113063c114062_chapter 2.docx

  • Uploaded by: Nomy
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 113063c114062_chapter 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,729
  • Pages: 42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Definisi Pembelajaran Koopertif Pembelajaran Kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruksme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama, dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna, 1988). Dalam pembelajaran Kooperatif, pengajar berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jambatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan

catatan

mahasiswa

sendiri.Pengajar

tidak

hanya

memberikan

pengetahuan pada mahasiswa tetapi harus membangun dalam pemikirannya juga.mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam penerapan ide-ide mereka. Hal ini merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Piaget dan Vygotsky mengemukakan adanya hakikat social dari sebuah proses belajar, juga mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota-anggotanya yang beragam sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun dalam pemikiran mahasiswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan keartif dalam konsep dan kesan dibentuk dengan

11

12

memikirkan objek dan peristiwa, serta bereaksi dengan objek dan peristiwa tersebut. Selain

aktivitas

dan

kreativitas

yang

diharapkan

dalam

proses

pembelajaran, juga dituntut interaksi yang seimbang. Interaksi yang dimaksud adalah adanya komunikasi antara pengajar dengan mahasiswadengan harapan komunikasi multi arah dalam proses pembelajaran. Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vygotsky

dapat berjalan

berdampingan dalam proses pembelajaran konstruktivisme. Piaget yang menekankan pada kegiatan intemal individu terhadap objek saling yang dihadapi

dan

pengalaman

yang

dimiliki

orang

tersebut.

Sedangkan

konstruktivisme menekankan Vygotsky menekankan pada inetraksi sosial dan melakukan kontruksi pengetahuan sosialnya. Berkaitan dengan karya Vygotsky dan penjelasan Piaget, para konstruktivisme menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar, dan mahasiswa diberikan kesempatan

secara aktif untuk mengungkapkan sesuatu yang

dipikirkan kepada temannya. Hal itu akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan jelas, bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mareka sendiri. a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menurut Majid (2016) adalah model pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara mahasiswa belajar dan bekerja dalam

13

kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen Tom V. savage (1987) dalam Rusman (2016) mengemukan bahwa cooperative learning merupakan satu pendekatan yang menekankan kerja sama

dalam

kelompok.

Pembelajaran

Kooperatif

adalah

strategi

pembelajaran yang melibatkan partisivasi mahasiswa dalam suatu kelompok kecil untuk dalam berinteraksi. Dalam system belajar Kooperatif, mahasiswa belajar kerja sama anggota lain. Pembelajaran kooperatif menurut Nurulhayati (2002) Majid (2016) adalah strategi pembelajaran melibatkan partisipasi mahasiswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati 2002) dalam system belajar yang Kooperatif, mahasiswa belajar kerja sama dengan anggota lainnya. Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran Kooperatif, mahasiswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu belajar untuk diri sendiri dan membantu sesame anggota untuk belajar. Pembelajaran Kooperatif menurut Angga (2013) merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi mahasiswa. Dengan memiliki dorongan atau motivasi yang positif seorang mahasiswa akan menunjukan minatnya. Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan Pembelajaran Kooperatif adalah istilah umum untuk sekumpulan strategei pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi antar

14

mahasiswa. Tujuan pembelajaran Kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, pemenerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. b. Tujuan dan manfaat model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menurut Majid (2016) mempunyai beberapa tujuan, diantaranya : 1) Meningkatkan kinerja mahasiswa dalam tugas-tugas akademik. Model Kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu mahasiswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit; 2) Agar mahasiswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang 3) Mengembangkan keterampilan social mahasiswa; berbagai tugas, akif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya , mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif bagi mahasiswa dengan prestasi belajar yang rendah menurut Linda Lungren (1994) dalam Majid (2016) ada beberapa manfaat, yaitu 1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2) Masa harga diri menjadi lebih tinggi; 3) Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah; 4) Memperbaiki kehadiran;

15

5) Angka putus sekolah menjadi rendah; 6) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar; 7) Perilaku menggangu menjadi lebih kecil; 8) Konflik antara pribadi berkurang; 9) Sikap apatis berkurang; 10) Pemahaman yang lebih mendalam; 11) Meningkatkan motivasi lebih besar; 12) Hasil belajar lebih tinggi; 13) Retensi lebih lama; dan 14) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. c. Ciri-ciri pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk (2000) Majid (2016) mempunyai ciri atau karakteristik sebagai berikut : 1) Mahasiswa bekerja dalam Kooperatif untuk menuntaskan materi belajar 2) Kelompok dibentuk dari mahasiswa yang memiliki keterampilan tinggi sedang dan rendah (heterogen) 3) Apabila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda; 4) Penghargaan lebih berorintasi pada kelompok daripada individu Pembelajaran Kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan berpartisipasi aktif dalam kelompok

16

kecil membantu mahasiswa belajar keterampilan social, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis. d. Strategi pembelajaran Kooperatif Jonson dkk (1996) Majid (2016) Strategi pembelajaran Kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa

didalam

kelompok-kelompok

untuk

mencapai

tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 4 hal yang penting dalam strategi pembelajaran yang telah diterapkan, yaitu 1) Adanya peserta didik dalam kelompok 2) Adanya aturan main 3) Adanya upaya belajar dalam kelompok 4) Tatap muka: 5) Evaluasi proses kelompok. Berkenaan dengan pengelompokan mahasiswa, dapat ditentukan dasarkan: 1) Minat dan bakat mahasiswa; 2) Latar belakang kemampuan mahasiswa; 3) Kemampuan bersosialisasi; 4) Tatap muka: dan 5) Evaluasi kelompok.

17

Nurul Hayati (2002) mengemukakan lima unur dasar model cooperative

learning

yaitu

1)

ketergantungan

positif;

2)

pertanggungjawaban individual: 3) kemampuan bersosialisasi: 4) tatap muka dan 5) evaluasi proses kelompok. Ketergantungan positif adalah suatu bentuk kerja sama yang etet sangat erat kaitannya antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Mahasiswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya. Maksud pertanggungjawaban individu terhadap kelompok tergantung dengan cara belajar perseorangan dari seluruh anggota kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang, dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas dimana mahasiswa harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan sosialisasi adalah kemampuan bekerjasama yang biasa dikerjakan dalam kelompok. Kelompok tidak akan berjalan efektif apabila

setiap

anggota

kelompok

tidak

memiliki

kemampuan

bersosialisasi yang dibutuhkan. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan bentuk sinergi yang menguntungkan bagi semua anggota. Pengajar menjadwalkan waktu

18

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bekerjasama lebih efektif. Siahaan (2005) dalamMajid (2016) mengemukakan lima unsur penting yang ditekankan dalam proses pembelajaran Kooperatif, yaitu: ditetapkat 1) Saling ketergantungan yang positif 2) Interaksi berhadapan 3) Tanggung jawab individu 4) Terampilan social 5) Terjadinya proses dalam kelompok. Pembelajaran Kooperatif mewadahi bagaimana mahasiswasama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi Kooperatif merupakan bagian dari mencapai tujuan kelompok, mahasiswa harus merasakan bahw mereka akan mencapai tujuan, Dengan demikian, mahasiswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan yang artinya bahwa tiap anggota kelompok

bersikap

Kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif menurut Lundgren (1994) dalam Rusman (2016) adalah untuk mengajarkan keterampilan kerja sama dan koloborasi pada sisiwa Keterampilan ini akan dirasakan manfaatnya saat mahasiswa terjun ke masyarakat kelak. Keterampilan Kooperatif terdiri dari 3 bentuk.

19

1) Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal Keterampilan ini meliputi: a) Menggunakan kesempatan; b) Menghargai kontribusi; c) Mengambil giliran dan berbagi; d) Berada dalam kelompok mendorong partisipasi: e) Mengundang orang lain untuk berbicara: f) Menyelesaikan tugas pada waktunya menghormati perbedaan individu. 2) Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah Keterampilan ini meliputi: a) Menunjukkan penghargaan dan simpati. b) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima: c) Mendengarkan dengan aktif; d) Bertanya; e) Membuat ringkasan; f) Menafsirkan; g) Mengatur dan mengorganisir h) Menerima tanggung jawab; i) Mengurangi

20

3) Keterampilan Kooperatif Tingkat Mahir Keterampilan ini meliputi: a) Mengelaborasi: b) Memeriksa dengan cermat c) Menyatakan kebenaran: d) Menetap tujuan: e) Berkompromi. Ibrahim

dkk.

(2000)

dalam

Majid

(2016)

Dalam

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran terdapat enam langkah utama atau tahapan. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi untuk Fase ini digunakan untuk menyampaikan informasi dan bahan bacaan daripada verbal selanjutnya mahasiswa Dikelompokkan dalam timtim belajar. Tahapan ini dikuti bimbingan guru pada saat mahasiswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas bersama. Fase terakhir pembelajaran Kooperatif adalah meliputi presentasi

hasil kerja

kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memeberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Untuk lebih jelas berkaitan dengan kelompo fase-fase dalam pembelajaran Kooperatifadalah sebagai table berikut :

21

Table 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Fase 1

Indikator Menyampaikan tujuan dan motivasi mahasiswa

2

Menyajikan informasi

3

Mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Membimbing kelompok bekerja dan belajar Evaluasi

4

5

6

Memberikan penghargaan

Kegiatan guru Pengajar menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar Pengajar menyajikan informasi kepada mahasiswa dengan jalan mendemonstrasi atau memulai bahan bacaan Pengajar menjelaskan kepada mahasiswa bagamana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transsis seraca efesien Pengajar membimbing kelompokkrlompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Pengajar mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjaanya Pengajar mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Anita Lie (2008) menyebutkan bahwa dalam Pembelajaran Kooperatif terdapat lima yaitu sebagai berikut: 1) Prinsip ketergantungan positif (Positive interpendence), yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan keja kelompok ditentukan oleh kineria masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan:

22

2) Tanggung jawab perseorangan (Individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masi anggota kelompoknya.

Oleh

karena

itu,

setiap

anggota

kelompok

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut 3) Interaksi tatap muka (face to face promation interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka dalam melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari kelompok lain; 4) Partisipasi dan komunikasi (Participation and communication) yaitu melatih mahasiswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran; 5) Evaluasi proses kelompok yaitu menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerjasama lebih efektif. Untuk mengimplementasikan Pembelajaran Kooperatif, dapat ditempuh prosedur sebagai berikut 1) Penjelasan materi: tahap ini merupakan tahapan panyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum mahasiswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman mahasiswa terhadap pokok materi pelajaran: 2) Belajar kelompok tahapan ini dilakukan setelah gurumemberikan penjelasan materi dan mahasiswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya:

23

3) Penilaian: penilaian dalam pembelajaran Kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara indiv atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaianKemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. Seperti dijelaskan Sanjaya (2006) bahwa hasil akhir setiap mahasiswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya. e. Jenis Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Pengajar mempunyai tugas untuk memilih pendekatan yang yaitu sesuai dalam pembelajaran Kooperatif ada beberapa pendekatan untuk model Kooperatif, yaitu STAD (Student Teams Achievement Devisions), tipe Jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dapat dikemukakan sebagai beikut “faktor intern adalah faktor yang ada dan berasal dari diri pelajar (yang belajar), dan factor ekstern, yaitu kondisi dan situasi diluar diri sipelajar” (Tadjab(1992)Faktor internal mahasiswa meliputi ”kondisi fisiologis dan kondisi psikologis” sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan non sosial, dan kesemua faktor ini saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. 1. Faktor fisiologis atau keadan jasmani anak berpengaruh terhadap aktifitas belajar, baik keadaan/kebugaran jasmani maupun keadaan/ berfungsinya dengan baik organ dan alat alat indra.

24

2. Faktor psikologis faktor internal baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman. yang dapat mendorong seseorang untuk belajar. Faktor psikologis seperti intelegensi, bakat, sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi dan sebagainya. 3. Faktor sosial dan budaya. Faktor sosial, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan, masyarakat. Jadi faktor sosial berkaitan dengan factor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) secara langsung maupun tidak langsung. 4. Faktor non sosial, termasuk lingkungan fisik yang berkaitan dengan fasilitas belajar. Faktor non sosial yaitu diluar dari interaksi dengan manusia baik langsung maupun tidak langsung.(Artama, 2010) 2. Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Jigsaw Pembelajaran Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.

25

Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya

26

para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, menurut Arends (1997), yaitu: a. Awal Kegiatan Pembelajaran 1) Persiapan Pembelajaran a) Melakukan Pembelajaran Pendahuluan Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut. b) Materi Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam

setiap

kelompok

serta

banyaknya

konsep

materi

pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh mahasiswa c) Membagi mahasiswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya Metode Jigsaw menurut Rusman (2016) telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau dari sisi etimologi, Jigsaw berasal dari bahasa Ingris yang berarti "gergaji ukir’’ Ada

27

juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyusun potongan gambar. Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji Jigsawyaitu mahasiswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan mahasiswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Strategi Jigsaw adalah cara yang efisien untuk mempelajari materi kursus dalam gaya pembelajaran Kooperatif. Proses Jigsaw mendorong mendengarkan, keterlibatan, dan empati dengan memberikan masing-masing anggota kelompok merupakan bagian penting untuk bermain dalam kegiatan akademik. anggota kelompok harus bekerja sama sebagai sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama; setiap orang tergantung pada semua yang lain. Tidak ada mahasiswa dapat berhasil sepenuhnya kecuali semua orang bekerja sama dengan baik sebagai sebuah tim. "Kerjasama dengan desain" memfasilitasi interaksi antara semua mahasiswa di kelas, memimpin mereka untuk menghargai satu sama lain sebagai kontributor untuk tugas bersama mereka Richard (2008). Pembelajaran Kooperatif Model Jigsawadalah sebuah model belajar Kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok mahasiswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan (Lei, 1993) dalam Rusman (2016) bahwa pembelajaran model Jigsaw ini merupakan belajar Kooperatif dengan cara mahasiswa belajar dalam kelompok kecil

yang

28

terdiri

atas

empat

sampai

enam

orang

secara

heterogen,

dan

mahasiswabekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Lie, (1994) dalam Rusman (2016) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran Kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran Kooperatif dengan berdasarkan Jigsaw. riset tersebut secara konsisten menunjukan bahwa mahasiswayang terlibat didalam Pembelajaran Model KooperatifJigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain. Hisyam,Dkk (2008) Jigsaw learningmerupakan yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan segaligus mengajarkan kepada orang lain. Hamruni (2012) Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas. Teknil ini memiliki kesamaan dengan teknik “Pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting : setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat dan ketika tidak ada materi pembelajaran yang diajarkan sebelumnya. Setiap

29

peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain. a) Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman b) Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. c) Stelah selesai, bentuklah kelompok “learning Jigsaw” setiap kelompok terdapat seorang wakil dari msing-masing kelompok dalam kelas. 4. Langkah – langkah kegiatan metode Jigsaw menurut Nurhady (2013) dalam Majid (2016) dan Stepen (1978) dalam Rusman (2016) : a) Menyampaikan kontrak kepada mahasiswa; menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi; pengajar menyampaikan tujuan pembelajaranyang akan diberikan, memberikan penekanaan tentang manfaat

penggunaan

Metode

Jigsawdalam

proses

belajar

dan

mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, Kooperatif dalam Model Pembelajaran ini. b) Menyajikan informasi kepada mahasiswa dengan demontrasi disetai penjelasan verbal, buku teks, video; Melakukan kegiatan membaca untuk

menggali

informasi.

Mahasiswa

memperoleh

topik-topik

permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut. c) Mengornisasi mahasiswa ke dalam kelompok belajar belajar dimana : a. Mahasiswa dikelompokkan sebanyak 4 sampai 6 orang mahasiswa

30

b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan d) Mengelola dan membantu mahasiswa dalam belajar berkelompok dan kerja ditempat duduk masing-masing; e) Melakukan kegiatan menbaca untuk menggali informasi, mahasiswa memperoleh

topik-

topik

permaslahan

untuk

dibaca

sehingga

mendapatkan informasi dari masalah tersebut. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, diskusi kelompok ahli, mahasiswa yang telah mendapatkan topik permasalahanyang saat bertemu dengan satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik masalah tersebut. f) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli ditiap anggota kelompok kepada kelompok ahli dan bergantian mengajar teman satu tim tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengar dengan seksama laporan kelompok, kelompok ahli ke kelompok asal dan menjelaskan hal yang di dapatlan di diskusi ahli g) Mengetes penugasan kelompokatas bahan ajar dengan cara tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; pada fase ini pengajar memberikan tugas untuk dikerjakan oleh mahasiswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pengajar memberikan evaluasi ; bisa kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang didiskusikan, perhitung skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok, penghargaan terhadap hasil belajar mahasiswa.

memberikan

31

5. Pelaksanaannya Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan di antara kelebihannya adalah: a. Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerjasama dengan mahasiswa lain; b. Mahasiswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan c. Setiap anggota mahasiswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya; d. Dalam proses belajar mengajar mahasiswa saling ketergantungan positif. e. Setiap mahasiswa dapat saling mengisi satu sama lain. 6. Sedangkan Kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw menurut Killen (2013) adalah: a. Perbedaan persepsi mahasiswa dalam memahaman suatu konsep mahasiswa cenderung sulit meyakinkan mahasiswa lain bila percaya diri yang dimiliki mahasiswa tersebut kurang; b. Pengajar cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk merekap hasil belajar mahasiswa berupa nilai dan kepribadian mahasiswa. c. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menguasai model pembelajaran ini; d. Model pembelajaran ini cenderung lebih sulit dilakukan apabila jumlah mahasiswa lebih banyak. Terdapat beberapa variasi jenis Jigsaw pada saat ini. Jigsaw yang pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman teman di Universitas Texas dikenal sebagai Jigsaw I, sedangkan Jigsaw yang dikembangkan oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins dikenal sebagai Jigsaw. Kedua Jigsaw tersebut berbeda dalam hal ada tidaknya penghargaan kelompok. Terdapat satu jenis Jigsaw yang dikembangkan oleh

32

Kagan, pelaksanaan Jigsaw menggunakan dua bahasa (bilingual classroom). langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw menurut Sugiyanto (2008), adalah: a. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 mahasiswa yang karakteristiknya heterogen. b. Bahan akademik disajikan kepada mahasiswa dalam bentuk tes, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya bertemu dan saling membantu mengkaji bagian tersebut. Kumpulan mahasiswa semacam ini disebut “Kelompok Pakar” (expert group). d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kekelompok asal (home team) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home team para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Individu atau tim yang telah memperoleh skor tinggi akan diberi penghargaan dari dosen. Pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw menurut Muhammad Nur (2005), dilaksanakan sebagai berikut: a. Membaca Mahasiswa diberi topik-topik ahli dan disuruh membaca bahan yang ditugaskan untuk mencari infaormasi. Kegiatan membaca dapat digunakan sebagai tugas awal dalam pembelajaran.

33

b. Diskusi Kelompok Ahli Siswa dalam kelompok ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan informasi dalam kelompok-kelompok ahli. c. Laporan Kelompok Para ahli kekelompoknya masing-masing untuk mengajarkan topiktopik mereka kepada teman satu kelompoknya. d. Kuis Mahasiswa mengerjakan kuis individu yang mencakup seluruh topik. Apabila telah selesai maka segera diadakan skoring terhadap kuis tersebut. e. Penghargaan kelompok Setelah diadakan kuis, dosen mengumumkan skor perbaikan individu dan skor kelompok serta memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran Jigsaw, mahasiswa ditempatkan pada kelompok yang heterogen. Mahasiswa ditugasi mempelajari bab atau materi pelajaran untuk dibaca, dan diberikan “lembar ahli” yang berisi topik yang berbeda untuk anggota setiap kelompok. Kegiatan membaca dapat digunakan sebagai tugas rumah. Apabila para mahasiswa telah selesai membaca, siswa dari kelompok berbeda dengan topik yang sama bertemu dalam sebuah “kelompok ahli” untuk membahas topik mereka. Para ahli tersebut kemudian kembali ke kelompok asal dan secara bergantian mengajar teman satu kelompoknya tentang topiktopik keahlian mereka. Kemudian siswa diberi kuis tentang

34

seluruh topik, dan skor kuis tersebut menjadi skor kelompok. Skor yang disumbangkan oleh mahasiswa dalam kelompok mereka didasarkan pada sistem skor perbaikan/perkembangan individu, dan kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap mahasiswa

tergantung

kepada

anggota

kelompoknya

untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengerjakan kuis dengan baik. Penskoran dalam Jigsaw diambil dari skor kuis mahasiswa. Sebenarnya dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran Jigsaw terdapat kelebihan antara lain: a) Meningkatkan kemampuan akademik mahasiswa. b) Meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa. c) Menumbuhkan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berdiskusi. Selain memiliki kelebihan, model Jigsaw juga memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: a. Kegiatan pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih banyak. b. Keadaan kelas akan cenderung gaduh jika mahasiswa tidak memanfaatkan sebaik mungkin untuk belajar kelompok. c. Bagi dosen model pembelajaran tipe ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.

35

7. Definisi Mahasiswa Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, sekolah tinggi, institusi dan universitas (Hartaji, 2012). Dalam kamus bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi. Mahasisswa menurut Siswoyo (2008), dapat didefinisikan sebagai inidividu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas tinggi, kecerdasan dalam berfikir dan perencanaan dalam bertindak. Berfikir kritis dan bertindan dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkap Mahasiswa menurut Knopfemacher adalah merupakan insaninsan calon sarjana yang dalam kerterbatannya dengan perguruan tinggi, di didik dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual.

36

Mahasiswa menurut Sarwono (1978) adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran diperguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.Sedangkan pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mahasiswa ialah pelajar perguruan tinggi. Di dalam struktur pendidikan Indonesia, mahasiswa menduduki janjang satuan pendidikan tertinggi diantara yang lain. Mahasiswa sarjana keperawatan adalah mahasiswa kaum akademis yang berintelektual terdidik dengan segala potensi, memiliki kesempatan dan ruang untuk berada dalam lingkungan serta mahamahsiswa sebagai “agent of change” yaitu sebagai agen pembawa perubahan dan menjadi orang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Oleh sebab itu, mahasiswamempunyai tanggung jawab yang besar dan menge,ban tugas untuk menjadi orrang yang aktif dalam segala hal baik akademisi maupun organisasi (Oharela, 2011). Mahasiswa keperawatan merupakan tonggak awal pembangun bagi profesi keperawatan kedepannya baik dan buruknya profesi keperawatan selanjutnya akan ditentukan oleh calon-calon perawat yang sekarang tengah menduduki

jenjang

perkuliahan sebagai seorang mahasiswa keperawata, dituntut untuk

37

memeliki sebuah kemampuan dan skill diatas para senior mereka hal ini diwujudkan dalam sebuah perubahan dam inovasi. Sehingga kualitas pelayanan keperawatan dari tahun ketahun akan semakin baik (Mepsa, 2012) 8. Definisi Keperawatan Bedah (KMB) Keperawatan medikal bedah adalah pelayanan profesional yang berdasarkan pada ilmu keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan medikal bedah berbentuk pelayanan bio-pisiko-sisiospiritual, peran utama perawat adalah menberikan asuhan keperawatan kepada manusia (sebagai objek utama pengkajian filsafat ilmu keperawatan) Nursalam (2008). Pengartian keperawatan medikal bedah Raymond dan Simamora (2009) mengandung tigal hal yaitu : a. Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan professional dalam medikal bedah b. Melaksanakan kegiatan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah. c. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk menerima perubahan, dan berorientasi pada masa depan. 9. Definisi Kurikulum Kurikulum menurut Kerr, J, F (1968) adalah semua pembalajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun kelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah.

38

Inlow (1966) mengemukakan pendapatnya bahwa kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing mahasiswa unruk memperoleh hasil dari pembealjaran yang sudah ditentukan. Kurikulum menurut UU nomor 20 tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pembelajaran serta cara

yang

digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggra

kegiatan

pembelajaran untuk mencapaitujuan pendidikan nasional. Sistem respirasi adalah suatu proses perombakan bahan makanan sehingga diperoleh energi. Respirasi dapat dibedakan menjadi respirasi aerob dan anaerob. Respirasi aerob adalah proses perombakan bahan makanan oleh oksigen sehingga diperoleh energi dn karbon dioksida atau Co2, sedangkan respirasi anaerob merupakan perombakan bahan makanan tanpa oksigen. Adapun pengertian pernafasan adalah proses pertukaran gas yang berasal dari mahluk hidup dengan gas yang ada dilingkungannya. Sistem respirasi merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa semester IV yang dimana pembelajaran mata kuliah ini menggunakan metode jigsaw.

39

B. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Peneliti mengambil Teori dari Rusman (2016) dan Majid (2016) mengenai pembelajaran Kooperatif metode Jigsaw serta langkah-langkah kegiatan metode Jigsaw. a. Definisi Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar Kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok mahasiswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan bahwa pembelajaran model Jigsaw ini merupakan belajar Kooperatif dengan cara mahasiswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai enam orang secara heterogen, dan mahasiswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. b. Macam-macam pembelajaran Kooperatif Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran Kooperatif, walau pun prinsip dasar dari pembelajaran Kooperatif ini tidak berubah, jenisjenis model tersebut, adalah sebagai berikut: 1) Model Student Teams Achievement Division (STAD) Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Model STAD (Student Team Achievement Division) menurut Slavin (2017) Merupakan variasi pembelajaran Kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam, matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, teknik dan

40

banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam STAD,

mahasiswa

dibagi

menjadi

kelompok

beranggotakan empat orang yang beragam keemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Dosen memberikan suatu pelajaran dan mahasiswa-mahasiswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua mahasiswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis mahasiswa diperbandingkan dengan nilai satarata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberrapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untu mendapat nilai kelompok, dan kelompok dapat mencapat kriteria terrentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-haidah yang lainnya. Keseluruhan siklus aktivitas itu, mulai dari paparan guru kekerja kelompok sampai kuis biasanya memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas. STAD adalah yang paimg tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan bahasa dan mekanika, geogrfi dam keterampilan perpetaan, dan konsep-konsep sains lainnya. 2) Model Jigsaw

41

Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran Kooperatif metode Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebagai gergaji atau (zigzag), yaitu mahasiswa melakukan sebuah kegiatan belajar dengan cara bekerja sama denagn mahamahasiswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya, dalam metode ini pengajar membagi suatu informasi yang besar menjadi kompenen yang lebih kecil. Selanjutnya pengajar membagi mahasiswa dalam kelompok belajar Kooperatif yang terdiri dari empat orang mahasiswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan pengajar dengan sebaik-baiknya. Mahasiswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopic yang sama membetuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga otang. Mahasiswa Kooperatif

ini

bekerjasama

untuk

menyelesaikan

tugas

dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopic

bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopic bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, mahasiswa tersebut kembali lagi kekelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam

42

subtopic tersebut kepada teman.Ahli dalam subtopic lainnya bertindak serupa.Sehingga seluruh mahasiswa bertanggung jawab untuk menunjukan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh pengajar. Dengan demikian mahasiswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan. 3) Investigasi Kelompok (Group Investigation) Strategi belajar Kooperatifgroup investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas tel Aviv, Israel. Secara umum perncanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan tehnik koopertif GI adalah kelompok dibentuk oleh mahasiswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopic dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka (Burns et al, tanpa tahun). Strategi Kooperatif (GI) menurut Slavin (1995), sebenarnya dilandasi oleh filosofi belajar John Dewey. Teknik Kooperatif ini telah secara meluas

digunakan

dalam

penelitian

dann

memperlihatkan

kesuksesasnnya terutama untuk program-program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik. Pengembangan belajar

Kooperatifgroup

investigastion

didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah

43

menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut (Slavin, 1995). Oleh, karena itu group investigastiontidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal (atau tidak mengacu kepada dimensi sosial-afektif pembelajaran).Aspek sosial-afektif kelompok, pertukaran intelektualnya, dan materi memberi dukungan terhadap usaha-usaha belajar mahasiswa.Interaksi dan komunikasi yang bersifat Kooperatif diantara mahasiswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik, jika pembelajaran dilakukan kelompok-kelompok belajar kecil. Belajar Kooperatif dengan tehnik group investigastionsangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukn kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, 1995), yang mengarah pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesi informasi dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah.Oleh

karenanya,

kesuksesan

implementasi

tehnik

Kooperatifgroup investigastion sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya, bukan hanya sekedar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat factual (apa, siapa, dimana, atau sejenisnya). Menurut

44

Slavin (1995), dalam tahapan pelaksanaan investigasi para mahasiswa mencari informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas.Para mahasiswa kemudian melakukan evaluasi dan sintesis terhadap inforrmasi yang telah didapatkan dalam upaya untuk membuat laporan ilmiah sebagai hasil kelompok. 4) Model Make a Match (Membuat Pasangan) ModelMake a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari

metode

dalam

pembelajaran

Kooperatif.

Metode

ini

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah mahasiswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan Penerapa metode ini dimilai dengan tehnik, yaitu mahasiswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, mahasiswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin. 5) Model TGT (Team Games Tournaments) Menuru Saco (2006), dalam Team

Games

Tournaments

mahasiswamemainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing—masing. Permainan dapat disusun pengajar dalam bentuk kuis berupa pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaraan. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

45

Permainan dalam Team Games Tournaments dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap mahasiswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua mahasiswa dari setiap tingkat kemampuan (kepanadaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya.Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar.Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberikan skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran KooperatifFaktorfaktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dapat dikemukakan sebagai beikut “faktor intern adalah faktor yang ada dan berasal dari diri pelajar (yang belajar), dan factor ekstern, yaitu kondisi dan situasi diluar diri si pelajar” (Tadjab (1992) Faktor internal mahasiswa meliputi ”kondisi fisiologis dan kondisi psikologis” sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan non sosial, dan kesemua faktor ini saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya 1) Faktor fisiologis atau keadan jasmani anak berpengaruh terhadap aktifitas belajar, baik keadaan/kebugaran jasmani maupun keadaan/ berfungsinya dengan baik organ dan alat alat indra.

46

2) Faktor psikologis faktor internal baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman. yang dapat mendorong seseorang untuk belajar. Faktor psikologis seperti intelegensi, bakat, sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi dan sebagainya. 3) Faktor sosial dan budaya. Faktor sosial, seperti lingkungan keluarga, masyarakat. Jadi faktor sosial berkaitan dengan factor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) secara langsung maupun tidak langsung. Faktor non sosial, termasuk lingkungan fisik yang berkaitan dengan fasilitas belajar.Faktor non sosial yaitu diluar dari interaksi dengan manusia baik langsung maupun tidak langsung. (Artama, 2010) 2. PengertianPembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah Metode pembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah menurut Rusman (2016) Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau dari sisi etimologi, Jigsaw berasal dari bahasa Ingris yang berarti "gergaji ukir’’ Ada juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyusun potongan gambar. Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji Jigsaw yaitu mahasiswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan mahasiswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Strategi Jigsaw adalah cara yang efisien untuk mempelajari materi kursus dalam gaya pembelajaran Kooperatif. Proses Jigsaw mendorong

47

mendengarkan, keterlibatan, dan empati dengan memberikan masing-masing anggota kelompok merupakan bagian penting untuk bermain dalam kegiatan akademik.anggota kelompok harus bekerja sama sebagai sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama; setiap orang tergantung pada semua yang lain. Tidak ada mahasiswa dapat berhasil sepenuhnya kecuali semua orang bekerja sama dengan baik sebagai sebuah tim. "Kerjasama dengan desain" memfasilitasi interaksi antara semua mahasiswa di kelas, memimpin mereka untuk menghargai satu sama lain sebagai kontributor untuk tugas bersama mereka Richard (2008). a. Langkah – langkah kegiatan metode Jigsaw 1) Menyampaikan kontrak kepada mahasiswa; menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi; pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan, memberikan penekanaan tentang manfaat penggunaan Metode Jigsaw dalam proses belajar dan mengingatkan senantiasa percaya diri kritis, Kooperatif dalam Model Pembelajaran ini. 2) Menyajikan informasi kepada mahasiswa dengan demontrasi disetai penjelasan verbal, buku teks, video; melakukan kegiatan membaca untuk

menggali

informasi.

Mahasiswa

memperoleh

topik-topik

permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut. 3) Mengornisasi mahasiswa ke dalam kelompok belajar belajar dimana: a) Mahasiswa dikelompokkan sebanyak 4 samapi 6 orang b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

48

4) Mengelola dan membantu mahasiswa dalam belajar berkelompok dan kerja ditempat duduk masing-masing; a) Melakukan kegiatan menbaca untuk menggali informasi, mahasiswa memperoleh topik- topik permaslahan untuk dibaca sehingga mendapatkan informasi dari masalah tersebut. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, diskusi kelompok ahli, mahasiswa yang telah mendapatkan topik permasalahanyang saat bertemu dengan satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik masalah tersebut. b) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli ditiap anggota kelompok kepada kelompok ahli dan bergantian mengajar teman satu tim tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengar dengan seksama laporan kelompok, kelompok ahli ke kelompok asal dan menjelaskan hal yang di dapatlan di diskusi ahli 5) Mengetes penugasan kelompokatas bahan ajar dengan cara tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; pada face ini pengajar memberikan tugas untuk dikerjakan oleh mahasiswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. 6) Pengajar memberikan evaluasi ; bisa kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang didiskusikan, perhitung skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok, terhadap hasil belajar mahasiswa.

memberikan penghargaan

49

b. Pembelajaran Kooperatiftipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan di antara kelebihannya adalah: 1) Dapat memberikan

kesempatan

kepada

mahasiswa

untuk

bekerjasama dengan mahasiswa lain; 2) Mahasiswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan 3) Setiap anggota mahasiswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya; 4) Dalam proses belajar mengajar mahasiswa saling ketergantungan positif. 5) Setiap mahasiswa dapat saling mengisi satu sama lain. Sedangkan Kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw menurut Killen (2013) adalah: 1) Perbedaan persepsi mahasiswa dalam memahaman suatu konsep mahasiswa cenderung sulit meyakinkan mahasiswa lain bila percaya diri yang dimiliki mahasiswa tersebut kurang; 2) Pengajar cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk merekap hasil belajar mahasiswa berupa nilai dan kepribadian mahasiswa. 3) Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menguasai model pembelajaran ini; Model pembelajaran ini cenderung lebih sulit dilakukan apabila jumlah mahasiswa lebih banyak. c. Evaluasi Jigsaw Pengajar/dosen mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.Mahasiswa diberikan berikan kursi secara dan tidak dibenarkan bekerjasama.Ini dilakukan untuk menjamin agar mahasiswa secaraa individu bertanggungjawab kepada diri sendri dalam memahami bahan ajar tersebut.Pengajar menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal.

50

51

C. Kerangka konsep teori penelitian

6 langkah-langkah kegiatan metode Jigsaw :

Jenis pembelajaran Kooperatif :

Metode pembela jaran Student centered learning (SCL)

1.

STAD

1.

2. Jigsaw 3. 4.

2.

Investigasi kelompok Pendekatan struktural

Jiiijfe 3. 4.

5.

6.

baik

Menyampaikan kontrak kepada mahamahasiswa Menyajikan informasi kepada mahamahasiswa dengan mendemontrasi disertai penjalasan vebal, buku teks Mengorganisasi mahasiswa dalam kelompok Mengelola dan membantu mahamahasiswa dalam kelompok Mengetes penugasan kelompok atas bahan ajar Memberikan evaluasi

cukup

(Rusman, 2016 dan Majid, 2016) Keterangan :

kurang

5 kelebihan pembelajaran Kooperatif metode Jigsaw 1.

2.

3. 4.

5.

Dapat memberilan kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerjasama Mahasiswa dapat menguasai pembelajaran yang disampaikan Setiap mahasiswa berhak menjadi kelompok ahli Belajar mengajar mahasiswa saling bergantung positif Mahasiswa dapat saling mengisi satu sama yang lain

4 kekurangan pembelajran Kooperatif metode Jigsaw: 1. Perbedaan persepsi mahasiswa dalam memahami suatu konsep 2. Dosen cenderung membutuhkan waktu lama dalam merekap hasil belajar mahasiswa 3. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menguasai model pembelajaran ini 4. Model pembelajaran

: diteliti : Tidak diteliti

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

inicenderung lebih sulit dilakukan apabila jumlahmahasiswa lebih banyak

52

D. Kerangka konsep penelitian

Dosen dan mahasiswa

Pembelajaran Kooperatif metode Jigsaw: 6 langkah-langkah kegiatan metode Jigsaw : 1. Menyampaikan kontrak kepada mahasiswa 2. Menyajikan informasi kepada mahaiswa dengan mendemontrasi disertai penjalasan vebal, bku teks 3. Mengorganisasi mahasiswa dalam kelompok 4. Mengelola dan membantu mahasiswa dalam kelompok 5. Mengetes penugasan kelompok atas bahan ajar 6. Memberikan evaluasi

Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Baik Cukup Kurang

More Documents from "Nomy"