BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua (lanjut usia) berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin buruk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008, h. 11). Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini
1
2
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial secara bertahap (Azizah, 2011, h. 1). Menurut Stieglitz ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner), ginjal dan lain-lain, gangguan
metabolisme
hormonal
misalnya
diabetes
melitus,
klimakteriu,
ketidakseimbangan tiroid, gangguan pada persendian misalnya osteoartitisserta berbagai macam neoplasma. Sedangkan penyakit lanjut usia di Indonesia meliputi : penyakit sistem pernafasan, penyakit kardiovaskular, dan pembuluh darah, penyakit pencernaan makanan misalnya gastritis, penyakit sistem urogenetal, penyakit gangguan endokrin / metabolik, penyakit pada persendian dan tulang, penyakit yang disebabkan oleh proses keganasan (Nugroho, 2008, h. 54). Gastritis merupakan peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (La,Sarif .2012). Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering timbul akibat diet yang sembrono.Individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu,makanan yang mengandung mikroorganisme (H.pylori) penyebab
penyakit.Penyebab
lain
dari
gastritis
ini
mencakup
komsumsi
alkohol,aspirin,refluks empedu atau terapi radiasi (Suddrath,Brunner.2001). Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Badan penelitian WHO mengadakan tinjauan terhadap
3
beberapa negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35% dan Perancis 29,5%. Menurut WHO di Indonesia angka kejadian gastritis di beberapa daerah juga cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk, menurut Maulidiyah (2006), di kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, dan kejadian gastritis yang tertinggi terdapat di kota Medan yaitu sebesar 91,6%. Di negara berkembang yang tingkat ekonominya lebih rendah, terjadi infeksi pada 80 % penduduk setelah usia 30 tahun. Di Kalimantan Tengah sendiri angka kejadian Gastritis cukup tinggi, pada Tahun 2015 angka kunjungan pasien ke UGD RSUD Doris Sylvanus adalah sebanyak 984 orang, dan merupakan kunjungan terbanyak keempat setelah kecelakaan, demam dan asma. Di wilayah kerja Puskesmas Sungai Rangit Kabupaten Kotawaringin Barat angka penderita penyakit gastritis dari tahun 2015 sampai 2018 semakin meningkat, tahun 2015 sebanyak 630 orang, tahun 2016 sebanyak 704 orang, dan tahun 2018 sebanyak 775 orang. Tentunya masalah gastritis ini memang ada dimasyarakat dan tentunya harus menjadi perhatian kita semua. B. Rumusan Masalah Dari uraian diatas yang menunjukan pentingnya Studi Kasus tentang bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan grontik dengan gastritis?”. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melakukan Asuhan Keperawatan pada lansia Ny S dengan Gastritis
4
2. Tujuan Khusus a. Melakukan Pengkajian Keperawatan Gerontik pada Ny. S dengan Gastritis. b. Menentukan Diagnosa Keperawatan Gerontik pada Ny.S dengan Gastritis. c. Menyusun rencana Keperawatan Gerontik pada Ny.S dengan Gastritis. d. Melakukan Implementasi Keperawatan Gerontik pada Ny.S dengan Gastritis. e. Melakukan Evaluasi Keperawatan Gerontik pada Ny.S dengan Gastritis. f. Melakukan Dokumentasi Keperawatan Gerontik pada Ny.S dengan Gastritis. D. Manfaat Penulisan 1. Untuk Penulis a. Sebagai acuan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan gerontik dengan kasus gastritis. b. Sebagai
penambah
wawasan
penulis
dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan penulis. 2. Untuk Institusi Pendidikan Sebagai bahan pembelajaran dan penambah daftar pustaka demi kemajuan studi. 3.
Untuk Puskesmas Sebagai penambah salah satu acuan untuk kasus lansia dengan gastritis di Puskesmas Sungai Rangit.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR GASTRITIS 1. Pengertian Gastritis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat akut, dengan kerusakan’’Erosive“ karena permukaan hanya pada bagian mukosa (Lin,Inaya.2004 dalam Saferi,Andra.2013). Gastritis merupakan peradangan pada lapisan lambung (medikasto.2003 dalam Saferi,Andra.2013). Gastritis diartikan sebagai inflamasi mukosa gaster akut atau kronis (Ovedort,2002 dalam Saferi,Andra.2013). Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung (Suyono.2001 dalam Saferi,Andra.2013). 2. Etiologi Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering timbul akibat diet yang sembrono.Individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu, makanan yang mengandung mikroorganisme (H.pylori) penyebab penyakit. Penyebab lain dari gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Suddrath,Brunner.2001). Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi.Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan 5
6
obstruksi pylorus. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut. Gastritis kronis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter Pylori (Suddrath,Brunner.2001). Adapun beberapa etiologi yang dapat menimbulkan gastritis antara lain ialah : a. Inflamsi bakteri H.pylori b. Stress Akut c. Pemakaian Obat AINS dalam jangka waktu yang panjang d. Penyakit Kronis (La,Sarif .2012) 3. Klasifikasi Gastritis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, diantaranya : a. Gastritis Akut Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gaster,biasanya disebabkan oleh bumbu, rempah-rempah, alkohol, obatobatan, radiasi, kemoterapi, dan mikroorganisme infektif (La,Sarif). Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang hemoragis memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari,
7
meskipun nafsu makan mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian ( Suddarth,Brunner.2001) b. Gastritis Kronis Gastritis ini dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe A dan B.Gastritis tipe A dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastric mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang dengan proses ini. Gastritis tipe B lebih lazim, akan tetapi tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung (La,Sarif.2012). 4. Patofisiologi Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong,terletak dibagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga.Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar 10 inci. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatanlipatan tersebut secara bertahap terbuka. Lambung memproses dan menyimpan makanan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus dan lambung (esophageal Sphinter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk melewati lambung. Setelah makanan masuk ke lambung, sphinter menutup kembali. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama kelenjar-kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
8
termasuk enzim-enzim dan asam lambung untuk lebih menghancurkan makanan tersebut (La,Sarif.2012). Suatu komponen cairan lambung adalah asam, asam ini sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bikarbonat (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bikarbonat secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifr korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding lambung. Adapun terjadinya proses gastritis yang biasanya terkena oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri yang berlebihan, infeksi bakteri/virus. Keseluruhan faktor diatas akan merusak epitel-epitel sawar pada lambung. Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitek sawar yang dihancurkan tadi maka akan terjadi penghancuran sel mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam tidak dapat dikontrol sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida di lambung dan ketika mengenai dinding lambung akan menimbulkan nyeri lambung/perih karena dinding lambung mengalami inflamasi (La,Sarif.2012). Dalam penghancuran sel mukosa oleh asam maka mengakibatkan peningkatan histamine sehingga meningkatkan permeabilitas terhadap protein meningkat kemudian plasma mengalami kebocoran di intestinum maka terjadi odem dan akhirnya plasma bocor kedalam lambung sehingga terjadi
9
(Hematoresis dan melena). Ketika terjadi peningkatan asam klorida akan merangsang kolinergik sehingga potilitas (sekresi) pepsinogen meningkat, yang kemudian akan diubah menjadi pepsin dan berakibat akan menurun fungsi sawar dan kemudian terjadi hancurnya vena-vena kecil dan kapiler kemudian terjadi perdarahan (La,Sarif.2012) 5. Manifestasi Klinis Pada gastritis superficial, mukosa memerah, edematosa, dan ditutupi oleh mucus yang melekat: erosi kecil dan perdarahan sering timbul. Derajat peradangan sangat bervariasi. Pada umumnya manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala yang lebih berat seperti nyeri epigastriun, muntah, perdarahan, perut terasa kembung, mulut terasa asam dan hematemesis. Pada beberapa kasus, bila gejala-gejala memanjang dan resisten terhadap pengobatan, mungkin diperlukan tindakan diagnostic tambahan seperti endoskopi, biopsy mukosa, dan analisis cairan lambung untuk memperjelas diagnosis. 6. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi seperti perdarahan saluran cerna, ulkus, perforasi sampai terkena kanker Lambung. 7. Penatalaksanaan a. Gastritis Akut Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
10
melalui mulut,diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan
secara
parenteral.
Bila
perdarahan
terjadi,
maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasi agen penyebab. 1) Untuk menetralisir asam, digunakan antasida umum (mis,aluminium hidroksida); untuk menetralisir alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer. 2) Bila korosi luas atau berat,emetic dan lavase dihindari karena bahaya perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi,analgetik dan sedative,serta cairan intravena.Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan.Pembedahan darurat mungkin diperlukan.Pembedahan untuk mengangkat ganggren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus (Suddart,Brunner.2001). b. Gastritis Kronis Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat yang cukup, mengurangi stress yang dapat menyebabkan
dan
memulai farmaterapi.H.Pylori dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismuth (Pepto-Bismol). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorpsi vitamin B12 yang
11
disebabkan
oleh
adanya
antibody
terhadap
faktor
instrinsik
(Suddart,Brunner.2001) c. Pengobatan Tradisional Gastritis Kunyit memiliki kandungan zat aktif utama berupa kurkuminoid dan minyak
atsiri.
Kandungan
kurkuminoid
terdiri
dari
kurkumin,
desmetoksikumin, dan bisdesmetoksikurkumin, sedangkan minyak atsiri terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, felandren, sabinen, borneol, dan sineil. Kandungan kunyit lainnya berupa lemak, karbohidrat, protein, vitamin C, karoten, garam-garam mineral (zat besi, fosfor, kalsium). Ekstrak Kunyit menghambat peningkatan cAMP akibat rangsangan dimaprit, yang merupakan agonis reseptor histamine. Maka etanol dari kunyit yang mempunyai efek anti reseptor yang dapat digunakan untuk mencegah ulkus lambung akibat pelepasan histamin. Maka dari itu kunyit dapat dipergunakan untuk mencegah kenaikan asam lambung karena induksi histamine. Bahan: Kunyit dan air Cara membuatnya: 1) Irislah 5 jari kunyit ukuran besar kira-kira 1mm
12
2) Rebuslah dari 3 gelas menjadi 1 gelas dalam bejana yang tidak terbuat dari aluminium. Air rebusan dari bening akan berubah menjadi merah. 3) Minumlah air rebusanta di pada saat sakit maag terasa, harus habis 1 gelas. Atau: Cara membuatnya: 1) Kupas kulit kunyit dan cuci bersih 2) Lalu parut, dan diperas atau disaring dengan air matang yang hangat 3) Lalu minum air sari hasil saringan tadi.
8. Pencegahan Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah,berikut beberapa saran untuk dapat selalu dicegah,berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis : a. Makan secara benar Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak.Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan
yang
tepat
bagi
kesehatan
adalah
bagaimana
cara
memakannya.Makanlah dengan jumlah yang cukup pada waktunya dan lakukan dengan santai.
13
b. Hindari Alkohol Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa lambung serta dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan. c. Jangan merokok Merokok mengganggu kerja lapisan lambung,membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok.Merokok juga dapat meningkatkan asam lambung sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. d. Lakukan olahraga secara teratur Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung,juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat. e. Kendalikan stress Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,menurunkan system kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit.Stress juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan.Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari ,maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diit yang bernutrisi,istirahat yang cukup,olahraga teratur dan relaksasi yang cukup.
14
f. Ganti Obat penghilang nyeri Jika memungkinkan hindari pengguanan obat anti inflamasi non steroid (AINS),obat-obatan golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah.Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acthaninophen. g. Ikuti Rekomendasi Dokter Untuk mengkomsumsi makanan yang sehat,yang tidak merangsang asam lambung naik berproduksi banyak dan dapat menyebabkan perforasi dinding lambung sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan.Hindari minuman yang mengandung alkohol,merokok,hindari penggunaan obatobatan keras dalam jangka waktu yang panjang, melakukan olahraga teratur. ( La,Sarif.2012)
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Selama pengimpulan riwayat perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada pasien.Apakah pasien mengalami nyeri uluhati,tidak dapat makan,mual atau muntah? Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja,sebelum atau sesudah makan,setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi,atau setelah mencerna obat-obatan tertentu atau alkohol? Apakah gejala berhubungan dengan ansietas,stress,alergi makan atau minum terlalu banyak,atau makan terlalu cepat?Bagaimana hilang? Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya
15
atau pembedahan lambung? Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan 72 jam,akan membantu.Riwayat lengkap sangat penting dalam membantu perawat untuk mengidentifikasi apakah kelebihan diet atau diet sembrono yang diketahui, berhubungan dengan gejala saat ini,apakah ada orang lain pada lingkungan pasien memiliki gejala serupa, apakah pasien memuntahkan darah dan
apakah
elemen
penyebab
yang
diketahui
telah
tertelan
(Suddart,Brunner.2001). Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen ,dehidrasi (perubahan turgor kulit,membrane mukosa kering),dan bukti adanya gangguan sistemik dapat menyebabkan gejala gastritis.Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dari metode yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala,serta efek-efeknya juga diidentifikasi (Suddart,Brunner.2001). 2. Diagnosa Keperawatan (Nurarif, dkk. 2015) a. Nyeri Akut/ Kronis berhubungan dengan Agen Cedera Biologis b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia,masukan nutrient yang tidak adekuat. c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Penyakit d. Ansietas berhubungan dengan penyakit e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Proses penyakit
16
3. Intervensi Keperawatan Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Diagnosa NOC Keperawatan Nyeri Akut Nyeri Terkontrol Setelah dilakukan b/d Agen tindakan keperawatan Cedera selama 1 x 24 jam Biologis diharapkan masalah nyeri akut pada pasien dapat teratasi dengan indikator: a) Pasien mampu menyebutkan faktor prepitasi nyeri b) Pasien melaporkan perubahan gejala/ nyeri terhadap kesehatan. c) Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
NIC Manajemen Nyeri Pengkajian: 1. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor penyebab. 2. Observasi respon nonverbal menunjukkan ketidaknyamanan terutama pada pasien yang tidak mampu berkomunikasi secara efektif Mandiri: 1. Gunakan strategi komunikasi teraupetik untuk mengetahui nyeri dan respon pasien terhadap nyeri. 2. Tentukan dampak nyeri yang dirasakan pasien 3. Kontrol faktor lingkungan yang mampu menimbulkan respon ketidaknyamanan pada pasien. 4. Kurangi faktor prepitasi nyeri Penyuluhan 1. Ajarkan penggunaan teknik nonpharmakogi (teknik relaksasi) 2. Ajarkan prinsip dalam penangan nyeri Kolaborasi: 1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan dan menjalankan terapi ,jika perlu.
17
Setelah dilakukan Intervensi: tindakan keperawatan Pengkajian : selama 3 x 24 jam 1. Kaji apakah pasien memiliki riwayat diharapkan masalah alergi makanan ketidakseimbangan 2. Tentukan makanan yang disukai nutrisi kurang dari pasien kebutuhan tubuh 3. Tentukan jumlah kalori yang dapat teratasi dengan diperlukan tubuh indikator: 4. Tentukan jumlah protein, zat besi ,dan a) Pasien mampu vitamin yang di butuhkan oleh memenuhi tubuh,jika perlu kebutuhan nutrisi Mandiri : melalui oral. 5. Berikan makanan tambahan ( snack) b) Pasien mampu seperti jus buah,jika perlu memenuhi 6. Timbang BB pasien pada interval kebutuhan cairan yang tepat melalui oral. 7. Monitor pemasukan nutrisi dan kalori c) Pasien mampu yang dikomsumsi oleh tubuh mempertahankan Penyuluhan Berat badan 8. Berikan informasi tentang nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien dan bagaimana cara untuk memenuhinya. Kolaborasi 9. Lakukan kolaborasi dengan petugas ahli gizi untuk menentukan program diet yang sesuai. Setelah dilakukan Pengkajian: Gangguan pola tidur b/d tindakan keperawatan 1. Kaji adanya perasaan stress situsional selama 3 x 24 jam sebelum istirahat proses diharapkan masalah 2. Tentukan efek medikasi dari penuaan gangguan pola tidur kepatenan pola istirahat terhadap dapat teratasi dengan pasien. indikator : Mandiri: a) Jam tidur 1. Gambarkan pentingnya keadekuatan bertambah istirahat/tidur b) Klien dapat 2. Monitor kepatenan itirahat/tidur dan tidur dengan durasi tidur pasien. tenang 3. Promosikan waktu yang dibutuhkanpasien untuk beristirahat 4. Persiapkan lingkungan yang nyaman untuk mendukung pola istirahat 5. Persiapkan kondisi yang nyaman,mis:masase,posisi dan Ketidaksei bangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,mas ukan nutrisi yang tidak adekuat
18
sentuhan yang efektif untuk mendukung pola tidur Penyuluhan: 1. Instruksikan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk mendukung pola tidur. 2. Diskusikan dengan pasien/keluarga tentang penggunaan teknik tidur Kolaborasi: 1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian therapi. Ansietas b/d factor afektif
Kontrol ansietas diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan kecemasan teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor ointensitas dari ansietas 2. Menganjurkan istirahat yang adekuat Respon kontrol ansietas
Mengurangi ansietas Pengkajian : 1. Kaji hal apa saja yang dapat menimbulkan ketakutan klien 2. Kaji faktor verbal dan non verbal kecemasan pasien Mandiri : 3. Bantu pasien untuk beradaptasi dengan keadaannya 4. Dengarkan keluhan pasien 5. Ajarkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi Penyuluhan : 6. Anjurkan keluarga utuk selalu berada di dekat pasiesn Kolaborasi : 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi jika diperlukan.
Defisiensi pengetahuan b/d Keterbatasan kognitif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan kecemasan teratasi dengan kriteria hasil : a. orientassi pengetahuan b. komunikasi yang tepat sesuai usia
Pengkajian : a. orientasi klien terhadap waktu tempat dan orang b. persiapkan planning stimulasi sensory c. sediakan tempat ataupun objek familiar dan gambarkan lingkungan pasien Mandiri : a. merangsang memory dengan cara memberikan pengulangan setelah
19
menyatakan sesuatu b. Coba berbincang bincang pada pasien c. Gunakan memory langsung : ceklist, jadwal dan notes kecil. d. Minta pasien mengulangi informasi e. Gunakan komunikasi perbal dan tuliskan intruksi f. Gunakan tv, radio, music sebagai bagian dalam program planning stimuli Penyuluhan: a. Berkonsultasi dengankeluargauntuk menetapkan kognitif pada pasien b. berikan waktu atau periode untuk istirahat c. Gunakan sentuhan teraupetik
C. KONSEP LANSIA 1. Proses Menua Menurut Lilik Ma’rifatul (2011) ageing process (proses menua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah, yang dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh makhluk hidup. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
20
berbeda, baik secara biologis maupun pikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yng mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan yang lambat, dan figur tubuh yang proposional. Menurut World Health Organization (WHO) dan UU No. 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2008, h. 11). Dalam Buku Ajar Geriantri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmanjo dan Dr. H Hadi Martono (1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuanjringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaii kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008, h. 11-12). Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.
21
2. Teori Proses Menua Menurut Lilik Ma’rifatul (2011) teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan secara biologi dan teori penuaan psikososial. a. Teori Biologi Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut : 1)
Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah daam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dileps dari tubuh dan dibiakkan dilaboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. 2)
Teori “Genetik Clock” Menurutteori ini menua telah diprogram secara genetik untuk speciesspecies tertentu. Tiap species memuyai di dalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti ita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal.
22
3)
Sintesis Protein (kolagen dan elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbedadari protein yang lebih muda. 4)
Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untu mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigit, serta terjadi kesalahan genetik. 5)
Sistem Imun
Kemampuansistem imun mengaami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. 6)
Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe)
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari terkenanya radiasi atau
23
tercemar zat kimia yang bersifat karsiogenik atau toksik dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang rogresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. 7)
Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertubuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proes metabolisme. 8)
Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam tubuh di fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di daam mitokondria. Makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehigga proses pengerusakan terus terjadi, kerusakan organel sel semakin banyak dan akhirnya sel mati. b. Teori Psikologis 1)
Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory) Teori ini menyatakan bahwa pada anjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
24
2)
Kepribadian berlanjut (Contiunity Theory)
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. 3)
Teori pembebasan
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Sedangkan proses menua bersifat individual : a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda. b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda. c. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses
menua. (Nugroho, 2008, h. 12). 3. Tipe-Tipe Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2008) di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe lanjut usia. Yang menonjol antara lain : a. Tipe arif bijaksana :lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
25
b. Tipe mandiri:lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan. c. Tipe
tidak
puas:lanjut
usia
yang
selalu
mengalami
konflik
lahir
batin,menentang proses penuaan,yang menyebabakan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik. d. Tipe pasrah: lanjut usia yang selalu menerima dang menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan. e. Tipe bingung : lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh. 4. Mitos-Mitos Lansia a. Kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati. Kenyataan:Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderita karena penyakit, depresi, kekhawatiran, paranoid, masalah psikotik b. Mitos konservatisme dan kemunduran. Pandangan bahwa lanjut usia pada
umumnya : Konservatif, tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke masa
26
silam, merindukan masa lalu, kembali ke masa kanak-kanak, susah berubah, keras kepala, cerewet. Kenyataannya :Tidak semua lanjut usia bersiap dan berpikiran demikian. c. Mitos berpenyakitan.
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis, yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (lanjut usia merupakan masa berenyakitan dan kemunduran). Kenyataan : 1) Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme, sehingga rawan terhadap penyakit. 2) Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati. d. Mitos senilitas.
Lanjutusia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk menesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat. e. Mitos tidak jatuh cinta.
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.Kenyataan: Perasaan cemas dan
emosi setiap
orang
berubah
sepanjang masa.Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
27
f. Mitos aseksualitas.
Ada pandangan bahwa lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan,
gairah,
kebutuhan,
dan
daya
seks
berkurang.
Kenyataan:Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi. g. Mitos ketidakproduktifan.
Lanjut
usia
dipandangsebagai
usia
tidak
produktif.
Kenyataan
:
Tidakdemikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan produktifitas mental dan material 5. Perkembangan Manusia Dari Lahir Sampai Akhir Hayat Selama hidupnya, manusia mengalami berbagai proses perkembangan, mulai dari lahir (bayi), balita, prasekolah, masa sekolah, pubertas, dewasa muda, dewasa, dan lanjut usia. Puncak perkembangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : a. Sistem biologis : mencapai puncak pada usia 20-30 tahun, kemudian secara perlahan/lambat melemah. b. Sistem sensori : mencapai puncak pada usia 40 tahun lebih, selanjutnya muali menurun. c. Kebijaksanaan : mencapai puncaknya pada usia 65-70 tahun, kemudian mulai menurun. d. Kepribadian : aspek sosial dan spiritual senantiasa meningat dengan berlanjutnya usia serta mencapai puncak pada usia 75-80 tahun.
28
Menurut Nugroho (2008) berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai batasan umur : 1.) Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap, yakni: a) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun); b) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun), c) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun), d) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun) 2) Menurut Prof. DR Ny.Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi biologis perembangan manusia dibagi sebagai berikut : a) Usia 0-1 tahun (masa bayi); b) Usia 1-6 tahun (masa prasekolah); c) Usia 6-10 tahun (masa sekolah); d) Usia 10-20 tahun (masa pubertas); e) Usia 40-65 tahun (masa setengah umur,prasenium); f) Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium) 3) Menurut Dra. Ny Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni : a) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun.; b) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun; c) Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun;
29
d) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia 4) Menurut Prof. DR. Koesomanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia dikelompokkan sebagai berikut : a) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun). b) Usia dewasa penuh (midlle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun). c) Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi : usia 70-75 tahun (young old), usia 75-80 tahun (old), usia lebih dari 80 tahun (very old) 5) Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut: a) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda) b) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal) c) Usia 40-65 tahun ( masa deawasa tengah) d) Usia 65-75 tahun (masa deasa lanjut) e) Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut 6) Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap, yakni : a) Early old age (usia 60-70 tahun) b) Advanced old age (usia 70 tahun keatas) 7) Menurut Burnsid (1979), ada empat tahap lanjut usia, yakni : a) Young old (uia 60-69 tahun) b) Midlle age old (usia 70-79 tahun) c) Old-old (usia 80-89 tahun)
30
d) Very old-old ( usia 90 tahun keatas).