Jakarta senin 3 februari, kampus 1 UKRIDA. pukul 11.45 wib saya berangkat dari rumah menuju kampus,sesampainya dikampus terdengar sedikit selentingan kata cepat dari satpam yang saya pikir harusnya bisa melihat situasi dengan bawaan saya .sesampainya disana yang saya saksikan adalah riuh ramai para kawan dengan tas warna menarik yang ukurannya kira-kira cukup untuk 5 hari kedepan namun nampaknya lebih banget. Tak lama kemudian.,saya menjumpai beberapa orang kawan untuk menanyakan tempat registrasi ulang . tapi sebelumnya saya harus terlebih dahulu melihat nama kelompok ,dan N54 menjadi kode kebersamaan untuk 5 hari kedepan dan melihat nomor bus yang akan digunakan. Jam menunjukkan pukul 14.20 wib deru mesin dari kendaraan dan sedikit cabin yang masih terlihat baru yang siap mengantar saya untuk menuju salatiga (lebih tepatnya masih kab.Semarang). Sepanjang jalan saya hanya memikirkan dan bertanya bagaimana tempat dan orang-orang yang akan saya jumpai. Selepas jakarta di jalan aspal yang begitu panjang ,saya tetap terjaga dan menyaksikan beberapa hamparan saya yang terlihat hijau dari balik kaca. Rest area KM 57 tempat istirahat pertama, perjalanan di lanjutkkan sampai akhirnya tiba di RM SR mie baso, dengan beberapa kendaraan berbaris rapi. Saya menunaikan shalat isya dan jama’maghrib dan setelah itu menikmati teh manis hangat . candisari ,karanganyar 4 februari 04.30 wib .saya menunaikan shalat subuh dan beritirahat sebenter untuk kemudian ke salatiga. Matahari masih malu menampakkan sinarnya dan embun di kaca yang menghalangi pandangan saya untuk melihat pinggir jalan , yang saya agak jelas adalah hanya hmparan sawah dan beberapa nak sekolah yang dengan baju rapi dipinggir jalan karena setelah saya perhatikan jam sudah menunjukkan angka 06.30,tak terasa embun pagi di kaca berangsur-angsur menghilang. Kopeng ,salatiga jam berapa saya lupa.tapi beberapa ibu dengan beberapa keranjang dari berbagai jenis buah. Ya buah segar, yang saya sendiri dapat saya simpulkan bagaimana keadaan daerah yang saya kunjungi untuk beberapa hari kedepan.Tapi nampaknya disana sedang musim panen kol. Udara dingin member salam hangat , beberapa sejenak mengobrol tentang perjalanan,waktunya tiba untuk bagasi dan memindahkan tas ke mobil “el sape” yang akan mengantarkan saya ke suatu tempat. Mobil coklat dengan kapasitas mesin 2,5 litre tapi terasa kecil ketika harus menurunkan beban di tengah jalan karena tak kuat katanya. Kiri kanan saya hanya menyaksikan , hamparan perkebunan subur dengan beberapa suara ternak yang sontak saja membuat gelak tawa di rombongan. Jalan terus menanjak dan semakin ke atas dengan lambaian beberapa menara seluler walaupun nyatanya berbanding terbalik dengan signalnya. Satu persatu gerbang desa di lalui . samapailah di temapat dimana penuh cerita dan pengalaman akan dimulai Saya lupa tepatnya pukul berapa , mungkin karena udara dinginnya menghipnotis saya untuk menikmati udara dingin dan indanya alam dusun nglelo di kaki merbabu. Saatnya makan pagi, tak lama beberapa waktu briefing dan pembagian rumah.
Saya tinggal bersama keluarga angkat saya ,yang ber nama pak ngatimin.Pertama tiba saya diberi tahu kalo rumah tempat saya akan nginap bernama Kadus,saya pikir nama pemiliknya namanya pak kadus ternyata kadus adalah kepala dusun. Pak ngatimin hidup bersama istri dan 2 orangnya anaknya,dengan si bungsu bernama Alwi yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama,serta kakak perempuannya ikut pondok pesantren disalatiga (SMK jurusan TKJ). Pak ngatimin seorang petani, dan istrinya ibu rumah tangga yang sekaligus juga petani.Namun pada saat itu pak ngatimin sedang ikut gotong royong membangun masjid yang dikejar deadlinenya 16 februari. pernah di suatu hari sya menemani bu timin mencari rumput untuk ternak bersama teman satu rumah saya. kami mencarinya di ladang milik bu timin,kami melihat banyak tanaman liat di ladang kol mereka.Ketika bu timin sedang mencari rumput,kami mencabuti tumbuhan liar tersebut,bisa dibayangkan seberapa luas ladangnya dan banyaknya tumbuhan liar itu. Luar biasa, kata pertama yang saya ucapkan karena melihat jalan yang harus ditempuh itu menanjak dan udara dingin seolah-olah meledek saya sebagai anak kota . sepanjang jalan saya menyaksikan betapa suburnya alam Indonesia, dan timbul pertanyaan kenapa kita harus impor kalau memang di Negara sendiri saja kita sudah bisa Senyum hangat dangan nada suara yang sedikit rendah terdengar menyapa setiap saya menjumpai penduduk setempat ketika kita saling menyapa .Keluarga angkat saya hidup dari hasil bertani sayuran ,dan ternak sapi varietas sapi unggulan. Hewan ternak keluarga angkat saya pejantan jadi tak perlu bertanya kapan saya bisa memerah susu sapi. Keluarga yang ramah dan membuat saya sungkan karena harus makan terlebih dahulu baru mereka. Kesederhanaan meraka menganjarkan saya tentang kebahagian bahawa tak harus dalam keadaan berlebih. Hal yang tak terlupakan adalah ketika saat mandi , karena tepat di depannya hewan sapi,kambing,dan ayam ditambah airnya yang kayak es batu . Tak terasa hari terus berlalu sampailah dimana malam perpisahan dengan keluarga angkat, acara di adakan di gereja dan dengan acara makan bersama. Malam terus larut, maka saya pun harus siap-siap berkemas untuk kembali ke jakarta. Jumat 7 februari, sebelum kembali jakarta saya beserta rombongan mampir ke tempat makanan khas, yang di jadikan buah tangan untuk keluarga di rumah. Perjalanan pulang jakarta sama halnya dengan perjalanan ketika pergi. Jakarta 8 februari, sampai juga di jakarta. Dengan sisa kantuk yang masih terasa dan lelah yang menggelayut. Terima kasih ngelelo , buat alam dan warganya. Sampai jumpa lagi di dusun kaki merbabu. Terima kasih buat salam hangat dan kearifan lokal dusun ngaduman. Terima kasih untuk banyak hal yang saya akan ceritakan kepada yang lain.