Journal Reading
Chronic Auditory Toxicity in Late Preterm and Term Infants With Significant Hyperbilirubinemia
Oleh:
Indah Permata Sari, S.Ked
04054821719048
Chyntia Tiara Putri, S.Ked
04054821719049
Nuari Indiyani, S.Ked
04054821719050
Pembimbing: dr. H. Indrayadi, SpA (K)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Journal Reading
Chronic Auditory Toxicity in Late Preterm and Term Infants With Significant Hyperbilirubinemia Oleh: Indah Permata Sari, S.Ked
04054821719048
Chyntia Tiara Putri, S.Ked
04054821719049
Nuari Indiyani, S.Ked
04054821719050
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 13 Agustus – 22 Oktober 2018.
Palembang, Agustus 2018 Pembimbing
dr. H. Indrayadi, SpA (K)
Penilaian PICO VIA (Population, Intervention, Comparison, Outcome, Validity, Importancy, Applicability)
I.
Population Populasi yang dituju dalam penelitian ini adalah bayi dengan usia kehamilan ≥ 34
minggu yang didiagnosis dengan hiperbilirubinemia signifikan yang dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit) di 2 Pusat Akademik di Delhi, India (Rumah Sakit Sir Ganga Ram dan Rumah Sakit Anak Kalawati Saran) sejak tahun 2011 sampai tahun 2014. Bayi-bayi tersebut sebelumnya telah dievaluasi mengenai toksisitas auditori akut selama periode neonatus. Kriteria inklusi penelitian adalah bayi dengan usia kehamilan ≥ 34 minggu dengan hiperbilirubinemia signifikan (didefinisikan sebagai total bilirubin serum [TBS] ≥ 20 mg/dL [342 µmol/L] atau TBS yang memenuhi kriteria untuk dilakukan transfusi pengganti menurut guideline AAP) selama 2 minggu pertama kehidupan. Untuk bayi dengan usia kehamilan 340/7 sampai 346/7 minggu, digunakan kriteria TBS yang memenuhi kriteria transfusi pengganti pada bayi dengan usia kehamilan 350/7 sampai sampai 356/7 minggu. Kriteria eksklusi penelitian adalah setiap bayi yang memiliki kondisi yang sering berhubungan dengan gangguan pendengaran, seperti (1) malformasi kraniofasial, (2) kelainan kromosom, (3) riwayat keluarga tuli kongenital, (4) toksoplasmosis, infeksi lainnya, rubella, infeksi cytomegalovirus, dan infeksi herpes simpleks; dan (5) intervensi bedah pada saat hiperbilirubinemia signifikan. Selanjutnya, bayi yang saat lahir tidak mendapat skrining evaluasi pendengaran sebelum didiagnosis dengan hiperbilirubinemia signifikan atau para orang tua bayi yang tinggal diluar Delhi juga masuk kedalam kriteria eksklusi. Didapatkan total 100 bayi pada penelitian ini, 93 bayi telah menjalani evaluasi auditori secara lengkap pada usia 2 sampai 3 bulan dan usia 9 sampai 12 bulan, sedangkan sebanyak 7 bayi tidak menjalani evaluasi auditori secara lengkap. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 93 bayi.
II.
Intervention Desain penelitian adalah penelitian prospektif longitudinal dimana tidak dilakukan
intervensi pada sampel. Sampel pada penelitian ini adalah bayi dengan usia kehamilan ≥ 34 minggu yang didiagnosis hiperbilirubinemia signifikan dari tahun 2011 sampai 2014 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 93 bayi yang dilakukan pengambilan dan pengukuran variabel ikatan albumin-bilirubin (TBS, ratio molar albumin bilirubin [RMAB],
dan bilirubin tak terkonjugasi) serta evaluasi auditori komprehensif yang kemudian dianalisis untuk mengetahui hubungan antara kadar ketiga variabel ikatan albumin-bilirubin tersebut dengan kejadian toksisitas auditori kronis pada neonatus dengan hiperbilirubinemia signifikan.
III. Comparison Pada penelitian ini tidak ada pembanding atau variabel kontrol pada sampel karena tipe penelitian adalah prospektif longitudinal. Analisis penelitian ini ditujukan untuk membandingkan variabel ikatan albumin-bilirubin (TBS, RMAB, dan bilirubin tak terkonjugasi) terhadap hubungan mereka dengan kejadian toksisitas auditori kronis pada neonatus dengan hiperbilirubinemia signifikan.
IV. Outcome Penelitian ini membandingkan total bilirubin serum (TBS), ratio molar albumin bilirubin (RMAB), dan bilirubin tak terkonjungasi terhadap hubungan mereka dengan toksisitas auditori kronis pada neonatus dengan hiperbilirubinemia signifikan. Penilitian ini mengharapkan menemukan uji laboratorium yang dapat menentukan neonatus dengan hiperbilirubinemia signifikan yang beresiko mengalami toksisitas auditori kronis (auditory neuropathy spectrum disorder dan/atau sensorineural hearing loss). Penelitian ini meneliti 93 bayi dengan hiperbilirubinemia signifikan yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dan kemudian diukur TBS, RMAB, dan bilirubin tak terkonjugasi nya serta dilakukan evaluasi auditori komprehensif. Dari 93 bayi yang diteliti tersebut, ditemukan 81 bayi tanpa toksisitas auditori kronis dan 12 bayi yang ditemukan mengalami toksisitas auditori kronis dengan 3 diantaranya dengan auditory neuropathy spectrum disorder (ANSD), 4 dengan sensorineural hearing loss (SNHL), dan 5 dengan ANSD dan SNHL. Nilai prediktif positif dan negatif evaluasi auditori neonatal untuk mengetahui toksisitas auditori kronis subsekuens saat bayi adalah 0,38 dan 0,97. Kadar puncak bilirubin tak terkonjugasi, TBS, dan RMAB pada bayi lebih tinggi pada bayi dengan toksisitas auditori kronis dibandingkan dengan bayi tanpa toksisitas auditori kronis. Berdasarkan analisis regresi pada penelitian ini didapatkan hubungan yang signifikan kadar puncak bilirubin tak terkonjugasi (bukan kadar puncak TBS atau RMAB) dengan toksisitas auditori kronis. Untuk setiap unit (mikrogram per desiliter) peningkatan bilirubin tak terkonjugasi, kemungkinan untuk mengalami toksisitas auditori kronis meningkat sebesar
2,41. Kadar puncak bilirubin tak terkonjugasi secara signifikan lebih tinggi pada bayi dengan toksisitas auditori kronis dibandingkan pada bayi tanpa toksisitas auditori kronis. Bilirubin tak terkonjugasi memiliki hubungan dengan toksisitas auditori kronis yang bermanifestasi sebagai SNHL dan/atau ANSD pada bayi usia kehamilan ≥ 34 minggu dengan hiperbilirubinemia signifikan. Bilirubin tak terkonjugasi merupakan prediktor toksisitas auditori kronis yang lebih baik dibandingkan TBS atau RMAB pada bayi usia kehamilan ≥ 34 minggu dengan hiperbilirubinemia signifikan. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa perlu dilakukan evaluasi auditori komprehensif dan monitoring ketat pada bayi beresiko tinggi dengan hiperbilirubinemia signifikan.
V.
Validity
a.
Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian? Ya, fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah
untuk membandingkan variabel ikatan albumin-bilirubin (TBS, RMAB, dan bilirubin tak terkonjugasi) terhadap hubungan mereka dengan kejadian toksisitas auditori kronis pada neonatus dengan hiperbilirubinemia signifikan. Untuk menguji hal tersebut, dilakukan pengukuran terhadap TBS, RMAB, dan bilirubin tak terkonjugasi pada saat masih neonatus. Kemudian dilanjutkan evaluasi auditori komprehensif pada bayi saat usia 2 sampai 3 bulan dan 9 sampai 12 bulan.
b.
Apakah sampel penelitian diambil dengan cara yang tepat? Ya, sampel penelitian diambil dengan cara yang tepat. Pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu semua bayi yang memenuhi kriteria inklusi yang dirawat di NICU di 2 Pusat Akademik di Delhi, India (Rumah Sakit Sir Ganga Ram dan Rumah Sakit Anak Kalawati Saran) sejak tahun 2011 sampai tahun 2014.
c.
Apakah data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian? Ya, data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan
adalah pengukuran variabel ikatan albumin-bilirubin (TBS, RMAB, dan bilirubin tak terkonjugasi) serta hasil evaluasi auditori komprehensif. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara kadar ketiga variabel ikatan albuminbilirubin tersebut dengan kejadian toksisitas auditori kronis pada neonatus dengan hiperbilirubinemia signifikan.
d.
Apakah penelitian ini mempunyai jumlah subjek yang cukup untuk meminimalisir kebetulan? Tidak. Penelitian ini tidak menggambarkan jumlah sampel yang cukup untuk dapat
merepresentasikan populasi. Tidak ada perhitungan jumlah sampel minimal pada penelitian.
e.
Apakah analisa data dilakukan cukup baik? Ya, analisa sudah dilakukan dengan cukup baik dengan menggunakan analisa yang
sesuai.
VI. Importance Apakah penelitian ini penting? Ya. Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui hubungan antara kadar ketiga variabel ikatan albumin-bilirubin dengan kejadian toksisitas auditori kronis pada neonatus dengan hiperbilirubinemia signifikan. Sistem pendengaran sangat sensitif terhadap neurotoksisitas yang dipicu oleh bilirubin. Beberapa penelitian telah memeriksa hubungan antara hiperbilirubinemia signifikan dengan ANSD atau SNHL, yang dapat dinilai jauh lebih awal dalam kehidupan daripada sekuel lain dari encephalopathy bilirubin akut. Baru-baru ini menunjukkan bahwa hiperbilirubinemia signifikan, TBS, RMAB dan bilirubin tak terkonjugasi dikaitkan dengan tingginya insiden toksisitas pendengaran akut, namun perjalanan alami toksisitas pendengaran akut belum diteliti secara prospektif. Ada kemungkinan bahwa toksisitas pendengaran yang akut dapat reversible dan menghilang seiring berjalannya waktu atau berkembang menjadi kronis. Akan tetapi pengukuran biokimia bilirubin (total bilirubin serum, ratio molar albumin bilirubin, dan bilirubin tak terkonjugasi) terhadap kejadian toksisitas auditori kronis belum diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kejadian toksisitas auditori kronis yang bermanifestasi sebagai ANSD dan/atau SNHL selama masa bayi dan membandingkan kadar bilirubin tak terkonjugasi, total bilirubin serum, ratio molar albumin bilirubin terhadap kejadian toksisitas auditori kronis pada bayi dengan usia kehamilan ≥ 34 minggu yang telah didiagnosis dengan hiperbilirubinemia signifikan.
VII. Applicability a.
Apakah pasien Anda sangat berbeda dari penelitian ini yang hasilnya mungkin tidak berlaku untuk mereka?
Tidak, penelitian ini dilakukan di Delhi, India yang berada di Asia dimana memiliki ras yang hampir sama dengan Indonesia. Penelitian ini juga meneliti variabel ikatan albuminbilirubin yang dapat dijadikan sebagai prediktor kejadian toksisitas auditori kronis pada neonatus dengan hiperbilirubinemia signifikan. Pemeriksaan variabel ikatan albumin-bilirubin yang diteliti (TBS, RMAB, dan bilirubin tak terkonjugasi) dapat juga dilakukan di Indonesia. Dengan demikian hasil penelitian ini sangat applicable untuk diterapkan di Indonesia.
b.
Apakah lingkungan Anda begitu berbeda dari yang ada di dalam studi ini sehingga metode-metode nya tidak dapat digunakan di lingkungan Anda? Penelitian ini dilakukan di 2 pusat akademik di Delhi, India (Rumah Sakit Sir Ganga
Ram dan Rumah Sakit Anak Kalawati Saran) yang merupakan negara di benua Asia yang merupakan negara tropis sama seperti Indonesia sehingga memiliki lingkungan yang hampir sama. Dengan demikian baik metode, dan hasil dari penelitian ini dapat diterapkan di Indonesia.
Kesimpulan: Jurnal ini valid, penting dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat digunakan sebagai referensi.