14. E Journal

  • Uploaded by: Nabil Sangga Buana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 14. E Journal as PDF for free.

More details

  • Words: 3,176
  • Pages: 15
EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI ANTIJMUR TERHADAP Candida albicans Rumaisha Alkatiri1, Sri Vitayani Muchtar2, Arni Isnaini3 Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran UMI Email: [email protected]

ABSTRAK Latar Belakang : Spesies Candida adalah patogen jamur yang paling sering. Candida adalah salah satu infeksi nosokomial yang paling penting di seluruh dunia. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans yaitu kandidiasis. Kandidiasis dapat bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru-paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia (darah), endokarditis (jantung) dan meningitis (otak). Kandidiasis dapat ditemukan di seluruh dunia dengan sedikit perbedaan variasi penyakit. Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengindetifikasi efektifitas senyawa kimia dari esktrak tanaman yang dapat digunakan sebagai agen antijamur yang dapat melawan perkembangan Candida spp. Diantara tanaman-tanaman herbal tersebut, yang mempunyai efek antijamur adalah bawang putih. Tujuan : Untuk megetahui efektivitas dari ekstrak bawang putih sebagai antijamur terhadap Candida albicans dengan mengukur diameter zona hambat minimal yang terbentuk. Metode : Penelitian menggunakan metode eksperimental; mengambil ekstrak bawang putih dengan kadar 25%, 50%, 75%, dan 100% yang kemudian diteteskan pada medium agar pertumbuhan biakan jamur Candida albicans diukur diameter zona hambat minimal yang terbentuk dan membandingkannya dengan kontrol positif ketoconazole 2%. Hasil : Bawang putih yang telah diekstrak, pada konsentrasi 25% tidak terbentuk zona hambat, pada konsentrasi 50% terbentuk zona hambat sebesar 7 mm, pada konsentrasi 75% ialah 11 mm, pada konsentrasi 100% terbentuk zona hambat sebesar 30 mm. Tiga dari empat konsentrasi tersebut memiliki zona hambat yang lemah. Dibandingkan konsentrasi 100% yang memiliki zona hambat kuat. Pada kontrol positif menggunakan ketoconazole 2% didapatkan zona hambat 41 mm bersifat kuat. Kesimpulan : Ekstrak bawang putih pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% pada menunjukkan hasil dengan zona hambat lemah, sedangkan pada konsentrasi 100% menunjukkan hasil dengan zona hambat kuat. Kata Kunci : ekstrak bawang putih, efektivitas, antijamur, infeksi, Candida albicans

Pendahuluan 1. Latar Belakang Spesies Candida adalah patogen jamur yang paling sering. Candida adalah salah satu infeksi nosokomial yang paling penting di seluruh dunia dengan angka morbiditas, mortalitas dan pembiayaan kesehatan yang bermakna. 1 Candida albicans adalah suatu jamur uniseluler yang merupakan flora normal rongga mulut, usus besar dan vagina. Dalam kondisi tertentu, Candida albicans dapat tumbuh berlebih dan melakukan invasi sehingga menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau kekebalannya tertekan. 2 Salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans yaitu kandidiasis. Kandidiasis dapat bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru-paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia (darah), endokarditis (jantung) dan meningitis (otak). 3 Kandidiasis dapat ditemukan di seluruh dunia dengan sedikit perbedaan variasi penyakit, misalnya kandidiasis interdigitalis lebih sering terdapat di daerah tropis, sedangkan kandidiasis kuku atau onikomikosis kandida umumnya terdapat di daerah beriklim dingin. Insiden penyakit sama pada pria dan wanita. Penyakit dapat mengenai semua usia namun kejadian meningkat pada bayi dan orang tua. Kandidiasis oral dapat ditemukan pada 5% bayi dan pada 10% orang tua. Kandidiasis superficial dan sistemik dapat ditemukan pada pasien imunokompromais, atau mengalami perawatan lama di rumah sakit, dan riwayat penggunaan antibiotik. Onikomikosis kandida jarang terjadi, yaitu sekitar 15%. Penyakit lainnya adalah kandidiasis vulvovaginalis (KVV). Angka kejadiannya sekitar 5-15%, terutama pada wanita usia reproduktif aktif. Sebanyak 75% wanita pernah terkena penyakit ini setidaknya sekali dalam sehidupnya. 4 Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengindetifikasi efektifitas senyawa kimia dari esktrak tanaman yang dapat digunakan sebagai agen antijamur yang dapat melawan perkembangan Candida spp. Diantara tanaman-tanaman herbal tersebut, yang mempunyai efek antijamur adalah bawang putih. 5 Bawang putih (Allium sativum) telah digunakan di bidang kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit selama lebih dari 4000 tahun. Bawang putih juga memiliki khasiat sebagai antifungi karena kandungan senyawa sulfur organi. Zat aktif pada bawang putih, yaitu alisin, diduga dapat digunakan sebagai antifungal terhadap pertumbuhan berbagai jamur patogen, terutama Candida albicans. Bawang putih memiliki kandungan alicin (suatu antibiotik kuat), namun karena ketersediaan hayati yang rendah maka alicin tidak digunakan secara umum untuk pemakaian oral.

Komponen kimia lain penyusun bawang putih meliputi alicin, ajoene, berbagai jenis enzim, vitamin B, berbagai mineral dan flavonoid. 5 2. Rumusan Masalah Bagaimana efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) sebagai antijamur terhadap Candida albicans? 3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) sebagai antijamur terhadap Candida albicans. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui diameter zona hambat minimal ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 25% terhadap Candida albicans. 2) Mengetahui diameter zona hambat minimal ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 50% terhadap Candida albicans. 3) Mengetahui diameter zona hambat minimal ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 75% terhadap Candida albicans. 4) Mengetahui diameter zona hambat minimal ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 100% terhadap Candida albicans. 5) Membandingkan diameter zona hambat minimal ekstrak bawang putih terhadap Candida albicans dengan penggunaan ketoconazole 2%. 4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Institusi Kesehatan Sebagai sumber informasi dan dapat dijadikan bahan bacaan bagi instansi kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit maupun dinas kesehatan pemerintah. 1.4.2 Bagi Peneliti Sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan serta pengembangan terkhusus dalam bidang penelitian. 1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan a. Memberikan alternatif antijamur yang lebih efektif, murah, aman, dan alami untuk pengobatan infeksi Candida albicans. b. Memberikan informasi masyarakat mengenai pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. c. Dapat menjadi sumber informasi dan bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.

2. Hipotesis H0 : Tidak ada kolerasi yang signifikan antara bawang putih sebagai antijamur terhadap Candida albicans H1 : Ada kolerasi yang signifikan antara bawang putih sebagai antijamur terhadap Candida albicans

3. Metode dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah true experimental post test dengan menggunakan metode disc diffusion untuk melihat efektifitas ekstrak bawang putih sebagai antijamur terhadap Candida albicans.

4. Tempat dan Waktu Penelitian 4.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. 4.2 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2019. 5. Bahan yang diuji Bawang putih (Allium sativum) yang telah diekstraksi. 6. Sampel Mikroba Mikroba Candida albicans diisolasi pada media SDA (Saboroud Dextrose Agar), dan diinkubasi pada suhu 36°C selama 24 jam. 7. Identifikasi Variabel 7.1 Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. 7.2 Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jamur Candida albicans. 7.3 Variabel Kontrol Antifungal ketoconazole 2% topikal sebagai kontrol positif dan pelarut aquades sebagai kontrol negatif . 8. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 8.1 Kriteria Inklusi 1. Umbi bawang putih berbentuk hampir bundar 2. Memiliki selaput tipis serupa kertas berwarna agak putih 3. Tiap siung diselubungi oleh 2 selaput serupa kertas, yang mudah dikupas 8.2 Kriteria Eksklusi

1. Bawang putih yang memiliki bentuk tidak rata, berlubang, dan berwarna coklat yang menandakan bawang putih sudah rusak 2. Bawang putih yang telah terinfeksi dengan jamur 3. Permukaan medium serta paper disk yang rusak. 9. Defenisi Operasional 1. Candida albicans : kumpulan sel jamur yang menonjol diatas permukaan media Saboroud Dextrose Agar, yang umumnya berbentuk bulat, dengan permukaan halus dan licin, berwarna putih kekuningan dan berbau khas (ragi). 2. Ekstrak bawang putih : adalah sari bawang putih yang dimaserasi dengan etanol 96%, disaring, dan diuapkan, kemudian diencerkan untuk mendapatkan berbagai konsentrasi ekstrak yang diinginkan dalam penelitian. 3. Ketokonazol 2% : adalah ketokonazol sediaan krim yang memiliki aktivitas antimikotik terhadap Candida albicans. 4. Daya Hambat Sensitif : keadaan dimana zat antijamur dapat menghambat pertumbuhan mikroba ditandai dengan zona hambatan yang terbentuk ≥ 15 mm. 5. Daya Hambat Intermediet : keadaan dimana zat antijamur dapat menghambat mikroba ditandai dengan zona hambatan yang terbentuk 13-14 mm. 6. Daya Hambat Resisten : keadaan dimana zat antijamur tidak dapat menghambat mikroba tertentu yang memiliki daya tahan lebih kuat ditandai dengan zona hambatan yang terbentuk ≤ 12 mm. 10. Hasil Penelitian 10.1 Efek Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Candida albicans Mikroba Candida albicans

Hasil Interpretasi

Control ()

Control (+)

Konsentrasi Ekstrak Bawang Putih

Aquades

Ketokonazol

25%

50%

75%

-

41mm

-

7mm

11mm

Negatif

Sensitif

Resisten

Resisten

Resisten

Lemah

Kuat

Lemah

Lemah

Lemah

100% 30mm Sensitif

Zona Hambat

Kuat

Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran zona hambat pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih yang

diekstrakkan pada konsentrasi 25% tidak terbentuk zona hambat, pada konsentrasi 50% terbentuk zona hambat sebesar 7 mm, pada konsentrasi 75% terbentuk zona hambat sebesar 11 mm, dan pada konsentrasi 100% ialah 30 mm. Tiga dari empat konsentrasi tersebut memiliki respon penghambatan yang resisten. Konsentrasi 100% didapatkan respon hambatan yang sensitif. Pada kontrol positif ketoconazole 2% didapatkan zona hambat 41 mm, sehingga memiliki respon penghambatan yang sensitive. Sedangkan kontrol negatif tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Interpretasi zona hambat ditentukan berdasarkan acuan tabel interpretasi zona hambat, zona hambat ≤12 mm dikatakan resisten, 13-14 mm intermediate, dan ≥15 mm dikatakan sensitif. 10.2 Pengujian Zona Hambat Pada pengujian zona hambat metode yang digunakan adalah metode difusi menggunakan cara cakram (disc). Pada cara ini, digunakan suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37o C. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa ada atau tidaknya daerah bening yang terbentuk di sekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan jamur.

A

B

Gambar 5.1. Kontrol Positif (A) dengan menggunakan ketokonazole 2% menunjukkan hasil dengan interpretasi Sensitif sebab terbentuk zona hambat 41 mm, sedangkan kontrol negatif (B) menunjukkan hasil yang negatif sebab tidak adanya terbentuk zona hambat jamur.

Gambar 5.2 Ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 25% tidak terbentuk zona hambat dengan interpretasi Resisten

Gambar 5.3 Ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 50% terbentuk zona hambat sebesar 7 mm dengan interpretasi Resisten

Gambar 5.4 Ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 75% didapatkan zona hambat sebesar 11 mm dengan interpretasi resisten

Gambar 5.5 Ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 100% didapatkan zona hambat sebesar 30 mm dengan interpretasi Sensitif.

11. Pembahasan Manusia telah memiliki pengetahuan tradisional tentang pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan utama pengobatan telah menjadi bagian dari kebudayaan hampir setiap negara di dunia. Peran tumbuhan sebagai bahan obat sama pentingnya dengan perannya sebagai bahan makanan. Sekarang ini minat masyarakat untuk kembali pada pengobatan tradisional semakin meningkat. Pengobatan dengan ramuan tradisional dirasakan lebih murah dari pada obat kimiawi sintetik. Prosedur pembuatannya pun mudah, mengingat potensi tanaman obat Indonesia yang tinggi dan belum termanfaatkan semuanya. Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat obat adalah bawang putih (Allium sativum L.). Bagian tanaman bawang putih yang paling berkhasiat adalah umbi. Kemampuan bawang putih tunggal ini berasal dari zat kimia yang dikandungnya yaitu allicin. Allicin adalah komponen utama yang berperan memberi aroma bawang putih dan merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman-kuman penyakit (bersifat anti bakteri). Senyawa aktif didalam bawang putih tunggal mempunyai

kemampuan sebagai antijamur (Candida albicans) dan antibakteri. 9,14 Konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan perbedaaan luas zona hambat yang terbentuk. Pemberian ekstrak bawang putih memiliki efek antimikroba terhadap jamur Candida albicans yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat. Adanya zona hambat yang dihasilkan dari pemberian ekstrak bawang putih dapat dihubungkan dengan senyawa yang terkandung yang memiliki aktivitas antijamur yaitu allicin. Senyawa allicin memiliki kemampuan antijamur dengan bergabung bersama protein dan mengubah struktur protein mikroba agar mudah untuk dicerna. Kemampuan bergabung dengan protein itulah yang akan mendukung daya antibiotiknya, karena allicin menyerang protein mikroba dan akhirnya membunuh mikroba tersebut. Allicin juga menunjukkan aktivitas antimikroba dengan menghambat sintesis RNA dengan cepat dan menyeluruh. Selain itu, sintesis DNA dan protein juga dihambat secara partial. 11 Sedangkan ketokonazole merupakan salah satu anti jamur yang digunakan sebagai kontrol positif, menghambat pertumbuhan Candida albicans secara bermakna. Ketokonazole merupakan obat pertama golongan imidazol yang dapat diberikan per oral maupun topikal. Ketokonazol melakukan penghambatan 14 𝛼demethylase, suatu enzim dependen sitokrom P 450 yang sangat diperlukan untuk sintesis ergosterol. Efek ini mengubah permeabilitas membran sel jamur sehingga berakibat pada hilangnya material intraseluler esensial pada jamur. Ketokonazol juga menghambat biosintesis dari trigliserida dan fosfolipid dan menghambat aktivitas enzim oksidase dan perooksidase.16 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak bawang putih mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan kategori resisten sampai sensitif. Berdasarkan klasifikasi dari Universitas Indonesia, konsentrasi ekstrak bawang putih 25%, 50%, dan 75% menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan kategori hambatan lemah. Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi hasil zona hambat dari penelitian dengan metode disc diffusion, faktor ini dapat berasal dari proses ekstraksi bawang putih, medium, mikroba uji, serta pada saat proses perlakuan. Faktor yang berasal dari proses ekstraksi dapat berupa kesalahan prosedur. Faktor yang berasal dari medium yaitu kedalaman dari medium agar, pH, dan suhu penyimpanan dari medium tersebut. Faktor yang berasal dari mikroba ialah jenis mikroba, respon mikroba terhadap sampel yang di uji cobakan, serta asal dari mikroba tersebut, apakah merupakan mikroba biakan atau dari spesimen. Faktor pada saat

proses perlakuan, seperti perbedaan waktu antara inokulasi dan pengaplikasian cakram, kondisi saat inokulasi dan inkubasi, serta adanya kontaminasi pada saat pengujian. 12 Sedangkan pada konsentrasi ekstrak bawang putih 100% menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan kategori hambatan kuat. Faktor yang mempengaruhi ialah karena senyawa allicin yang terdapat pada ekstrak bawang putih 100% lebih banyak dibandingkan konsentrasi lainnya sehingga zona hambatan yang dihasilkan jauh lebih besar. Pada penelitian Andayani,dkk., didapatkan hasil bahwa ekstrak bawang putih mempunyai daya penghambatan terhadap jamur Candida albicans, dimana diameter zona hambat akan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Pada konsentrasi 100% bersifat sensitif kuat, konsentrasi 80% dan 60% bersifat sensitif, konsentrasi 40% bersifat lemah, dan konsentrasi 20% bersifat resisten. Hal ini menandakan bahwa semakin rendah konsentrasi ekstrak etanol bawang putih tunggal (Allium sativum L.) yang digunakan maka zat aktif yang terkandung dalam bawang putih tunggal tersebut menjadi lebih sedikit sehingga zona hambatan yang dihasilkan semakin kecil. 14 Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Khaira,dkk., yaitu pengaruh kombinasi ekstrak petroleum eter bawang putih dengan vitamin c terhadap aktivitas Candida albicans didapatkan pula hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak petroleum eter bawang putih, maka semakin tinggi pula zona hambat yang terbentuk. Ekstrak petroleum eter bawang putih dapat menghambat jamur Candida albicans pada konsentrasi 50%, 75%, dan 100% didapatkan hasil dengan kategori kuat sedangkan konsentrasi 25% dan 10% tidak terdapat zona hambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brook et al., yang menyatakan bahwa efektifitas suatu zat antimikroba dipengaruhi oleh konsentrasi zat tersebut. Meningkatnya konsentrasi ekstrak dapat menyebabkan meningkatnya kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai antimikroba sehingga kemampuannya dalam menghambat suatu mikroba juga akan semakin besar.15 Berdasarkan penelitian Aras Utami, Uji banding efektivitas perasan umbi bawang putih (Allium sativum L.) 25% dengan ketokonazol 2% terhadap pertumbuhan Candida albicans pada kandidiasis vaginalis membuktikan bahwa secara in vitro bawang putih yang dibuat sebagai perasan dengan konsentrasi 25% memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada kandidiasis vaginalis. Hal ini disebabkan kemungkinan telah terjadi resistensi terhadap ketokonazol 2% atau dapat pula dikarenakan konsentrasi ketokonazol yang

digunakan dalam penelitian ini kurang adekuat dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans.16 Pada penelitian ini ekstrak bawang putih dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula daya hambatnya terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Namun hasil penelitian ini tidak bersesuaian dengan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya yang membuktikan bahwa ekstrak bawang putih dengan metode disc diffusion dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan kategori sensitif pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75%. 12. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini mempunyai keterbatasan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu : 1. Faktor yang berasal dari pembuatan ekstrak, seperti adanya kontaminasi yang dapat mempengaruhi hasil ekstrak. 2. Faktor pada saat proses perlakuan, seperti kondisi saat inokulasi dan inkubasi, serta adanya kontaminasi pada saat pengujian. 3. Faktor yang berasal dari mikroba, seperti jenis mikroba dan respon mikroba terhadap sampel yang diuji cobakan. 13. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Ekstrak bawang putih (Allium sativum) pada konsentrasi 25% menunjukkan hasil tidak terbentuk zona hambat minimal dengan interpretasi resisten, menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan efektifitas lemah. 2. Ekstrak bawang putih (Allium sativum) pada konsentrasi 50% menunjukkan hasil terbentuk zona hambat minimal sebesar 7 mm dengan interpretasi resisten, menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan efektifitas lemah. 3. Ekstrak bawang putih (Allium sativum) pada konsentrasi 75% menunjukkan hasil terbentuk zona hambat minimal sebesar 11 mm dengan interpretasi resisten, menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan efektifitas lemah. 4. Ekstrak bawang putih (Allium sativum) pada konsentrasi 100% menunjukkan hasil terbentuk zona hambat minimal sebesar 30 mm dengan interpretasi sensitif, menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan efektifitas kuat. 5. Ketokonazol 2% menunjukkan hasil terbentuk zona hambat minimal sebesar 41 mm dengan interpretasi sensitif, lebih kuat

dibanding konsentrasi tertinggi dari ekstrak bawang putih yaitu 100%. 14. Saran Setelah dilakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans, maka disarankan bila akan melakukan penelitian selanjutnya: 1. Dalam melakukan penelitian sebaiknya peneliti menggunakan dua replikasi dalam setiap sampel konsentrasi. 2. Melakukan uji aktivitas antijamur ekstrak bawang putih (Allium sativum) dengan menggunakan metode ekstraksi yang lain. 3. Melakukan penelitian untuk membuat sediaan farmasi ekstrak bawang putih yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anaissie, E.J. The Changing Epidemiology of Candida Infection. 31 Mei 2008 : 2-6 ; 10-15. 2. Kumalasari, E. & Sulistyani, N. Aktivitas antifungi ekstrak etanol batang binahong ( Anredera cordifolia ( Tenore ) Steen .) terhadap Candida albicans s. J. Ilm. Kefarmasian 1, 51–62 (2011). 3. Brooks, G. F., Butel, J. S. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 4. FKUI. Dermatomikosis Superfisialis Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : FKUI ; 2013 5. Cholis N. 2010, Ensiklopedia Obat-Obatan Alami, Semarang: Bengawan Ilmu. 6. Lestari, P. E. Peran faktor virulensi pada patogenesis infeksi. Stomatognatic (J.K.G Unej) 7, 113–117 (2010). 7. Komariah, R. S. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol XXVIII No.1 Januari - Maret Tinjauan Pustaka Kolonisasi. Maj. Kedokt. XXVIII, (2012). 8. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ketiga, Jakarta, FK UI, 1999 : 103-6 
Magdalena, M. Candida albicans (2009) 9. Hernawan, U. E. & Setyawan, A. D. Review: Senyawa Organosulfur Bawang Putih ( Allium sativum L.) dan Aktivitas Biologinya. biofarmasi 1, 65–76 (2013). 10. Hutapea J.R. Allium Sativum, Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. 2010 
 11. Sulistyorini, Arsinta. Potensi antioksidan dan antijamur ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum Linn.) dalam beberapa pelarut organik. 2015. 12. Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 13. Underwood, A. L dan Day A. R. 2012. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. 14. Andayani, D. Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Putih Tunggal ( Allium Sativum L .) terhadap Jamur ( Candida Albicans ). farmasi 2, (2013). 15. Khaira, N. et al. Pengaruh Kombinasi Ekstrak Petroleum Eter Bawang Putih (Allium sativum Linn.) Dengan Vitamin C Terhadap Aktivitas Candida albicans. 16, 11–12 (2016). 16. Utami, A. Uji Banding Efektivitas Perasan Umbi Bawang Putih (Allium sativum Linn.) 25% Dengan Ketokonazol 2% Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Pada Kandidiasis Vaginalis. farmasi (2008). 17. Nigsih A. Aktivitas antibakteri fraksi aktif ekstrak metanol daun pegagan (Centella asiatica) terhadap Staphylococcus aureus. Malang; 2015.

Related Documents


More Documents from "Lisa Truttman"