131434055_full.pdf

  • Uploaded by: Dita Linda Yani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 131434055_full.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 24,735
  • Pages: 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L. SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Maria Andreina Niken A. S NIM: 131434055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L. SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Maria Andreina Niken A. S NIM: 131434055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN MOTTO ORA ET LABORA DO THE BEST AND LET GOD DO THE REST

“But you, be strong and do not let your hands be weak, for your work shall be rewarded!” 2 Chronicles 15:7 (NKJV)

SUCCESS DOES NOT LIE IN “RESULT” BUT IN “EFFORTS”, “BEING” THE BEST IS NOT SO IMPORTANT, “DOING” THE BEST IS ALL THAT MATTERS... ~Quote about Success~

Kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberi kekuatan kepada saya Kedua Orang Tua dan Adik-Adik saya Keluarga besar saya Dosen Pembimbing Sahabat dan Teman-Teman yang selalu mendukung Seluruh keluarga besar Pendidikan Biologi Angkatan 2013 Almamaterku Universitas Sanata Dharma

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L. SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.) Maria Andreina Niken A. S NIM: 131434055 Universitas Sanata Dharma Ulat P. xylostella merupakan hama tanaman yang menyerang tanaman kubis-kubisan yang menyebabkan kerusakan kubis pada bagian daunnya. Pada umumnya petani menggunakan insektisida kimiawi yang ampuh tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lingkungan sekitar. A. conyzoides merupakan tanaman gulma yang dapat dimanfatkan sebagai insektisida nabati dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman tersebut dapat dijadikan sebagai insektisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh toksisitas ekstrak tanaman A. conyzoides sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) dan mengetahui nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman A. conyzoides yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella). Penelitian ini terdiri dari 1 kontrol (0%) , 3 perlakuan (2%, 6%, 10%), dan dilakukan 3 kali pengulangan. Pada setiap pengulangan diujikan 10 ulat P. xylostella instar IV. Pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Data yang diambil adalah tingkat mortalitas ulat kubis (P. xylostella) selama 24 jam setelah aplikasi dan dilanjutkan sampai 48 jam dari perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis probit LC50. Dari hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 24 jam sebesar 2,35% dan LC50 48 jam sebesar 1,93%. Uji kuantitatif juga dilakukan utuk mengetahui kandungan flavonoid dan alkaloid pada ekstrak tanaman A. conyzoides. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides maka semakin tinggi tingkat mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data disimpulkan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides terbukti berpengaruh toksik terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella). Kata Kunci: ulat kubis (P. xylostella), insektisida nabati, tanaman A. conyzoides, mortalitas

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT THE TOXICITY TESTS OF PLANTS EXTRACT Ageratum conyzoides L. AS PHYTO-INSECTICIDE TO MORTALITY OF CABBAGE CATERPILLARS PEST (Plutella xylostella L.) Maria Andreina Niken A. S Student Number: 131434055 Sanata Dharma University Caterpillar P. xylostella is plants pest which aggresses cabbage plants that causing detriment to cabbage on its leaf. In a general way, farmer uses the effective chemical insecticide, but it is very dangerous for healthiness and surrounding environment. A. conyzoides is weed plants which can be used as phyto-insecticide because of secondary metabolite compounds on these plants that can be used as insecticide. This experiment has purposes to know the effect of toxicity of A conyzoides plant extract as phyto-insecticide to mortality of cabbage caterpillars pest (P. xylostella) and to know LC50 24 hours and 48 hours’ value of plants extract A. conyzoides which has influence to mortality of cabbage caterpillars pest (P. xylostella). This experiment consisted of 1 control (0%), 3 handlings (2%, 6%, 10%), and 3 rehashes. Each rehashes was tested by 10 caterpillar P. xylostella instar IV. The productions of plants extract A. conyzoides were made by maceration method using ethanol solvent. The data taken was mortality of cabbage caterpillars level (P. xylostella) for 24 hours after application until 48 hours from the handling of plants extract A. conyzoides. From the data, it was analyzed by using probit LC50 analysis. The result of probit analysis was obtained LC50 24 hours value in the amount of 2, 35% and LC50 48 hours in the amount of 1, 93%. Quantitative test also was done in order to know the content of flavonoids and alkaloids in plants extract A. conyzoides. The experiment result showed that the higher concentrations of plants extract A. conyzoides, the higher the mortality rate of cabbage caterpillars pest (P. xylostella). Based on observation and data analysis, plants extract A. conyzoides is proven have a toxic effect to mortality of cabbage caterpillars pest (P. xylostella). Keyword: cabbage caterpillar (P. xylostella), phyto-insecticide, A. conyzoides plant, mortality

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L. SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi, menyertai dan memberi kekuatan kepada saya 2. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 3. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan masukan, pengarahan, serta perbaikan-perbaikan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Ignantius Yulius Kristio Budiasmoro, S.Si., M.Si. dan Ibu Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 6. Bapak Ignantius Yulius Kristio Budiasmoro, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf Program Studi Pendidikan Biologi Sanata Dharma Yogyakarta. 8. Pak Agus selaku laboran dan Pak Marsono selaku karyawan di Laboratorium Pendidikan Biologi.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Laboratorium Chem-Mix Pratama sebagai tempat peneliti menguji kandungan senyawa flavonoid dan alkaloid. 10. Kedua orang tua saya Bapak Yochanan Indroyono dan Ibu M. C. N. Elok H. Ekosari atas segala pengorbanan yang selalu memberi semangat, dukungan motivasi dan mendoakan saya. 11. Adik-adik saya Sarah Andreina Nimas A.S dan Andreas Wisanggeni yang memberi dukungan semangat dan mendoakan saya. 12. Keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan semangat dan mendoakan saya. 13. Teman-teman Disciples dan Connect Group GMS Miracle Yogyakarta, terima kasih atas dukungan semangat, perhatian, dan doa kalian. 14. Pak Min, Pak Suparno dan Mbak Dinda yang telah membantu selama penelitian dan memberikan dukungan motivasi dan doa. 15. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Angkatan 2013, terima kasih atas kerja sama, dukungan, motivasi, dan bantuannya. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat terwujud.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca diterima dengan terbuka demi perbaikan skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Penulis

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .............. vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8 1. Bagi Peneliti ................................................................................ 8 2. Bagi Masyarakat.......................................................................... 8 3. Bagi Dunia Pendidikan ............................................................... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9 A. Hama Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .......................................... 9 1. Klasifikasi ................................................................................... 9 2. Daur Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .......................... 10 3. Kerusakan yang disebabkan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)................................................................ 13 B. Insektisida ......................................................................................... 14 1. Pengertian Insektisida ................................................................. 14 2. Sasaran Racun Insektisida ........................................................... 15 3. Jenis Insektisida .......................................................................... 16 4. Insektisida Nabati ........................................................................ 19 C. Tanaman Ageratum conyzoides L. .................................................... 23 1. Klasifikasi ................................................................................... 23 2. Nama Daerah Tanaman Ageratum conyzoides L. ....................... 24 3. Morfologi Tanaman Ageratum conyzoides L. ............................. 24 4. Ekologi dan Penyebaran Tanaman Ageratum conyzoides L. ............................................................................... 25 5. Manfaat Tanaman Ageratum conyzoides L. ................................ 25 6. Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Ageratum conyzoides L. ............................................................................... 26

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. E. F. G.

7. Potensi Tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai Insektisida Nabati ........................................................................ 31 Lethal Concentration (LC50) ............................................................. 33 Hasil Penelitian Relevan ................................................................... 34 Kerangka Berpikir ............................................................................. 38 Hipotesa............................................................................................. 39

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 40 A. Jenis Penelitian .................................................................................. 40 B. Desain Penelitian ............................................................................... 40 C. Batasan Penelitian ............................................................................. 41 D. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 42 E. Alat dan Bahan .................................................................................. 42 1. Alat .............................................................................................. 42 2. Bahan........................................................................................... 43 F. Cara Kerja ......................................................................................... 43 1. Pembuatan Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. .............. 43 2. Penyiapan dan Pemeliharaan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)................................................................. 45 3. Pengamatan Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.).... 47 4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian ......................................... 51 5. Pengujian Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. terhadap Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .............. 51 6. Pengambilan Data ....................................................................... 52 G. Metode Analisis Data ........................................................................ 53 H. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ..................................................................................... 57 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 58 A. Hasil .................................................................................................. 58 B. Pembahasan ....................................................................................... 64 1. Pengaruh Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. terhadap Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) berdasarkan Hasil Pengamatan Data .......................................... 64 2. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)................................................................. 69 a. Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. ........................................................ 69 b. Waktu Aplikasi Penyemprotan Insektisida ........................... 70 c. Aktivitas Makan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) ............ 71 d. Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .................. 72 3. Faktor Pendukung Proses Penelitian ........................................... 73 4. Hambatan dan Keterbatasan dalam Penelitian ............................ 74 BAB V. IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN ............................................................. 76

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 79 A. Kesimpulan ....................................................................................... 79 B. Saran .................................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81 LAMPIRAN ....................................................................................................... 87

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan pada Pengamatan Mortalitas P. xylostella ....... 41 Tabel 4.1 Hasil Analisa Kandungan Flavonoid dan Alkaloid Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. ...................................................... 58 Tabel 4.2 Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam sampai 48 Jam ........................................................................ 58 Tabel 4.3 Analisis Probit LC50 Pengamatan 24 Jam ........................................... 61 Tabel 4.4 Analisis Probit LC50 Pengamatan 48 Jam ........................................... 61

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Ulat Plutella xylostella L................................................................. 9 Gambar 2.2 Telur P. xylostella ...........................................................................10 Gambar 2.3 Ulat P. xylostella .............................................................................11 Gambar 2.4 Pupa P. xylostella ............................................................................12 Gambar 2.5 Ngengat P. xylostella.......................................................................12 Gambar 2.6 Tanaman Ageratum conyzoides L. ..................................................23 Gambar 2.7 Morfologi Tanaman Ageratum conyzoides L. .................................25 Gambar 2.8 Bagan Literature Map .....................................................................37 Gambar 2.9 Kerangka Berpikir ...........................................................................39 Gambar 3.1 Hasil Pengenceran Ekstrak Tanaman A. conyzoides dengan Akuades ..............................................................................46 Gambar 3.2 Stoples Pemeliharaan Ulat dan Ngengat .........................................48 Gambar 3.3 Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) ............................53 Gambar 3.4 Stadium Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) ....................................54 Gambar 4.1 Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam................63 Gambar 4.2 Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 48 Jam................63 Gambar 4.3 Diagram Perbedaan Persentase Mortalitas ulat kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam sampai 48 Jam .................65

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Hasil Data Observasi ......................................................................87 Lampiran 2: Perhitungan Analisis Probit LC50 ...................................................88 Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian ..................................................................93 Lampiran 4: Hasil Analisa Lab. Chem-Mix Pratama..........................................99 Lampiran 5: Prosedur Analisa Flavonoid ...........................................................100 Lampiran 6: Prosedur Analisa Alkaloid ..............................................................101 Lampiran 7: Silabus ............................................................................................102 Lampiran 8: RPP .................................................................................................109 Lampiran 9: Lembar Diskusi Siswa ....................................................................117 Lampiran 10: Instrumen Penilaian ......................................................................125

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman sayuran mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, sebab sayuran sangat berguna bagi pemenuhan gizi manusia dan juga bagi pembangunan pertanian. Oleh sebab itu peningkatan produksi sayuran merupakan salah satu syarat mutlak untuk mencapai kesejahteraan umat manusia (Satsijati, et al., 1987). Contoh komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan adalah kubis (Brassica oleracea L.). Kubis (Brassicae oleracea L.) merupakan komoditi sayuran yang memiliki nilai gizi dan ekonomi yang cukup tinggi. Budidaya kubis memberikan pendapatan bagi petani, di samping itu kubis juga mengandung nilai gizi penting, yaitu vitamin A dan C (Sastrosiswojo et al., 2005). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, produksi sayuran kubis dalam skala nasional selalu menempati urutan teratas. Pada tahun 2015 produksi tanaman kubis mencapai 1.443.232 ton. Banyaknya hasil produksi ini juga didukung oleh luas lahan yang mencapai 64.625 Ha. Hal ini menunjukan bahwa tanaman kubis merupakan sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan secara terus-menerus. Sehubungan dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas sayuran ini dan didiukung oleh kondisi iklim yang sesuai, maka banyak iklim yang sesuai, maka banyak petani tertarik untuk

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2

membudidayakan kubis. Namun demikian dalam budidaya tanaman ini masalah hama merupakan salah satu masalah yang sangat berpengaruh terhadap produksi kubis baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Menurut Permadi dan Sastrosiswojo (1993) beberapa serangga hama telah dilaporkan dapat menimbulkan kerusakan pada pertanaman kubis di antaranya ulat daun kubis (Plutella xylostella L.), ulat jantung kubis (Crocidolomia pavonana Fab.), ulat grayak (Spadoptera litura Fab.), ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufnagel), ulat jengkal (Crysodeixis orichalcea L.), Helicoverpa armigera (Hubner), Hellula undalis Fab., dan kutu daun. Ulat kubis (Plutella xylostella L.) merupakan hama utama pada tanaman kubis dataran tinggi dengan tingkat serangan mulai dari sedang hingga berat. Pada serangan berat bisa mengakibatkan kerugian yang sangat signifikan, terutama menurunnya kualitas produksi. Ulat ini dikenal juga dengan nama ulat tritip, dan menjadi salah satu hama yang paling ditakuti oleh petani kubis. Ulat berukuran kecil ini biasanya bersembunyi di balik daun, dan menyerang jaringan daun sehingga jaringan daun kosong, hanya tersisa epidermis saja. Daun yang terserang ditandai dengan bercak-bercak putih (Tanijogonegoro, 2015). Berdasarkan informasi yang didapat hama Plutella xylostella L. menyerang sejumlah lahan pertanian di Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Akibatnya, tanaman seperti kubis, brokoli, kol, dan sawi milik para petani banyak yang mengalami kerusakan dan gagal panen. Serangan hama tersebut membuat para petani sangat terpukul, karena tingkat kerusakan tanamannya bisa sampai 90%. Dampaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3

harga sejumlah komoditas kubis-kubisan mengalami penurunan. Harga sawi yang biasanya Rp 2.500-4.000 per kilogram jadi Rp 1.000 (Husodo, 2017). Selain itu, pertanian sayuran di Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah juga sedang dilanda musibah karena sayuran kubis yang petani panen terserang hama ulat tritip. Hama tersebut menyebabkan kualitas dan kuantitas kubis hasil panen pertanian setempat menurun. Akibatnya, harga kubis Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah turun sekitar 50% dari kondisi normal (Putra, 2017). Akibat yang ditimbulkan oleh hama tersebut dapat menurunkan produksi tanaman kubis dan mengakibatkan kerugian bagi para petani yang membudidayakan tanaman kubis tersebut. Oleh karena itu petani perlu untuk memperhatikan permasalahan dan bagaimana untuk pengendalian hama ulat daun pada tanaman tersebut. Petani kubis masih cenderung menggunakan insektisida kimiawi. Metode tersebut dipandang lebih efektif dan efisien mengendalikan serangga hama. Sekitar 30% dari total biaya produksi digunakan untuk membeli insektisida kimiawi (Sastrosiswojo et al., 2005). Penggunaan pestisida kimia sintesis untuk mengendalikan hama mempunyai dampak negatif terhadap komponen ekosistem lainnya seperti terbunuhnya musuh alami, resurgensi dan resistensi hama serta pencemaran lingkungan karena residu yang ditinggalkan (Kishi et al., 1995). Catatan WHO (Organisasi Keseatan Dunia) mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 – 2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Alternatif yang dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan insektisida nabati (bioinsektisida). Menurut Setiawati dkk. (2008) penggunaan insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangan hama. Insektisida nabati relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping. Insektisida nabati merupakan insektisida yang berbahan baku tumbuhan yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama tanaman (Dadang dan Prijono, 2008). Sifat insektisida nabati yang aman bagi organisme non target dan aman bagi lingkungan merupakan salah satu keunggulan dari insektisida nabati. Selain itu pemanfaatan insektisida nabati dapat mengurangi ketergantungan petani pada insektisida sintetik, lebih ramah lingkungan, serta berkelanjutan. Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida. Oleh karena itu, jika dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida, maka akan membantu masyarakat petani untuk menggunakan pengendalian yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang ada disekitarnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5

(Kardinan, 2004). Menurut Syahputra (2001) lebih dari 1500 jenis tumbuhan dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Famili tumbuhan yang dianggap

merupakan

potensial

insektisida

nabati

adalah

Meliaceae,

Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae. Tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan sebagai insektisida nabati yaitu tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri. Properti minyak atsiri tersebut berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid (Burt, 2007). Selain itu, Rodriguez & Levin (1975) dalam Sukandar dkk., (2007:1) mengemukakan bahwa minyak atsiri memiliki pengaruh sebagai penarik, atau sebagai insektisida serangga. Selain minyak atsiri, senyawa aktif pada tumbuhan seperti saponin, alkaloid, dan flavonoid juga sangat berpengaruh sebagai insektisida serangga. Tanaman Ageratum conyzoides L. yang banyak ditemui di sekitar lahan pertanian dan merupakan gulma yang dapat menimbulkan kerugian bagi pertumbuhan tanaman pertanian, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Dengan perkembangan teknologi penggunaan insektisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga relatif aman untuk digunakan. Tidak beresiko menimbulkan keracunaan pada tanaman, sehingga tanaman yang diaplikasikan insektisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia berbahaya. Selain itu, penggunaan insektisida nabati tidak menimbulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6

resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian insektisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem dan hasil petanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari residu insektisida kimiawi. Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan sejenis gulma pertanian anggota famili Asteraceae yang lebih dikenal sebagai babadotan (Pujowati, 2006). Bagian tanaman Ageratum conyzoides L. yang digunakan untuk dijadikan insektisida nabati adalah daunnya, karena di dalam daun babadotan terdapat kandungan senyawa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri yang ternyata cukup beracun bagi serangga, sehingga mampu menghambat pertumbuhan serangga menjadi kepompong (Kardinan, 2004). Meskipun dianggap sebagai tumbuhan pengganggu oleh petani, akhirakhir ini Ageratum conyzoides L. menjadi topik penelitian yang gencar terutama karena potensinya sebagai insektisida nabati pengganti insektisida sintetik yang ramah lingkungan. Insektisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tumbuhan/tanaman baik dari daun, buah, biji atau akarnya yang memiliki senyawa aktif atau metabolit sekunder yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme penggangu tanaman (OPT) dan bersifat tidak merusak lingkungan. Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik memanfaatkan tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati untuk mengatasi permasalahan hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) dengan melakukan uji toksisitas berbagai macam konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7

L. terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) yang dilakukan dalam stoples pemeliharaan. Dalam penelitian ini untuk menguji toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati diuji menggunakan analisis probit LC50 untuk mencari nilai LC50 24 jam dan 48 jam dalam mematikan hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). Metode LC50 ini digunakan untuk mengetahui kadar toksik dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. melalui analisa konsentrasi zat tersebut dalam mematikan 50% ulat uji.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.)? 2. Berapakah nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.)?

C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

2. Mengetahui nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan terkait pemanfaatan tanaman gulma Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati. b. Dapat mengetahui cara pembuatan insektisida nabati yang mudah dan sederhana. 2. Bagi Masyarakat a. Menambah pengetahuan mengenai manfaat tanaman gulma Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati. b. Tanaman gulma Ageratum conyzoides L. menjadi bahan alternatif bagi petani untuk pengendalian hama selain insektisida kimiawi. 3. Bagi Dunia Pendidikan a. Sebagai sumber informasi terkait manfaat dari tanaman gulma Ageratum conyzoides L. sebagai pengendali hama. b. Sebagai sumber bahan ajar untuk kelas X SMA bab ruang lingkup biologi pada materi cabang, manfaat ilmu biologi dan metode ilmiah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hama Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) 1. Klasifikasi Klasifikasi ulat kubis (Plutella xylostella L.) menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Ulat Plutella xylostella L. (Dok. Pribadi)

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Plutellidae

Genus

: Plutella

Spesies

: Plutella xylostella L.

Dulu hama ini bernama Plutella maculipennis. Kadang-kadang disebut juga sebagai hama putih, karena kubis yang telah diserangnya menjadi putih (tinggal epidermisnya saja). Ulat makan daun kubis, sawi atau petsai yang muda dan tua. Pada setiap pertanaman kubis selalu dijumpai hama ini, sehingga terkenal juga dengan sebutan ulat kubis (Tjahjadi, 2002). Ulat ini juga disebut ulat tritip, atau ngengat punggung berlian. Tersebar di seluruh dunia, di daerah tropis, subtropis dan daerah sedang

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10

(temperate). Ulat tritip itu kecil tetapi sangat merugikan tanaman kubis. Kubis yang terserang menjadi rusak hebat (Pracaya, 1993). Hama ini bersifat kosmopolitan dan di Indonesia umumnya dapat ditemukan di pertanaman kubis di dataran tinggi, pegunungan, atau perbukitan. Namun, karena akhir-akhir ini kubis juga ditanam di dataran rendah, P. xylostella juga dapat ditemukan pada pertanaman kubis di dataran rendah (Sastrosiswojo, et al., 2005).

2. Daur Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) Ulat kubis (P. xylostella) mengalami 4 kali perubahan bentuk dalam hidupnya yaitu stadium telur, ulat, pupa/ kepompong dan ngengat/ imago. Umur tritip di daerah dingin lebih panjang daripada di daerah panas. Berikut 4 kali perubahan bentuk ulat P. xylostella: a. Telur

Gambar 2.2 Telur P. xylostella (Dok. Pribadi) Telur P. xylostella berbentuk oval dan rata, ukurannya 0,44 mm dan 0,26 mm. Telur berwarna hijau kuning atau pucat, dan disimpan sendiri atau dalam kelompok kecil dari dua sampai delapan telur pada cekungan di permukaan dedaunan, atau kadang-kadang pada bagian tanaman lainnya (Capinera, 2012). Di daerah panas sampai ketinggian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

250 m dpl, stadium telurnya 2 hari, ulat 9 hari, pupa 4 hari dan kupukupu 7 hari. Sedang di dataran tinggi sampai di ketinggian 1.100 – 1.200 m dpl, stadium telurnya 3 – 4 hari, ulat 12 hari, pupa 6 – 7 hari dan kupu-kupu 20 hari (Pracaya, 1993). b. Ulat

Gambar 2.3 Ulat P. xylostella (Dok. Pribadi) Ulat yang baru menetas warnanya hijau pucat sedang yang telah dewasa lebih tua dengan warna kepala lebih pucat dengan bintik-bintik atau garis cokelat (Pracaya, 1993). Fase ulat P. xylostella terdiri atas empat instar yaitu, instar I, instar II, instar III, dan instar IV. Ulat instar I memiliki panjang 1 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuningkuningan, dan berlangsung selama 4 hari. Ulat instar II memiliki panjang 2 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan berlangsung selama 2 hari. Ulat instar III memiliki panjang tubuh 4 – 6 mm, lebar 0,75 mm, berwarna hijau, dan berlangsung selama 3 hari. Ulat instar IV memiliki panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna hijau, dan berlangsung selama 3 hari (Rukmana, 1994 dalam Purba, 2007). Ulat lincah dan jika tersentuh akan menggantungkan diri dengan benang halus. Ulat jantan dapat dibedakan dari ulat betina karena memiliki sepasang calon testis yang berwarna kuning (Sastrosiswojo, 1993).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12

c. Pupa (Kepompong)

Gambar 2.4 Pupa P. xylostella (Dok. Pribadi) Pada akhir instar ke IV, ulat membuat kokon yang berwana putih sebagai pelindung sehingga tampak seperti jala dan berbentuk silinder pada permukaan bawah daun. Pembentukan kepompong mula-mula dibuat dasarnya, sisi, kemudian tutupnya, yang masih terbuka pada bagian ujung untuk keperluan pernapasan (aerasi). Pembuatan kepompong ini diselesaikan dalam waktu 24 jam, setelah selesai ulat berubah menjadi pupa (Pracaya, 1993). Pupa pada mulanya berwarna hijau, selanjutnya berwarna kuning pucat, dengan warna kecoklatan pada bagian punggungnya. Panjang pupa 5 – 6 mm, dengan diameter 1,2 – 1,5 mm. Pupa tertutup oleh kokon, dengan masa pupa 3 – 6 hari (Sudarmo, 1994). Kulit ulat biasanya diletakkan dalam kepompong tetapi kadang-kadang juga diletakkan di luar kepompong. (Pracaya, 1993). d. Ngengat (Imago)

Gambar 2.5 Ngengat P. xylostella (Dok. Pribadi) Ngengat berwarna abu-abu sampai coklat kelabu dan pada saat sayap dilipat nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

(diamond) atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya. Ngengat beristirahat pada siang hari. Umur ngengat 2 – 4 minggu. Ngengat betina mampu menghasilkan telur 180 – 320 butir (Deptan, 2008). Ngengat memiliki panjang tubuh 5 – 9 mm. waktu ngengat istirahat, antena lurus ke depan. Ngengat jantan kelihatan lebih kecil dibanding dengan betina, demikian pula warnanya lebih cerah (Sudarmo, 1994). Ngengat punggung berlian ini hidupnya dari menghisap madu dari bunga yang termasuk keluarga Cruciferae. Warna sayapnya abu-abu kecoklatan, yang betina berwarna lebih pucat. Dalam keadaan istirahat empat sayapnya menutup tubuhnya dan seakan-akan ada gambaran seperti jajaran genjang yang warnanya putih seperti berlian. Oleh karena itu hama ini disebut ngengat punggung berlian. Yang betina dapat bertelur 180 sampai 320 butir. Pada umumnya telur diletakkan di balik daun satu persatu, kadangkadang dua-dua atau tiga-tiga. Telurnya mengelompok dalam satu daun atau daun yang berlainan tanaman, sehingga satu ngengat dapat bertelur pada banyak tanaman kubis (Pracaya, 1993).

3. Kerusakan yang disebabkan Ulat Kubis Pluetella xylostella L. Bagian tanaman yang diserang adalah daun. Ulat memakan daging daun, sehingga hanya tersisa tulang-tulang daunnya dan bagian epidermis daun bagian atas saja. Ulat ini menyerang segala tingkatan umur. Ulat juga menyerang

fisik

tumbuh

yang

dapat

menyebabkan

terhentinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14

pertumbuhan. Kerugian akibat ulat ini adala antara 58% - 100% (Mulyono, 2009). Ciri khas dari ulat tritip bila merasa ada bahaya akan menjatuhkan diri dengan mengeluarkan benang untuk menyelamatkan diri. Ulat bersembunyi di balik daun, sambil makan. Biasanya yang dimakan hanya daging daun tetapi kulit ari bagian luar permukaan daun sebelah atas tidak hingga daun kelihatan bercak-bercak putih. Karena itulah maka hama ini juga disebut hama putih (hama bodas). Apabila kulit ari yang terserang menjadi kering, maka akan sobek dan kelihatan berlubang-lubang. Apabila serangan menghebat yang tertinggal hanyalah tulang-tulang daun, sehingga bentuk daun seperti wayang kulit. Sebab itu, ada yang menyebut hama ini sebagai hama wayang. Selain menyerang kubis juga menyerang lobak, sawi, kohlrabi, kubis bunga, kubis kale, kubis tunas, dan tanaman lainnya yang termasuk keluarga Cruciferae (Pracaya, 1993). Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menggunakan musuh alami (Ordo: Odonata), melakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida, rotasi tanaman, sanitasi lahan, dan secara mekanis (Pracaya, 2008)

B. Insektisida 1. Pengertian Insektisida Kata insektisida secara harafiah berarti pembunuh serangga yang berasal dari kata insekta = serangga dan kata Latin cida yang berarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15

pembunuh. Pestisida adalah pembunuh hama yang berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh. Insektisida merupakan salah satu kelompok pestisida, sedangkan kelompok pestisida lainnya antara lain rodentisida (pembunuh roden/ tikus), acarisida (pembunuh tungau), dan nematisida (pembunuh nematoda). Dalam penggunaanya di bidang pengendalian hama bila digunakan istilah pestisida sering yang dimaksudkan adalah insektisida. Meskipun ada alat-alat yang dapat kita gunakan untuk membunuh serangga seperti alat pemukul namun alat tersebut tidak kita namakan pestisida karena yang diartikan pestisida di sini adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama (Untung,1993). Menurut Soeparwan Soeleman dan Donor Rahayu (2013) pestisida atau insektisida paling baik diaplikasikan pada pagi hari atau sore hari. Lakukan penyemprotan di bagian bawah dan atas daun. Penyemprotan pada siang hari dapat menyebabkan daun terbakar atau rusak.

2. Sasaran Racun Insektisida Berdasarkan cara masuknya insektisida ke dalam jasad sasaran, Hudayya dan Jayanti (2012) menggolongkan menjadi: 1. Racun perut/ lambung, adalah insektisida yang mampu membunuh serangga dengan cara masuk ke saluran pencernaan melalui makanan yang dimakan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh usus kemudian ditranslokasikan ke organ sasaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16

yang mematikan seperti pusat syaraf, organ respirasi, dan sel-sel lambung. 2. Racun kontak, insektisida ini membunuh serangga dengan cara masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh atau langsung mengenai mulut serangga. serangga akan mati apabila kontak langsung dengan insektisida tersebut. 3. Racun nafas, insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida. Serangga akan mati apabila menghirup partikel dari insektisida tersebut dalam jumlah tertentu. 4. Racun saraf, merupakan insektisida yang cara kerjanya mengganggu sistem saraf jasad sasaran. 5. Racun protoplasmik, merupakan insektisida yang bekerja dengan cara merusak protein dalam sel tubuh jasad sasaran. 6. Racun sistemik, merupakan insektisida yang masuk ke dalam sistem jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa meracuni.

3. Jenis Insektisida Tarumingkeng (1992) membagi insektisida menjadi 3 jenis berdasarkan mekanisme dalam meracuni makanan serangga, yaitu: 1. Insektisida sistemik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17

Insektisida sistemik adalah insektisida yang diserap oleh bagianbagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami yang terdapat di permukaan tanaman. Insektisida ini akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut dan akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang dilewatinya. Melalui pembuluh angkut insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila

memakan

bagian

tanaman

yang

mengandung

residu

insektisida. 2. Insektisida non-sistemik Insektisida non-sistemik adalah insektisida yang tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang permukaannya terkena insektisida. 3. Insektisida sistemik lokal Insektisida sistemik lokal adalah insektisida yang mampu diserap oleh jaringan daun, tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke jaringan bagian tanaman lainnya. Misalnya insektisida yang jatuh ke permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudain masuk ke jaringan parenkim pada mesofil dan menyebar ke seluruh mesofil daun hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang tersebar insektisida. Menurut Untung (1993) insektisida dapat dibagi lagi menurut sifat dasar senyawa kimianya yaitu: (1) Insektisida anorganik yang tidak mengandung unsur Karbon. (2) Insektisida organik yang mengandung unsur Karbon. Insektisida organik masih dapat dibagi menjadi insektisida organik alami dan insektisida organik sintesis. Insektisida organik alami merupakan insektisida yang terbuat dari tanaman (insektisida botanik) dan bahan alami lainnya. Sedangkan insektisida sintetik merupakan hasil buatan pabrik dengan melalui proses sintesis kimiawi. Insektisida modern pada umumnya merupakan insektisida organik sintetik. Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif (senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari 4 kelompok besar yaitu organoklorin (OK), organofosfat (OP), karbamat, dan piretroid sintetik. Sedangkan, insektisida botanik (insektisida nabati) diambil secara langsung dari tanaman atau dari hasil tanaman. Insektisida jenis ini termasuk insektisida yang paling tua dan banyak digunakan untuk pengendalian hama sebelum

insektisida

organik

sintetik

ditemukan.

Karena

kesulitannya dalam mengadakan ekstraksi dan memperoleh bahan dasar (tanaman), maka penggunaannya semakin lama semakin berkurang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19

4. Insektisida Nabati Insektisida nabati atau insektisida botani adalah bahan alami berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, dan zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotosintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) (Deptan, 1994). Menurut Setiawati dkk. (2008) insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Sifat insektisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Insektisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif murah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/ nabati maka jenis insektisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang. Banyak jenis tumbuhan telah diketahui secara luas memproduksi berbagai jenis metabolit/ senyawa sekunder seperti flavonoid, terpenoid, alkaloid, saponin, dan lain-lain yang berguna sebagai sarana pertahanan diri yang dapat merugikan organisme yang tumbuhan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20

hal ini membuktikan bahwa metabolit sekunder tumbuhan digunakan sebagai agen perlindungan tanaman. Sedangkan menurut Indriani (2006) insektisida nabati adalah herbal dari bahan tumbuhan yang diekstraksi menjadi konsentrat dengan tidak mengubah struktur kimianya. Insektisida ini mudah terurai atau terdegradasi sehingga tidak persisten di alam ataupun pada bahan makanan. Insektisida nabati aman bagi lingkungan, untuk mendukung pertanian organik dalam upaya mengurangi penggunaan insektisida sintesis dan harganya pun lebih murah. Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati

dapat

membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu: 1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa. 2. Menghambat pergantian kulit. 3. Mengganggu komunikasi serangga. 4. Menyebabkan serangga menolak makan. 5. Menghambat reproduksi serangga betina. 6. Mengurangi nafsu makan. 7. Memblokir kemampuan makan serangga. 8. Mengusir serangga (Repellent). 9. Menghambat perkembangan patogen penyakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21

Sedangkan menurut Sonyaratri (2006) peranan insektisida alami dalam mematikan serangga adalah sebagai: 1. Repellent, merupakan senyawa yang dapat menolak kehadiran serangga. Senyawa ini memiliki bau yang menyengat, sehingga dapat menolak kehadiran serangga dan mencegah serangga meletakkan telur serta menghentikan proses penetasan telur. 2. Antifeedant, merupakan senyawa yang dapat mencegah serangga untuk memakan tanaman yang telah disemprot. Hal ini dikarenakan tanaman yang telah disemprot oleh insektisida alami menjadi terasa pahit. 3. Racun syaraf. 4. Atractant, merupakan senyawa yang mampu memikat kehadiran serangga, sehingga senyawa ini dapat digunakan sebagai perangkap serangga. Dadang dan Prijono (2008) menyatakan bahwa pilihan penggunaan insektisida nabati tentunya harus didasari oleh alasan-alasan yang kuat dan tepat yang berkaitan dengan sifat dasar insektisida nabati itu sendiri. Secara umum insektisida nabati bersifat: a) Mudah terurai di alam (biodegradable) sehingga diharapkan tidak meninggalkan residu pada produk pertanian. b) Relatif aman terhadap organisme bukan sasaran termasuk musuh alami hama (selectivity) sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan menjaga bioversitas organism pada suatu ekosistem pertanian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22

c) Dapat

dipadukan

dengan

komponen

pengendalian

lainnya

(compatibility) yang memungkinkan penerapan teknologi atau strategi lain yang dapat dilakukan secara bersama-sama sehingga tidak ada komponen pengendalian yang mendominan. d) Dapat memperlambat laju resistensi yang sangat penting dalam rangka manejemen resistensi (insect pest resistant management). e) Dapat menjamin ketahanan dan keberlanjutan dalam usaha tani (sustainability) karena dapat menjamin semua komponen dalam ekosistem berjalan dengan baik. Menurut Naria (2005) kelemahan dari pemakaian insektisida nabati, antara lain: 1. Frekuensi penggunaan insektisida nabati lebih tinggi dibandingkan dengan

insektisida

sintesis.

Tingginya

frekuensi

penggunaan

insektisida botani adalah karena sifatnya yang mudah terurai di lingkungan sehingga harus lebih sering diaplikasikan. 2. Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active ingredient) dan kadang kala tidak semua bahan aktif dapat dideteksi. 3. Tanaman insektisida nabati yang sama, tetapi tumbuh di tempat yang berbeda, umur tanaman berbeda, iklim berbeda, jenis tanah berbeda, umur

tanaman

berbeda,

dan

waktu

panen

yang

mengakibatkan bahan aktifnya menjadi sangat bervariasi.

berbeda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23

C. Tanaman Ageratum conyzoides L. 1. Klasifikasi Klasifikasi tanaman Ageratum conyzoides L. menurut Planmor (2012) adalah sebagai berikut : Kingdom

: Plantae

Sub Kingdom

: Tracheobionta

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Ageratum

Spesies

: Ageratum conyzoides L.

Gambar 2.6 Tanaman Ageratum Conyzoides L. (Dok. Pribadi)

Tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan yang mengeluarkan aroma mirip dengan kambing, sehingga dalam bahasa daerah disebut Babadotan/ Bandotan/ Wedusan. Nama ilmiah babadotan adalah Ageratum conyzoides L. berasal dari bahasa Yunani (“a geras” berarti tumbuhan berumur panjang seperti Dewi Konyz). Memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada berbagai kondisi ekologi, bijinya sangat kecil dan ringan, bersifat positif photoblastik (biji yang memerlukan cahaya yang cukup), viabilitas biji bisa bertahan hingga 12 bulan dengan suhu optimum untuk perkecambahan 20-50°C. Keistimewaan tersebut menyebabkan tumbuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24

ini sangat mudah tumbuh, berkembang dan tersebar luas. Jika tumbuh di sekitar pertanaman atau pekarangan sering dianggap sebagai gulma yang menurunkan

hasil

dan

menimbulkan

kerugian

pada

usaha

tani

(Mildaerizanti, 2015).

2. Nama Daerah Tanaman Ageratum conyzoides L. Bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam (Sumatera); babadotan, babadotan leutik, babandotan, babadotan beureum, babadotan hejo, jukut bau, ki bau (Sunda); bandotan, berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak (Jawa); dan dawet, lawet, rukut manooe, rukut weru, sopi (Sulawesi) (Agromedia, 2008).

3. Morfologi Tanaman Ageratum conyzoides L. Habitus berupa tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm dan bercabang. Batang berbentuk bulat berbulu tebal. Daun tunggal bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang, helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung meruncing, tepi bergerigi, panjangnya 1-10 cm, lebar 0,5-7 cm, kedua permukaan daun meroma dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, biasanya berwarna biru hingga ungu, terkadang putih. Panjang bonggol bunga 6-8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25

mm, dengan tangkai yang berambut. Buah bulat panjang berwarna hitam dan bentuknya kecil (Badan POM RI, 2008).

a

b

c

Gambar 2.7 Morfologi Tanaman Ageratum conyzoides L.: (a) Akar (b) Batang (c) Daun (Dok. Badan POM RI, 2008). 4. Ekologi dan Penyebaran Tanaman Ageratum conyzoides L. Bandotan (Ageratum conyzoides L.) merupakan herba 1 tahun. Bandotan berasal dari daerah tropis di Amerika. Di Indonesia, bandotan merupakan salah satu tumbuh-tumbuhan pengganggu yang terkenal. Bandotan tumbuh di ladang, semak belukar, halaman kebun, tepi jalan dan tepi air. Tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut (Steenis, 1997).

5. Manfaat Tanaman Ageratum conyzoides L. Tanaman ini dikenal secara luas sebagai tanaman obat juga dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Sebagai tanaman obat di Indonesia, bagian akar dari tumbuhan ini digunakan untuk menurunkan demam, sedangkan bagian daunnya digunakan sebagai pencuci mata serta mengobati sakit perut dan luka. Di Malaysia, daun A. conyzoides digunakan untuk mengurangi sakit gigi, keseluruhan tumbuhan digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26

untuk mengobati asma dan akarnya digunakan untuk mengobati batuk. Di Brazil larutan ekstrak daun atau keseluruhan tanaman ini digunakan untuk mengobati kolik, demam, flu, diare, rematik, kejang-kejang atau sebagai tonik. Sebagai pestisida nabati, ekstrak kloroform tanaman ini telah diuji toksisitasnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kloroform A. conyzoides mempunyai efek toksik terhadap larva Artemia salina. Ekstrak metanol daun dan akar tanaman juga dapat menghambat bakteri S. Pyogenes. Daun yang diekstrak dengan metanol pada konsentrasi 1% beracun terhadap serangga. Tepung daunnya yang dicampur dengan tepung terigu mampu menghambat pertumbuhan larva sehingga menjadi pupa, seperti nyamuk, hama pascapanen (Sitophilus sp. dan Callosobuchus sp.), nematoda (Meloidogyne incognita) dan sebagainya (Wijayanto, 2016). Sedangkan, menurut Agromedia (2008) herba bandotan berasa sedikit pahit, pedas, dan sifatnya netral. Karena itulah bandotan dapat digunakan sebagai penolak serangga (insect repellent).

6. Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Ageratum conyzoides L. Berikut kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman Ageratum conyzoides L. : a. Flavonoid Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27

ini merupakan produk metabolik sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat racun (Robinson, 1995). Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dengan mengecualikan alga. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah, dan biji. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yang terbesar, yaitu angiospermae. Selain itu, flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, dan air (Markham, 1988). Menurut Dinata (2009) flavonoid merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat insektisida. Flavonoid menyerang bagian syaraf pada beberapa organ vital serangga sehingga timbul suatu perlemahan syaraf, seperti pernapasan dan menimbulkan kematian. Flavonoid juga dapat menghambat daya makan serangga (antifeedant). Bila senyawa ini masuk dalam tubuh serangga, maka alat pencernaannya akan terganggu. Senyawa ini juga bekerja dengan menghambat reseptor perasa pada daerah mulut serangga. Hal ini mengakibatkan serangga gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Akibatnya serangga mati kelaparan. b. Alkaloid Menurut Harbone (1996) alkaloid sekitar 5500 telah diketahui merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Sedangkan, menurut Sjamsul Arifin Achmad (1986) alkaloid adalah golongan senyawa organik yang banyak ditemukan di alam. Sebagian besar alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luar dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah atom nitrogen yang biasanya bersifat basa. Sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Definisi tentang alkaloid harus dibatasi karena asam amino, peptida dan nukleotida bukanlah suatu alkaloid. Bagi tumbuhan, alkaloid berfungsi sebagai senyawa racun yang melindungi tumbuhan dari serangga atau herbivora (hama dan penyakit), pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion (Sudarma, 2014). Umumnya alkaloid merupakan senyawa padat, berbentuk kristal, tidak berwarna dan mempunyai rasa pahit. Menurut Harborne (1996) alkaloid umumnya tidak ditemukan pada gymnospermaae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah lainnya. Alkaloid juga mampu menghambat pertumbuhan serangga, terutama tiga hormon utama dalam serangga yaitu hormon otak (brain hormone), hormon edikson, dan hormon pertumbuhan (juvenile hormone). Tidak berkembangnya hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorphosis. Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10 –

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

15 %. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar (Sabirin, et al., 1994). Berdasarkan penelitian Janzen et.al (1977) pada konsentrasi 0,1% alkaloid telah bersifat toksik dan berpengaruh secara farmakologi terhadap hewan. c. Saponin Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah mupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah (Harborne, 1996). Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan dapat menyebabkan bersin dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, banyak di antaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan dan Mulyani, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30

Saponin termasuk ke dalam senyawa terpenoid. Aktivitas saponin ini di dalam tubuh serangga adalah mengikat sterol bebas dalam saluran pencernaan makanan dimana sterol itu sendiri adalah zat yang berfungsi sebagai perkusor hormon edikson, sehingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas dalam tubuh serangga akan mengakibatkan terganggunya proses pergantian kulit (moulting) pada serangga.

Saponin

memiliki

efek

lain

menurunkan

tegangan

permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus larva menjadi korosif (Aminah dkk., 2001). Menurut Marfu’ah (2005) saponin dapat merusak sistem saraf hama, efeknya nafsu makan hilang. Hal tersebut menyebabkan hama kurang makan dan akhirnya mati. d. Minyak Atsiri Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31

Properti minyak atsiri berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid (Burt, 2007). Selain itu, Rodriguez & Levin (1975) dalam Sukandar dkk., (2007:1) mengemukakan bahwa minyak atsiri memiliki pengaruh sebagai penarik, atau sebagai insektisida pada serangga. Menurut Sudaryani dan Sugiharti (1998) pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi, yaitu: (1) membantu proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, (2) mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan (3) sebagai cadangan makanan bagi tanaman. Menurut Hartati (2012) minyak atsiri juga mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi produk-produk derivat lainnya seperti pestisida. Pengembangan produk-produk derivat dari minyak atsiri diharapkan dapat mengurangi atau menggantikan produk-produk yang berasal dari bahan kimia sintetik.

7. Potensi Tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai Insektisida Nabati Seperti halnya tanaman beracun lainnya, babadotan juga memiliki kemampuan sebagai insektisida nabati (racun serangga), karena dalam daun dan bunga babadotan terkandung senyawa penting atau senyawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32

metabolit yang bersifat sebagai insektisida seperti alkaloid, flavonoid, kumarin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri (Kardinan, 2004). Menurut Agromedia (2008) herba bandotan mengandung asam amino,

organacid,

pectic

substance,

minyak

atsiri,

kumarin,

ageratochromene, friedelin, β-sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan pottasium kloida. Menurut Badan POM RI (2008) daun dan bunga Ageratum conyzoides mengandung saponin, flavonoid, terpen dan polifenol, di samping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri. Samsudin

(2008)

menyatakan

bahwa

babadotan

(Ageratum

conyzoides L.) memiliki senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai insektisida dan nematisida. Kandungan senyawa bioaktif di antaranya saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri yang mampu mencegah hama mendekati tanaman (penolak) dan menghambat pertumbuhan larva menjadi pupa. Menurut Marfu’ah (2005) dalam Damayanti (2006) daun babadotan dapat berfungsi sebagai repellent (zat penolak) pada serangga karena memiliki aroma menyengat dan kandungan minyak atsiri yang berguna untuk menggempur hama. Selain itu, daun babadotan juga mengandung zat antifeedant yang disebabkan oleh adanya kandungan minyak atsiri sehingga nafsu makan serangga berkurang. Saponin yang ada pada daun babadotan juga tidak disukai oleh serangga karena rasanya yang pahit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33

Ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. juga menghasilkan beberapa minyak yang berpotensi sebagai insektisida. Komposisi yang terkandung dalam minyak-minyak tersebut adalah prococene I dan prococene II, beta-caryophyllene, gamma-bisabolene, 3,3-dimethyl-5tertbutilindone dan fenil asetat. Selain itu juga diidentifikasi adanya senyawa 2-(2’-methylethyl)-5,6-dimethoxybenzofuran dan asam 6-methyl12-heptadecenoic (Amelot et all., 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat racun dari insektisida khususnya dari daun Ageratum conyzoides L. adalah toksisitas dari senyawa insektisida, dosis insektisida khususnya konsentrasi, lama terkena insektisida dan cara pestisida masuk dalam tubuh serangga (Prijono dalam Latif, 2001). Sistem kerja zat aktif pestisida nabati masuk melalui oral maupun kulit hama. Racunnya akan menyerang sistem saraf maupun pencernaan

sehingga

dapat

melumpuhkan

dan mematikan

hama

(Marfu’ah, 2005).

D. Lethal Concentration (LC50) LC50 (Lethal Concentration) merupakan konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC50 96 jam (Dhahiyat dan Djuangsih, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34

Menurut Meyer et.al (1982) suatu bahan kimia dinyatakan berkemampuan toksik akut bila aksi langsungnya mampu membunuh 50% atau lebih populasi uji dalam selang waktu yang pendek, missal 24 jam, 48 jam s/d 14 hari. Penentuan LC50 biasanya banyak digunakan dalam uji toksisitas pada farmakologi. LC50 adalah suatu perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. Makna LC50 adalah pada konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50 % dari organisme uji, misalnya larva Artemia salina (brine shrimp) (Fadhillah, 2013).

E. Hasil Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan Damayanti (2006) mengenai pengaruh ekstrak babadotan (Ageratum conyzoides L.) sebagai insektisida botani terhadap mortalitas dan perkembangan ulat kubis (Plutella xylostella L.) dari hasil ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan berpengaruh sangat signifikan (P<0,01) terhadap mortalitas dan perkembangan Plutella xylostella L. Pada pengamatan mortalitas 24 jam dan 48 jam mortalitas paling tinggi adalah konsentrasi 4,50%. Dari hasil analisis probit diperoleh LC50-24 jam sebesar 1,9916% dan LC90-24 jam sebesar 6,2706%. Sedangkan untuk LC5048 jam sebesar 1,3443% dan LC90-48 jam sebesar 4,2325%. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan tanaman A. conyzoides sebagai alternatif insektisida nabati terhadap ulat P. xylostella. Perbedaannya adalah pada penelitian Damayanti (2006) ini hanya menggunakan ekstrak daun A. conyzoides, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35

ekstrak daun dan bunga A. conyzoides. Selain itu, proses maserasi penelitian ini menggunakan pelarut methanol untuk membuat ekstraknya, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan pelarut etanol sebagai pelarut maserasi simplisia dikarenakan lebih aman serta ramah lingkungan dibanding methanol. Dalam pengaplikasian penelitian ini menggunakan metode pencelupan, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan metode penyemprotan menggunakan handsprayer. Penelitian yang dilakukan Lumowa (2011) mengenai efektivitas ekstrak babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap tingkat kematian larva Spodoptera litura F. menunjukkan bahwa pada uji pendahuluan dengan perlakuan konsentrasi 10% ekstrak babadotan menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 60% , sedangkan uji lanjutan dengan perlakuan konsentrasi 20% ekstrak babadotan menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 100% dengan lama kematian larva uji 26-60 menit. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan ekstrak dari tanaman gulma babadotan (Ageratum conyzoides L.) yang diuji efektivitasnya sebagai alternatif pengendali hama. Perbedaannya adalah pada penelitian ini target hamanya adalah larva Spodoptera litura F., sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan ulat kubis (Plutella xylostella L.). Penelitian ini tidak menggunakan metode LC50 sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan LC50. Berdasarkan penelitian Lumowa (2011) membuktikan bahwa ekstrak babadotan (Ageratum conyzoides L.) bersifat sebagai insektisida botanis terhadap larva instar IV S.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36

litura. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak babadotan yang diberikan maka ekstrak babadotan semakin tinggi tingkat mortalitas larva uji. Penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2010) mengenai perbedaan toksisitas ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L.) dan ekstrak daun sereh wangi (Andropogon nardus L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L. membuktikan bahwa ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L.) lebih efektif digunakan sebagai larvasida. Hal ini berdasaran pada besarnya LC50 dan LC90 dari ekstrak daun babadotan pada masa dedah 24 jam dan 48 jam membutuhkan konsentrasi yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan ekstrak daun sereh wangi (Andropogon nardus L.). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan ekstrak tanaman babadotan (Ageratum conyzoides L.) dan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2010) juga menggunakan ekstrak daun sereh wangi (Andropogon nardus L.) sebagai pembanding dan diaplikasikan pada larva nyamuk Aedes aegypti L., sedangkan pada penelitian yang dilakukan diaplikasikan pada ulat kubis (Plutella xylostella L.). Penelitian ini hanya menggunakan ekstrak daun tanaman A. conyzoides, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan ekstrak daun dan bunga tanaman A. conyzoides. Berikut adalah gambar 2.8 yang menunjukkan kebaharuan penelitian ini terhadap penelitian-penelitian relevan yang telah dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.8 Bagan Literature Map

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38

F. Kerangka Berpikir Hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) merupakan hama tanaman yang menyerang tanaman kubis-kubisan yang menyebabkan kerusakan kubis pada bagian daunnya dan membuat para petani kubis mengalami gagal panen dan penurunan produksi kubis akibat hama ulat tersebut. Dalam pengendaliannya, Petani cenderung menggunakan insektisida kimiawi yang ampuh tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lingkungan sekitar. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai insektisida nabati dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang bersifat sebagai insektisida seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri. Dengan bahan baku berupa daun dan bunga Ageratum conyzoidez L. yang dijadikan insektisida nabati, maka hal tersebut dapat dijadikan suatu alternatif bagi para petani dalam pengendalian hama dan kualitas tanaman pun tidak berkurang. Bagan kerangka berpikir dari penelitian yang dilakukan ditampilkan pada Gambar 2.9:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39

Gambar 2.9 Kerangka Berpikir

G. Hipotesa 1. Ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. berpengaruh toksik terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). 2. Konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. pada tingkat konsentrasi tertentu berperan sebagai nilai LC50 24 jam dan 48 jam yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh toksisitas ekstrak tanaman A. conyzoides sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) dan mengetahui nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman A. conyzoides yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella). Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel antara lain: 1. Variabel bebas

: konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides

2. Variabel terikat

: tingkat mortalitas ulat kubis (P. xylostella)

3. Variabel kontrol

: tanaman A. conyzoides, ulat P. xylostella, daun kubis, penyemprotan

B. Desain Penelitian Penelitian ini terdiri dari 1 kontrol (0%) dan 3 perlakuan (2%, 6%, 10%) dengan ekstrak tanaman A. conyzoides, yang dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Pada setiap pengulangan menggunakan 10 ulat P. xylostella instar IV berwarna hijau yang berumur 10

hari dan merupakan fase terakhir dari

stadium ulat. Penelitian ini dilakukan dalam stoples pemeliharaan dan menggunakan metode penyemprotan daun. Berikut kombinasi perlakuan pada pengamatan mortalitas P. xylostella:

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41

Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan pada Pengamatan Mortalitas P. xylostella Ulangan Konsentrasi (%) P0 P1 P2 P3 U1 P0U1 P1U1 P2U1 P 3 U1 U2 P0U2 P1U2 P2U2 P 3 U2 U3 P0U3 P1U3 P2U3 P 3 U3 Keterangan: P0 = konsentrasi 0% (Kontrol dengan akuades) P1 = Perlakuan dengan konsentrasi 2% P2 = Perlakuan dengan konsentrasi 6% P3 = Perlakuan dengan konsentrasi 10%

C. Batasan Penelitian 1. Penelitian ini berfokus pada penggunaan ekstrak tanaman A. conyzoides terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) yang dilakukan dalam stoples pemeliharaan 2. Tanaman A. conyzoides yang digunakan sebagai insektisida nabati adalah bagian daun dan bunganya yang dicampur secara acak 3. Pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 4. Pengujian esktrak tanaman A. conyzoides dilakukan dengan konsentrasi 0%, 2%, 6%, 10% dan 3 kali pengulangan 5. Ulat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat P. xylostella instar IV memiliki panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna hijau, dan berumur 10 hari (Rukmana, 1994 dalam Purba, 2007) 6. Untuk setiap pengulangan pada masing-masing perlakuan diujikan P. xylostella sebanyak 10 ekor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42

7. Pengamatan mortalitas yang terjadi diamati selama 24 jam setelah aplikasi dan dilanjutkan sampai 48 jam dari perlakuan ekstrak daun A. conyzoides (waktu dedah aplikasi ekstrak A. conyzoides sampai 48 jam) 8. Mortalitas adalah tingkat kematian pada suatu populasi 9. Metode analisis data menggunakan analisis probit LC50 10. LC50 merupakan salah satu metode untuk mengetahui kadar toksik dari suatu zat melalui analisa konsentrasi zat tersebut dalam mematikan 50% populasi hewan uji.

D. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juni 2017, bertempat di Laboratorium Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai tempat peminjaman alat lab, Kos Zusiarib Paingan Maguwoharjo sebagai tempat pembuatan ekstrak A. conyzoides dan budidaya ulat P. xylostella, Kavling Sawahan, Kedu, Temanggung sebagai tempat perlakuan, dan di Laboratorium Chem-Mix Pratama Bantul sebagai tempat pengujian secara kuantitatif senyawa alkaloid dan flavonoid dari ekstrak tanaman A. conyzoides.

E. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitan ini, yaitu gelas ukur 100 ml dan 5 ml, gelas beker 1 L, erlenmeyer 1 L, timbangan digital, batang pengaduk, corong gelas 100 mm, pipet tetes, blender, baskom, nampan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43

stoples plastik, kertas saring, alumunium foil, kapas, gunting/ cutter, kain kasa, kipas angin, mangkuk kaca, kardus, label, karet gelang, alat tulis, dan kamera digital.

2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu daun dan bunga A. conyzoides, ulat P. xylostella, daun kubis, serbuk gergaji, larutan madu 10%, akuades, larutan etanol

F. Cara Kerja 1. Pembuatan Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. Tanaman A conyzoides diambil di sekitar Kampus III Universitas Sanata Dharma dan Kebun Percobaan Biologi Universitas Sanata Dharma. Cara membuat ekstrak tanaman A. conyzoides dilakukan dengan memetik helaian daun dan bunga A. conyzoides sebanyak-banyaknya, lalu dibersihkan sampai bersih dicuci dengan air, kemudian dikeringkan atau dijemur sampai kering selama lebih kurang 1 minggu, kemudian diblender dan ditimbang berat kering 368 gram. Bubuk simplisia tanaman A. conyzoides dilakukan maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 90% di dalam Erlenmeyer dengan perbandingan 1 (simplisia) : 4 (pelarut etanol) sampai simplisia terendam semua. Selama 3 hari simplisia direndam dan sesekali diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar (Ditjen POM, 2000). Setelah 3 hari hasil rendaman tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring dan corong ke dalam gelas beker. Dilakukan maserasi kembali dengan menggunakan larutan etanol 96% dari sisa ampas maserasi sebelumnya hingga ekstraksi yang dihasilkan jernih. Kemudian hasil larutan ekstraksi maserasi tersebut diuapkan sampai kering menggunakan kipas angin. Mangkuk kaca yang berisi larutan hasil ekstraksi maserasi diletakkan di dalam kardus. Selanjutnya, kipas angin diletakkan di depan mangkuk kaca berisi larutan hasil ekstraksi maserasi yang berfungsi untuk mengeringkan hasil penyaringan atau membantu penguapan larutan hasil maserasi. Pengeringan dilakukan selama 2 sampai 3 hari hingga didapatkan ekstrak kental (wujudnya menyerupai pasta). Kemudian disimpan dalam lemari es dengan suhu 4°C sampai saatnya digunakan dan dilakukan pengenceran dengan akuades sesuai konsentrasi perlakuan, sebagai berikut: P0 = Konsentrasi 0% (0 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades) P1 = Konsentrasi 2% (1 gr ekstrak A. conyzoides + 50ml akuades) P2 = Konsentrasi 6% (3 gr ekstrak A.conyzoides + 50 ml akuades)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45

P3 = Konsentrasi 10% (5 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades)

(a)

(b)

(c) Gambar 3.1 Hasil Pengenceran Ekstrak Tanaman A. conyzoides dengan Akuades (a) P1 (konsentrasi 2%) (b) P2 (konsentrasi 6%) (c) P3 (konsentrasi 10%)

2. Penyiapan dan Pemeliharaan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) Penyiapan ulat uji dilakukan dengan mengumpulkan ulat uji P. xylostella dari lapangan, kemudian ulat-ulat yang dikumpulkan dan di pindahkan ke dalam stoples plastik berdiameter 9 cm, kemudian ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang. Ulat-ulat kubis (P. xylostella) tersebut dipelihara hingga ulat-ulat tersebut berubah menjadi stadium pupa. Selama pemeliharaan ulat-ulat diberi makanan setiap hari dengan daun kubis segar. Kemudian pupa akan berubah menjadi ngengat. Ngengat yang sudah muncul dipindahkan ke dalam stoples pemeliharaan ngengat dan diberi makanan berupa larutan madu 10%. Ngengat dibiarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46

berkopulasi dan meletakkan telurnya pada kertas atau daun kubis yang telah disediakan sampai telur yang diletakkan cukup banyak, kemudian telur yang telah dikumpulkan tersebut dipindahkan ke dalam stoples pemeliharaan ulat yang telah diisi serbuk gergaji dengan daun kubis segar sampai sekitar 3 – 4 hari telur menetas menjadi ulat. Selanjutnya ulat-ulat tersebut terus dipelihara dengan diberikan makanan berupa daun kubis segar hingga memasuki hari ke-10 yang berlangsung selama 3 hari (ulat instar IV) yang merupakan fase terakhir larva P.

xylostella yang

digunakan dalam penelitian. Ulat-ulat P. xylostella instar IV tersebut kemudian dipindahkan ke dalam stoples sesuai perlakuan konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides. Stoples diberi label sesuai dengan konsentrasi larutan ekstrak tanaman A. conyzoides yang disemprotkan pada masing-masing perlakuan.

(a) (b) Gambar 3.2 Stoples Pemeliharaan Ulat (a) dan Ngengat (b)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47

3. Pengamatan Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) Siklus hidup ulat kubis (P. xylostella) memiliki 4 siklus, yaitu meliputi telur, ulat, pupa/ kepompong, dan ngengat/ imago. Sebelum dilakukan pengujian ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. pada ulat kubis (P. xylostella), maka dilakukan penyiapan ulat uji yang digunakan terlebih dahulu. Penyiapan ulat uji dilakukan dengan mengembangbiakan ulat uji terlebih dahulu yang diambil dari lapangan sehingga diperoleh dalam jumlah ulat yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan usia yang sama. Ulat uji yang diambil dari lapangan merupakan ulat P. xylostella instar IV yang memiliki ciri-ciri panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm dan berwarna hijau. Setelah 3 – 4 hari ulat tersebut berubah menjadi pupa dengan membuat kokon yang berwarna putih sebagai pelindung sehingga tampak seperti jala dan berbentuk silinder. Pembentukan kepompong mula-mula dibuat dasarnya, sisi, kemudian tutupnya, kemudian pada bagian ujungnya dibiarkan terbuka untuk keperluan pernapasan (aerasi). Pembuatan kepompong (pra pupa) ini diselesaikan dalam waktu 24 jam dan pupa masih berwarna hijau, setelah selesai ulat akan berubah menjadi pupa yang berwarna kecoklatan. Stadium pupa berlangsung sekitar 4 – 6 hari kemudian berubah menjadi ngengat/ imago. Berikut gambar siklus hidup dari ulat kubis (P. xylostella) yang terdiri dari stadium ulat, pra pupa, pupa, ngengat/ imago, dan telur:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48

(a)

(b)

(e)

(c)

(d)

Gambar 3.3 Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) : ulat (a) pra pupa (b), pupa (c), ngengat/ imago (d), telur (e)

Ngengat akan mengakhiri stadium pupanya dengan melepaskan diri dari kokon pupa yang berbentuk jala. Sesuai dengan pernyataan Deptan (2008) ngengat berbentuk abu-abu sampai coklat kelabu dan pada sayapnya nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian (diamond) atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya. Maka dari itu, hama ini juga disebut ngengat punggung berlian. Ngengat beristirahat pada siang hari dan aktif pada malam hari. Stadium ngengat sekitar 7 – 14 hari. Ngengat memiliki panjang tubuh sekitar 5 – 9 mm.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49

Waktu ngengat istirahat, antenna lurus ke depan. Sesuai dengan pernyataan Sudarmo (1994) ngengat jantan kelihatan lebih kecil dibanding dengan betina, demikian pula warnanya lebih cerah. Ngengat betina dapat menghasilkan telur sekitar 180 – 320 butir. Ngengat betina akan meletakkan telurnya secara mengelompok dalam satu daun ke daun lainnya, sehingga satu ngengat dapat bertelur pada banyak tanaman kubis. Telur P. xylostella berwarna kuning pucat, berbentuk oval dan rata, ukurannya seitar 0,44 – 0,26 mm. Telur P. xylostella disimpan sendiri atau secara berkelompok kecil dari dua sampai delapan telur pada cekungan di permukaan dedaunan. Telur tersebut akan menetas setelah 3 – 4 hari. Ulat yang baru menetas berwarna hijau pucat sedang yang telah dewasa ulat berwarna hijau lebih tua. Telur yang baru menetas akan masuk ke dalam jaringan daun dan memakannya sehingga hanya menyisakan bagian epidermisnya saja yang terlihat bercak putih dan apabila diterawang akan nampak seperti lubang.

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 3.4 Stadium Ulat Kubis (Plutella xylostella L.): instar I (a), instar II (b), instar III (c), instar IV (d)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50

Stadium ulat P. xylostella terdiri dari empat instar, yaitu instar I, instar II, instar III, dan instar IV. Ulat instar I memiliki ciri-ciri panjang 1 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan pucat, dan berumur selama 4 hari. Ulat instar II memiliki ciri-ciri panjang 2 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan berumur selama 2 hari. Ulat instar III memiliki ciri-ciri panjang 4 – 6 mm, lebar 0,75 mm, berwarna hijau, dan berumur selama 3 hari. Ulat instar IV memiliki ciri-ciri panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna hijau lebih tua, dan berumur selama 3 hari. Ciri khas dari ulat P. xylostella bila merasa ada bahaya akan menjatuhkan diri dengan mengeluarkan benang untuk menyelamatkan diri. Ulat bersembunyi di balik daun, sambil makan. Biasanya yang dimakan hanya daging daun tetapi kulit ari bagian luar permukaan daun sebelah atas tidak hingga daun kelihatan bercak-bercak putih. Apabila kulit ari yang terserang menjadi kering, maka akan sobek dan kelihatan berlubanglubang. Apabila serangan menghebat yang tertinggal hanyalah tulangtulang daun, sehingga bentuk daun seperti wayang kulit. Jadi, dalam satu siklus hidup ulat P. xylostella terdiri dari 4 tahap, yaitu ulat akan berubah menjadi pupa/ kepompong, kemudian pupa/ kepompong tersebut berubah menjadi ngengat/ imago, ngengat dewasa akan bertelur, dan telur akan menetas menjadi ulat kembali. Sehingga satu siklus hidup ulat P. xylostella berlangsung selama sekitar 36 hari. Ulat P. xylostella pada penelitian ini menggunakan ulat instar IV yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51

ukuran panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna hijau lebih tua, dan berumur selama 3 hari.

4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian Pengambilan sampel penelitian dengan cara mengambil ulat P. xylostella yang diperoleh dari hasil penangkaran dengan mengambil ulat P. xylostella dari lapangan langsung, yaitu tanaman kubis-kubisan yang terserang hama ulat P. xylostella. Ulat yang digunakan adalah ulat instar IV yang merupakan fase terakhir dari stadium ulat/ larva, berwarna hijau dan berumur 10 hari. Jumlah sampel penelitian adalah 120 ulat instar IV P. xylostella dengan 3 perlakuan dan 1 kontrol. Setiap pengamatan dilakukan 3 kali ulangan dan setiap pengulangan pada masing-masing perlakuan diujkan sebanyak 10 ulat P. xylostella instar IV.

5. Pengujian Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. terhadap Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) Ulat P. xylostella instar IV dari hasil penangkaran diletakkan dalam stoples plastik berdiameter 9 cm sesuai perlakuan. Sebelum diberi perlakuan ulat P. xylostella dipuasakan terlebih dahulu selama 6 jam. Penyemprotan daun kubis dengan handsprayer dilakukan pada pagi pukul 07.00 WIB. Setelah ulat P. xylostella selesai dipuasakan selama 6 jam, lembaran dari daun kubis dilepas dan dipilih dengan ukuran diameter sekitar 13 cm untuk pakan ulat P. xylostella, kemudian daun disemprot

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52

sebanyak 50 ml larutan ekstrak tanaman A. conyzoides sesuai perlakuan konsentrasi

dan

dipastikan

daun

tersemprot

rata,

kemudian

dikeringanginkan 2-3 menit, lalu dimasukkan ke dalam stoples sebagai makanan ulat P. xylostella. Kemudian stoples ditutup dengan kain kasa yang diikat dengan karet gelang. Untuk perlakuan kontrol daun hanya disemprot dengan 50 ml akuades. Aplikasi dilakukan hanya satu kali. Setelah 24 jam diamati mortalitas ulat P. xylostella. Setelah itu pakan diganti dengan daun segar tanpa perlakuan. Kemudian diamati sampai 48 jam dari perlakuan dihitung jumlah mortalitas ulat pada tiap perlakuan. Tingkat mortalitas ulat uji dinyatakan dalam persentase mortalitas ulat uji menggunakan rumus berikut (Hidayati, 2013):

Keterangan: P = Persentase mortalitas ulat P. xylostella a = Jumlah total ulat P. xylostella yang mati di setiap pelakuan b = Jumlah total ulat P. xylostella di setiap perlakuan

6. Pengambilan Data Pengambilan data mortalitas ulat P. xylostella diambil setiap pagi pukul 07.00 WIB. Pengambilan data mortalitas dilakukan pada pengamatan jam ke-24 dan jam ke-48 dengan mencatat jumlah mortalitas ulat P. xylostella.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53

G. Metode Analisis Data Data yang diperoleh adalah persentase mortalitas hasil pengamatan pada setiap pengambilan data untuk setiap perlakuan. Data yang diperoleh akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan persentase mortalitas total pada akhir pengamatan. Kemudian data dianalisis dengan analisis probit LC50 untuk menentukan nilai LC50 24 Jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman A. conyzoides yang berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Untuk menentukan nilai LC50 ulat uji (P. xylostella) dari beberapa konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dianalisis menggunakan analisis probit dengan melihat tabel probit menurut Finney (1971) dan mencari kurva grafik regresi linier dengan Microsoft Office Excel 2007. Berikut contoh perhitungan penentuan LC50 pada Uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) ekstrak Bakteri asal Spons (Fadhillah, 2013). Berikut Langkahlangkahnya: 1. Buatlah tabel seperti berikut, kemudian masukkan nilai konsentrasi yang dilakukan, Log10 konsentrasi dan Jumlah larva yang digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54

2. Jika sudah melakukan BSLT, tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap kolom Jumlah larva mati sesuai dengan konsentrasinya. 3. Hitung % mortalitasnya dengan cara = ((Jumlah yang mati / Jumlah total Larva) × 100 %) 4. Perhatikan jumlah larva yang mati pada konsentrasi 0 atau kontrol. Jika terdapat yang mati maka hitung mortalitas terkoreksi, sesuai ulangan.

5. Setelah % mortalitas terkoreksi didapatkan untuk setiap ulangan maka rata-ratakan dengan membagi total mortalitas terkoreksi dengan jumlah ulangan yang dilakukan. Masukkan hasil rata-rata tersebut ke kolom ratarata % mortalitas terkoreksi. 6. Cari nilai probit (probability unit) dari rerata mortalitas terkoreksi yang didapatkan dan masukkan ke kolom probit. Mencari nilai probit tinggal mencocokkan dengan tabel probit menurut Finney (1971).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55

7. Jika nilai probit sudah ada, dibuat grafik hubungan antara nilai probit mortalitas (sb.y) dan Log10 konsentrasi (sb.x) di Microsoft Office Excel. Pilih insert kemudian pilih chart dan pilih model XY scatter yang pertama. Masukkan nilai probit di sumbu Y dan nilai log10 konsentrasi di sumbu X. Kemudian klik kanan pada titik birunya, pilih add trendline. Setelah itu, klik Display Equation on Chart untuk memunculkan persamaan y.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56

8. Jika persamaannya sudah ada, tinggal dimasukkan nilai untuk LC50 adalah bernilai 5, karena nilai 5 mewakili 50% nilai probit atau 50% kematian larva. Nilai x dicari dengan memasukkan nilai 5 ke persamaan yang didapatkan. Kemudian tentukan LC50 dengan antilog(x) atau 10x. Untuk mengetahui hubungan (korelasi) regresi linear antara variabel bebas dan terikatnya adalah dengan melihat nilai koefisien diterminasi R square (R2). Menurut Raharjo (2017) besarnya nilai koefisien determinasi R square (R2) hanya antara 0 – 1. Sementara jika dijumpai R Square bernilai minus (-), maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikatnya (Y). Semakin kecil nilai koefisien determinasi R Square, maka ini artinya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya semakin lemah. Sebaliknya, jika nilai R square semakin mendekati 1, maka pengaruh tersebut akan semakin kuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57

Untuk memudahkan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel, Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai R square: 

0 : tidak ada korelasi antara dua variabel



>0 – 0,25 : korelasi sangat lemah



>0,25 – 0,5 : korelasi cukup



>0,5 – 0,75 : korelasi kuat



>0,75 – 0,99 : korelasi sangat kuat



1 : korelasi sempurna

H. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester ganjil pada bab mengenai ruang lingkup biologi, yaitu pada materi cabang, manfaat ilmu biologi dan metode ilmiah, dengan menggunakan kurikulum 2013 revisi terbaru yang mengacu pada lampiran 7 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Biologi SMA/MA kelas X dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016. Kompetisi Dasar (KD) yang digunakan adalah KD 3.1: Menjelaskan ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja dan KD 4.1: Menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berikut merupakan hasil analisa kandungan senyawa metabolit sekunder flavonoid dan alkaloid ekstrak tanaman A. conyzoides yang dilakukan di laboratorium Chem-Mix Pratama, Kretek Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tabel 4.1 Hasil Analisa Kandungan Flavonoid dan Alkaloid Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. No Kode Sample Analisa Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-Rata 1 Bandotan Flavonoid 0,5032% 0,5044% 0,5038% (Ageratum Alkaloid 0,0475% 0,0435% 0,0455% conyzoides L.)

Berdasarkan

hasil

analisa

kandungan

flavonoid

dengan

metode

Spectrofotometry (lampiran 5) dan alkaloid dengan metode Gravimetri (lampiran 6) diketahui bahwa kandungan flavonoid ekstrak tanaman A. conyzoides sebesar 0,5038% dan kandungan alkaloid ekstrak tanaman A. conyzoides sebesar 0,0455%. Berikut merupakan hasil mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam. Tabel 4.2 Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam sampai 48 Jam Jumlah Persentase Perlakuan Ulangan Jumlah Mortalitas Ulat Mortalitas Ulat KonsenPerlaUlat Uji Uji Uji (%) trasi (%) kuan 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 1 10 0 0 0% 0% P0 2 10 0 0 0% 0% 3 10 0 0 0% 0%

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59

P1

P2

P3

Rata-Rata 1 2 3 Rata-Rata 1 2 3 Rata-Rata 1 2 3 Rata-Rata

10 10 10 10 10 10 10 10 10

0 5 5 5 5 10 6 7 7,67 10 10 10 10

0 6 7 6 6,33 10 7 7 8 10 10 10 10

0% 50% 50% 50% 50% 100% 60% 70% 76,7% 100% 100% 100% 100%

0% 60% 70% 60% 63,3% 100% 70% 70% 80% 100% 100% 100% 100%

Keterangan : P0 = Kontrol P1 = Konsentrasi 2% (1 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades) P2 = Konsentrasi 6% (3 gr ekstrak A.conyzoides + 50 ml akuades) P3 = Konsentrasi 10% (5 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades) Berdasarkan hasil mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada Tabel 4.2 pengamatan 24 jam sampai 48 jam diketahui bahwa pada perlakuan konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides konsentrasi P1 (2%), P2 (6%), dan P3 (10%) menunjukkan adanya mortalitas ulat uji, sedangkan pada P0 (kontrol) menunjukkan tidak ada mortalitas ulat uji. Berdasarkan hasil pengamatan mortalitas ulat kubis (P. xylostella) menunjukkan perbedaan persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam. Secara keseluruhan rata-rata persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam perlakuan P0 (kontrol) sebesar 0%, P1 (konsentrasi 2%) sebesar 50%, P2 (konsentrasi 6%) sebesar 76,7%, dan P3 (konsentrasi 10%) sebesar 100%, sedangkan keseluruhan rata-rata persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 48 jam perlakuan P0 (kontrol) sebesar 0%, P1 (konsentrasi 2%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

sebesar 63,3%, P2 (konsentrasi 6%) sebesar 80%, dan P3 (konsentrasi 10%) sebesar 100%. Berdasarkan tabel persentase mortalitas ulat uji pada perlakuan konsentrasi P1 (konsentrasi 2%) sampai P2 (konsentrasi 6%) mengalami peningkatan pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi sampai 48 jam, sedangkan pada konsentrasi P0 (kontrol) dan P3 (10%) tidak mengalami peningkatan pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi sampai 48 jam. Pada P0 (kontrol) persentase mortalitas ulat uji pengamatan 24 jam sampai 48 jam nilainya tetap sebesar 0% dan P3 (konsentrasi 10%) persentase mortalitas ulat uji pengamatan 24 jam sampai 48 jam nilainya tetap sebesar 100%. Dari hasil pengamatan 24 jam sampai 48 jam menunjukkan bahwa tingkat mortalitas ulat kubis (P. xylostella) yang paling tinggi konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan maserasi menggunakan pelarut etanol terjadi pada perlakuan P3 dengan konsentrasi 10% dengan perbandingan pengenceran 5 gram ekstrak tanaman A. conyzoides dan 50 ml akuades dengan tingkat mortalitas sebesar 100% pada semua ulangan, sedangkan tingkat mortalitas ulat kubis (P. xylostella) paling rendah ekstrak tanaman A. conyzoides terjadi pada perlakuan P1 dengan konsentrasi 2% yaitu sebesar 56,65% dan tidak terjadi mortalitas sama sekali terjadi pada P0 (kontrol) yang tidak diberi perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides dengan tingkat mortalitas sebesar 0% pada semua ulangan, sedangkan pada penelitian Damayanti (2006) konsentrasi tertinggi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan maserasi menggunakan pelarut methanol pada konsentrasi 4,5% dengan perbandingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61

pengenceran 4,5 gram ekstrak tanaman A. conyzoides dan 50 ml akuades dengan waktu pengamatan selama 48 jam yaitu sebesar 100% pada semua ulangan dan mortalitas terkecil pada konsentrasi 0,75% dengan waktu pengamatan 24 jam yaitu sebesar 20%. Berikut merupakan hasil analisis probit LC50 pengamatan 24 jam dan 48 jam dengan melihat tabel probit (Lampiran 2 Tabel 1). Tabel 4.3 Analisis Probit LC50 Pengamatan 24 Jam Konsen -trasi (%)

Log10 Konsentrasi

Ulang -an

Total Ulat

Jum -lah Ulat mati

% Morta -litas

% Morta -litas Terko -reksi

Rerata % Morta -litas Terko -reksi

Nilai Probit

10 10 10

0 0 0

0 0 0

-

-

-

5,00

0

-

1 2 3

2

0,30

1 2 3

10 10 10

5 5 5

50 50 50

50 50 50

50

Nilai LC50 (%)

2,35

6

0,77

1 2 3

10 10 10

10 6 7

100 60 70

100 60 70

76,7

5,71

10

1

1 2 3

10 10 10

10 10 10

100 100 100

100 100 100

100

8,09

% Morta -litas Terko -reksi

Rerata % Morta -litas Terko -reksi

Nilai Probit

Tabel 4.4 Analisis Probit LC50 Pengamatan 48 Jam Konsen -trasi (%)

Log10 Konsentrasi

Ulang -an

Total Ulat

Jum -lah Ulat mati

% Morta -litas

0

-

1 2 3

10 10 10

0 0 0

0 0 0

-

-

-

2

0,30

1 2 3

10 10 10

6 7 6

60 70 60

60 70 60

63,33

5,33

Nilai LC50 (%)

1,93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62

6

10

0,77

1 2 3

10 10 10

10 7 7

100 70 70

100 70 70

80

5,84

1

1 2 3

10 10 10

10 10 10

100 100 100

100 100 100

100

8,09

Berdasarkan hasil analisis probit LC50 pengamatan 24 jam dan 48 jam pada Tabel 4.3 dan 4.4 log10 konsentrasi 2% adalah 0,30, log10 konsentrasi 6% adalah 0,77, dan log10 konsentrasi 10% adalah 1. Pada pengamatan 24 jam, rerata mortalitas terkoreksi 50% pada konsentrasi 2% menghasilkan nilai probit 5,00, rerata mortalitas terkoreksi 76,7% pada konsentrasi 6% menghasilkan nilai probit 5,71, dan rerata mortalitas terkoreksi 100% pada konsentrasi 10% menghasilkan nilai probit 8,09. Pada pengamatan 48 jam, rerata mortalitas terkoreksi 63,33% pada konsentrasi 2% menghasilkan nilai probit 5,33, rerata mortalitas terkoreksi 80% pada konsentrasi 6% menghasilkan nilai probit 5,84, dan rerata mortalitas terkoreksi 100% pada konsentrasi 10% menghasilkan nilai probit 8,09. Berikut merupakan hasil kurva grafik regresi linier hubungan log10 konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan nilai probit dari mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam dan 48 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63

Probit of Mortality 10

y = 3.9855x + 3.5167 R² = 0.7719

Probit

8 6 4

Linear (Probit of Mortality)

2 0 0

0.2

0.4 0.6 0.8 Log10 Concentration

1

1.2

Gambar 4.1 Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam

Probit of Mortality 10

y = 3.5208x + 3.9906 R² = 0.7317

Probit

8 6 4

Linear (Probit of Mortality)

2 0 0

0.2

0.4 0.6 0.8 Log10 Concentration

1

1.2

Gambar 4.2 Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 48 Jam

Dari kurva grafik diatas pada Gambar 4.1 dan 4.2 didapatkan persamaan garis lurus y = 3,9855x + 3,5167 dan R2 = 0,7719 pada pengamatan 24 jam dan didapatkan persamaan garis lurus y = 3,5208x + 3,9906 dan R2 = 0,7317 pada pengamatan 48 jam. Berdasarkan hasil perhitungan penentuan LC50 dari persamaan garis lurus y (Lampiran 2) didapat nilai LC50 24 jam sebesar 2,35% dan nilai LC50 48 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64

sebesar 1,93%, sedangkan besar koefisien determinasi R square (R2) pada pengamatan 24 jam adalah sebesar 0,7719 dan besar koefisien determinasi R square (R2) pada pengamatan 48 jam adalah sebesar 0,7317. Pada penelitian Damayanti (2006) persamaan regresi pada pengamatan 24 jam (y = 19,643x + 3,6607) dengan nilai LC50 24 jam sebesar 1,9916% dan besar koefisien determinasi R square (R2) sebesar 0,9933. Pada pengamatan 48 jam (y = 21,429x + 10,337) dengan nilai LC50 48 jam sebesar 1,3443% dan besar koefisien determinasi R square (R2) sebesar 0,9677.

B. Pembahasan 1. Pengaruh Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. terhadap Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) berdasarkan Hasil Pengamatan Data Dari hasil pengamatan mortalitas ulat kubis (P. xylostella) menunjukkan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides yang telah diujikan berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil data pengamatan pada 24 jam sampai 48 jam pada perlakuan konsentrasi P1 (konsentrasi 2%), P2 (konsentrasi 6%), dan P3 (konsentrasi 10%) terjadi mortalitas ulat kubis (P. xylostella), sedangkan pada konsentrasi P0 (kontrol) menunjukkan tidak ada mortalitas ulat uji. Berdasarkan hasil pengamatan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, maka persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) juga semakin meningkat. Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Damayanti (2006) dari hasil penelitian tentang mortalitas P. xylostella

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65

yang diberi perlakuan ekstrak A. conyzoides menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak A. conyzoides maka mortalitas P. xylostella juga semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin lama waktu pengamatan semakin tinggi pula mortalitas yang ditimbulkan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sianipar, M.S., Sumarto, T., dan Susanto, A. (2004) bahwa semakin tinggi konsentrasi insektisida maka kandungan senyawa aktifnya juga semakin tinggi sehingga mortalitas yang ditimbulkan semakin besar. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh positif terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Diagram perbedaan persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Diagram Perbedaan Persentase Mortalitas ulat kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam sampai 48 Jam 120

Mortalitas (%)

100 80 60 Persentase 24 Jam

40

persentase 48 Jam 20 0 0

2

6

10

Perlakuan konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. (%)

Keterangan: P0 = 0% (kontrol) P1 = 2% P2 = 6% P3 = 10%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66

Berdasarkan diagram Gambar 4.3 tersebut menunjukkan bahwa persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam semakin meningkat pada perlakuan P1 (konsentrasi 2%) dan P2 (konsentrasi 6%), sedangkan pada P0 (kontrol) dan P3 (konsentrasi 10%) tidak mengalami peningkatan mortalitas ulat uji. Pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam pada P0 (kontrol) persentase mortalitasnya tetap, yaitu 0%. Begitu juga dengan P3 (konsentrasi 10%) pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam persentase mortalitasnya tetap, yaitu 100%. Dari hasil pengamatan pada 24 jam setelah aplikasi pada perlakuan P1 dengan konsentrasi 2% ekstrak tanaman A. conyzoides sudah menunjukkan persentase mortalitas ulat uji sebesar 50%, maka dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 2% ekstrak tanaman A. conyzoides dengan waktu pengamatan 24 jam efektif mematikan sebesar 50% ulat uji, sedangkan pada perlakuan P3 dengan konsentrasi 10% ekstrak tanaman A. conyzoides pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi sudah mematikan sebesar 100% ulat uji. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides terbukti efektif terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Berdasarkan hasil analisis probit LC50 pengamatan 24 jam dan 48 jam pada Tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, maka semakin tinggi nilai persentase mortalitas/ kematian ulat kubis (P. xylostella). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil log10 konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan hasil nilai probit dari mortalitas ulat uji. Semakin tinggi log10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67

konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, maka semakin tinggi nilai probit dari mortalitas ulat uji. Berdasarkan hasil perhitungan penentuan LC50 dengan ekstrak etanol tanaman A. conyzoides didapatkan nilai LC50 24 jam sebesar 2,35% dan nilai LC50 48 jam sebesar 1,93%. Artinya, pada 24 jam konsentrasi sebesar 2,35% efektif membunuh 50% ulat kubis (P. xylostella) dan pada 48 jam konsentrasi sebesar 1,93% efektif membunuh 50% ulat kubis (P. xylostella). Jika, dirata-rata keseluruhan nilai LC50 dari 24 jam sampai 48 jam didapatkan nilai LC50 24 jam – 48 jam adalah sebesar 2,14%. Hal ini membuktikan bahwa pada konsentrasi 2,14% efektif membunuh 50% ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam, sedangkan pada penelitian Damayanti (2006) ekstrak methanol tanaman A. conyzoides pada pengamatan 24 jam nilai LC50 24 jam sebesar 1,99% dan pada pengamatan 48 jam niai LC50 48 jam sebesar 1,34%. Dari hasil penentuan LC50 tersebut membuktikan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh toksik dan terbukti memenuhi harapan petani kubis, karena dari hasil penentuan LC50 tersebut dapat menentukan pada konsentrasi berapa ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh toksik membunuh sebesar 50% ulat uji, sehingga ekstrak tanaman A. conyzoides dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati. Berdasarkan nilai koefisien determinasi R square (R2) ekstrak etanol A.conyzoides pada pengamatan 24 jam, konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68

sebesar 0,7719. Nilai koefisien determinasi R square (R2) pada pengamatan 48 jam, konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella) sebesar 0,7317. Jika, dirata-rata keseluruhan nilai koefisien determinasi R square (R2) dari 24 jam sampai 48 jam didapatkan nilai koefisien determinasi R square (R2) sebesar 0,7518. Artinya, pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam, konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh terhadap ulat kubis (P. xylostella) sebesar 0,7518, sedangkan R square (R2) pada penelitian Damayanti (2006) ekstrak methanol A. conyzoides dihasilkan sebesar 0,9933 pada pengamatan 24 jam dan R square (R2) sebesar 0,9677 pada pengamatan 48 jam. Dari hasil nilai koefisien determinasi R square (R2) tersebut membuktikan bahwa adanya hubungan antara dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikatnya. Variabel bebasnya adalah konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, sedangkan variabel terikatnya adalah mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Dari hubungan kedua variabel tersebut terbukti bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam memiliki hubungan (korelasi) yang kuat terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella), sehingga ekstrak tanaman A. conyzoides dengan menggunakan pelarut etanol pada proses pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides terbukti bersifat toksik/ racun terhadap ulat kubis (P. xylostella). Hal ini juga dibuktikan dari penelitian Damayanti (2006) dari hasil R square

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69

membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang sangat kuat antara variabel bebas (konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan menggunakan pelarut methanol pada proses pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides) dan variabel terikatnya (mortalitas ulat P. xylostella). 2. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) a. Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. Tingkat mortalitas pada ulat kubis (P. xylostella) yang dihasilkan dari pemberian ekstrak tanaman A. conyzoides disebabkan karena adanya kandungan metabolit sekunder seperti senyawa flavonoid dan alkaloid pada ekstrak tanaman A. conyzoides yang dibuktikan dari hasil analisa

laboratorium

Chem-Mix

Pratama,

Kretek

Jambidan,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta (Lampiran 4). Dari hasil uji analisa kandungan senyawa flavonoid dan alkaloid, dapat diketahui bahwa senyawa flavonoid pada ekstrak tanaman A. conyzoides lebih tinggi dibandingkan senyawa alkaloidnya. Senyawa flavonoid menyerang bagian syaraf pernafasan hingga menimbulkan kematian. Selain itu, senyawa flavonoid menghambat daya makan (antifeedant) ulat kubis (P.

xylostella) dengan

mengganggu alat pencernaannya. Senyawa flavonoid juga bekerja dengan menghambat reseptor perasa pada daerah mulut, sehingga tidak mampu mengenali makanannya, sedangkan pada senyawa alkaloid dapat menghambat aktivitas makan ulat kubis (P. xylostella) karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70

rasanya yang pahit, serta menghambat pertumbuhan ulat kubis (P. xylostella), sehingga menyebabkan kegagalan pada metamorfosis. Selain flavonoid dan alkaloid, senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak tanaman A. conyzoides adalah senyawa saponin yang dibuktikan dari buih yang dihasilkan dari pengenceran ekstrak tanaman A. conyzoides dengan larutan akuades ketika larutan dikocok. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Gunawan dan Mulyani (2004) yang menyatakan bahwa saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Selain itu, senyawa minyak atsiri yang dibuktikan dari bau yang tercium dari hasil ekstrak tanaman A. conyzoides yang menyengat. b. Waktu Aplikasi Penyemprotan Insektisida Mortalitas ulat kubis (P. xylostella) juga dapat dipengaruhi oleh waktu aplikasi penyemprotan insektisida. Pada penelitian ini penyemprotan dilakukan pada pagi hari dan disemprot pada bagian bawah dan atas daun, sehingga seluruh permukaan daun bagian bawah dan atas daun tersemprot semua. Aplikasi penyemprotan pada pagi hari dilakukan karena stomata pada daun sedang terbuka sehingga ekstrak tanaman A. conyzoides akan bisa masuk/ terserap melalui stomata yang terbuka. Senyawa metabolit sekunder pada ekstrak tanaman A. conyzoides akan masuk/ terserap oleh jaringan daun, tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke jaringan bagian tanaman lainnya, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71

senyawa metabolit sekunder tersebut akan diedarkan ke semua bagian jaringan daun yang telah disemprot. Hal inilah yang akan membuat hama ulat kubis (P. xylostella) mati jika memakan bagian daun yang telah tersemprot ekstrak tanaman A. conyzoides. Insektisida nabati ekstrak tanaman A. conyzoides termasuk ke dalam jenis insektisida sistemik lokal. Ketika disemprot ke bagian permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil dan menyebar ke seluruh mesofil daun hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang tersebar insektisida tersebut, sehingga tidak berpengaruh terhadap fotosintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). c. Aktivitas Makan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) Tingkat aktivitas makan ulat kubis (P. xylostella) juga mempengaruhi mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Pada perlakuan konsentrasi rendah, intensitas kerusakan daun cenderung tinggi dibanding dengan perlakuan pada konsentrasi tinggi. Apalagi pada konsentrasi kontrol yang tidak diperlakukan dengan ekstrak tanaman A. conyzoides, kerusakan daun cenderung lebih tinggi dibanding dengan kerusakan daun yang diperlakukan dengan ekstrak tanaman A. conyzoides (Lampiran 3, Gambar 10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72

Hal ini dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak tanaman A. conyzoides pada konsentrasi rendah lebih sedikit dibanding dengan konsentrasi yang tinggi. Sehingga, semakin rendah konsentrasinya ulat yang hidup lebih banyak dan aktivitas makan ulat P. xylostella semakin meningkat, apalagi pada konsentrasi kontrol yang tidak dberi perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides, maka aktivitas makan tersebut meningkat, sehingga tingkat mortalitas ulat P. xylostella menjadi rendah, sedangkan semakin tinggi konsentrasinya, intensitas kerusakan lebih rendah dan aktivitas makan ulat tersebut menjadi menurun. Akibatnya tingkat mortalitas ulat P. xylostella menjadi meningkat. Hal inilah yang menyebabkan tingkat mortalitas ulat P. xylostella. d. Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) Siklus hidup juga mempengaruhi mortalitas ulat P. xylostella. Pada pengamatan siklus hidup pada perlakuan kontrol tidak terjadi mortalitas ulat yang ditandai dengan ulat yang masih hidup dan ada beberapa ulat yang berubah menjadi kepompong. Sedangkan, pada perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides terjadi mortalitas ulat yang ditandai dengan ulat yang mati. Ciri-ciri ulat yang mati pada pengamatan pertama yaitu, pada 24 jam setelah aplikasi awalnya badan ulat terlihat lembek dan mengeluarkan cairan, dan menghasilkan bau yang tidak enak. Kemudian pada pengamatan yang kedua yaitu, pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73

48 jam ciri-ciri ulat berwarna hitam kecoklatan dan tidak bergerak bila disentuh (Lampiran 3, Gambar 9). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, mortalitasnya semakin meningkat. Sehingga, mempengaruhi siklus hidup ulat P. xylostella yang seharusnya ulat instar IV tersebut menjadi pupa/ kepompong tetapi terhambat siklus hidupnya sehingga mengakibatkan ulat mati dan tidak berkembang menjadi pupa/ kepompong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudarmo (2005) yang menyatakan bahwa salah satu cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu dapat merusak perkembangan telur, larva, dan pupa. Sehingga siklus hidup/ metamorfosis ulat P. xylostella akan terganggu dan terputus siklus hidupnya.

3. Faktor Pendukung Proses Penelitian Faktor pendukung proses penelitian adalah saat pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides dengan proses maserasi menggunakan pelarut etanol yang bersifat polar dan lebih aman serta ramah lingkungan dibanding methanol. Pada proses maserasi dilakukan perendaman selama 3 hari dan proses maserasi dilakukan berulang-ulang hingga ekstraksi yang dihasilkan jernih, agar senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar pada tanaman A. conyzoides banyak terserap oleh larutan etanol yang bersifat polar, sehingga berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74

4. Hambatan dan Keterbatasan dalam Penelitian Hambatan dalam penelitian ini adalah saat pemeliharaan/ budidaya ulat kubis (P. xylostella) mengalami kegagalan saat pemeliharaannya, sehingga pertumbuhannya terhambat dan ada beberapa ulat instar IV dalam waktu sehari sudah menjadi pra pupa. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang kurang sesuai dan stress setelah diambil dari lapangan langsung ditaruh ditempat baru sehingga terjadi perubahan adaptasi lingkungan yang baru, atau juga bisa disebabkan karena ulat instar IV yang diambil dari lapangan umurnya sudah waktunya menjadi pupa. Selain itu, saat pengenceran ekstrak tanaman A. conyzoides dengan akuades tidak tercampur rata, masih ada sisa-sisa ekstrak yang tidak tercampur dengan akuades, sebaiknya akuades dipanaskan terlebih dahulu agar ekstrak dan akudes dapat dengan mudah tercampur rata. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lapangan untuk para petani kubis bahwa tanaman A. conyzoides dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut uji efektivitas (EC50) ekstrak tanaman A. conyzoides pada dosis atau konsentrasi letal yang sudah diteliti (LC50). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak tanaman A. conyzoides terhadap jenis hama atau pada tanaman budidaya lain. Perlu dilakukan uji untuk metabolit sekunder yang paling toksik pada tanaman A. conyzoides dengan senyawa yang lebih non polar dari etanol. Perlu dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75

penimbangan berat basah dan memperhitungkan proporsi atau komposisi dari tanaman A. conyzoides sebelum dilakukan pembuatan ekstraknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN Hasil penelitian tentang uji toksisitas tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas ulat kubis (Plutella xylostella L.) dapat menambah pengetahuan baru bagi siswa dalam mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Siswa dapat diajarkan untuk membuat insektisida nabati dengan memanfaatkan bahan-bahan organik, seperti tanaman Ageratum conyzoides L. dan dapat mengajarkan tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan seperti permasalahan hama pada tanaman atau OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Berbagai aspek dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester ganjil pada bab mengenai ruang lingkup biologi, yaitu pada materi cabang, manfaat ilmu biologi dan metode ilmiah. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah, keterampilan berproses secara ilmiah dengan merancang dan melakukan sendiri penelitian dan percobaan biologi secara sederhana. Acuan kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait penelitian yang dilakukan menggunakan kurikulum 2013 revisi terbaru yang mengacu pada lampiran 7 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Biologi SMA/MA kelas X dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016. Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual (KI 1), yaitu menghayati dan mengajarkan agama yang dianutnya, sedangkan rumusan Kompetensi Sikap Sosial (KI 2), yaitu menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bansa dalam pergaulan dunia. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung

dan

dapat

digunakan

sebagai

pertimbangan

guru

dalam

mengembangkan karakter siswa lebih lanjut. Rumusan Kompetensi Pengetahuan (KI 3), yaitu memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prodsedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatya untuk memecahkan masalah, sedangkan rumusan Kompetensi Keterampilan (KI 4), yaitu mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78

Kompetensi Dasar (KD) yang digunaan adalah KD 3.1, yaitu menjelaskan ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja dan KD 4.1, yaitu menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan. Sebelum

kegiatan

belajar

mengajar

berlangsung,

guru

harus

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Diskusi Siswa (LDS), dan Lembar Penilaian. Perangkat Pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 7-10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak tanaman A. conyzoides terbukti berpengaruh toksik terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella). 2. Nilai LC50 24 jam dari ekstrak tanaman A. conyzoides yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) sebesar 2,35%, sedangkan nilai LC50 48 jam ekstrak tanaman A. conyzoides yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) sebesar 1,93%.

B. Saran Saran yang penulis dapat sampaikan adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lapangan untuk para petani kubis bahwa tanaman A. conyzoides dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut uji efektivitas (EC50) ekstrak tanaman A. conyzoides pada dosis atau konsentrasi letal yang sudah diteliti (LC50)

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak tanaman A. conyzoides terhadap jenis hama atau pada tanaman budidaya lain. 4. Perlu dilakukan uji untuk metabolit sekunder yang paling toksik pada tanaman A. conyzoides dengan senyawa yang lebih non polar dari etanol. 5. Perlu dilakukan penimbangan berat basah dan memperhitungkan proporsi atau komposisi dari tanaman A. conyzoides sebelum dilakukan pembuatan ekstraknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA Achmad, S. A., 1986, Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam, Universitas Terbuka, Jakarta. Agromedia, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, 431 Jenis Tanaman Penggempur Aneka Penyakit, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Amelot, M.E.A, et al., 2003, Repellency and Feeding Deterence Activity of Ageratum conyzoides L. Againts the Stored Grain Pest Tribolium castaneum and Sitophilus oryzae, Diunduh dari http://www.serbi.luz.edu.ve/pdf/cien/v11n1/art_pdf, Diakses tanggal 1 Maret 2017. Aminah, N.S., et al., 2001, S. Rarak, D. Metel, dan E. Prostata sebagai Larvasida Aedes aegypti, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta. Badan POM RI, 2008, Ageratum conyzoides L., Badan POM RI, Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta. Burt, S., 2007, “Antibacterial Activity of Essential Oils: Potential Application in Food”, Thesis, Institute for Risk Assesment Sciences, Division of Veterinary Medicie, Public Health, Utrecht University. Capinera J.L., 2012, Diamondback Moth, Plutella xylostella (Linnaeus) (Insecta: Lepidoptera: Plutellidae), Diunduh dari http://entnemdept.ufl.edu/creatures/veg/leaf/diamondback_moth.htm, Dikases tanggal 5 April 2017. Deptan, 1994, Pedoman Pengenalan Pestisida Botani, Departemen Pertanian Direktorat Jendral Perkebunan, Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, Jakarta. Deptan, 2008, Kebijakan Teknis Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, Departemen Pertanian, Jakarta. Ditjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan RI, Hal 3-5, 10-11, Jakarta. Dinata, A., 2009, Atasi Jentik DBD dengan Kulit Jengkol, Diunduh dari http://arda.students-blog.undip.ac.id/2009/10/18/atasi-jentik-bd-dengankulit-jengkol, Diakses tanggal 22 Maret 2017. Dadang dan Prijono, 2008, Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82

Damayanti, E., 2006, Pengaruh Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides L.) sebagai Insektisida Botani terhadap Mortalitas dan Perkembangan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.), Skripsi, Prodi Pendidikan Biologi, JPMIPA, FKIP Univ, Jember. Dhahiyat, Y. dan Djuangsih., 1997, Uji Hayati (Bioassay); LC50 (Acute Toxicity Tests) Menggunakan Daphina dan Ikan, Laporan Hasil Penelitian, PPSDAL LP Universitas Padjajaran, Bandung. Fadhillah, 2013, Perhitungan LC50 dari BSLT, Diunduh dari https://www.mfadhillah.com/2013/03/22/perhitungan-lc-50-dari-bslt/, Diakses tanggal 19 Juni 2017. Finney, D.J., 1971, Probit Analysis, Cambridge Univ. Press, Cambridge, 333 pp. Gunawan dan Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam, Penebar Swadaya: Bogor. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Terjemahan Dr. Kosasih Padmawinata dan Dr. Iwang Soediro Bandung, ITB, Bandung. Harborne, JB., 1996, Phytochemical Methods, diterjemahkan oleh Padmawinata K., Soediro I., Penerbit ITB, Bandung. Hartati, S.R., 2012, Prospect of Essential Oils Developed as Biotanical Pesticides, Perspektif, 11, 45-58. Hidayati, N.N., Yuliani, dan Kuswanti, N., 2013, Pengaruh Ekstark Daun Suren dan Daun Mahoni terhadap Mortalitas dan Aktivitas Makan Ulat Daun (Plutella xylostela) pada Tanaman Kubis, Jurnal Penelitian Lentera Bio, Vol. 2, No. 1, Januari 2013: 95-99, UNESA, Surabaya. Hudayya dan Jayanti, 2012, Pengelompokan Pestisida Berdasarkan Cara Kerjanya (Mode of Action), Penerbit Yayasan Bina Tani Sejahtera, Lembang, Bandung Barat. Husodo, 2017, Ulat Daun Kubis Serang Lahan Pertanian di KBB, Diunduh dari http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/01/20/ulat-daun-kubisserang-lahan-pertanian-di-kbb-391172, Diakses tanggal 1 Maret 2017. Indriani, T., 2006, Kemanjuran Beberapa Jenis Tumbuhan Rawa yang Berpotensi sebagai Insektisida Nabati terhadap Ulat Buah (Diaphania indica), Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian, Kalimantan Selatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83

Janzen, D.H., Jester, H.B., dan Bill, F.A., 1977, “Toxicity of Secondary Compounds to the Seed Eating Larvae of the Bruchid Beetle Callosobruchus maculates J.”, Phytochemistry, Vol (16): 223-227. Kalshoven, L.G.E., 1981, Pest of Crops in Indonesia, PT. Ictiar Bani-Van Boeve, Jakarta. Kardinan, A., 2004, Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi, Penebar Swadaya, Jakarta. Kishi, M., Hirschhorn, N., Djajadisastra, M., Satterlee, L.N., Strowman, S., and Dilts, R., 1995, “Relationship of Pesticide Spraying to Signs and Symptoms in Indonesian Farmers”, Scand. J. Works Envion, Health, Vol 21, 124-133. Lumowa, S.V.V., 2011, Efektivitas Ekstrak Babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap Tingkat Kematian Larva Spodoptera litura F., Jurnal Eugenia, Vol. 17, No. 3, Prodi Pendidikan Biologi, FKIP Univ. Mulawarman Samarinda. Marfu’ah, P., 2005, Perisai itu Bernama Kambing Jantan, Majalah Trubus 425 Th. XXXVI, Jakarta. Mahendra, H., 2010, Perbedaan Toksisitas Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides L.) dan Ekstrak Daun Sereh Wangi (Andropogon nardus L.) terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L., Skripsi, Prodi Pendidikan Biologi, JPMIPA, FKIP Univ. Jember. Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikassi Flavonoid, diterjemahkan oleh Koasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung. Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putman, J.E., Jasben, L.B., Nicols, D.E., and McLaughlin, J.L., 1982, Brine Shrimp : a convinient general bioassay for active plant constituent, Plant Medica XLV. Mildaerizanti, 2015, Mengenal Babadotan (Ageratum conyzoides) sebagai Tumbuhan Sumber Pestisida Nabati Multiguna, Artikel, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Badan Litbang Pertanian, Jambi. Mulyono, E., 2009, Permasalahan Penanganan dan Pengolahan Pala, Balai Penelitian Tanaman dan Obat, Bogor. Naria, E., 2005, Insektisida Nabati untuk Rumah Tangga, Jurnal, Vol. 9, No. 1, Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU, Medan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84

Permadi, A.H. dan Sastrosiswojo, S., 1993, Kubis, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Lembang. Planmor, 2012, Klasifikasi Tanaman Babadotan (Ageratum conyzoides L.), Diunduh di http://www.plantmore.com, Diakses tanggal 1 Maret 2017. Pracaya, 1993, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Pracaya, 2008, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik, Penerbit Kanisisus, Yogyakarta. Pujowati, 2006, Pengenalan Ragam Tanaman Lanskap Asteraceae (Compositae), Laporan Praktikum Tanaman dan Sistem Ruang Terbuka Hijau, Sekolah Pasca Sarjana Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Purba, S., 2007, Uji Efektifitas Exstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap Plutella xylostella (Lepidoptera : Plutelidae) di Laboratorium, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara, Medan. Putra, A.P., 2017, Pertanian Getasan Kabupaten Semarang diganggu Hama, Diunduh dari http://www.harianjogja.com/baca/2017/02/05/ pertaniansemarang-duh-kubis-getasan-diserang-ulat-tritip-790217, Diakses tanggal 27 Maret 2017. Raharjo, S., 2017, Makna Koefisien Determinasi [R Square] dalam Analisis Regresi Linear, Diunduh dari http://www.spssindonesia.com/2017/04/makna-koefisien-determinasi-rsquare.html, Diakses tanggal 5 Juli 2017. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi ke-4 Terjemahan Koasasih Padmawinata, ITB Press, Bandung. Rodriguez & Levin, 1975, Biochemical Pararellism of Repellents and Attractans in Higher Plants and Anthropods, In: Recent Advance in Phytochemistry Biochemichal Interaction Between Plants and Insects pp, 215-270, Wallace, J.M and R.L Mansel (eds), Plenum Press New York, pp.425. Rukmana, R., 1994, Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli, Kanisius, Yogyakarta. Sabirin, M., Hardjono S., dan Respati S., 1994, Pengantar Praktikum Kimia Organik II, UGM, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85

Samsudin, 2008, Virus Patogen Serangga: Bioinsektisida Ramah Lingkungan, Diunduh dari http://Lembaga_pertanian_sehat/, Diakses tanggal 1 Maret 2017. Sarwono, J., 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta. Sastrosiswojo, 1993, Hama-Hama Tanaman Kubis dan Cara Pengendalian, dalam A. H. Permadi & S. Sastrosiswojo, Kubis, Edisi Pertama: 39-50, Kerjasama Balithort Lembang dengan Program Nasional PHT, BAPPENAS. Sastrosiswojo, S., Uhan, T.S., dan Sutarya, R., 2005, Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kubis, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Penembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Lembang, Bandung. Satsijati, S., Makka, N., dan Sutater, T., 1987, Pengaruh Tumpangsari terhadap Poduksi dan Serangan Hama pada Tanaman Kubis, Buletin Penelitian Hortikultura 6(2): 7-13. Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaeni, N., dan Rubiati, T., 2008, Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tuumbuhan (OPT), Prima Tani Balista, Bandung. Sianipar, M.S., Sumarto, T., dan Susanto, A., 2004, Uji Toksisitas Ekstrak Kasar Daun Cocor Bebek Terhadap Ulat Daun Tembakau Spodoptera litura F. di Laboratorium, Majalah Agrikultura Vol. 15 (3) : 185-190. Soeleman, S., dan Rahayu, D., 2013, Halaman Organik: Mengubah Rtaman Rumah Menjadi Taman Sayuran Organik untuk Gaya Hidup Sehat, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sonyaratri, D., 2006, Kajian Daya Insektisida Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha indica A. Juss) dan Ekstrak Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Perkembangan Serangga Hama Gudang (Sitophilus zeamais motsch), Skripsi, IPB, Bogor. Steenis, 1997, Flora, Pradnya Paramita, Jakachta inicarta. Sudarma, I Made., 2014, Kimia Bahan Alam, FMIPA Press, Mataram. Sudarmo, S., 1994, Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija, Kanisius, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86

Sudarmo, S., 2005, Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya, Kanisius, Yogyakarta. Sudaryani dan Sugiharti, 1998, Budidaya dan Penyulingan Tanaman Nilam, Penebar Swadaya, Jakarta. Sukandar, D., Hermanto, S., dan Nurichawati, S., 2007, Distilasi dan Karakterisasi Minyak Atsiri Tumbuhan Pandan Wangi (P. amarylliofolius Roxb.), Prisiding Semirata BKS MIPA Wilayah Barat, FST UIN Syarif Hidayahtullah, Jakarta. Suryanto, E., 2007, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Flavanoid Dari Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Pada Ikan Mas (Cyperinus carpio L.), Jurnal Sains, UNSRAT, Manado. Syahputra, 2001, Hutan Kalbar Sumber Pestisida Botani:Dulu, Kini dan Kelak, Diunduh dari http://tumboutou.net/3_sem1_012/-edi_syahputra.htm, Diakses tanggal 11 Mei 2017. Tanijogonegoro, 2015, Ulat Kubis (Plutella xylostella), Diunduh dari www.tanijogonegoro.com/2015/04/ulat-kubis-plutella-xylostella.html, Diakses tanggal 1 Maret 2017. Tarumingkeng, R.C., 1992, Insektisida: Sifat, Mekanisme Kerja, dan Dampak Penggunaanya, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Tjahjadi, N., 2002, Hama dan Penyakit Tanaman, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Untung, K., 1993, Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wijayanto, R., 2016, Peran Positif Gulma dan Pemanfaatan Gulma, Diunduh dari https://www.pdfcoke.com/doc/305508807/Peran-Positif-Gulma-DanPemanfaatan-Gulma, Diakses tanggal 1 Maret 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87

Lampiran 1: Hasil Data Pengamatan Tabel 1 : Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam sampai 48 Jam Jumlah Persentase Perlakuan Ulangan Jumlah Mortalitas Ulat Mortalitas Ulat Konsentrasi Perlakuan Ulat Uji Uji Uji (%) (%) 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 1 10 0 0 0% 0% P0 (0%) Kontrol 2 10 0 0 0% 0% 3 10 0 0 0% 0% Rata-Rata 0 0 0% 0% 1 10 5 6 50% 60% P1 (2%) 1 gr + 50 ml 2 10 5 7 50% 70% 3 10 5 6 50% 60% Rata-Rata 5 6,33 50% 63,3% 1 10 10 10 100% 100% P2 (6%) 3 gr + 50 ml 2 10 6 7 60% 70% 3 10 7 7 70% 70% Rata-Rata 7,67 8 76,7% 80% 1 10 10 10 100% 100% P3 (10%) 5 gr + 50 ml 2 10 10 10 100% 100% 3 10 10 10 100% 100% Rata-Rata 10 10 100% 100% Keterangan : Perlakuan Ulangan Konsentrasi Perlakuan 24 Jam 48 Jam (%) P0 (0%) 1 7 ulat, 3 kepompong 5 ulat, 5 kepompong Kontrol 2 5 ulat, 5 kepompong 5 ulat, 5 kepompong 3 5 ulat, 5 kepompong 1 ulat, 9 kepompong P1 (2%) 1 5 ulat, 5 mati 3 ulat, 1 kepompong, 6 mati 1 gr + 50 ml 2 5 ulat, 5 mati 3 kepompong, 7 mati 3 5 ulat, 5 mati 2 ulat, 2 kepompong, 6 mati P2 (6%) 1 10 mati 10 mati 3 gr + 50 ml 2 4 ulat, 6 mati 2 ulat, 2 kepompong, 6 mati 3 3 ulat, 7 mati 3 ulat, 7 mati P3 (10%) 1 10 mati 10 mati 5 gr + 50 ml 2 10 mati 10 mati 3 10 mati 10 mati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2: Perhitungan Analisis Probit LC50 Tabel 1 : Tabel Probit (Finney, 1971) Persentase (%) 0 1 0 2,67 10 3,72 3,77 20 4,16 4,19 30 4,48 4,50 40 4,75 4,77 50 5,00 5,03 60 5,25 5,28 70 5,52 5,55 80 5,84 5,88 90 6,28 6,34 99 0,0 0,1 7.33 7,37

Probit 2 2,95 3,82 4,23 4,53 4,80 5,05 5,31 5,58 5,92 6,41 0,2 7,41

3 3,12 3,87 4,26 4,56 4,82 5,08 5,33 5,61 5,95 6,48 0,3 7,46

4 3,25 3,92 4,29 4,59 4,85 5,10 5,36 5,64 5,99 6,55 0,4 7,51

5 3,36 3,96 4,33 4,61 4,87 5,13 5,39 5,67 6,04 6,64 0,5 7,58

6 3,45 4,01 4,36 4,64 4,90 5,15 5,41 5,71 6,08 6,75 0,6 7,65

7 3,52 4,05 4,39 4,67 4,92 5,18 5,44 5,74 6,13 6,88 0,7 7,75

8 3,59 4,08 4,42 4,69 4,95 5,20 5,47 5,77 6,18 7,05 0,8 7,88

9 3,66 4,12 4,45 4,72 4,97 5,23 5,50 5,81 6,23 7,33 0,9 8,09

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 2 : Data Analisis Probit LC50 Pengamatan 24 Jam Konsentrasi Log10 Ulangan Total Jumlah (%) Konsentrasi Ulat Ulat mati 1 10 0 0 2 10 0 3 10 0 1 10 5 2 0,30 2 10 5 3 10 5 1 10 10 6 0,77 2 10 6 3 10 7 1 10 10 10 1 2 10 10 3 10 10 Keterangan: Rumus % Mortalitas Terkoreksi:

% Mortalitas 0 0 0 50 50 50 100 60 70 100 100 100

% Mortalitas Terkoreksi

Rerata % Mortalitas Terkoreksi

Nilai Probit

-

-

-

50

5,00

50 50 50 100 60 70 100 100 100

Nilai LC50 (%)

2,35 76,7

5,71

100

8.09

% Mortalitas Terkoreksi =

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1 : Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam

Probit of Mortality 10 y = 3.9855x + 3.5167 R² = 0.7719

Probit

8 6 4

Linear (Probit of Mortality)

2 0 0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Log10 Concentration

Dari grafik hubungan antara log10 konsentrasi (sumbu x) dengan nilai probit (sumbu y) didapatkan persamaan y = 3,9855x + 3,5167 dan R2 = 0,7719 Penentuan LC50 (konsentrasi yang menyebabkan kematian sebesar 50%) 50%  nilai probit (y) = 5 (dilihat dari tabel probit), x = log konsentrasi. Perhitungan LC50 dari persamaan regresi y = 3,9855x + 3,5167 dan R2 = 0,7719 adalah sebagai berikut: 5 = 3,9855x + 3,5167 X

= (5-3,5167) / 3,9855

X

= 0,372174131

Antilog dari x = 0,372174131 LC50 = 2,35%

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 3 : Data Analisis Probit LC50 Pengamatan 48 Jam Log10 Ulangan Total Jumlah Konsentrasi Konsentrasi Ulat Ulat (%)

% Mortalitas

% Mortalitas Terkoreksi

Rerata % Mortalitas Terkoreksi

Nilai Probit

-

-

-

63,33

5,33

mati

0

0,30

2 0,77 6

10

1

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

0 0 0 6 7 6 10 7 7 10 10 10

0 0 0 60 70 60 100 70 70 100 100 100

60 70 60 100 70 70 100 100 100

Nilai LC50 (%)

1,93 80

5,84

100

8,09

Keterangan: Rumus % Mortalitas Terkoreksi: % Mortalitas Terkoreksi =

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2 : Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 48 Jam

Probit of Mortality 10

y = 3.5208x + 3.9906 R² = 0.7317

Probit

8 6 4

Linear (Probit of Mortality)

2 0 0

0.2

0.4 0.6 0.8 Log10 Concentration

1

1.2

Dari grafik hubungan antara log10 konsentrasi (sumbu x) dengan nilai probit (sumbu y) didapatkan persamaan y = 35208x + 3,9906 dan R2 = 0,7317 Penentuan LC50 (konsentrasi yang menyebabkan kematian sebesar 50%) 50%  nilai probit (y) = 5 (dilihat dari tabel probit), x = log konsentrasi. Perhitungan LC50 dari persamaan regresi y = 3520x + 3,990 dan R2 = 0,731 adalah sebagai berikut: 5 = 3,5208x + 3,9906

Antilog dari x = 0,286696205

x = (5-3,9906) / 3,5208

LC50 = 1,93%

x = 0,286696205

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93

Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian Gambar 1 : Denah Penelitian P0U1 P1U1 P0U2 P1U2 P0U3 P1U3

P2U1 P2U2 P2U3

P3U1 P3U2 P3U3

Keterangan : P0 = Konsentrasi 0% (0 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades) P1 = Konsentrasi 2% (1 gr ekstrak A. conyzoides + 50ml akuades) P2 = Konsentrasi 6% (3 gr ekstrak A.conyzoides + 50 ml akuades) P3 = Konsentrasi 10% (5 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades)

Gambar 2 : Tanaman Ageratum conyzoides L.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 3 : (a) Proses pencucian daun dan bunga A. conyzoides (b) Proses penjemuran (c) Proses pemblenderan (d) Bubuk simplisia A. conyzoides

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 4 : (a) Proses maserasi dengan pelarut etanol (b) Proses penguapan hasil ekstraksi (c) Ekstrak kental A. conyzoides (d) Ekstrak kental A. conyzoides yang digunakan untuk perlakuan sesuai konsentrasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96

Gambar 5 : Hasil pengenceran ekstrak tanaman A. conyzoides dan kontrol

(a)

(b)

Gambar 6 : (a) Daun kubis sebagai makanan ulat P. xylostella (b) Proses penyemprotan daun kubis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97

Gambar 7 : Pengambilan ulat P. xylostella dari lapangan

Gambar 8 : Stoples yang digunakan untuk pengujian ekstrak tanaman A. conyzoides pada ulat P. xylostella

(a)

(b)

(c)

Gambar 9 : (a) Ulat P. xylostella yang masih hidup (b) Ulat P. xylostella yang mati terlihat lembek dan mengeluarkan cairan (c) Ulat P. xylostella yang sudah mati memiliki ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan dan tidak bergerak bila disentuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98

(a)

(b) Gambar 10 : (a) Kerusakan daun kubis akibat aktivitas makan ulat P. xylostella pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi (b) Kerusakan daun kubis akibat aktivitas makan ulat P. xylostella pada pengamatan 48 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99

Lampiran 4: Hasil Analisa Lab. Chem-Mix Pratama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100

Lampiran 5: Prosedur Analisa Flavonoid Prosedur Analisa Flavonoid Metode Spectrofotometry,Worotikan Dalam Suryanto, 2007 1. 2. 3. 4. 5.

Timbang sampel 5 gr,larutkan dalam 100 ml aquadest Saring atau centrifuge larutan Ambil 1 ml larutan jernih,tambahkan 3 ml larutan AlCl3 5 % Tambahkan aquadest hingga volume 10 ml Baca absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm 6. Buat kurva standarnya menggunakan Quercetein % Kadar Flavonoid = x =

Standart Flavonoid 0.3

y =bx+a y = 3.579x + 0.004 R² = 0.998

Absorbansi

0.25 0.2 0.15

Series1

0.1

Linear (Series1)

0.05 0 0

0.02

0.04

0.06

0.08

Konsentrasi

Timbang 15 mgr Quercetin encerkan menjadi 100 Ml =0,15 Mgr/Ml

S 0,0 S 0,1 S 0,2 S 0,3 S 0,4 S 0,5

Absorbansi 0.00 0.060 0.115 0.170 0.218 0.270

Konsentrasi 0.00 0.015 0.030 0.045 0.060 0.075

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101

Lampiran 6: Prosedur Analisa Alkaloid Prosedur Analisa Alkaloid Metode Gravimetri, J.B Harboune, 1987 1. Timbang sampel yang sudah di haluskan sebanyak 5 gram ke dalam erlenmayer 100ml. 2. Tambahkan 25 ml asam acetat 10 % dalam ethanol,kemudian gerus menggunakan lumpang porcelain. 3. Diamkan selama 2 jam kemudian saring atau centrifuge larutan. 4. Ambil fitrat jernih kemudian tambahkan tetes demi tetes NH4OH,jika mengandung alkaloid maka akan terbentuk endapan putih. 5. Endapan di saring menggunakan kertas saring yang sudah diketahui beratnya. 6. Residu dikeringkan dalam oven sampai konstan.

Kadar Alkaloid ( % ) =

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7: Silabus SILABUS MATA PELAJARAN BIOLOGI

Satuan Pendidikan

: Sekolah Menengah Atas (SMA)

Kelas/ Semester

: X/ 1

Materi Pokok

: Ruang Lingkup Biologi

KOMPETENSI INTI KI 1

: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2

: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bansa dalam pergaulan dunia

KI 3

: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prodsedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatya untuk memecahkan masalah

KI 4

: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar

1.1

2.1

Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang ruang lingkup, obyek, dan permasalahan biologi menurut agama yang dianutnya Berprilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Penilaian

Alokasi Waktu

Ruang Lingkup Biologi:  Permasalahan biologi pada berbagai objek biologi dan tingkat organisasi kehidupan  Cabang-cabang ilmu dalam biologi dan kaitannya dengan pengembangan karir di masa depan  Manfaat mempelajari biologi bagi diri sendiri dan lingkungan, serta masa depan pendapatan bangsa  Metode Ilmiah  Keselamatan Kerja

Mengamati  Mengamati kehidupan masa kini yang berkaitan dengan biologi seperti ilmu kedokteran, gizi, lingkungan, makanan, penyakit, dan lain-lain di mana semua berhubungan dengan biologi

Tugas  Laporan tertulis tentang permasalahan biologi dan cabang-cabang biologi, serta aspek metode ilmiah dan keselamatan kerja

3 x 45 menit

Menanya Observasi Melalui pengamatan  Sikap ilmiah tersebut, siswa termotivasi saat mengamati untuk mengajukan dalam pertanyaan-pertanyaan melakukan sebagai berikut: penelitian, melaporkan  Apakah kaitan kegiatan-kegiatan secara lisan tersebut dengan dan saat biologi? diskusi dengan lembar  Apakah yang pengamatan dimaksud biologi?

Media, Alat, Bahan Pembelajaran  Laboratorium biologi dan sarananya (peralatan yang akan digunakan selama satu tahun ajaran)  Buku panduan kerja laboratorium (LKS) dalam satu tahun  Viewer LCD dan laptop  Berbagai gambar dan video tentang fenomena ilmu biologi dan keselamatan kerja

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar

3.1

lingkungan, gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan di dalam kelas/ laboratorium maupun di luar kelas/ laboratorium Menjelaskan ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan),

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran 

Penilaian

Portofolio Apa yang dipelajari dalam biologi?  Kompetensi membuat  Bagaimana laporan terdiri mempelajari biologi? dari format, isi  Apa metode ilmiah, laporan, keselamatan kerja, dan kesesuaian isi, karir berbasis biologi? dan aspek komunikatif Mengumpulkan Data dan berbahasa  Melakukan pengamatan terhadap Tes permasalahan biologi  Tertulis pada obyek biologi mengerjakan dan tingkat organisasi soal tentang kehidupan di alam dan ruang lingkup membuat laporannya biologi, kerja  Melakukan studi ilmiah (sikap literature tentang dan metode cabang-cabang ilmiah), dan biologi, obyek biologi, keselamatan obyek biologi, kerja permasalahan biologi dan profesi yang berbasis biologi

Alokasi Waktu

Media, Alat, Bahan Pembelajaran  Artikel ilmiah atau laporan ilmiah tentang cabangcabang ilmu biologi dan manfaatnya  Laporan ilmiah tentang bagaimana ilmuwan bekerja (dibahas tentang cara kerja ilmuwan, sikap perilaku, dan objek yang diteliti)  Contoh

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar

4.1

melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja Menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran



(distimulir dengan contoh-contoh dan diperdalam dengan penugasan/ PR) Diskusi tentang kerja seorang peneliti biologi dengan menggunakan metode ilmiah dalam mengamati bioproses dan melakukan percobaan dengan menentukan permasalahan, membuat hipotesis, merencanakan percobaan dengan menentukan variable percobaan, mengolah data pengamatan dan percobaan dan menampilkannya dalam tabel/grafik/skema, mengkomunikasikann

Penilaian

Alokasi Waktu

Media, Alat, Bahan Pembelajaran laporan tertulis (jurnal ilmiah)  Daftar peralatan di lab biologi  Lembar tata tertrib keselamatan laboratorium biologi  Lembar kesepakatan yang ditandatanga ni bersama oleh setiap siswa untuk keselamatan kerja

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran







Penilaian

Alokasi Waktu

Media, Alat, Bahan Pembelajaran

ya secara lisan dengan berbagai media dan secara tulisan dengan format laporan ilmiah sederhana Diskusi aspek-aspek keselamatan kerja laboratorium biologi dan menyepakati komitmen bersama untuk melaksanakan secara tanggung jawab aspek keselamatan kerja di laboratorium Mengamati contoh laporan hasil penelitian biologi dalam jurnal ilmiah berbahasa indonesia atau bahasa inggris tentang komponen atau format laporan Mengamati komponennya dan mengaitkannya

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Penilaian

Alokasi Waktu

Media, Alat, Bahan Pembelajaran

dengan ruang lingkup biologi sebagai mata pelajaran kelompok ilmu alam Mengasosiasikan  Mendiskusikan hasilhasil pengamatan yang didapat dan kegiatan tentang ruang lingkup biologi, cabangcabang biologi, pengembangan karir dalam biologi, metode ilmiah dan keselamatan kerja untuk membentuk/ memperbaiki pemahaman tentang ruang lingkup biologi Mengkomunikasikan  Mengkomunikasikan secara lisan tentang ruang lingkup biologi,

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran



Penilaian

Alokasi Waktu

Media, Alat, Bahan Pembelajaran

metode ilmiah dan keselamatan kerja, serta rencana pengembangan karir masa depan berbasis biologi Membuat laporan hasil-hasil pengamatan, hasil penelitian, metode ilmiah tentang fenomena kehidupan masa kini dan tingkat organisasi kehidupan untuk pengembangan karir dalam biologi, metode ilmiah dan keselamatan kerja untuk membentuk/ memperbaiki pemahaman tentang ruang lingkup biologi serta mempresentasikannya

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109

Lampiran 8: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan

: Sekolah Menengah Atas (SMA)

Kelas/ Semester

: X/ 1

Materi

: Ruang Lingkup Biologi (Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi, Metode Ilmiah)

Alokasi Waktu

: 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bansa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prodsedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar 3.1

Menjelaskan ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja 4.1 Menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan

Indikator Pencapaian Kompetensi 3.1.1

Mengidentifikasi ruang lingkup biologi dan permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan berdasarkan cabang-cabang dan manfaat ilmu biologi 3.1.2 Menyebutkan langkah-langkah penerapan metode ilmiah dalam suatu penelitian 4.1.1 Membuat rancangan penelitian sederhana untuk mengatasi masalah hama sesuai dengan penerapan metode ilmiah dalam suatu penelitian 4.1.2 Mempresentasikan hasil rancangan penelitian sederhana untuk mengatasi masalah hama dalam bentuk laporan tertulis

C. Tujuan Pembelajaran 3.1.1.1

Melalui studi pustaka, siswa dapat mengidentifikasi cabang dan manfaat ilmu biologi.

3.1.1.2

Melalui artikel ilmiah, siswa dapat mengidentifikasi permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan.

3.1.2.1

Melalui video pembelajaran, siswa dapat menyebutkan langkahlangkah metode ilmiah dalam suatu penelitian.

4.1.1.1

Melalui artikel ilmiah, siswa dapat membuat rancangan penelitian sederhana untuk mengatasi masalah hama sesuai dengan penerapan metode ilmiah dalam suatu penelitian.

4.1.2.1

Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mempresentasikan hasil rancangan penelitian sederhana untuk mengatasi masalah hama dalam bentuk laporan tertulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111

D. Materi Pembelajaran Bab

: Ruang Lingkup Biologi

Sub Bab

: - Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi - Metode Ilmiah

E. Pendektan, Model dan Metode Pembelajaan Pendekatan

: Saintifik

Model Pembelajaran

: Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Achievement Divisions)

Metode Pembelajaran

: Tanya jawab, diskusi kelompok, dan observasi

F. Media, Alat/Bahan, dan Sumber Belajar 1. Media: 

Power point



Gambar/ foto



Video



White board

2. Alat/Bahan: 

Laptop



Viewer/ LCD



Spidol



Lembar Diskusi Siswa

3. Sumber Belajar: 

Buku paket biologi kelas X (kurikulum 2013)



Artikel/ jurnal ilmiah



Internet



Lingkungan sekitar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112

G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I ( 1 x 45 menit) Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan:  Apersepsi - Guru mengucap salam dan mempersilahkan salah satu anak memimpin doa (sebagai implementasi nilai religius) - Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas - Pengkondisian kelas (sebagai nilai disiplin) - Guru mengajukan pertanyaan tentang pengertian ilmu biologi, apa yang dapat dipelajari dalam biologi, dan manfaat dalam mempelajari biologi  -

-

 -

Alokasi Waktu 7 menit

Motivasi Menayangkan beberapa gambar tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi yang merupakan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari Guru mengajukan pertanyaan mengenai gambar yang ditampilkan, misalnya dari gambar tersebut apa yang dapat siswa amati, dan apakah dari gambar tersebut memiliki kesamaan atau tidak Orientasi Menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan dibahas Menyampaikan materi yang akan dipelajari dan menampilkan tujuan pembelajaran hari ini

 -

Mengorganisasi Membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen. Satu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa Kegiatan Inti:  Mengamati - Siswa mengamati video yang ditampilkan oleh guru mengenai permasalahan pada berbagai obyek biologi yang merupakan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari - Guru memberi tugas pada tiap kelompok untuk mengerjakan LDS terkait artikel ilmiah tentang cabang-cabang ilmu biologi dan manfaatnya

30 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113

 -

-

Menanya Siswa mengajukan pertanyaan berdasarkan video yang ditampilkan tentang dampak apa saja yang akan dihasilkan dari permasalahan tersebut Siswa diminta untuk mencari tentang cabang ilmu biologi dan manfaatnya

 -

Mengumpulkan Data Siswa dengan kelompok membaca dan mengkaji LDS dan artikel jurnal ilmiah yang dibagikan oleh guru tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi yang merupakan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari

 -

Mengasosiasikan Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dan bertanya jawab dalam kelompoknya Siswa dengan kelompok berdiskusi tentang cabang dan manfaat ilmu biologi berdasarkan artikel ilmiah

-

 -

Mengkomunikasikan Siswa dengan kelompok mempresentasikan laporan hasil kerja dalam LDS - Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk memberi pertanyaan atau pendapatnya - Guru mengklarifikasi jika ada yang belum tepat dan memberikan penguatan tentang jawaban dari siswa Kegiatan Penutup:  Merangkum - Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan dan merangkum pembelajaran hari ini  Evaluasi - Guru memberi pertanyaan kepada masingmasing siswa secara lisan dan siswa lain tidak boleh memberi tahu kepada siswa lainnya - Guru memberi reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi  -

Refleksi Siswa diminta untuk mengungkapkan manfaat apa yang diperoleh setelah mengikuti pelajaran hari ini

8 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114

 -

-

Tindak Lanjut Siswa diminta untuk mempelajari tentang metode ilmiah dan merangkum mengenai metode ilmiah Siswa diminta untuk menemukan sebuah permasalahan di lingkungan sekitar

Pertemuan II (2 x 45 menit) Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan:  Apersepsi - Guru mengucap salam dan mempersilahkan salah satu anak memimpin doa (sebagai implementasi nilai religius) - Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas - Pengkondisian kelas (sebagai nilai disiplin) - Guru mengingatkan kembali tentang tugas membaca materi hari ini dan tugas rangkuman yang diberikan - Guru mengajukan pertanyaan terkait metode ilmiah  -

-

 -

-

Alokasi Waktu 7 menit

Motivasi Guru menayangkan video tentang proses penelitian yang terkait metode penelitian yang digunakan peneliti Mengajukan pertanyaan tentang apa saja langkah-langkah dalam penelitian dalam video tersebut? Orientasi Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan dibahas hari ini tentang metode ilmiah Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan menampilkan tujuan pembelajaran hari ini

 -

Mengorganisasi Membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen. Satu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa Kegiatan Inti:  Mengamati - Guru mengajak siswa melakukan kegiatan menganalisis suatu permasalahan di lingkungan

65 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115

-

pertanian yaitu permasalahan tentang hama tanaman Guru memberi tugas pada tiap kelompok untuk mengerjakan LDS terkait metode ilmiah

 -

Menanya Siswa mengajukan pertanyaan mengenai apa yang siswa dapatkan dari suatu permasalahan di lingkungan pertanian yaitu permasalahan tentang hama tanaman

 -

Mengumpulkan Data Siswa dengan kelompok mengerjakan LDS yang dibagikan oleh guru Siswa membaca dan mengkaji sumber artikel ilmiah yang berkaitan dengan metode ilmiah

 -

Mengasosiasikan Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dan bertanya jawab dalam kelompoknya Siswa berdiskusi bersama dengan kelompok mengenai langkah-langkah metode ilmiah Siswa dibantu oleh guru membuat rancangan penelitian sederhana

 -

Mengkomunikasikan Siswa bersama kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan mempresentasikan rancangan peneltian sederhana - Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk memberi pertanyaan atau pendapatnya - Guru mengklarifikasi jika ada yang belum tepat dan memberikan penguatan tentang jawaban dari siswa Kegiatan Penutup:  Merangkum - Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan dan merangkum pembelajaran hari ini  Evaluasi - Guru memberi soal evaluasi terkait pembelajaran - Guru memberi reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi

18 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116

 -

Refleksi Siswa diminta untuk mengungkapkan manfaat apa yang diperoleh setelah mengikuti pelajaran hari ini

 -

Tindak Lanjut Guru memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok untuk melaporkan dalam bentuk laporan tertulis (portofolio)

H. Penilaian Hasil Belajar Aspek yang dinilai Kognitif

Teknik Penilaian

Bentuk Instrumen

Tes tertulis (Essay), LDS, dan Kisi-kisi soal, soal, kunci Portofolio (non tes) jawaban, lembar penilaian kognitif, rubrik penilaian soal, lembar penilaian portofolio, dan rubrik penilaian portofolio (terlampir) Afektif Lembar Observasi Lembar penilaian afektif dan rubrik penilaian afektif (terlampir) Psikomotorik Presentasi kelompok Lembar penilaian psikomotorik dan rubrik penilaian psikomotorik (terlampir)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117

Lampiran 9: Lembar Diskusi Siswa Lembar Diskusi Siswa Pertemuan I

Judul

: Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi

Tujuan : Melalui studi pustaka siswa dapat mengidentifikasi cabang dan manfaat ilmu biologi Cara Kerja : 1. Bacalah artikel ilmiah di bawah ini! EFEKTIVITAS EKSTRAK BABADOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP TINGKAT KEMATIAN LARVA Spodoptera litura F.

Serangga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mendapatkan banyak manfaat dari kehadiran serangga. Beberapa jenis serangga bermanfaat sebagai pollinator atau serangga penyerbuk, penghasil madu dan sutera. Sebaliknya banyak jenis serangga yang dapat merugikan manusia, seperti serangga perusak tanaman, serangga vektor baik yang menyebabkan penyakit pada tanaman maupun pada manusia. Setiap jenis tanaman pertanian tidak akan pernah terhindar dari gangguan hama dan penyakit. Serangga hama dapat menyebabkan tunas tanaman meranggas, daunnya berlubang atau semua daunnya habis hingga tersisa tulang daun atau serat daunnya saja. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan kuantitas maupun kualitas hasil tanaman pertanian. Usaha pengendalian hama yang dilakukan oleh petani di Indonesia masih sering menggunakan insektisida sintesis sehingga menyebabkan efek samping yang serius seperti terjadinya pencemaran udara, tanag dan air, matinya organism non sasaran (musuh alami), dan terjadinya resurjensi hama. Sejak berdirinya Pusat Ilmu Pengetahuan Botani oleh Belanda pada tahun 1888, banyak dilakukan penelitian tentang tanaman beracun di Indonesia dan sejak tahun 1950-an telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tanaman seperti tanaman tuba, bunga krisan liar sebagai pestisida nabati. Di Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118

terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Family tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae. Seperti halnya tanaman beracun lainnya, babadotan juga memiliki kemampuan sebagai insektisida nabati (racun serangga), karena dalam babadotan terkandung senyawa penting atau senyawa metabolit yang bersifat sebagai insektisida seperti alkaloid, flavonoid, kumarin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri. S. litura merupakan serangga hama yang menyerang atau memakan tanaman pada bagian daun sehingga meninggalkan lubang. Larva biasanya menyerang tanaman padi, kubis, sawi, kacang-kacangan, kentang, cabai, bawang merah dan tanaman lainnya. Kemampuan merusak serangga hama ini tergantung pada perkembangan stadianya. Larva instar I ulat memakan epidermis daun hingga menyisakan serat-serat daun. Larva instar II dan III memakan helaian daun dengan meninggalkan tulang-tulang daunnya. Sedangkan larva instar IV dan V dapat memakan seluruh daun sampai ketulang-tulang daunnya sehingga akan sangat mengganggu pertumbuhan tanaman yang diserangnya. Berbagai cara dilakukan untuk mengendalikan hama S. litura, diantaranya memanfaatkan tanaman babadotan dengan cara membuat ekstrak dari tanaman tersebut, dan telah diketahui bahwa pengendalian dengan cara ini ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya yang dapat merusak komponen tanah mapun organisme yang ada di sekitar tanaman. Pembuatan insektisida nabati dari tanaman babadotan ini dibuat dengan cara ekstraksi dengan pelarut etanol. Tanaman yang digunakan untuk pembuatan insektisida adalah bagian daunnya. Daun babadotan terlebih dahulu dikeringkan kemudian diblender menjadi bubuk simplisia yang kemudian di rendam dengan menggunakan pelarut etanol. Hasil ekstraksi tersebut,

dilakukan

pemekatan

larutan

dengan

menggunakan

rotary

evaporator dan dimasukkan ke dalam oven vakum hingga wujudnya menjadi agak kental seperti menyerupai pasta. Kemudian, dilakukan pengenceran dengan akuades sesuai konsentrasi perlakuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pada konsentrasi 20% sebesar 10 gram/ 50 ml efektif sebagai insektisida nabati dengan menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 100% dengan lama kematian larva uji 26-60 menit. (Sumber : Lumowa, Sonja V.V., 2011, Efektivitas Ekstrak Babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap Tingkat Kematian Larva Spodoptera litura F., Jurnal Eugenia, Vol. 17, No. 3, Desember 2011, Prodi Pendidikan Biologi, FKIP Univ. Mulawarman Samarinda.)

2. Dari artikel ilmiah di atas, jawablah pertanyaan berikut ini : a. Termasuk dalam cabang ilmu biologi apakah artikel ilmiah di atas? Mengapa? .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... b. Apa manfaat dari cabang ilmu biologi tersebut? .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... c. Serangga apakah yang menjadi hama dalam penelitian yang dilakukan tersebut? .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... d. Apa nama cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang serangga? .................................................................................................................... .................................................................................................................... ....................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120

Kunci Jawaban LDS Pertemuan I

a.

- Ilmu Botani karena merupakan ilmu yang mempelajari tentang tumbuhtumbuhan, dimana dalam artikel ilmiah tersebut membahas mengenai tumbuhan yang berpotensi sebagai alternatif insektisida nabati. - Ilmu Toksikologi karena merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia terhadap organisme hidup atau zat toksik (racun), dimana dalam artikel ilmiah tersebut membahas mengenai tumbuhan babadotan yang mengandung senyawa penting atau senyawa metabolit yang bersifat sebagai insektisida seperti alkaloid, flavonoid, kumarin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri.

b.

Manfaat mempelajari botani terutama dalam bidang pertanian adalah mengetahui berabagi macam tumbuhan termasuk jenis-jenis, ciri morfologi dan anatomi, cara perkembangan, mengidentifikasi dan mengelompokkan tumbuhan, serta mengetahui fungsi dan kandungan yang terdapat dalam tumbuhan. Sedangkan manfaat mempelajari toksikologi untuk mengetahui zat-zat toksik dalam berbagai bidang.

c.

Larva Spodoptera litura F. (ulat grayak).

d.

Entomologi ilmu yang mempelajari serangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121

Lembar Diskusi Siswa Pertemuan II

Judul

: Metode Ilmiah

Tujuan

: -

Melalui artikel ilmiah, siswa dapat membuat rancangan penelitian sederhana untuk mengatasi masalah hama sesuai dengan penerapan metode ilmiah dalam suatu penelitian.

-

Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mempresentasikan hasil rancangan penelitian sederhana untuk mengatasi masalah hama dalam bentuk laporan tertulis.

Cara Kerja

: 1. Analisislah artikel ilmiah yang berjudul: “UJI TOKSISITAS conyzoides

L.

TERHADAP

EKSTRAK TANAMAN Ageratum

SEBAGAI

MORTALITAS

INSEKTISIDA HAMA

ULAT

NABATI KUBIS

(Plutella xylostella L.)” (Niken, 2017) 2. Tuliskan permasalahan biologi terkait hama tanaman atau OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang kalian temukan pada artikel! 3. Buatlah rancangan penelitian sederhana dari artikel tersebut yang terdiri dari: a. Judul b. Rumusan Masalah c. Tujuan d. Hipotesis e. Metodologi 4. Presentasikan hasil rancangan penelitian sederhana yang kalian buat dan buat dalam bentuk laporan tertulis!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122

ARTIKEL ILMIAH “UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L. SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)” Oleh: Niken, 2017

Ulat Plutella xylostella L. merupakan hama tanaman yang menyerang tanaman kubis-kubisan yang menyebabkan kerusakan kubis pada bagian daunnya. Pada umumnya petani menggunakan insektisida kimiawi yang ampuh tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lingkungan sekitar. Ageratum conyzoides L. merupakan tanaman gulma yang dapat dimanfatkan sebagai insektisida nabati dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman tersebut dapat dijadikan sebagai insektisida. Berbagai cara dilakukan untuk mengendalikan hama Plutella xylostella L., diantaranya memanfaatkan tanaman Ageratum conyzoides L. dengan cara membuat ekstrak dari tanaman tersebut, dan telah diketahui bahwa pengendalian dengan cara ini ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya yang dapat merusak komponen tanah mapun organisme yang ada di sekitar tanaman. Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik memanfaatkan tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati untuk mengatasi permasalahan hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) dengan melakukan uji toksisitas berbagai macam konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) yang dilakukan dalam stoples pemeliharaan. Dalam penelitian ini untuk menguji toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati diuji menggunakan analisis probit LC50 untuk mencari nilai LC50 24 jam dan 48 jam dalam mematikan hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). Metode LC50 ini digunakan untuk mengetahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123

kadar toksik dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. melalui analisa konsentrasi zat tersebut dalam mematikan 50% ulat uji. Pembuatan insektisida nabati dari tanaman Ageratum conyzoides L. ini dibuat dengan cara ekstraksi dengan pelarut etanol. Tanaman yang digunakan untuk pembuatan insektisida adalah bagian daun dan bunga. Daun dan bunga Ageratum conyzoides L. terlebih dahulu dikeringkan kemudian diblender menjadi bubuk simplisia yang kemudian di rendam dengan menggunakan pelarut etanol. Hasil ekstraksi tersebut, dilakukan pemekatan larutan dengan menggunakan kipas angin hingga wujudnya menjadi agak kental seperti menyerupai pasta. Kemudian, dilakukan pengenceran dengan akuades sesuai konsentrasi perlakuan, yaitu 2%, 6%, dan 10%. Dari hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 24 jam sebesar 2,35% dan LC50 48 jam sebesar 1,93%. Uji kuantitatif juga dilakukan utuk mengetahui kandungan flavonoid dan alkaloid pada ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. maka semakin tinggi tingkat mortalitas ulat kubis (Plutella xylostella L.). Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data disimpulkan bahwa ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. terbukti berpengaruh toksik terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124

Kunci Jawaban LDS Pertemuan II

Contoh rancangan penelitian : a. Judul : “UJI TOKSISITAS

EKSTRAK TANAMAN Ageratum

conyzoides L. SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)” Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.)? 2. Berapakah nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.)? b. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). 2. Mengetahui nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). c. Hipotesis 1. Ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. berpengaruh toksik terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). 2. Konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. pada tingkat konsentrasi tertentu berperan sebagai nilai LC50 24 jam dan 48 jam yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125

d. Metodologi A. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di laboratorium sekolah

B. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati untuk hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel antara lain: 1. Variabel bebas

: Konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides

2. Variabel terikat

: Tingkat mortalitas ulat kubis (P. xylostella)

3. Variabel kontrol

: Tanaman A. conyzoides, ulat kubis, daun kubis, penyemprotan

C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Gelas ukur

m. Kain saring

b. Gelas beker

n. Alumunium foil

c. Erlenmeyer

o. Kapas

d. Timbangan digital

p. Gunting atau cutter

e. Batang pengaduk

q. Kain kasa

f. Corong

r. Kipas Angin

g. Pipet tetes

s. Mangkuk kaca

h. Baskom

t. Kardus

i. Nampan

u. Label

j. Stoples plastik

v. Karet

k. Blender

w. Alat tulis

l. Kertas saring

x. Kamera digital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126

2. Bahan a. Daun dan Bunga

d. Serbuk gergaji

Ageratum

e. Larutan madu

conyzoides

10%

b. Ulat Plutella

f. Akuades

xylostella

g. Larutan Etanol

c. Daun kubis

D. Cara Kerja 1. Menangkap hama ulat P. xylostella 2. Memelihara hama ulat P. xylostella 3. Member maakanan berupa daun kubis 4. Membuat

ekstrak

tanaman

A.

conyzoides

dengan

cara

mengeringkan daunnya kemudian di blender menjadi bubuk 5. Melakukan maserasi dengan pelarut etanol 6. Hasil ekstraksi diuapkan dengan kipas angin sampai menjadi ekstrak kental 7. Membuat konsentrasi dengan cara diencerkan 8. Pengujian ekstrak tanaman A. conyzoides pada hama ulat kubis (P. xylostella) dengan cara disemprotkan 9. Penyemprotan ekstrak tanaman A. conyzoides dilakukan pagi hari 10. Pengambilan data dilakukan sampai 24 jam setelah aplikasi dan dilanjutkan sampai 48 jam dari perlakuan ekstrak daun A. conyzoides dengan mencatat jumlah mortalitas ulat P. xylostella 11. Hitunglah persentase hama ulat kubis (P. xylostella) yang mati 12. Data yang didapat dibuat dalam bentuk tabel dan diagram.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10: Instrumen Penilaian KISI-KISI SOAL

Mata Pelajaran

: Biologi

Kelas/ Semester

: X/ 1

Materi

: - Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi - Metode Ilmiah

Bentuk Soal

: Essay

Jumlah Soal

:6

Indikator 3.1.1 Mengidentifikasi ruang lingkup biologi dan permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan berdasarkan cabang-cabang dan manfaat ilmu biologi 3.1.2 Menyebutkan langkah-langkah penerapan metode ilmiah dalam suatu penelitian

C1 (Ingatan) 1

C2 (Pemahaman) 2

3

4, 6

Soal C3 (Penerapan)

C4 (Analisis)

C5 (Evaluasi)

Jumlah 2

5

4

127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128

Soal Evaluasi

Mata Pelajaran

: Biologi

Bentuk Soal

: Essay

Kelas/ Semester

: X/ 1

Materi

: - Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi - Metode Ilmiah

Waktu

: 15 menit

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ilmu biologi dan manfaat dari mempelajari ilmu biologi! (10) 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan: (6) a. Botani b. Toksikologi c. Entomologi 3. Sebutkan langkah-langkah metode ilmiah! (14) 4. Dalam melakukan eksperimen, kita tidak lepas dari pembuatan hipotesis. Hipotesis itu dibagi menjadi dua. Sebutkan dan jelaskan! (20) 5. Judul Penelitian: “Uji Efektivitas Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.) sebagai Bahan Pestisida Nabati terhadap Mortalitas Hama Ulat Tritip (Plutella xylostella L.).” Dari judul tersebut tentukan: (20) a. Variabel bebas b. Variabel terikat 6. Dalam budidaya tanaman sawi permasalahan yang sering muncul ialah hama yang menyerang tanaman tersebut. Akibatnya banyak petani sayuran sawi mengalami kerugian akibat menurunnya produksi tanaman sawi akibat hama tanaman. Pada umumnya petani menggunakan pestisida kimiawi yang memiliki efek buruk bagi lingkungan. Maka dari itu petani perlu menggunakan pestisida nabati yang ramah lingkungan sehingga tidak akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129

menimbulkan efek buruk bagi lingkungan dan tidak menyebabkan resistensi terhadap hama. Dari permasalahan diatas buatlah: (30) a. Judul b. Rumusan masalah c. Tujuan d. Hipotesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130

Kunci Jawaban Soal 1. Ilmu biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Manfaat mempelajari ilmu biologi salah satunya adalah membantu para petani untuk melakukan perkembangan melalui bioteknologi, budidaya, dan rekaya genetika serta kultur jaringan.

2. Botani

: ilmu yang mempelajari tumbuhan

Toksikologi

: ilmu yang mempelajari tentang racun (zat toksik)

Entomologi

: ilmu yang mempelajari tentang serangga

3. Langkah-langkah metode ilmiah: 1) Merumuskan masalah 2) Menyusun kerangka berpikir 3) Menyusun hipotesis 4) Melakukan eksperimen 5) Menganalisis data hasil eksperimen 6) Menarik kesimpulan 7) Mempublikasikan data

4. Hipotesis dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Hipotesis alternatif adalah dugaan yang menyatakan ada pengaruh 2) Hipotesis nol adalah dugaan yang menyatakan tidak ada pengaruh 5. Judul Penelitian: “Uji Efektivitas Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.) sebagai Bahan Pestisida Nabati terhadap Mortalitas Hama Ulat Tritip (Plutella xylostella L.).” a. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak daun bandotan b. Variabel terikat : tingkat mortalitas ulat tritip

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131

6. Dari permasalahan tersebut dapat dibuat: a. Judul: Pengaruh Pemberian Pestisida Nabati Sebagai Pengendalian Hama Pada Tanaman Sawi b. Rumusan Masalah: Apakah ada pengaruh pemberian pestisida nabati sebagai pengendalian hama pada tanaman sawi? c. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian pestisida nabati sebagai pengendalian hama pada tanaman sawi d. Hipotesis: Adanya pengaruh pemberian pestisida nabati terhadap pengendalian hama pada tanaman sawi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132

Penilaian Kognitif

Materi Kelas/ Semester Nama No Siswa

: - Cabang dan Manfaat Imu Biologi - Metode Ilmiah : X/ 1 Butiran Soal 1 2 3 4 5 6 Skor

Jumlah Skor

Nilai Siswa

1 2 Dst Rubrik Penilaian Soal (Kognitif)

Soal Skor Aspek 10 Menjelaskan pengertian ilmu biologi dan manfaat mempelajari 1 ilmu biologi dengan tepat dan benar 5 Menjawab pengertian ilmu biologi dan manfaat mempelajari ilmu biologi tapi kurang tepat dan benar 2 Menjawab pengertian ilmu biologi dan manfaat mempelajari ilmu biologi tapi salah 0 Tidak menjawab sama sekali 2 Menjelaskan satu soal dengan benar (total 5 substansi sehingga 2 total skor 6) 0 Tidak menjawab sama sekali 2 Menjawab dengan tepat dan benar satu langkah metode ilmiah 3 secara berurutan (total 7 substansi sehingga total skor 14) 0 Tidak menjawab sama sekali 10 Menyebutkan dan menjelaskan dengan tepat dan benar satu macam hipotesis (total 2 substansi sehingga total skor 20) 4 0 Tidak menjawab sama sekali 20 Menjawab variabel bebas dan variabel terikat dengan tepat dan 5 benar 10 Menjawab dengan tepat dan benar salah satu variabel saja 0 Tidak menjawab sama sekali 6 7,5 Jka menjawab dengan tepat dan benar dari 4 substansi (total 4 substansi sehingga total skor 30) 0 Tidak menjawab sama sekali Keterangan: Jumlah skor maksimum = 100 Nilai yang diperoleh:

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133

Penilaian Portofolio

Materi Kelas/ Semester No Nama Kelom -pok

: Metode Ilmiah : X/ 1 Kriteria

Judul

Tuju -an

Landa -san Teori

Hasil

Jumlah Skor Pembahasan

Nilai Siswa

Kesim -pulan

1 2 Dst Rubrik Penilaian Portofolio

Kriteria Judul

Skor 10

Indikator -

5

-

Tujuan

10 5

-

Landasan Teori

20

-

15

-

10

-

Menarik Memberi informasi tentang aspek yang diteliti Kurang menarik Kurang memberi informasi tentang aspek yang diteliti Sesuai dengan permasalahan Kurang sesuai dengan permasalahan Mencakup semua aspek yang ada di judul Penulisan benar dan menggunakan sumber yang jelas (buku dan jurnal/ artikel ilmiah) Mencakup semua aspek yang ada di judul Penulisan benar namun kurang dalam menggunakan sumber yang jelas (buku dan jurnal/ artikel ilmiah) Mencakup semua aspek yang ada di judul Penulisan kurang benar dan kurang dalam menggunakan sumber yang jelas (buku dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134

5

-

Hasil

20

-

15

-

10

-

5

-

Pembahasan

30

-

20

-

-

10

-

-

Kesimpulan

10

-

jurnal/ artikel ilmiah) Hanya mencakup beberapa aspek yang ada di judul Penulisan kurang benar dan kurang dalam menggunakan sumber yang jelas (buku dan jurnal/ artikel ilmiah) Penyajian data (tabel dan grafik) sangat sesuai dengan apa yang diteliti Penjelasan hasil data sangat lengkap dan mudah dimengerti Penyajian data (tabel dan grafik) sesuai dengan apa yang diteliti Penjelasan hasil data kurang lengkap dan mudah dimengerti Penyajian data (tabel dan grafik) hanya beberapa yang sesuai dengan apa yang diteliti Penjelasan hasil data kurang lengkap Penyajian data kurang lengkap hanya menyajikan tabel atau grafik saja dan kurang sesuai dengan apa yang diteliti Penjelasan hasil data kurang lengkap Analisis secara kualitatif mencakup semua hasil penelitian Mampu mengaitkan antara hasil dengan kajian pustaka Analisis secara kualitatif mencakup semua hasil penelitian Hanya beberapa yang kurang mampu mengaitkan antara hasil dengan kajian pustaka Analisis secara kualitatif kurang mencakup semua hasil penelitian Hanya beberaa yang kurang mampu mengaitkan antara hasil dengan kajian pustaka Kesimpulan ditulis singkat Menjawab tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135

7

-

5

-

Mudah dipahami Kesimpulan ditulis panjang dan berbelit-belit Menjawab tujuan Mudah dipahami Kesimpulan ditulis panjang dan berbelit-belit Kurang menjawab tujuan Kurang mudah dipahami

Keterangan: Jumlah skor sesuai dengan indikator, dimana setiap indikator memiliki skor 10 Jumlah skor maksimum = 100 Nilai yang diperoleh :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136

Penilaian Afektif

Materi

: - Cabang dan Manfaat Imu Biologi - Metode Ilmiah Kelas/ Semester : X/ 1 Aspek yang dinilai Nama No. Berpikir Kerja Tnggung Siswa Disiplin Jujur kritis sama jawab 1. 2. Dst. Kategori Skor: 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Jumlah Skor

Nilai

Rubrik Penilaian Afektif

No. 1.

2.

3.

4.

5

Aspek yang dinilai Disiplin

Berpikir kritis

Skor

Indikator penilaian

3

Masuk kelas tepat waktu, berpakaian rapi dan sopan, serta menyelesaikan tugas tepat waktu Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap hal baru kepada guru maupun teman sejawat, menjawab pertanyaan guru maupun teman sejawat dengan antusias, dan mengklarifikasi jawaban/pendapat teman maupun guru Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat Berkontribusi dalam penyelesaian tugas kelompok, mengahargai pendapat teman, dan mematuhi keputusan diskusi kelompok Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat Tidak melakukan plagiarisme, melaporkan hasil diskusi apa adanya, dan tidak menyontek Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat Bertanggungjawab dalam kelompoknya, mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan

2 1 3

Kerjasama

2 1 3

Jujur

2 1 3

Tanggung Jawab

2 1 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137

2 1

bertanggungjawab dengan apa yang dikerjakan Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat

Keterangan: Jumlah skor maksimum = 15

Kriteria nilai: -

76 – 100 = A (Sangat Baik)

-

51 – 75 = B (Baik)

-

26 – 50 = C (Cukup)

-

1 – 25

= D (Sangat Kurang)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138

Penilaian Psikomotorik

Materi

: - Cabang dan Manfaat Imu Biologi - Metode Ilmiah Kelas/ Semester : X/ 1 Aspek yang dinilai No Nama BerMengiMeran- Presen- Kekomtanya dentifikasi cang tasi pakkan kelompok 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 Dst Kategori Skor: 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Skor Nilai

Rubrik Penilaian Psikomotorik

Aspek yang dinilai Bertanya

Skor 3

Mengidentifikasi

2 1 3

Merancang

2 1 3

Presentasi

2 1 3

Kekompakkan Kelompok

2 1 3

Indikator Sangat kritis, berani dalam bertanya, pertanyaanya mudah dimengerti Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 yang terlihat Sangat rinci ketika mengidentifikasi, benar ketika mengidentifikasi, teliti Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat Terampil ketika merancang, merancangkan sesuatu yang menarik, runtun dalam merancang Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat Materi presentasi lengkap, kalimat mudah dipahami, runtut, menarik Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat Pembagian materi presentasi secara merata, pembagian tugas untuk menjawab pertanyaan secara merata, dan semua anggota kelompok memiliki pemikiran yang sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139

2 1 Keterangan: Jumlah skor maksimum = 15

Kriteria nilai: -

76 – 100 = A (Sangat Baik)

-

51 – 75 = B (Baik)

-

26 – 50 = C (Cukup)

-

1 – 25

= D (Sangat Kurang)

Jika hanya 2 indikator yang terlihat Jika hanya 1 indikator yang terlihat

More Documents from "Dita Linda Yani"