125923_handbook.doc

  • Uploaded by: corinne
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 125923_handbook.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,924
  • Pages: 11
REGIONAL GOA PETRUK Goa Petruk yang berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kebumen. Terlebih goa ini termasuk ke dalam salah satu goa terpanjang yang ada di dunia. Kedalaman jelajah Goa Petruk mencapai sekitar 2 kilometer. Goa Petruk terbagi atas tiga lantai goa dengan sungai, air terjun, dan sendang yang beragam. pada bagian yang pertama pada goa akan menjumpai kelelawan yang beterbangan. Pada bagian kedua yang diberi nama Goa Semar terdapat sebuah pemandangan yang menakjubkan dari bebatuan yang sangat eksotis. Dan, bagian ketiga inilah yang disebut dengan Goa Petruk karena di dalam goa ini terdapat batu yang menyerupai hidung Petruk dalam kisah Punakawan. Pesona keindahan dari Goa Petruk bisa Anda lihat dari stalagtit dan stalagmit yang ada di dalam goa tersebut. Selain itu, air terjun yang ada di goa tersebut juga tak kalah indah. Meskipun banyak orang merasa belum punya keberanian untuk menyusuri goa tersebut, bila Anda tertarik dengan keindahan alam yang sangat luar biasa, Anda sebaiknya tak melewatkan untuk mengunjungi Goa Petruk yang termasuk salah satu goa terindah di Indonesia.

SEJARAH GOA PETRUK Sejarah pembentukan Goa petruk

Definisi gua

Gua adalah suatu lubang di tanah, atau di batuan, atau di gunung yang terbentuk secara alamiah. Jadi bentukan-bentukan seperti gua yang dibuat manusia sebenarnya tidak dapat dikelompokan sebagai gua, tapi lebih tepat sebagai suatu terowongan. Gua adalah suatu bentukan alam yang umumnya terjadi akibat adanya suatu proses alam yang melubangi batuan. Bisa berbentuk suatu lorong yang panjang, gelap dan berkelokkelok, tetapi dapat pula sebagai suatu ceruk dalam. Secara umum dikenal terjadi pada dua batuan yang jauh berbeda, yaitu pada batu gamping yang sangat intensif dan luas kejadiannya, dan pada kasus-kasus khusus di aliran lava basalt, tetapi dapat pula terjadi pada semua jenis batuan yang mengalami tingkat abrasi / erosi yang kuat melewati struktur-struktur tertentu. MACAM MACAM GUA JENIS GUA  Gua Lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornament batuan yang khas  Gua Litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)  Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70 % dari seluruh gua di seluruh dunia). Terbentuk akibat peristiwa karst (pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping. Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang terbesar di dunia.  Gua pasir, gua batu halit, gua es, dsb : adalah bentukan gua yang sangat jarang dijumpai di dunia. Hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia. Di Indonesia hanya ditemukan tiga jenis gua, yaitu gua batu gamping, gua lava, gua laut. BENTUK GUA  Gua Horisontal : Gua yang bentukan lorongnya relative mendatar, dalam artian dapat ditelusuri dengan teknik horizontal cave seperti crawling, squeezing, dsb dsb  Gua Vertikal : Gua dengan entrance / mulut gua berbentuk tegak, sehingga dalam penelusurannya diperlukan alat Bantu.  Gua bawah air : Gua yang sebagian lorongnya dipenuhi air, sehingga dalam penelusurannya diperlukan alat diving (selam)  Gua yang merupakan gabungan dari dua atau tiga macam gua di atas Category: Introduction Tags: bentuk, cave, caving, gua, karst, Speleologi

Keterbentukan gua Berdasarkan proses pembentukannya gua dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1.

Gua alami, merupakan suatu bentukan alam yang umumnya terjadi akibat adanya suatu proses alam yang melubangi batuan. Bisa berbentuk suatu lorong yang panjang, gelap dan berkelok-kelok, tetapi dapat pula sebagai suatu ceruk dalam. 2. Gua buatan, merupakan suatu bentukan lubang yang terdapat di tanah, batuan atau gunung yang dibuat olehmanusia. Pada dasarnya bentukan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai gua, akan tetapi lebih tepatnya sebagai terowongan. ETIKA DAN BAHAYA PENELUSURAN Etika penelusuran gua secara umum dapat dibagi menjadi 3, yakni: a. Etika terhadap diri sendiri 1. Setiap penelusuran gua menyadari bahwa kegiatan speleologi, baik dari segi olahraga/segi ilmiahnya bukan usaha untuk diperontonkan atau tidak butuh penonton. 2. Dalam hal penelusaran gua, para penelusur gua harus bertindak sewajarnya. Para penelusur gua tidak memandang rendah keterampilan dan kesanggupan sesama penelusur. Sebaliknya, seseorang penelusur gua dianggap melanggar etika, bila memaksakan dirinya untuk melakukan tindakan-tindakan diluar batas kemampuan fisik dan tekniknya, serta kesiapan mentalnya. b. Etika terhadap orang lain (sesama penelusur) Respek terhadap sesama penelusur gua, tunjukan dengan cara:  Tidak menggunakan bahan/peralatan yang ditinggalkan rombongan lain, tanpa izin mereka.  Tidak membahayakan penelusan lainnya, seperti melempar suatu benda kedalam gua bila ada orang didalam gua atau memutuskan/menyuruh memutuskan tali yang sedang digunakan rombongan lain.  Tidak menghasut penduduk disekitar gua untung melarang/menghalanghalangi rombongan lain untuk memasuki gua, karena tidak satupun gua diindonesia milik perorangan, kecuali bila gua itu dibeli yang bersangkutan.



Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang diketahui sedang melakukan pekerjaan yang sama dan belum mempublikasinya dalam media massa/ dalam media ilmiah.  Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalo anda belu yakin betul bahwa tidak ada orang lain, yang telah menemukan pula sebelumnya, dan jangan melaporkannya hal-hal yang tidak benar demi sensasi dan ambisi pribadi, karena hal ini berarti membohongi diri sediri dan dunia speleologi.  Dalam suatu publikasi, jangan menjelek-jelekna nama sesama penelusur. Walaupun sipenulusur itu berbuat hal hal yang negatif, kritik terhadap sesama penelusur akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur. c. Etika terhadap lingkungan (alam/gua) 1. Setiap penelusur gua bahwa menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat sensitif dan mudah tercemar. Karenanya (sesuai himbauan NNS)  Tidak mengambil sesuatu kecuali mengambil potret.  Tidak meninggalkan sesuatu, kecuali meninggalkan jejak kaki.  Tidak membunuh sesuatu, kecuali membunuh waktu. 2. Setiap penelusuran gua sadar bahwa setiap bentukan alam didalam gua dibentuk dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua, mengambil/memindahkan sesuatu didalam gua itu tanpa tujuan jelas dan ilmiah selektif, akan mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus. 3. Setiap penelusuri dan meneliti gua, dilakukan oleh penelusur gua dengan penuh respect, tanpa mengganggu dan mengusir kehidupan bioata dalam gua.

Bahaya penelusuran gua Setiap kegiatan dialam terbuka selalu memiliki resiko terjadi Kecelakaan. Sebenarnya kasus kecelakaan dikegiatan alam terbuka relatif kecil, akan tetapi setiap terjadisuatu kecelakaan diekspose secara besar besaran sehingga banyak pihak yang menganggap bahwa kegiatan alam terbuka resikonya jauh lebih besar. Padahal kalau kita membaca surat kabar setiap hari selalu terjadi kecelakaan di jalan raya, tetapi orang menganggap bahwa naik motor atau mobil jauh lebih aman dari padamelakukan kegiatan petualanagan dialam terbuka. Pada dasarnya semua kegiatan alam terbuka bahaya kegiatan ini selalu terbagi dalam 2 jenis, yaitu bahaya dari pelaku kegiatan dan bahaya yang beralasal dari lingkungan atau alam. Bahaya dari segi pelaku kegiatan sebenarnya dapat diminimalkan sekecil mungkin dengan melakukan persiapan pengetahuan, fisik, teknis dan non teknis. Sedangkan bahaya dari segi lingkungan untuk sebagian orang tidak dapat diperhitungkan, sehingga yang paling berperan adalah faktor human error / kesalahan dari pihak manusia sebagai pelau kegiatan. Dalam kegiatan sepeleologi dan penelusuran gua, bahaya dari faktor lingkungan dapat diminimalkan bahkan dihilangkan bila kualitas sumber daya manusia (SDM)/pelaku kegiatan dioptimalkan, serta konsekuensi terhadap etika, moral dan kewajiban penelusuran gua, dan tidak kalah pentingnya adalah bahwa perlu menganalisa lingkungan tempat kita berkegiatan baik cuaca, tingkat kerapuhan dan biota yang mungkin dapat mengganggu dan membahayakan, serta dampak yang mungkin timbul akibat kegiatan. Klasifikasi dan uraian bahaya gua Dalam kegiatan speleologi dan penelusuran gua bahaya ini diidentifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Antroposentrisme

Anthroposentrisme adalah bahaya yang dapat menimpa manusia sebagai pelaku penelusaran gua, terbagi lagi menjdi bahaya yang disebabkan oleh manusia itu sendiri dan bahaya yang disebabkan oleh gua sebagai media kegiatan penellusuran. Beberapa dari bahaya Anthroposentrisme adalah 1.1 Faktor manusia a. Ceroboh, sembrono, dan nekad  Kurang persiapan (informasi, fisik, teknik,perlengkapan dan logistik)  Tidak menguasai teknik dan peralatan (salah alat, melepas alat dan tidak disimpul)  Tidak menguasai teknik penelusuran (panjat, renang, selam dan SRT)  Terpeleset  Memilih pijakan labil  Kepala terantuk batu, ornamen, atap gua  Merubah formasi gua  Tidak mematuhi etika, moral dan kewajiban penelusuran gua  Memaksakan target mengejar target kegiatan b. Tersesat  Kurang pengalaman saat pada waktu masuk  Sumber cahaya habis  Gua labirin dan bertingkat  Terlalu lelah c. Tenggelam  Tidak dapat berenang  Dapat berenang tapi sembrono  Cave diving d. Salah dalam pembagian tip penelusuran  Tidak sesuai kemampuan  Pembagian beban tak merata 1.2faktor peralatan a. berkurangnya fsilitas peralatan  aus (pemakaian over, tidak dirawat, salah pakai dll.)  rusak (terpakai, tersimpan terjatuh)  friksi pada saat penggunaan b. Penggunaan tidak semestinya  Terkena beban ungkit, beban yang bukan direkomdasikan  Descendingterlalu dalam, terlalu cepat c. Beban berlebihan  Salah pemasangan lintasan  Teransfer barang, rescue d. Penyusutan tidak terkontrol  Penyimpanan  Penggunaan  Pencucian 1.3 faktor gua dan alam a. banjir, tenggelam, arus deras, sump, siphons lumpur dalam , lumpur hisap b. runtuh  gempa

e.

f.

g. h. i.

j.

k. l. m. n.

 labil  penambangan  umur gua  manusia c. gas berbahaya  O2 tipis  CO, CO2 tinggi  Nitrogen  Sufur  Gas rawa  Asetilen/ karbit  Endapan guano Penyakit akibat virus  Histoplasmosis capsulatum  Rabies  Weil  Kutu tikus  Kencing kelelawar  Athle foot Binatang berbahaya  Berbisa  Beracun  Menyengat  Menggigit  Menghisap darah Tanaman yang bebahaya (jelatang kemadoh, lugut/aur/duri halus, dll) Air mengandung bacteri coli Hipotermia ( kedinginan, penurunansuhu tubuh)  Sungai bawah tanah  Angin  Tidak membawa pakaian yang memadai  Kurang kalori  Kebanjiran Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)  Haus yang berlebihan  Gua yang panas dan engap  Udara tidak mengalir Debu halus (batuk, sakit mata, pernafasan terganggu) Tersambar petir (dipermukaan, didalam melalui aliran air) Terkena aliran listrik( lampu, genset dan pompa air) Mistis, mitos, legenda ( bahaya sekunder)  Kepercayaan masyarakat  “X-File”, makhluk halus  Pelecehan juru kunci

ORNAMEN GUA Ornamen gua yang satu ini merupakan endapan yang terbentuk mirip lembaran berlipat. Biasanya menggantu di langit-langit gua ataupun di sisi dinding gua.

Flow Stone

Flow stone pada umumnya berukuran raksasa. Ornamen gua yang satu ini merupakan kalsit yang terdeposisi atau terendap di lorong gua untuk waktu yang lama. Grous

Grous merupakan kumpulan kalsi yang terbentuk pada aliran air atau kemiringan tertentu. Pada umumnya aliran tersebut juga memiliki kandungan karbondioksida. Adapun semakin banyak karbondioksidan yang memuai atau menguap, maka akan semakin banyak pula kalsit yang terbentuk.

Marble

Marble merupakan batu gamping yang sudah mengalami perubahan bentuk karena adanya pengaruh panas dan tekanan. Alhasil struktur batunya berubah. Straw

Ornamen gua yang satu ini bisa dibilang seperti stalagtit. Akan tetapi, ukuran diameternya jauh lebih kecil. Kurang lebih sebesar tetesan air atau sekitar 1-15 cm. Pearls

Pearls merupakan kumpulan dari batu kalsit yang berkembang di dalam kolam tepat di bawah tetesan air. Diberi nama pearls lantaran bentuknya sangat mirip seperti mutiara, bundar bersih dan berukuran kecil.

Styalalite

Styalalite merupakan garis gelombang yang ada di potongan batu-batu gamping. Rimstone Pool

Rimstone pool memiliki bentuk seperti bendungan yang terbentuk saat terjadi pengendapan air. Kandungan karbondioksidanya menghilang lalu menyisakan kalsit yang tersusun. Tiang

Tiang atau yang biasa disebut column adalah hasil endapan antara stalagtit dan stalagmit. Endapan tersebut pada akhirnya membentuk susunan menjulang berbentuk tiang yang membuat stalaktit dan stalakmit terhubung menjadi satu.

Tirai

Tirai atau drapery terbuat dari tetesan air melalui bidang rekahan yang tersusun memanjang di langit-langit gua. Langit-langit tersebut cukup miring sehingga membentuk endapan yang sangat cantik seperti lembaran vertikal yang tipis. Stalakmit

Stalakmit merupakan kerucut karang kapur yang muncul dari bawah. Stalakmit pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di lantai gua karena hasil tetesan air dari atas langitlangit gua. Stalaktit Stalaktit (bahasa Yunani: σταλάσσω, stalasso, artinya "yang menetes") adalah jenis speleothem (mineral sekunder) yang menggantung dari langit-langit gua kapur. Ia termasuk dalam jenis batu tetes (bahasa Inggris: dripstone)

More Documents from "corinne"