PENELITIAN TINDAKAN KELAS METODE SGD (Small Group Discussion) DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA ( Pelajaran Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-Unsur Hadis Kelas X IPS 1) Di MAN 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2017/2018
Laporan ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II
Dosen Pembimbing Alim Khoiri, S.H.I, M.Sy.
Disusun Oleh : NINA ILIYUN (932114314)
JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2018
HALAMAN PERSETUJUAN Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah disetujui oleh guru pamong dan Kepala Madrasah pada: Hari
: Sabtu
Tanggal
: 24 Februari 2018
Mengetahui:
Nganjuk, 24 Februari 2018
Kepala MAN 3 Nganjuk,
Guru Pamong,
M. ZUHAL, S.Ag.M.Pd.I NIP. 19700725 200501 1 002
MOH BASTHOMI, S.Ag.M.Pd.I NIP. 19721129 200701 1 025
HALAMAN PENGESAHAN Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah Disahkan oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) pada: Hari
:
Tanggal
:
Februari 2018
Kediri,
Februari 2018
Dosen Pembimbing Lapangan,
MOH ALIM KHOIRI, S.H.I, M. Sy NIP. 19870314 201503 1 006
ABSTRAK
Nina
Iliyuna, 2018. METODE SGD (Small Group Discussion) DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA ( Pelajaran Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-unsur Hadis Kelas X IPS 1) Di MAN 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2017/2018, PTK, Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Adanya pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keluarga, lingkungan, masyarakat, dirinya sendiri maupun kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan berupaya mendidik manusia yang mempunyai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dan juga disertai dengan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. sehingga dia akan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya itu untuk kebaikan masyarakat. Dalam menjalankan proses kehidupan diperlukan panduan atau tuntunan agar manusia tidak tersesat dan salah jalan. Salah satu panduan yang dapat dijadikan pedoman oleh manusia yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dimana didalamnya berisis segala yang dibutuhkan oleh manusia. Segala pertanyaan, keresahan, dan kegundahan manusia dapat dijawab oleh Al-Qur’an yang ditunjang dengan Hadis. Oleh karena itu penting sekali bagi manusia untuk mempelajari Al-Qur’an dan Hadis baik dari segi arti, isi kandungan maupun perilaku yang sesuai dengan pedoman Al-Qur’an Hadits. Maka dari itu penting bagi manusia untk mempelajarai Al-Qur’an Hadits, maka di suatu sekolah perlu adanya mata pelajaran Al-Qur’an Hadis. Agar para siswa tidak terlepas dari pedomannya dan tidak salah jalan. Salah satu penyebab rendahnya aktifitas dan hasil belajar siswa adalah terletak pada proses pembelajaran yang mana guru bersifat lebih aktif dan siswa cenderung pasif. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alternatif metode pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan minat dari masing-masing individu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan masalah tersebut yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran SGD (Small Group Discussion).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode SGD (Small Group Discussion) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan pengumpulan data yang menggunakan observasi dan catatan lapangan, dan teknik analisis dengan melakukan reduksi data, inferensi, tahap tindak lanjut, dan pengambilan kesimpulan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 1 siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh dari tes belajar, lembar pengamatan aktivitas belajar siswa. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari sebelum tindakan dan setelah tindakan. Peningkatannya sangat signifikan, dari 87% menjadi 100%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran SGD (Small Group Discussion) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis materi unsur-unsur hadis.
Kata Kunci: Metode SGD (Small Group Discussion), Prestasi Belajar Siswa
KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Metode Sgd (Small Group Discussion) Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Pelajaran Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-Unsur Hadis Kelas X IPS 1) Di MAN 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2017/2018” ini dengan baik, lancar dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya, meskipun banyak hambatan dan rintangan yang menerpa. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dan diajukan sebagai bukti telah dilakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II di MAN 3 Nganjuk. Meskipun sangat sederhana dan banyak kekurangan, laporan ini diharapkan dapat
memberikan
sumbangan
bagi
kemajuan
pembelajaran
peningkatan
profesionalisme guru. Penulis menyadari bahwa tugas ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan pemberian motivasi dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya
kepada : 1. Dr. Nur Chamid, M.M. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri. 2. Bapak Alim Khoiri, S.H.I, M.Sy. selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah membimbing penulis sehingga terselesaikannya laporan PTK ini. 3. Bapak Zuhal Ma’ruf, S. Ag, M.Pd.I. selaku Kepala MAN 3 Nganjuk yang turut serta dalam memberikan pengalaman serta bimbingan selama PPL II. 4. Bapak M. Basthomi, S.Ag, M.Pd.I selaku guru pamong yang telah meluangkan banyak waktu dan tenaganya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama praktik mengajar di kelas dan membantu membimbing laporan PPL II. 5. Bapak dan Ibu Guru, karyawan-karyawati MAN 3 Nganjuk yang telah memberikan arahan atau masukan yang membangun selama pelaksanaan PPL II. 6. Siswa-siswi yang telah bersedia menjadi anak didik kami, khususnya kelas X IPS 1. Semoga diberikan kemudahan dalam menuntut ilmu yang bermanfaat, dan dapat mencapai cita-cita yang telah diharapkan.
7. Teman-teman PPL II yang telah bersama-sama berjuang selama pelaksanaan PPL II. 8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan PTK ini baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Kami menyadari bahwa tugas dan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga Allah senantiasa memberikan imbalan yang sesuai dan mudah-mudahan laporan penelitian ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Jazakumullah Khairan Katsiran.
Kediri, 24 Februari 2018 Penulis,
NINA ILIYUN NIM. 932114314
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemandirian peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikis serta emosi dan suatu lingkungan, interaksi dengan orang dewasa, seperti guru di sekolah, orang tua di rumah, dan orang dewasa lain di masyarakat. Pendidikan di sekolah
merupakan
sarana
untuk
memperbaiki
keadaan
sekarang
dan
mempersiapkan dunia esok yang lebih baik. Oleh karena itu warga masyarakat mendambakan agar anak-anaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pendidikan.2 Dilihat dari perkembangan zaman seperti sekarang ini pendidikan dituntut untuk bisa mengembangkan atau meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sedangkan pendidikan memegang peranan penting. Sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa hanya akan lahir dari sistem pendidikan yang berdasarkan filosofis bangsa itu sendiri. Sistem pendidikan yang mengadopsi dari luar tidak akan mampu memecahkan problem yang dihadapi bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, upaya untuk melahirkan suatu sistem pendidikan nasional yang berwajah Indonesia dan berdasarkan pancasila harus terus dilaksanakan dan semangat untuk itu harus terus menerus diperbaharui3. Agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, seorang guru selain harus menguasai materi, dia juga dituntut untuk dapat terampil dalam memilih dan 1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokusmedia, 2010), 2. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 106. 3 Kusuma,Indra dan Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional, 1975. 164. 2
menggunakan
metode mengajar yang tepat untuk situasi dan kondisi yang
dihadapinya. Seorang guru sangat dituntut untuk dapat memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kebaikan metode maupun mengenai kelemahan-kelemahannya. Pendidikan yang bekualitas ditandai dengan mutu pendidikan sekolah yang baik pula. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki semua elemen pendukung sekolah, termasuk metode-metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan.4 Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Karena penyampaian itu bersifat edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.5 Pada prinsipnya ada berbagai metode pengajaran yang dapat digunakan dalam penyampaian materi pelajaran, namun tidak semuanya sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh guru. Untuk itu seorang guru harus pandai-pandai memilih metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, hal ini tentunya melalui proses pertimbangan yang matang sebelum guru memutuskan untuk memilih metode pengajaran yang akan digunakan. Kekeliruan dalam memilih metode pengajaran akan mengakibatkan tidak berhasilnya peserta didik dalam memahami mata pelajaran dengan baik dan sempurna, sehingga tidak dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadis merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di MAN 3 Nganjuk. Mata pelajaran ini diajarkan pada semua tingkatan kelas baik untuk kelas X, XI, maupun XII. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan seorang muslim. Adapun salah satu materi yang diajarkan di kelas X adalah tentang Unsur-unsur Hadis, yang manfaatnya untuk mengetahui keshahihan sebuah hadis sehingga hadis tersebut
Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab (Semarang: Walisongo Press, 2008), 31. Departement Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2002), 88 4 5
dapat dijadikan hujjah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan syara’. Untuk itu diperlukan metode yang sesuai dengan porsi materi pelajaran ini. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran Al-Qur’an Hadis banyak hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah dalam hal penyampaian materi dari seorang guru terhadap siswa melalui metode tertentu. Sedangkan metode yang digunakan disekolah sudah baik akan tetapi tidak bisa dipungkiri juga masih dirasakan adanya kekurangan untuk menciptakan suasana yang kondusif. Maka dengan mengacu pada masalah tersebut dan dengan menelaah materi pelajaran yang akan disampaikan guru, dengan penuh pertimbangan maka peneliti memilih untuk menerapkan metode Pembelajaran SGD (Small Group Discussion) dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk. Berdasarkan konteks penelitian diatas peneliti tertarik melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penggunaan Metode SGD (Small Group Discussion) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-unsur Hadis Kelas X IPS 1 Di MAN 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2018” Hal ini dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran Al-Qur’an Hadis, guru bisa menarik siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan juga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dan guru juga tidak hanya terpaut dengan satu metode saja yang mampu membuat siswa jenuh dalam proses pembelajaran, karena masih banyak metode-metode yang menarik yang mampu membangkitkan semangat siswa dalam proses pembelajaran. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dengan penerapan metode SGD (Small Group Discussion) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk? 2. Apakah metode SGD (Small Group Discussion) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk?
C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana metode SGD (Small Group Discussion) diterapkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk. 2. Untuk mengetahui sejauh mana teori metode SGD (Small Group Discussion) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk.
D. MANFAAT PENELITIAN Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan : 1. Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan
mengenai
strategi
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis khususnya pada materi unsur-unsur Hadits pada siswa MAN 3 Nganjuk kelas X IPS 1 pada semester II tahun pelajaran 2018. 2. Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi: a. Pendidik Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidik Al-Qur’an Hadis pada siswa kelas X IPS 1 Semester II tahun pelajaran 2018 melalui implemetasi metode SGD (Small Group Discussion) b. Peserta Didik MAN Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 Semester II tahun pelajaran 2018 dengan menggunakan metode SGD (Small Group Discussion) pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis. c. Lembaga MAN Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran, serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi
di kelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
E. HIPOTESIS PENELITIAN Tindakan yang akan diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada kelas X IPS 1 pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis materi unsur-unsur hadis adalah dengan menerapkan salah satu metode pembelajaran yaitu SGD (Small Group Discussion) dan diharapkan dari penerapan metode ini sebanyak lebih dari 60% peserta didik nilai dan pemahaman akan materi semakin meningkat atau perolehan nilai diatas 75 oleh masing-masing peserta didik. Jika prestasi peserta didik lebih dari 60 % maka penelitian ini dikatakan berhasil dan apabila kurang dari 60% maka perlu adanya siklus selanjutnya. Dengan memperhatikan pemaparan diatas, maka hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut : jika pembelajaran menggunakan metode SGD (Small Group Discussion), maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an hadis materi unsur-unsur hadis kelas X IPS. Sehingga teori metode SGD (Small Group Discussion) ini dapat digunakan di kelas-kelas lain dengan mata pelajaran dan materi yang sama, agar menimbulkan semangat belajar antara pendidik dan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan demi meningkatkan mutu dan prestasi belajar peserta didik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Metode SGD (Small Group Discussion) 1. Pengertian Metode SGD (Small Group Discussion) Istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini berasal dari dua suku kata: “metha” berarti melalui atau melewati, dan “hodos”yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, sehingga dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih metode pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode pembelajaran harus memiliki pertimbangan–pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.6 Salah satu bentuk metode yang bisa diterapkan yaitu metode SGD. Metode SGD adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.7 Metode SGD juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.8 Jadi Metode SGD adalah model pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar siswa melalui diskusi belajar kelompok kecil. Trianto, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep Landasan TeoritisPraktis dan Implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011), 7. 7 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: RaSail Media Group, 2008), 8. 8 Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 20. 6
2. Dasar Metode SGD (Small Group Discussion) Segala kegiatan pasti mempunyai tujuan dan dasar dalam melakukannya. Begitu juga dalam pelaksanaan Metode SGD juga terdapat dasar paedagogis dan dasar psikologis. Metode SGD mempunyai pendekatan secara kelompok. Belajar bertujuan mendapatkan pengetahuan, sikap kecapakan dan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu metode atau cara. Dalam proses belajar mengajar metode belajar kelompok merupakan sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Menurut Bimo Walgito dasar dari belajar kelompok dapat digolongkan menjadi dua yaitu9: a. Dasar Yuridis Dasar yuridis sebagai dasar yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut tercermin dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pada pasal 1 berbunyi bahwa jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu tujuan. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.10 Begitu juga terdapat dalam PP No 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Bab IV pasal 19 berbunyi “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, 9
menentang,
memotivasi
peserta
didik
untuk
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Andhi Offset: 2007), 78. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 TH. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003 ), 6.
10
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas
dan
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat,
dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.11 b. Dasar Psikologis Dasar psikologis akan terlihat pada diri manusia tercermin pada kehidupan sehari-hari. Kegiatan tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga golongan utama secara hakiki yaitu: 1) Kegiatan yang bersifat individual 2) Kegiatan yang bersifat sosial 3) Kegiatan yang bersifat ketuhanan. c. Dasar Religius Selain dua dasar di atas, azas kooperatif juga memiliki azas agama yang termaktub dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
ْان َواتَّقُوا َ ْاونُوا َ ْاونُوا َ َبر َوالت َّ ْق َوى َوالَ تَع َ ََوتَع ِّ علَى ا ْل ِّ علَى ا ِّإلثْ ِّم َوا ْلعُد َْو -٢- ب َ َّللاَ ِّإ َّن ّللا ِّ شدِّي ُد ا ْل ِّعقَا Artinya
: “... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosadan pelanggaran...”.(QS. Al-Maidah: 2)12 Dalam hadis juga dijelaskan tentang pentingnya saling menolong seperti hadis Anas bin Malik:
انصر: قال رسول هللا عليه وسلم: عن انس بن مالك رضى هللا عنه قال فكيف, هذا ننصره مظلوما: يا رسول هللا: قال,اخاك ظالما او مظلوا ما ) (رواه المسلم. تأ خذ فوق يديه: ننصره ظالما ؟ قا ل Artinya: “Dari Anas RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tolonglah saudaramu yang dzalim atau yang didzalimi. Dikatakan bagaimana jika menolong yang dzalim? Rasulullah menjawab: Tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzalimannya, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan padanya.” (HR. Muslim)13
11
PP. No 19 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Departemen agama RI 2006), 11. Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 2004), 156. 13 Imam Muslim, Shahih Muslim Juz IV (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, t.th), 247. 12
Ayat di atas dapat diketahui bahwa prinsip kerjasama dan saling membantu dalam kebaikan juga sangat dianjurkan oleh agama (Islam). Jadi yang menjadi dasar metode SGD pentingnya menciptakan kerja sama dalam proses belajar mengajar. 3. Tujuan dan Manfaat Model SGD (Small Group Discussion) Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai, tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang terbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.14 Tujuan penerapan metode SGD ini dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.15 Tujuan metode SGD ini adalah agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan seharihari. Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar peserta didik, maka sikap guru hendaknya: a.
Mau mendengarkan pendapat peserta didik.
b.
Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan bila guru atau peserta didik lain berbicara.
c.
Menghargai perbedaan pendapat.
d.
“Mentolelir” salah dan mendorong untuk memperbaiki.
e.
Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
f.
Memberi umpan balik terhadap hasil kerja guru.
g.
Tidak terlalu cepat membantu peserta didik.
h.
Tidak kikir untuk memuji atau menghargai.
i.
Tidak mentertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun kurang berkualitas.
j.
Mendorong peserta didik untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko.16
14
Zakiyah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), 29. Ismail SM, Strategi ..., 87 16 Ujang Sukardi, dkk, Belajar Aktif dan Terpadu (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003), 12. 15
Dalam pembelajaran yang dimiliki dalam metode SGD, maka posisi dan peran guru harus menempatkan diri sebagai: a. Pemimpin
belajar,
artinya
merencanakan,
mengorganisasi,
melaksanakan dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik b. Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya misal, menyediakan sumber dan alat belajar, menyediakan waktu belajar yang cukup, memberi bantuan, menunjukkan jalan keluar pemecahan masalah, menengahi perdebatan pendapat dan sebagainya. c. Moderator belajar artinya sebagai pengatur arus belajar peserta didik, guru menampung persoalan yang diajukan oleh peserta didik dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada yang lain, untuk dijawab dan dipecahkan. Jawaban tersebut dikembalikan kepada penannya atau kepada kelas untuk dinilai benar salahnya. d. Motivator belajar sebagai pendorong agar peserta didik mau melakukan kegiatan belajar e. Evaluator artinya sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif, guru berkewajiban memantau, mengawasi, proses belajar peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya.17 Jadi keberhasilan belajar dengan model belajar ini bukan sematamata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersamasama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari. 4. Unsur-unsur Metode SGD (Small Group Discussion) Menurut Anita Lie, metode SGD sebagaimana pembelajaran berbasis kelompok yang lain memiliki unsur-unsur yang saling terkait, diantaranya:
a.
17
Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet. 5, 2005), 32-35.
Ketergantungan positif ini bukan berarti siswa bergantung secara menyeluruh kepada siswa lain. Jika siswa mengandalkan teman lain tanpa dirinya memberi ataupun menjadi tempat bergantung bagi sesamanya, hal itu tidak bisa dinamakan ketergantungan positif. Guru Johnson di universitas Minnesota, Shlomo Sharan di Universitas Tel Aviv, dan Robert E. Slavin di John Hopkins, telah menjadi peneliti sekaligus praktisi yang mengembangkan Cooperative Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi siswa sekaligus mengasah kecerdasan interpersonal siswa. harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Perasaan saling membutuhkan inilah yang dinamakan positif interdependence. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau sumber belajar, peran dan hadiah. b.
Akuntabilitas individual Metode SGD menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi belajar anggota-anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian anggota. Dalam metode cooperative learning tipe SGD, siswa harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing anggota.
c.
Tatap muka Interaksi
kooperatif
menuntut
semua
anggota
dalam
kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman. Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru.
d.
Ketrampilan sosial Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai keterampilan sosial yakni kepemimpinan (leadership), membuat keputusan (decision making), membangun kepercayaan (trust building), kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan manajemen konflik (management conflict skill). Keterampilan sosial lain seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
e.
Proses kelompok Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku mana yang harus diubah atau dipertahankan.18 Unsur-unsur metode SGD dalam pembelajaran akan mendorong
terciptanya masyarakat belajar. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain berupa sharing individu, antar kelompok dan antar yang tahu dan belum tahu.19 Jerome Brunner mengenalkan sisi sosial dari belajar, sebagaimana dikutip oleh Melvin, ia mendeskripsikan “suatu kebutuhan manusia yang dalam untuk merespon dan secara bersama-sama dengan mereka terlibat dalam mencapai tujuan”, ia sebut resiprositas.20
2. Prinsip-prinsip Metode SGD (Small Group Discussion) Metode SGD pada dasarnya menuntut adanya partisipasi aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Ada beberapa
18
Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas (Jakarta: Gramedia, 2005), 32-35. 19 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2003), 89. 20 Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusa media, 2004), 24.
prinsip belajar dalam metode SGD yang dapat menunjang tumbuhnya cara siswa belajar aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan, yaitu: a.
Stimulasi belajar Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam
bentuk
stimulus.
Stimulus
tersebut
dapat
berbentuk
verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru kepada siswa. b. Perhatian dan motivasi Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru,
misalnya
melalui
pertanyaan-pertanyaan
kepada
siswa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti gambar, foto, diagram, dan lain-lain. Sedangkan motivasi belajar bisa tumbuh dari dua hal, yakni tumbuh dari dalam dirinya sendiri dan tumbuh dari luar dirinya. c. Respons yang dipelajari Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.
d. Penguatan Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar diri
seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya. e. Pemakaian dan pemindahan Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas, pemberi latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, melakukan dalam situasi yang menyenangkan.21 Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip diatas sangat penting, karena didalamnya terdapat interaksi antara anak didik dan pendidik dan menerapkan metode SGD. Pada prinsip mengaktifkan siswa guru bersikap demokratis, guru memahami dan menghargai karakter siswanya, guru memahami perbedaan-perbedaan antara mereka, baik dalam hal minat, bakat, kecerdasan, sikap, maupun kebiasaan. Sehingga dapat menyesuaikan dalam memberikan pelajaran sesuai dengan kemampuan siswanya.
3. Langkah-Langkah Metode SGD (Small Group Discussion) Langkah-langkah penerapan metode SGD diantaranya22: a.
Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 murid) dengan menunjuk ketua dan sekretaris.
b.
Berikan soal studi kasus (yang dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD).
c.
Instruksikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut.
d.
21 22
Pastikan setiap anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi.
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 213-216 Ismail SM, Strategi …, 87-88
e.
Instruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas.
f.
4.
Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut (Guru).
Kelebihan dan Kelemahan Metode SGD (Small Group Discussion) Belajar kelompok seperti metode SGD juga mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri, yaitu: a.
Kelebihan yaitu: 1) Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar secara individu 2) Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat dibandingkan pendapat perorangan. 3) Kerja sama yang dilakukan oleh peserta didik dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama dan rasa memiliki (sense belonging) dan menghilangkan egoisme.23
b. Kelemahan yaitu: 1) Model ini memerlukan persiapan-persiapan yang lebih rumit daripada metode lain sehingga memerlukan dedikasi yang lebih tinggi dari pihak pendidik. 2) Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan dan tugas akan lebih buruk. 3) Peserta didik yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan mempengaruhi anggota lainnya.24 Jadi kelebihan dari penerapan asas kooperatif dalam pembelajaran lebih meningkatkan solidaritas dan saling menghargai diantara peserta didik sedangkan kelemahannya yaitu terjadinya persaingan yang tidak sehat dan sikap saling ketergantungan dari peserta didik. B. Kajian Tentang Prestasi Belajar 1.
23 24
Pengertian Prestasi Belajar
Basirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 15. Zuhairini, Dkk, “Metodik Khusus Pendidikan Agama” (Surabaya: Usaha Nasional, 2003), 89
Prestasi merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan beberapa pengertian belajar dapat kita lihat sebagai berikut: a.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
b.
Belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
c.
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.25 Prestasi belajar menurut KBBI adalah “Penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya dilanjutkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.26 Winkel (1996) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.27 Benyamin S. Bloom, prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Muhibbin Syah prestasi belajar adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Taulus Tu’u prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.28 25
Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 61. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011), 427. 27 Winkel W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: Gramedia, 2007), 226. 28 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 91. 26
Jadi, pengertian prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah.
b.
Prestasi belajar terutama dinilai oleh aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintes dan evaluasi.
c.
Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum
pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengadakan perubahan tingkah laku berkat pengalamannya
dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, atau lebih ringkasnya adalah bukti keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam kegiatan belajarnya. Tentang apa yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar.29
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Menurut Slamento dan Ngalim Purwanto, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terbagi dua, yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal.30 a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
29
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 151 30 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 28.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
3. Indikator (Tipe-Tipe) Prestasi Belajar Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan salah satu yang tidak dapat ditinggalkan. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui prestasi belajar seorang siswa, apakah berhasil atau gagal dalam mata pelajaran. Didukung oleh Sumadi Suryabrata bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru menganai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.31 Jenis indikator (tipe-tipe prestasi belajar) dan cara mengevaluasinya yaitu: Ranah/ Jenis Prestasi
Indikator/ Tipe-Tipe
Cara Mengevaluasi
A. Ranah Kognitif 1. Pengamatan
2. Ingatan
3. Pemahaman
1. Dapat menunjukkan
1. Tes lisan
2. Dapat membandingkan
2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan
3. Observasi
1. Dapat menyebutkan
1.
Tes lisan
2. Dapat menunjukkan kembali
2.
Tes tertulis
3.
Observasi
1. Dapat menjelaskan
1.
Tes lisan
2. Dapat mendefinisikan dengan
2.
Tes tertulis
1.
Tes tertulis
1. Dapat menguraikan
1.
Tes tertulis
2. Dapat mengklasifikasikan/
2.
Pemberian
lisan sendiri 4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara cepat
5. Analisis
memilah-milah 6. Sintesis
1. Dapat menghubungkan
(membuat paduan 2. Dapat menyimpulkan
31
tugas 1.
Tes tertulis
2.
Pemberian
Saefullah, Psikologi Perkembangan Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 176.
baru dan utuh)
3. Dapat mengklasifikasikan
tugas
menggeneralisasi (membuat prinsip umum) B. Ranah Afektif 1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap
1.
Tes tertulis
2.
Tes skala sikap
3.
Observasi
1.
Tes skala sikap
2.
Pemberian tugas
3.
Observasi
menolak 2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi atau terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan
3. Apresiasi (sikap menghargai)
1. Menganggap penting dan
1.
bermanfaaat
penilaian atau
2. Menganggap indah dan harmonis
4. Internalisasi (pendalaman)
Tes skala
sikap 2. Pemberian tugas
3. Mengagumi
3. Observasi
1. Mengakui dan meyakini
1. Tes skala sikap
2. Mengingkari
2. Pemberian tugas ekspresif
5. Karakterisasi (penghayatan)
1. Melembagakan atau
1. Pemberian tugas
meniadakan
ekspresif dan
2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
proyektif 2. observasi
C. Ranah Psikomotor 1. Keterampilan
1. Mengoordinasikan gerak
bergerak dan
mata, tangan, kaki, dan
bertindak
anggota tubuh lainnya
1.
Observasi
2.
Tes tindakan
2. Mengucapkan 3. Membuat mimik da gerakan jasmani 2. Kecakapan
1. Tes lisan
ekspresi verbal
2. Observasi
dan nonverbal
3. Tes tindakan
Penelitian membuktikan bahwa kognisi memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikuatkan oleh Parkin dan Galloti yang mengatakan bahwa proses belajar tidak bisa lepas dari kegiatan mental (cognitive skills). Menurut mereka belajar adalah proses mental yang meliputi
aktivitas
mengamati,
menalar,
mengklasifikasi,
membuat
keputusan, dan kegiatan mental lainnya melalui interaksi dengan lingkungannya.32
4. Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pengumpulan informasi tentang kemajuan dan prestasi belajar peserta didik dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, dengan tes maupun
non tes.33
Setelah mengetahui
faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar, maka pada sub ini penulis akan menguraikan sedikit usaha untuk meningkatkan prestasi belajar. Dapat dilakukan dengan cara: a.
Memberi bimbingan belajar siswa. Bimbingan belajar menurut I. Djumhur dan Moh. Surya, adalah: “Memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan kesulitankesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun di rumah”. Tujuan bimbingan belajar ialah membantu siswa agar dapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar. Melalui bimbingan belajar diharapkan siswa dapat belajar dengan baik mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Bimbingan tersebut misalnya tentang cara belajar yang baik, menentukan cara mempelajari atau menggunakan buku pelajaran yang cocok dengan minat, bakat, kecakapan dan cita-cita serta kondisi fisik, menentukan pembagian waktu dan perencanaan belajar dan lain-lain. Jadi dengan memberikan bimbingan belajar dapat meningkatkan prestasi belajar. Siswa yang belajar teratur kemungkinan besar
Gunarhadi, “Penggunaan Model Pembelajaran Elektrik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia”, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16 (2010), 41. 33 Mgs Nazarudin, Manajemen Pembelajaran (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2007), 195. 32
mencapai hasil yang baik, prinsip balajar secara teratur hendaknya benar-benar ditanamkan sehingga dimiliki oleh setiap siswa. b. Pengajaran Remedial Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajar remedial memegang peranan penting sekali khususnya dalam rangka pencapaian hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan. Tujuan pengajaran remedial adalah agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.
BAB III
METODE PENELITIAN A. SETTING PENELITIAN Penelitian ini di laksanakan di MAN 3 Nganjuk yang terletak di Desa Baleturi, Kec. Prambon, Kab. Nganjuk Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran 2017/2018 mata pelajaran Al-Qur’an Hadis yang waktu pembelajarannya selama 4 JTM atau 4 x 45 menit dan dilaksanakan selama 2 Minggu (2 kali pertemuan).
B. SUBYEK PENELITIAN Subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa/i kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. Pada tahun ajaran ini, siswa/i kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk berjumlah 31 siswa yang terdiri 18 perempuan dan 13 laki-laki.
C. RENCANA TINDAKAN PTK ini dilakukan melalui satu siklus, sebelum diadakan penelitian lebih lanjut, maka peneliti mengadakan pre-Test. Adapun PTK yang temanya : METODE SGD (Small Group Discussion) DAPAT
MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA pada teori ini menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang disajikan dalam bagan sebagai berikut ini: Gambar 1.1 Alur Kerja PTK REFLECT
SIKLUS 1
OBSERVE PLAN
ACT
Keterangan :
Perencanaan
= Menyusun RPP
Pelaksanaan
= Dilaksanakan dalam waktu 4×45 menit
Pengamatan
= Mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran
Refleksi
= Hasil pembelajaran selama siklus
Prosedur Tindakan pada Proses Siklus 1. Perencanaan Tindakan. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dipakai model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, sehingga diharapkan semakin lama akan semakin menunjang hasil yang ingin dicapai. Langkah-langkah kegiatan yang harus dipersiapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : a. Observasi b. Konsultasi dengan guru pamong. c. Identifikasi permasalahan dalam proses pembelajaran. d. Merumuskan strategi yang sesuai dengan pembelajaran. e. Melakukan pemilihan metode atau strategi yang sesuai. f. Melaksanakan Tindakan Kelas. Penelitian dilaksanakan selama 2 kali pertemuan pada satu kelas, yaitu Kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk pada hari Sabtu, 03 Februari 2017.
2. Implementasi Tindakan. Adapun kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan di kelas selama pertemuan sebagai berikut : a. Menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok. c. Menyampaikan materi secara garis besar. d. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode SGD.
3. Observasi Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan dengan pengambilan data hasil belajar siswa. Hal tersebut antara lain : a. Kegiatan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.
b. Kerjasama siswa dalam kelompok.
4. Refleksi Data yang diperoleh dari tindakan kelas yang telah dilaksanakan akan di Analisis untuk memastikan bahwa dengan menggunakan metode SGD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk terhadap mata pelajaran Al-Qur’an Hadis. Dalam menganalisis data akan digunakan prosedur dan teknik-teknik yang sesuai juga sebagai refleksi apakah pembelajaran yang sudah dilakukan sudah berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan pembelajaran, sehingga bisa dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
D. JENIS DAN SUMBER DATA 1. Jenis Data Penelitian ini dikumpulkan dengan data, yaitu kualitatif. Data tersebut digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, baik perubahan kinerja siswa, kinerja guru, dan perubahan di kelas. Sedangkan data kualitatif adalah kalimat–kalimat yang menggambarkan ekspresi siswa tentang tingkat pemahamannya, antusiasnya, kepercayaan diri, motivasi.
2. Sumber Data Data adalah keterangan atau bahan dasar yang digunakan untuk menyusun hipotesa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dokumentasi. 1. Siswa. Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktifitas siswa dalam proses belajar siswa. 2. Guru. Untuk melihat tingkat keberhasilan dalam menerapkan metode diskusi. 3. Dokumentasi. Sebagai sumber data sekunder yang membantu dalam memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi ini bisa berupa data siswa dan kelengkapan pendukung lain.
E. TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan Peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : 1. Observasi Observasi/pengamatan ini dilaksanakan oleh peneliti ketika peneliti mengajar di kelas, dengan menggunakan metode SGD. Sehingga peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat menentukan metode SGD yang lebih baik pada pertemuan berikutnya 2. Skala Penilaian Penilaian disini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode SGD. F. TEHNIK ANALISA DATA Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk memastikan bahwa model pembelajaran menggunakan metode SGD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk. Menurut pendapat Patton yang telah dikutip oleh Lexy. J. Maleong didalam bukunya, analisis data adalah “proses urutan data, mengorganisasikan kedalam satu pola, kategoro, dan satuan uraian dasar.34 Menurut Neong Muhajir, menyatakan bahwa analisis data dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu: 1) Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengobstaksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. 2) Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif. 3) Penyimpulan data yaitu proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan tersebutdalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.35 Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu: 1. Reduksi data diambil dari hasil tes dan non tes yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan metode SGD 34
Lexy J. Moleoeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosda Karya, Jakarta; 2001), 103. Neong Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta, Rake Sarasia; 1996) hal 104.
35
2. Paparan data dilakukan untuk mengelompokkan data-data yang sesuai. 3. Penyimpulan data dilakukan dengan cara data-data yang sudah terorgannisasi dengan baik selajutnya dihitung berdasarkan rumus pada uji keabsahan data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN Pada bab ini, berisi paparan data hasil penelitian penerapan metode SGD (Small Group Discussion) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi. Untuk penilaian pre-Test terkait dengan prestasi belajar siswa diambil dari nilai mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Berikut akan dilampirkan nilai pre-Test guna mengetahui sejauh mana kemampuan siswa kelas X IPS 1: NO
NAMA SISWA
NILAI
KETERANGAN
1
Achmad Andik S
72
Tidak Tuntas
2
Anadaris Yuhman N.F
86
Tuntas
3
Anindita Sari
77
Tuntas
4
Anjarwati
76
Tuntas
5
Ayu Cindy Bramita
84
Tuntas
6
Bagas Wisnu Septian
89
Tuntas
7
Binti Khoiratus Zahra
82
Tuntas
8
Binti Vika Juliana
81
Tuntas
9
Desi Fitriana Sari
87
Tuntas
10
Dewi Fatimatuz Z
80
Tuntas
11
Dikta Julia Ika H
79
Tuntas
12
Erina Septia Widi Ayuni
87
Tuntas
13
Farida Nur Camila
80
Tuntas
14
Fina Tazkiya
80
Tuntas
15
Heny Ni'matuz S
82
Tuntas
16
Lailatul Fitria
89
Tuntas
17
Latifatul Asna
85
Tuntas
18
M. Imam Muzaki
76
Tuntas
19
M. Riski Afandi
71
Tidak Tuntas
20
Moch. Tufa'il M
69
Tuntas
21
Mohammad Kamal
76
Tuntas
22
Moch. Wildan Kafit S
76
Tuntas
23
Muhammad Ibnu Habibi
78
Tuntas
24
Mohammad Renaldi Zakaria
80
Tuntas
25
Shella Lovita Ayu P
78
Tuntas
26
Suci Nur Hanifah
87
Tuntas
27
Syamsul Ma'arif
88
Tuntas
28
Umi Latifah
79
Tuntas
29
Vega Yesyka
85
Tuntas
30
Yahya Ubaidillah
66
Tidak Tuntas
31
Nur Rohmad
70
Tidak Tuntas
Berdasarkan pada tabel hasil pre-Test di atas, dengan KKM 75, siswa kelas X IPS 1 yang memperoleh nilai diatas 75 sebanyak 27 orang atau 94% sedangkan di bawah 75 sebanyak 4 siswa atau 6%, dengan rata-rata kelas memperoleh 80,61. Karena prosentase ketuntasan lebih dari sebagian siswa yang menghasilkan nilai di bawah KKM, maka kelas X IPS 1 dinyatakan berhasil. A. Rangkuman Hasil Penelitian 1. Siklus I (Sabtu, 03 Februari 2017) Perencanaan Siklus I dirancang sebagai tindakan observasi lapangan untuk mengetahui situasi pembelajaran sebelumnya. Adapun beberapa persiapan dalam pelaksanaan siklus I antara lain: 1) Membuat perencanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran yang biasa digunakan oleh pengajar adalah: a.
Melakukan koordinasi dengan guru kelas mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan.
b.
Menyusun rencana pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar melalui metode SGD.
c.
Menyusun instrumen penelitian yang meliputi Silabus, RPP, Bahan ajar, Evaluasi hasil belajar (tes), Evaluasi proses belajar (nontes), dan Pedoman penilaian,
d.
Menentukan teknik dan metode pembelajaran.
Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 04 Februari 2017. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran ke 2-3 tepat pukul 07.45 sampai 09.30 di kelas X IPS 1. Dimulai dengan guru mengucapkan salam, menyapa siswa, dan menjelaskan tujuan serta penilaian yang akan diambil di akhir pembelajaran. Kemudian, guru memeriksa kehadiran siswa dan menjelaskan bagaimana proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Proses inti tindakan menggunakan metode SGD dalam penelitian ini meliputi: a
Tahap 1 (Mengamati), Peserta didik mengamati hadis shahih.
b
Tahap 2 (Menanya), Peserta didik bertanya tentang penjelasan materi tentang unsur-unsur hadis.
c
Tahap 3 (Mengeksplorasi/Mendalami/Menalar), Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan tugas, mendiskusikan tentang unsur-unsur yang ada dalam sebuah hadis.
d
Tahap 4 (Mengasosiasi/Menyimpulkan), Masing-masing kelompok merumuskan kesimpulan tentang penjelasan materi tersebut.
e
Tahap
5
(Mengkomunikasikan),
Masing-masing
kelompok
mempresentasikan/menyampaikan tentang penjelasan materi unsurunsur hadis. 1. Penutup 1) Peserta didik mendengarkan penguatan dari guru tentang hal-hal yang telah dipelajari. 2) Peserta didik bersama guru menyimpulkan hal-hal penting yang telah dielajari. 3) Peserta didik melakukan refleksi dan menerima tugas dari guru. 4) Peserta didik mendengarkan guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. 5) Peserta didik mengakhiri pelajaran dengan doa dan menjawab salam dari guru. 2.
Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini peneliti menggunakan/menerapkan metode SGD dan setelah diterapkan metode tersebut hasilnya bisa dikatakan berhasil, hal ini bisa dilihat dari hasil yang diperoleh siswa waktu di berikan tugas. Adapun perincian hasil dari Siklus I adalah sebagai berikut: NO
NAMA SISWA
NILAI
KETERANGAN
1
Achmad Andik S
77
Tuntas
2
Anadaris Yuhman N.F
86
Tuntas
3
Anindita Sari
83
Tuntas
4
Anjarwati
76
Tuntas
5
Ayu Cindy Bramita
84
Tuntas
6
Bagas Wisnu Septian
89
Tuntas
7
Binti Khoiratus Zahra
84
Tuntas
8
Binti Vika Juliana
81
Tuntas
9
Desi Fitriana Sari
90
Tuntas
10
Dewi Fatimatuz Z
84
Tuntas
11
Dikta Julia Ika H
83
Tuntas
12
Erina Septia Widi Ayuni
89
Tuntas
13
Farida Nur Camila
83
Tuntas
14
Fina Tazkiya
85
Tuntas
15
Heny Ni'matuz S
84
Tuntas
16
Lailatul Fitria
89
Tuntas
17
Latifatul Asna
89
Tuntas
18
M. Imam Muzaki
78
Tuntas
19
M. Riski Afandi
78
Tuntas
20
Moch. Tufa'il M
78
Tuntas
21
Mohammad Kamal
79
Tuntas
22
Moch. Wildan Kafit S
81
Tuntas
23
Muhammad Ibnu Habibi
83
Tuntas
24
Mohammad Renaldi Zakaria
80
Tuntas
25
Shella Lovita Ayu P
83
Tuntas
26
Suci Nur Hanifah
87
Tuntas
27
Syamsul Ma'arif
80
Tuntas
28
Umi Latifah
85
Tuntas
29
Vega Yesyka
85
Tuntas
30
Yahya Ubaidillah
75
Tuntas
31
Nur Rohmad
78
Tuntas
Berdasarkan pada tabel hasil evaluasi tersebut di atas, dengan KKM 75 dari sekolah, semua siswa kelas X IPS 1 telah memperoleh nilai diatas 75 di bawah 75 tidak ada yang artinya 100% tuntas semua dengan rata-rata kelas memperoleh 82,87, maka metode SGD dinyatakan telah berhasil dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1. B. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian didasarkan atas pengamatan yang dilakukan selama penelitian mulai dari pra siklus sampai siklus I. Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian yang utama adalah peningkatan prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar siswa melalui metode SGD. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SGD ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Perbandingan hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes Tiap Siswa NO
NAMA SISWA
Pra-Siklus
SIKLUS I
Keterangan
1
Achmad Andik S
72
77
Meningkat
2
Anadaris Yuhman N.F
86
86
Tetap
3
Anindita Sari
77
83
Meningkat
4
Anjarwati
76
81
Meningkat
5
Ayu Cindy Bramita
84
84
Tetap
6
Bagas Wisnu Septian
89
89
Tetap
7
Binti Khoiratus Zahra
82
82
Tetap
8
Binti Vika Juliana
81
81
Tetap
9
Desi Fitriana Sari
87
90
Meningkat
10
Dewi Fatimatuz Z
80
84
Meningkat
11
Dikta Julia Ika H
79
83
Meningkat
12
Erina Septia Widi Ayuni
87
89
Meningkat
13
Farida Nur Camila
80
83
Meningkat
14
Fina Tazkiya
80
85
Meningkat
15
Heny Ni'matuz S
82
84
Meningkat
16
Lailatul Fitria
89
89
tetap
17
Latifatul Asna
85
89
Meningkat
18
M. Imam Muzaki
76
78
Meningkat
19
M. Riski Afandi
71
78
Meningkat
20
Moch. Tufa'il M
69
78
Meningkat
21
Mohammad Kamal
76
79
Meningkat
22
Moch. Wildan Kafit S
76
81
Meningkat
23
Muhammad Ibnu Habibi
78
83
Meningkat
24
Mohammad Renaldi Zakaria
80
80
Tetap
25
Shella Lovita Ayu P
78
83
Meningkat
26
Suci Nur Hanifah
87
87
Tetap
27
Syamsul Ma'arif
88
80
Meningkat
28
Umi Latifah
79
85
Tetap
29
Vega Yesyka
85
85
Tetap
30
Yahya Ubaidillah
66
75
Meningkat
31
Nur Rohmad
70
78
Meningkat
Dari tabel perbandingan nilai pre-Test dan nilai siklus I di atas diperoleh data bahwa seluruh peserta didik mengalami peningkatan prestasi belajar dengan peningkatan mulai dari 1-15 angka, dan diperoleh rata-rata kelas sebesar 82,87. Jadi antara pre-Test dan siklus I mengalami peningkatan baik dari jumlah peserta didik yang nilainya meningkat maupun dari nilai rata-rata kelas yang mulanya 80,61 menjadi 82,87.
Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes Tiap Siklus No
Uraian
Jumlah KKM Siswa
Tuntas
Prosentase
Tidak Tuntas
Prosentase
1.
Pra-siklus
31
75
27
87%
4
13%
2.
Siklus I
31
75
31
100%
-
-%
Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas, peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode SGD yang telah dilaksanakan menunjukkan hasil yang positif karena mayoritas hasil belajar siswa mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran ini tepat dan bisa dikatakan berperan penting dalam peningkatan prestasi belajar siswa.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang berupa nilai tes ini sesuai dengan pendapat Mulyono Abdurrahman yang mengatakan bahwa “kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”36. Dan hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, itu ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, perubahan tingkah laku yang terjadi bersifat keseluruhan bukan hanya satu aspek atau satu macam tingkah laku saja tetapi juga hasil belajar yang berupa nilai akademik. Ditinjau dari proses pembelajaran yang telah dilakukan peneliti menemukan adanya peningkatan dari pra-siklus ke siklus, pada pra siklus ada 4 siswa yang tidak tuntas, kemudian pada siklus I hasil tes mengalami penurunan menjadi 100% siswa mempunyai nilai di atas kriteria ketuntasan minimum (75), selain itu siswa yang nilainya hampir mendekati KKM juga mengalami peningkatan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SGD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 36
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi 2003), 37.
Anak
Berkesulitan
Belajar ( Jakarta : Rineka Cipta
A. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa, keefektifan penerapan metode SGD (Small Group Discussion) ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan hasil belajar. Selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan yang patut dicermati, yaitu: 1. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa perlu suatu metode yang efektif dan kreatif. 2. Metode SGD (Small Group Discussion) adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa selain juga dapat mengasah daya nalar dan kritis siswa. 3. Untuk merangsang daya fikir dan minat siswa perlu adanya stimulus-stimulus yang dapat menggugah perasaan mereka, sehingga respon yang terjadi mempunyai dampak positif. 4. Prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 dapat ditingkatkan dengan penerapan pembelajaran metode SGD (Small Group Discussion).
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti mempunyai beberapa catatan yang bersifat konstruktif dan positif untuk kelangsungan laju pendidikan di MAN 3 Nganjuk, utamanya dalam Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis. Adapun saran-saran tersebut adalah: 1. Dalam kegiatan pembelajaran diharapkan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang inovatif agar pembelajaran tidak membosankan. 2. Selalu memotivasi anak agar aktif dalam pembelajaran, agar anak bisa mengembangkan kemampuannya tidak hanya pasif, tetapi lebih aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran. 3. Dalam menyampaikan materi, menggunakan metode dan Pendekatan yang relevan dengan kondisi siswa di kelas, sehingga siswa tidak merasa bosan, jenuh dan monoton. 4. Selanjutnya bagi guru tetap harus mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan metode-metode pembelajaran dan
menyediakan sarana pembelajaran yang lebih banyak lagi untuk kegiatan pembelajaran. 5. Sedangkan untuk siswa, agar lebih meningkatkan sikap percaya diri dalam menyampaikan gagasan, lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran serta dapat mengekpresikan diri sesuai imajinasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Rineka Cipta. 2003.
Anak
Berkesulitan
Belajar. Jakarta :
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2004. Darajat, Zakiyah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 2001. Departement Agama RI. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2002. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1999. Gunarhadi. Penggunaan Model Pembelajaran Elektrik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan. 16 2010. Hasibuan dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000. Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSail Media Group. 2008. Kusuma, Indra dan Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 1975. Lie, Anita. Cooperative Learning; Mempraktekkan Cooperative Learning di RuangRuang Kelas. Jakarta: Gramedia. 2005. Mahmud. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2010. Moleoeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosda Karya. 2001. Muhadjir, Neong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasia. 1996. Muslim, Imam. Shahih Muslim Juz IV. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah. Nazarudin, Mgs. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit TERAS. 2007. PP. No 19 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Departemen agama RI 2006. 11. Saefullah. Psikologi Perkembangan Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2012. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2003. Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa media. 2004. Soenarjo, dkk. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag RI. 2004.
Sudjana, Nana. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Cet. 5. 2005. Sukardi, Ujang dkk. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka. 2003. Suja’i. Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab. Semarang: Walisongo Press. 2008.Trianto. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2011. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008. Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 TH. 2003). Jakarta: Sinar Grafika. 2003. Usman, Basirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Andhi Offset: 2007. W.S, Winkel. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia. 2007. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia. 2010. Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional. 2003.