan struktur giginya.25 Zuckerman (2003) menyatakan bahwa dengan modifikasi mekanis pada anasir gigi tiruan akrilik dapat meningkatkan kekuatan ikatan yang terjadi.24 Takahashi dkk (2000) mengatakan bahwa dengan pembuatan diatoric hole dapat secara signifikan meningkatkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dengan basis gigi tiruan. Bahan basis akan masuk ke dalam dan mengisi ruang diatoric sehingga dapat menahan anasir gigi tiruan akrilik pada basisnya yang mana akan meningkatkan kekuatan ikatannya secara mekanis.25,26

2.5.3 Faktor yang Menurunkan Kekuatan Ikatan Geser a. Kontaminasi wax Kontaminasi wax pada permukaan ridge lap merupakan penyebab yang secara signifikan menurunkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan. Eliminasi wax dan pastikan anasir gigi tiruan tidak terkontaminasi dan bebas dari debris untuk mendapatkan kekuatan ikatan yang adekuat. 17,26 b. Sodium alginate mould seal pada ridge lap Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kontaminasi sodium alginate mould seal akan menurunkan kekuatan ikatan. Hal ini dapat terjadi karena mould seal akan bertindak sebagai penghalang ketika nilon diinjeksikan ke dalam lubang retensi yang telah dibuat sehingga dapat berpengaruh terhadap penyatuan antara anasir gigi tiruan

dengan

basisnya

yang

akan

menurunkan

kekuatan

ikatannya.

Universitas Sumatera Utara

28

Direkomendasikan untuk menghindari kontak sodium alginate mould seal pada ridge lap anasir gigi tiruan dan pastikan daerah ridge lap bebas dari mould seal. 17,26 c. Preparasi anasir gigi tiruan yang tidak baik Pembuatan retensi mekanis dapat meningkatkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan, namun jika preparasi yang dilakukan tidak baik maka perlakuan ini dapat menghasilkan mikrofraktur pada anasir gigi tiruan yang dapat menyebabkan rembesan cairan masuk diantara anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan yang pada akhirnya akan menyebabkan terlepasnya anasir gigi tiruan dari basisnya.23

Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Teori Kehilangan gigi Pembuatan gigi tiruan Anasir gigi tiruan posterior

Akrilik

Basis gigi tiruan Non logam

Porselen

Logam

Resin Sistem retensi Termoplastik

Termoset Makromekanikal

Kemis

Mikromekanikal Acetal

Acrylic

Polycarbonate

Polyamide Sifat

Mekanis

Biologis

Fisis

Kemis

Kekuatan ikatan geser

29 Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep

Anasir gigi tiruan posterior Akrilik Sistem retensi Berbentuk T-shaped diatoric hole manual Pembuatan retensi ini dapat meningkatkan kekuatan ikatan; namun jika preparasi yang dilakukan tidak baik maka dapat menghasilkan mikrofraktur pada anasir gigi tiruan

Basis gigi tiruan

Porselen

Nilon termoplastik

Sistem retensi

Valplast

Berbentuk T-shaped diatoric hole pabrikan

Modulus elastisitas 2140 MPa ± 70

Pembuatan retensi pabrikan lebih stabil

TCS Modulus elastisitas 2000 MPa ± 110

Biotone Modulus elastisitas 1340 MPa ± 50

Modulus elastisitas Valplast > TCS > Biotone

Ikatan mekanis

Besar kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan posterior akrilik dan porselen dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik 30 Universitas Sumatera Utara

31

2.8 Hipotesis Penelitian 1.

Ho : Tidak ada perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan

akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik Ha : Ada perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik 2.

Ho : Tidak ada perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan

porselen posterior dengan bahan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik Ha : Ada perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik

Universitas Sumatera Utara

32

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratoris untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikatan geser anatara anasir gigi tiruan akrilik dan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik. Semua sampel dalam tiap kelompok pada penelitian ini merupakan kelompok perlakuan tanpa adanya kontrol positif maupun negatif. 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anasir gigi tiruan akrilik (BioEco) dan porselen (SMIC) molar satu rahang bawah regio kanan yang disatukan dengan tiga jenis merek basis gigi tiruan nilon termoplastik (Valplast, TCS, Biotone). Basis tempat menanam gigi tiruan berbentuk silindris dengan diameter 18 mm dan ketinggian 20 mm. Bagian yang tertanam untuk semua anasir gigi tiruan sama, yaitu pada bagian mesial dan distal sedalam 1 mm dan untuk bagian bukal sedalam 3 mm.43 (Gambar 2)

Gambar 2. Bentuk dan ukuran sampel

Universitas Sumatera Utara

33

3.2.2 Besar Sampel Penelitian Pada penelitian ini besar sampel diestimasi berdasarkan rumus Federer : 48 t−1

r − 1 ≥ 15

Keterangan: t : jumlah kelompok uji r : jumlah sampel per kelompok Penelitian ini terdiri dari 6 kelompok sampel maka t = 6 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut : (6 – 1) (r – 1) ≥ 15 5 (r - 1) ≥ 15 r–1 ≥3 r ≥3+1 r ≥4 Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 4 tiap kelompok dan jumlah kelompok sampel ada 6, sehingga total sampel yang dibutuhkan adalah 24 buah.

Universitas Sumatera Utara

34

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel bebas :

Variabel terikat :

1. Anasir gigi tiruan akrilik dengan pembuatan T-shaped diatoric hole yang ditanam pada basis gigi tiruan nilon

Kekuatan ikatan geser

termoplastik Valplast (VA) 2. Anasir gigi tiruan akrilik dengan pembuatan T-shaped diatoric hole yang ditanam pada basis gigi tiruan nilon termoplastik TCS (TA) 3. Anasir gigi tiruan akrilik dengan pembuatan T-shaped diatoric hole yang ditanam pada basis gigi tiruan nilon termoplastik Biotone (BA) 4. Anasir gigi tiruan porselen yang ditanam pada basis gigi tiruan nilon termoplastik Valplast (VP) 5. Anasir gigi tiruan porselen yang ditanam pada basis gigi tiruan nilon termoplastik TCS (TP) 6. Anasir gigi tiruan akrilik yang ditanam pada basis gigi tiruan nilon termoplastik Biotone (BP) a. Variabel terkendali : 1. Ukuran sampel 2. Jenis dan berat nilon termoplastik yang digunakan 3. Kedalaman tertanamnya anasir gigi tiruan ke dalam basis gigi tiruan 4. Cara membersihkan pola wax 5. Perbandingan adonan gips dengan air 6. Waktu pengadukan gips 7. Posisi penanaman model sampel ke dalam kuvet 8. Suhu pemanasan 9. Lama pemanasan TeknikOperasional pemolesan 3.3.210. Definisi 11. Lama perendaman sampel

Universitas Sumatera Utara

35

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Bebas No 1.

Variabel Bebas Anasir gigi tiruan akrilik dengan pembuatan T-shaped diatoric hole dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik Valplast, TCS, dan Biotone

Defenisi Operasional Anasir gigi tiruan molar satu rahang bawah dari bahan akrilik dengan merek BioEco ukuran 34M yang kemudian dibuat retensi Tshaped diatoric hole pada bagian mesial dan distal dengan bahan basis yang digunakan yaitu nilon termoplastik golongan poliamida dengan merek Valplast, TCS, dan Biotone

Skala Ukur

Alat Ukur

-

-

2.

Anasir gigi tiruan porselen dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik Valplast, TCS, dan Biotone

Anasir gigi tiruan molar satu rahang bawah dari bahan porselen dengan merek SMIC ukuran 24 dan bahan basis yang digunakan yaitu nilon termoplastik golongan poliamida dengan merek Valplast, TCS, dan Biotone

-

-

Skala Ukur Rasio

Alat Ukur Universal Testing Machine

Tabel 2. Defenisi Operasional Variabel Terikat No 1.

Variabel Terikat Defenisi Operasional Kekuatan ikatan Beban atau gaya geser maksimum yang dibutuhkan untuk menyebabkan anasir gigi tiruan terlepas dari basis gigi tiruan

Universitas Sumatera Utara

36

Tabel 3. Defenisi Operasional Variabel Terkendali No Variabel Terkendali Defenisi Operasional 1. Ukuran Sampel Untuk anasir gigi tiruan akrilik molar satu rahang bawah regio kanan adalah 34M dan untuk anasir gigi tiruan porselen molar satu rahang bawah regio kanan ukuran 24. Basis tempat menanam gigi tiruan berbentuk silindris dengan diameter 18 mm dan ketinggian 20 mm 2. Jenis dan berat nilon Jenis nilon termoplastik termoplastik yang yang digunakan yaitu digunakan Valplast, TCS, dan Biotone. Berat nilon yang digunakan adalah 8 gram untuk 1 sampel 3. Kedalaman Pada bagian mesial dan tertanamnya anasir distal adalah 1 mm dan pada gigi tiruan ke dalam bagian bukal 3 mm basis gigi tiruan 4. Cara membersihkan Setelah anasir gigi tiruan pola wax dibenamkan dan waxnya setting, bersihkan permukaan wax agar rata dengan permukaan pipa, pastikan tidak ada wax lebih disekeliling anasir gigi tiruan 5. Perbandingan Perbandingan adonan gips adonan gips dengan keras dengan air untuk air menanam sampel dalam kuvet yaitu 100 gram gips : 30 ml air 6. Waktu pengadukan Waktu yang dibutuhkan gips keras untuk mengaduk gips keras yaitu selama 1 menit (sampai homogen)

Skala Ukur -

Alat Ukur Kaliper

-

Timbangan digital

-

Penggaris besi

-

-

-

Gelas ukur dan Timbangan

-

Stopwatch

Universitas Sumatera Utara

37

No 7.

Variabel Terkendali Defenisi Operasional Posisi penanaman Model sampel dibenamkan model sampel ke ke dalam kuvet dengan dalam kuvet posisi horizontal

Skala Ukur -

Alat Ukur -

8.

Suhu pemanasan Suhu yang diperlukan untuk nilon termoplastik memanaskan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone sehingga melunak adalah 288ºC, 288ºC, dan 300ºC (sesuai petunjuk pabrik) Lama pemanasan Lama pemanasan nilon nilon termoplastik termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone dalam furnace masing-masing selama 15 menit, 11 menit, dan 15 menit (sesuai petunjuk pabrik) Teknik pemolesan Cara pemolesan sampel yaitu dihaluskan dengan mesin bubut dan bagian yang dibuang sebesar ± 0,5 mm untuk semua sampel Lama perendaman Sampel direndam selama 24 sampel jam dengan akuades pada suhu 37ºC di dalam inkubator dan kemudian dikeringkan

-

-

-

Stopwatch

-

-

-

-

9.

10.

11.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1 Tempat Penelitian 3.4.1.1 Tempat Pembuatan Sampel 1. Unit Jasa Industri Dental Fakultas Kedokteran Gigi USU 2. Laboratorium Biokimia FMIPA USU

3.4.1.2 Tempat Pengujian Sampel Laboratorium Magister Teknik Mesin USU

Universitas Sumatera Utara

38

3.4.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2018

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian 3.5.1.1 Alat untuk Membuat Model Sampel 1. Pipa dengan ukuran diameter dalam 18 mm dan tinggi 20 mm (Gambar 3)

Gambar 3. Pipa PVC 2. Alat ukur (penggaris, jangka) 3. Spidol 4. Surveyor 5. Bur disc

3.5.1.2 Alat untuk Membuat Retensi T-Shaped Diatoric Hole Pada Anasir Gigi Tiruan Akrilik 1. Mesin bur tangan (Gambar 4)

Universitas Sumatera Utara

39

Gambar 4. Mesin bur tangan 2. Mata bur dengan diameter 0,7 mm (Gambar 5)

Gambar 5. Mata bur diameter 0,7 mm 3. Ragum (Gambar 6)

Gambar 6. Ragum

Universitas Sumatera Utara

40

3.5.1.3 Alat untuk Mengahasilkan Sampel Basis Nilon Termoplastik 1. Injection flask (Gambar 7)

Gambar 7. Injection flask 2. Anasir gigi tiruan molar satu rahang bawah akrilik dan porselen yang ditanam pada basis berbentuk silindris dengan diameter 18 mm dan ketinggian 20 mm (Gambar 8)

Gambar 8. Model sampel dari wax 3. Vibrator (Pulsar 2 Filli Manfredi, Italy) (Gambar 9)

Gambar 9. Vibrator

Universitas Sumatera Utara

41

4. Cartridge (Gambar 10)

Gambar 10. Cartridge 5. Furnace (Type 12-70 110/220 V) (Gambar 11)

Gambar 11. Furnace 6. Injector (Gambar 12)

Gambar 12. Injector

Universitas Sumatera Utara

42

7. Rubber bowl dan spatula 8. Lekron 9. Straight handpiece (Strong, Korea) 10. Mata bur fraser 11. Bur disc 12. Stopwatch 13. Timbangan digital 14. Gunting /cutter 15. Mesin bubut (Gambar 13)

Gambar 13. Mesin bubut 16. Inkubator (Shaking Incubator, Vision Scientific Co., Ltd., Daejeon-Si, Korea) (Gambar 14)

Gambar 14. Inkubator

Universitas Sumatera Utara

43

3.5.1.4 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel 1. Servopulser Universal Testing Machine (Shimadzu, Kyoto, Japan) (Gambar 15)

Gambar 15. Universal Testing Machine

3.5.2 Bahan Penelitian 1. Anasir gigi tiruan akrilik molar satu rahang bawah regio kanan ukuran 34M (BioEco, New Stetic, Bogota, Columbia) (Gambar 16)

Gambar 16. Gigi M1 rahang bawah akrilik

Universitas Sumatera Utara

44

2. Anasir gigi tiruan porselen molar satu rahang bawah regio kanan ukuran 24 (SMIC, Senju Metal Industry Co., Ltd, Tokyo, Japan) (Gambar 17)

Gambar 17. Gigi M1 rahang bawah porselen 3. Nilon termoplastik (Valplast, Valplast International Corp., New York, USA) 4. Nilon termoplastik (TCS, TCS Dental Inc., Signal Hill, CA) 5. Nilon termoplastik (Biotone, Denken-Highdental Co., Ltd., Kyoto, Japan) 6. Gips keras (Moldano, Herauess Kulzer GmbH & Co. KG, Harau, Germany) 7. Air 8. Vaselin sebagai bahan separasi 9. Wax Spru 10. Wax (Baseplate wax, Shanghai Dental Materials, Shanghai, China) 11. Tinfoil 12. Cold Mould Seal 13. Plastik Selopan 14. Akuades 15. Spidol 16. Kertas pasir 17. Double tape

Universitas Sumatera Utara

45

3.6 Cara Penelitian 3.6.1 Pembuatan Retensi T-Shaped Diatoric Hole Pada Anasir Gigi Tiruan Akrilik 1.

Tandai pada anasir gigi tiruan bagian yang akan dibuat retensi yaitu pada

posisi 1 mm diatas batas servikal sisi mesial dan distal anasir gigi tiruan akrilik 2.

Letakkan anasir gigi tiruan akrilik pada ragum agar posisinya stabil dan tidak

bergerak 3.

Pasang mata bur dengan diameter 0,7 mm pada mesin bur tangan kemudian

lubangi daerah yang sudah ditandai tersebut sehingga bagian mesial dan distal menjadi tembus.26 (Gambar 18)

Gambar 18. Anasir gigi tiruan dengan retensi T-shaped diatoric hole 3.6.2 Pembuatan Model Sampel 1.

Oleskan vaselin pada bagian dalam pipa

2.

Model sampel dibuat dengan wax yang dicairkan kemudian diisi ke dalam

pipa dengan ukuran diameter 18 mm dan tinggi 20 mm (Gambar 19)

Gambar 19. Pipa yang diisi wax cair

Universitas Sumatera Utara

46

3.

Bagian oklusal anasir gigi tiruan dilekatkan pada permukaan bur disc yang

datar dengan double tape kemudian dipasang pada pin vertikal dari surveyor (Gambar 20)

Gambar 20. Anasir yang dilekatkan pada permukaan bur disc 4.

Ketika wax hampir setting, benamkan anasir gigi tiruan dengan bantuan

surveyor ke dalam wax sesuai dengan batas yang sudah dibuat terlebih dahulu yaitu 1 mm pada bagian mesial dan distal serta 3 mm pada bagian bukal (Gambar 21)

Gambar 21. Anasir gigi tiruan yang sedang dibenamkan ke dalam wax cair

Universitas Sumatera Utara

47

5.

Setelah wax setting, lepaskan anasir gigi tiruan dari bur disc (Gambar 22)

Gambar 22. Model sampel di dalam pipa 6.

Bersihkan permukaan wax agar rata dengan permukaan pipa, pastikan tidak

ada wax yang berlebih disekeliling anasir gigi tiruan 7.

Model sampel kemudian dikeluarkan dari pipa (Gambar 23)

Gambar 23. Model sampel 3.6.3 Pembuatan Sampel Nilon Termoplastik 1. Penanaman Model Sampel Pada Kuvet Bawah a. Penanaman model dengan teknik injection moulding dilakukan dengan menggunakan kuvet khusus untuk injeksi b. Kuvet diolesi dengan bahan separasi vaselin c. Adonan gips keras dibuat dengan perbandingan 100 gram gips keras : 30 ml air

Universitas Sumatera Utara

48

d. Adonan gips keras diaduk hingga homogen kemudian dituang ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator e. Model sampel dibenamkan dengan posisi horizontal dalam gips keras dalam kuvet, satu kuvet berisi dua model sampel (Gambar 24)

Gambar 24. Model sampel dalam kuvet berisi gips keras f. Gips keras dibiarkan selama 20 menit hingga mengeras

2. Pemasangan Spru dan Pengisian Kuvet Atas a. Spru terbuat dari malam yang digunakan sebagai jalan masuk nilon diletakkan pada dasar model induk (Gambar 25)

Gambar 25. Pemasangan spru b. Olesi seluruh permukaan gips keras dengan vaselin

Universitas Sumatera Utara

49

c. Kuvet atas dipasangkan di atas kuvet bawah dan dikunci hingga rapat d. Membuat adonan gips keras dengan perbandingan 100 gram gips keras : 30 ml air e. Adonan gips diaduk hingga homogen dan dituang ke dalam kuvet melalui salah satu lubang pengisian pada kuvet di atas vibrator (Gambar 26)

Gambar 26. Pengisian kuvet diatas vibrator f. Tunggu gips mengeras selama 60 menit

3. Pengangkatan Wax dan Pembuangan Spru Setelah gips mengeras, kuvet atas dan kuvet bawah dibuka. Spru dibuang dengan cara disiram dengan air mendidih hingga tidak ada lagi sisa wax dan spru pada gips (Gambar 27)

Gambar 27. Pembuangan wax dan spru

Universitas Sumatera Utara

50

4.

Pengisian Nilon Termoplastik Murni pada Mold a. Kuvet bawah dan atas dipasang kembali b. Siapkan cartridge untuk pengisian butiran nilon termoplastik kemudian

potong aluminium foil membentuk lingkaran dan diletakkan pada dasar cartridge c. Timbang nilon termoplastik sebanyak 8 gram d. Butiran nilon termoplastik lalu dimasukkan ke dalam cartridge e. Sebelum cartridge dimasukkan ke furnace, furnace dipanaskan terlebih dahulu selama 20 menit f. Kemudian cartridge yang berisi butiran nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone dipanaskan dalam alat furnace sehingga melunak pada suhu 288ºC, 288ºC, dan 300ºC selama 15 menit, 11 menit, dan 15 menit (Gambar 28)

Gambar 28. Cartridge yang berisi nilon termoplastik dipanaskan ke dalam furnace g. Setelah nilon termoplastik meleleh, bagian dasar cartridge dilekatkan lempengan karet dan dipasangkan pada alat injector h. Cartridge diletakkan pada posisi vertikal di atas lubang spru pada kuvet dan nilon diinjeksikan ke dalam mold kemudian dibiarkan di bawah tekanan selama 3 menit dan biarkan selama 30 menit hingga mengeras (Gambar 29)

Universitas Sumatera Utara

51

Gambar 29. Penginjeksian nilon ke dalam kuvet 3.6.4 Penyelesaian Sampel 1. Sampel dikeluarkan dari kuvet dan dirapikan dengan bur fraser untuk menghilangkan bagian yang tajam 2. Untuk mencegah terlepasnya sampel pada saat pemolesan maka sampel diletakkan pada pemegang sampel pada mesin bubut dan bagian yang dibuang sebesar 0,5 mm pada bagian badan sampel dan dasar sampel 3. Pemolesan dilanjutkan pada bagian atasnya dengan kertas pasir dan bur stone untuk merapikan permukaannya (Gambar 30)

a

b

c

Universitas Sumatera Utara

52

d

e

f

Gambar 30 Sampel setelah dipoles : (a) Anasir gigi tiruan akrilik dengan basis Valplast (VA), (b) Anasir gigi tiruan akrilik dengan basis TCS (TA), (c) Anasir gigi tiruan akrilik dengan basis Biotone (BA), (d) Anasir gigi tiruan porselen dengan basis Valplast (VP), (e) Anasir gigi tiruan porselen dengan basis TCS (TP), (f) Anasir gigi tiruan porselen dengan basis Biotone (BP) 3.6.5 Pengukuran Kekuatan Ikatan Geser Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Survopulser Universal Testing Machine. Pengujian kekuatan ikatan ini dilakukan untuk mengetahui besar kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dan porselen dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone Prosedur yang akan dilakukan adalah tempatkan sampel pada pemegang sampel kemudian ditempatkan pada alat pencekam yang terdapat pada Survopulser Universal Testing Machine. Beban penekanan diberikan pada bagian lingual dari anasir gigi tiruan dengan menggunakan kecepatan crosshead sebesar 0,5 mm per menit dan beban tekan yang digunakan sebesar 1000 N sampai terpisah antara anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan. (Gambar 31)

Universitas Sumatera Utara

53

Gambar 31. Sampel diletakkan pada mesin penguji

Perhitungan kekuatan ikatan ini menggunkan rumus : Ke uatan i atan

⁄mm

L A mm

Keterangan : L = beban maksimum (N) A = luas permukaan penampang (mm2) Data yang didapat kemudian dicatat dalam tabel untuk setiap kelompok sampel.

Universitas Sumatera Utara

54

3.7 Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok. 2. Uji Anova satu arah untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik dan porselen dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone. 3. Uji LSD (Least Significant Different) untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna antar kelompok dengan α

0,05.

Universitas Sumatera Utara

55

3.8 Kerangka Operasional Penelitian 3.8.1 Pembuatan Sampel Kelompok Nilon Termoplastik Penanaman anasir gigi tiruan pada pola wax Penanaman pola wax pada kuvet bawah Pemasangan spru Pengisian kuvet atas Pembuangan sisa spru dan wax Pemasangan furnace dan persiapan cartridge

Nilon termoplastik dimasukkan ke dalam cartrigde Injeksi nilon termoplastik ke dalam mold Proses akhir dan pemolesan

Sampel nilon termoplastik Sampel dikondisikan dengan direndam ke dalam akuades selama 24 jam dengan suhu 37ºC di dalam inkubator

Universitas Sumatera Utara

56

3.8.2 Pengujian Sampel

Menempatkan sampel pada alat Universal Testing Machine

Kelompok

Kelompok

Kelompok

Kelompok

Kelompok

Kelompok

VA

TA

BA

VP

TP

BP

Sampel diberi gaya atau beban pada bagian lingual dari anasir gigi tiruan sampai anasir gigi tiruan terlepas dari basis gigi tiruan

Pengumpulan data

Analisis data Hasil

Universitas Sumatera Utara

57

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Nilai Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Kekuatan ikatan geser diuji dengan menggunakan alat Servopulser Universal Testing Machine dengan cara memberikan beban penekanan pada bagian lingual dari anasir gigi tiruan hingga terpisah antara anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan kemudian diperoleh data beban yang dihitung dengan cara membagi beban maksimal dengan luas permukaan anasir gigi tiruan yang terlebih dahulu dikali gravitasi sebesar 9,81 dan besar kekuatan dinyatakan dengan satuan MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok VA adalah 28,707 MPa, terbesar adalah 30,440 MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok TA adalah 23,037 MPa, terbesar adalah 26,546 MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok BA adalah 20,808 MPa, terbesar adalah 22,367 MPa. Dari hasil analisis univarian nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok VA adalah 29,677 ± 0,741 MPa. Nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok TA adalah 24,276 ± 1,602 MPa. Nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok BA adalah 21,614 ± 0,838 MPa (Tabel 4).

Tabel 4. Nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik Kekuatan Ikatan Geser (MPa) No. Sampel Kelompok VA Kelompok TA Kelompok BA 30,006 23,269 20,973 1 2 29,553 26,546** 22,367** 3 28,707* 24,250 22,308 4 30,440** 23,037* 20,808* SD 29,677 ± 0,741 24,276 ± 1,602 21,614 ± 0,838 Keterangan : ** : nilai terbesar * : nilai terkecil

Universitas Sumatera Utara

58

4.2 Nilai Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Porselen Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Kekuatan ikatan geser diuji dengan menggunakan alat Servopulser Universal Testing Machine dengan cara memberikan beban penekanan pada bagian lingual dari anasir gigi tiruan hingga terpisah antara anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan kemudian diperoleh data beban yang dihitung dengan cara membagi beban maksimal dengan luas permukaan anasir gigi tiruan yang terlebih dahulu dikali gravitasi sebesar 9,81 dan besar kekuatan dinyatakan dengan satuan MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok VP adalah 16,736 MPa, terbesar adalah 18,063 MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok TP 14,333 MPa, terbesar adalah 15,003 MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok BP adalah adalah 11,877 MPa, terbesar adalah 14,201 MPa. Dari hasil analisis univarian nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok VP adalah 17,210 ± 0,591 MPa. Nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok TP adalah 14,602 ± 0,309 MPa. Nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok BP adalah 13,128 ± 1,000 MPa (Tabel 5).

Tabel 5. Nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik Kekuatan Ikatan Geser (MPa) No. Sampel Kelompok VP Kelompok TP 1 18,063** 14,685 2 16,912 14,333* 3 16,736* 15,003** 4 17,127 14,386 SD 17,210 ± 0,591 14,602 ± 0,309 Keterangan : ** : nilai terbesar * : nilai terkecil

Kelompok BP 14,201** 13,584 11,877* 12,851 13,128 ± 1,000

Universitas Sumatera Utara

59

4.3 Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser Antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik Posterior Dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone dianalisis dengan menggunakan uji Anova satu arah. Sebelum pengujian Anova, dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui bahwa sebaran data normal dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas data diperoleh nilai p = 0,866 untuk kelompok VA, nilai p = 0,263 untuk kelompok TA dan nilai p = 0,091 untuk kelompok BA (p

Kekuatan Ikatan Geser (MPa)

> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh normal.(Grafik 1)

35 30

a b

25

c

20 15 10 5 0 1 VA

2 TA

3 BA

Grafik 1. Rata-rata nilai kekuatan ikatan geser (MPa) kelompok VA, TA, dan BA; garis vertikal menunjukkan standar deviasi; huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan Setelah dilakukan uji normalitas data, maka dilakukan uji homogenitas data untuk mengetahui bahwa data tersebut homogen dengan menggunakan uji Levene. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 1,089 dengan tingkat signifikansi p = 0,377 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen. Dari hasil uji Anova satu arah diperoleh signifikansi p = 0,0001 (p < 0,05) hal ini menunjukkan adanya perbedaan kekuatan ikatan yang bermakna antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik (Tabel 6).

Universitas Sumatera Utara

60

Tabel 6. Perbedaan rerata kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik Kekuatan Ikatan Geser (MPa) Kelompok n SD p VA 4 29,677 ± 0,741 TA 4 24,276 ± 1,602 0,0001* BA 4 21,614 ± 0,838 *Signifikan

Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan kekuatan ikatan geser yang bermakna maka dilakukan uji LSD (Least Significant Different). Berdasarkan hasil uji LSD terlihat perbedaan yang bermakna terdapat pada kelompok VA dengan kelompok TA dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok TA dengan kelompok BA dengan nilai p = 0,009 (p < 0,05), dan kelompok VA dengan kelompok BA dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan ada perbedaan kekuatan ikatan yang bermakna antar kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik (Tabel 7).

Tabel 7. Perbedaan kekuatan ikatan geser antar kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik Kelompok VA Kelompok TA Kelompok BA Kelompok VA p = 0,0001* p = 0,0001* Kelompok TA p = 0,0001* p = 0,009* Kelompok BA p = 0,0001* p = 0,009* Keterangan : *Signifikan

4.4 Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Porselen Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone dianalisis dengan menggunakan uji Anova satu arah. Sebelum pengujian Anova, dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui bahwa sebaran data normal dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas data diperoleh nilai p = 0,250 untuk kelompok VP, nilai p = 0,470 untuk kelompok TP dan nilai p = 0,930 untuk

Universitas Sumatera Utara

61

kelompok BP (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh normal (Grafik 1).

Kekuatan Ikatan Geser (MPa)

20 18

d

16

e

14

f

12 10 8 6 4 2 0

TP 2E

VP D 1

F BP 3

Grafik 2. Rata-rata nilai kekuatan ikatan geser (MPa) kelompok VP, TP, dan BP; garis vertikal menunjukkan standar deviasi; huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan Setelah dilakukan uji normalitas data, maka dilakukan uji homogenitas data untuk mengetahui bahwa data tersebut homogen dengan menggunakan uji Levene. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 2,435 dengan tingkat signifikansi p = 0,143 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen. Dari hasil uji Anova satu arah diperoleh signifikansi p = 0,0001 (p < 0,05) hal ini menunjukkan adanya perbedaan kekuatan ikatan yang bermakna antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik (Tabel 8).

Tabel 8. Perbedaan rerata kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik Kelompok VP TP BP *Signifikan

n 4 4 4

Kekuatan Ikatan Geser (MPa) SD 17,210 ± 0,591 14,602 ± 0,309 13,128 ± 1,000

p 0,0001*

Universitas Sumatera Utara

62

Untuk mengetahui pasangan kelompok mana yang memiliki perbedaan kekuatan ikatan geser yang bermakna maka dilakukan uji LSD (Least Significant Different). Berdasarkan hasil uji LSD terlihat perbedaan yang bermakna terdapat pada kelompok VP dengan kelompok TP dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok TP dengan kelompok BP dengan nilai p = 0,015 (p < 0,05), dan kelompok VP dengan kelompok BP dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan ada perbedaan kekuatan ikatan yang bermakna antar kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik (Tabel 9). Tabel 9. Perbedaan kekuatan ikatan geser antara kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik Kelompok VP Kelompok TP Kelompok BP Kelompok VP p = 0,0001* p = 0,0001* Kelompok TP p = 0,0001* p = 0,015* Kelompok BP p = 0,0001* p = 0,015* Keterangan : *Signifikan Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil yaitu ada perbedaan kekuatan ikatan geser yang bermakna antar kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan Valplast, TCS, dan Biotone. Hal ini berarti Ho1 pada penelitian ini ditolak atau gagal diterima. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan hasil yaitu ada perbedaan kekuatan ikatan geser yang bermakna antar kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan Valplast, TCS, dan Biotone. Hal ini berarti Ho2 pada penelitian ini juga ditolak atau gagal diterima.

Universitas Sumatera Utara

63

BAB 5 PEMBAHASAN

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk melihat perbedaan nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik dan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik. Pada anasir gigi tiruan akrilik diberi perlakuan yaitu dengan pembuatan retensi mekanis berupa T-shaped diatoric hole kemudian disatukan dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast (VA), TCS (TA), dan Biotone (BA) kemudian dilihat bagaimana perbedaannya. Untuk anasir gigi tiruan porselen tidak diberi perakuan karena sudah terdapat retensi pabrikan yang kemudian disatukan dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast (VP), TCS (TP), dan Biotone (BP) kemudian dilihat bagaimana perbedaannya.

5.1 Nilai Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Pada tabel 4 terlihat bahwa nilai kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok VA adalah 28,707 MPa, terbesar adalah 30,440 MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok TA adalah 23,037 MPa, terbesar adalah 26,546 MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok BA adalah 20,808 MPa, terbesar adalah 22,367 MPa. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai basis gigi tiruan nilon termoplastik yang terkecil terdapat pada kelompok BA dengan nilai 20,808 MPa. Sedangkan nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai basis gigi tiruan nilon termoplastik yang terbesar terdapat pada kelompok VA dengan nilai 30,440 MPa. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan nilai kekuatan ikatan geser yang bervariasi pada setiap sampel dalam satu kelompok, walaupun masih dalam cakupan data yang homogen berdasarkan uji homogenitas (uji Levene). Nilai rerata kekuatan

Universitas Sumatera Utara

64

ikatan kelompok VA adalah 29,677 ± 0,741 MPa. Nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok TA adalah 24,276 ± 1,602 MPa. Nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok BA adalah 21,614 ± 0,838 MPa. Perbedaan rerata setiap kelompok sampel menunjukkan bahwa kelompok VA memiliki nilai kekuatan ikatan geser yang terbesar dan nilai ikatan geser yang terkecil terdapat pada kelompok BA. Ini menunjukkan nilai ikatan geser pada kelompok VA lebih baik dibandingkan dengan kelompok TA dan kelompok BA.

5.2 Nilai Kekuatan Ikatan Geser antara Anasir Gigi Tiruan Porselen Posterior dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Pada tabel 5 terlihat kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok VP adalah 16,736 MPa, terbesar adalah 18,063 MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok TP 14,333 MPa, terbesar adalah 15,003 MPa. Kekuatan ikatan geser terkecil pada kelompok BP adalah adalah 11,877 MPa, terbesar adalah 14,201 MPa. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai basis gigi tiruan nilon termoplastik yang terkecil terdapat pada kelompok BP dengan nilai 11,877 MPa. Sedangkan nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai basis gigi tiruan nilon termoplastik yang terbesar terdapat pada kelompok VP dengan nilai 18,063 MPa. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan nilai kekuatan ikatan geser yang bervariasi pada setiap sampel dalam satu kelompok, walaupun masih dalam cakupan data yang homogen berdasarkan uji homogenitas (uji Levene). Nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok VP adalah 17,210 ± 0,591 MPa. Nilai rerata kekuatan ikatan kelompok TP adalah 14,602 ± 0,309 MPa. Nilai rerata kekuatan ikatan geser kelompok BP adalah 13,128 ± 1,000 MPa. Perbedaan rerata setiap kelompok sampel menunjukkan bahwa kelompok VP memiliki nilai kekuatan ikatan geser yang terbesar dan nilai ikatan geser yang terkecil terdapat pada kelompok BP. Ini menunjukkan kekuatan ikatan geser pada kelompok VP lebih baik dibandingkan dengan kelompok TP dan kelompok BP.

Universitas Sumatera Utara

65

5.3 Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser Antara Anasir Gigi Tiruan Akrilik Posterior Dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 6, nilai kekuatan ikatan geser pada kelompok VA yaitu sebesar (29,677 ± 0,741 MPa), kelompok TA yaitu sebesar (24,276 ± 1,602 MPa) dan kelompok BA yaitu sebesar (21,614 ± 0,838 MPa). Dari hasil uji Anova satu arah pada tabel 6 terlihat bahwa ada perbedaan kekuatan ikatan geser yang signifikan antara ketiga kelompok tersebut karena diperoleh p = 0,0001 (p < 0,05). Pada kelompok VA didapat nilai kekuatan ikatan geser yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok TA dan BA. Hal ini berarti kekuatan ikatan geser yang terjadi antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan ikatan geser yang terjadi dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS dan basis gigi tiruan nilon termoplastik Biotone. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 7, hasil uji LSD (Least Significant Different) menunjukkan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) untuk kelompok VA dengan kelompok TA, yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast dengan kelompok basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS, untuk kelompok TA dengan kelompok BA nilai p = 0,009 (p < 0,05), yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS dengan kelompok basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone, dan untuk kelompok VA dengan kelompok BA nilai p = 0,0001 (p < 0,05), yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast dengan kelompok basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone. Hal ini berarti dari uji statistik terdapat perbedaan kekuatan ikatan geser yang bermakna antar kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik. Perbedaan kekuatan ikatan geser ini dapat terjadi karena adanya faktor yang dapat memengaruhi nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi

Universitas Sumatera Utara

66

tiruan yaitu dalam penelitian ini dilakukan modifikasi pada anasir gigi tiruan yaitu dengan pembuatan retensi mekanis pada anasir gigi tiruan akrilik dari bahan Valplast, TCS, dan Biotone. Anasir gigi tiruan akrilik tidak dapat berikatan secara kemis dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik. Pembuatan retensi mekanis pada anasir gigi tiruan akrilik merupakan salah satu cara untuk menahan dan merupakan sistem retensi untuk meningkatkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik.27,25. Pembuatan retensi T-shaped diatoric hole pada anasir gigi tiruan akrilik bertujuan agar terdapat ruang interkoronal yang adekuat sehingga dapat berikatan dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik dimana bahan basis gigi tiruan ini ketika diinjeksikan akan masuk dan mengeras dalam lubang retensi sehingga dapat menahan anasir gigi tiruan akrilik pada basisnya.25,26 Menurut penelitian Zuckerman (2003), pembuatan retensi mekanis juga dapat meningkatkan kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basisnya, namun jika preparasi yang dilakukan tidak baik maka perlakuan ini dapat menghasilkan mikrofraktur pada anasir gigi tiruan yang dapat menyebabkan rembesan cairan masuk diantara anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan yang pada akhirnya akan menyebabkan berkurangnya kekuatan ikatan yang terjadi.23,50 Perbedaan kekuatan ikatan dapat terjadi karena adanya ketajaman pada daerah rongga batas diatoric hole yang mengakibatkan beban basis gigi tiruan berkonsentrasi pada daerah ini.51 Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khalaf dkk (2011), nilai rata-rata kekuatan ikatan antara anasir gigi tiruan akrilik dengan basis nilon termoplastik merek Valplast tanpa retensi mekanis yaitu sebesar 18,062 MPa sedangkan nilai rata-rata kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik dengan basis nilon termoplastik merek Valplast dengan retensi T-shaped diatoric hole pada penelitian ini adalah sebesar 29,677 MPa.24 Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dengan pembuatan retensi mekanis ini dapat meningkatkan kekuatan ikatan anasir gigi tiruan akrilik dengan basisnya. Perbedaan kekuatan ikatan geser antar kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik ini juga dapat terjadi karena adanya faktor yang dapat memengaruhi nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yaitu kontaminasi wax. Menurut

Universitas Sumatera Utara

67

Radford dkk (2014), ikatan mekanis antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan dapat dilemahkan oleh kontaminasi wax. Wax bertindak sebagai penghalang fisik antara anasir gigi tiruan dengan bahan dasar gigi tiruan, yang mencegah segala jenis kontak atau ikatan yang terjadi antara materi.17,20 Menurut Singh dkk (2011), ketika retensi mekanis dibuat atau ketika proses penanaman kuvet, sisa wax mungkin tetap berada di persimpangan area T yang menyebabkan bahan basis nilon termoplastik tidak dapat masuk ke daerah tersebut ketika diinjeksikan. Hal ini dapat melemahkan kekuatan ikatan yang terjadi.52 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Spartley (1987) tentang efek dari kontaminasi wax, petroleum jelly, dan alginate pada kekuatan ikatan gigi tiruan dihasilkan bahwa wax merupakan kontaminan utama yang menyebabkan kegagalan ikatan antara anasir gigi tiruan dengan basisnya.22 Cunningham, Benington, Thean dkk (1995) menyatakan bahwa kegagalan ikatan ini merupakan masalah yang penting dalam keberhasilan perawatan gigi dan wax serta alginate yang mengontaminasi permukaan gigi harus dibersihkan untuk mendapatkan nilai kekuatan ikatan yang maksimal.21,22 Perbedaan nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan akrilik dengan berbagai basis gigi tiruan nilon termoplastik dapat terjadi adanya perbedaan nilai modulus elastisitas atau modulus Young dari masing-masing basis yang digunakan dalam penelitian ini. Modulus elastisitas menunjukkan kekakuan relatif suatu bahan sampai batas elastisnya dan juga menunjukkan kemampuan suatu bahan untuk menerima gaya atau beban hingga terjadi deformasi atau kerusakan yang permanen.42 Modulus elastisitas menunjukkan sifat kekakuan dari suatu material yang dapat dihitung dengan rumus tegangan yang dibagi dengan regangan. Tegangan merupakan hasil pembagian dari gaya atau beban dengan luas daerah penampang yang diberi beban atau gaya. Jika luas penampang dari bahan tersebut sama maka gaya akan menjadi berbanding lurus dengan modulus elastisitas bahan tersebut. Semakin besar modulus elastisitasnya maka gaya yang diperlukan untuk menahan atau menerima beban yang diberikan hingga menyebabkan deformitas akan semakin besar pula.32,42 Nilai modulus elastisitas yang tinggi menunjukkan bahwa material tersebut lebih kaku, sementara nilai modulus elastisitas yang rendah menunjukkan bahwa bahan

Universitas Sumatera Utara

68

tersebut lebih fleksibel.9,42 Modulus elastisitas untuk setiap bahan juga berbeda tergantung kepada gaya interatomik dan intermolekular dari suatu material. Semakin kuat gaya ikatan antar atom dalam suatu material, semakin besar pula nilai dari modulus elastisitasnya. Nilai modulus elastisitas yang tinggi juga menandakan semakin kaku material tersebut yang juga berarti semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk menahan atau menerima beban yang diberikan hingga menyebabkan kerusakan yang permanen.31,32,42,49 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fueki (2014) dan Nasution (2017), nilai modulus elastisitas dari Valplast yaitu 2140 ± 70 MPa, TCS sebesar 2000 ± 110 MPa, dan nilai modulus elastisitas dari Biotone yaitu sebesar 1340 ± 50 MPa.34,44 Berdasarkan hasil penelitian, kekuatan ikatan geser yang tertinggi terjadi pada kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast. Kekuatan ikatan geser tertinggi kedua terjadi pada kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS dan kekuatan ikatan geser terendah terjadi pada kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yaitu nilai modulus elastisitas tertinggi hingga terendah terdapat pada bahan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone. Hal ini berarti diantara ketiga bahan tersebut Valplast memiliki tingkat kekakuan yang lebih tinggi dan membutuhkan kekuatan yang lebih besar agar anasir gigi tiruan dapat terlepas dari basisnya sehingga ketika bahan Valplast diinjeksikan akan masuk dan mengeras dalam lubang retensi pada gigi akrilik dan menahan anasir gigi tiruan pada basisnya lebih kuat dibandingkan dengan bahan basis TCS dan Biotone. Dari hasil pengujian juga dapat dilihat bahwa semua sampel kelompok VA, TA, maupun BA terpisah secara sempurna dan mengalami kegagalan adhesif yaitu tidak terdapat sisa basis gigi tiruan pada ridge lap anasir gigi tiruan ketika terlepas antara anasir gigi tiruan dengan basisnya.

Universitas Sumatera Utara

69

5.4 Perbedaan Kekuatan Ikatan Geser Antara Anasir Gigi Tiruan Porselen Posterior Dengan Berbagai Merek Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 8, nilai kekuatan ikatan geser pada kelompok VP yaitu sebesar (17,210 ± 0,591 MPa), kelompok TP yaitu sebesar (14,602 ± 0,309 MPa) dan kelompok BP yaitu sebesar (13,128 ± 1,000 MPa). Dari hasil uji Anova satu arah pada tabel 8 terlihat bahwa ada perbedaan kekuatan ikatan geser yang signifikan antara ketiga kelompok tersebut karena diperoleh p = 0,0001 (p < 0,05). Pada kelompok VP didapat nilai kekuatan ikatan geser yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok TP dan BP. Hal ini berarti kekuatan ikatan geser yang terjadi antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan ikatan geser yang terjadi dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS dan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 9, hasil uji LSD (Least Significant Different) menunjukkan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) untuk kelompok VP dengan kelompok TP, yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast dengan anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS, untuk kelompok TP dengan kelompok BP nilai p = 0,015 (p < 0,05), yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS dengan kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone, dan untuk kelompok VP dengan kelompok BP nilai p = 0,0001 (p < 0,05), yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast dengan kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone. Hal ini berarti dari uji statistik terdapat perbedaan kekuatan ikatan geser yang bermakna antar kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik.

Universitas Sumatera Utara

70

Ikatan yang terjadi antara anasir gigi tiruan porselen dengan basis gigi tiruan adalah melalui ikatan mekanis.23 Oleh karena itu, pada anasir gigi tiruan anterior, pin metal ditanam pada dasar anasir gigi tiruan porselen sebagai retensi mekanis pada basis gigi tiruan. Pada gigi posterior, lubang diatoric terdapat pada ridge lap yang nantinya akan terisi dengan bahan basis gigi tiruan.30 Adanya retensi mekanis pada anasir gigi tiruan porselen merupakan salah satu cara untuk menahan anasir gigi tiruan tetap berada pada basis gigi tiruan nilon termoplastik. Retensi pabrikan pada anasir gigi tiruan porselen ini bertujuan agar terdapat ruang yang adekuat sehingga dapat berikatan dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik dimana bahan basis gigi tiruan ini ketika diinjeksikan akan masuk dan mengeras dalam lubang retensi sehingga dapat menahan anasir gigi tiruan porselen pada basisnya.25,26 Perbedaan kekuatan ikatan geser antar kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik ini dapat terjadi karena sisa wax mungkin tetap berada di dalam lubang retensi yang menyebabkan bahan basis nilon termoplastik tidak dapat masuk ke daerah tersebut ketika diinjeksikan. Hal ini dapat melemahkan kekuatan ikatan yang terjadi.52 Perbedaan kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik dapat terjadi karena perbedaan modulus elastisitas dari bahan basis Valplast, TCS, dan Biotone. Modulus elastisitas didefinisikan sebagai resistensi terhadap deformasi di bawah tekanan material di dalam rentang elastis.32 Modulus elastisitas dari basis gigi tiruan menggambarkan kekakuan dari bahannya. Bahan basis gigi tiruan nilon termoplastik memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan resin akrilik.52 Nilai modulus elastisitas yang tinggi menunjukkan bahwa material tersebut lebih kaku, sementara nilai modulus elastisitas yang rendah menunjukkan bahwa bahan tersebut lebih fleksibel.9 Modulus elastisitas untuk setiap bahan berbeda tergantung kepada gaya interatomik dan intermolekular dari suatu material. Semakin renggang gaya ikatan antar atom dalam suatu material, semakin kecil pula nilai dari modulus elastisitasnya. Nilai modulus elastisitas yang rendah juga menandakan semakin fleksibel material tersebut yang juga berarti semakin kecil gaya yang

Universitas Sumatera Utara

71

dibutuhkan untuk menahan atau menerima beban yang diberikan hingga menyebabkan kerusakan yang permanen.31,32,42,49 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fueki (2014) dan Nasution (2017), nilai modulus elastisitas dari Valplast yaitu 2140 ± 70 MPa, TCS sebesar 2000 ± 110 MPa, dan nilai modulus elastisitas dari Biotone yaitu sebesar 1340 ± 50 MPa.34,44 Semakin besar nilai modulus elastisitasnya, semakin kaku suatu bahan dan semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk menahan atau menerima beban yang diberikan hingga menyebabkan lepasnya anasir gigi tiruan dari basisnya.31 Berdasarkan hasil penelitian, kekuatan ikatan geser yang tertinggi terjadi pada kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast. Kekuatan ikatan geser tertinggi kedua terjadi pada kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS dan kekuatan ikatan terendah terjadi pada kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yaitu nilai modulus elastisitas tertinggi hingga terendah terdapat pada bahan nilon termoplastik merek Valplast, TCS, dan Biotone. Hal ini berarti diantara ketiga bahan tersebut Valplast memiliki tingkat kekakuan yang lebih tinggi dan membutuhkan kekuatan yang lebih besar agar anasir gigi tiruan dapat terlepas dari basisnya sehingga ketika bahan Valplast diinjeksikan akan masuk dan mengeras dalam lubang retensi pada gigi porselen dan menahan anasir gigi tiruan pada basisnya lebih kuat dibandingkan dengan bahan basis TCS dan Biotone. Perbedaan kekuatan ikatan geser ini juga dapat terjadi karena adanya faktor yang dapat memengaruhi nilai kekuatan ikatan geser antara anasir gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yaitu jenis anasir gigi tiruan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu anasir gigi tiruan porselen. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa semua sampel kelompok TP maupun BP terpisah secara sempurna dan mengalami kegagalan adhesif yaitu tidak terdapat sisa basis gigi tiruan pada ridge lap anasir gigi tiruan ketika terlepas antara anasir gigi tiruan dengan basisnya. Dari hasil pengujian pada kelompok VP terdapat satu sampel yang mengalami kegagalan kohesif yaitu terdapat

Universitas Sumatera Utara

72

sisa basis gigi tiruan pada ridge lap anasir gigi tiruan ketika terlepas antara anasir gigi tiruan dengan basisnya. Adanya perbedaan modulus elastisitas yang cukup besar antara anasir gigi tiruan porselen dengan basis gigi tiruan dapat menyebabkan keretakan gigi tiruan pada daerah sekitar dasar anasir gigi tiruan porselen. Selain itu, anasir gigi tiruan porselen memiliki sifat brittle sehingga pada saat dilakukan pengujian mudah terjadi fraktur.9

Kelemahan dari penelitian ini adalah kemungkinan adanya udara yang terperangkap karena posisi penanaman anasir gigi tiruan dari model sampel di dalam kuvet yang tertanam secara keseluruhan di dalam gips keras sehingga menutupi lubang retensi mekanis pada bagian mesial dan distal yang telah dibuat yang juga sebagai jalan keluar udaranya. Selain itu, pada saat pembuatan sampel kemungkinan terdapat sisa wax maupun cold mould seal yang tidak terlihat yang masuk ke dalam retensi T-shaped diatoric hole yang telah dibuat. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan kekuatan ikatan.

Universitas Sumatera Utara

73

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai rerata ± SD kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast yaitu sebesar (29,677 ± 0,741 MPa), kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS yaitu sebesar (24,276 ± 1,602 MPa) dan kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone yaitu sebesar (21,614 ± 0,838 MPa). 2. Nilai rerata ± SD kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Valplast yaitu sebesar (17,210 ± 0,591 MPa), kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek TCS yaitu sebesar (14,602 ± 0,309 MPa) dan kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan basis gigi tiruan nilon termoplastik merek Biotone yaitu sebesar (13,128 ± 1,000 MPa). 3. Terdapat perbedaan kekuatan ikatan geser yang bermakna antar kelompok anasir gigi tiruan akrilik posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik berdasarkan uji Anova satu arah dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). 4. Terdapat perbedaan kekuatan ikatan geser yang bermakna antar kelompok anasir gigi tiruan porselen posterior dengan berbagai merek basis gigi tiruan nilon termoplastik berdasarkan uji Anova satu arah dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05).

6.2 Saran 1. Perlu diperhatikan posisi penanaman anasir gigi tiruan dari model sampel yang tertanam di dalam gips keras dalam kuvet agar tidak menutupi jalan keluar udara ketika bahan nilon diinjeksikan sehingga tidak ada udara yang terperangkap.

Universitas Sumatera Utara

74

2. Perlu diperhatikan pada saat pembuatan sampel kemungkinan terdapat sisa wax yang tidak terlihat yang masuk ke dalam retensi T-shaped diatoric hole yang telah dibuat. Disarankan untuk menggunakan wax removal ketika pembersihan agar tidak ada wax yang tersisa.

Universitas Sumatera Utara

75

DAFTAR PUSTAKA

1.

Wyatt L, Chris C. The effect of prosthodontic treatment on alveolar bone

loss: A review of the literature. J Prosthet Dent 1998; 80(3): 362-6. 2.

World

Health

Organization

(WHO).

Oral

health.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/. (April 2012). 28 November 2017. 3.

Balitbang Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.

Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. 4.

Carr AB, Browman DT. McCracken’s Removable Partial Prosthodontics.

12th ed. Canada: Elsevier, 2011: 3-5, 103-12. 5.

Yunanto MYA, Adhani R, Widodo. Frekuensi terjadinya gingivitis pada

pemakai gigi tiruan sebagian lepasan. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi 2016: I(2): 209-13. 6.

Kitao N, Kakimoto K, Masuda T, et al. Mechanical properties of

artificial porcelain denture teeth. J Osaka Dent Univ 2005; 49(2): 245-251. 7.

Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers,

2003:5-8, 181, 378. 8.

Zarb G A, Bolender C L. Prosthodontic treatment for edentulous

patients; completedentures and implant - supported prostheses. 12th ed. Philadelphia: Mosby, 2004: 190-7. 9.

McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed. London:

Blackwell, 2008: 9, 110-2, 133-5. 10.

Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nd ed. New Delhi: Jaypee

Brothers Medical Publishers, 2004: 99-101,122-8, 131-2, 348-50, 375-6. 11.

Kohli S, Bhatia S. Poliamide in dentistry. Int J Sci Study 2013; 1(1): 20-

12.

Cunningham JL. Bond strength of denture teeth to acrylic bases. J Dent

5.

1993; 21 (5): 274-80.

Universitas Sumatera Utara

76

13.

Vojdani M, Giti R. Polyamide as a denture base material: A Literature

Review. J Dent Shiraz Univ Med Sci 2015; 16(l):1-9. 14.

Fueki K, Ohkubo C, Yatabe M, et al. Clinical application of removable

partial dentures using thermoplastic resin-part I: Definition and indication of nonmetal clasp dentures. J Prosthodont Res 2014; 58: 3-10. 15.

Katsumata Y, Hojo S, Hamamo N, et al. Bonding strength of

autopolymerizing resin to nylon denture base polymer. Dent Mater J 2009; 28(4); 409-418. 16.

Jang DE, Lee Jy, Jang HS, Son Mk. Color stability, water sorption and

cytotoxicity of thermoplastic acrylic resin for non metal clasp denture. J Adv Prosthodont 2015; 7: 278-87. 17.

Radford DR, Juszczyk AS, Clark RK. The bond between acrylic resin

denture teeth and the denture base: recommendations for best practice. Br Dent J 2014; 216(4): 165-7. 18.

Palitsch A, Hannig M, Ferger P, Balkenhol M. Bonding of acrylic denture

teeth to MMA/PMMA and light-curing denture base materials: the role of conditioning liquids. J Dent 2012; 40(3): 210-21. 19.

Sharma A, Shashidhara HS. A review: Flexible removable partial

dentures. IOSR-JDMS 2014; 13(12): 58-62. 20.

Patil SB, Naveen BH, Patil NP. Bonding acrylic teeth to acrylic resin

denture bases : a review. Gerodontology 2006: 23;131-9. 21.

Cunningham JL, Benington IC. Bond strength variation of synthetic teeth

in dentures. Int J Prosthodont 1995; 8: 69-72. 22.

Vallittu PK. Bonding of resin teeth to the polymethyl metacrylate denture

base material. Acta Odontol Scand 1995; 53: 99-104. 23.

Corsalini M, Venere D, Pettine F, et al. A comparison of shear bond

strength of ceramic and resin denture teeth on different acrylic resin bases. Open Dent J 2014; 8: 241-250.

Universitas Sumatera Utara

77

24.

Khalaf BS, Abdulsahib AJ, Abass SM. Bond strength of acrylic teeth to

heat cure acrylic resin and thermoplastic denture base materials. J Kerbala Univ 2011; 9(4): 35-44. 25.

Van Der Poel NO. 2014. Mechanical retention of acrylic teeth onto a

pure nylon base. Thesis. Faculty of health and wellness sciences. Cape Peninsula University of Technology. 26.

Singh K, Gupta N. Injection moulding technique for fabrication of

flexible prosthesis from flexible thermoplastic denture base materials. World J Dent 2012; 3(4): 303-307. 27.

Saavedra G, Valandro LF, Leite FP, et al. Bond strength of acrylic teeth

to denture base resin after various surface conditioning methods before and after thermocycling. Int J Prosthodont 2007; 20(2); 199-201. 28.

Vergani CE, Machado AL, Giampaolo ET, Pavarina AC. Effect of surface

treatments on the bond strength between composite resin and acrylic resin denture teeth. Int J Prosthodont 2000; 13: 383-6. 29.

Cunningham JL. Shear bond strength of resin teeth to heat-cured and

light-cured denture base resin. J Oral Rehabil 2000; 27: 312-6. 30.

Sarandha DL. Textbook of complete denture prosthodontics. New Delhi:

Jaypee Brothers Medical Publishers, 2007: 103-7. 31.

O’Brein WJ. Dental materials and selection. 3rd ed. Chicago:

Quinstessence Publishing Co.Inc, 2003: 367-8. 32.

Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Philips Science of dental materials.

12th ed. India: Elsevier, 2012 : 48, 55, 93, 99-100, 107-8, 475-490. 33.

Utami M, Febrida R, Djustiana N. The comparison of surface hardness

between thermoplastic nylon resin and heat-cured acrylic resin. Padjadjaran J Dent 2009; 21(3): 200-3. 34.

Fueki K, Ohkubo C, Yatabe M, Arakawa I, Arita M, Ino S, et al. Clinical

application of removable partial dentures using thermoplastic resin-Part II: material properties and clinical features of non-metal clasp dentures. J Prosthodont Res 2014; 58: 71–84.

Universitas Sumatera Utara

78

35.

Negrutiu M, Sinescu C, Romanu M, et al. Thermoplastic resins for

flexible framework removable partial denture. TMJ 2005; 55(3); 295-9. 36. evolution

Shah J, Bulbule N, Kulkarni S, Shah R, Kakade D. Comparative of

sorption,

solubility

and

microhardness

of

heat

cure

polymethylmethacrylate denture base resin & flexible denture base resin. J Clin Diagn Res 2014; 8(8): 9-12. 37.

Thakral GK, Aeran H. Yadav B, Thakral R. Flexible partial dentures – A

hope for the challenge mouth. Peoples J Sci Res 2012; 5(2): 55-9. 38.

Ali AM, Raghdaa KJ. Evaluation and comparison of the effect of

repeated microwave irradiations in some mechanical and physical properties of heat cure acrylic resin and valplast (nylon) denture base material. J Bagh Coll Dentistry 2011; 23(3): 6-10. 39.

Soygun K, Bolayir G, Boztug A. Mechanical and thermal properties of

polyamide versus reinforced PMMA denture base materials. J Adv Prosthodont 2013; 5: 153-60. 40.

Gladstone S, Sudeep S, Kumar GA. An evaluation of the hardness of

flexible denture. Health Science 2012; 1(3): 1-8. 41.

Abuzar MA, Bellur S, Duong N, Kim BB, Lu P, Palfreyman N, et al.

Evaluating surface roughness of a polyamide denture base material in comparison with poly(methyl methacrylate). J Oral Sci 2010; 52(4): 577-81. 42.

Sakaguchi RL, Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials. 13rd

ed. United States: Elsevier, 2012 : 40-1. 43.

Takabayashi Y. Characteristic of denture thermoplastic resin for non-

metal clasp denture. Dent Mater J 2010; 29(4): 353-61. 44.

Nasution H, Kamonkhantikul K, Arksornnukit M, Takahashi H. Pressure

transmission area and maximum pressure transmission of different thermoplastic resin denture base materials under impact load. J Prosthodont Res 2017; 402: 1-6. 45.

Instruction for Injecting TCS Unbreakable, TCS, Inc., Signal Hill, CA.

https://tcsdentalinc.com/pages/dental-professionals_2

Universitas Sumatera Utara

31

46.

Biotone,

Denken-Highdental

Co.,

Ltd.,

Kyoto,

Japan.

http://www.kdf.co.jp/english/materials/m05/m05_4 47.

Lang R, Kolbeck C, Bergmann R, et al. Bond of acrylic teeth to different

denture base resins after various surface-conditioning methods. Clin Oral Invest 2012; 16: 319-23. 48.

Hanafiah, KA. Rancangan Percobaan: Teori dan aplikasi. Edisi 3. Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2014: 1-17. 49.

Matsumoto H, Watanabe S, Hanada S. Beta TiNbSn Alloys with Low

Young’s Modulus and High Strength. Mater Trans 2005; 46(5): 1070-8. 50.

Zuckerman GR. A reliable method for securing anterior denture teeth in

denture bases. J Prosthet Dent 2003; 89: 603–607. 51.

Bragaglia, L.E., Prates, L.H.M. & Calvo, M.C.M. The role of surface

treatments on the bond between acrylic denture base and teeth. Braz Dent J 2009; 20(2):156-161. 52.

Singh JP, Dhiman RK, Bedi R, Girish SH. Flexible denture base

material: A viable alternative to conventional acrylic denture base material. Contemp Clin Dent 2011; 2: 313-7.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 Surat Keterangan Ethical Clearance

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Unit Jasa Industri Dental FKG USU

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Laboratorium Magister Teknik Mesin USU

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Laboratorium Biokimia FMIPA USU

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Konsultasi Uji Statistik

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6 Analisis Statistika Kekuatan Ikatan

Descriptives Kekuatan_Ikatan N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound

Minimum

Maximum

BA

4

21,61416

,838176

,419088

20,28043

22,94788

20,808

22,367

TA

4

24,27566

1,602194

,801097

21,72621

26,82511

23,037

26,546

VA

4

29,67655

,740900

,370450

28,49761

30,85548

28,707

30,440

12

25,18879

3,648942

1,053359

22,87036

27,50722

20,808

30,440

Total

Descriptives Kekuatan_Ikatan N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound

Minimum

Maximum

BP

4

13,12821

1,000352

,500176

11,53643

14,71999

11,877

14,201

TP

4

14,60190

,309031

,154516

14,11016

15,09364

14,333

15,003

VP

4

17,20960

,591250

,295625

16,26879

18,15041

16,736

18,063

12

14,97990

1,871075

,540133

13,79108

16,16873

11,877

18,063

Total

Tests of Normality Kelompok

a

Kolmogorov-Smirnov Statistic

BA BP TA Kekuatan_Ikatan TP VA VP a. Lilliefors Significance Correction

df

Shapiro-Wilk Sig.

Statistic

df

Sig.

,296

4

.

,793

4

,091

,176 ,256 ,257 ,184 ,306

4 4 4 4 4

. . . . .

,985 ,861 ,908 ,974 ,857

4 4 4 4 4

,930 ,263 ,470 ,866 ,250

Universitas Sumatera Utara

Oneway (VA, TA, BA) Test of Homogeneity of Variances Kekuatan Ikatan Levene Statistic

df1

1,089

df2

Sig.

2

9

,377

ANOVA Kekuatan_Ikatan Sum of Squares Between Groups Within Groups Total

Df

Mean Square

135,007

2

67,504

11,455

9

1,273

146,463

11

F 53,034

Sig. ,000

Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: Kekuatan_Ikatan (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference (I-J)

Std. Error

Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound

BA

LSD

TA

VA

Upper Bound

TA

-2,661507

*

,797757

,009

-4,46616

-,85686

VA

-8,062391

*

,797757

,000

-9,86704

-6,25774

2,661507

*

,797757

,009

,85686

4,46616

-5,400884

*

,797757

,000

-7,20554

-3,59623

8,062391

*

,797757

,000

6,25774

9,86704

5,400884

*

,797757

,000

3,59623

7,20554

BA VA BA TA

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Universitas Sumatera Utara

Oneway (VP, TP, BP) Test of Homogeneity of Variances Kekuatan Ikatan Levene Statistic

df1

2,435

df2

Sig.

2

9

,143

ANOVA Kekuatan Ikatan Sum of Squares Between Groups Within Groups Total

Df

Mean Square

34,173

2

17,086

4,337

9

,482

38,510

11

F 35,454

Sig. ,000

Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: Kekuatan_Ikatan (I) Kelompok

(J) Kelompok

Mean

Std. Error

Sig.

Difference (I-J)

Lower Bound

Upper Bound

,015

-2,58414

-,36324

,490880

,000

-5,19184

-2,97094

*

,490880

,015

,36324

2,58414

-2,607701

*

,490880

,000

-3,71815

-1,49725

4,081389

*

,490880

,000

2,97094

5,19184

2,607701

*

,490880

,000

1,49725

3,71815

-1,473688

*

,490880

VP

-4,081389

*

BP

1,473688

VP BP

TP BP

LSD

TP

VP TP

95% Confidence Interval

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Universitas Sumatera Utara

More Documents from "Nancy Amelia Rosa"

16481-31320-1-sm.pdf
November 2019 6
140600110.pdf
November 2019 8
Chapter Ii (2).pdf
November 2019 5
16481-31320-1-sm.pdf
December 2019 4