12. Bab Iii.docx

  • Uploaded by: Dian Pratama Putri
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 12. Bab Iii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,760
  • Pages: 17
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai desain penelitian yang digunakan, lokasi dan waktu penelitian, subjek yang berkontribusi terhadap penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, analisis data, keabsahan data penelitian, dan pertimbangan etika penelitian.

3.1 Desain Penelitian Jenis dan rancangan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu untuk menggali informasi tentang kepatuhan perawat dalam pelaksanaan asesmen pencegahan risiko jatuh pasien di rumah sakit universitas tanjungpura.

3.2 Subjek Penelitian 3.2.1

Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

(Setiadi, 2007). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak. 3.2.2

Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja diruangan

dengan tingkat ketergantungan pasien cukup tinggi mulai dari parsial hingga total (dengan tingkat risiko jatuh yang lebih tinggi) yaitu perawat di ruang IGD, ICU dan ruang rawat bedah. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 28

29

5 perawat Rumah Sakit Universitas Tanjungpura termasuk didalamnya 1 informan kunci yaitu Kepala Bidang Keperawatan. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan kriteria perawat berpendidikan D3 hingga S1 dengan pengalaman kerja minimal 3 tahun.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak pada bulan Juni – Juli 2017

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1

Peneliti sebagai Instrumen Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti menjadi human instrument yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan. Peneliti sebagai instrumen perlu divalidasi seberapa jauh kesiapannya dalam melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2013). Instrumen dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti. Validitas reabilitasnya juga harus teruji sebelum turun ke lapangan. Untuk menjaga validitas dan reabilitas sebagai instrumen penelitian, validitas terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validitas terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,

30

kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.Validasi dilakukan oleh peneliti dengan melakukan penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2013). Penelitian ini bisa dianggap sah atau sudah cukup apabila data yang sudah didapatkan memiliki saturasi data yang sudah jenuh. Peneliti merupakan peneliti utama dalam penelitian ini, sehingga kemampuan peneliti dalam menggali pengalaman individu menjadi kompetensi yang harus dimiliki. Kelemahan yang bisa ditemukan adalah peneliti bisa menilai berdasarkan subjektifitas terhadap keterangan maupun respon dari informan. Namun diharapkan dengan bahasa yang sama dengan informan serta dengan budaya yang dipahami oleh peneliti maka persepsi dan pemahaman baik oleh peneliti maupun informan diharapkan bisa maksimal sesuai dengan yang diharapkan sehingga adanya bias juga bisa diperkecil atau dihindari. Peneliti melakukan bracketing dengan cara menghindari sikap kritis dan evaluatif terhadap semua informasi yang diberikan oleh informan serta menghindari asumsi-asumsi pribadi terhadap fenomena yang diteliti (Asworth, 2006).

3.4.2

Alat – alat Hasil dari wawancara didapatkan dengan baik dan peneliti memiliki

bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut :

31

a. Perekam Suara : sebelum digunakan, peneliti menguji cobakan alat perekam terlebih dahulu, mengatur jarak antara perekam dengan sumber suara maupun volumenya. Alat perekam ini bisa dikatakan valid karena menghasilkan suara rekaman yang jelas. Data yang sudah didapatkan direkam kemudian dapat dilakukan proses analisa data dengan mendengarkan kembali informasi dari informan serta informasi tersebut dapat diputar berulang-ulang. b. Daftar Pertanyaan Wawancara : berfungsi untuk menjadi panduan peneliti dalam mendapatkan data dari sampel penelitian dan sebagai bukti bahwa peneliti benar – benar melakukan proses wawancara tersebut.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1

Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai setelah peneliti

mendapatkan izin secara tertulis dari Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura yang ditujukan ke Direktur Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak. Setelah izin keluar oleh Direktur Rumah Sakit Universitas Tanjungpura, peneliti akan memulai mewawancarai beberapa perawat yang sesuai dengan kriteria sampel.

32

3.5.2

Cara Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada

natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan (participant observation), wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2013). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara sebagai metode utama. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (Indepth Interview). Melalui teknik ini peneliti menggali informasi yang sedalam-dalamnya tentang analisa kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan asesmen pencegahan risiko jatuh pasien. Menurut Esterberg dalam Sugiyono 2013 mengatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk menukar suatu informasi yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informasi yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Jadi wawancara akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informasi dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2013). Pengumpulan data dengan teknik wawancara mendalam dilakukan di rumah sakit, karena mengingat bahwa perawat yang diminta untuk

33

menjadi informan adalah pekerja aktif di rumah sakit untan serta agar dapat menyesuaikan waktu dengan informan tersebut. Pengumpulan data ini dilakukan oleh peneliti melalui tiga tahapan penelitian yaitu tahap Persiapan, Pelaksanaan dan Terminasi. Pada tahap persiapan peneliti mulai mengumpulkan data setelah dinyatakan lulus proposal. Pada pertemuan awal (Pengumpulan data) dengan informan ini peneliti melakukan perkenalan untuk membina hubungan saling percaya. Setelah itu peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian serta hak informan setelah mendapatkan informan yang sesuai dengan karakteristik informan penelitian. Calon informan yang bersedia menjadi informan dalam penelitian kemudian diminta menandatangi informed consent atau jika tidak bisa menandatangani bisa menggunakan cap sidik jari sebagai bukti persetujuan menjadi informan dalam penelitian (terlampir). Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan wawancara setelah informan menyetujui. Wawancara dilakukan pada informan secara mendalam (Indepth Interview) dan catatan lapangan. Wawancara dilakukan pada informan untuk mengeksplorasi secara mendalam pengalaman dalam pelaksanaan asesmen pencegahan risiko jatuh pasien. Wawancara dilakukan dengan menggunakan perekam suara via smartphone untuk merekam percakapan hasil dari wawancara. Waktu wawancara untuk satu informan kurang lebih 15-30 menit. Hal ini juga didasari pada informan yang diperoleh, mencakup informasi secara keseluruhan. Penelitian menggunakan pedoman

34

wawancara hanya sebagai panduan selama wawancara agar terarah sesuai dengan tujuan. Pada waktu wawancara apabila informan tidak memahami pertanyaan, maka peneliti mengulang pertanyaan atau menjelaskan pertanyaan secara rinci. Peneliti juga melakukan klarifikasi apabila menemukan jawaban yang kurang jelas kepada informan. Pada tahap terminasi ini setelah peneliti mendapatkan data-data yang sesuai dengan kebutuhan, peneliti melakukan terminasi dan penyampaian rasa terima kasih atas kerja sama dan kesediannya menjadi informan. Selanjutnya peneliti membuat kontrak ulang dengan informan untuk melakukan klarifikasi data yang diperoleh.

3.6 Metode Analisis Data Spredly dalam Sugiyono (2013) menyatakan bahwa analisis dalam bentuk apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian hubungan antar bagian dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah mencari pola. Berdasarkan dari pendapat diatas bahwa analisis merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

35

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Collaizi tahun 1978 (Sanders, 2006). Adapun proses yang dilakukan terhadap analisa data-data tersebut adalah sebagai berikut: 1) Acquiring a sense of each transcript (mencari makna dalam setiap transkrip). Peneliti membuat transkrip wawancara dengan mendengarkan secara seksama dan teliti setiap kata-kata informan di setiap kalimat.Jika menemui kendala seperti adanya kata-kata yang terlewat, peneliti mengulang-ulang kembali rekaman dan membuat transkrip sehingga tidak ada lagi kata-kata yang terlewatkan dari informan. Setelah itu peneliti memperoleh pemahaman makna secara keseluruhan dari datadata informan yang terkumpul. 2) Extracting significant statements (menyaring makna yang signifikan). Pada langkah ini, peneliti meninjau kembali setiap transkrip dengan membaca

transkrip

secara

berulang-ulang

untuk

memperoleh

pemahaman secara menyeluruh isi dari transkrip yang telah dibuat. Peneliti menggaris bawahi setiap kata-kata yang mempunyai makna dari setiap informan dan membuat urutan dengan memberi nomor pada setiap kalimat yang bermakna. Kemudian significant statement yang sudah diurutkan tersebut di copy paste ke kertas lain sehingga terbentuk urutan untuk tiap informan.

36

3) Formulating of meaning (merumuskan makna). Significant statement yang telah ditentukan dimasukkan ke dalam tabel dan sesuai dengan urutan tersebut dilakukan perumusan makna dengan maksud agar peneliti mampu mencari intuisi dari pernyataan informan. Peneliti melakukan konsultasi ke pembimbing guna mengidentifikasi atau menyaring pernyataan umum yang lebih banyak berdasarkan hasil wawancara, dengan tujuan untuk melihat apakah ada kecenderungan pola yang muncul berulang-ulang dalam wawancara. 4) Organising formulated meanings into clusters of the themes (Mengorganisir makna dalam kelompok tema). Peneliti melakukan pengelompokkan dan pengaturan makna-makna berdasarkan hasil formulating meaning yang telah dibuat ke dalam tema-tema. Pengelompokkan dan penentuan tema-tema juga peneliti lakukan dengan melakukan bimbingan dengan pembimbing sehingga menghasilkan tema-tema yang tepat. 5) Exhaustively describing the investigated phenomenon (menggali fenomena secara mendalam). Peneliti mengintegrasikan seluruh hasil ide-ide muncul dari isi secara keseluruhan dan lengkap dari gambaran fenomena yang diteliti.

37

6) Describing

the

fundamental

structure

of

the

phenomenon

(menggambarkan struktur dasar fenomena). Peneliti menjelaskan tema yang muncul dari fenomena yang muncul terkait kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan asesmen pencegahan risiko jatuh pasien. 7) Returning to participants (kembali ke partisipan). Peneliti menanyakan kembali dan melakukan metode dengan cara menyampaikan tema yang muncul kepada informan yang bersangkutan. Pada penelitian ini semua informan menyetujui tema-tema yang ditemukan dan tidak ada yang menyangkal tema dan pernyataan yang muncul.

3.7 Metode Keabsahan Data Setiap penelitian membutuhkan uji keabsahan untuk mengetahui validitas

dan

reliabilitasnya.

Dalam

penelitian

kuantitatif,

untuk

mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya, sedangkan dalam penelitian kualitatif, yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu, Susan Staick dalam Sugiyono, 2013 menyatakan bahwa penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas (Sugiyono, 2013). Pada penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

38

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap indivdiu dengan berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2013). Keabsahan dan validitas yang diperoleh saat wawancara dalam penelitian ini juga sangat diperlukan. Syarat-syarat data keabsahan dan validitas data yang harus dipenuhi adalah penelitian dikatakan kredibel ketika menyajikan deskripsi atau data kriteria tertentu sehingga ketika peneliti atau pembaca dihadapkan dengan pengalaman tersebut akan dengan mudah bisa dikenali (Lincoln, 2006). Untuk mendapatkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, yaitu credibility, dependability, confirmability, transferability. Dengan penjelasan dari tiap kriteria sebagai berikut : a. Credibility (Derajat Kepercayaan) Prinsip ini apakah kebenaran hasil penelitian kualitatif dapat dipercaya dalam mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Pada penelitian ini, peniliti

terlebih

dahulu

mempersiapkan

diri

dengan

melakukan

peningkatan pengetahuan dengan membaca literatur serta jurnal-jurnal yang terkait dengan topik penelitian. Peneliti juga mempersiapkan diri dengan melatih cara melakukan wawancara mendalam dihadapan pembimbing guna memperoleh data secara lengkap dan saturasi. Peneliti juga

melakukan

analisis

data

dengan

metode

Collaizi

dengan

39

meningkatkan pemahaman melalui koordinasi dan konsultasi dengan pembimbing. b. Dependability (Derajat Ketergantungan) Dependability disebut juga reabilitas merupakan kestabilan data dari waktu ke waktu. Audit data yang menjadi kriteria yang harus dilakukan untuk mendapatkan data yang konsisten (Lincoln, 2006). Salah satu teknik yang digunakan untuk mencapai dependability adalah dengan melihatkan suatu penelahan data dan literatur yang mendukung secara menyeluruh dan detail oleh seorang penelah eksternal (Polit, 2006). Penelah eksternal yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para pembimbing peneliti, catatan lapangan yang telah didapatkan dengan melihatkan seseorang yang berkompeten dibidangnya yaitu dilakukan secara bersama dengan pembimbing penelitian, selama melakukan penelitian menyusun skripsi. c. Confirmability Confirmability adalah objektifitas atau netralitas data, dimana tercapai persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data (Streubert, 2006). Confirmability dapat dicapai melalui proses bracketing dan inquiry audit. Bracketing yang dilakukan peneliti saat wawancara bertujuan untuk mendapatkan data yang netral atau bebas dari pengaruh asumsi peneliti. Pada inquiry audit, peneliti membuat audit trail yaitu suatu pengumpulan sistemik dari material dan dokumen yang digunakan oleh referensi eksternal untuk kesimpulan tentang data dilakukan dalam penelitian ini dengan mengkonfirmasi tema-tema sementara yang telah

40

dibuat dalam diskripsi agar menambah keakuratan data (Polit, 2006). Peneliti melakukan confirmability dengan menunjukkan transkip yang telah dibuat, tabel pengkategorian, tabel analisis tema kepada pembimbing dan informan. d. Transferability (Derajat Keteralihan) Istilah transferability sebagai prinsip yang dapat diterapkan (Lincoln, 2006). Pernyataan tersebut diperkuat oleh (Maleong, 2010), bahwa prinsip transferability atau validitas eksternal menujukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkan hasil penelitian kepopulasi dimana sampel itu diambil. Agar dapat diterapkan hasil penelitian tersebut maka laporan harus memberikan uraian yang jelas, rinci, sistematis dan dapat dipercaya untuk menjamin transferability pada penelitian ini (Sugiyono, 2013), peneliti telah berusaha seoptimal mungkin menuliskan semua temuan secara rinci terkait pengalaman informan dalam asesmen pelaksaan pencegahan risiko jatuh pasien. Beberapa cara untuk melakukan uji kredibilitas data, diantaranya perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan dengan cara: a) Triangulasi Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

41

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini hanya digunakan triangulasi sumber sebagai teknik keabsahan data. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Misalnya, dalam penelitian ini peneliti ingin menguji kredibilitas data tentang aspek creative value yang berhubungan dengan pekerjaan subjek, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke rekan-rekan kerja subjek. Demikian pula untuk aspek lainnya, dilakukan uji keabsahan data menggunakan cara triangulasi sumber (Sugiyono, 2013). b) Member Check Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono, 2013). Dengan melakukan member check, peneliti dapat mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika dari data yang ditemukan kemudian disepakati oleh para pemberi data, maka data tersebut dinyatakan valid sehingga semakin kredibel atau dipercaya. Sebaliknya, apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data. Apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus

42

merubah temuannya dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

3.8 Pertimbangan Etika Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak-haknya. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan menganai data dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi hanya menggunakan inisial saja. Seluruh data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Dalam melakukan penelitian khususnya menggunakan teknik wawancara peneliti harus menekankan masalah etika (Hidayat, 2007), yaitu sebagai berikut: 1. Otonomi (Autonomy) Merupakan prinsip etik dimana informan diminta kesediannya untuk menjadi subjek penelitian tanpa dengan paksaan.Hal ini dilakukan peneliti dengan menjelaskan tujuan penelitian dan memberikan kebebasan pada informan dengan tanpa paksaan untuk menjadi informan

43

sukarela dengan diberikan lembar persetujuan (informed concent) bahwa bersedia untuk menjadi informan penelitian. 2. Tanpa nama (Anonimity) Saat melakukan penelitian, peneliti memberikan jaminan kepada informan dengan cara tidak mencantumkan nama informan pada hasil wawancara atau hasil penelitian yang akan disajikan, akan tetapi hanya berbentuk kode. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Peneliti menjamin kerahasiaan dari informan yang diteliti dengan cara merahasiakan nama dari hasil wawancara. Peneliti menjamin informasi yang disampaikan oleh informan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti juga mengantisipasi informasi yang telah disampaikan oleh informan tidak akan didengar oleh pihak lain, sehingga peneliti meminta izin untuk melakukan wawancara secara terpisah dari informan lain, dan anggota informan yang lain sesuai dengan keinginan dan kenyamanan informan. 4. Manfaat (Beneficience) Pada penelitian ini peneliti memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada informan seperti menambah pemahaman tentang pelaksanaan asesmen pencegahan pasien risiko jatuh. 5. Keadilan (Justice) Peneliti memperlakukan semua informan secara adil dan terbuka. Semua informan diperlakukan sama yaitu dengan memberikan konfirmasi hasil

44

wawancara. Peneliti juga menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh informan. 6. Non Maleficience Memberikan kebebasan informan untuk memilih tempat dan waktu wawancara agar informan merasa nyaman. Selain itu peneliti juga memperhatikan pertanyaan yang diajukan serta respon dari informan apabila informan menangis atau merasa tidak nyaman maka peneliti telah mengantisipasi dengan memberikan ketenangan terlebih dahulu pada informan dan meminta izin untuk melajutkan penelitian. Berdasarkan surat keterangan lolos kaji etik nomor : 4001/UN22.9/DT/2017 penelitian ini dinyatakan lulus kaji etik.

Related Documents

Bab 12
May 2020 35
Bab 12
October 2019 45
Bab 12 Ne.docx
July 2020 13
12.bab Ii.docx
May 2020 18
Resume Bab 12
October 2019 33
Bab-12.pptx
December 2019 14

More Documents from "Marhaban D'amusfra"