103397_lp Hipertensi Dina.doc

  • Uploaded by: nopia antary antari
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 103397_lp Hipertensi Dina.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,323
  • Pages: 11
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. PENGERTIAN Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik setidaknya 140mmHg/ tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya( Sylvia A.price) Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 100 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada lansia, hipertensi di definisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg ( Hasdianah dan Sentot Imam 2014) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. 2. ETIOLOGI 1 Gangguan emosi 2 Obesitas 3 Komsumsi alkohol 4 Rangsangan kopi dan tembakau yang berlebihan 5 Obat- obatan 6 Keturunan 7 Usia lanjut Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan: A. Hipertensi primer (esensial) Disebut juga hipertensi idiopatik karen tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkunga, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angio tensin dan peningkatan Na+Ca intraseluler. B. Hipertensi Sekunder Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sidrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. 2. FAKTOR PREDISPOSISI Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita

Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. (Smeltzer, 2001). Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. (Price, 2005) Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. (Price, 2005) Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hubungan

Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan antara

obesitas

dan

hipertensi

esensial,

tetapi

penyelidikan

membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. ( Smeltzer, 2001) Orang yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi berpotensi penyakit-penyakit berikut, antara lain : 1. Stroke 2. Serangan jantung 3. Gagal ginjal 4. Kebutaan 5. Payah jantung 3. PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada pusat vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor tersebut bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kulumna medula spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk implus yang bergerak

kebawah melalui sitem sarag simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neurun preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion

ke

pembuluh

darah.

Dengan

dilepaskan

norepineprin

akan

mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Seseprang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norenefrin. pada saat bersamaan dimana sitem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresikan epinefrin yang menyebangkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid linnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi

yang

mengakibatkan

penurunan

aliran

darah

ke

ginjal

mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II yang menyebabkan adanya suatu vasokontriktor yang kuat. Hal ini merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang mengakibatkan

volume

intravaskular.

Semua

faktor

tersebut

cenderung

menyebabkan hipertens. Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan menurunkan kemampuan distensi daya regang pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan aorta dan arteri berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer 4. MANEFESTASI KLINIS Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah

kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: a. b. c. d. e. f. g.

Sakit kepala Kelelahan Mual Muntah Sesak nafas Gelisah Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

h. i. j. k. l.

mata, jantung dan ginjal. Penglihatan kabur karena kerusakn retina. Nyeri pada kepala. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra karnial. Edema dependent. Adanya pembengkakan karena meningkatka tekanan kapiler. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. 5. KLASIFIKASI The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih * Kategori Normal Normal tinggi Hipertensi Tingkat 1 (ringan) Tingkat 2 (sedang) Tingkat 3 (berat)

Sistolik (mmhg) < 130 130-139

Diastolik (mmhg) <85 85-89

140-159 160-179 ≥180

90-99 100-109 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer, 2001).

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. (Price, 2005) Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. (Price, 2005) Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancyinduced hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2001). 6. KOMPLIKASI Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya :

1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA). 2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA). 3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. 4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil. 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi : 1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL 2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH

dan

ekordiografi. 3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam 4. 5. 6. 7. 8.

urat (factor penyebab hipertensi). Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan EKG (Elektro kardiograf atau rekam jantung) Pemeriksaan darah kimia (kreatinin, BUN) Radiografi dada IUP: Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batuginjal, perbaikan ginjal.

8. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI Pengobatan pada hipertensi bertujuan menurangi morbiditas dan mortalitas dan mengontrol tekanan darah. Dalam pengobatan hipertensi ada 2 cara yaitu pengobatan farmakologi.

non farmakologi

(perubahan

gaya

hidup) dan

pengobatan

1. Pengobatan nonfarmakologi Pengobatan ini dilakukan dengan cara : - Pengurangan berat badan: penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori, -

dan peningkatan pemakaian kalori dengan latian fisik yang teratur Menghentikan merokok: merokok tidak berhubungan langsung dengan hipertensi tetapi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskuler.

-

Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok. Menghindari alkohol : alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang minum alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar 1 ons

-

sehari Melakukan aktifitas fisik : penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat

-

meningkatkan aktivitas fisik secara aman. Membatasi asupan garam : kurangi asupan garam sampai kurang dari 100 mmol perhari atau kurang dari 2,3 gram natrium atau kurang dari 6 gram nacl

2. Pengobatan farmakologi pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi, kelainan organ dan faktor resiko lainnya. Hipertensi dapat diatasi dengan modifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika modifkasi gaya hiduptidak berhasil. Dokter pun memiliki alasan dalam memberikan obat mana yang sesuai dengan kondisi pasien saat menderita hipertensi. Tujuan pengobatan hipertensi untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Artinya tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak menggangu fungsi ginjal,otak,jantung,maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian faktor resiko kardiovaskular. Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu deuretik yang dapat mengurangi curah jantung, beta bloker, penghanbat ACE, antagonis kalsium yang dapat mencegah pase kontriksi. Mayoritas psien dengan tekanan darah tinggi akan memerlukan obat –obatan selama hidup mereka untuk mengontrol tekanan darah

mereka. Pada beberapa kasus,dua atau tiga

obat hipertensi dapat

diberikan. Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat ; a. Diuretik { tablet hydrochlorothiazide (HTC), lasik( furosemide )}. Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuangdalam b.

cairan

urine,

maka

pengontrolan

konsumsi

potasium harus dilakukan Beta – blockers {Atenolol ( tenorim), Capoten captropril )}. Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantng dan memperlebar

c.

( vasodilatasi) pembuluh darah. Calcium channel blockers

{

Norvasc

(

amlopidin),

Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau hipertensi melalui pross rileksasi pembulu darah yang juga memperlebar pembuluh darah.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian (data subjektif dan objektif) Data Subjektif -

pasien mengatakan sering sakit kepala (pusing) dan lehernya merasa kaku

Data Onjektif - pasien terlihat menahan nyeri dengan skala 7 2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Nyeri akut b.d peningkatan veskuler cerebral d.d pasien mengatakan kepalanya terasa sakit,pasien terlihat terasa nyeri, dengan skala nyeri 7 2. Resiko injuri b.d gangguan penglihatan d.d pasien mengatakan pandangannya terlihat kabur dan berkunang-kunang saat berdiri dan berjalan

3. Rencana Tindakan Keperawatan No

Hari/ Tgl

Rencana Perawatan Tujuan dan Kriteria

Dx 1

Intervensi

Hasil

setelah

dilakukan

tindakan selama

1.

keperawatan 3

x

24

jam

2.

diharapkan nyeri pada pasien dapat berkurang,

Berikan

kompres 1. tindakan yang menurunkan

dingin pada dahi

tekanan

Minimalkan

dan memperlambat resspon

aktivitass

simpatis

menyebabkan

-pasien mengatakan tidak

peningkatan

sakit kepala lagi

kepala 3.

4.

meningkatkan vasokontriksi

Anjurkan

pasien menyebabkan sakit kepala

dan

lama

nyeri bila di ketahui 5.

Kolaborasi pemberian analgetik

keperawatan

adanya

peningkatan

vaskuler serebral

Jelaskan penyebab 3. meminimalkan nyeri

2

tindakan

dalam

sakit 2. aktivitas yang

selama fase akut

dilakukan

efektif

serebral

dan komplikasinya

untuk tirah baring pada

setelah

vaskuler

vasokontriksi yang menghilangkan sakit kepala

dengan kriteria hasil:

-sakit kepala terkontrol

Ttd Rasional

stimulasi / meningkatkan relaksasi 4. meningkatkan pengetahuan 5. analgetik

menurunkan

atau mengontrol nyeri 1. Orientasikan pasien selama 3 x 24 jam diharapkan resiko injuri terhadap lingkungan, staf, 1. memberikan peningkatan dapat berkurang dengan dan orang lain kenyamanan dan mengurangi 2. Pertahankan tirah baring criteria hasil: resiko injuri ketat dalam posisi -pasien mampu

mengidentifikasi faktor – terlentang yang ditentukan faktor yang

2. untuk memungkinkan

3. Anjurkan pasien untuk viterus

human

bekerja

meningkatkan

mengistirahatkan mata agar sebagai kekuatan memotifasi

kemungkinan cidera

tidak lelah

-menunjukan pola

hidup

untuk

mengontrol

prilaku, 4. Modifikasi lingkungan perdarahan. untuk sekitar pasien

3.

mengurangi

resiko

menurunkan faktor resiko

perlukaan / pembuluh darah

dan melindungi diri dari

retina

cidera

menyebabkan

-pasien tidak mengalami

penglihatan.

injuri / jatuh

4.

-pasien akan mengubah

nyaman,

lingkungan indikassi

yang

menurunnya

meningkatkan

sesuai meningkatkan

kenyamanan

4. Evaluasi Evaluasi terhadap masalah hipertensi dilakukan dengan menilai masalah keperawatan yang muncul. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dan hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap keperawatan yang diberikan. Langkah-langkah pasien: 1. Daftar tujuan pasien. 2. Melakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu. 3. Dibandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien

akan

rasa

DAFTAR PUSTAKA Hasdianah dan Sentot Imam. 2014. Patologi & Patofisiologi Penyakit. Nuha Medika. Yogyakarta Ratna Dewi.P. 2013. Penyakit – Penyakit Mematikan. Nuha Medika.Yogyakarta Sheps. S.G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta. Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol2. Jakarta. Nurarif Hardi Kusuma.A.H. 2015. Aplikasi Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Penerbit Mediaction.

Related Documents

Hipertensi
May 2020 42
Hipertensi
May 2020 37
Hipertensi
June 2020 44
Hipertensi
October 2019 62
Hipertensi Acak.docx
June 2020 17
Krisis Hipertensi
October 2019 31

More Documents from "dr liza M.Pd.I MM CHt"