PERANCANGAN KAPAL II TUGAS MERANCANG KAPAL PERANCANGAN KAPAL BULKCARRIER 20000 DWT RUTE KENDARI – TJ.PRIOK DENGAN KECEPATAN DINAS 12 KNOT
Disusun Oleh : REYZA RAHMASARI 161.0313.014
TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2017/2018
Reyza Rahmasari 161.0313.0141
PERANCANGAN KAPAL II KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya Tugas Perancangan Kapal Bulkcarrier dapat terselesaikan. Tugas Perancangan merupakan proses awal dalam penentuan ukuran utama kapal, koefisien bentuk, estimasi tonnase, estimasi berat,dan stabilitas berdasarkan atas teori dan logika.
Pembuatan tugas ini bukanlah tanpa hambatan, berbagai hambatan yang dihadapi.Namun, atas bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, hambatan-hambatan tersebut dapat terhadapi sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dihaturkan kepada :
Dosen Mata Kuliah Perancngan Kapal II.
Pihak lain yang telah membantu dalam pengerjaan tugas ini.
Saudar/Saudari ku Maritim 2016.
Dalam pengerjaan tugas ini masih banyak kekurangan yang temukan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk membantu dalam penyempurnaan tugas ini.
Jakarta, Desember 2018
Reyza Rahmasari
Reyza Rahmasari 161.0313.0142
PERANCANGAN KAPAL II BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai keadaan geografis yang terdiri dari kepulauan yang terletak di antara dua samudera dan dua benua yang luas. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat besar dan berpotensi menjadi negara maritim terbesar di dunia. Indonesia memiliki luas perairan sekitar 1.904.569 km2 atau 4,85% dari luas perairan seluruh dunia dan memiliki 17.504 pulau dengan garis air pantai mencapai hingga 99.093 km (Kementrian Perhubungan RI,2013). Kondisi ini menyebabkan jasa transportasi laut menjadi sebuah potensi ekonomi besar, baik bagi Indonesia dengan konektivitas antar pulau, maupun bagi negara lain (Prasetyo,2013). Sehubung untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas maka negara kita harus menambah jumlah kapal dalam mendukung armada Nasional. Untuk itu saya sebagai mahasiswa Teknik Perkapalan, dalam memenuhi tugas perancangan kapal, saya akan merancang Kapal Bulk Carrier. Kapal Bulk Carrier adalah kapal yang diperuntukkan untuk mengangkut muatan curah yaitu muatan yang dimuat ke dalam kapal dimana muatan hanya dipisahkan oleh batasan ruang muat dan muatannya tidak dibungkus terlebih dahulu. Dengan dasar tersebut, maka saya mendesain sebuah Kapal Bulk Carrier untuk memenuhi kondisi yang demikian sebagai tugas mata kuliah Merancang Kapai II.
Reyza Rahmasari 161.0313.0143
PERANCANGAN KAPAL II 1.2 KAPAL PEMBANDING Dalam Merancang sebuah Kapal dibutuhkan adanya ukuran-ukuran utama kapal. Untuk mendapatkan besarnya ukuran utama pada kapal tersebut,maka perlu dilakukan proses perhitungan ukuran utama pada kapal. Namun,sebelum itu perlu mencari data ukuran utama dari kapal-kapal yang telah ada dengan tipe kapal dan besarnya payloadyang mendekati dan sesuai dengan permintaan owner kapal (mencari kapal pembanding). Beberapa factor yang perlu di perhatikan dalam memilih kapal pembanding : 1. V (knot) 2. DWT 3. Koreksi Rasio Ukuran Utama
Dalam mencari ukuran utama metode yang saya gunakan saya menggunakan metode regresi dengan 1 kapal pembanding, berikut adalah data kapal pembanding saya: 1 kapal pembanding DWT LOA LPP B H T Vs
21964 157,7 148 25 12,7 9,115 16,1
Berdasarkan kapal pembanding diatas maka kapal rancangan saya yaitu: Tipe Kapal
: Bulkcarrier
DWT
: 20.000 ton
LOA
: 149 m
LPP
: 143 m
B
: 24 m
H
: 12 m
T
:9m
Vs
: 12 knot
Reyza Rahmasari 161.0313.0144
PERANCANGAN KAPAL II 1.3 DATA PELABUHAN Pelabuhan Tanjung Priok Kode pelabuhan
: TPR
Nama pelabuhan
: Tanjung Priok
Alamat
: Jl. Pososo No. 1 Tanjung Priok, Jakarta Utara, DKI Jakarta
Koordinat
: 6o 5’ 54” LS – 106o 53’ 23” BT
Operator
: Pelindo
Kedalaman Alur (mLWS)
: 14
Panjang Alur Mil Laut
: 16853
Tahun Bangun
: 1997
Pelabuhan Makassar (soekarno-hatta) 1. Alamat Pelabuhan
: Jl. Konggoasa No. 1, Kendari 93127, Sulawesi Tenggara
2. No. Telepon/Fax
: 062-0401-321087/062-0401-321976
3. S S B - Nama Stasiun
: Kendari Coast Radio Station
- Call Sign
: PKF 3
- Frequensi (KHZ/MHZ)
: 2182 Khz ( 00.00-02.00 GMT) 3180/2080 Khz (03.00-11.00 GMT)
- Sarana Pemanduan
: - 2 Kapal Pandu MPC Muara Pegah - 2 Kapal Pandu MP Bungkutoko - 2 Motor Pandu Teluk Kendari
Reyza Rahmasari 161.0313.0145
PERANCANGAN KAPAL II ALUR PELAYARAN Panjang
: 2,16 mil
Lebar
: 150-400 Meter
Kedalaman
: 10-30 M
KOLAM PELABUHAN Luas
: 37,5 Ha
Kedalaman
: 6-20 M
1.4 RUMUSAN MASALAH Kapal sebagai sarana transportasi, selain mengalami beban muatan/kapasitas. juga mengalami beban tenaga penggeraknya sendiri. Permasalahan yang akan dihadapi disini adalah : Berapa besar dimensi kapal rancangan; Berapa besar tenaga penggerak utama dan bantu; Berapa besar ruang muat yang dibutuhkan; Bagaimana menentukan stabilitas awal kapal.
Reyza Rahmasari 161.0313.0146
PERANCANGAN KAPAL II BAB II PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN
UKURAN UTAMA DAN KOEFISIEN BENTUK 2.1 UKURAN UTAMA A. Panjang Kapal LOA (Length Over All) adalah panjang keseluruhan dari kapal yang diukur dari ujung buritan sampai ujung haluan.
LBP (Length Between Perpendicular) adalah jarak antara garis tegak buritan dan garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.
LWL (Length on the Waterline) adalah jarak garis muat, yang diukur dari titik potong dengan linggi haluan sampai titik potong dengan linggi buritan diukur pada bagian luar linggi depan dan linggi belakang.
Gambar 2.1 ukuran panjang kapal
B. Lebar Kapal ( B ) BWL (Breadth at the waterline) adalah lebar terbesar kapal yang diukur pada garis air muat.
B (breadth) adalah jarak mendatar gading tengah kapal yang diukur pada bagian luar gading.
Reyza Rahmasari 161.0313.0147
PERANCANGAN KAPAL II
Gambar 2.2 ukuran lebar kapal
C. Sarat Kapal ( T ) T (Draft)Adalah sarat yang direncanakan atau jarak tegak dari garis dasar sampai pada garis air muat.(lihat gambar 2.2)
T-max (Maximum Draught) Adalah tinggi terbesar dari lambung kapal yang terendam dalam air yang diukur dari garis air muat sampai bagian kapal yang paling rendah. Pada saat Even Keel (beban rata) maka sarat kapal berlaku untuk seluruh panjang kapal. Pada saat beban kapal tidak rata maka beberapa macam – macam sarat kapal.
D. Tinggi Kapal ( H ) Dalam buku “Ship design and Ship Theory” halaman 20/2, diberikan rumus untuk menghitung tinggi kapal dengan menggunakan metode kapal pembanding. 3
𝐷𝑊𝑇2
H2 = √𝐷𝑊𝑇1 x H1 E. FREE BOARD (Fb) Freeboard dalah jarak vertikal antara garis air yang diijinkan dansisi atas geladak pada tepi geladak tengah kapal.
Reyza Rahmasari 161.0313.0148
PERANCANGAN KAPAL II
Gambar 2.3. Free board/lambung timbul Kapal F. Koreksi Ukuran Utama Dari ukuran utama kapal yang telah diperoleh akan dilanjutkan untuk mencari koefisien-koefisien bentuk kapal, tetapi semua ukuran utama yang telah diperoleh sebelumnya akan dikoreksi berdasarkan perbandingan range yang telah ditentukan. Perbandingan ukuran utama kapal adalah :L/B ; L/H ; B/T dan H/T
Perbandingan L/B L/B yang besar terutama sesuai untuk kapal dengan kecepatan yang tinggi dan perbandingan ruangan yang baik, akan tetapi mengurangi olah gerak kapal dan mengurangi stabilitaas kapal. Adapun nilai L/B yang kecil memberikan kemampuan tahanan kapal yang baik. Dalam buku "Ship Design for Efficiency and Economy"oleh Gateborg, : L/B berkisar antara 4~6,5 Perbandingan B/T B/T yang kecil akan mengurangi stabilitas kapal, begitupun sebaliknya nilai B/T yang besar dapat membuat stabilitas kapal lebih baik. Dalam buku "Ship Design for Efficiency and Economy"oleh Gateborg, : B/T berkisar antara 1,5 ~ 3,5 Perbandingan L/H L/H mempunai pengaruh terhadap nilai kekuatan memanjang kapal. Dalam buku "Ship Design for Efficiency and Economy"oleh Gateborg, : L/H untuk kapal barang terletak antara 10 ~ 14 Perbandingan H/T Nilai H/T mempunyai hubungan antara reserve displacement atau daya apung cadangan, Dalam buku “ entwuff und einrichtung chiffen” hal.24, menurut dipl. Ing. Prof . Dr. Hemer dan dipl. Ing. Dr. T. Rudolf : H/T untuk kapal barang terletak antara 1,2~1,5
Reyza Rahmasari 161.0313.0149
PERANCANGAN KAPAL II
2.2
KOEFISIEN – KOEFISIEN BENTUK KAPAL 2.2.1 Koefisien Blok
Gambar 2.4 koefisien blok kapal Cb adalah rasio antara volume kapal dengan volume kotak yang berukuran B x T x L. Dengan alasan, Berdasarkan data dari table kapal pembanding di atas maka dipilih Cb yang kecil Karena dengan Cb yang kecil maka kecepatan dan efektifitas kapal akan lebih besar. diperoleh, Koreksi Cb dalam buku “ Ship Design for Efficiency and Economy hal.39 “ oleh H. Cb berkisar antara 0,525 – 0,825.
2.2.2
Koefisien Midship
Gambar 2.6 koefisien midship Cm adalah rasio antara luas midship dengan segiempat yang berukuran (B x T). 1. Dalam buku "Element of Ship Design",hal.17. Cm terletak antara Koreksi Cm : 0,85 ~ 0,98 2.
Dalam
buku
"Entwuf
und
Chiefen",hal.24 Cm = ( 0,93-0,99)
Reyza Rahmasari 161.0313.01410
Einrichtung
Van
Handers
PERANCANGAN KAPAL II 2.2.3 Koefisien waterline
Gambar 2.7 koefisien waterline Cwl adalah rasio antara luas bidang garis air muat dengan luas segiempat yang berukuran (L x B). Berdasarkan data dari kapal pembanding di atas, maka diperoleh nilai Koreksi Cwl dalam buku ”Element of Ship Design hal.54” Cw terletak antara 0.7 ~ 0.9. Koefisien Prismatik Horisontal (Cph) Dalam Buku“ Element of Ship Design “ hal. 53 :
Gambar 2.8 Koefisien Prismatik Horizontal Cph adalah harga perbandingan antara volumebadan kapal yang tercelup dalam air dengan prisma yang dibentukdari Luas Gading Besar kali panjang kapal Cph
Cph
=
L x B x T x Cb Am x Cb
=
B x T x Cb B x T x Cm
=
Cb Cm
Dimana : Reyza Rahmasari 161.0313.01411
PERANCANGAN KAPAL II Am
= Luas midship
Cb
= Koefesien blok
Cm
= Koefesien Midship
L
= Panjang garis air
B
= Lebar kapal
T
= Sarat kapal
2.2.4. Koefisien Prismatik Vertikal (Cpv) Element of ship design Oleh R.Munro, hal 54
Gambar 2.9 Koefisien Prismatik Vertikal (Cpv) Cpv adalah rasio antara volume kapal dengan sebuah prisma (Awl x T). V Cpv = Awl x T L x B x T x Cb = L x B x Cw Cb Cpv = Cw Keterangan: Awl = Luas garis air Cb = Koefesien blok Cw = Koefesien waterline V = Volume kapal L = Panjang garis air B = Lebar kapal T = Sarat kapal
2.2.6 Displasement Reyza Rahmasari 161.0313.01412
PERANCANGAN KAPAL II Displacement adalah berat air yang dipindahkan oleh kapal secara keseluruhan dimana besarnya pemindahan air akan sama dengan berat kapal itu sendiri ditambah dengan berat secara keseluruhan muatan yang ada. Sedangkan DWT adalah Merupakan daya angkut dari sebuah kapal dimana termasuk berat muatan, bahan bakar, minyak pelumas, air tawar, bahan makanan, berat ABK serta barang bawaan Secara Mate-matis dapat dinyatakan dengan : ∆2 =
Lwl x B x T x Cb x 𝛾 x c
2.3 Displacement Volume Kapal ∆
= L . B . T . Cb
Koreksi displacement kapal Dimana nilai range DWT/∆ kapal cargo adalah 0,55-0,85 2.3. Penentuan Ukuran dan Dimensi Kapal Sebelum memulai merancang sebuah kapal, langkah pertama yang dilakukan adalah mencari data kapal yang telah ditentukan. Data kapal pembanding ini berguna sebagai acuan dari dimensi kapal yang akan dirancang. Data kapal yang ditentukan dapat dicari dibuku ataupun website dari berbagai biro klasifikasi yang ada dimanapun. Contohnya BKI,NK,BV,GL,dll. Dalam perancangan desain ini data kapal yang digunakan berasal dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Berikut adalah data dimensi kapal yang digunakan : DWT
20000
LOA
149
LPP
143
B
24
H
12
T
9,0
Vs
12
Cb
0,78
Langkah selanjutnya adalah menghitung data tambahan yang akan digunakan untuk merancang garis. Berikut adalah data tambahan : Reyza Rahmasari 161.0313.01413
PERANCANGAN KAPAL II a)
Menentukan nilai Length of Waterline ( Lwl )
Untuk menentukan nilai dari 𝐿𝑤𝑙 itu sendiri, disini harga 𝐿𝑤𝑙 sebesar 𝐿𝑝𝑝 ditambah 4%𝐿𝑝𝑝 jadi nilai dari 𝐿𝑤𝑙 itu sendiri didapatkan dari persamaan berikut : LWL
= 146 m Menentukan nilai Length of Displacement ( Ldisp )
Berbeda dengan 𝐿𝑤𝑙 , 𝐿𝑑𝑖𝑠𝑝 menggunakan satuan feet (ft). Perhitungan 𝐿𝑑𝑖𝑠𝑝 didapatkan dari :
Ldisp = ½ . (LBP + LWL ) = 144,5 meter atau 471,31 feet Vs/√Ldisp = 12/ √471,31 = 0,553
2.3. Pembuatan Body Plan Menggunakan Form Data
Reyza Rahmasari 161.0313.01414
PERANCANGAN KAPAL II 1) Menentukan koefisien blok bagian depan dan belakang dengan memakai diagram kombinasi. Pembacaan diagram kombinasi : i.
Masukan nilai Cb pada diagram dibawah ini untuk mendapatkan nilai LCB.
Disini nilai Cb saya adalah 0,78 maka nilai LCB saya 0,25% ii.
Setelah mendapat nilai LCB kita akan mencari nilai LCG pada diagram dibawah ini dengan cara memasukan nilai LCB.
Reyza Rahmasari 161.0313.01415
PERANCANGAN KAPAL II
Setetelah memasukkan nilai LCB sebesar 0,25% kemudian didapat nilai LCG sebesar 0,17% iii.
Masukkan nilai Cb dan LCB (dalam % LPP) yang telah ditentukan.
Reyza Rahmasari 161.0313.01416
PERANCANGAN KAPAL II iv.
Dari perpotongan garis Cb dan LCB dapat diketahui besarnya koefisien blok depan δF dan belakang δA. Setelah memasukkan nilai Cb dan LCB yang telah didapat dari diagram sebelumnya maka didapat nilai koefisien blok depan δF dan belakang δA yaitu sebesar δA = 0,6 dan δF = 0,6.
2) Membuat bentuk depan dan belakang dengan bantuan kurva non dimensional sections. Kurva dimensional sections menyatakan bentuk gading untuk beberapa koefisien blok. Karena kurva ini adalah tidak berdimensi maka bentuk lambung yang didapat belum menyatakan bentuk yang sebenarnya dan akan tergantung dari variasi sarat dan lebar kapal. Prosedur Pembuatan : i.
Pilih seri untuk bagian depan dan belakang kapal berdasarkan koefisien tengah kapal yang telah ditentukan. Disini nilai koefisien blok depan δF dan belakang δA sebesar δA = 0,6 dan δF = 0,6.
Tipe T1A untuk bagian buritan dengan tipe lambung U.
Reyza Rahmasari 161.0313.01417
PERANCANGAN KAPAL II
Tipe B51F untuk bagian haluan dengan bulbous bow sebesar 0,5%. Dengan nilai Cm = 0,995 dan δF = 0,70-0,75-0,80-0,85-0,90 ii.
Membuat bentuk tiap seksi (0, ½, 1, 2, 3, dan 4) untuk bagian belakang dan (6, 7, 8, 9, 91/2, dan 10) untuk bagian depan.
Reyza Rahmasari 161.0313.01418
PERANCANGAN KAPAL II iii.
Untuk nilai Cb yang terletak diantara Cb yang ada pada kurva non dimensional
sections,
maka
bentuk
seksi
dibuat
dengan
cara
menginterpolasi nilai Cb terhadap Cb disebelahnya (batas atas dan batas bawah).
3) Membuat Body Plan yang sesuai dengan ukuran sarat, tinggi, dan lebar kapal serta berdasarkan sketsa yang didapat dengan cara sebagai berikut : i.
Membuat segi empat dengan tinggi = sarat kapal dan lebar kapal dengan skala tertentu. Tinggi kemudian dibagi dalam sepuluh bagian sama besar sedangkan lebar dibagi menjadi 20 bagian sama besar (10 bagian untuk depan dan 10.
ii.
Membuat petak-petak dengan ukuran sama seperti diatas, pada sebelah atas setinggi H kapal (petak teratas ukurannya bisa berbeda dengan petak dibawahnya).
Kedua langkah diatas dapat digambarkan dalam contoh sebagai berikut :
B = 24 m
H = 12 m
T=9m
Skala gambar = 1:100
Reyza Rahmasari 161.0313.01419
PERANCANGAN KAPAL II
4) Pindahkan sketsa bentuk depan dan belakang dari poin 2 ke segi empat pada poin 3. Setelah saya gambarkan body plan saya di AutoCad berikut adalah hasilnya :
5) Penentuan Longitudinal Center of Buoyancy. Reyza Rahmasari 161.0313.01420
PERANCANGAN KAPAL II 5.4. Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan Jika dalam langkah-langkah sebelumnya hanya pembuatan kurva dan perhitunganperhitungan tertentu, maka dalam langkah ini adalah pembuatan bentuk kapal yang telah direncankan sebelumnya. Langkah yang harus ditempuh pertama kali dalam pembuatan bentuk kapal adalah pembuatan bentuk linggi haluan dan linggi buritan. Dalam pembuatan linggi haluan ada satu syarat yang harus dipenuhi, yaitu untuk kemiringan bentuk linggi harus sebesar 19,30 terhadap garis vertikal yang diambil dari tinggi sarat air.
Gambar II.4.1 Haluan kapal Setelah pembuatan linggi haluan, maka langkah selanjutnya ialah pembuatan linggi buritan. Dalam pembuatan linggi burutan, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantaranya ialah :
Reyza Rahmasari 161.0313.01421
PERANCANGAN KAPAL II Gambar II.4.2. Proses pengerjaan buritan kapal (sumber: panduan tugas rencana garis) Diameter propeller : D = (0,6-0,7) T a = +/- 0,33 T e = +/- 0,12 T b = +/- 0,35 T
D= a= b= e=
5,85 2,97 1,08 0,83
meter meter meter meter
Maka, dibuatlah linggi buritan kapal yang dirancang dengan data yang ada untuk memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
5, 85
0. 83 15 1,08
2, 97
Gambar II.4.3 Bentuk Linggi Buritan
5.5. Pembuatan Half breadth Plan Half breadth Plan merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari atas, yang mana irisan-irisan ini dilakukan pada setiap sarat air. Half breadth plan didapat dari hasil proyeksi body plan yang telah kita buat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Reyza Rahmasari 161.0313.01422
PERANCANGAN KAPAL II
Gambar II.6.1. Proyeksi half breadth plan 3D (sumber: panduan tugas rencana garis) Dalam pembuatan half breadth plan, dibutuhkan water line (WL). Water Line sendiri memiliki ketinggian tertentu. Dalam pembuatan rencana garis ini, menggunakan WL sebanyak 6WL yang dimulai dari WL 0m, WL 0,5m, WL 1m, WL 2m, WL 3m, WL 4m, WL 5m dan WL 6,93m. Dimana WL terakhir atau WL 6,93m diambil dari ketinggian sarat air.
Gambar II.6.2. Waterline pada Body Plan
Langkah selanjutnya ialah mengukur jarak antara center line (CL) dengan tiaptiap station yang ada per-water linenya. Hasil pengukuran diproyeksikan dengan garis lurus vertikal pada tiap-tiap stationnya sepanjang garis Lwl. Setelah semua station diukur per-water linenya,maka hubungkan garis tersebut menggunakan spline. Jika ternyata garis hasil dari penghubungan tersebut tidak stream line, maka harus dilakukan Reyza Rahmasari 161.0313.01423
PERANCANGAN KAPAL II perubahan pada body plan. Setelah didapatkan half breadth plan pada setiap water line, maka satukan dalam satu tempat. Setelah pembuatan half breadth plan selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah membuat sent line. Dimana sent line ini berfungsi sebagai garis kontrol dalam pembuatan body plan yang telah dilakukan sebelumnya. Proses pembuatan sent line sama dengan pembuatan half breadth plan, hanya saja pembuatan sent line berdasarkan dari garis diagonal yang kita buat. Garis diagonal tersebut dibuat dengan cara menarik garis yang diawali dari ujung atas dari center line pada body plan hingga ujung bawah sebelah kiri atau kanan dalam kotak body plan. Langkah selanjutnya ialah hampir sama dengan proses pembuatan half breadth plan. Pengukuran sent line berpatokan pada garis diagonal yang sudah dibuat.
Gambar II.6.3. Penghitungan sent line sepanjang Lwl yang dibagi perstationnya dan selanjutnya data itu digambarkan pada tiap stationnya dengan posisi dibawah garis Lwl.
Gambar II.6.4. Half Breadth Plan dan Sent Line
Reyza Rahmasari 161.0313.01424
PERANCANGAN KAPAL II 5.6. Pembuatan Sheer Plan Setelah half breadth plan digambar dan dicek kembali dengan body plan, maka selanjutnya ialah menggambar sheer plan. Jika penggambaran half breadth plan adalah hasil dari proyeksi body plan, maka sheer plan adalah gambar hasil dari proyeksi body plan dan half breadth plan. Jika nantinya dalam penggambaran sheer plan hasilnya tidak fair atau tidak stream line, maka harus dicek lagi dalam penggambaran-penggambaran sebelumnya, yaitu half breadth plan dan body plan. Dalam penggambran sheer plan, akan menggunakan garis bantu yang berada pada half breadth plan dan body plan. Garis bantu ini disebut dengan buttock line. Buttock line itu sendiri sebenarnya nanti akan membantu memperlihatkan bentuk irisan kapal dari samping. Cara pembuatan buttock line pada half breadth plan maupun body plan ialah, bagi lebar kapal menjadi ½, lalu setengah lebar kapal tersebut dibagi menjadi 4 bagian yang sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar II.6.1. Buttock line pada body plan.
Gambar II.6.2. Buttock line pada ½ half breadth plan
Setelah dibuat buttock line pada half breadth plan dan body plan, maka selanjutnya hanya memproyeksikan dari keduanya. Jika ternyata hasil proyeksinya tidak Reyza Rahmasari 161.0313.01425
PERANCANGAN KAPAL II membentuk sheer plan yang fair atau stream line, maka harus dilakukan pembenahan ulang pada body plan maupun half breadth plan.
Gambar II.6.3. Sheer plan pada bagian buritan
Gambar II.6.4. Sheer plan pada bagian haluan 5.7. Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil , Geladak Kimbul, dan Bulwark 2.8.1. Geladak Utama Dengan Sheer Standart Untuk membuat sheer standar, langkah pertama ialah membagi Lpp menjadi enam bagian yang sama, pemabagian ini meliputi 3 bagian di depan midship dan 3 bagian dibelakang midship. Setelah itu ditarik garis lurus dan dibuat sheer dengan peraturan standar, yaitu : Rumus sheer standar : x = 2,8 (Lpp/3 + 10) y = 11,1 (Lpp/3 + 10) z = 25 (Lpp/3 + 10)
Reyza Rahmasari 161.0313.01426
x=
161,46
0,16
y=
640,1
0,64
z=
1441,667
1,44
PERANCANGAN KAPAL II a = 5,6 (Lpp/3 + 10) b = 22,2 (Lpp/3 + 10) c = 50 (Lpp/3 + 10)
a=
322,93
0,32
b=
1280,2
1,28
c=
2883,33
2,88
Pengertian dari x, y, z, a, b, dan c dalam sheer standar bisa dilihat dari gambar dibawah ini.
Gambar II.7.1.1. Sheer standar (sumber: panduan tugas rencana garis)
5.7.2. Membuat Forecastle Deck, Poop Deck, dan Bulwark 5.7.2.1. Forescastle Deck Forecastle deck merupakan bangunan yang terletak tepat di atas main deck pada bagian haluan yang memiliki ketinggian 2,4-2,5 meter diukur dari geladak utama, sedangkan untuk panjang dari bangunan ini ditentukan panjangnya mencapai collision bulkhead. Dimana collision bulkhead harus diletakkan tepat di gading.
Gambar II.8.2.1. Haluan kapal (sumber: panduan tugas rencana garis) Reyza Rahmasari 161.0313.01427
PERANCANGAN KAPAL II 5.7.2.2. Poop Deck Poop deck merupakan bangunan yang terletak diatas geladak utama pada bagian buritan yang memilki ketinggian 2,4 sampai 2,5 meter diukur dari geladak utama, untuk panjang dari poop deck sendiri ialah dari ujung buritan paling blakang sampai dengan sekat paling depan pada kamar mesin. Untuk peletakan sekat kamar mesin terdapat aturan-aturan yang harus ditaati, yaitu : 1. Letak sekat kamar mesin berada pada gading, bukan station. 2. Dari bentuk stern kapal, harus ditentukan terlebih dahulu letak ujung belakang tabung poros (sterntube). AP dapat diambil sebagai nomor gading 0. 3. Dari ujung belakang tabung poros ke sekat tabung poros berjarak minimum 3 (tiga) jarak gading (jarak gading ≤ 600 mm). 4. Letak sekat kamar mesin tergantung pada panjang kamar mesin, tergantung ukuran motor induk dan permesinan bantunya, dapat dilihat pada gambar kapal yang ada (jarak gading ≤ 1000 mm). 5. Letak sekat kamar mesin menentukan panjang ruang akomodasi bila ruang akomodasi terletak pada geladak kimbul (poop deck). Sebagai pendekatan terletak (17% ~ 20%) Lpp dari AP. 6. Letak sekat tubrukan (collision bulkhead) pada jarak (0,05 ~ 0,08) Lc dari FP, Lc = 96% Lwl atau Lpp pada 0,85 H, (BKI) diambil yang lebih besar, sebagai pendekatan Lc = Lpp. 7. Tentukan panjang ruang muat sebagai kelipatan jarak gading (jarak gading ≤ 1000 mm). 8. Jarak gading ruang muat tergantung pada panjang kapal. Untuk ancar-ancar : BKI – 1989
a0 = L / 500 + 0,480 [m].
Untuk lebih jelasnya dapat perhatikan gambar dibawah ini.
Reyza Rahmasari 161.0313.01428
PERANCANGAN KAPAL II
Gambar II.8.2.2.1 Buritan kapal 5.8.2.3. Bulwark Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari pelat yang terletak pada geladak tepi pada upper deck, forecastle deck dan poop deck yang berfungsi sebagai pembatas untuk sisi kapal pada geladak paling atas. Tinggi bulwark 1000 mm diukur dari geladak
Reyza Rahmasari 161.0313.01429
dimana
bulwark
itu
dipasang.
PERANCANGAN KAPAL II
Reyza Rahmasari 161.0313.01430
PERANCANGAN KAPAL II
Reyza Rahmasari 161.0313.01431
PERANCANGAN KAPAL II
SAGGING DAN HOGGING Gelombang kondisi sagging pada dasarnya adalah salah satu dari dua jenis gelombang yang dialami oleh kapal ketika sedang berlayar. Kondisi sagging dengan dua titik puncak dibagian haluan dan buritan akan membuat ibarat sebuah balok yang ditekuk ke atas pada bagian tengahnya sehingga akan membuat tegangan geser terbesar pada bagian tengah kapal (midship).
Begitu pula dengan hogging condition yang mempunyai titik puncak pada bagian tengahnya yang membuat kapal ibarat sebuah balok yang ditekuk kebawah sehingga pada akhirnya bagian tengah kapal (midship) inilah yang akan mengalami tegangan paling besar yang berpotensi mengalami crack jika tidak diperhitungkan dengan matang.
Karena kondisi gelombang hogging yang memiliki titik puncak pada bagian tengah kapal dan itu merupakan sebuah displacement gelombang laut paling besar yang dialami oleh kapal, maka dalam perhitungan kekuatan ini digunakan kondisi gelombang hogging sebagai dasar perhitungan kapal ini dengan pertimbangan bahwa pada kondisi gelombang hogging memiliki kekuatan yang lebih besar daripada gelombang sagging walaupun seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa untuk kamar mesin dibelakang (buritan) digunakan perhitungan dengan menggunakan gelombang sagging. Pernyataan itu dikeluarkan sebagai kesepakatan oleh para naval architect didunia dan bukan berdasarkan pada perhitungan yang teruji, sehingga dalam penggunaannya relative. Pada kekuatan memanjang dilihat adanya perbedaan pada distribusi berat bagian-bagian kapal secara memanjang, yang menyebabkan momen lentur (bending momen). Dapat digambarkan sebagai balok yang tidak homogen dengan kecenderungan saling memisahkan diri antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga terjadi tegangan geser (shear forces). Adapun besar kecilnya momen lentur yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kondisi ombak yang dialami oleh kapal selama beroperasi dilaut. Terutama di lautan atlantik dan di samudra luas lainnya. Para ahli perkapalan bersepakat dengan membedakan kondisi kapal dilaut atas dua kondisi, Reyza Rahmasari 161.0313.01432
PERANCANGAN KAPAL II tentu didasari oleh teori gelombang dan pengaruh tekanan gelombang terhadap kapal dan prinsip aksi reaksi. Untuk membuat gelombang sesuai kondisinya dipergunakan tabel ordinat gelombang. Standar tinggi gelombang diperoleh dari Lpp/20 untuk kondisi hogging (H), Lpp/25 untuk kodisi sagging (S). Ordinat gelombang y = Lpp/20.F untuk setiap kondisi yang digunakan. Ordinat gelombang digambarkan pada Bonjean Curve kapal rancangan untuk menghitung besarnya pemindahan dair (Displacement). Cara ini dilakukan sebaiknya lebih dari dua kali dengan tinggi poros gelombang yang bervariasi sehingga dapat dibuatkan kurva displacement untuk tiap poros gelombang. Untuk menghitung berat kapal dapat dengan cara , antara lain; terlebih dahulu dicari distribusi berat lambung kapal sebagai berikut
𝑎 = 0,653 𝑥 𝑏 = 0,566 𝑥 𝑐 = 1,195 𝑥
𝐺 𝐿 𝐺 𝐿 𝐺 𝐿
(𝑡⁄𝑚)
G = Berat lambung kapal yang diperkirakan (t/m).
(𝑡⁄𝑚) L = Lpp = Panjang antara garis tengah kapal rancangan (m) (𝑡⁄𝑚) a, b, c = ordinat kurva distribusi berat lambung (sesuai skala).
Bentuk Poros Gelombang Kondisi Hogging dan Sagging Ordinat AP L/20 2L/20 3L/20 4L/20 5L/20 6L/20 7L/20 8L/20 9L/20 10L/20 11L/20 12L/20 13L/20 14L/20 Reyza Rahmasari 161.0313.01433
Faktor C Kondisi Hogging Kondisi Sagging 0 1 0,019 0,966 0,075 0,871 0,166 0,735 0,292 0,578 0,438 0,422 0,594 0,28 0,748 0,16 0,879 0,072 0,968 0,018 1 0 0,968 0,018 0,879 0,072 0,748 0,16 0,594 0,28
PERANCANGAN KAPAL II 15L/20 16L/20 17L/20 18L/20 19L/20 FP
0,438 0,292 0,166 0,075 0,019 0
0,422 0,578 0,735 0,871 0,966 1
Perhitungan Bentuk Poros Gelombang Hogging ORD. AP L/20 2L/20 3L/20 4L/20 5L/20 6L/20 7L/20 8L/20 9L/20 10L/20 11L/20 12L/20 13L/20 14L/20 15L/20 16L/20 17L/20 18L/20 19L/20 FP
Reyza Rahmasari 161.0313.01434
Koefisien C 0,000 0,019 0,075 0,166 0,292 0,438 0,594 0,748 0,879 0,968 1,000 0,968 0,879 0,748 0,594 0,438 0,292 0,166 0,075 0,019 0,000
H 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12 6,12
Y=HxC 0,000 0,116 0,459 1,016 1,787 2,681 3,635 4,578 5,379 5,924 6,120 5,924 5,379 4,578 3,635 2,681 1,787 1,016 0,459 0,116 0,000
PERANCANGAN KAPAL II 1. Perhitungan Tinggi Poros Gelombang T = 0 ORD. AP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 FP
Luas (m2) 0 0,148 2,758 10,786 25,942 52,500 86,200 111,134 126,080 130,014 125,618 115,054 100,426 83,432 65,748 38,874 27,612 13,814 4,798 0,446 0
F.S. 1 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 ∑1 =
Hasil (m2) 0,000 0,592 5,516 43,144 51,884 210,000 172,400 444,536 252,160 520,056 251,236 460,216 200,852 333,728 131,496 155,496 55,224 55,256 9,596 1,784 0,000 3355,172
1. Displacement pada tinggi poros gelombang T = 0 ∆1 = 1/3 x h x ∑ x γ Air Laut Dimana :
h = LPP/20 6,12 ∑1 = 3355,172 γ Air Laut = 1,025 Ton/m3
Maka :
Reyza Rahmasari 161.0313.01435
∆1 = 7015,7
PERANCANGAN KAPAL II
2. Perhitungan Tinggi Poros Gelombang T = 2,93 ORD. AP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 FP
Luas (m2) 0 4,764 24,934 49,676 78,334 118,222 159,414 181,932 191,926 191,370 183,532 170,648 154,602 137,076 119,598 89,110 78,460 59,744 40,826 14,960 0
F.S. 1 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 ∑2 =
Hasil (m2) 0 19,056 49,868 198,704 156,668 472,888 318,828 727,728 383,852 765,480 367,064 682,592 309,204 548,304 239,196 356,440 156,920 238,976 81,652 59,840 0 6133,26
2. Displacement pada tinggi poros gelombang T = 2,93 ∆2 = 1/3 x h x ∑ x γ Air Laut Dimana :
h = LPP/20 6,12 ∑2 = 6133,26 γ Air Laut =
Maka :
Reyza Rahmasari 161.0313.01436
1,025 Ton/m3
∆2 = 12824,6
PERANCANGAN KAPAL II
3. Perhitungan Tinggi Poros Gelombang T = 5,867 ORD. AP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 FP
Luas (m2) 0 14,156 58,184 99,128 139,198 189,036 232,368 250,554 255,536 250,954 240,26 225,544 208,518 190,886 173,748 143,72 132,832 110,614 82,456 34,738 0
F.S. 1 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 ∑=
Hasil (m2) 0 56,624 116,368 396,512 278,396 756,144 464,736 1002,216 511,072 1003,816 480,52 902,176 417,036 763,544 347,496 574,88 265,664 442,456 164,912 138,952 0 9083,52
3. Displacement pada tinggi poros gelombang T = 5,86 ∆2 = 1/3 x h x ∑ x γ Air Laut Dimana :
h = LPP/20 6,12 ∑2 = 9083,52 γ Air Laut =
Maka :
Reyza Rahmasari 161.0313.01437
1,025 Ton/m3
∆3 = 18993,6
PERANCANGAN KAPAL II
Reyza Rahmasari 161.0313.01438
PERANCANGAN KAPAL II
LANGKAH – LANGKAH PEMBUATAN CROSS CURVE 1) Ambil body plan dan kemudian dirotasi setiap 10o sampai 90o.
2) Kemudian ukur setiap jarak setiap waterline dari midship sampai ke gading terluar baik sebelah kanan midship maupun sebelah kiri midship. 3) Kemudian hitung sesuai tabel dibawah ini dan didapat ∑1, ∑2. 𝐴𝑤𝑙 =
Reyza Rahmasari 161.0313.01439
1 3
𝑥𝐿𝑥 ∑
𝑏=
1 2
𝑥
∑2 ∑1
PERANCANGAN KAPAL II
SUDUT 10
WATERLINE 10 Gading 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Y1 5,02 7,81 10,51 11,73 12,17 12,36 12,42 12,42 12,42 12,42 12,42 12,42 12,42 12,42 12,42 12,42 12,41 12,35 10,87 6,73 1,86
Awl
2311,63
Reyza Rahmasari 161.0313.01440
Y2 0,63 3,22 6,08 6,96 7,65 8,58 9,28 9,30 9,31 9,31 9,31 9,31 9,31 9,31 9,31 9,28 9,14 8,43 6,65 2,90 -1,28
Y1+Y2 5,65 11,03 16,59 18,69 19,82 20,94 21,70 21,72 21,73 21,73 21,73 21,73 21,73 21,73 21,73 21,70 21,55 20,78 17,52 9,63 0,58
Fs 1 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 Σ1
b
1,77
HG 5,65 44,12 33,18 74,76 39,64 83,76 43,40 86,88 43,46 86,92 43,46 86,92 43,46 86,92 43,46 86,80 43,10 83,12 35,04 38,52 0,58 1133,15
Y1-Y2 4,39 4,59 4,43 4,77 4,52 3,78 3,14 3,12 3,11 3,11 3,11 3,11 3,11 3,11 3,11 3,14 3,27 3,92 4,22 3,83 3,14 Σ2
HG 24,80 202,51 146,99 356,61 179,17 316,61 136,28 271,07 135,16 270,32 135,16 270,32 135,16 270,32 135,16 272,55 140,94 325,83 147,87 147,53 1,82 4022,18
PERANCANGAN KAPAL II WATERLINE 8 Gading 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Y1 0,00 2,00 4,79 8,67 13,08 14,06 14,06 14,06 14,06
Y2 0,00 0,44 2,13 4,16 6,13 8,38 10,35 11,70 12,38
Y1+Y2 0,00 2,43 6,92 12,83 19,22 22,44 24,41 25,76 26,44
Fs 1 4 2 4 2 4 2 4 2
HG 0,00 9,72 13,83 51,33 38,43 89,77 48,83 103,02 52,88
Y1-Y2 0,00 1,56 2,66 4,51 6,95 5,68 3,71 2,36 1,68
HG 0,00 15,17 36,79 231,33 267,16 509,61 181,00 243,50 88,83
9
14,06
12,62
26,68
4
106,73
1,44
153,48
10
14,06
12,69
26,75
2
53,49
1,37
73,46
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
14,06 14,06 13,96 13,82 13,01 11,62 9,26 6,74 3,25 0,00
12,63 12,63 12,26 11,86 10,76 9,18 7,09 4,75 1,95 0,00
26,69 26,69 26,22 25,68 23,77 20,80 16,35 11,49 5,20 0,00
4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 Σ1
106,76 53,38 104,88 51,36 95,09 41,59 65,41 22,98 20,82 0,00 1130,32
1,43 1,43 1,71 1,96 2,25 2,44 2,17 1,99 1,30 0,00 Σ2
152,43 76,22 178,95 100,60 214,38 101,60 141,96 45,77 27,02 0,00 2839,23
Awl
2305,85
b
1,26
Reyza Rahmasari 161.0313.01441
PERANCANGAN KAPAL II WATERLINE 6 Gading 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Y1 0,00 2,00 4,79 8,67 13,08 14,06 14,06 14,06 14,06
Y2 0,00 0,44 2,13 4,16 6,13 8,38 10,35 11,70 12,38
Y1+Y2 0,00 2,43 6,92 12,83 19,22 22,44 24,41 25,76 26,44
Fs 1 4 2 4 2 4 2 4 2
HG 0,00 9,72 13,83 51,33 38,43 89,77 48,83 103,02 52,88
Y1-Y2 0,00 1,56 2,66 4,51 6,95 5,68 3,71 2,36 1,68
HG 0,00 15,17 36,79 231,33 267,16 509,61 181,00 243,50 88,83
9
14,06
12,62
26,68
4
106,73
1,44
153,48
10
14,06
12,69
26,75
2
53,49
1,37
73,46
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
14,06 14,06 13,96 13,82 13,01 11,62 9,26 6,74 3,25 0,00
12,63 12,63 12,26 11,86 10,76 9,18 7,09 4,75 1,95 0,00
26,69 26,69 26,22 25,68 23,77 20,80 16,35 11,49 5,20 0,00
4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 Σ1
106,76 53,38 104,88 51,36 95,09 41,59 65,41 22,98 20,82 0,00 1130,32
1,43 1,43 1,71 1,96 2,25 2,44 2,17 1,99 1,30 0,00 Σ2
152,43 76,22 178,95 100,60 214,38 101,60 141,96 45,77 27,02 0,00 2839,23
Awl
2305,85
b
1,26
Reyza Rahmasari 161.0313.01442
PERANCANGAN KAPAL II WATERLINE 4 Gading 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Y1 0,00 1,79 5,57 7,77 9,03 10,37 11,32 11,46 11,49
Y2 0,00 0,42 3,53 5,64 7,01 8,54 9,69 10,05 10,24
Y1+Y2 0,00 2,21 9,10 13,41 16,04 18,91 21,01 21,51 21,73
Fs 1 4 2 4 2 4 2 4 2
HG 0,00 8,84 18,20 53,64 32,08 75,64 42,02 86,04 43,46
Y1-Y2 0,00 1,37 2,04 2,13 2,02 1,83 1,63 1,41 1,25
HG 0,00 12,11 37,13 114,25 64,80 138,42 68,49 121,32 54,33
9
11,49
10,24
21,73
4
86,92
1,25
108,65
10
11,49
10,24
21,73
2
43,46
1,25
54,33
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
11,49 11,49 11,49 11,49 11,42 11,14 10,15 8,13 3,99 1,28
10,24 10,24 10,24 10,24 9,70 8,93 8,04 6,44 2,55 0,19
21,73 21,73 21,73 21,73 21,12 20,07 18,19 14,57 6,54 1,47
4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 Σ1
86,92 43,46 86,92 43,46 84,48 40,14 72,76 29,14 26,16 1,47 1005,21
1,25 1,25 1,25 1,25 1,72 2,21 2,11 1,69 1,44 1,09 Σ2
108,65 54,33 108,65 54,33 145,31 88,71 153,52 49,25 37,67 1,60 1575,83
Awl
2050,63
b
0,78
Reyza Rahmasari 161.0313.01443
PERANCANGAN KAPAL II WATERLINE 2 Gading 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Y1 0,00 1,22 4,36 6,74 8,21 9,75 10,85 11,09 11,18
Y2 0,00 0,58 3,35 5,19 6,44 7,64 8,79 9,37 9,66
Y1+Y2 0,00 1,80 7,71 11,93 14,65 17,39 19,64 20,46 20,84
Fs 1 4 2 4 2 4 2 4 2
HG 0,00 7,20 15,42 47,72 29,30 69,56 39,28 81,84 41,68
Y1-Y2 0,00 0,64 1,01 1,55 1,77 2,11 2,06 1,72 1,52
HG 0,00 4,61 15,57 73,97 51,86 146,77 80,92 140,76 63,35
9
11,18
9,66
20,84
4
83,36
1,52
126,71
10
11,18
9,66
20,84
2
41,68
1,52
63,35
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
11,18 11,18 11,18 11,18 10,96 10,47 9,50 7,55 3,32 1,91
9,66 9,66 9,66 9,66 9,02 8,02 6,99 5,50 2,37 1,32
20,84 20,84 20,84 20,84 19,98 18,49 16,49 13,05 5,69 3,23
4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 Σ1
83,36 41,68 83,36 41,68 79,92 36,98 65,96 26,10 22,76 3,23 942,07
1,52 1,52 1,52 1,52 1,94 2,45 2,51 2,05 0,95 0,59 Σ2
126,71 63,35 126,71 63,35 155,04 90,60 165,56 53,51 21,62 1,91 1636,24
Awl
1921,82
b
0,87
Reyza Rahmasari 161.0313.01444
PERANCANGAN KAPAL II WATERLINE 0 Gading 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Y1 0,00 0,26 3,32 5,59 7,22 8,98 10,31 10,68 10,87
Y2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Y1+Y2 0,00 0,26 3,32 5,59 7,22 8,98 10,31 10,68 10,87
Fs 1 4 2 4 2 4 2 4 2
HG 0,00 1,04 6,64 22,36 14,44 35,92 20,62 42,72 21,74
Y1-Y2 0,00 0,26 3,32 5,59 7,22 8,98 10,31 10,68 10,87
HG 0,00 0,27 22,04 124,99 104,26 322,56 212,59 456,25 236,31
9
10,87
0,00
10,87
4
43,48
10,87
472,63
10
10,87
0,00
10,87
2
21,74
10,87
236,31
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
10,87 10,87 10,87 10,87 10,32 9,40 8,26 6,21 1,59 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10,87 10,87 10,87 10,87 10,32 9,40 8,26 6,21 1,59 0,00
4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 Σ1
43,48 21,74 43,48 21,74 41,28 18,80 33,04 12,42 6,36 0,00 473,04
10,87 10,87 10,87 10,87 10,32 9,40 8,26 6,21 1,59 0,00 Σ2
472,63 236,31 472,63 236,31 426,01 176,72 272,91 77,13 10,11 0,00 4568,99
Awl
965,00
b
4,83
Reyza Rahmasari 161.0313.01445
PERANCANGAN KAPAL II no. wl
AWL
FS
HG
bn
HG
-10,00
0,00
1,00
0,00
0,00
0,00
-8,00
0,00
4,00
0,00
0,00
0,00
-6,00
0,00
1,00
0,00
0,00
0,00
Σ1 =
0,00
Σ1 =
0,00
-6,00
0,00
1,00
0,00
0,00
0,00
-4,00
0,00
4,00
0,00
0,00
0,00
-2,00
0,00
1,00
0,00
0,00
0,00
Σ1 =
0,00
Σ1 =
0,00
-2,00
0,00
1,00
0,00
0,00
0,00
0,00
965,00
4,00
3860,01
4,83
18641,46
2,00
1921,82
1,00
1921,82
0,87
1668,96
Σ1 =
5781,83
Σ1 =
20310,43
2,00
1921,82
1,00
1921,82
0,87
1668,96
4,00
2050,63
4,00
8202,51
0,78
6429,39
6,00
2305,85
1,00
2305,85
1,26
2896,02
Σ1 =
18212,02
Σ1 =
31304,80
1,00
2305,85
1,26
2896,02
4,00
9223,40
1,26
11584,06
1,00
2311,63
1,77
4102,62
Σ1 =
13840,88
Σ1 =
18582,70
6,00 8,00 10,00 jarak wl
2305,85 2305,85 2311,63
VOLUME
b'
0,00
0,00
0,00
0,00
3392,01
3,51
10684,38
1,72
8119,98
1,34
1,76
wl' wl'/wl
4) Kemudian masukkan nilai Awl dan b masing – masing kedalam tabel kemudian hitung sesuai dengan rumus ditabel, dan didapat Vn dan b’. v 0,0 0,0 3392,0 10684,4 8119,98
Reyza Rahmasari 161.0313.01446
b' 0,0 0,0 3,5 1,7 1,34
PERANCANGAN KAPAL II 5) Kemudian plot grafik dari Vn dan b’ yang didapat pada setiap derajat.
4.0 3.5 3.0 2.5 2.0
Series1
1.5 1.0 0.5 0.0 0.0
2000.0
4000.0
6000.0
8000.0 10000.0 12000.0
6) Dari ∑1 dan ∑2 kita dapat menghitung Awl dan b (titik berat). Berikut adalah Cross Curve hasil perhitungan saya
Reyza Rahmasari 161.0313.01447
PERANCANGAN KAPAL II
Garis Air WL1 WL2 WL3 WL4 WL5
Garis Air
WL1 WL2 WL3 WL4 WL5
PEMBUATAN DIAGRAM TRIM T m 1,76 3,52 5,28 7,04 8,8
T m 1,76 3,52 5,28 7,04 8,8
Reyza Rahmasari 161.0313.01448
ME T.m/m 1 119,097 138,097 149,998 167,832 186,617
x m 2 2,874 8,884 2,838 2,538 2,142
Lv=(LPP/2)-x m 3 58,33 52,32 58,36 58,66 59,06
P.Lv T.m 4 1166,52 1046,32 1167,24 1173,24 1181,16
t=(P.Lv)/ME m 5=4:1 9,79 7,58 7,78 6,99 6,33
Lw m 6 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
∆T T.m/m 11 0,0096 0,0096 0,0096 0,0096 0,0096
∆T=tv+∆T m 12=10+11 4,90 3,79 3,89 3,50 3,17
Th=th-∆T m 13=9-11 4,90 3,79 3,89 3,49 3,16
lh=(LPP/2)+x T.m 14 64,07 71,28 13,54 8,11 6,54
P.lh m 15 1281,48 1425,68 270,76 162,26 130,84
t=(P.lh)/HE m 16=15:1 10,76 10,32 1,81 0,97 0,70
Lh=(LPP/2)+Lw m 7 61,33 61,33 61,33 61,33 61,33
Lh/LPP m 8=7/LPP 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
th=(t.Lh)/LPP m 9=5x8 4,91 3,80 3,90 3,50 3,17
th=t.(lh/LPP) m 17=16x8 5,39 5,17 0,90 0,48 0,35
tv=t-th m 18=16-17 5,37 5,15 0,90 0,48 0,35
∆Th=th+∆T m 19=17+11 5,40 5,18 0,91 0,49 0,36
tv=t-th m 10=5-9 4,89 3,78 3,88 3,49 3,16
∆Tv=tv-∆T m 20=18-11 5,36 5,14 0,89 0,47 0,34
PERANCANGAN KAPAL II Trim WL1 WL2 WL3 WL4 WL5
Reyza Rahmasari 161.0313.01449
dTv=dTa m 4,90 3,79 3,89 3,50 3,17
Tv=Ta m -5,37 -5,15 -0,90 -0,48 -0,35
Th=Tf m -5,40 -5,18 -0,91 -0,49 -0,36
dTh=dTf m 4,90 3,79 3,89 3,49 3,16
PERANCANGAN KAPAL II
Reyza Rahmasari 161.0313.01450
PERANCANGAN KAPAL II BAB III PENUTUP
Reyza Rahmasari 161.0313.01451