Anna Raisa Masrurin 2017
Potensi Metabolit Sekunder Fungi Endofit Dari Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) Sebagai Antimikroba Anna Raisa Masrurin Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Gajayana No. 50 Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK Buah naga merah merupakan buah dari suku Cactaceae, yang mulai banyak dikonsumsi di Indonesia. Fungi endofit pada kulit buah naga super merah mengandung senyawa aktif, seperti flavonoid, fenolik, polifenol dan betalalain yang berperan sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antimikroba metabolit sekunder dari fungi endofit kulit buah naga super merah terhadap S. aureus, E. coli dan C. albicans.Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dilakukan dengan 4 tahapan yaitu uji fitokimia, uji zona hambat, KHM dan KBM. Uji fitokimia meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid. Pengujian zona hambat dilakukan dengan metode difusi cakram. Pengamatan KHM dilakukan dengan dilusi cair. Sedangkan pengamatan KBM menggunakan dilusi padat. Konsentrasi metabolit sekunder yang digunakan untuk uji KHM dan KBM yakni 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20% dan 10%. Metabolit sekunder isolat K1 (Mucor sp.) dan isolat K2 (Fusarium sp.) menghasilkan senyawa aktif golongan alkaloid, flavonoid dan saponin. Metabolit sekunder isolat K1 (Mucor sp.) dan isolat K2 (Fusarium sp.) menghasilkan senyawa aktif golongan alkaloid, flavonoid dan saponin. Pengujian zona hambat dengan isolat isolat tebaik yakni K1 terhadap C. albicans, S. aureus dan E. coli sebesar 19,42±3,32 mm, 9,18±0,96 mm dan 5,58±1,41 mm. Isolat terbaik yakni K1 memiliki nilai KHM yang efektif terhadap C. albicans, S. aureus dan E. coli adalah 20%, 30%, dan 80%. Sedangkan nilai KBM yang efektif dari isolat K1 terhadap C. albicans, S. aureus dan E.coli adalah 30%, 40%, dan 80%. Berdasarkan hasil uji diatas, dapat diketahui bahwa metabolit sekunder isolat K1(Mucor sp.) lebih efektif sebagai antimikroba dibandingkan dengan metabolit sekunder isolat K2 (Fusarium sp.).
Kata Kunci : Antimikroba, Buah naga super merah,, Candida albicans, Escherichia coli, fungi endofit, Staphylococcus aureus. PENDAHULUAN
Anna Raisa Masrurin 2017
Penyakit
infeksi
merupakan
membunuh
mikroorganisme.
Fungi
masalah kesehatan kesehatan yang dari
endofit dapat memproduksi senyawa
waktu ke waktu terus berkembang.
metabolit
sekunder
sesuai
dengan
Infeksi
tanaman
inangnya
(Radji,
2005).
merupakan
suatu
keadaan
masuknya mikroorganisme ke dalam
Penelitian Winarno (2006),menyatakan
tubuh,
dan
bahwa kapang endofit dari batang
Penyakit
Cinchona ledregiana dan Chicona
berkembang
menimbulkan
biak
penyakit.
infeksi dapat disebabkan oleh empat
pubescens
kelompok besar hama penyakit, yaitu
senyawa alkaloid yang sama seperti
bakteri,
inangnya.
jamur, virus, dan parasit
(Jawetz, 2005). Penyakit infeksi seperti Toxic
shock
makanan,
syndrome,
kerusakan
keracunan
dapat
menghasilkan
Buah naga merah merupakan buah dari suku Cactaceae, yang mulai
pada
kulit,
banyak dikonsumsi di Indonesia. Hasil
ensefalitis
yang
penelitian menunjukkan kulit buah
bakteri
naga merah mengandung antioksidan
Staphylococcus aureus. Untuk kasus
dan juga dapat menurunkan kadar
diare
kolesterol (Kanner et al., 2001) dan
endocarditis
dan
disebabkan
di
oleh
Indonesia
lebih
sering
disebabkan oleh Staphylococcus aureus
antibakteri
dan Escherichia coli (Ajizah, 2004).
Penelitian Nurmahani (2012), juga
Masalah tingkat kontaminasi makanan
membuktikan bahwa ekstrak heksana,
oleh Escherichia coli yakni 65,5% dan
kloroform dan etanol kulit buah naga
prevalensi penyakit diare sebanyak
merah memiliki aktivitas antibakteri
116.075
pada
kasus
tahun
1995
dan
(Amalia
bakteri
dkk.,
Gram
2014).
positif
keracunan makanan masih juga tinggi
(Staphylococcus aureus) dengan rata-
yaitu 31.919 kasus tahun 1997, dengan
rata diameter zona hambat sebesar 8.0
angka kematian kasus 0,15% (Djaja,
±
2008).
(Escherichia coli) dengan rata-rata
dapat
0.07
mm
dan
Gram
negatif
Permasalahan penyakit infeksi
diameter zona hambar sebesar 7.0 ±
diatasi
0.18 mm
dengan
antimikroba.
Antimikroba
merupakan
penghambat
pertumbuhan
bahan atau
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi
metabolit
Anna Raisa Masrurin 2017
sekunder fungi endofit dari kulit buah
media,
naga
timbangan
analitik,
tabung
super
merah
(Hylocereus
reaksi, mikro pipet, blue tip, beaker
costarcensis)
sebagai
antimikroba
glass, batang pengaduk, alat tulis,
terhadap
Escherichia
coli,
Staphylococcus aureus dan Candida
spidol jangka sorong dan kamera digital.
albicans.
Bahan-bahan yang digunakan adalah hasil isolat jamur dari kulit buah naga
METODE PENELITIAN
super
merah
(Hylocereus
Penelitian ini dilaksanakan pada
costaricensis) yang sudah dimurnikan
bulan Juli 2016 sampai Maret 2016 di
Fusarium sp. dan Mucor sp., media NA
Laboratorium Genetika, Laboratorium
(Nutrient Agar), NB (Nutrient Broth),
Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas
PDY (Potato Dextrose Yeast), SDA
Sains dan Teknologi Universitas Islam
(Sabouroud
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
(Sabouroud Dextrose Broth),
Malang, Laboratorium Sentral Ilmu
(Mueller Hinton Agar), biakan S.
Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya
aureus , E. coli, kultur murni biakan C.
Malang dan Laboratorium Biomedik
albicans, akuades steril, spiritus, kertas
Fakultas
cakram (diameter 6 mm), Alkohol
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dextrose
Agar),
SDB MHA
90%, Lugol, Safranin, Etanol, pereaksi
Alat-alat yang digunakan adalah
wagner,
pereaksi
meyer,
pereaksi
labu erlenmeyer 100 mL dan 250 mL,
dragendroff, Kloramfenikol, Nistatin,
cawan petri, tabung reaksi, blank disk
NaCl fisiologis 0,9 %, HCL, serbuk
steril, gelas ukur 10 ml dan 25 ml,
Mg, H2SO4, FeCl3 1%, plastik tahan
pinset, pipet volum, Laminar Air Flow
panas
(LAF), incubator, shaker incubator,
gloves, tissue gulung, kertas saring
rotary shaker, sentrifus dingin, object
Whatman No.1, kertas cakram, kertas
glass,
HVS,
hotplate,
stirrer
magnetic,
(Petromax),
kapas,
autoklaf, microskop, lemari pendingin,
aluminium foil.
jarum ose bakteri dan jamur, kertas
a. Uji Fitokimia
label, botol semprot, Bunsen, korek
1.
api, masker, penjepit, penggaris ,botol
kasa,
masker,
plastic
Uji Terpenoid / Steroid
hand
wrap,
Anna Raisa Masrurin 2017
Ekstrak metabolit sekunder 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi
4. Uji flavonoid Ekstrak
metabolit
sekunder
dan dicampur kloroform dan 5 tetes
sebanyak 1 ml dimasukkan dalam
amoniak.
dua
tabung reaksi, kemudian ditetesi 1 gr
lapisan yaitu lapisan asam (atas) dan
Mg dan 1 tetes asam klorida (HCL).
lapisan kloroform (bawah). Lapisan
Apabila terjadi perubahan warna pada
kloroform diletakkan di plat tetes dan
larutan
dibiarkan menguap lalu ditambahkan
dinyatakan positif.
asam asetat anhidrat dan asam sulfat
5. Uji Saponin
Sehingga
terbentuk
pekat (pereaksi Lieberman-Burchard).
menjadi
Ekstrak
kuning,
metabolit
hasilnya
sekunder
Apabila terbentuk warna hijau-biru
sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam
menandakan adanya senyawa steroid
tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan
dan warna merah menandakan adanya
aquades dan dikocok kuat selama 10
senyawa terpenoid.
menit. Apabila terbentuk busa yang
2. Uji Alkaloid
stabil selama ± 10 menit menunjukkan
Ekstrak metabolit sekunder 1 ml dimasukkan
dalam
tabung
reaksi.
Ditambahkan 5 tetes kloroform dan 5
adanya senyawa golongan saponin. b. Uji Zona Hambat Uji aktivitas antimikroba dilakukan
tetes amoniak lalu dipanaskan. Lapisan
dengan
metode
Kirby Bauer yaitu
asam (atas) diambil dan dimasukkan ke
difusi agar
dalam 3 tabung reaksi dan ditambahkan
cakram (diameter 6 mm). Metode yang
pereaksi Dragendorff (Putih), pereaksi
digunakan yaitu dengan cara pour plate
Mayer (Jingga) dan pereaksi Wagner.
yaitu dengan memasukkan 200 µL
(Coklat).
suspense S. aureus atau E. coli atau C.
3. Uji Fenolik/Tannin
albicans ke dalam cawan petri steril,
menggunakan kertas
Ekstrak metabolit sekunder 1 ml
kemudian dimasukkan media MHA
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang masih cair sebanyak ±20 mL, dan
dan ditambahkan larutan besi (III)
media dibiarkan memadat. Di atas
klorida
positif
medium MHA yang telah memadat
dinyatakan dengan adanya perubahan
diletakkan kertas cakram steril yang
warna larutan menjadi biru-hitam.
telah direndam dengan ekstrak etanol
(FeCl3).
Hasil
Anna Raisa Masrurin 2017
kombinasi
dengan
konsentrasi
yang
selama
60
menggunakan nistatin.
komposisi
dan
mikroplate masing-masing 3 ulangan
telah
ditentukan
dengan konsentrasi 100%, 90%, 80%,
menit.
Kontrol
70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20% dan
kloramfenikol
Kertas
cakram
dan
tersebut
10%. KB dan KK, dengan volume 90 µL.
Dibuat
suspensi
bakteri
dari
diletakkan di atas permukaan media
masing-masing dengan kepadatan 108
bakteri
pada
menggunakan
pinset
dan
media
cair,
dengan
cara
ditekan sedikit. Kemudian diinkubasi
komparasi memakai standart larutan
pada suhu 370 C selama 24 jam.
Mc Farland 108, diinokulasikan pada
Zona bening yang terbentuk di sekitar
kertas
diukur
uji dengan volume 10 µL. Sehingga
jangka
diperoleh volume akhir 100 µL dan
sorong dan dihitung Luas zona hambat
konsentrasi perlakuan 100%, 90%,
= luas zona bening – luas kertas
80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%,
cakram.
20%, 10%, KB dan KK. Kemudian
diameternya
cakram
masing-masing konsentrasi awal bahan
menggunakan
diinkubasi 6 jam suhu 37°C. c. Uji KHM dan KBM Penentuan dilakukan metode
KHM dengan
mikrodilusi
dan
KBM
menggunakan menggunakan
microplate untuk tiap mikroba uji: (3 sumuran untuk kontrol bahan atau KB, 3 sumuran untuk kontrol kuman atau KK) dan 30 sumuran untuk perlakuan uji. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Seri konsentrasi yang digunakan 10%, 20%, 30%, 40%, 50 %, 60 %, 70%, 80%, 90% dan 100%. Pertama-tama
dibuat
seri
konsentrasi awal dari bahan uji di
Dilakukan uji KBM, semua tabung di fortex mixer sehingga homogen, dan dilakukan
penanaman
pada
media
padat selektif masing-masing bakteri dan
perlakuan
konsentrasi
menggunakan metode drop plate 10 µL, dan diinkubasi 3 - 8 jam suhu 37°C dan
jumlah
bakteri
dihitung
menggunakan Colony Counter. Nilai KBM ditentukan pada konsentrasi yang menunjukkan setelah penanaman dan inkubasi 8 jam tidak terdapat koloni mikroba yang tumbuh pada cawan petri. Cara menghitung koloni adalah
Anna Raisa Masrurin 2017
jumlah koloni = jumlah koloni tiap 10µl
1
polipeptida (Cowan, 1999). Beberapa senyawa pada fraksi n-heksan kulit
cawan x 10µl x Faktor pengencer
buah naga merah yang diduga memiliki Faktor pengenceran = pengenceran×
aktivitas antibakteri berdasarkan hasil
jumlah yang diencerkan.
skrining fitokimia adalah alkaloid dan terpenoid
(Amalia
et
al.,
2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Moshfeghi et al. (2013),
a. Uji Fitokimia
bagian merah pada buah kaya akan
Menurut Saxena et al. (2012),
sumber vitamin (B1, B2, B3, dan C),
uji fitokimia merupakan uji kualitatif
mineral, protein, flavonoid, betasianin,
untuk mengetahui kandungan senyawa
fenolik dan polifenol.
aktif
yang
dihasilkan
oleh
Kedua
metabolit
sekunder
mikroorganisme. Hasil uji fitokimia
menunjukkan reaksi positif adanya
senyawa
sekunder fungi
senyawa golongan flavonoid. Reduksi
endofit dari kulit buah naga super
dengan magnesium dan asam klorida
merah dapat dilihat pada tabel 1.
pekat
Tabel 1 Hasil Fitokimia
kuning, atau jingga pada flavonoid
metabolit
menghasilkan
(Robinson,
warna
1995).
merah,
Identifikasi
golongan senyawa saponin yang telah dilakukan
pada
kedua
metabolit
sekunder menunjukkan hasil positif yakni adanya busa yang stabil. Busa Berdasarkan Tabel
1
dapat
yang
ditimbulkan
saponin
karena
metabolit
adanya kombinasi struktur senyawa
sekunder isolat fungi endofit Mucor sp.
penyusunnya yaitu rantai sapogenin
dan Fusarium sp. positif mengandung
nonpolar dan rantai samping polar yang
senyawa
aktif
seperti
flavonoid,
larut dalam air (Faradisa, 2008).
alkaloid
dan
saponin.
Senyawa
diketahui
bahwa
kedua
b. Uji Zona Hambat Pengujian
antimikroba yang sering ditemukan pada bahan tumbuhan antara lain
hambat
dilakukan
senyawa fenol, terpen, alkaloid, dan
Kirby-Bauer
atau
aktivitas
zona
dengan
metode
dikenal
dengan
Anna Raisa Masrurin 2017
metode cakram kertas. Adanya zona
diameter > 20 mm dikategorikan sangat
hambat (zona bening) di sekitar kertas
kuat.
cakram
menunjukkan
adanya
Adanya
zona
hambat
yang
penghambatan pertumbuhan mikroba
terbentuk akibat aktivitas antimikroba.
uji. Hasil pengukuran diameter zona
Terbentuknya
hambat ekstrak kloroform metabolit
masing-masing
sekunder fungi endofit dapat dilihat
sekunder diduga disebabkan adanya
pada Tabel 2 berikut ini:
senyawa aktif dari metabolit sekunder
zona
hambat
ekstrak
pada
metabolit
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba uji. Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak metabolit sekunder menunjukkan
Hasil uji aktivitas antimikroba
adanya
kandungan
senyawa
aktif
seperti
alkaloid,
flavonoid
dan
saponin.
Menurut
Pangulinan (2011), menyatakan bahwa
di atas menunjukkan bahwa kedua
flavonoid,
metabolit sekunder fungi endofit kulit
merupakan senyawa yang mempunyai
buah naga super merah (Hylocereus
efek farmakologi sebagai antijamur dan
costaricensis)
antibakteri.
mampu
menghambat
tannin
dan
saponin
pertumbuhan mikroba uji S. aureus, E.
Penelitian Sharavana Kumaar et
coli dan C. albicans. Hal ini dibuktikan
al. (2013), membuktikan bahwa ekstrak
dengan terbentuknya
zona hambat
buah 1000 µg/ml dari Opuntia dilleni
disekitar kertas cakram. Menurut Davis
yang satu famili dengan buah naga
dan Stoud (1971), respon hambatan
super
pertumbuhan
mikroba
dapat
antifungi lebih besar dari pada aktivitas
diklasifikasikan
sebagai
berikut,
antibakteri, dengan nilai diameter zona
apabila diameter zona hambat < 5 mm
hambat terhadap C. albicans 20 mm,
dikategorikan lemah, zona hambat 5-10
sedangkan terhadap S. aureus 19 mm
mm dikategorikan sedang, zona hambat
dan E. coli 17 mm. Senyawa fenol
10-20 mm dikategorikan kuat dan
yang terdapat pada flavonoid dapat
merah
mendenaturasi
memiliki
protein
aktivitas
sel
dan
Anna Raisa Masrurin 2017
mengerutkan dinding sel menyebabkan
lisisnya
sehingga
dinding
(Hylocereus costaricensis) pada isolat
sel
terbaik Mucor sp. terhadap C. albicans,
jamur (Cowan, 1999). Betalain yang
S. aureus dan E. coli secara berurutan
merupakan
alkaloid
sebesar 20%, 30% dan 60%. Nilai
merupakan zat aktif yang berperan
KBM isolat Mucor sp. terhadap C.
dalam
ini.
albicans, S. aureus dan E. coli secara
Alkaloid memiliki aktivitas sebagai
berurutan sebesar 30%, 40% dan 80%.
antibakteri dengan cara mengganggu
Perbedaan nilai KHM dan KBM pada
penyusun
sel
tiap ekstrak terhadap mikroba uji pada
bakteri, sehingga lapisan dinding sel
penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak
dan
kepekaan mikroba uji terhadap ekstrak
menyebabkan kematian sel tersebut
metabolit sekunder dari kulit buah naga
(Lamonthe, 2009).
super merah berbeda.
golongan
aktivitas
antimikroba
peptidoglikan
terbentuk
secara
pada
utuh
Berdasarkan
c. Uji KHM dan KBM Penentuan KBM
ini
mikrodilusi.
nilai
KHM
menggunakan Hasil
uji
dan
metode
hasil
pengujian
KHM dan KBM pada kedua ekstrak metabolit
sekunderr
menunjukkan
aktivitas
bahwa aktivitas antifungi metabolit
antimikroba metabolit sekunder dari
sekunder lebih besar dibandingkan
kulit buah naga super merah dengan
dengan aktivitas antibakteri. Hal ini
metode mikrodilusi dapat dilihat dalam
bisa
tabel 3 di bawah ini :
dihasilkan merupakan antibiotik yang
Tabel 3. Hasil Uji KHM dan KBM
lebih aktif terhadap jamur (antifungi).
Metabolit Sekunder Fungi Endofit
Selain
disebabkan
itu
bisa
metabolit
disebabkan
yang
dari
perbedaan struktur dinding sel antara jamur dan bakteri. Perbedaan struktur dinding sel Hasil
pengujian
KHM
dan
KBM (tabel 3) menunjukkan bahwa nilai KHM ekstrak metabolit sekunder dari kulit buah naga super merah
menentukan
penetrasi,
ikatan, dan aktivitas antibakteri (Jawetz et al., 2005). Menurut Ajizah (2004), dinding sel bakteri Gram positif terdiri atas peptidoglikan sangat tebal yang memberikan
kekakuan
untuk
Anna Raisa Masrurin 2017
mempertahankan keutuhan sel dan
aureus dan E. coli sebesar 19,42±3,32
dinding sel Gram negatif mengandung
mm, 9,18±0,96 mm dan 5,58±1,41
lipopolisakarida
membantu
mm. Isolat terbaik yakni K1 memiliki
senyawa
nilai KHM yang efektif terhadap C.
antibakteri. Sedangkan jamur terdiri
albicans, S. aureus dan E. coli adalah
atas kitin dan polisakarida, unsur utama
20%, 30%, dan 80%. Sedangkan nilai
dari jamur bukanlah asam amino dan
KBM yang efektif dari isolat K1
protein.
terhadap C. albicans, S. aureus dan
melindungi
yang
bakteri
Dinding
dari
sel
jamur
bisa
ditembus dengan mudah oleh mikroba
E.coli adalah 30%, 40%, dan 80%.
uji dikarenakan unsur protein dan asam aminonya yang lebih sedikit dari
DAFTAR PUSTAKA
lapisan dinding sel bakteri.
Ajizah,
Salah satu senyawa golongan alkaloid yang terkandung dalam kulit buah naga merah adalah betasianin (Phebe,
2009).
Saponin
memiliki
aktivitas antifungi dan antibakterial berspektrum luas, gugus lipofilik pada saponin dapat merusak membran sel (Cowan, 1999). Flavonoid sebagai antimikroba
dapat
membentuk
kompleks dengan protein ekstraseluler mikroba, sehingga terjadi denaturasi protein (Putri, 2014). KESIMPULAN Metabolit
sekunder
fungi
endofit dari kulit buah naga super merah
(Hylocereus
costaricensis)
berpotensi sebagai antimikroba. zona hambat dengan isolat isolat tebaik yakni K1 terhadap C. albicans, S.
A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae. Vol.1 No.1: 31-38.
Amalia, Sri. Sri Wahdaningsih and Eka Kartika Untari. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi NHeksan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton & Rose) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. Trad. Med. J. Vol. 19(2). Cowan, M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agent. Clin Microbiol Rev. 12(4): 564-582. Davis dan Stoud. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Essay. Journal Of Microbiology. Vol.22, No.4. Djaja, I Made. 2008. Kontaminasi E. coli pada Makanan dari Tiga Jenis Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Di Jakarta Selatan. Makara Kesehatan. Vol. 12, No. 1.
Anna Raisa Masrurin 2017
Faradisa, M. 2008. Uji Efektifitas Antimikroba Senyawa Saponin dari Batang Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Jawetz, Z.E., J.L. Melnick, and E.A. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah: Tonang, H. Jakarta: EGC. Kanner, K., Harel, S., Granit, R. 2001. Betalains-A New Class of Dietaru Cationized Antioxidants. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 49. Moshfeghi, N., Omid, M., Fatemeh, S., Shaghayegh, M., dan Sayedeh, K. T. 2013. Introducing A New Natural Product From Dragon Fruit Into The Market. IJRRAS. 15 (2). Pangulinan, Frendsiane R, Novel Kojong, Dkk. 2011. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Kulit Batang Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Phebe, D., Chew, M. K., Suraini, A. A., Lai, O. M. dan Janna, O. A. 2009. Red-fleshed pitaya (Hylocereus polyrhizus) fruit colour and betacyanin content depend on maturity. Int. Food Res. J.16:233-242. Radji,
Maksum. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit Dalam Pengembangan
Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 11:113-126. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Saxena, N., Shrivastava, P. N., dan Saxena, R.C. 2012. Kajian Aktivitas Antioksidan Dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang Dan Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor: IPB. Warisno, Dahana K. 2010. Cara Pintar Bertanaman Buah Naga di Kebun, Pekarangan dan dalam Pot. Jakarta: Gramedia. Wu, L.C., Hsu, H.W., Chen, Y.C., Chiu, C.C., Lin, Y.I. & Ho, J.A. 2006. Antioxidant and Antiproliferative Activities of Red Pitaya. Food Chemistry, 95: 319-32.