1234567.docx

  • Uploaded by: Amanathan Farhan
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1234567.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,459
  • Pages: 8
LAPORAN AWAL PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH ALAT UKUR SEDERHANA

LALAN FALIUKA (J1B116013)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2019

2.1 Objek 1 (Alat ukur sederhana) 2.1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan pengukuran wilayah merupakan bagian terpenting sebelum dilakukanya proses pembangunan. Pengukuran tanah dan teknik pemetaan menjadi sesuatu hal yang tidak dapat ditinggalkan, terutama untuk pembangunan fisik. Maka dari itu praktikum ilmu ukur tanah sangat penting sebagai bekal para mahasiswa teknik pertanian yang kelak masuk ke dalam lapangan kerja, terutama dalam bidang pembangunan. Bentuk permukaan bumi sangat tidak teratur. Ketidak teraturan ini memerlukan determinasi untuk merepresentasikan ukuran dan bentuknya. Penggambaran bentuk dan ukuran permukaan bumi merupakan bagian ilmu ukur wilayah yang menjadi turunan dari ilmu geodesi. Pemetaan dan pengukuran suatu wilayah ditentukan oleh beberapa hal diantaranya jenis alat ukur yang digunakan. Penggunaannya pun harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan pengukuran. Sedangkan pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya. Pengukuran terletak di antra ilmu geodesi dan ilmu pemetaan. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil pengelolaan data pengukuran adalah dasar dari pembuatan peta. Pada dasarnya, untuk skala pengukuran pada wilayah yang tidak luas, pengukuran bisa dilakukan hanya bermodalkan patok dan meteran.Namun, jika pengukuran yang hendak dilakukan mencapai puluhan, ratusan, bahkan ribuan meter, maka peralatan yang dibutuhkan harus bisa mencapai jarak tersebut dan biasanya alat tersebut sudah termasuk canggih. Beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk pengukuran suatu wilayah ialah Theodolite dan GPS (Global Positioning System). Theodolite sendiri merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak, theodolite juga dapat digunakan untuk mengukur jarak secara optis, membuat garis lurus dan sifat datar orde rendah, serta GPS (Global Positioning System) yang menggunakan cara pengukuran dengan menggunakan titik koordinat. Meskipun kontruksi kedua alat ini

berlainan, tetapi alat-alat ukur ini mempunyai hasil yang sama dalam menentukan ukuran luas suatu wilayah.

2.1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini ialah 1. Memperkenalkan fungsi dan cara kerja alat ukur sederhana. 2. Membandingkan hasil dari perolehan data alat ukur sederhana dengan alat ukur sifat ruang. 2.1.3 Manfaat Manfaat yang di dapat dari praktikum ini ialah 1. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan cara kerja alat ukur sederhana 2. Mahasiswa dapat membandingkan hasil dari perolehan data alat ukur sederhana dengan alat ukur sifat ruang.

2.1.4 Tinjauan Pustaka 1. Ilmu Ukur Wilayah Ilmu ukur wilayah (surveying) adalah sebuah metode pengukuran titiktitik dengan memanfaatkan jarak dan sudut di antara setiap titik tersebut pada suatu wilayah dengan cermat. Berbagai titik tersebut biasanya adalah permukaan bumi dan digunakan untuk membuat sebuah peta, batas wilayah suatu lahan, lokasi konstruksi, dan tujuan lainnya. Ilmu ukur wilayah juga merupakan sebuah pekerjaan. Surveyor menggunakan berbagai elemen matematika seperti geometri dan trigonometri, juga fisika dan keteknikan (Purworahardjo, 1986) Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesiyang mempelajari caracara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relative atau absolute titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penetuan posisi relative suatu daerah (Frick, 1979) Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan wilayah dapat dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan melalukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis.

Alat – alat ukur Ilmu Ukur Wilayah Alat ukur sederhana merupakan alat yang digunakan untuk pengukuran daerah atau lahan dengan luas yang lebih kecil. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Dalam hal ini digunakan alat ukur sederhana yang mana merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu daerah, benda, ataupun lahan dalam skala kecil. 1.Theodolite Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei (Kamajaya, 2007). Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi. (Mansur, 2004)

2.Meteran Meteran, sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol (Kamajaya, 2007) Meteran disebut juga sebagai pita ukur atau tape atau bisa disebut juga sebagai rol meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau panjang. Meteran juga berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut sikusiku, dan juga dapat digunakan untuk membuat lingkaran.

Meteran juga memiliki daya muai dan daya regang. Daya muai adalah tingkat pemuaian akibat perubahan suhu udara. Dan daya regang adaah perubahan panjang akibat regangan atau tarikan. Daya muai dan daya regang meteran dipengaruhi oleh jenis meteran, yang di bedakan berdasarkan bahan yang digunakan dalam pembuatannya.

3. Jangka sorong Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur (Brinker, 1986) Skala nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian jangka sorong. Skala ukur jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem metrik. Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian jangka sorong bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Untuk skala pembacaan dengan sistem metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang skala utama 150 mm, 200 mm, 250 mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000 mm. (Wagiran,2013). 4.Kompas Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat

perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan arah (Kamajaya, 2007). 5.Abney Level Abney level adalah sebuah alat yang di pakai untuk mengukur ketinggian yang terdiri dari skala busur derajat. Beberapa kelebihan abney level adalah mudah untuk digunakan, relative murah dan akurat. Abney level di gunakan untuk mengukur derajat dan elevasi topografi. Alat ini berupa teropong yang dilengkapi dengan busur setengan lingkaran. Abney level adalah sebuah alat yang dipakau untuk mengukur ketinggian yang terdiri dari skala busur derajat. Beberapa kelebihan abney level adalah mudah untuk digunakan, relative murah dan akurat. Abney level digunakan untuk mengukur derajat dan elevasi topografi. Alat ini berupa teropong yang dilengkapi dengan busur setengah lingkaran. (Panambuang, 2012)

2.1.5 Metoda Praktikum 2.1.5.1 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah kompas, meteran, jangka sorong, abney level.

2.1.5.2 Prosedur Kerja 1. Meteran Cara menggunakan meteran dimulai dari penentuan skala meteran yang dipakai, selanjutnya tentukan titik acuan sebagai titik awal. Setelah itu tarik meteran ke titik yang akan dituju. Usahakan meteran dalam keadaan tegang agar hasil yang terbaca lebih akurat. 2. Kompas Posisikan kompas dalam keadaan datar, setelah itu bidik sasaran yang dituju, baca skala yang sejajar dengan garis bidik. 3.Jangka Sorong

Buka kunci jangka lalu geser rahang atasnya lalu masukkan objek yang akan diukur dan kunci lagi. Lihat skala utama yang terbaca sebelum angka 0. Perhatikan skala nonius yang sejajar antar garis. Bila dibutuhkan dikali dengan tingkat ketelitian. 4.Abney Level Ambil posisi memegang abney level dalam keadaan tegak lurus. Gagang abney level jangan sampai goyang karena akan berpengaruh terhadap pembacaan alat.

DAFTAR PUSTAKA Brinker, R. C. & P.R. Wolf. 1986. Dasar-dasar Pengukuran Tanah – jilid 1 . Penerbit Erlangga, Jakarta.

Frick, H. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Kamajaya . 2007. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA. Bandung : Grafindo Media Pratama. Muhamadi Mansur. 2004. Pendidikan dan Pelatihan Diklat Teknis Materi:Theodolit. Institut teknologi sepuluh November Surabaya. Panambuang, Jemmy. 2012. Pengantar Survey dan Pemetaan 2. Institut Sepuluh November: Surabaya. Purworahardjo, U. 1986. Ilmu Uku Tanah Seri C – Pengukuran Topografi. Jurusan Teknik Geodesi – FTSP, Institut Teknologi Bandung.

More Documents from "Amanathan Farhan"