10. Konsep Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan - Hernita Dan Qoli.docx

  • Uploaded by: Vera Dwi Tamara
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 10. Konsep Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan - Hernita Dan Qoli.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,156
  • Pages: 17
MAKALAH “KONSEP KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TEAM KESEHATAN” Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Management Patient Safety Dosen Pembimbing: Nurhayati, S.ST.,M.Pd

Disusun oleh Nama:

NIP:

Hernita Ajeng Cahyarini

P07220116099

Qolifatussakdiyah

P07220116113

PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberikesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah inidenganbenar. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Konsep Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Balikpapan, 15 September 2017

Kelompok 10

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………… 1 A. Latar Belakang…………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………… 1 C. Tujuan Masalah………………………………………………… 1

BAB II

PEMBAHASAN…………………………………………………... 2 A. Pengertian dan Elemen Komunikasi…………………………… 2 B. Jenis dan Mekanisme Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan………………………………………………………. 4 C. Kendala dalam Mekanisme Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan………………………………………………………. 9

BAB III

PENUTUP………………………………………………………… 13 A. Kesimpulan…………………………………………………….. 13 B. Saran…………………………………………………………… 13

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 14

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007) menyatakan, komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama

dalam

keperawatan.

Komunikasi

interpersonal

yang

sehat

memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Keperawatan sangat berhubungan dengan komunikasi. komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Maka komunikasi sangat penting bagi perawat.

B. Rumusan Masalah Adapun pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini: 1. Apa pengertian dan elemen komunikasi? 2. Apa saja jenis dan mekanisme komunikasi antar anggota team kesehatan? 3. Apa saja kendala dalam mekanisme komunikasi antar anggota team kesehatan?

C. Tujuan Masalah 1. Dapat mengetahui pengertian dan elemen komunikasi. 2. Dapat mengetahui jenis dan mekanisme komunikasi antar anggota team kesehatan. 3. Dapat mengetahui kendala dalam mekanisme komunikasi antar anggota team kesehatan.

1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Elemen Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi terjadi bila ada sumber informasi yang merupakan bahan atau materi yang akan disampaikan oleh komunikator. Sebelum informasi disampaikan komunikator perlu melakukan penyandian (encoding) untuk mengubah ide dalam otak ke dalam suatu sandi yang dapat difahami. Setelah pesan disandikan kemudian komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan melalui saluran atau media. Ketepatan komunikasi dalam menerima pesan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikan dalam melakukan penafsiran (decoding). Komunikasi berlangsung efektif bila terjadi feedback antara komunikan dan komunikator sebelum terjadinya perubahan efek/ respon sebagai dampak dari komunikasi.

2. Elemen-elemen dalam komunikasi a) Source (sumber) Source atau sumber adalah seseorang yang membuat keputusan untuk berkomunikasi. Sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator, pembicara (speaker). b) The message (pesan) Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal maupun nonverbal yang berisi ide, sikap dan nilai komunikator. Pesan mempunyai tiga komponen yaitu 1) makna, 2) simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan 3) bentuk atau organisasi pesan. 2

c) The channel (saluran) Saluran adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima d) The receiver (penerima) The receiver atau penerima adalah orang yang menerima pesan. Penerima sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), atau penafsir (interpreter). e) Barriers (hambatan) Hambatan adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan pemaknaan pesan yang komunikator sampaikan kepada penerima. Hambatan ini bisa berasal dari pesan, saluran, dan pendengar. Beberapa buku menggunakan istilah noise untuk menyebut elemen pengganggu, yang diartikan sebagai gangguan (disturbance/ interference) dalam proses komunikasi. External noise meliputi latar belakang pembicaraan, lingkungan, dan teknis saluran. Sedangkan internal noise meliputi aspek psikologi peserta komunikasi maupun aspek semantik. Misalnya sebuah kata yang mengandung arti ambiguitas. Hambatan komunikasi: 1) Perbedaan Persepsi 2) Permasalahan Bahasa 3) Kurang mendengarkan 4) Perbedaan Emosional 5) Perbedaan latar belakang f) Feedback Feedback adalah reaksi dan respons pendengar atas komunikasi yang komunikator lakukan. Feedback bisa dalam bentuk komentar langsung atau tertulis, surat, atau public opinin polling. Feedback juga berperan sebagai pengatur (regulator). Feedback mengontrol atau mengatur aksi komunikasi kita. Feedback negatif misalnya berupa kritikan, atau penolakan. Contohnya: ”Bisakah Anda diam?”. Feedback positif misalnya berupa pujian.

3

g) The situation (situasi) Situasi adalah salah satu elemen paling penting dalam proses komunikasi pidato (speech communication). Situasi atau keadaan selama komunikasi berlangsung berpengaruh terhadap mood pembicara maupun pendengar, saluran/ media yang dipakai, dan feedback audience.

Komunikasi terjadi pada suatu tingkat social, dimana orang-orang yang terlibat didalamnya terlibat dalam kontak intrapersonal dan interpersonal. Proses ini sangat dinamis dimana makna pesan dinegosiasikan oleh orang tersebut. Ketika komunikasi berlangsung, orang tersebut mungkin sadar dan mungkin juga tidak sadar akan setiap elemen komunikasi. Pada percakapan sehari-hari, peserta tidak akan peduli untuk menganalisis makna setiap kata atau isyarat. Misalnya seseorang mungkin menjadi lebih hidup, menggunakan tangannya untuk mengekspresikan idenya tanpa berpikir secara sadar. “saya akan melambaikan tangan untuk menekankan hal ini.” Namun seorang perawat harus belajar untuk menyadari setian elemen dari proses komunikasi.

B. Jenis dan Mekanisme Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan 1. Jenis Komunikasi a) Komunikasi Verbal Meliputi kata-kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata-kata adalah media atau simbol yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan, menimbulkan respons emosional, atau menggambarkan objek atau observasi, kenangan atau kesimpulan. Kata-kata juga digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi, menguji minat orang lain atau tingkat kepedulian atau untuk mengekspresikan kecemasan atau rasa takut. Bahasa akan menjadi efektif hanya jika setiap orang yang berkomunikasi memahami pesan tersebut dengan jelas. b) Komunikasi Non-Verbal Tindakan sering kali dapat mengatakan lebih banyak daripada katakata. Komunikasi non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata.dan merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada oranglain. Kita secara terus menerus berkomunikasi secara non verbal dalam pertemuan dimana kita saling 4

bertemu.gerakan tubuh memberikan makna yang jelas daripada kata-kata. Komunikasi non verbal lebih kuat daripada komunikasi verbal. Perawat harus waspada akan adanya komunikasi non verbal yang mengkuti pesan verbal yang disampaikan pada klien. Klien mungkin merasakan adanya rsa ketidakpercayaan atau kecemasan ketika muncul ketidaktepatan antara pesan verbal dan non verbal perawat. Ungkapan seperti, “Selamat pagi, apa kabar?” dapat memberikan eberapa makna bagi klien jika nada bicara dan eksprsi wajah perawat tidak sesuai dengan kata-kata yang diucapkannya. Pesan verbal harus menguatkan atau diikuti oleh isyarat non-verbal yang tepat misalnya ketika perawat bertemu dengan klien, pertahankan kontak mata dan bicara dengan suara yang tenang dan memberikan rasa aman kepada klien. Selama pengkajian, perawat harus mengamati pesan verbal dan non-verbal klien. Klien yang mengatakan bahwa mereka merasa baik-baik saja namun menyeringai pada waktu bergerak mengomunikasikan dua pesan yang berbeda. Menjadi pengamat tingkah laku non-verbal membutuhkan waktu. Perawat yang merasakan pesan non-verbal memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memahami klien, mendeteksi peubahan kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

2. Mekanisme Komunikasi Antar Anggota Kesehatan Komunikasi antar team kesehatan merupakan hubungan antara tim anggota kesehatan yang satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan dokter, komunikasi antar perawat dengan perawat, komunikasi antar perawat dengan tenaga ahli respiratorik, komunikasi antar perawat dengan farmasi dan komunikasi antar perawat dengan ahli gizi, sehingga akan menimbulkan tindakan kolaborasi antar anggota team kesehatan. a) Komunikasi antara Perawat dengan Dokter Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan 5

bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter. b) Komunikasi antara Perawat dengan Perawat Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

6

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan. Hubungan

sturktural

merupakan

hubungan

yang

terjadi

berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. c) Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

7

d) Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan

dengan

mendorong

klien

untuk

proaktif

jika

membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.

8

e) Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara.

C. Kendala dalam Mekanisme Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan Selain memahami beberapa faktor pendukung komunikasi pelayanan keperawatan, perawat juga harus mengetahui sekaligus meretas beberapa faktor kendala dalam komunikasi. Tentunya, hal itu ditujukan guna terciptanya sebuah komunikasi yang efektif agar pelayanan keperawatan bisa optimal. Berikut adalah beberapa faktor kendala dalam komunikasi: 1. Tidak mengenali atau memahami pasien Pepatah lama mengatakan bahwa tidak kenal maka tidak sayang. Dalam ranah komunikasi, pepatah tersebut juga berlaku. Banyak orang yang gagal dalam melakukan komunikasi lantaran tidak mengenali keberadaan lawan bicaranya. Begitu pula dalam konteks komunikasi keperawatan, apabila perawat tidak mampu mengenali dan menyelami pasien, kemungkinan untuk sukses dalam berkomunikasi sangant kecil. 2. Tidak mengetahui latar budaya Tidak mengetahui latar kebudayaan lawan bicara saat berkomunikasi bisa menjadi persoalan tersendiri. Dalam konteks ini yang terpenting adalah pandai menempatkan diri saat melakukan komunikasi, tentunya harus mengenali latar budaya lawan bicaranya terlebih dahulu. 3. Jarang melakukan evaluasi terhadap respon komunikasi Evaluasi merupakan hal yang sangat penting guna meningkatkan kemampuan serta ketrampilan dalam berkomunikasi. Selain melakukan evaluasi terhadap kemampuan serta ketrampilan, dalam berkomunikasi 9

perawat juga harus cepat dalam merespons lawan bicaranya guna memahami dirinya termasuk dalam kategori mudah berkomunikasi atau sebaliknya. 4. Tidak memahami kebiasaan dalam komunikasi lisan Tidak memahami kebiasaan dalam berkomunikasi lisan akan menjadi faktor penghambat dalam berkomunikasi. Saat berbicara dengan pasien, perawat harus memahami kebiasaan dalam berkomunikasi secara lisan. Adapun beberapa langkah guna memahami kebiasaan berkomunikasi lisan meliputi: a. Pahami keberadaan pengaruh senioritas dalam diri pasien. b. Perhatikan dan pahami apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dikatakan secara lisan. c. Pelajari dan pahami cara pengucapan yang baik dan benar, sesuai dengan kebiasaan yang melekat dalam diri pasien d. Perhatikan dan pahami keberadaan lawan bicara secara sungguh-sungguh, termasuk memahami latar budayanya. 5. Tidak memiliki keterampilan dalam mendengarkan Seorang pendengar yang baik bisa membuat lawan bicaranya antusias serta merasa nyaman dan terbuka dalam melakukan komunikasi. Beberapa langkah bagi perawat agar senantiasa tampil sebagai seorang pendengar yang baik saat berkomunikasi dengan pasien yaitu: a. Beri kesempatan kepada lawan bicara guna menyampaikan segala yang hendak disampaikan atau keluhan. Jangan pernah memotong pembicaraan karena bisa mengakibatkan komunikasi berjalan dengan tidak efektif. b. Hindari kebiasaan mengungguli lawan bicara karena akan membuat komunikasi menjadi tidak efektif. c. Pastikan bahwa topik perbincangannya disukai dan dibutuhkan lawan bicaranya. d. Gunakan sedikit humor atau kalimat yang menghibur sebagai bumbu perbincangan. e. Tunjukan sikap antusias saat mendengarkan lawan bicara. f. Berikan senyum yang ramah saat mendengarkan lawan bicara guna menciptakan suasana yang hangat dalam perbincangan yang sedang berlangsung.

10

g. Pastikan untuk senantiasa memperluas wawasan melalui membaca dan mengumpulkan informasi. 6. Tidak memahami strategi penggunaan media Ketika seorang tidak memahami strategi penggunaan media, maka dapat bermetamorfosis menjadi penghambat berkomunikasi. Hal penting yang harus dipahami oleh seorang perawat dalam berkomunikasi antarpersonal adalah lebih banyak menggunakan media sensori atau pesan nonverbal ketimbang penggunaan tutur kata, suara, efektivitas ruang. Selain itu, beberapa penghambat lain dalam melakukan komunikasi yang harus diperhatikan oleh perawat adalah: a. Kurangnya penggunaan sumber berkomunikasi yang tepat b. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi c. Penampilan, sikap, sekaligus pecakapan yang tidak sesuai dengan apa yang hendak dituju atau diinginkan selama berkomunikasi d. Lemah dalam bidang pengetahuan e. Perbedaan persepsi f. Perbedaan harapan g. Kondisi fisik dan mental yang kurang baik h. Pesan yang tidak jelas i. Prasangka yang buruk j. Penilaian yang prematur k. Minimnya kepercayaan diantara kedua belah pihak l. Terdapat ancaman m. Perbedaan pengetahuan maupun status sosial n. Informasi yang salah 7. Tingkat pengetahuan Pengetahuan

mempengaruhi

kemampuan

seseorang

untuk

menginginkan pesan,misalnya untuk memilih kata kata(diksi) menentukan saat pesan harus disampaikan serta mengembangkan sebagai tehnik komunikasi verban mauoun non verbal. Bagai seorang penerima informasi (komunikan) pengetahuan penting untuk menginterpensikan pesan yang disampaikan oleh komunikator sekaligus untuk member umpan balik kepada pemberi pesan.

11

8. Sosiokultural Posisi individu secara sosiokultural mempengaruhi perilaku sosialisasi antara individu status sosiokultural membentuk tata cara komunikasi. Pada budaya jawa dalam komunikasi dengan orang yang di hormati atau yang lebih tua digunakan bahasa yang halus. Komunikasi dengan seorang raja dikaraton dilakukan dengan tata cara yang berbeda dengan cara yang digunakan dalam komunikasi dengan teman sejawat dan sebagainya.

12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.

B. Saran Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial. Di harapkan agar semua perawat mengerti dengan komunikasi, komponen dalam komunikasi, dan pentingnya komunikasi.

13

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Volume I), Penulis: Potter & Perry, Penerbit: EGC CopperandCo.(Maret, 2013).Komunikasi Perawat Dengan Tenaga Kesehatan. http://www.definisi-pengertian.com/2015/06/unsur-atau-elemen-dalamkomunikasi.html (Diakses pada tanggal 16 September 2017). http://coretanasrah.blogspot.co.id/2015/11/komunikasi-antar-team-kesehatan-di.html (Diakses pada tanggal 16 September 2017). https://wulanmaulina.wordpress.com/2014/03/18/konsep-komunikasi-keperawatan/ (Diakses pada tanggal 16 September 2017). https://www.academia.edu/10668903/BAB_II_KOMUNIKASI_PROSES_KEPERA WATAN (Diakses pada tanggal 16 September 2017).

14

Related Documents


More Documents from "Ine Ainun"