123dok_cemaran+mikroba+pada+lotion.docx

  • Uploaded by: Ogiel Zikenzu
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 123dok_cemaran+mikroba+pada+lotion.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,151
  • Pages: 17
IDENTIFIKASI KUALITAS SEDIAAN LOTION Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Praktikum Mikrobiologi Lina Oktavia Rahayu S.Si., MP KELOMPOK 3 Novi Agna L Ratu Minik Putri Indana Zulfa Yuanita Mulviana Laily

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG 2017

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, rongga dan mulut antara lain untuk membersihkan menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan

untuk

mengobati

atau

menyembuhkan

suatu

penyakit

(Tranggono,2017). Salah satu contoh dari kosmetik adalah lotion, Lotion yaitu sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitusebagai sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Lotion biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air.Lotion dima ksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung.

Konsistensi

yang

berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segerakering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaankulit.Dalam bidang farmasi, lotio banyak diformulasikan dan banyak dibuat,digunakan khususnya secara topikal untuk

membersihkan,

mempercantik

diri,menghaluskan

tubuh

dan

lain

sebagainya. Adanya cemaran mikroba dalam sediaan kosmetik dapat menyebabkan tidak stabilnya sediaan yang menyebabkan iritasi pada kulit, reaksi alergi, infeksi kulit, sensifitas dan penyakit kulit lainnya. Maka dari itu ada persyaratan untuk kosmetik yang baik yaitu kosmetik yang memenuhi persyaratan mutu sebagaimana tercantum dalam cara pembuatan kosmetik yang baik, standar lain yang sesaui ketentuan peraturan perundang-undangan (BPOM,2014). Dengan

penggunaan yang berulang dan penyimpanan yang tidak sesuai atau melebihi tanggal kedaluarsa dapat menimbulkan cemaran mikroba pada kosmetik. Cemaran mikroba pada kosmetik tidak hanya dapat menimbulkan iritasi ringan pada kulit, tetapi dapat menimbulkan infeksi kulit. Pada praktikum kali ini praktikan melakukan uji kualitas dengan cara melihat cemaran miksroba sedian kosmetik lotion menggunakan metode plate count untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat pada lotion, sampel yang digunakan yaitu lotion yang sudah digunakann secara berulang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Adakah cemaran bakteri dalam sediaan kosmetik lotion yang digunakan secara berulang? 2. Apakah masih aman sediaan kosmetik lotion yang di identifikasi cemaran mikroba tersebut jika digunakan?

1.3 Tujuan 1. Untuk menghitung cemaran bakteri pada sediaan kosmetik lotion. 2. Untuk mengetahui apakah masih aman sediaan kosmetik lotion yang di identifikasi cemaran mikroba tersebut jika digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Dasar Teori

Kosmetik berasal dari kata Yunani ”kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 140/Men.Kes/PER/III/1991 adalah sebagai berikut : ”Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit.” Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup. Tidak berbeda halnya dengan hand body lotion yang popular digunakan terutama oleh kaum hawa untuk merawat kecantikan kulit mereka. Dalam peraturan DirJen BPOM NOMOR HK.00.06.4.02894 tentang persyaratan cemaran mikroba pada kosmetika terdapat nilai regulasi koloni bakteri pada perawat badan dan kulit adalah 105 . Kulit merupakan ”selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel6sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar.

2.3 Mikroorganisme Pada Kulit Tangan Bakteri pada kulit tangan tergolong dalam flora normal (Trampuz dan Widmer, 2004). Flora normal terdiri dari dua macam yaitu : 1. Flora residen terdiri dari jenis mikoorganisme yang relatif tetap dan secara teratur ditemukan di daerah tertentu dan pada usia tertentu. Jika terganggu, flora lingkungan, kulit sangat mudah mengandung mikroorganisme tersebut secara cepat akan hidup kembali dengan sendirinya.

2. Flora transien terdiri dari mikroorganisme non patogen atau secara potensial bersifat patogen yang menempati kulit atau membran mukosa selama beberapa jam, hari atau minggu berasal dari lingkungan, tidak menyebabkan penyakit dan tidak mampu menghidupkan dirinya sendiri secara permanen dipermukaan ( Jawetz, 2007)

Mikroorganisme residen terbanyak dikulit adalah basilus difteroid aerob dan anaerob (misalnya, Corynebacterium, Propionibakterium); Staphylococcus epidermidis, kadang S.aureus, dan spesies Peptostreptococcus); basilus pembentuk spora, aerob, gram positif yang ada di dalam udara ,air dan tanah; Streptococcus alfa hemolitik (Streptococcus viridian) dan Enterococcus; basilus koliformis gram negative dan asinobacter. Fungi dan ragi sering terdapat pada lipatan kulit: mikrobakteri nonpatogen yang tahan asam, terdapat di daerah yang banyak sekresi sebaseanya (genetalia,telinga luar) ( Jawetz, 2007).

Daftar Flora Normal Pada Kulit a. Stapylococcus epidermidis b. Stapylococcus aureus (dalam jumlah sedikit) c. Spesies micrococcus d. Spesies neisseria nonpatogenik e. Streptococcus alfa hemolitik dan nonhemolitik f. Difteroid g. Spesies propionibacterium h. Spesies peptostreptococcus i. Sejumlah kecil organism lain (spesies kandida,spesies asinobakteri,dll (Jawetz, 2007).

Jumlah mikroorganisme pada tangan Lokasi Pada Tangan

Kepadatan Mikroorganisme

Dibawah kuku jari

61.368 CFU/cm²

Telapak tangan

847 CFU/cm²

Punggung tangan

250 CFU/cm²

Disela jari

223 CFU/cm²

Diatas kuku jari

89 CFU/cm²

Sumber : (Number of Microorganisms on Your Hands, 2008, cyt Noah Fierer 2008)

2.3 Definisi ALT Mikroba dapat dijumpai pada berbagai jenis bahan makanan, baik makanan yang berbentuk padat maupun makanan yang berbentuk cair. Untuk mengetahui jumlah bakteri yang terkandung 1 gram sampel bahan makanan padat atau 1 ml bahan makanan cair yang diperiksa, maka perlu dilakukan pengenceran sampel tersebut. Hasil pengenceran ini kemudian diinokulasikan pada medium lempeng dan diinkubasikan. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni bakteri dihitung dengan memperhatikan faktor pengencerannya. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/gram atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan cara sebar (BPOM, 2008). Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM 61/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka Lempeng Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya. 2.4 Definisi PCA Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut dengan Standard Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media pertumbuhan

mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis bakteri) yang terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air limbah dan sampelsampel lainnya yang juga biasanya menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Komposisi Plate Count Agar (PCA) dapat bervariasi, tetapi biasanya mengandung : 0,5% trypton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5% agar-agar. Plate Count Agar (PCA) mengandung glukosa dan ekstrak ragi yang digunakan untuk menumbuhkan semua jenis bakteri. Plate Count Agar (PCA) mengandung nutrisi yang disediakan oleh trypton, vitamin dari ekstrak ragi, dan glukosa yang digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sehingga mendukung pertumbuhan dari bakteri. Plate Count Agar (PCA) bukan merupakan media selektif karena media ini tidak hanya ditumbuhi oleh satu jenis mikroorganisme tertentu (Syamsuri, 1992)

2.5 Jenis jenis handbody lotion Lotion Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, definisi lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan ditambah bahan pensuspensi yang cocok, emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok. Pelembab tubuh (moisturizer) umumnya dibuat dengan karakteristik tersendiri sehingga memiliki kombinasi air, tipe minyak, dan emolien (pengencer) yang berbeda satu sama lainnya. Secara garis besar, ada tiga jenis pelembab tubuh : a. Body Lotion. Body Lotion mempunyai konsistensi paling encer dibandingkan dengan pelembab lainnya. Lotion yang baik adalah tidak terlalu greasy(berminyak) saat digunakan dan dapat menyerap dengan cepat saat dioleskan di kulit.Lotion merupakan pilihan paling tepat jika membutuhkan pelembab yang ringan atau bila 17digunakan

untuk

seluruh

tubuh.Karena

bentuknya

ringan

dan

tidak

meninggalkan residu, lotion bisa digunakan di pagi hari tanpa perlu khawatir bisa menempel di pakaian dan juga digunakan jika tinggal di iklim yang lembab atau ketika cuaca mulai panas.

b. Body Cream. Body Cream bentuknya lebih pekat dibanding lotion dan mengandung lebih banyak minyak pelembab. Krim tubuh (body cream) ini paling baik digunakan di kulit yang kering, seperti lengan dan kaki, yang tak memiliki banyak kelenjar minyak. c. Body Butter. Body Butter memiliki proporsi minyak paling tinggi, sehingga sangat kental dan mirip margarin atau mentega. Biasanya body butter memiliki kandungan shea butter, cocoa butter, dan coconut butter. Bentuk pelembab seperti ini bisa jadi sangat berminyak dan sulit dioleskan, maka akan sangat baik jika dioleskan di daerah yang amat kering dan cenderung pecah misalnya sikut, lutut, dan tumit (Voigt,1984).

2.4 Bahan penyusun Body Lotion Body lotion merupakan campuran dari air, pelembut, humektan, bahan pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui 1997). Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam pembuatan body lotion. Air yang digunakan dalam

pembuatan

lotion

adalah

air

murni

yang

berfungsi

sebagai

pelarut(Departemen Kesehatan 1993). Emolient (pelunak, zat yang mampu melunakkan kulit) didefinisikan sebagai sebuah media yang jika digunakan pada lapisan kulit kering akan mempengaruhi kelembutan kulit. Bahan ini mengisi ruang antar sel kulit, membantu

menggantikan

lemak

sehingga

dapat

melembutkan

dan

melumasi(Mariani 2007). Farage (2007) menyatakan bahwa emolient yang digunakan dalam body lotion dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit kulit seperti dermatitis. Lotion dengan emolient dapat membuat kulit terasa nyaman, kering,dan tidak berminyak.

Rasa nyaman setelah pemakaian body lotion disebabkan emolient memiliki titik cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Oleh karena itu, dalam membuat formula body lotion harus diperhatikan fungsi utama dari body lotion yaitu melembutkan, mudah dan cepat menyerap pada permukaan kulit, tidak meninggalkan lapisan tipis, tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit setelah pemakaian, tidak mengganggu pernafasan, antiseptis, memiliki bau yang khas(menyegarkan), serta memiliki warna menarik dan tetap. Bahan-bahan yang berfungsi sebagai emolient adalah minyak mineral, ester isopropil, turunan lanolin, trigliserida, dan asam lemak (Schmitt 1996). Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada body lotion karena merupakan zat yang melindungi emulsi dari kekeringan dengan mempertahankan kandungan air produk saat pemakaian pada permukaan kulit. Humektan

berpengaruh

terhadap

kulit

yaitu

melembutkan

kulit

dan

mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang. Humektan ditambahkan pada body lotion dan produk dengan tipe emulsi minyak dalam air lainnya untuk mengurangi kekeringan ketika disimpan pada suhu ruang (Mitsui 1997). Humektan yang dapat digunakan dalam body lotion yaitu gliserin, propilen glikol, dan sorbitol dengan kisaran penggunaan 0,5-15% (Schmitt 1996). Bahan pengental (thickener) digunakan untuk mengatur kekentalan dan mempertahankan kestabilan produk dengan mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble polymers yang digunakan sebagai bahan pengental diklasifikasikan sebagai polimer natural, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui 1997). Pengental polimer seperti gum-gum alami,derivatif , dan karbomer lebih sering digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan thickener dalam pembuatan body lotion biasa digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu di bawah2,5% (Schmitt 1996). Emulsifier atau pengemulsi merupakan bahan yang penting dalam pembuatan body lotion karena memiliki gugus polar maupun non polar dalam satu molekulnya, sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan disisi lain juga akan mengikat air yang polar. Hal ini berhubungan dengan hidrofillipofil balance yaitu keseimbangan antara komponen yang larut air dan larut minyak (Schmitt 1996). Emulsifier akan membentuk lapisan tipis (film) yang

menyelimuti partikel dan mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel sejenisnya. Emulsi mengandung lebih dari satu emulsifier karena kombinasi dari beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi. Untuk mendapatkan sistem emulsi yang stabil, dipilih emulsifier yang larut dalam fase yang dominan, yaitu fase pendispersi. Asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol merupakan emulsifier yang dapat digunakan dalam produk emulsi (Suryani et al. 2000). Gliserin atau sorbitol yang merupakan sumber karbon dan substansi lain seperti turunan asam amino dan protein biasanya ditambahkan pada pembuatan body lotion. Bahan-bahan ini merupakan sumber nitrogen bagi mikroorganisme. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengawet untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme

dan

untuk

menghindari

deteriorasi

produk

(Mitsui

1997).Pengawet dapat ditambahkan pada produk sebesar 0,1-0,2%. Pengawet juga harusditambahkan pada suhu yang tepat pada saat proses pembuatan, yaitu antara 35-45oC agar tidak merusak bahan aktif yang terdapat dalam pengawet tersebut. Pengawet yang baik memiliki persyaratan, yaitu efektif mencegah tumbuhnya berbagai macam organisme yang dapat menyebabkan penguraian bahan, dapat larut dalam berbagai konsentrasi yang digunakan, dan tidak menimbulkan bahaya pada kulit. Pengawet yang biasanya digunakan dalam kosmetika yaitu metilparaben dan propil paraben (Schmitt 1996). Pewangi ditambahkan pada lotion sebagai upaya meningkatkan nilai produk. Jumlah pewangi yang ditambahkan harus serendah mungkin, yaitu berkisar antara 0,1-0,5%. Pada proses pembuatan body lotion, pewangi dicampurkan pada suhu 35 oC agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk (Schmitt 1996).

e. Cara pembuatan lotion Proses pembuatan Lotion secaca garis besar adalah mencampurkan fase minyak dengan fase air (emulsifikasi). 1. Fase air dan emulgator dihomogenkan. 2. Ditambahkan Fase minyak. Kedua fase masing-masing dipanaskan hingga larut kemudian baru dicampur.

3. Setelah keduanya tercampur baru ditambahkan pengawet (sebagai anti mikroorganisme)dan pewangi. Pengawet & Pewangi ditambahkan setelah suhu camp. turun hingga 40oC sd. 30oC.

f. Faktor-faktor penyebab kerusakan Lotion 1. Bahan Baku. Bahan baku dapat berasal dari tunbuh-tumbuhan atau hewan. Dimulai dari proses pembuatannya sangat rentan terkontaminasi sehingga kualitasnya perlu diperhatikan karena bahan tersebut dapat mengandung jutaan bahkan milyaran mikroba per gram. 2. Air Kualitas air sangat penting, air banyak digunakan sebagai bahan bahan pembawa di dalam sediaan atau mencuci alat-alat. Mikroba yang terdapat di air tawar: bakteri coliform, Pseudomonas sp, Alkaligenas sp, Serratia, sp, dll. Bakteri yang masuk ke dalam air dapat berasal dari erosi tanah, bahan tumbuhan yang busuk, seperti: Bacillus siptilis, Klebsiella pneumonia, dll. Kontaminasi dari air selokan/ruangan, seperti: Proteus sp, E.Coli, Streptococcus fsikalis, Clostridium sp, dll. 3. Alat Peralatan yang digunakan dalam produksi sediaan dapat merupakan sumber kontaminasi, antara lain alat yang tidak dibersihkan sempurna, yaitu masih

mengandung

sisa-sisa

merupakan substrak(yang

bahan.

digunakan

Pada oleh

waktu enzim)

penyimpanan untuk

yang

pertumbuhan

mikroba. Enzim (katalis organik yang dihasilkan organisme). Debu yang berasal dari udara yang menempel pada alat dapat mengandung mikroba. 4. Wadah/Kemasan Spora

mikroba

dalam

bahan

tergantung

dari

bahan/kondisi

penyimpanannya. Mis: wadah dari gelas yang disimpan dalam kotak kantong. Kantong biasanya mengandung spora jenis Aspergillus sp dan Clostridium sp, dan bakteri Bacillus sp dan Micrococcus sp. 5. Udara/Ruang Kerja

Udara bukan merupakan lingkungan alami untuk pertumbuhan mikroba karena tidak cukup air dan bahan nutrisi yang diperlukan. Tetapi mikroba dapat menempel pada partikel-partikel debu dan bahan yang tersuspensi di udara. Jumlah mikroba di udara tergantung kepada aktifitas yang terjadi di lingkungan tersebut dan jumlah debu/partikel tersuspensi. Bakteri di udara, yaitu: Bacillus sp, Clostridium sp, dll. Sedangkan jamur: Penicillium sp, Aspergillus sp, Mucor sp. Dinding dan langit-langit ruang kerja dapat menjadi sumber kontaminasi. Personil dapat pula menjadi sumber transfer ke dalam sediaan obat, kosmetik, dan bahan pangan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba 1. Jumlah inokulum Banyaknya inokulum dalam sediaan dapat menimbulkan infeksi atau terjadi kerusakan pada sediaan. 2. Bahan nutrisi Nutrisi dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba. 3. Kadar air Air sangat berperan dalam pertumbuhan mikroba sehingga sangat menentukan kualitas,

mis: kadar

air

yang

paling

baik

untuk

beras

max

14%.

Pada kadar ini mikroba tidak tumbuh dan berkembang. 4. pH Setiap mikroba berbeda pH berdasarkan pola hidup mikroba tersebut yang mempunyai

nilai

minimum/maksimum

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangbiakannya. Misal pada susu segar. Pada awalnya mengandung bakteri Staphylococcus lactis, tetapi setelah dibiarkan selama 3-5 jam kemudian dicek pHnya sekitar 5. Dari hasil analisis ternyata terjadi pertumbuhan bakteri dari jenis lain yang dikenal sebagai bakteri laktan, yaitu Lactobacillus sp. 5. Suhu Temperatur tinggi/rendah sangat mempengaruhi pertu mbuhan bakteri. 6. Tekanan osmotik 7. Zat-zat antimikroba yang bersifat bakterisid/bakteriostatik 8. Radiasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1

Alat dan Bahan           

1.2

Alat Bunsen Kaki tiga Kasa Cawan petri Erlenmeyer Batang pengaduk Inkubator Korek api Tabung reaksi Jarum ose Blue tip

  

Bahan Foundation Media PCA Aquadest Steril

Cara Kerja

1.2.1 Pembuatan Media 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Ditimbang PCA 3. Dimasukkan media PCA kedalam erlenmeyer ditambahkan Aquades 130 ml. 4. Dipanaskan diatas bunsen sambil diaduk hingga media mendidih. 5. Setelah mendidih, ditunggu media hingga hangat, kemudian setelah hangat tutup dengan kapas agar tidak terkontaminasi. 6. Ketika sampel sudah siap, maka media dapat dituang setelah sampel. 1.2.2 Metode 1. Pembuatan seri pengenceran. Sampel sebanyak 1 gram atau 1 ml secara aseptis dimasukkan ke dalam 9 ml aquadest steril. Lakukan homogenisasi. Sampel yang telah homoen disebut pengenceran 10-1 diambil 1 ml dimasukkan ke dalam aquadest 9 ml dihomogenkan menggunakan vortex (pengenceran 10-2). Dari pengenceran 10-2

dimasukkan

kedalam

tabung

reaksi

berisi

aquadest

berikutnya(pengenceran 10-3). Dari pengenceran 10-3 diambil 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri steril dan 1 ml dimasukkan ke dalam aquadest berikutnya. Dengan cara yang sama didapatkan pengenceran 104

dst. Lakukan pengenceran berseri sampai didapatkan pengenceran 10-6.

2. Cawan petri yang berisi 1 ml sampel ditambahkan media PCA. 3. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar, untuk bakteri selama 24 jam 4. Pada akhir inkubasi hitung jumlah koloni yang tumbuh dengan colony counter. 5. Tentukan jumlah koloni mikroba per ml (gram) sampel.

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisa Prosedur 4.1.1

Media PCA

4.1.2

Pengenceran

4.1.3

Sterilisasi

4.1.4

Teknik Aseptis

4.1.5

Inkubasi 24 jam

4.1.6

Penghitungan menggunakan colony counter

4.2 Analisa Hasil

Pengenceran

10-3

10-4

10-5

10-6

TPC

Keterangan

I

-

-

TBUD

TBUD

-

TBUD >300

II

-

-

TBUD

TBUD

-

TBUD >300

Tabel 4.1 hasil perhitungan bakteri Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa bakteri yang sudah di inkubasi selama 24 jam pada pengenceran 10-3 dan 10-4 tidak terdapat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada pengenceran 10-5 dan 10-6 bakteri yang tumbuh lebih dari 300 , sehingga tidak diperoleh nilai TPC. Pada perhitungan bakteri cawan yang dapat dihitung adalah cawan yang berisi bakteri 30-300 sedangkan dari hasil praktikum yang diperoleh dari ke empat pengenceran tidak ada yang sesuai, hal tersebut dikarenakan faktor tidak homogen larutan yang dibuat dan pada proses pengambilan dari pipet mikro tidak sesuai.

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa lotion yang telah dibuka selama 1 bulan telah terkontaminasi bakteri dan sudah tidak aman untuk dipakai lagi karena melebihi ketentuan DirJen BPOM NOMOR HK.00.06.4.02894 tentang persyaratan cemaran mikroba pada kosmetika terdapat nilai regulasi koloni bakteri pada perawat badan dan kulit yaitu 10-5.

LAMPIRAN

1.1 cawan petri pengenceran 10-6 (I)

1.2 cawan petri pengenceran 10-6 (I) 1.3

cawan petri pengenceran 10-4 (I)

1.4

cawan petri pengenceran 10-3 (I)

1.5 1.6 1.7 1.8

cawan petri pengenceran 10-6 (II) cawan petri pengenceran 10-5 (II) cawan petri pengenceran 10-4 (II) cawan petri pengenceran 10-3 (II)

More Documents from "Ogiel Zikenzu"