13406_seleksi Telur Tetas-belom Fix.docx

  • Uploaded by: alga
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 13406_seleksi Telur Tetas-belom Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,041
  • Pages: 20
MAKALAH TEKNOLOGI PENETASAN SELEKSI TELUR TETAS

Oleh : Ira Rania

200110160017

Deni Sofyan

200110170180

Lutfi A Fauzan

200110170007

Alga Dinullah

200110170185

M Fajar Ramadhan

200110170014

Daffi Naufal A

200110170195

Vegy Syahrial

200110170156

Pelangi Ananda

200110170223

Syahrul Ramdhani

200110170170

M Fulki Hanifan

200110170298

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2019 1

KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jatinangor, 28 Maret 2019

Penyusun

2

DAFTAR ISI BAB

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2 DAFTAR ISI................................................................................................... 3 I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4 1.1 Latar belakang ....................................................................................... 4 1.2 Tujuan.................................................................................................... 5 II. KAJIAN KEPUSTAKAAN ..................................................................... 5 III. PEMBAHASAN ...................................................................................... 11 3.1 Berat Telur .......................................................................................... 11 3.2 Bentuk Telur ....................................................................................... 13 3.3 Kualitas Kerabang............................................................................... 14 3.4 Kebersihan Kerabang .......................................................................... 14 3.5 Warna Kerabang ................................................................................. 16 3.6 Kualitas Telur Tetas ............................................................................ 18 IV. PENUTUP ................................................................................................ 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur tetas merupakan telur fertil atau telah dibuahi, dihasilkan oleh peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam komersial yang digunakan untuk penetasan. Telur tetas yang digunakan dalam proses penetasan adalah telur yang telah diseleksi. Syarat telur tetas yang baik yaitu sehat dan produktivitasnya tinggi, umur telur dan kualitas fisik telur (bentuk, berat, keadaan kerabang) (Suprijatna, dkk, 2005). Kualitas telur tetas tergantung dari kualitas induk, kualitas pakan yang dikonsumsi, kondisi kesehatan ayam, week production, dan suhu (Kholis dan Sitanggang, 2001). Ayam yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umumnya tidak memiliki pejantan dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi, berbeda dengan ayam petelur yang dipelihara untuk tujuan telur tetas, di dalam kandang perlu ada pejantan dimaksudkan agar telur yang dihasilkan dapat dibuahi atau fertil, sebab telur yang tidak fertil tidak akan menetas. Saat akan menyeleksi telur tetas yaitu ukuran besar telur 50 g sampai 65 g, bentuk telur normal, warna kulit telur agak gelap, tebal cangkang 0,33 mm - 0,35 mm, dan nilai Haugh Unit yaitu >80 (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). 1.2 Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seleksi telur. 2. Mengetahui cara menyeleksi telur tetas

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan upaya dalam mempertahankan populasi maupun memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta dapat menghasilkan DOC yang berkualitas baik.Penetasan dapat dilakukan baik secara alami maupun buatan.Tingkat keberhasilan antara penetasan alami dan penetasan buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, jika faktor yang berpengaruh pada daya tetastelur penetasan buatan kurang diperhatikan tidak memungkinkan daya tetas pada penetasan buatan yang diharapkan dapat lebih baik maka bias justru lebih buruk dari penetasan alami. Keberhasilan penetasan buatan tergantung banyak faktor antara lain telur tetas, mesin tetas dan tata laksana penetasan (Suprijatna et al., 2010). Proses penetasan telur secara alami yaitu telur dierami oleh induknya untuk ditetaskan dengan melakukan berbagai persiapan dan perlakuan yang nantinya dibutuhkan oleh telur itu sendiri. Persiapan dan perhatian yang diperlukan untuk penetasan alami adalah sarang pengeraman. Bentuk sarang pengeraman mempengaruhi daya tetas telur (Cahyono, 2007). 2.1.1. Telur tetas ayam Telur tetas merupakan telur yang dapat ditetaskan untuk digunakan sebagai bibit yang baik dalam bidang perunggasan, karena telur tetas termasuk peranan yang penting dalam alur peternakan unggas juga sebagai awal yang menentukan kualitas DOC. Telur tetas adalah telur yang dihasilkan oleh induk ayam yang telah dikawini oleh pejantannya, hal ini memiliki daya tetas yang cukup tinggi (Sudradjad, 1995). Telur yang baik berbentuk oval,bentuk telur dipengaruhi oleh factor genetis, setiap induk telur berturutan dengan bentuk yang sama, memiliki bentuk yaitu bulat, panjang, dan lonjong. Namun beberapa induk secara kontiniu bertelur dengan bentuk tidak sempurna, yaitu berbentuk benjol-benjol, ceper, bulat pada ujungnya dan sebagainya. Ketidaksempurnaan bentuk yang sama akan ditemukan pada setiap telur yang dihasilkan induk, beberapa diantaranya bersifat genetis dan yang lainya karena ketidaknormalan oviduk (Suprijatna et al., 2010). 2.1.2. Seleksi telur tetas Selama menjalankan manajeman penetasan diperlukan penyeleksian telur tetas, karena jika telur tetas yang tidak sesuai dengan kriteria telur yang dapat ditetaskan/ memiliki daya tetas yang 5

tinggi tetap ditetaskan akan merugikan dan lebih bahayanya akan berdampak ke telur lain yang sesuai kriteria. Telur tetas yang sesuai kriteria dapat ditetaskan / memiliki daya tetas tinggi yaitu: Bentuknya oval, tekstur halus, berukuran sedang, dan cangkang tebal. Bentuk dari telur juga perlu diperhatikan karena juga dapat mempengaruhi bobot tetas, penyerapan suhu pada telur dengan bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur berbentuk tumpul maupun bulat, hal ini menyebabkan proses metabolisme embrio didalamnya dapat berjalan dengan baik sehingga bobot tetasnya lebih tinggi (North, 1990). Bentuk dari telur juga akan mempengaruhi bobot tubuh DOC, ukuran besar telur berpengaruh pada ukuran besar anak ayam yang baru menetas (Gillespie, 1992). Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan produktifitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi untuk strain atau jenis ayam, umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu, bentuk telur harus normal, sempurna lonjong dan simetris, seragam, berat 35 – 50 gram (Suprijatna, 2005). 2.2. Persiapan Penetasan 2.2.1. Fumigasi mesin tetas Fumigasi mesin tetas merupakan suatu langkah awal yang penting pada proses penetasan telur untuk mencegah timbulnya penyakit menular melalui penetasan. Fumigasi juga salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya tetas telur, oleh karena itu agar proses penetasan berjalan dengan baik perlu perlakuan fumigasi yang tepat. Daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih tinggi dari pada yang tidak (Siregar, 1975). Namun jika jenis desinfektan atau dosisnya terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada embrio, maka dari itu perlu dilakukan pencampuran desinfektan yang sesuai kebutuhan. Bahan yang tepat dipergunakan untuk fumigasi adalah formalin yang dicampur dengan KMnO4, dengan dosis pemakaian 40ml formalin + 20gram KMnO4 digunakan untuk ruangan bervolume 2,83 m3 (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

2.2.2. Fumigasi telur tetas Fumigasi pada telur tetas juga langkah yang penting agar telur terhindar dari bakteri yang bisa mengganggu perkembangan embrio pada proses penetasan. Fumigasi telur sangat penting karena kerabang telur mengandung banyak bakteri maupun parasit karena pada proses penetasan, baik temperatur maupun kelembaban sangat sesuai dengan kebutuhan bakteri dan kapang, sehingga bakteri dan kapang yang hidup pada proses penetasan akan berkembang biak dengan cepat (Mahfudz, L.D., 1998). Fumigasi dilakukan pada saat telur akan diletakan di dalam mesin 6

tetas dengan teknik dan dosis fumigasi yang sesuai, fumigasi telur tetas yang tidak tepat dapat merusak kutikula telur, sehingga penguapan telur dengan densifektan (KMnO4 sebanyak 17,5 gram dan formalin 40% sebanyak 35 ml) merupakan salah satu cara mengurangi kerusakan kutikula (Srigandono, 1997). Fumigasi yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi pertumbuhan embrio, sehingga perlu pelaksanaan fumigasi telur yang tepat. Diantara penyebab embrio mengalami mati dini yaitu karena penyimpanan telur yang kurang baik, terlalu lama dan dosis fumigasi yang terlalu tinggi (Nuryati, 2002).

2.3. Temperatur Mesin Tetas Temperatur mesin merupakan salah satu faktor yang sangat penting pada saat proses penetasan, temperatur yang tidak tepat akan berpengaruh pada rendahnya daya tetas. Telur ayam akan menetas pada penetasan buatan bila tersedia temperatur dalam mesin tetas yang baik pada hari ke – 1 sampai ke – 18 yaitu 101oF (38,33o C) (Paimin, 2012). Setelah hari ke – 18 maka masuk ke persiapan penetasan, maka perlu adanya penurunan temperatur pada mesin. Temperatur yang baik pada saat persiapan penetasan yaitu sebaiknya diturunkan suhunya hingga 98,8oF pada hari ke – 19 hingga hari ke – 21 (Rahayu et al., 2011).

2.4. Kelembaban Mesin Tetas Kelembaban pada saat inkubasi merupakan salah satu faktor yang penting juga selain dari temperatur yang dapat mempengaruhi lancarnya proses penetasan dan sebagai penyebab tinggi rendahnya daya tetas. Kelembaban pada mesin penetasan yang baik pada hari ke – 1 hingga hari ke – 18 yaitu 50 – 60 % (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Kelembaban pada proses penetasan harus diperhatikan agar embrio dalam telur terhindar dari dehidrasi akibat kelembaban yang rendah. Kelembaban juga perlu dinaikan pada saat persiapan penetasan agar DOC tidak dehidrasi. Kelembaban yang baik pada hari ke – 19 sekitar 55 – 60% serta hari ke 20 – 21 kelembaban sekitar 80% (Rahayu et al., 2011).

2.5. Ventilasi Ventilasi yang baik untuk penetasan telur harus sesuai kebutuhan agar sirkulasi udara di dalam mesin berjalan dengan baik, selama proses pengeraman dan penetasan, ventilasi memegang peranan penting sebagai sumber oksigen untuk sirkulasi O2 dan CO2 di dalam mesin. Ventilasi 7

juga menjadi kunci penyeimbang antara kelembaban dan temperatur. Jika ventilasi lancar maka kelembaban bisa berkurang, namun jika ventilasi terhambat maka temperature mesin akan meningkat (Hartono, 2010). Ventilasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan embrio juga dapat menurunkan daya tetas telur, hal ini dikarenakan embrio memerlukan O2 dan mengeluarkan CO2 selama perkembanganya. Apabila gas CO2 ini terlalu banyak, mortalitas embrio akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telurnya rendah (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

2.6. Pemutaran Telur Pemutaran telur bertujuan untuk meratakan temperatur dan kelembaban pada seluruh permukaan yang diterima telur tetas. Pemutaran sebaiknya dilaksanakan 1 kali setiap jam sehingga dalam sehari terdapat 24 putaran dengan kemiringan 45o. Dengan pemutaran yang lebih sering maka telur akan lebih cepat menetas (daya tetas) sehingga kandungan air didalamnya tidak akan banyak hilang yang dapat membuat bobot badan DOC meningkat, dan sebaliknya pemutaran yang tidak sering akan membuat telur tidak cepat menetas (daya tetas) dengan baik, sehingga terjadi penguapan yang berlebihan dan kadar air didalam telur akan berkurang yang dapat membuat bobot badan DOC akan berkurang (North, 1990). Pemutaran telur tetas yang baik dapat menghindarkan dari terjadinya penempelan embrio pada kerabang yang diakibatkan oleh temperatur yang tidak merata, pemutaran dilakukan sampai umur 18 hari selama proses pengeraman (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

2.7. Candling Candling adalah proses peneropongan telur menggunakan cahaya untuk melihat perkembangan embrio dalam telur. Telur infertilakan tampak terang saat candling. Telur yang nampak terang saat proses candling sebenarnya tidak hanya telur infertil saja tetapi juga telur yang embrionya mengalami mati dini, akan tetapi pada proses candling semua telur tampak terang disebut sebagai telur infertil karena penampakannya sama (Nuryati, 2002). Candling dilakukan setelah telur melewati masa kritis pertama. Masa kritis merupakan waktu yang sangat penting dalam proses pembentukan dan perkembangan embrio selama telur ditetaskan. Masa kritis pertama yang terjadi pada hari ke 1 hingga ke 3 setelah telur dimasukkan ke dalam mesin tetas (Sudjarwo, 2012).

8

2.8. Pull Chick Pull chick adalah proses pengeluaran dan pengumpulan DOC dari mesin hatcher ke ruang pull chick. Pulling the hatch adalah proses pengeluaran dan pengumpulan DOC dari mesin hatcher ke ruangan pull chick pada hari ke – 21(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). DOC sebaiknya segera dikeluarkan dari mesin setelah kondisi bulunya sudah kering 95%, kemudian dilakukan seleksi DOC bertujuan untuk mendapatkan anak ayam yang berkualitas baik. Ciri-ciri DOC yang baik yaitu berat badan kurang dari 32 gram, berperilaku gesit, lincah dan aktif mencari makan, kotoran tidak menempel pada dubur, posisi didalam kelompok selalu tersebar, rongga perut elastis, pusar kering tertutup bulu kapas yang halus, lembut dan mengkilap, mata bulat dan cerah (Sudarmono, 2003).

2.9. Daya Tetas Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertile yang ditetaskan (Setiadi, 2000).Daya tetas sangat berpengaruh terhadap kualitas telur tetas, faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah dari breeding farm sendiri dan unit penetasan.Telur yang baik untuk ditetaskan yaitu masa penyimpanan tidak lebih dari 4 hari. Penyimpanan pada hari ke – 4 tidak begitu mengurangi daya tetas telur, akan tetapi waktu penyimpanan lebih dari 4 hari maka daya tetas telur ayam akan turun (Zakaria, 2010). Pemutaran telur juga termasuk hal yang mempengaruhi daya tetas telur. Pemutaran sebaiknya dilaksanakan 1 kali setiap jam sehingga dalam sehari terdapat 24 putaran dengan kemiringan 45o. Dengan pemutaran yang lebih sering maka telur akan lebih cepat menetas (daya tetas) sehingga kandungan air didalamnya tidak akan banyak hilang yang dapat membuat bobot badan DOC meningkat, dan sebaliknya pemutaran yang tidak sering akan membuat telur tidak cepat menetas (daya tetas) dengan baik, sehingga terjadi penguapan yang berlebihan dan kadar air didalam telur akan berkurang yang dapat membuat bobot badan DOC akan berkurang (North, 1990).

9

III PEMBAHASAN Nugroho (2003) menyatakan bahwa bobot telur merupakan ukuran yang sering digunakan dalam memilih telur tetas karena bobot telur adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas sehingga nantinya akan menentukan kualitas pertumbuhan kalkun selanjutnya. Menurut Kurtini dan Riyanti (2003), telur dengan bobot rata-rata atau sedang akan menetas lebih baik daripada telur yang terlalu kecil dan terlalu besar. Telur yang kecil, rongga udaranya akan terlalu besar sehingga telur akan cepat (dini) menetas. Sebaliknya telur yang terlalu besar menyebabkan rongga udara relatif terlalu kecil, akibatnya telur akan terlambat menetas. Bobot telur berkorelasi positif dengan bobot tetas, artinya semakin besar bobot telur, semakin besar bobot tetasnya. 3.1 Berat Telur A. Perbandingan Bobot Telur terhadap Fertilitas Telur Sruktur dan komposisi telur yang hampir sama diduga memengaruhi fertilitas yang tidak nyata. Menurut Nuryati, dkk. (2000), telur tetas memiliki struktur atau bagian-bagian yang masingmasing berperan penting dalam perkembangan embrio hingga menetas, yaitu kerabang telur, selaput kerabang telur, putih telur, kuning telur, tali kuning telur, dan sel benih. Kuning telur dan putih telur merupakan cadangan makanan yang telah tersedia di dalam telur untuk pertumbuhan embrio selama penetasan. Fertilitas yang tidak nyata juga disebabkan oleh perbandingan jantan dan betina yang sama yaitu 1:4, serta ransum yang diberikan dengan kandungan protein 17,4% dan pengaruh musim yang sama menyebabkan kualitas sperma yang dihasilkan dan kemampuannya untuk membuahi relatif sama. Menurut Sudaryanti (1985), ada beberapa hal yang memungkinkan tidak terjadinya pembuahan, diantaranya perbandingan jantan dan betina yang tidak tepat, kebutuhan zat makanan, dan pengaruh musim. Menurut Suryadi (2012), syarat telur tetas kalkun yang baik yaitu telur kalkun dipilih dari indukan yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Rasio jantan dan betina adalah 1:5 sampai dengan 1:8, kerabang telur dipilih yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, kerabang yang tebal akan berakibat sulit untuk pecah saat akan menetas.Bentuk telur dipilih yang oval, jangan terlalu lonjong atau bulat.

10

B.Perbandingan Bobot Telur terhadap Susut Tetas Telur Kerabang telur yang tipis mengakibatkan telur mudah sekali pecah, sedangkan kerabang yang tebal menyebabkan telur kurang berpengaruh pada suhu penetasan dan menyebabkan penguapan air dan gas sangat sedikit (Peebles dan Brake,1985). Menurut penelitian Kurtini (1988), pada telur itik telur yang kerabangnya tebal yaitu telur yang warnanya lebih tua kemudian diikuti dengan warna sedang dan warna terang. Kerabang yang terlalu tebal menyebabkan telur kurang terpengaruh oleh suhu penetasan sehingga penguapan air dan gas sangat kecil. Telur yang berkerabang tipis mengakibatkan telur mudah pecah sehingga tidak baik untuk ditetaskan (Rasyaf, 1991). Selain itu, umur telur pun relatif sama, embrio berada dalam fase pertumbuhan atau perkembangan yang sama sehingga metabolisme embrio diduga relatif sama. ketebalan kerabang diduga relatif sama, sehingga pertukaran gas oksigen, CO2 dan susut penguapan air melalui kerabang telur pun relatif sama. Hal ini menyebabkan susut tetas yang tidak nyata. C.Perbandingan Bobot Telur terhadap Daya Tetas Telur Perbedaan bobot telur tidak berbeda nyata terhadap daya tetas. Hal ini disebabkan oleh fertilitas yang relatif sama pada kedua perlakuan bobot telur . Hal ini sesuai dengan pernyataan North dan Bell (1990) bahwa fertilitas yang tinggi diperlukan untuk menghasilkan dan meningkatkan daya tetas, walaupun tidak selalu mengakibatkan daya tetas yang tinggi pula. Selain itu, pada penelitian ini bobot telur yang digunakan tidak terlalu berbeda, sehingga daya tetas sama. Menurut Kurtini dan Riyanti (2003), telur dengan bobot ratarata atau sedang akan menetas lebih baik daripada telur yang terlalu kecil dan terlalu besar. Telur yang kecil, rongga udaranya akan terlalu besar sehingga telur akan cepat (dini) menetas. Kerabang telur sangat erat hubungannya dengan fertilitas dan daya tetas. Telur yang warna kulitnya agak gelap, lebih mudah menetas dibandingkan dengan yang berwarna terang (Kartasudjanadan Suprijatna, 2006). Pada penelitian ini warna kerabang telur relatif seragam, sehingga daya tetas tidak berbeda nyata. Selain itu, tidak nyatanya daya tetas ini diduga karena susut tetasnya yang tidak nyata. Hal ini disebabkan oleh susut tetas berkaitan dengan daya tetas. Kualitas daya tetas dan DOT akan menurun jika telur kehilangan terlalu banyak atau terlalu sedikit bobot selama inkubasi (Pas Reform, 2010).

11

D. Perbandingan Bobot Telur terhadap Bobot Tetas Telur Sudaryani dan Santoso (1994) menyatakan bahwa bobot telur tetas merupakan faktor utama yang memengaruhi bobot tetas, selanjutnya dinyatakan bobot tetas yang normal adalah 2/3 dari bobot telur dan apabila bobot tetas kurang dari hasil perhitungan tersebut maka proses penetasan bisa dikatakan belum berhasil. Menurut Hasan, dkk. (2005), bobot tetas berkorelasi positif dengan bobot telur tetas. Semakin besar bobot telur tetas maka semakin besar pula bobot tetas yang dihasilkan. Perbedaan yang nyata ini diduga disebabkan oleh perbedaan jumlah kuning telur dan putih telur sebagai sumber nutrisi selama perkembangan embrio. Bobot telur tinggi mengandung jumlah kuning telur dan putih telur tinggi. Semakin banyak kuning telur dan putih telur maka ketersediaan nutrisi untuk perkembangan embrio semakin banyak, sehingga bobot tetas yang dihasilkan akan lebih besar. Hal ini selaras dengan pendapat Sudaryanti (1985), bakwa bobot telur memberikan perbedaan pertumbuhan embrio, baik dalam jumlah sel maupun ukuran selnya. Romanof dan Romanoff (1975) mengungkapkan bahwa pada telur yang besar jumlah bagianbagianya lebih besar pula. 3.2 BENTUK TELUR Jangan pilih telur yang abnormal. Bentuk telur yang abnormal menandakan ada yang tidak beres dengan komposisi pakan ataupun sitem reproduksinya. Hindari juga memilih telur yang amat bulat atau lonjong. Bentuk telur yang baik adalah yang oval. Jangan pilih telur yang kecil karena akan menghasilkan DOD yang bertubuh kecil. Besar telur berkorelasi dengan DOD yang dihasilkan.

12

3.3 KUALITAS KERABANG Cangkang yang terlalu tebal yang ditandai dengan warna yang terlalu biru membuat anak itik kesulitan saat pipping (mematuk cangkang saat mau menetas). Menaikan kelembaban juga tidak berpengaruh banyak untuk membuat cangkang rapuh. Sebaliknya cangkang yang tipis dan rapuh juga sangat mengandung resiko. Bibit penyakit mudah masuk menerobos mengakibatkan calon anak itik mati di dalam telur. Pilih telur dengan ketebalan cangkang yang normal saja, tidak terlalu tebal juga tidak tipis.

13

3.4 KEBERSIHAN KERABANG Kebersihan terhadap telur akan berpengaruh terhadap daya tetas karena ekskreta yang menempel mengandung mikroorganisme yang dapat mengkotaminasi telur tetas dan embrio yang terdapat didalamnya. Sebaiknya telur yang ditetaskan adalah telur yang bersih. Telur yang kotor terutama untuk kotoran di bagian yang tumpul maka akan menurunkan daya tetas atau tidak menetas, karena udara dari luar terhalang. Faktor-faktor yang memepengaruhi kebersihan telur tetas antara lain penanganan telur pada breeder farm, kebersihan kandang dan induk (Wardiny, 2002). Telur tetas yangbersih yaitu telur yang bebas dari bahan asing dan noda atau perubahan warna yang terlihat daripermukaan kulit telur. Telur dengan bintik sangat kecil, tanda kandang atau noda dapat dianggap bersih jika bintik, tanda kandang, atau noda yang bukan dari jumlah yang memadai atau intensitas noda mencakup ≤ 10% dari permukaan kulit telur (PNS/BAFPS, 2005). Sanitasi telur tetas (melalu kerabang) hanya effektif membunuh mikroorganisme yang berada pada kerabang, oleh karena itu menurunkan jumlahnya yang akan masuk. Selain itu akan mencegah penyebaran mikroorganisma dari telur ke telur bila telah disimpan dalam mesin tetas. Berbagai cara dilakukan, yang penting lakukan segera setelah ditelurkan.

14

Untuk telur tetas sebaiknya dipilih yang bersih saja, yang kotor jangan ditetaskan tetapi kalau perlu : •

bersihkan secara kering dengan kertas, jerami, dll.



bisa dicuci dengan desinfektan/egg washer, tetapi cara ini kurang dianjurkan karena penambahan biaya dan tenaga.

Prinsip bahan pencuci : •

mengandung

bahan

pembunuh

mikroorganisma

tetapi

tidak

membunuh/

mempengaruhi perkembangan embryo. •

pencucian dilakukan pada suhu + 40 oC (40,5 – 43,3 oC) (cairan hangat-hangat kuku)



setelah pencucian keringkan dahulu sebelum disimpan.

Cara pencucian yaitu : •

Dipping sambil digoyang-goyang



Ada yang otomatis

Kerugian pencucian terhadap daya tetas : Pada pencucian telur tetas, biasanya lapisan cuticle/cairan bloom untuk menutup pori-pori, besar kemungkinan terangkat sehingga pori-pori terbuka, akibatnya : - evaporasi lebih cepat/lebih mudah - mikroorganisma lebih mudah masuk bila ada infeksi.

3.4 KEBERSIHAN TELUR Kotoran yang menempel adalah surga bagi bakteri pengurai yang jika masuk melalui poripori telur akan membuat telur membusuk dalam mesin penetas. Sering kita temui telur yang meledak dalam penetasan. Perhatikan alas kandang bebek kita. Jaga dari hal-hal yang membuat telur kotor. Adapun bila terpaksa kita mendapatkan telur yang kotor, sebelum masuk iknkubator, usap telur dengan lap bersih yang telah dicelupkan ke air hangat.

15

3.5 WARNA KERABANG Warna kerabang yang sangat biru menandakan cangkang telur yang tebal, adapun warna yang pias/pucat dan penuh bercak menandakan cangkang telur yang tipis. Pilihlah warna telur bebek yang normal, agak kebiru-biruan.

Warna yolk (kuning telur) Pecahkan sebutir telur sebagai sample. Lihat warna kuning telurnya. Jika kuning telurnya kuning pucat, menandakan komposisi ransum induknya kurang lengkap. Ini tidak bagus untuk ditetaskan. Telur tetas yang bagus ketika warna kuning telurnya bagus, kemerah-merahan. Tetapi dari pakan alami, bukan karena mengkonumsi zat pemerah telur buatan (kimia). Karena menandakan zat-cat dengan vitamin, enzyme dan llain-lain yang lengkap.

16

DAYA SIMPAN Telur dengan bentuk ,berat dan kulit telur yang baik, belum tentu pasti menghasilkan daya tetas yang pasti bagus. Ada kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi baikburuk daya tetas telur. Oleh karenanya harus di perhatikan beberapa kaidah di bawah ini. 1. Telur tetas yang disimpan pada temperature sangat panas atau sangat dingin, mengakibatkan kerusakan embrio telur. Suhu ideal menyimpan telur 15Celsius atau 60-75F. 2. Posisi peletakan telur adalah ujung runcing di bawah, ujung tumpul diatas. Jika letak telur kebalikkannya maka kantung udara dalam telur akan mendesak keatas, yang mengakibatkan stabilitas isi telur tidak ideal. 3. Kelembapan dalam ruangan penyimpan telur tetas akan mencegah penguapan air dari dalam telur dan ini berarti mencegah membesarnya kantung udara dalam telur. 4. Umur simpan telur 7 hari masih bisa di harapkan daya tetasnya, tapi umur telur terbaik untuk masuk mesin tetas adalah 4 – 5 hari, dengan daya tetas terbaik. 5. Kulit telur yang terlalu kotor sebaiknya tidak usah ditetaskan, hasilnya tidak akan baik. Kotoran feces pada kulit telur menghambat respirasi perputaran udara segar dari dalam telur atau dari luar kedalam telur. Jika hal ini terjadi embrio kekurangan udara segar sehingga rentan mati.

17

3.6 KUALITAS TELUR TETAS Kualitas telur tetas mempengaruhi daya tetas, fertilitas, dan keberhasilan penetasan. Keberhasilan penetasan telur unggas ini, baik ayam, puyuh atau bebek selain ditentukan oleh tatalaksana yang benar juga sangat ditentukan oleh kualitas telur tetas itu sendiri. Tidak sembarang telur bisa menetas dengan baik. Tantangannya adalah di sini diperlukan kecermatan dalam memilih telur untuk dimasukkan ke dalam mesin tetas. Beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam memilih telur tetas bebek adalah:

FERTILITAS

Yang membedakan telur konsumsi dan telur tetas adalah fertilitas. Untuk telur konsumsi tidak mutlak diperlukan peran pejantan. Bahkan malah tidak dianjurkan karena telur yang fertile akan menimbulkan masalah tersendiri. Daya simpan telur akan pendek karena telur akan cepat membusuk.

Untuk mengetahui telur yang fertile tidak bisa dilihat secara kasat mata. Kecuali kita sudah memasukkanya ke dalam mesin tetas selama 3 hari. Bagi yang sudah ahli hanya perlu 24 jam saja. Ketika diteropong kita akan melihat titik putih kecil menggumpal.

Kalau kita membeli telur buat ditetaskan perlu dipastikan telur-telur itu berasal dari indukan dengan rasio pejantan dan betina yang sesuai. Berdasarkan pengalaman peternak, dari populasi bebek dengan pejantan 2: 40 akan didapat 70%-80% telur bebek yang fertil. Untuk menaikkan fertilitas, rasio pejantan bebek yang ideal adalah 1: 8.

Maka tidak heran jika telur tetas akan dihargai lebih mahal dari telur konsumsi karena ada biaya cost tambahan untuk pakan pejantan. 18

IV PENUTUP KESIMPULAN 

Telur tetas yang digunakan dalam proses penetasan adalah telur yang telah diseleksi. Syarat telur tetas yang baik yaitu sehat dan produktivitasnya tinggi, umur telur dan kualitas fisik telur (bentuk, berat, keadaan kerabang)



Telur tetas yang sesuai kriteria dapat ditetaskan / memiliki daya tetas tinggi yaitu: Bentuknya oval, tekstur halus, berukuran sedang, dan cangkang tebal. Bentuk dari telur juga perlu diperhatikan karena juga dapat mempengaruhi bobot tetas, penyerapan suhu pada telur dengan bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur berbentuk tumpul maupun bulat, hal ini menyebabkan proses metabolisme embrio didalamnya dapat berjalan dengan baik sehingga bobot tetasnya lebih tinggi

19

DAFTAR PUSTAKA

Wardiny, Tuty, Maria. 2002. Evaluasi Hubungan Antara Indeks Bentuk Telur dengan Persentase Telur yang Menetas pada Ayam Kampung Galur Arab. Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Jurusan Biologi Universitas Terbuka Bogor.3 (2): 25-32.

PNS / BAFPS 35: 2005. Philippine National Standard Egg Terrace. Diakses 28 Maret 2019 Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar

Swadaya.

Jakarta Kholis, S., dan M. Sitanggang. 2002. Ayam Arab dan Poncin Petelur Unggul.

Cetakan

kesatu. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas.

Penebar Swadaya, Jakarta.

20

Related Documents

Tat Telur
May 2020 18
Telur Emas
November 2019 34
Aneka Telur
October 2019 26
Telur Puyuh
November 2019 30
Telur Naga.pdf
May 2020 20
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"