12.docx

  • Uploaded by: Arik Faisal
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 12.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,784
  • Pages: 9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupayauntuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnyaangka infeksi nosokomial di rumah sakit (Anonim, 2001). Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama perawatan atau pemeriksaan di rumahsakit tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya (Endarini, 2006). Faktor yangmempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial adalah faktor endogen dan faktoreksogen. Faktor endogen adalah faktor yang ada di dalam penderita itu sendiri,misalnya karena faktor umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksogen adalahfaktor yang berasal dari luar penderita, misalnya lama penderita dirawat di rumahsakit dan peralatan teknis medis yang digunakan (Syahrul, 1997). Dalam bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang penting dan rasional adalah melakukan setiap proses pencegahan infeksi yang dianjurkan. Setiap petugas kesehatan baik yang bertugas di rumah sakit atau di klinik rawat jalan mempunyai risiko untuk terkena infeksi dari pasien yang sedang ditanganinya. Selain itu juga dapat menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lain melalui alat-alat medis dan non medis yang digunakan dan sudah terkontaminasi. Infeksi dapat juga terjadi apabila petugas tidak melakukan prosedur yang benar dalam menangani alat-alat/instrumen yang bekas pakai (daur ulang). Proses pencucian, pengepakan, dan penyimpanan merupakan proses yang sangat menentukan dalam menjamin alat-alat bebas dari sisa-sisa bahan sumber infeksi. Proses ini harus mampu menurunkan kemungkinan infeksi pada petugas. Kegagalan pada proses ini merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi. Oleh karena itu perlu dibahas mengenai pencucian pengepakan, penyimpana alat-alat operasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan pencucian peralatan operasi? 2. Bagaimana prosedur pencucian peralatan operasi? 3. Apa yang dimaksud dengan pengepakan peralatanoperasi? 4. Bagaimana prosedur pengepakan peralatan operasi? 5. Apa yang dimaksud dengan penyimpanan peralatanoperasi? 6. Bagaimana prosedur penyimpanan peralatan operasi?

1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian pencucian peralatan operasi 2. Untuk mengetahui prosedur pencucian peralatan operasi 3. Untuk mengetahui pengertian pengepakan peralatan operasi 4. Untuk mengetahui prosedur pengepakan peralatan operasi 5. Untuk mengetahui pengertian penyimpanan peralatan operasi 6. Untuk mengetahui prosedur penyimpanan peralatan operasi

BAB II 2.1

Pencucian

2.1.1 Definisi Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan / perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. 2.1.2 Perlengkapan / bahan-bahan untuk mencuci peralatan - Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks - Sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi) -Tabung suntik (minimal ukuran 10mL; untuk membilas bagian dalam kateter termasuk kateter penghisap lendir. - Wadah plastik atau baja antikarat (stainless steel) - Air bersih - Sabun atau deterjen 2.1.3 Kegunaan pencucian - Sebagai cara yang efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme terutama endospora yang menyebabkan tetanus pada peralatan dan instrument tercemar. - Sebagai langkah awal, sebelum instrument di sterilisasi atau didesinfeksi tingkat tinggi. Karena tidak ada prosedur sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) yang efektif tanpa melakukan pencucian terlebih dahulu (Porter, 1987). 2.1.4 Tahap-tahap pencucian - Pakai sarung tangan yang tebal pada kedua tangan - Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang peralatan yang tajam seperti gunting dan jarum jari). - Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam. - Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati : 1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran 2) Buka engsel gunting dan klem 3) Sikat dengan seksama terutama dibagian sambungan dan pojok peralatan 4) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan 5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih baik jika diperlukan dengan air dan sabun atau deterjen. 6) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih

- Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain - Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT. Karena peralatan yang masih basah akan mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi kurang efektif. - Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus atau direbus atau di sterilisasi didalam otoklaf atau open panas kering tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai. - Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih. - Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara di angin-anginkan. 2.1.5 Tips-tips pencucian - Gunakan sarung tangan saat membersihkan instrument dan peralatan - Gunakan pelindung mata (plasti, pelindung muka, googles atau kacamata) dan rok plastic jika ada, saat membersihkan alat untuk meminimalkan risiko cipratan cairan yang terkontaminasi pada mata dan badan. - Instrument harus dibersihkan dengan sikat yang lembut (sikat gigi bekas baik untuk digunakan) dalam air sabun. - Semprit (berbahan kaca atau plastic) saat akan digunakan kembali harus dilepas setelah didekontaminasi atau dibersihkan dengan air sabun. - Sarung tangan bedah harus dibersihkan dalam air sabun, kedua bagian dalam dan luar dibersihkan dan dicuci dengan air bersih sampai tidak ada sabun yang tersisa. - Karet atau tabung plastik, misalnya tabung penghisap nasogatik atau proses kelahiran bila akan digunakan kembali harus dibersihkan secara menyeluruh, dicuci dan dikeringkan. - Endoskopi operasi (misalnya laparoskop) harus secara hati-hati dibersihkan karena pembersihan yang tidak benar merupakan penyebab utama masalah mekanis, begitupula dengan penularan infeksi kepada pasien berikutnya (Weber & Rutala, 2001). - Untuk mencuci kateter (termasuk kateter penghisap lendir, lakukan tahap-tahap berikut ini : 1) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan. 2) Lepaskan penutup wadah penempung lendir (untuk kateter penghisap lendir)

3) Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun 4) Bila kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih 5) Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan proses DTT. - Kateter harus didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) secara kimiawi karena kateter bias rusak bila didesinfeksi tingkat tinggi dengan cara direbus.

2.2 Pengepakan 2.2.1 Definisi Pengepakan adalah kegiatan paska sterilisasi untuk menjaga keamanan dan efektifitas alat-alat medis pada saat digunakan untuk perawatan pasien (Hidayati, 2017). 2.2.2 Tujuan Adapun tujuan dari pengepakan alat instrument, yaitu: 1. Mempertahankan sterilitas peralatan medis sampai waktu penggunaaan (Hidayati, 2017). 2. Membawa barang yang ada dalam kemasan dan menjaga barang tersebut dari kontaminasi kotoran, debu dan mikroorganisme (Widitaputra, 2014). 2.2.3 Syarat Bahan Beberapa syarat bahan pengepakan alat instrument adalah sebagai berikut: 1. Tahan terhadap kondisi fisik: suhu tinggi, kelembaban, tekanan, kondisi vakum. 2. Memungkinkan terjadinya penetrasi dan kontak langsung dari agen sterilan. 3. Memungkinkan pengeluaran dan pemindahan agen sterilan dari kemasan pada akhir proses sterilisasi. 4. Efisien untuk dapat digunakan pada semua prosedur pengemasan. 5. Mudah ditangani dan cukup fleksibel untuk ukuran alat yang akan dikemas 6. Tidak boleh mengandung materi- atau zat pewarna toksik (Hidayati, 2017). 7. Bahan pengemas yang dipilih dan digunakan harus mampu menjaga sterilitas bahan yang disterilkan setelah sterilisasi (Widitaputra, 2014). 2.2.4 Jenis Bahan Dalam melakukan pensterilan, hal-hal yang harus diperhatikan juga adalah pengepakan barang setelah disterilkan. Hal ini juga dapat menentukan apakah barang tersebut steril atau tidak. Pengepakan akan menjaga barang yang telah disterilkan tetap terjaga kesterilannya,

sehingga harus diperhatikan juga bahan-bahan yang digunakan untuk pengepakkan atau pengemasan barang yang disterilkan. Adapun bahan-bahan yang dianjurkan adalah: 1. Linen - Tidak di bleach - Bukan dari bahan kanvas 2. Plastik film 3. Kertas - Harus bersifat menolak/tidak mengabsorpsi air - Mempunyai daya rentang - Harus mempunyai sifat penghalang bakteri yang baik - Harus bebas dari materi toksik 4. Kombinasi plastik film dan kertas (Hidayati, 2017). 2.2.5 Penyegelan Penyegelan pengepakan juga haruslah sesuai dengan aturan yang diberlakukan untuk tetap menjaga kesterilannya. 1. Menggunakan tape indicator. 2. Segel harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila dibuka fungsi segel menjadi hilang. 3. Harus secara rapat, menggunakan segel panas atau segel kertas (Hidayati, 2017). 2.2.6 Standar Prosedur Pengepakan Adapun standar prosedur untuk pengepakan barang-barang atau instrument yang disterilkan adalah: 1. Lakukan cuci tangan sebelum melakukan persiapan dan pengemasan. 2. Pertahankan meja kerja dalam kondisi yang baik dalam hal kebersihan dan penataan. 3. Jangan gunakan lubrikan berbasis minyak, gunakan lubrikan berbasis air. 4. Jangan perbolehkan staf pekerja yang memiliki masalah kulit apapun melakukan pekerjaan persiapan dan pengemasan. 5. Kemudian, lakukan pemantauan dan verifikasi dari barang yang telah dibersihkan, pemilihan jenis pengemas, pengemasan, penyegelan dan pemberian label pada kemasan dan evaluasi kemasan (Widitaputra, 2014).

6. Nama alat yang akan dikemas 7. Langkah penyiapan dan inspeksi alat 8. Metode sterilisasi yang digunakan 9. Cara penempatan item yang benar dalam kemasan.

10.

Cara penempatan indikator kimia internal dan eksternal.

11.

Metode penyegelan kemasan.

12.

Cara penempatan kemasan dalam chamber.

13.

Cara penyimpanan yang benar (Hidayati, 2017).

2.3 Penyimpanan (Storage) 2.3.1 Definisi Penyimpanan alat-alat yang sudah steril pada tempatnya, terhindar dari kelembapan, alat dapat tersimpan dengan baik dan tetap terjamin keseterilannya, sewaktu-waktu dibutuhkan siap pakai. 2.3.2 Tujuan Menurut (Rosyidi, 2015) tujuan dari penyimpanan instrumen adalah: 1. Memudahkan pengambilan bila diperlukan 2. Instrumen dapat terawat, tersimpan rapi dan tidak mudah rusak 3. Sebagai control dokumentasi 4. Masa steril dapat dipertahankan sesuai dengan waktunya (menjaga kesterilan alat sampai saat dipergunakan 5. Dapat terhindar dari debu dan serangga 2.3.3 Prosedur Adapun prosedur penyimpanan instrumen steril adalah: 1. Penyimpanan instrumen, linen steril, dan bahan penunjang steril (Rosyidi, 2015) a. Setelah proses sterilisasi instrumen, linen dan bahan penunjang diambil dari dalam mesin sterilisasi b. Petugas mengeluarkan kereta dorong yang berisi instrumen, linen dan bahan penunjang sterildari sterilisator c. Penyimpanan instrumen, linen dan bahan penunjang sterildi rung khusu steril sesuai namanya 2. Penyimpanan instrumen, linen dan bahan penunjang steril dengan metode FIFO ( First In First Out) yaitu ED yang paling dekat diambil duluan (Rosyidi, 2015) 3. Setiap hari alat dicek tanggal kadaluarsanya jika sudah melewati tanggal kadaluarsa alat di sterilkan kembali (Gracia, 2011). 4. Suhu ruangan 180 C – 220 C, kelembapan dan tekanan udara ruangan positif (Gracia, 2011).

BAB III 3.1

Kesimpulan Sterilisasi adalah suatu proses mematikan segala bentuk kehidupan mikro organisme yang ada dalam sample/contoh, peralatan-peralatan atau lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau mematikan semua bentuk kehidupan mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi. Tujuan dilakukan sterilisasi alat operasi atau alat kesehatan adalah demi keamanan dan kenyamanan bagi pihak tim bedah maupun pasien pada penggunaan peralatan operasi selama proses tindakan medis agar tidak terjadi infeksi atau penularan bakteri, virus, kuman yang tertinggal dari penggunaan alat-alat operasi sebelumnya.

3.2

Saran Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai tata cara mensterilkan peralatan operasi dan tata cara penyimpanan agar tetap terjaga kesterilan alat-alat operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Widitaputra. 2014. Pengemasan, (https://widitaputra.wordpress.com/tag/pengemasan/). Online. Diakses pada 25 Oktober 2017. Hidayati, Khusnul. 2015. Care and Maintenance Surgical Instrumen. PPT Pembelajaran Semester 7 D-IV Keperawatan Poltekkes Malang. Rosyidi, I. 2015 . SOP Penyimpanan Alat Medis, Linen dan Bahan Penunjang Steril Siap Pakai. (). Online. Diakses pada 29 September 2018. Gracia, N. 2011. SPO Penyimpanan Alat Steril. (https://www.pdfcoke.com/document/2 83287867/SPO-Cara-Penyimpanan-Alat-Steril). Online. Diakses pada 29 September 2018.

More Documents from "Arik Faisal"

Warung Kopi.docx
December 2019 40
Ringkasan Literatur.docx
December 2019 39
Masalah.docx
December 2019 22
12.docx
December 2019 25
Bab 2.docx
December 2019 39