12620097 Anna Raisa Masrurin.docx

  • Uploaded by: Anna Raisa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 12620097 Anna Raisa Masrurin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,774
  • Pages: 10
Anna Raisa Masrurin 2017

Potensi Metabolit Sekunder Fungi Endofit Dari Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) Sebagai Antimikroba Anna Raisa Masrurin Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Gajayana No. 50 Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK Buah naga merah merupakan buah dari suku Cactaceae, yang mulai banyak dikonsumsi di Indonesia. Fungi endofit pada kulit buah naga super merah mengandung senyawa aktif, seperti flavonoid, fenolik, polifenol dan betalalain yang berperan sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antimikroba metabolit sekunder dari fungi endofit kulit buah naga super merah terhadap S. aureus, E. coli dan C. albicans.Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dilakukan dengan 4 tahapan yaitu uji fitokimia, uji zona hambat, KHM dan KBM. Uji fitokimia meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid. Pengujian zona hambat dilakukan dengan metode difusi cakram. Pengamatan KHM dilakukan dengan dilusi cair. Sedangkan pengamatan KBM menggunakan dilusi padat. Konsentrasi metabolit sekunder yang digunakan untuk uji KHM dan KBM yakni 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20% dan 10%. Metabolit sekunder isolat K1 (Mucor sp.) dan isolat K2 (Fusarium sp.) menghasilkan senyawa aktif golongan alkaloid, flavonoid dan saponin. Metabolit sekunder isolat K1 (Mucor sp.) dan isolat K2 (Fusarium sp.) menghasilkan senyawa aktif golongan alkaloid, flavonoid dan saponin. Pengujian zona hambat dengan isolat isolat tebaik yakni K1 terhadap C. albicans, S. aureus dan E. coli sebesar 19,42±3,32 mm, 9,18±0,96 mm dan 5,58±1,41 mm. Isolat terbaik yakni K1 memiliki nilai KHM yang efektif terhadap C. albicans, S. aureus dan E. coli adalah 20%, 30%, dan 80%. Sedangkan nilai KBM yang efektif dari isolat K1 terhadap C. albicans, S. aureus dan E.coli adalah 30%, 40%, dan 80%. Berdasarkan hasil uji diatas, dapat diketahui bahwa metabolit sekunder isolat K1(Mucor sp.) lebih efektif sebagai antimikroba dibandingkan dengan metabolit sekunder isolat K2 (Fusarium sp.).

Kata Kunci : Antimikroba, Buah naga super merah,, Candida albicans, Escherichia coli, fungi endofit, Staphylococcus aureus. PENDAHULUAN

Anna Raisa Masrurin 2017

Penyakit

infeksi

merupakan

membunuh

mikroorganisme.

Fungi

masalah kesehatan kesehatan yang dari

endofit dapat memproduksi senyawa

waktu ke waktu terus berkembang.

metabolit

sekunder

sesuai

dengan

Infeksi

tanaman

inangnya

(Radji,

2005).

merupakan

suatu

keadaan

masuknya mikroorganisme ke dalam

Penelitian Winarno (2006),menyatakan

tubuh,

dan

bahwa kapang endofit dari batang

Penyakit

Cinchona ledregiana dan Chicona

berkembang

menimbulkan

biak

penyakit.

infeksi dapat disebabkan oleh empat

pubescens

kelompok besar hama penyakit, yaitu

senyawa alkaloid yang sama seperti

bakteri,

inangnya.

jamur, virus, dan parasit

(Jawetz, 2005). Penyakit infeksi seperti Toxic

shock

makanan,

syndrome,

kerusakan

keracunan

dapat

menghasilkan

Buah naga merah merupakan buah dari suku Cactaceae, yang mulai

pada

kulit,

banyak dikonsumsi di Indonesia. Hasil

ensefalitis

yang

penelitian menunjukkan kulit buah

bakteri

naga merah mengandung antioksidan

Staphylococcus aureus. Untuk kasus

dan juga dapat menurunkan kadar

diare

kolesterol (Kanner et al., 2001) dan

endocarditis

dan

disebabkan

di

oleh

Indonesia

lebih

sering

disebabkan oleh Staphylococcus aureus

antibakteri

dan Escherichia coli (Ajizah, 2004).

Penelitian Nurmahani (2012), juga

Masalah tingkat kontaminasi makanan

membuktikan bahwa ekstrak heksana,

oleh Escherichia coli yakni 65,5% dan

kloroform dan etanol kulit buah naga

prevalensi penyakit diare sebanyak

merah memiliki aktivitas antibakteri

116.075

pada

kasus

tahun

1995

dan

(Amalia

bakteri

dkk.,

Gram

2014).

positif

keracunan makanan masih juga tinggi

(Staphylococcus aureus) dengan rata-

yaitu 31.919 kasus tahun 1997, dengan

rata diameter zona hambat sebesar 8.0

angka kematian kasus 0,15% (Djaja,

±

2008).

(Escherichia coli) dengan rata-rata

dapat

0.07

mm

dan

Gram

negatif

Permasalahan penyakit infeksi

diameter zona hambar sebesar 7.0 ±

diatasi

0.18 mm

dengan

antimikroba.

Antimikroba

merupakan

penghambat

pertumbuhan

bahan atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

potensi

metabolit

Anna Raisa Masrurin 2017

sekunder fungi endofit dari kulit buah

media,

naga

timbangan

analitik,

tabung

super

merah

(Hylocereus

reaksi, mikro pipet, blue tip, beaker

costarcensis)

sebagai

antimikroba

glass, batang pengaduk, alat tulis,

terhadap

Escherichia

coli,

Staphylococcus aureus dan Candida

spidol jangka sorong dan kamera digital.

albicans.

Bahan-bahan yang digunakan adalah hasil isolat jamur dari kulit buah naga

METODE PENELITIAN

super

merah

(Hylocereus

Penelitian ini dilaksanakan pada

costaricensis) yang sudah dimurnikan

bulan Juli 2016 sampai Maret 2016 di

Fusarium sp. dan Mucor sp., media NA

Laboratorium Genetika, Laboratorium

(Nutrient Agar), NB (Nutrient Broth),

Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

PDY (Potato Dextrose Yeast), SDA

Sains dan Teknologi Universitas Islam

(Sabouroud

Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

(Sabouroud Dextrose Broth),

Malang, Laboratorium Sentral Ilmu

(Mueller Hinton Agar), biakan S.

Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya

aureus , E. coli, kultur murni biakan C.

Malang dan Laboratorium Biomedik

albicans, akuades steril, spiritus, kertas

Fakultas

cakram (diameter 6 mm), Alkohol

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah Malang.

Dextrose

Agar),

SDB MHA

90%, Lugol, Safranin, Etanol, pereaksi

Alat-alat yang digunakan adalah

wagner,

pereaksi

meyer,

pereaksi

labu erlenmeyer 100 mL dan 250 mL,

dragendroff, Kloramfenikol, Nistatin,

cawan petri, tabung reaksi, blank disk

NaCl fisiologis 0,9 %, HCL, serbuk

steril, gelas ukur 10 ml dan 25 ml,

Mg, H2SO4, FeCl3 1%, plastik tahan

pinset, pipet volum, Laminar Air Flow

panas

(LAF), incubator, shaker incubator,

gloves, tissue gulung, kertas saring

rotary shaker, sentrifus dingin, object

Whatman No.1, kertas cakram, kertas

glass,

HVS,

hotplate,

stirrer

magnetic,

(Petromax),

kapas,

autoklaf, microskop, lemari pendingin,

aluminium foil.

jarum ose bakteri dan jamur, kertas

a. Uji Fitokimia

label, botol semprot, Bunsen, korek

1.

api, masker, penjepit, penggaris ,botol

kasa,

masker,

plastic

Uji Terpenoid / Steroid

hand

wrap,

Anna Raisa Masrurin 2017

Ekstrak metabolit sekunder 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi

4. Uji flavonoid Ekstrak

metabolit

sekunder

dan dicampur kloroform dan 5 tetes

sebanyak 1 ml dimasukkan dalam

amoniak.

dua

tabung reaksi, kemudian ditetesi 1 gr

lapisan yaitu lapisan asam (atas) dan

Mg dan 1 tetes asam klorida (HCL).

lapisan kloroform (bawah). Lapisan

Apabila terjadi perubahan warna pada

kloroform diletakkan di plat tetes dan

larutan

dibiarkan menguap lalu ditambahkan

dinyatakan positif.

asam asetat anhidrat dan asam sulfat

5. Uji Saponin

Sehingga

terbentuk

pekat (pereaksi Lieberman-Burchard).

menjadi

Ekstrak

kuning,

metabolit

hasilnya

sekunder

Apabila terbentuk warna hijau-biru

sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam

menandakan adanya senyawa steroid

tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan

dan warna merah menandakan adanya

aquades dan dikocok kuat selama 10

senyawa terpenoid.

menit. Apabila terbentuk busa yang

2. Uji Alkaloid

stabil selama ± 10 menit menunjukkan

Ekstrak metabolit sekunder 1 ml dimasukkan

dalam

tabung

reaksi.

Ditambahkan 5 tetes kloroform dan 5

adanya senyawa golongan saponin. b. Uji Zona Hambat Uji aktivitas antimikroba dilakukan

tetes amoniak lalu dipanaskan. Lapisan

dengan

metode

Kirby Bauer yaitu

asam (atas) diambil dan dimasukkan ke

difusi agar

dalam 3 tabung reaksi dan ditambahkan

cakram (diameter 6 mm). Metode yang

pereaksi Dragendorff (Putih), pereaksi

digunakan yaitu dengan cara pour plate

Mayer (Jingga) dan pereaksi Wagner.

yaitu dengan memasukkan 200 µL

(Coklat).

suspense S. aureus atau E. coli atau C.

3. Uji Fenolik/Tannin

albicans ke dalam cawan petri steril,

menggunakan kertas

Ekstrak metabolit sekunder 1 ml

kemudian dimasukkan media MHA

dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang masih cair sebanyak ±20 mL, dan

dan ditambahkan larutan besi (III)

media dibiarkan memadat. Di atas

klorida

positif

medium MHA yang telah memadat

dinyatakan dengan adanya perubahan

diletakkan kertas cakram steril yang

warna larutan menjadi biru-hitam.

telah direndam dengan ekstrak etanol

(FeCl3).

Hasil

Anna Raisa Masrurin 2017

kombinasi

dengan

konsentrasi

yang

selama

60

menggunakan nistatin.

komposisi

dan

mikroplate masing-masing 3 ulangan

telah

ditentukan

dengan konsentrasi 100%, 90%, 80%,

menit.

Kontrol

70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20% dan

kloramfenikol

Kertas

cakram

dan

tersebut

10%. KB dan KK, dengan volume 90 µL.

Dibuat

suspensi

bakteri

dari

diletakkan di atas permukaan media

masing-masing dengan kepadatan 108

bakteri

pada

menggunakan

pinset

dan

media

cair,

dengan

cara

ditekan sedikit. Kemudian diinkubasi

komparasi memakai standart larutan

pada suhu 370 C selama 24 jam.

Mc Farland 108, diinokulasikan pada

Zona bening yang terbentuk di sekitar

kertas

diukur

uji dengan volume 10 µL. Sehingga

jangka

diperoleh volume akhir 100 µL dan

sorong dan dihitung Luas zona hambat

konsentrasi perlakuan 100%, 90%,

= luas zona bening – luas kertas

80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%,

cakram.

20%, 10%, KB dan KK. Kemudian

diameternya

cakram

masing-masing konsentrasi awal bahan

menggunakan

diinkubasi 6 jam suhu 37°C. c. Uji KHM dan KBM Penentuan dilakukan metode

KHM dengan

mikrodilusi

dan

KBM

menggunakan menggunakan

microplate untuk tiap mikroba uji: (3 sumuran untuk kontrol bahan atau KB, 3 sumuran untuk kontrol kuman atau KK) dan 30 sumuran untuk perlakuan uji. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Seri konsentrasi yang digunakan 10%, 20%, 30%, 40%, 50 %, 60 %, 70%, 80%, 90% dan 100%. Pertama-tama

dibuat

seri

konsentrasi awal dari bahan uji di

Dilakukan uji KBM, semua tabung di fortex mixer sehingga homogen, dan dilakukan

penanaman

pada

media

padat selektif masing-masing bakteri dan

perlakuan

konsentrasi

menggunakan metode drop plate 10 µL, dan diinkubasi 3 - 8 jam suhu 37°C dan

jumlah

bakteri

dihitung

menggunakan Colony Counter. Nilai KBM ditentukan pada konsentrasi yang menunjukkan setelah penanaman dan inkubasi 8 jam tidak terdapat koloni mikroba yang tumbuh pada cawan petri. Cara menghitung koloni adalah

Anna Raisa Masrurin 2017

jumlah koloni = jumlah koloni tiap 10µl

1

polipeptida (Cowan, 1999). Beberapa senyawa pada fraksi n-heksan kulit

cawan x 10µl x Faktor pengencer

buah naga merah yang diduga memiliki Faktor pengenceran = pengenceran×

aktivitas antibakteri berdasarkan hasil

jumlah yang diencerkan.

skrining fitokimia adalah alkaloid dan terpenoid

(Amalia

et

al.,

2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Moshfeghi et al. (2013),

a. Uji Fitokimia

bagian merah pada buah kaya akan

Menurut Saxena et al. (2012),

sumber vitamin (B1, B2, B3, dan C),

uji fitokimia merupakan uji kualitatif

mineral, protein, flavonoid, betasianin,

untuk mengetahui kandungan senyawa

fenolik dan polifenol.

aktif

yang

dihasilkan

oleh

Kedua

metabolit

sekunder

mikroorganisme. Hasil uji fitokimia

menunjukkan reaksi positif adanya

senyawa

sekunder fungi

senyawa golongan flavonoid. Reduksi

endofit dari kulit buah naga super

dengan magnesium dan asam klorida

merah dapat dilihat pada tabel 1.

pekat

Tabel 1 Hasil Fitokimia

kuning, atau jingga pada flavonoid

metabolit

menghasilkan

(Robinson,

warna

1995).

merah,

Identifikasi

golongan senyawa saponin yang telah dilakukan

pada

kedua

metabolit

sekunder menunjukkan hasil positif yakni adanya busa yang stabil. Busa Berdasarkan Tabel

1

dapat

yang

ditimbulkan

saponin

karena

metabolit

adanya kombinasi struktur senyawa

sekunder isolat fungi endofit Mucor sp.

penyusunnya yaitu rantai sapogenin

dan Fusarium sp. positif mengandung

nonpolar dan rantai samping polar yang

senyawa

aktif

seperti

flavonoid,

larut dalam air (Faradisa, 2008).

alkaloid

dan

saponin.

Senyawa

diketahui

bahwa

kedua

b. Uji Zona Hambat Pengujian

antimikroba yang sering ditemukan pada bahan tumbuhan antara lain

hambat

dilakukan

senyawa fenol, terpen, alkaloid, dan

Kirby-Bauer

atau

aktivitas

zona

dengan

metode

dikenal

dengan

Anna Raisa Masrurin 2017

metode cakram kertas. Adanya zona

diameter > 20 mm dikategorikan sangat

hambat (zona bening) di sekitar kertas

kuat.

cakram

menunjukkan

adanya

Adanya

zona

hambat

yang

penghambatan pertumbuhan mikroba

terbentuk akibat aktivitas antimikroba.

uji. Hasil pengukuran diameter zona

Terbentuknya

hambat ekstrak kloroform metabolit

masing-masing

sekunder fungi endofit dapat dilihat

sekunder diduga disebabkan adanya

pada Tabel 2 berikut ini:

senyawa aktif dari metabolit sekunder

zona

hambat

ekstrak

pada

metabolit

yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba uji. Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak metabolit sekunder menunjukkan

Hasil uji aktivitas antimikroba

adanya

kandungan

senyawa

aktif

seperti

alkaloid,

flavonoid

dan

saponin.

Menurut

Pangulinan (2011), menyatakan bahwa

di atas menunjukkan bahwa kedua

flavonoid,

metabolit sekunder fungi endofit kulit

merupakan senyawa yang mempunyai

buah naga super merah (Hylocereus

efek farmakologi sebagai antijamur dan

costaricensis)

antibakteri.

mampu

menghambat

tannin

dan

saponin

pertumbuhan mikroba uji S. aureus, E.

Penelitian Sharavana Kumaar et

coli dan C. albicans. Hal ini dibuktikan

al. (2013), membuktikan bahwa ekstrak

dengan terbentuknya

zona hambat

buah 1000 µg/ml dari Opuntia dilleni

disekitar kertas cakram. Menurut Davis

yang satu famili dengan buah naga

dan Stoud (1971), respon hambatan

super

pertumbuhan

mikroba

dapat

antifungi lebih besar dari pada aktivitas

diklasifikasikan

sebagai

berikut,

antibakteri, dengan nilai diameter zona

apabila diameter zona hambat < 5 mm

hambat terhadap C. albicans 20 mm,

dikategorikan lemah, zona hambat 5-10

sedangkan terhadap S. aureus 19 mm

mm dikategorikan sedang, zona hambat

dan E. coli 17 mm. Senyawa fenol

10-20 mm dikategorikan kuat dan

yang terdapat pada flavonoid dapat

merah

mendenaturasi

memiliki

protein

aktivitas

sel

dan

Anna Raisa Masrurin 2017

mengerutkan dinding sel menyebabkan

lisisnya

sehingga

dinding

(Hylocereus costaricensis) pada isolat

sel

terbaik Mucor sp. terhadap C. albicans,

jamur (Cowan, 1999). Betalain yang

S. aureus dan E. coli secara berurutan

merupakan

alkaloid

sebesar 20%, 30% dan 60%. Nilai

merupakan zat aktif yang berperan

KBM isolat Mucor sp. terhadap C.

dalam

ini.

albicans, S. aureus dan E. coli secara

Alkaloid memiliki aktivitas sebagai

berurutan sebesar 30%, 40% dan 80%.

antibakteri dengan cara mengganggu

Perbedaan nilai KHM dan KBM pada

penyusun

sel

tiap ekstrak terhadap mikroba uji pada

bakteri, sehingga lapisan dinding sel

penelitian ini menunjukkan bahwa

tidak

dan

kepekaan mikroba uji terhadap ekstrak

menyebabkan kematian sel tersebut

metabolit sekunder dari kulit buah naga

(Lamonthe, 2009).

super merah berbeda.

golongan

aktivitas

antimikroba

peptidoglikan

terbentuk

secara

pada

utuh

Berdasarkan

c. Uji KHM dan KBM Penentuan KBM

ini

mikrodilusi.

nilai

KHM

menggunakan Hasil

uji

dan

metode

hasil

pengujian

KHM dan KBM pada kedua ekstrak metabolit

sekunderr

menunjukkan

aktivitas

bahwa aktivitas antifungi metabolit

antimikroba metabolit sekunder dari

sekunder lebih besar dibandingkan

kulit buah naga super merah dengan

dengan aktivitas antibakteri. Hal ini

metode mikrodilusi dapat dilihat dalam

bisa

tabel 3 di bawah ini :

dihasilkan merupakan antibiotik yang

Tabel 3. Hasil Uji KHM dan KBM

lebih aktif terhadap jamur (antifungi).

Metabolit Sekunder Fungi Endofit

Selain

disebabkan

itu

bisa

metabolit

disebabkan

yang

dari

perbedaan struktur dinding sel antara jamur dan bakteri. Perbedaan struktur dinding sel Hasil

pengujian

KHM

dan

KBM (tabel 3) menunjukkan bahwa nilai KHM ekstrak metabolit sekunder dari kulit buah naga super merah

menentukan

penetrasi,

ikatan, dan aktivitas antibakteri (Jawetz et al., 2005). Menurut Ajizah (2004), dinding sel bakteri Gram positif terdiri atas peptidoglikan sangat tebal yang memberikan

kekakuan

untuk

Anna Raisa Masrurin 2017

mempertahankan keutuhan sel dan

aureus dan E. coli sebesar 19,42±3,32

dinding sel Gram negatif mengandung

mm, 9,18±0,96 mm dan 5,58±1,41

lipopolisakarida

membantu

mm. Isolat terbaik yakni K1 memiliki

senyawa

nilai KHM yang efektif terhadap C.

antibakteri. Sedangkan jamur terdiri

albicans, S. aureus dan E. coli adalah

atas kitin dan polisakarida, unsur utama

20%, 30%, dan 80%. Sedangkan nilai

dari jamur bukanlah asam amino dan

KBM yang efektif dari isolat K1

protein.

terhadap C. albicans, S. aureus dan

melindungi

yang

bakteri

Dinding

dari

sel

jamur

bisa

ditembus dengan mudah oleh mikroba

E.coli adalah 30%, 40%, dan 80%.

uji dikarenakan unsur protein dan asam aminonya yang lebih sedikit dari

DAFTAR PUSTAKA

lapisan dinding sel bakteri.

Ajizah,

Salah satu senyawa golongan alkaloid yang terkandung dalam kulit buah naga merah adalah betasianin (Phebe,

2009).

Saponin

memiliki

aktivitas antifungi dan antibakterial berspektrum luas, gugus lipofilik pada saponin dapat merusak membran sel (Cowan, 1999). Flavonoid sebagai antimikroba

dapat

membentuk

kompleks dengan protein ekstraseluler mikroba, sehingga terjadi denaturasi protein (Putri, 2014). KESIMPULAN Metabolit

sekunder

fungi

endofit dari kulit buah naga super merah

(Hylocereus

costaricensis)

berpotensi sebagai antimikroba. zona hambat dengan isolat isolat tebaik yakni K1 terhadap C. albicans, S.

A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae. Vol.1 No.1: 31-38.

Amalia, Sri. Sri Wahdaningsih and Eka Kartika Untari. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi NHeksan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton & Rose) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. Trad. Med. J. Vol. 19(2). Cowan, M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agent. Clin Microbiol Rev. 12(4): 564-582. Davis dan Stoud. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Essay. Journal Of Microbiology. Vol.22, No.4. Djaja, I Made. 2008. Kontaminasi E. coli pada Makanan dari Tiga Jenis Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Di Jakarta Selatan. Makara Kesehatan. Vol. 12, No. 1.

Anna Raisa Masrurin 2017

Faradisa, M. 2008. Uji Efektifitas Antimikroba Senyawa Saponin dari Batang Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Jawetz, Z.E., J.L. Melnick, and E.A. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah: Tonang, H. Jakarta: EGC. Kanner, K., Harel, S., Granit, R. 2001. Betalains-A New Class of Dietaru Cationized Antioxidants. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 49. Moshfeghi, N., Omid, M., Fatemeh, S., Shaghayegh, M., dan Sayedeh, K. T. 2013. Introducing A New Natural Product From Dragon Fruit Into The Market. IJRRAS. 15 (2). Pangulinan, Frendsiane R, Novel Kojong, Dkk. 2011. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Kulit Batang Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Phebe, D., Chew, M. K., Suraini, A. A., Lai, O. M. dan Janna, O. A. 2009. Red-fleshed pitaya (Hylocereus polyrhizus) fruit colour and betacyanin content depend on maturity. Int. Food Res. J.16:233-242. Radji,

Maksum. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit Dalam Pengembangan

Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 11:113-126. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Saxena, N., Shrivastava, P. N., dan Saxena, R.C. 2012. Kajian Aktivitas Antioksidan Dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang Dan Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor: IPB. Warisno, Dahana K. 2010. Cara Pintar Bertanaman Buah Naga di Kebun, Pekarangan dan dalam Pot. Jakarta: Gramedia. Wu, L.C., Hsu, H.W., Chen, Y.C., Chiu, C.C., Lin, Y.I. & Ho, J.A. 2006. Antioxidant and Antiproliferative Activities of Red Pitaya. Food Chemistry, 95: 319-32.

Related Documents

Anna
May 2020 37
Anna
May 2020 39
Anna
November 2019 68
Anna
October 2019 61

More Documents from ""